Upload
ratna-kameshwara-srikandi
View
258
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sastra Indonesia, Makalah Pengantar Kajian Cerita Anak
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah tema dalam sebuah dongeng identik dengan apa yang
sedang anak-anak pikirkan di usianya. Tema adalah ide yang mendasari
sebuah cerita. Tema berperan sebagai pangkal otak pengarang dalam
memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema dalam sastra anak,
khususnya dongeng adalah alasan tindak, gagasan sentral, termasuk
persoalan dan tujuan (amanat) pengarang kepada pembaca.
Tema dalam dongeng anak-anak berkisar pada pendidikan,
lingkungan, dan persahabatan. Pengarang memilih tema-tema yang lekat
dengan anak-anak seusianya pun tentu memiliki maksud dan tujuan
tertentu. Tunjuannya ialah menuntun anak-anak agar selalu berbuat
kebajikan terhadap sesama di lingkungannya. Sebagaimana di usia
pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak membutuhkan sosok role
model yang bisa dijadikan panutan. Hal tersebut pun bisa mereka temukan
di dalam sebuah dongeng dari tokoh-tokohnya.
Unsur-unsur dalam dongeng seperti tema, alur, tokoh, latar, serta
amanat adalah kerangka penting yang membangun sebuah dongeng.
Segenap unsur-unsur tersebut saling mengisi satu sama lain sehingga
1
menghasilkan sebuah cerita dengan amanat yang mampu diambil oleh
anak-anak setelah membacanya.
Akan tetapi kita tidak bisa menutup mata terhadap perkembangan
IPTEK di masa dewasa ini. Seiring dengan peertumbuhan laju komunikasi
yang sangat pesat, sedikit banyak ditemukan anak-anak yang sudah mulai
meninggalkan dongeng. Dalam menyikapinya, kita sebagai insan yang
teredukasi pun mesti bertindak. Seperti mengadaptasi isu-isu sederhana
yang berkembang di lingkungan anak-anak menjadi tema dongeng yang
mudah dicerna dan up to date.
Mengenai hal tersebut, makalah ini akan membahas mengenai dua
garis besar dalam dongeng: Tema Dongeng Universal dan Regional
(Pendidikan, Lingkungan, Persahabatan) dan Unsur-unsur Pembentuk
Dongeng.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tema Dongeng Universal dan Regional
(Pendidikan, Lingkungan, Persahabatan)?
2. Apa yang dimaksud dengan Unsur-unsur Pembentuk Dongeng?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan Tema
Dongeng Universal dan Regional (Pendidikan, Lingkungan,
Persahabatan).
2
2. Mengetahui dan memahami Unsur-unsur Pembentuk Dongeng.
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut, maka penulisan makalah ini bermanfaat untuk:
1. Bagi penulis.
Makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang tema dongeng
dan unsur-unsur yang membentuknya.
2. Bagi calon pendongeng dan pengarang dongeng.
Makalah ini bermanfaat untuk menjadi referensi sederhana tentang tema dan
unsur-unsur yang membentuk dongeng sebagai gambaran bahwa dongeng
merupakan suatu keindahan dari sastra anak dan harus disesuaikan dengan
bagaima karakteristik anak-anak seharusnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dongeng
Dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang kejadian luar biasa
yang penuh khayalan (fiksi) dan dianggap oleh masyarakat tidak benar-benar
terjadi. Dongeng dapat dijadikan media sebagai penyampaian ajaran moral,
pendidikan, serta hiburan. Menurut Prof. Atar Semi, dongeng adalah cerita khayal
atau fantasi yang mengisahkan tentang keanehan dan keajaiban sesuatu seperti
menceritakan asal muasal suatu tempat, persitiwa-peristiwa yang aneh dan
menakjubkan tentang kehidupan manusia atau binatang. Karena itulah dongeng
cenderung tidak masuk akal dan tidak mungkin terjadi. Misalnya, fabel tentang
kelinci yang balap lari dengan siput. Mustahil bagi kita untuk percaya kalau siput
yang lambat bisa menang lomba lari melawan si kelinci. Cerita-cerita semacam
itu sebenarnya bukan dipercayai sebagai sesuatu yang pernah terjadi. Masyarakat
membuat cerita semacam ini lebih sebagai cara lain dalam berkomunikasi dan
menyampaikan ide-ide lewat para tokoh. Gagasan yang disampaikan pun
memiliki tujuan tersendiri, tergantung dari tema yang menguasai dongeng atau
cerita tersebut (selengkapnya tentang tema bisa ditemukan di pembahasan
selanjutnya). Cerita pendek yang disampaikan secara lisan, di mana dongeng
4
adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar benar terjadi (James
Danandjaja, 2007: 83).
Secara umum pengertian dongeng adalah cerita yang dituturkan atau
dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya tidak benar-benar terjadi dalam
kehidupan. Dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak
benar-benar tejadi (fiktif) yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang
terkandung dalam cerita dongeng tersebut (Kamisa, 1997: 144).
Cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak
masuk akal. Pendapat lain mengenai dongeng adalah cerita yang tidak benar-
benar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh (KBBI,
2007: 274).
Senada dengan Lezin dalam bukunya Bibliocollège, Charles Perrault
mengatakan bahwa: “Le conte est un court récit d’aventures imaginaires mettant
en scène des situations et des personnages surnaturels”. Arti dari pengertian
dongeng tersebut adalah cerita pendek tentang petualangan khayal dengan situasi
dan tokoh-tokoh yang luar biasa dan gaib.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dongeng
adalah cerita yang tidak benar-benar tejadi yang berisi tentang petualangan yang
penuh imajinasi dan terkadang tidak masuk akal dengan menampilkan situasi dan
5
para tokoh yang luar biasa serta mengandung ajaran moral dan pendidikan untuk
disebarkan keapda para pendengar yang mayoritas adalah anak-anak.
B. Tema Dongeng Universal dan Regional (Pendidikan, Lingkungan,
Persahabatan)
Dongeng yang baik biasanya memiliki pusat tema, yaitu pokok masalah yang
mendominasi masalah dalam cerita. Tema dalam dongeng berkisar pada
pendidikan, lingkungan, dan persahabatan. Pada usia anak-anak, tema yang ringan
dan sederhana menjadi pilihan utama bagi para pendongeng karena memudahkan
anak-anak tersebut dalam memahami ceritanya. Oleh karena itu, kebanyakan tema
cerita dalam dongeng dinyatakan secara eksplisit oleh pengarangnya; baik melalui
dialog, pemaparan, maupun judul karya, sehingga anak-anak mudah memahami.
Penyampaian tema kadang-kadang didukung oleh pelukisan latar, alar alur dan
penokohan.
Contoh:
Pippi akan berulang tahun. Dia mengundang Thomas dan Annika untuk ke
rumahnya. Kuda Pippi juga diajak berpesta. Setelah, makan, Pippi, Thomas,
dan Annika bermain permainan ‘Jangan menyentuh Lantai’. (Pippi, Si Gadis
Lincah Berkaus Kaki Panjang karya Astrid Lindgren)
6
Tema dalam dongeng menjadi dasar pengembangan cerita, yang meliputi alur
(rangkaian peristiwa), watak para pelaku, penentuan latar/setting, serta ragam
bahasa yang digunakan para pelaku. Selain itu, tema dalam dongeng selalu
berkaitan dengan sisi-sisi kehidupan manusia, yang berkaitan dengan kasih
sayang, kejujuran, kekuasaan, kemanusiaan, keagamaan, kesabaran,
kesederhanaan, tanggung jawab, keberanian, kerja keras, kerukunan, dan
kesetiaan.
Tema dalam sebuah cerita (dongeng) diperoleh dari hasil perenungan
seseorang terhadap pengalaman hidupnya. Setelah dapat menentukan tema sebuah
dongeng maka akan dapat menemukan keterkaitan (relevansi) dengan kehidupan
yang terjadi pada saat ini. Tema sebuah dongeng memang adakalanya mempunyai
hubungan yang erat dengan kehidupan nyata sekarang ini.
Makna yang dikandung oleh tema dalam sebuah cerita secara khusus
menerangkan sebagaian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema
kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama
(central purpose) (Stanton, 1965: 21). Dapat disimpulkan kembali bahwa tema
pendidikan, lingkungan, dan perahabatan yang kental terdapat di dalam dongeng
adalah tujuan utama pengarang dalam menghasilkan sebuah dongeng. Ide-ide atau
gagasan berisikan ajaran menuju kebajikan yang mesti diterapkan oleh anak-anak
menjadi suatu tolak ukur pengararang dalam membuat cerita. Sebagai
7
pendongeng atau pencerita, memilih dongeng dengan tema yang tepat untuk
dibagikan kepada anak-anak tentu adalah sesuatu yang mutlak.
Sebagaimana diketahui bahwa tema menyangkut gagasan dasar umum yang
menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur
semantis dan menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan
(Hartoko & Rahmanto, 1986: 142) sehingga perbedaan dan persamaan tersebut
mesti dipertemukan dalam satu titik temu hingga menghasilkan suatu amanat atau
pesan yang dipetik dalam sebuah dongeng. Tugas itu pun diemban pendongeng
agar nantinya para pendengar (anak-anak) bisa menangkap hal yang positif
dengan lebih mudah.
Tema dongeng secara universal berkisar pada pendidikan, lingkungan dan
persahabatan.
Untuk lebih jelasnya, mari menyimak uraian singkat mengenai Tema
Dongeng Universal (Pendidikan, Lingkungan, Persahabatan) berikut:
1. Pendidikan
Pengertian pendidikan sendiri ialah tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
8
dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara). Pendidikan
bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh
banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum
kelahiran.
Kaitannya dengan dongeng adalah tentu dengan memberikan pedoman
ataupun tuntunan kepada anak-anak khususnya untuk selalu berbuat
kebajikan sebagaimana kodratnya. Pendidikan bisa mencakup dari segi
moral, religi, sosial, hingga materil yang diajarkan di lembaga formal.
Dalam dongeng Hansel dan Gretel misalnya, tema kasih sayang keluarga
yang menjadi highlight pun mengajarkan kita bahwa jangan mudah
percaya terhadap orang lain, kemudian di balik ketidakberuntungan yang
diterima selanjutnya pasti ada satu keberuntungan yang terjadi untuk
mereka, dsb.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti
daripada pendidikan formal. Demikian menurut sebagian pengarang tanpa
disadari, mereka menuangkan pengalaman pribadi ke dalam cerita yang
mereka buat. Dengan tujuan yang tak bukan sebagai pelajaran ke
depannya. Seperti kata Mark Twain, “Saya tidak pernah membiarkan
sekolah mengganggu pendidikan saya.
9
2. Lingkungan
Anak-anak usia 6-12 tahun mulai bisa mengenali lingkungannya
sendiri. Dari lingkungan, mereka bisa belajar sesuatu yang mungkin tidak
bisa didapatkan secara material dari bangku sekolah. Dongeng bertemakan
lingkungan secara sempit berarti sebuah cerita khayal yang mengangkat
unsur-unsur dari lingkungan sebagai garis besar ceritanya.
Bisa saja, pengarang tersebut terinspirasi dari lingkungann yang
ditinggali sehingga tertuang ke dalam sebuah cerita. Dalam dongeng
tradisional, dongeng bertemakan lingkungan lebih condong ke arah
legenda atau asal-usul sebuah tempat. Contohnya: Asal-usul Banyuwangi
dari Jawa timur, Legenda Tangkuban Parahu dari Jawa barat, Asal-usul
Situ Bagendit dari Jawa barat.
Tema adalah subyek wacana, topik umum, atau masalah utama
yang dituangkan ke dalam sebuah cerita (Shipley, 1962: 417). Dalam
aspek lingkungan, secara garis besar cerita mengandung pesan moral
terhadap para pendengar dan pembacanya agar senantiasa menjaga
lingkungan. Masalah utama seperti kerusakan alam pun menjadi warna
baru dalam tema lingkungan di era globalisasi seperti sekarang. Sehingga
tema tersebut kerap ditemukan di dalam dongeng modern. Perlu diingat
10
juga bahwa tema lingkungan tidak hanya membahas lingkungan secara
harfiah saja.
3. Persahabatan
Di usianya, anak-anak kerap bermain bersama teman dan seorang
sahabat. Pada usia tersebut, mereka cenderung mencari sahabat yang
dianggap cocok dalam berbagai hal. Namun tak jarang, di satu kesempatan
misalnya, ada saja hal-hal kecil yang bisa diributkan oleh keduanya.
Dongeng yang baik pasti memiliki pesan moral. Dan tema yang tepat
untuk hal itu tentu saja mengenai pendidikan, lingkungan, dan
persahabatan.
Tema persahabatan dalam sebuah dongeng dianggap cocok bila
dibacakan kepada anak-anak berusia 6-12 tahun, karena pada masa itu
mereka dilepas oleh orangtua untuk bermain di dunia luar. Masih dengan
pengawasan, tentunya.
Tema persahabatan tidak hanya ditemukan pada dongeng dengan
manusia sebagai tokohnya. Justru hal itu lebih banyak ditemukan pada
fabel dari berbagai belahan dunia. Seperti, Si kancil, Persahabatan Singa
dan Tikus, Anak Ayam dan Serigala, Burung Merak dan Kupu-kupu, dan
masih banyak lagi.
11
Mari perhatikan penggalan dari fabel berikut.
"Saya tidak percaya menyangka bahwa bahkan Anda bisa membantu
saya. Selama ini saya salah." kata singa rendah hati.
Dan akhirnya dua makhluk itu menjadi sahabat terbaik mulai hari itu.
(Fabel Persahabatan Singa dan Tikus)
C. Unsur-unsur Pembentuk Dongeng
Dongeng biasanya diceritan dengan alur yang sederhana. Penulisan
dongeng ditulis dalam alur cerita yang singkat dan bergerak cepat. Saat
menceritakan atau menulis dongeng biasanya karakter tokoh tidak
diceritakan secara rinci. Dongeng biasanya ditulis seperti gaya
penceritaan secara lisan. Serta pendahuluan dalam cerita sangat singkat
dan langsung pada topik yang ingin diceritakan.
Yang dimaksud dengan unsur-unsur pembentuk dongeng adalah
unsur-unsur yang berasal dari dongeng itu sendiri, yakni unsur intrinsik.
Biasanya unsur-unsur pembentuk dongeng terdiri dari lima hal yaitu tema,
alur, penokohan, latar, dan amanat.
1. Tema
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam
karya sastra. Sebuah dongeng biasanya memuat tema-tema
12
sederhana yang relevant dengan anak-anak dan persepsinya.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Tarigan sendiri bahwa
buku cerita anak adalah cerita yang menempatkan mata anak-
anak sebagai pengamat utama. Tema tersebut pun nantinya
akan diolah dengan membandingkannya dengan pengalaman
yang akan dialami oleh anak-anak. Sebuah dongeng harus
mencerminkan perasaan anak-anak. Tema mayor ialah tema
yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor
ialah tema yang tidak menonjol.
Garis besar yang melandasi sebuah tema pada dongeng
anak adalah, pendidikan, lingkungan dan persahabatan.
Ada juga tambahan mengenai tema tersebut, di antaranya:
a. Moral tentang kebaikan yang selalu menang
melawan kejahatan.
b. Kejadian yang terjadi di masa lampau, di suatu
tempat yang jauh sekali
c. Tugas yang tak mungkin dilaksanakan.
d. Mantra ajaib, misalnya mantra untuk mengubah
orang menjadi binatang.
13
e. Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan
cinta.
f. Pertolongan yang diberikan kepada orang baik
oleh makhluk dengan kekuatan
g. Keberhasilan anak ketiga atau anak bungsu
ketika sang kakak gagal.
h. Kecantikan dan keluhuran anak ketiga atau anak
bungsu.
i. Kecemburuan saudara kandung yang lebih tua.
j. Kejahatan ibu tiri.
2. Alur
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk
mencapai efek tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai
plot. Sementara orang menganggap plot adalah jalan cerita.
Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau
rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan
tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas
untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.
14
Atau, secara lebih gamblang plot adalah–menurut Aswendo
Atmowiloto–sebab-akibat yang membuat cerita berjalan
dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Plot dalam dongeng biasanya bertema terbuka; akhir cerita
merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di
samping masalah dasar persoalan. Sehabis bercerita, anak akan
ditanyakan tanggapannya mengenai ending dongeng tersebut.
Bagaimana seharusnya ending itu berakhir? Apa yang akan
diperbuat oleh para tokoh tersebut? Bahkan sampai kaitannya
dengan kehidupan yang dia alami.
3. Penokohan
Penokohan merupakan proses penampilan tokoh dengan
pemberian watak, dan sifat. Penokohan adalah peran yang
ditampilkan oleh pemain yang menggambarkan watak-watak
tertentu dalam suatu cerita. Jones (1968: 33).
a. Macam-Macam Tokoh
1) Berdasarkan peran tokoh dalam pengembangan
plot:
a) Tokoh utama
15
Yaitu pelaku yang memegang peran utama,
dan yang terpenting dalam sebuah cerita. Pelaku
ini sering muncul hampir pada setiap satuan
kejadian, dari eksposisi sampai dengan
penyelesaian.
b) Tokoh pembantu
Yaitu pelaku yang bertugas membantu
pelaku utama dalam rangkaian mata rantai
cerita.
c) Tokoh protogonis
Yaitu pelaku yang memegang watak tertentu
yang memegang ide kebenaran. Pelaku
protagonis menjadi pusat cerita dan menjadi
idola pembaca.
d) Tokoh antagonis
Yaitu pelaku yang menentang pelaku
protogonis sehingga terjadi konflik dalam cerita.
e) Tokoh tritagonis
16
Yaitu pelaku yang menjadi penengah antara
pelaku protogonis dan antagonis. Pelaku
tritagonis biasanya muncul sebagai tokoh yang
dapat membantu menyelesaikan konflik dalam
cerita.
2) Tokoh berdasarkan perwatakannya dibedakan
menjadi:
a) Tokoh sederhana.
Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang
asli, adalah tokoh yang hanya memiliki satu
kualitas pribadi tertentu atau satu sifat watak
tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia
tak diungkap berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya. Ia tak memiliki sifat dan tingkah
laku yang dapat memberikan efek kejutan dari
pembaca. Sifatnya monoton, hanya
mencerminkan satu watak tertentu. Tokoh
sederhana dapat juga melakukan berbagai
tindakan, namun semua tindakannya itu akan
17
dapat dikembalikan pada perwatakan yang
dimiliki dan yang telah diformulakan itu.
b) Tokoh bulat.
Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan
diungkap berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.
Ia dapat juga memiliki wayak tertentu yang
dapat yang dapat diformulasikan, namun ia pun
dapat menampilkan watak dan tingkah laku
bermacam-macam, bahkan mungkin seperti
bertentangan dan sulit diduga. Tokoh ini bisa
juga disebut juga dengan tokoh kompleks,
karena sulit dipahami, terasa kurang familiar
karena yang ditampilkan adalah tokoh(-tokoh)
yang kurang akrab dan kurang dikenal
sebelumnya. Tingkah lakunya sering tak
terduga dan memberikan efek kejutan pada
pembaca.
3) Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya
perwatakan dibedakan menjadi:
18
a) Tokoh statis.
Adalah tokoh cerita yang secara esensial
tidak mengalami perubahan dan atau
perkembangan perwatakan sebagai akibat
dari adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
(Altenbernd & Lewis, 1966: 58). Jika
diibaratkan tokoh statis adalah bagaikan
batu karang yang tak tergoyahkan walau tiap
hari dihantam dan disayang ombak, tokoh
statis memiliki sikap dan wayak yang relatif
tetap, tak berkembang, sejak awal sampai
akhir cerita.
Tokoh hitam adalah tokoh yang
dikonotasikan sebagai tokoh jahat.
Tokoh putih adalah tokoh yang
dikonotasikan sebagai tokoh baik.
b) Tokoh berkembang.
Adalah tokoh cerita yang mengalami
perubahan dan perkembangan perwatakan
19
sejalan dengan perkembangan (dan
perubahan) peristiwa dan plot yang
dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi
dengan lingkungannya, baik lingkungan
sosial, alam, maupun lingkungan yang lain,
yang kesemuanya itu akan mempengaruhi
sikap, watak, dan tingkah lakunya.
4) Berdasarkan kemungkinan tokoh cerita terhadap
(sekelompok) manusia dari kehidupan nyata:
a) Tokoh tipikal.
Adalah tokoh yang hanya sedikit
ditampilkan keadaan individualitasnya, dan
lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan
atau kebangsaannya (Altenbernd & Lewis,
1966: 60), atau sesuatu yang bersifat
mewakili. Tokoh tipikal merupakan
penggambaran, pencerminan, atau
penunjukkan terhadap orang, atau
sekelompok orang yang terikat oleh sebuah
lembaga atau seorang individu sebagai
20
bagaian dari suatu lembaga, yang ada di
dunia nyata.
b) Tokoh netral.
Adalah tokoh cerita yang
bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia
benar-benar tokoh imajiner yang hidup dan
bereksistensi dalam dunia fiksi. Ia hadir
(atau dihadirkan) semata-mata demi cerita,
atau bahkan dialah sebenarnya empunya
cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan.
Kehadirannya tidak berpretensi untuk
mewakili atau menggambarkan sesuatu yang
di luar dirinya, seseorang yang berasal dari
dunia nyata atau paling tidak, pembaca
mengalami kesulitan untuk menafsirkannya
sebagai bersifat mewakili berhubung kurang
ada unsur bukti pencerminan dari kenyataan
di dunia nyata.
4. Latar
21
Latar merupakan background sebuah cerita, tempat kejadian,
daerah penuturan atau wilayah yang melingkupi sebuah cerita.
Menurut Nadjid (2003: 25) latar ialah penempatan waktu dan
tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi.
Menurut Nurgiyantoro (2004: 227-233) unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai
berikut. Berhadapan dengan karya fiksi, pada hakikatnya kita
berhadapan dengan sebuah dunia, dunia dalam kemungkinan,
sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni
dan permasalahan. Namun tentu saja, hal itu kurang lengkap
sebab tokoh dengan berbagai pengalaman hidupnya itu
memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagaimana
halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain,
fiksi sebagai sebuah dunia, disamping membutuhkan tokoh,
alut, dan plot juga perlu yang namanya latar.
Latar adalah tempat, waktu atau keadaan terjadinya peristiwa
(Nur Faizah 1998: 77). Sebuah dongeng biasanya memiliki
latar yang tidak masuk akal logis orang dewasa. Seperti pada
dongeng Putri dan Kacang Hijau; di mana terdapat istana
raksasa di atas langit.
22
Latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, kepada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
(Abrams, 1981:175). Stanton (1965) mengelompokkan latar,
bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta atau cerita
sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat
diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita
fiksi, khususnya dongeng.
5) Amanat
Amanat dalam sastra anak, khususnya dongeng selalu berisikan
hal-hal kebajikan yang nantinya akan menjadi pedoman anak-
anak berlaku. Gagasan yang mendasari sebuah cerita; pesan
yang ingin disampaikan pendongeng kepada para anak-anak
biasanya mengandung nilai-nilai budi pekerti.
Amanat sering pula disebut pesan moral yang terdapat dalam
sebuah cerita. Khusus untuk dongeng, pesan moral
disampaikan oleh para pengarang ataupun pendongeng secara
eksplisit melalui verbal dan langsung. Hal ini dikarenakan pada
daya tangkap anak-anak di usianya yang belum setara dengan
daya tangkap orang dewasa.
23
Berikut contoh pesan moral yang terdapat pada fabel
Persahabatan Singa dan Tikus:
Jangan pernah menyepelekan orang lain, karena bisa
jadi dia memiliki kemampuan yang tidak kita ketahui.
Kebaikan akan selalu dibalas dengan kebaikan.
24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tema besar dalam dongeng terdiri dari pendidikan,
lingkungan, dan persahabatan. Tema dalam dongeng dibuat
dengan sederhana karena mengikuti hakikat dari dongeng
dalam cerita anak itu sendiri; menempatkan mata anak sebagai
pengamat utama.
Unsur-unsur pembentuk dongeng meliputi lima komponen
yakni di antaranya, tema, alur, latar, penokohan, dan amanat.
Kelima hal tersebut memiliki satu kesatuan sehingga menjadi
utuh dalam esensi sebuah dongeng dengan nilai-nilai positif
yang bisa disebarkan kepada anak-anak.
B. Saran
Sebagai insan teredukasi, khususnya Mahasiswa Sastra
Indonesia, alangkah lebih baik jika ke depannya mampu
menghasilkan sebuah karya sastra khususnya sastra anak yang
memiliki ide-ide baik dan positif. terlebih setelah mengetahui
tema dan unsur-unsur pembentuk dongeng. Diharapkan pula
25
sebagai calon orangtua di masa depan, kita mampu
menghasilkan sebuah dongeng berbasis edukasi yang
bermanfaat bagi khalayak luas.
26
DAFTAR PUSTAKA
2015. Modul Pengantar Kajian Sastra Semester II. Universitas Pamulang.
Belajar Psikologi. 2012. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/. Diunduh pada 7
November 2015, pukul 09:53 WIB.
Jimbe, Haris. 2013. Bahasa dan Sastra Indonesia: Unsur Intrinsik Prosa Fiksi.
http://harisjimbe.blogspot.co.id/2013/03/unsur-intrisik-prosa-fiksi.html. Diunduh
pada 7 November 2015, pukul 11:19 WIB.
Dongeng Cerita Rakyat. 2014. Fabel Kisah Persahabatan Singa dan Tikus.
http://dongengceritarakyat.com/fabel-kisah-persahabatan-singa-dan-tikus/.
Diunduh pada 7 November 2015, pukul 14:56 WIB.
Lindgren, Astrid. Kenalkah Kau Pippi Si Kaus Kaki Panjang? PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
27