45
MAKALAH TEKNOLOGI ENERGI BERSIH ENERGI PANAS BUMI (GEOTHERMAL) Disusun Oleh: Kelompok 4 Arista Ladja Gaa/114090000 David Arthur Lawang/114110060 Starpha Voreta/114120000 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

Makalah Teknologi Energi Bersih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TEB

Citation preview

Page 1: Makalah Teknologi Energi Bersih

MAKALAH TEKNOLOGI ENERGI BERSIH

ENERGI PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Arista Ladja Gaa/114090000

David Arthur Lawang/114110060

Starpha Voreta/114120000

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Makalah Teknologi Energi Bersih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semenjak manusia zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang, manusia selalu

mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilaluinya. Peradaban manusia

sekarang telah mengalami banyak kemajuan. Selama perkembangan itu, manusia menjalani

kehidupan dengan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Melalui orientasi kehidupan

tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-

baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Manusia sekarang telah

mengalami banyak revolusi industri yang menggantungkan kehidupan pada bidang

perindustrian. Dengan menggunakan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun

mengalami kemunduran secara perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun

mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.

Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak positif maupun negatif.

Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa

sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang

ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri

seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan

mengesampingkan perhatian dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah

mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal

manusia dan kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak

terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang telah

dilakukan dan telah berkembang pesat saat ini, dampak negatif ini adalah terjadinya

pemanasan suhu bumi yang sering disebut dengan Global Warming.

Namun masalah Global Warming sebagai masalah lingkungan ini masih diperdebatkan

kebenarannya oleh beberapa pihak yang menganggap global warmng adalah alasan yang

diciptakan untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Walaupun masih terdapat

perdebatan mengenai keberadaan Global Warming diantara para ahli lingkungan, namun

masalah ini patut menjadi perhatian kita sebagai umat manusia.

Page 3: Makalah Teknologi Energi Bersih

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan untuk menghindari salah pengertian dan

perbedaan presepsi serta untuk mengarahkan makalah ini, maka kami akan membatasi

permasalahan pada:

A. Makalah ini dibuat oleh mahasiswa Teknik Lingkungan tahun ajaran 2015-

2016 semester ganjil.

B. Definisi Panas Bumi, Proses Terbentuknya Panas Bumi, dan, Pemanfaatan

Panas Bumi sebagai Energi Baru dan Terbarukan.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan makalah yang kami diskusikan dan pembatasan masalah, maka dapat

dirumuskan sebagai masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan energi panas bumi?

2. Mengapa energi panas bumi dapat dikategorikan sebagai energi baru dan terbarukan?

3. Seberapa besar potensi pemanfaatan energi panas bumi?.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan Energi Panas Bumi sebagai Energi

Baru dan Terbarukan..

1.3.2 Manfaat

A. Untuk memperoleh data, fakta dan informasi tentang Definisi Panas Bumi, Proses

Terbentuknya Panas Bumi, dan, Pemanfaatan Panas Bumi sebagai Energi Baru dan

Terbarukan.

B. Untuk menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan

dengan Energi Panas Bumi serta pemanfaatannya sebagai energi baru dan terbarukan.

Page 4: Makalah Teknologi Energi Bersih

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode;

deskriptif, kualitatif, melalui studi pustaka yakni dengan menggunakan buku-buku literatur,

jurnal ilmiah dan media internet sebagai sumber kajian yang dibahas

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara sistematika penulisan yakni:

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

Bab II. Pembahasan

2.1 Pengertian Panas Bumi

2.2 Proses Terbentuknya Panas Bumi

2.3 Pemanfaatan Panas Bumi sebagai Energi Baru dan Terbarukan

2.4 Energi Panas Bumi sebagai Pembangkit Listrik.

2.6 Studi Kasus

Bab III. Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka

Page 5: Makalah Teknologi Energi Bersih

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Panas Bumi

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata

atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Global Warming merupakan fenomena peningkatan

temperature global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house

effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida, metana,

dinitrooksida dan CFC sehingga energi matahri terperangkap dalam atmosfer bumi (Muhi,

2011 dalam Pentiana 2013). Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat

0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on

Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata

global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya

konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.

Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik,

termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat

beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC

tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan

global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan

2100.Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda

mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim

yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,

pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.Ini mencerminkan besarnya

kapasitas panas dari lautan.

2.2 Sejarah Global Warming

Pemanasan global bermula dari revolusi industri pada akhir abad ke-18. Revolusi industri

adalah perubahan pola produksi yang dulu menggunakan tenaga manusia (pekerja) menjadi

menggunakan mesin dan teknologi (industri). Tujuan dari revolusi industri ini adalah untuk

Page 6: Makalah Teknologi Energi Bersih

mencapai keuntungan yang lebih besar, karena penggunaan mesin dianggap lebih effisien

dari pada menggunakan tenaga manusia. Sejak saat itu juga bahan bakar fosil mulai

digunakan secara intensif. Misalnya, untuk membajak sawah sebelum revolusi industri

menggunakan sapi atau kerbau, namun setelah revolusi industri menggunakan traktor.

Dibalik kemajuan yang diimpikan melalui revolusi industri, terdapat masalah baru berupa

pemanasan global akibat dari gas buangan yang dihasilkan dari pembakaran yang

menimbulkan polusi (emisi gas rumah kaca).

2.3 Penyebab Global Warming

Penyebab pemanasan global adalah :

1. Efek Rumah Kaca

2. Ledakan Supernova

3. Aktivitas Internal Bumi

4. Pengaruh aktivitas manusia

2.3.1 Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah peristiwa alamiah yang kejadiannya mirip dengan

pantulan panas didalam rumah kaca yang digunakan petani menanam sayuran pada

musim dingin di Negara yang mengenal 4 musim. Sinar matahari masuk ke rumah kaca

untuk membantu proses asimilasi. Sisa panas dari matahari seharusnya dikeluarkan ke

atmosfer. Akan tetapi, ada bilik kaca yang memantulkan kembali panas tersebut sehingga

suhu udara dalam bilik kaca atau ruangan tersebut manjadi naikdan mejadi hangat,

pantulan kemabali panas kembalike ruangan, yang menjadikan suhu dalam ruangan

hangat yaitu disebut efek rumah kaca.

Contoh gas rumah kaca, CO2, metana, N2O, CFC, HFC, PFC, SF6. Jika GRK

terlepas ke atmosfer sampai pada ketinggian troposfer, akan terbentuk lapisan selimut

yang menyelubungi bumi. Gas ini yang akan memantulkan sebagian panas dari bumi

kembali lagi ke bumi sehingga bumi dan atmosfer menjadi hangat. Jika proses ini terus

berlanjut dunia terancam mengalami pemanasan global.

Page 7: Makalah Teknologi Energi Bersih

2.3.2 Ledakan Supernova

Ledakan Supernova adalah ledakan sangat hebat yang terjadi pada bintang yang

letaknya sangat jauh dari bumi berjarak sekitar puluhan tahun cahaya (9,331 x 1012 km).

Dampak ledakan tersebut menghasilkan panas yang amat sangat tinggi dan menghasilkan

partikel radiasi kosmogenis atau radiasi sinar kosmis yang dapa menembus atmosfer

bumi. Radiasi sinar kosmis adalah radiasi dari angkasa luar yang berasal dari energi yang

dipancarkan oleh bintang-bintang dialam lain. Menurut David Schrarr dari Universitas

Chicago, ledakan supernova yang memancarkan reaksi gama dan radiasi partikel sub-

atomik yang sangat kuat tersebut dapat sampai ke atmosfer bumi dan merusak lapisan

ozon sehingga membentuk lubang ozon.

2.3.3 Pengaruh Aktivitas Internal Bumi.

Aktivitas internal bumi berpengaruh pada pemanasan global dibagi menjadi 2

golongan yakni aktivitas vulkanik dan proses pembusukan sampah organik. Proses

vulkanik gunungapi pada letusan yang sangat kuat material berupa batu, pasir dan debu,

dan natural aerosol akan terlempar ke atas. Batu dan pasir akan segera jatuh kembali ke

bumi, tetapi natural aerosol dan debu vulkanik masih melayang ke atmosfer-atmosfer

sebelum jatuh ke bumi. Berapa lama natural aerosol vulkanik dan debu yang berada

diatmosfer tergantung dari kuat dan tinggi ledakan gunung berapi tersebut.

Jatuhan natural aerosol dan debu terbagi menjadi dua yakni jatuhan awal dan

jatuhan tertunda. Jatuhan awal merupakan jatuhan yang tidak lama setelah gunungapi

meletus. Jatuhan tertunda merupakan jatuhan yang jatuh beberapa minggu atau beberapa

bulan setelah gunungapi meletus. Jatuhan tertunda terbagi menjadi dua yakni jatuhan

troposfer terjadi pada letusan gunungberapi yang mencapai ketinggian lapisan troposfer.

Jatuhan stratosfer terjadi pada letusan gunungberapi yang sangat kuat dan letusannya

dapat mencapai ketinggian stratosfer. Jatuhan tertunda dapat menyebabkan pemanasan

global karena debu vulkanik masih berada di atmosfer bumi ( pada lapisan troposfer atau

lapisan stratosfer akan berlaku sebagai lapisan selimut.

Page 8: Makalah Teknologi Energi Bersih

2.3.4 Proses Pembusukan Sampah Organik

Dalam proses pembusukan sampah organik akan menghasilkan gas metan. Oleh

karena itu, pengumpulan dan penampungan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA)

hanya merupakan penyelesaian sementara karena akan menghasilkan sumber pencemaran

gas metan yang terjadi secara alamiah. Gas metan ternyata 21 kali lebih kuat dari gas CO2

dan ini sangat berpengaruh terhadap pantulan panas dari bumi kembali ke bumi.

2.3.5 Pengaruh Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia menghasilkan gas-gas rumah kaca sebagai berikut :

1. Transportasi

2. Industri

3. Pembuangan Sampah

4. Pembakaran Stasioner

Pada kota-kota besar terutama kota dalam lalu lintas padat akan menghasilkan

pencemaran udara dari kegiatan tersebut berupa Karbon Monoksida (CO), Nitrogen

Monoksida (NOx), Belerang Oksida (SOx). Hidro Karbon dan partikel-partikel lain

sehingga menghasilkan gas rumah kaca yang menimbulkan Global Warming.

Aktivitas industri yang melibatkan penggunaan bahan bakar fosil batubara,

minyak bumi dan gas bumi sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik dapat

dipastikan menambah emisi gas rumah kaca dan aktivitas industri yang banyak

melibatkan penggunaan senyawa CFC juga berpotensi menimbulkan efek rumah kaca.

Gas CFC tidak mudah terurai bila terlepas ke atmosfer sehingga bias sampai ke lapisan

stratosfer. Gas CFC selain bersifat sebagai gas rumah kaca juga bersifat merusak lapisan

ozon sehingga menimbulkan lubang ozon atau ozon hole. Jika lapisan ozon termakan

oleh gas CFC maka pelindung bumi pun hilang sehingga sinar ultraviolet akan

menerobos atmosfer bumi dan terus sampai ke bumi mengakibatkan bumi menjadi panas.

Pembakaran stasioner sebagai bagian aktivitas manusia adalah pembakaran bahan

bakar fosil yang pada umumnya pembangkit sumber daya listrik. Mekanisme gas rumah

kaca yang ditimbulkan dari pembakaran stasioner mirip dengan mekanisme timbulnya

gas rumah kaca pada aktivitas transportasi dan industri yang menggunakan bahan bakar

fosil.

Page 9: Makalah Teknologi Energi Bersih

Perladangan berpindah diakibatkan karena cara pembukaan lahan pertanian baru dengan

cara membakar hutan. Pada umumnya ini dilakukan oleh para peladang yang berpindah-

pindah yang kebanyakan merupakan masyarakat pedalaman. Kasus ini terjadi setiap

tahun di Indonesia sehingga pemerintah belum dapat mencari solusi untuk mencegah

pembakaran hutan. Selain dari dampak Global Warming, dampak dari pembakaran

ladang berdampak pada masyarakat sekitar contohnya ISPA.

2.4 Dampak Global Warming

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan

sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para

ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap

cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan

manusia. Dampak-dampaknya diantaranya :

2.4.1 Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian

Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-

daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan

mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah

yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada

pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta

akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur

pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap

dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan

meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan

karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan

efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk

awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke

angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).

Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1

Page 10: Makalah Teknologi Energi Bersih

persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah

meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih

sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah

akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan

mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh

kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan

pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola

cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

2.4.2 Peningkatan permukaan laut

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,

sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan

juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih

memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10

– 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi

peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah

pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5

persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit

pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air

pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang

sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin

mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan

tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi)

akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa

baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.

Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga

pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan

dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak

1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari

Page 11: Makalah Teknologi Energi Bersih

perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat,

terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih

akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-

benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat

selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi

setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on

Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat

0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan

tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca

ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat

1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer

tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode

tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap

berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya

kembali.

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi

karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22

bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim

secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi

beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan

risiko populasi yang sangat besar.

2.4.3 Suhu global cenderung meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih

banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa

tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan

dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan

pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh.

Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh

Page 12: Makalah Teknologi Energi Bersih

dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai

reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan

dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

2.4.4 Gangguan ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek

pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan

global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.

Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat

lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi

perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi

oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang

tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

2.4.5 Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit

yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga

dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.

Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es

di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana

alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam

biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana

sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma

psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui

air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne

diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang

(ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim

ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,

plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala

organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang

Page 13: Makalah Teknologi Energi Bersih

secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang

ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa

berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang /

kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)

Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga

berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan

polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan

berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi,

coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

2.4.6 Hilangnya Lautan Es

Menurut WWF, bahkan pemanasan global kurang dari 2°C dapat memicu

hilangnya lautan es kutub utara dan pencairan lapisan es di Greenland . Efek timbal balik

kekuatan yang tak terduga ini adalah penyebab terlampauinya titik-titik kritis tersebut.

Hal ini akan menyebabkan peningkatan permukaan laut beberapa meter secara global

yang akan mengancam puluhan juta manusia di dunia.

Kapasitas penyimpanan CO2 di lautan dan daratan – penyerapan alami bumi–

telah turun sekitar 5% selama lebih dari 50 tahun belakangan ini. Pada saat yang

bersamaan, emisi CO2 manusia yang berasal dari bahan bakar fosil terus meningkat –

empat kali lipat lebih cepat di dekade ini daripada dekade sebelumnya. WWF mendesak

para pemerintah tersebut memanfaatkan konferensi Poznan sebagai titik balik untuk

menghindari arah kehancuran yang sedang dituju oleh dunia saat ini.

2.5 Pencegahan dan mitigasi Global Warming

2.5.1 Pencegahan

A. Konservasi lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon dan

penghijauan di lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki peran dalam

proses fotosintesis, dalam proses ini tumbuhan memerlukan karbondioksida

dan menghasilkan oksigen. Akumulasi gas-gas karbon di atmosfer dapat

dikurangi.

Page 14: Makalah Teknologi Energi Bersih

B. Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif guna mengurangi

penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara). Emisi gas

karbon yang terakumulasi ke atmosfer banyak dihasilkan oleh pembakaran

bahan bakar fosil. Kita mengenal bahwa paling banyak mesin-mesin

kendaraan dan industri digerakkan oleh mesin yang menggunakan bahan

bakar ini. Karena itu diupayakan sumber energi lain yang aman dari emisi

gas-gas ini, misalnya; menggunakan energi matahari, air, angin, dan

bioenergi. Di daerah tropis yang kaya akan energi matahari diharapkan

muncul teknologi yang mampu menggunakan energi ini, misalnya dengan

mobil tenaga surya, listrik tenaga surya. Sekarang ini sedang dikembangkan

bioenergi, antara lain biji tanaman jarak (Jathropa. sp) yang menghasilkan

minyak.

C. Daur ulang dan menggunakan barang bekas yang masih bisa terpakai untuk

menghindari proses-proses yang dapat meningkatkan global warming..

Penggunaan minyak tanah untuk menyalakan kompor di rumah, menghasilkan

asap dan jelaga yang mengandung karbon. Karena itu sebaiknya diganti

dengan biogas. Biogas menjadi hal yang baik dan perlu dikembangkan,

misalnya dari sampah organik.

D. Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan memberikan pemahaman

dan penerapan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Dimensi manusia Manusia berperan sebagai pengguna-perusak-pelestari

alam. Manusia harus diberi kesadaran akan pentingnya alam bagi

kehidupannya. Alam memiliki keterbatasan dibanding kemampuan

manusia dalam mengeksploatasi alam. Manusia memanfaatkan alam guna

memperoleh sumber makanan dan kebutuhan sosial lainnya, tetapi

disadari atau tidak tindakannya dapat berakibat kerusakan faktor-faktor

ekologis. Karena itu manusia harus menyadari bahwa ia dan perilakunya

adalah bagian dari alam dan lingkungan yang saling mempengaruhi.

b) Penegakan hukum dan keteladanan Pelanggaran atas tindakan manusia

yang merusak lingkungan harus mendapat ganjaran. Penegakan hukum

lingkungan menjadi bagian yang penting guna menjaga kelestarian

Page 15: Makalah Teknologi Energi Bersih

lingkungan, dan memberi efek jera bagi yang melanggar. Penegakan

hukum tidak memandang strata sosial masyarakat. Selain itu adalah

panutan dan ketokohan seseorang memegang peranan penting. Mereka

yang memiliki pemahaman yang lebih baik (berpendidikan) terhadap

lingkungan hidup hendaknya berperan memberi contoh dan sikap

lingkungan yang baik pula kepada masyarakat. Misalnya, kita masih

menemukan kasus peran beberapa aparat pemerintah dibalik kerusakan

hutan, baik dengan memberikan modal maupun perlindungan bagi

perambah hutan.

c) Keterpaduan Seluruh elemen masyarakat harus mendukung upaya

pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam serta penegakan hukumnya.

Upaya ini harus dilakukan secara komprehensif dan lintas sektor.

Misalnya, untuk mengatasi emisi gas-gas rumah kaca akibat peningkatan

jumlah kendaraan di Kota Jakarta, harus di atas secara bersama dengan

daerah sekitar seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Karena

pekerja yang menggunakan kendaraan bermotor setiap hari masuk ke kota

Jakarta bermukim di empat kota tersebut. Demikian halnya mengatasi

banjir di Kota Gorontalo, misalnya, tidak dapat diatasi dengan perbaikan

fasilitas lingkungan dan membina kesadaran penduduk kota, tetapi secara

menyeluruh dengan masyarakat di wilayah lain (hulu dan DAS) yang

memberi kontribusi terhadap bencana banjir. Masyarakat dan pemerintah

daerah terdekat seperti Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten

Gorontalo turut bertanggungjawab dalam upaya penanggulangan banjir di

Kota Gorontalo. Secara geografis, terdapat daerah aliran sungai dimana

dua sungai besar yang melewati dan bermuara di kota ini. Karena itu

bencana alam dan kerusakan lingkungan tidak dapat dipilah menurut

wilayah administratif semata, tetapi bersifat area geografis-ekologis.

d) Mengubah pola pikir dan sikap. Faktor-faktor lingkungan fisik, mahluk

hidup lain dan manusia memiliki peran masing-masing dalam lingkungan

hidup. Manusia sebagai mahluk yang diberi kemampuan logika harus

mampu memandang kepentingan hidupnya terkait dengan kehidupan

Page 16: Makalah Teknologi Energi Bersih

mahluk hidup lain beserta kejadian proses-proses alam. Sikap dan perilaku

manusia terhadap alam cepat atau lambat memberi berdampak pada

lingkungan hidupnya. Peduli terhadap lingkungan pada dasarnya

merupakan sikap dan perilaku bawaan manusia. Akan tetapi munculnya

ketidak pedulian manusia adalah pikiran atau persepsi yang berbeda-beda

ketika manusia berhadapan dengan masalah lingkungan. Manusia harus

memandang bahwa dirinya adalah bagian dari unsur ekosistem dan

lingkungannya. Naluri untuk mempertahankan hidup akan memberi

motivasi bagi manusia untuk melestarikan ekosistem dan lingkungannya.

e) Etika lingkungan Kecintaan dan kearifan kita terhadap lingkungan

menjadi filosofi kita tentang lingkungan hidup. Apa pun pemahaman kita

tentang lingkungan hidup dan sumber daya, kita harus bersikap dan

berperilaku arif dalam kehidupan. Dalam wujud budaya tradisional,

kearifan lokal melahirkan etika dan norma kehidupan masyarakat dalam

memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungannya. Selama masyarakat

masih menghormati budaya tradisional yang memiliki etika dan nilai

moral terhadap lingkungan alamnya, maka konservasi sumber daya alam

dan lingkungan menjadi hal yang mutlak. Dalam kehidupan masyarakat

demikian, etika lingkungan tidak tampak secara teoretik tetapi menjadi

pola hidup dan budaya yang dipelihara oleh setiap generasi. Etika

lingkungan akan berdaya guna jika muncul dalam tindakan nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

2.5.2 Mitigasi

Mitigasi, adalah usaha menekan penyebab perubahan iklim, seperti gas rumah

kaca dan lainnya resiko terjadinya perubahan iklim dapat diminimalisir atau dicegah.

Upaya mitigasi dalam bidang energi di Indonesia, misalnya dapat dilakukan dengan cara

melakukan effisiensi dan konservasi energi, mengoptimalkan penggunaan energi

terbarukan , seperti biofuels, energi matahari, energi angina, dan energi panas bumi,

effisiensi penggunaan energi minyak bumi melalui pengurangan subsidi dan

mengoptimalkan energi pengganti minyak bumi, dan penggunaan energi nuklir.

Page 17: Makalah Teknologi Energi Bersih

Contoh upaya mitigasi yang lain dalam upaya mengurangi dampak perubahan

iklim terhadap sumber daya air anatar lain ; Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan

penaburan material semai (seeding agent) berupa powder atau flare, usaha tehabilitasi

waduk atau embung, alokasi air melalui operasi waduk pola kering, pembangunan

jaringan irigasi, penghijauan lahan krisis dan sosialisasi gerakan hemat air, peningkatan

kehandalan sumber air baku, peningkatan Instalasi Pengolahan Air (IPA), pengembangan

teknologi pengolahan air tepat guna,pembangunan dan rehabilitasi waduk dan embung

serta pembangunan jaringan irigasi.

2.6 Studi Kasus

Global Warming memiliki dampak besar terhadap bumi, salah satunya adalah dampak

terhadap perbuhan iklim. Dalam perjalannya, dampak perubahan iklim memiliki dampak

turunan yang menyinggung berbagai bidang.

2.6.1 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Konsumsi Energi

Pembangunan di masa depan sangat bergantung pada ketersediaan jangka panjang

energi, dalam jumlah yang meningkat, dari sumber-sumber yang dapat diandalkan, aman

dan sehat ditinjau dari segi lingkungan (WCED, 1987). Tingkat kemajuan yang dicapai

suatu negara umumnya sebanding dengan tingkat konsumsi energinya. Sebagai contoh,

tingkat konsumsi energi rata-rata orang Indonesia sekitar 14 Giga Joule, sedangkan

tingkat konsumsi energi rata-rata Amerika Serikat, Belanda, Inggris, dan Jepang berturut-

turut adalah 317, 216, 164, dan 141 Giga Joule. Saat ini, sekitar 86% konsumsi energi

dunia berasal dari sumber daya tak terbarukan, yaitu bahan bakar fosil (BBF) berupa

minyak bumi, gas alam, dan batu bara, dan hanya 6% saja yang berasal dari sumber

energi terbarukan.

Penggunaan energi merupakan sumber penyebab utama terjadinya pemanasan

global, karena menghasilkan karbon dioksida, CO2 yang merupakan gas rumah kaca.

Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan berdampak pada

perubahan penggunaan/konsumsi energi. Dampak perubahan iklim terhadap

penggunaan/konsumsi energi dapat berupa:

A. Penurunan tingkat konsumsi energi untuk pemanasan ruangan dan kenaikan

Page 18: Makalah Teknologi Energi Bersih

penggunaan energi untuk pendinginan ruangan;

B. Penurunan kebutuhan energi untuk pemanasan air (seperti untuk mandi), dan

kenaikkan konsumsi energi untuk pendinginan/pembuatan es;

C. Konsumsi energi yang lebih besar untuk proses-proses yang sensitif terhadap

perubahan cuaca, seperti pemompaan untuk pengairansawah, dan lain-lain;

D. Kenaikkan konsumsi energi listrik untuk Air Conditioner (AC);

E. Perubahan konsumsi energi pada beberapa sektor ekonomi, seperti sektor

transportasi, konstruksi, pertanian dan lain-lain.

2.6.2 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Keanekaragaman Hayati

Tingkat perubahan iklim sekarang melebihi semua variasi alami dalam 1000

tahun terakhir. Debat tentang iklim perubahan telah sekarang mencapai suatu langkah di

mana kebanyakan ilmuwan menerima bahwa, emisi gas rumah kaca mengakibatkan

perubahan iklim yang berdampak berbagai sendi-sendi kehidupan. Salah satu sendi

kehidupan yang vital dan terancam oleh adanya perubahan iklim ini adalah

keanekaragaman hayati (biodiversitas) dan ekosistem. Biodiversitas sangat berkaitan erat

dengan perubahan iklim. Perubahan iklim berpengaruh terhadap perubahan

keanekaragaman hayati dan ekosistem baik langsung maupun tidak langsung.

2.6.2.1 Dampak langsung perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati

Dampak langsung perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati :

a) Spesies ranges (cakupan jenis)

Perubahan Iklim berdampak pada pada temperatur dan curah hujan. Hal

ini mengakibatkan beberapa spesies tidak dapat menyesuaikan diri, terutama

spesies yang mempunyai kisaran toleransi yang rendah terhadap fluktuasi

suhu.

b) Perubahan fenologi

Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran dalam siklus yang

reproduksi dan pertumbuhan dari jenis-jenis organisme, sebagai contoh

migrasi burung terjadi lebih awal dan menyebabkan proses reproduksi

terganggu karena telur tidak dapat dibuahi. Perubahan iklim juga dapat

Page 19: Makalah Teknologi Energi Bersih

mengubah siklus hidup beberapa hama dan penyakit, sehingga akan terjadi

wabah penyakit.

c) Perubahan interaksi antar spesies

Dampak perubahan iklim akan berakibat pada interaksi antar spesies

semakin kompleks (predation, kompetisi, penyerbukan dan penyakit). Hal itu

membuat ekosistem tidak berfungsi secara ideal.

d) Laju kepunahan

Kepunahan telah menjadi kenyataan sejak hidup itu sendiri muncul.

Beberapa juta spesies yang ada sekarang ini merupakan spesies yang berhasil

bertahan dari kurang lebih setengah milyar spesies yang diduga pernah ada.

Kepunahan merupakan proses alami yang terjadi secara alami. Spesies telah

berkembang dan punah sejak kehidupan bermula. Kita dapat memahami ini

melalui catatan fosil. Tetapi, sekarang spesies menjadi punah dengan laju

yang lebih tinggi daripada waktu sebelumnya dalam sejarah geologi, hampir

keseluruhannya disebabkan oleh kegiatan manusia. Di masa yang lalu spesies

yang punah akan digantikan oleh spesies baru yang berkembang dan mengisi

celah atau ruang yang ditinggalkan. Pada saat sekarang, hal ini tidak akan

mungkin terjadi karena banyak habitat telah rusak dan hilang. Beberapa

kelompok spesies yang lebih rentan terhadap kepunahan daripada yang lain.

Kelompok spesies tersebut adalah :

1) Spesies pada ujung rantai makanan, seperti karnivora besar, misalnya

harimau (Panthera tigris). Karnivora besar biasanya memerlukan teritorial

luas untuk mendapatkan mangsa. Oleh karena populasi manusia terus

merambah areal hutan dan penyusutan habitat, maka jumlah karnivora

juga menurun.

2) Spesies lokal endemik (spesies yang ditemukan hanya di suatu area

geografis) dengan distribusi yang sangat terbatas, misalnya badak Jawa

(Rhinoceros javanicus). Sangat rentan terhadap gangguan habitat lokal dan

manusia.

3) Spesies dengan populasi kecil yang kronis. Bila populasi menjadi

terlalu kecil, maka menemukan pasangan atau perkawinan (untuk

Page 20: Makalah Teknologi Energi Bersih

bereproduksi) menjadi masalah yang serius, misalnya Panda.

4) Spesies migratori adalah spesies yang memerlukan habitat yang cocok

untuk mencari makan dan beristirahat pada lokasi yang terbentang luas

sangat rentan terhadap kehilangan ‘stasiun’ habitat peristirahatannya.

5) Spesies dengan siklus hidup yang sangat kompleks. Bila siklus hidup

memerlukan beberapa elemen yang berbeda pada waktu yang sangat

spesifik, maka spesies ini rentan bila ada gangguan pada salah satu elemen

hidupnya.

6) Spesies spesialis dengan persyaratan yang sangat sempit seperti sumber

makanan yang spesifik, misal spesies tumbuhan tertentu.

e) Penyusutan Keragaman Sumber Daya Genetik

Ancaman terhadap kelestarian sumberdaya genetik juga dapat ditimbulkan

oleh adanya pengaruh pemanasan global. Beberapa varian dari tanaman dan

hewan menjadi punah karena perubahan iklim. Kepunahan spesies tersebut

menyebabkan sumberdaya genetik juga akan hilang. Ironisnya banyak

sumberdaya genetik (plasma nutfah) belum diketahui apalagi dimanfaatkan, kita

menghadapi kenyataan mereka telah hilang.

2.6.2.2 Dampak tidak langsung perubahan iklim terhadap biodiversitas

Berbagai penyebab penurunan keanekaragaman hayati di berbagai ekosistem

antara lain konversi lahan, pencemaran, eksploitasiyang berlebihan, praktik teknologi

yang merusak, masuknya spesies asing dan perubahan iklim.

a) Dampak terhadap Ekosistem Hutan

Ekosistem hutan mengalami ancaman kebakaran hutan yang terjadi akibat

panjangnya kemarau. Jika kebakaran terjadi secara terus menerus, spesies

flora dan fauna terancam dan merusak sumber penghidupan masyarakat.

Indonesia mempunyai lahan basah (termasuk hutan rawa gambut) terluas di

Asia, yaitu 38 juta ha yang tersebar mulai dari bagian timur Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, Jawa, sampai Papua. Tetapi luas lahan basah telah

menyusut menjadi kurang lebih 25,8 juta ha (Suryadiputra, 1994). Penyusutan

Page 21: Makalah Teknologi Energi Bersih

lahan basah dikarenakan berubahnya fungsi rawa sebesar 37,2 persen dan

mangrove 32,4 persen. Luas hutan mangrove berkurang dari 5,2 juta ha tahun

1982 menjadi 3,2 juta ha tahun 1987 dan menciut lagi menjadi 2,4 juta ha

tahun 1993 akibat maraknya konversi mangrove menjadi kawasan budidaya

(Suryadiputra, 1994, Dahuri et al, 2001).

b) Dampak pada daerah kutub

Sejumlah keanekaragaman hayati terancam punah akibat peningkatan

suhu bumi rata-rata sebesar 1oC. Setiap individu harus beradaptasi pada

perubahan yang terjadi, sementara habitatnya akan terdegradasi. Spesies yang

tidak dapat beradaptasi akan punah. Spesies-spesies yang tinggal di kutub,

seperti penguin, anjing laut, dan beruang, juga akan mengalami kepunahan,

akibat mencairnya sejumlah es di kutub.

c) Dampak pada daerah arid dan gurun

Dengan adanya pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim

mengakibatkan luas gurun menjadi semakin bertambah (desertifikasi).

2.6.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Air

Akibat tidak langsung adalah intrusi air laut yang kemudian dapat menyebabkan

penurunan kualitas air tanah. Peningkatan temperatur air akibat perubahan iklim juga

dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air pendingin karena polusi termal

pada air. Hal ini juga mempengaruhi pola oksigen, potensial redoks, stratifikasi danau,

laju pencampuran dan pertumbuhan biota air. Peningkatan temperatur air akan

menurunkan kemampuan pemurnian sendiri dari sungai. Lebih jauh lagi, intensitas hujan

yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan nutrien, pathogen dan racun ke dalam badan

air. Berbagai penyakit juga dapat ditularkan melalui air, baik melalui air minum atau

dengan mengkonsumsi tanaman yang diirigasi dengan air tercemar.

Berdasarkan penjelasan di atas, IPCC (2007), menyatakan bahwa akan terjadi

fenomena dan dampak akibat perubahan iklim dalam jangka panjang, sebagai berikut:

1. Kenaikan kelembaban permukaan tanah, fluktuasi suhu siang dan malam yang

tinggi berpengaruh terhadap kenaikan massa air (volume) dan beberapa sumber

air.

Page 22: Makalah Teknologi Energi Bersih

2. Peningkatan frekuensi gelombang panas berakibat meningkatnya kebutuhan air

dan menurunnya kualitas air, sebagai contoh ledakan ganggang (booming algae).

3. Tingginya intensitas curah hujan di daerah berkelembaban tinggi berdampak

pada menurunnya kualitas air permukaan dan air tanah sebagai contoh terjadinya

kontaminasi sumber air.

4. Semakin luasnya daerah yang mengalami kekeringan sehingga semakin banyak

daerah yang kekurangan air.

5. Peningkatan intensitas badai tropis yang kekuatannya dapat mengganggu

penyediaan air bagi kepentingan masyarakat.

6. Peningkatan kejadian gelombang pasang yang berakibat pada menurunnya

ketersediaan air bersih karena intrusi air laut.

2.6.4 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sistem Transportasi

Ada 4 faktor utama perubahan iklim yang mempengaruhi sistem transportasi

yaitu: meningkatnya temperatur (Increasing temperatures), meningkatnya curah hujan

(Increasing precipitation), dan naiknya permukaan laut (Rising sea levels ) (Andrey, J. et

al, 2003).

2.6.4.1 Peningkatan Temperatur

Peningkatan temperatur berpotensi mempengaruhi berbagai moda

transportasi, terutama mempengaruhi permukaan jalanan. Pengaruh yang

disebutkan adalah kerusakan perkerasan jalan, melengkungnya rel (rail buckling),

efisiensi bahan bakar berkurang, permukaan air dalam tanah makin rendah dan

menurunn ya penutup es (Hyman R., 2007).

Kerusakan Perkerasan; Kualitas perkerasan jalan raya diidentifikasi akan

menurun sebagai suatu isu potensi karena perubahan temperatur iklim .

Perkerasan jalan apakah itu aspal fleksibel atau aspal beton, akan mengalami

kerusakan apabila terjadi peningkatan temperatur. Temperatur akan

menyebabkan bahan perkerasan jalan memuai pada suhu yang sangat panas dan

menyusut pada saat temperatur dingin. Perubahan ini mengakibatkan bahan jalan

cepat lelah (fatigue) yang pada akhirnya membuat perkerasan sering lepas, terk

Page 23: Makalah Teknologi Energi Bersih

elupas, menipis, pecah, retak, menggembung dan berlubang dan lain-lain. Pada

tempe ratur dingin permukaan jalan licin dan pada musim panas aspal fleksibel

mencair atau melel eh sehingga aspal fleksibel sering melekat pada roda

kendaraan. Lambat laun lapisan perkerasan ini semakin menipis, sehingga untuk

penyesuaian, jalan itu harus lebih sering mendapat pemeliharaan, membongkar

jalan retak dan menggantinya serta dilakukan pelapisan ulang jalan dengan bahan

aspal dengan kekakuan tinggi yang tahan panas.

Membengkoknya Bantalan Rel; Jalan kereta terbuat dari bentangan baja

yang dapat memuai ketika temperatur sangat panas. Pemuaian ini dapat

melelahkan baja rel yang menurut hukum hook apabila bahan melewati batas

elastisnya dapat menyebabkan baja mudah membengkok. Pembengkokan ini

lebih sering terjadi apabila temperatur iklim sering berubah-ubah antara panas dan

dingin. Pada temperatur sangat panas jalan rel kereta memuai dan pada saat

dingin menyusut. Menurut Peterson (2006) bahwa jarak kereta api untuk dapat

melakukan pengereman makin pendek dan kecepatan kereta api akan menurun

apabila terjadi pembengkokan rel. Untuk mengatasi pembengkokan rel ini maka

pengawasan temperatur rel makin sering dilakukan dan pada akhirnya akan

meningkatkan biaya pemeliharaan jalur kereta. Selain itu karena rel sering

mengalami pemuaian rel itu menjadi lelah dan mudah rusak sehingga rel harus

diganti.

Penurunan daya angkat dan efisiensi pesawat udara; Perubahan iklim

terutama temperatur dan tingkat curah hujan dapat mempengaruhi pesawat udara

ketika meakukan take offataupun landing. Pada saat pesawat udara take

offdiperlukan daya angkat pesawat udara ke udara. Apabila tekanan angin

kencang maka diperlukan tambahan tenaga untuk bisa mengangkat pesawat.

Akibatnya diperlukan runway yang lebih panjang. Selain itu diperlukan bahan

bakar yang banyak untuk meningkatkan kemampuan angkat pesawat.

Perubahan Tinggi Muka Air; Perubahan tinggi muka air pada transportasi

laut, danau dan sungai akan terjadi bila temperatur sangat panas karena besarnya

penguapan yang terjadi. Apabila permukaan air menurun, kapal atau perahu

sebagai alat angkutan air akan sulit membawa beban yang lebih berat dan akan

Page 24: Makalah Teknologi Energi Bersih

sering mengalami kandas. Makin tinggi permukaan air maka makin tinggi

kemamupuan kapal atau perahu mengangkut beban karena penambahan tinggi

muka air tentunya akan meningkatkan daya pikul beban yang berada di atas

permukaan.

2.6.4.2 Meningkatnya Curah Hujan

Peningkatan durasi dan intensitas curah hujan yang terjadi tentu saja akan

dapat mempengaruhi stabilitas konstruksi jalan raya, jalan kereta, trotoar dan lain-

lain. Dari beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa curah hujan dapat

mempengaruhi kerusakan infrastruktur jalan. Menurut laporan Natural Resources

Canada pada tahun 2004,kerusakan infrastruktur jalan akan lebih cepat terjadi

apabila siklus antara hujan dan salju lebih sering terjadi terutama di daerah yang

merupakan hujan asam. Curah hujan dapat menyebabkan terbawanya sedimen ke

dalam sungai sehingga mempercepat pendangkalan sungai. Untuk jembatan,

pondasi jembatan dapat bergerak dan merusak jembatan. Selain itu meningkatnya

curah hujan sering menyebabkan banjir yang merusak prasarana transportasi

jalan. Pada saat hujan sering sekali terjadi longsor. Bahan-bahan longsoran masuk

kebadan jalan sehingga jalan terputus. Kejadiaan ini sering terjadi di jalan-jalan

utama, akibatnya perjalanan terganggu

2.6.4.3 Naiknya Permukaan Laut

Naiknya permukaan laut dapat merapengaruhi wilayah pantai, yang

selanjutnya mempengaruhi moda transportasi laut. Apabila permukaan air naik maka

terjadi pasang. Pasang ini dapat merusak jalan yang dekat dengan pantai dan merusak

prasarana jalan yang ada.. Beberapa fasilitas angkutan utama di Kota besar New York

rawan terhadap efek peningkatan permukaan laut dan angin topan surges, mencakup

Galangan kapal Greenville, Galangan kapal Harlem, Galangan kapal Oak Island, dan

Terminal Kereta Express. Secara keseluruhan, New York City yang berada pada 600

miles tepi laut, hampir semua dapat mengalami kerusakan akibat banjir dan angin

topan. Fasilitas transportasi pada Teluk Pantai kemungkinan akan mengalami

terjadinya angin topan dan banjir. Pada laporan tahunan disebutkan bahwa negara

bagian Louisiana, Florida, dan Texas merupakan tigabesar negara di yang

Page 25: Makalah Teknologi Energi Bersih

akanmengalami kerusakan akibat angin topan dan banjir karena adanya perubahan

iklim (Caldwell at al, 2004).

2.6.5 Dampak Perubahan Iklim terhadap Wilayah Pesisir

Pemanasan global, salah satu perubahan iklim global, telah diyakini berdampak

buruk bagi kelangsungan hidup manusia di berbagai wilayah dunia. Wilayah pesisir

adalah wilayah yang paling rentan terkena dampak buruk pemanasan global sebagai

akumulasi pengaruh daratan dan lautan. Dalam ringkasan teknisnya tahun ini,

Intergovernmental Panel on Climate Change, suatu panel ahli untuk isu perubahan iklim,

menyebutkan tiga faktor penyebab kerentanan wilayah ini (TS WG I IPCC, 2007:40).

Pertama pemanasan global ditenggarai meningkatkan frekuensi badai di wilayah pesisir.

Setiap tahun, sekitar 120 juta penduduk dunia di wilayah pesisir menghadapi bencana

alam tersebut, dan 250ribu jiwamenjadi korban hanya dalam kurun 20 tahun terakhir

(tahun 1980-2000). Peneliti bidang Meteorologi di AS mencatat adanya peningkatan

frekuensi badai tropis di Laut Atlantik dalam seratus tahun terakhir (KCM, 31 Juli 2007).

Pada periode 1905-1930 di wilayah pantai Teluk Atlantik terjadi rata-rata enam badai

tropis per tahun. Rata-rata tahunan itu melonjak hampir dua kali lipat (10 kali badai tropis

per tahun) pada periodetahun 1931-1994 dan hampir tiga kali lipat (15 kali badai tropis)

mulai tahun 1995 hingga 2005. Pada tahun 2006 yang dikenal sebagai “tahun tenang”

saja masih terjadi 10 badai tropis di wilayah pesisir ini. Juga dilaporkan pola peningkatan

kejadian badai tropis ini tetap akan berlangsung sepanjang pemanasan global masih

terjadi. Kedua; pemanasan global diperkirakan akan meningkatkan suhu air laut berkisar

antara 1-3°C. Dari sisi biologis, kenaikan suhu air laut ini berakibat pada meningkatnya

potensi kematian dan pemutihan terumbukarang di perairan tropis. Dampak ini

diperkirakan mengulang dampak peristiwa El Nino Southern Oscillation(ENSO) di tahun

1997-1998. World Resource Institutetahun 2002 menyatakan suhu air laut yang

meningkat 1-3°C pada saat itu telah memicu peristiwa pemutihan terumbu karang yang

terbesar sepanjang sejarah. Hampirnsekitar 18% terumbu karang di Asia Tenggara rusak

dan hancur. Di Indonesia sendiri cakupannya mulai dari perairan Sumatera, Jawa, Bali

hingga Lombok. Terjadi kematian sebanyak 90-95% terumbu karang di wilayah perairan

Page 26: Makalah Teknologi Energi Bersih

KepulauanSeribu dan 2 tahun setelah kejadian baru pulih 30%. El nino tahun itu juga

telah menyebabkan sekitar 90% terumbu karang di Kepulauan Mentawai mengalami

kematian. Ekosistem terumbu karang di perairan Indonesia seluas 51.875km, yang setara

dengan sepertiga luas pulau Jawa, terancam rusak dan hancur secara permanen jika

pemanasan global terus berlangsung. Ini juga berarti terancamnya kelangsungan berbagai

macam kehidupan biota laut yang tergantunghidupnya pada ekosistem alam ini.

Kerusakan terumbu karang juga berarti hilangnya pelindung alam wilayah pesisir yang

akan memicu peningkatan laju abrasi pantai. Luas terumbu karang Indonesia diduga

berkisar antara 50.020 Km2 (Moosa dkk, 1996 dalam KLH, 2002) hingga 85.000 Km2

(Dahuri 2002). Hanya sekitar 6 persen terumbu karang dalam kondisi sangat baik,

diperkirakan sebagian terumbu karang Indonesia akan hilang dalam 10-20 tahun dan

sebagian lainnya akan hilang dalam 20-40 tahun. Rusaknya terumbu karang mempunyai

dampak pada masyarakat pesisir, misalnya berkurangnya mata pencaharian nelayan kecil.

Dampak lainnya yaitu meningkatnya suhu permukaan air laut, yang akan berpengaruh

terhadap produktivitas perikanan. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan

udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.Indonesia sebagai negara

kepulauan merupakan negarayang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Untuk itu pemerintah dan seluruh penduduk Indonesia harus segera mewaspadai hal ini

dan menentukan langkah-langkah strategis untuk menanggulanginya. Secara umum dapat

dibedakan4 (empat) macam kemungkinan dampak kenaikan permukaan air laut

(Noronha, 1991 : Soegiarto, 1991):

1. Dampak fisik; peningkatan kerusakan karena banjir dan gelombang pasang,

erosi pantai dan peningkatan sedimentasi, perubahan kecepatan aliran sungai,

meningkatnya gelombang laut, dan meningkatnya keamblesan (subsidence)

tanah.

2. Dampak ekologis; hilang/mengurangnya wilayah genangan (wetland) di

wilayah pesisir, intrusi air laut, evaporasi kolam garam, hilang/mengurangnya

tanaman pesisir, hilangnya habitat pesisir, berkurangnya lahan yang dapat

ditanami, dan hilangnya biomassa non-perdagangan.

3. Dampak sosio-ekonomis; terpengaruhnya lingkungan permukiman,

kerusakan/ hilangnya sarana dan prasarana, kerusakan masyarakat/desa pantai,

Page 27: Makalah Teknologi Energi Bersih

korban manusia dan harta benda bila terjadi gelombang pasang, perubahan

kegiatan ekonomi di wilayah pesisir, peningkatan biaya asuransi

banjir,hilang/berkurangnya daerah rekreasi pesisir, meningkatnya biaya

penanggulangan banjir.

4. Dampak kelembagaan/hukum; perubahan batas maritim, penyesuaian

peraturan perundangan, perubahan praktek pengelolaan wilayah pesisir, perlu

dibentuknya lembaga baru untuk menangani kenaikan paras laut, dan

peningkatan pajak.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Global Warming adalah peristiwa naiknya temperatur/ suhu dibumi yang dapat

Page 28: Makalah Teknologi Energi Bersih

mempengaruhi semua komponen dibumi.

2. Global Warming disebabkan oleh gas efek rumah kaca, ledakan supernova, pengaruh

aktivitas internal bumi, pengaruh aktivitas manusia.

3. Global Warming mempunyai dampak, yaitu iklim mulai tidak stabil, peningkatan

permukaan laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekologis, dampak social

dan politik.

4. Cara meminimalisir global warming adalah dengan konservasi lingkungan,

menggunakan energi alternative, daur ulang dan efisiensi energi, upaya pendidikan

kepada masyarakat luas.

3.2 Saran

Untuk mengurangi dampak dari Global Warming dapat dilakukan dengan cara :

1. Melakukan sosialisasi instrument-instrumen yang berlaku kepada masyarakat luas.

2. Ikut dalam melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan yang berpengaruh terhadap

Global Warming.

3. Mengurangi kegiatan yang dapat berdampak meningkatkan Global Warming, seperti

kegiatan yang menghasil emisi gas karbon.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ilmiah ESAI Volume 7, No.1, Januari 2013 (ISSN 1978-6034).

Page 29: Makalah Teknologi Energi Bersih

KAJIAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKTIVITAS KACANGHIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI LAHAN KERING (ISSN 1979-6870).

Global Warming Impact on the Earth (Vol.1 ISSN: 2010-0264).

Wardhana, Wisnu Aria. 2010. Dampak Pemanasan Global. C.V Andi. Yogyakarta