30
MAKALAH TEORI ORGANISASI DAN MOTIVASI Oleh : XXXXXXXXXXXXXXXX NPM. 000000000 Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Dosen Pengampu: Prof. DR. H.M. DAMRAH KHAIR, MA PROGRAM PASCA SARJANA (PPs) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN INTAN LAMPUNG

Makalah Teori Organisasi Dan Motivasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Teori Organisasi Dan Motivasi

Citation preview

  • MAKALAH

    TEORI ORGANISASI DAN MOTIVASI

    Oleh :

    XXXXXXXXXXXXXXXXNPM. 000000000

    Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi

    Dosen Pengampu:

    Prof. DR. H.M. DAMRAH KHAIR, MA

    PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    (IAIN) RADEN INTAN LAMPUNG

  • 22010

  • 3BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Setiap manusia mempunyai tujuan yang berbeda dalam hidupnya, karena

    pengaruh pengetahuan dan pengalamannya yang berbeda. Namun setiap manusia

    akan sama dalam satu hal yaitu ingin mempertahankan hidup dan memenuhi

    kebutuhan hidupnya. Untuk mencapai tujuan itu manusia harus melakukan

    aktivitas-aktivitas tertentu.

    Oleh karena manusia secara kodrat terbatas kemampuannya maka untuk

    mencapai tujuannya, manusia memerlukan bantuan dari manusia lainnya. Untuk

    itu manusia harus bekerja dalam mencapai tujuannya atau berorganisasi.

    Dalam organisasi diperlukan manajemen yaitu sushi untuk mengatur,

    mengkoordinasikan semua tugas yang dilakukan oleh orang-orang dan

    mengarahkannya kepada tujuan yang hendak dicapai. Supaya unsur-unsur

    manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang diinginkan, maka manajemen

    harus ada yang mengatur yaitu seorang pemimpin dengan wewenang

    kepemimpinannya melalui intruksi dan persuasi.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang di atas dapat penulis rumuskan masalah yaitu:

    1. Apa pengertian Organisasi dan Motivasi?

    2. Bagaimanakah teori Organisasi dan Motivasi?

    3. Apa saja macam-macam motivasi?

    C. Sistematika Pembahasan

    Adapun sistematika yang penulis sajikan dalam makalah ini adalah: Bab I

    berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah dan

    sistematika pembahasan. Bab II berisikan uraian tentang pengertian organisasi dan

    motivasi, teori-teori organisasi dan motivasi, macam-macam motivasi. Sedangkan

  • 4dalam Bab III berisikan kesimpulan dari pembahasan. Dan daftar pustaka yang

    digunakan.

    BAB II

    URAIAN

    A. Organisasi dan Motivasi1. Organisasi

    a. Pengertian Organisasi

    Membahas tentang teori organisasi tentu saja kita tidak bisa lepas dari

    pengertian organisasi itu sendiri. Organisasi berasal dari bahasa latin

    Organum yang bearti alat, bagian, anggota badan.1 Menurut Griffin organisasi

    merupakan sekelompok orang yang bekerjasama untuk mancapai tujuan

    organisasi. Sedangka menurut Bernard organisasi ialah suatu sistem aktivitas

    yang dikoordinasikan secara sadar oleh dua orang atau lebih.2

    Selanjutnya dapat kita lihat beberapa pendapat tentang organisasi yang

    salah satunya diungkapkan Stephen P. Robbins yang mendefinisikan

    organisasi sebagai

    A consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary that function or relatively continous basis to achieve a common goal or set of goal.3 Sedangkan Waren B. Brown dan Dennis J. Moberg mendefinisikan organisasi sebagai . A relatively permanent social entities characterized by goal oriented behavior, specialization andstructure4

    Begitu juga pendapat dari Chester I. Bernard dari kutipanEtzioni dimana

    organisasi diartikan sebagai Cooperation of two or more persons, a system of

    conciously coordinated personell activities or forces,5

    1 Husaini Usman, Manajemen Teori, praktek dan riset pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 128

    2 Ibid3 Robbins dan Judge, Buku 1: Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), Cet. Ke-

    12, h. 44 Kreitner dan Kinicki, Perilaku Organisasi, Buku 1 & 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), h. 65 Wayne K Hoy dan CecilG. Miskel, Educational Administration; Teory, Research And

    Practice, (NewYork: Random House, 1982), h. 14.

  • 5Sedangkan WJS. Poerwadarminta menjelasakan bahwa organisasi itu

    merupakan susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) yang

    merupakan kesatuan yang teratur.6 Jadi, paling tidak definisi organisasi terdiri

    dari: orang orang/sekumpulan orang, kerjasama dan tujuan bersama. Sehingga organisasi di atas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya,

    organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran (output) serta bisa

    juga dilihat sebagai living organism yang memiliki tubuh dan kepribadian,

    sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an

    organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap sebagai suatu output

    (luaran) memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek

    fisiologis) dan system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh

    anggotanya.

    Dengan demikian dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

    organisasi merupakan proses kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai

    tujuan secara efektif dan efesien. Jadi dalam setiap orgaisasi mengandung tiga

    unsur, yaitu kerjasama, dua orang atau lebih da tujuan yang hendak dicapai.

    Setidaknya ada empat bagian untuk membangun desain organisasi, yaitu

    pembagian kerja, departementalisasi, hirarki dan koordinasi. Dalam

    pengembangan desain organisasi ada dua hal yang penting; pertama

    perubahan strategi dan lingkungan berlangsung dengan berlalunya waktu,

    desain organisasi merupakan proses yang berkelanjutan. Kedua, perubahan

    dalam struktur termasuk mencoba dan kemungkinan berbuat salah dalam

    rangka mensyusun desain organisasi. Manajer hendaknya memandang desain

    organisasi sebagai pemecahan masalah dan mengikuti tujuan organisasi

    dengan gaya situasional atau kontingensi, yaitu struktur yang ada didesain

    untuk menyesuaikan keadaan organisasi atau sub unitnya yang unik.

    b. Teori-teori Organisasi

    1) Teori Organisasi Klasik

    6 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia

  • 6Teori organisasi secara sistematis baru dikembangkan pada tahun 1850 di

    sini timbul sesuatu pemikiran yang mempersoalkan bagaimana mengatur

    hubungan antara susunan organisasi itu dan mengatur cara bekerjanya

    sehingga dalam suatu organisasi dapat bekerja seefisien dan semaksimal

    mungkin. Di dalam organisasi pasti ada sebuah tujuan yang bersifat kolektif

    atau pekerjaan kolektif yang disetiap bagaian di atur atau di intregasikan dari

    pekerjaan perseorangan.

    Di dalam teori klasik memiliki beberapa prinsip-prinsip dan konsep, yang

    digunakan sebagi pikiran pokok dalam mengatur sebuah organisasi, antara

    lain:

    a. Prinsip Hieraki (Scalar Principele). Bahwa dalam suatu organisasi harus ada wewenang dan tanggung jawab yang dijalankan oleh pimpinan

    tertinggi dan hingga sampai pada tingkat bawah atau personal yang

    bertugas sebagai pelaksana. Peranan pimpinan sangat diperlukan guna

    mengatur sistem kerja organisasi agar pekerjaan dapat terarah dan

    terorganisir.

    b. Prinsip Kesatuan Komando. Ini menekankan bahwa sebaiknya

    dalam suatu organisasi hanya ada satu atasan saja yang memberikan

    komando kepada bawahan supaya ada kesatuan komando dan koordinasi

    yang seragam sehingga tidak membuat bawahan menjadi bingung. Dalam

    menyikapi dua hal yang berbeda ini kita sebaiknya dapat membagi

    pekerjaan menjadi lebih spesifik lagi dan di dalamnya terdapat seorang

    kordinator yang bertanggung jawab atas segala sesuatu hal yang terjadi di

    dalamnya. Hal ini akan dapat mengurangi kesalahpahaman yang terjadi

    dalam organisasi tersebut yang diakibatkan oleh tumpang tindihnya

    perintah dari atasan.

    c. Prinsip Pengecualian (Exception). Demi efisiensi pekerjaan semua hal yang dapat dikerjakan oleh bawahan yang sudah menjadi rutinitas

    diharapkan dapat langsung dikerjakan tanpa harus menunggu perintah dari

    atasan. Penerapan prinsip ini dalam organisasi atasan tidak perlu lagi

  • 7mencampuri urusan pekerjaan bawahan sehingga akan menghasilkan

    efisiensi kerja.

    d. Prinsip Jangkauan Pengawasan Yang kecil. Demi efisiensi waktu dan pekerjaan sebaiknya bawahan yang melapor dan menerima perintah

    dari atasan jumlahnya sedikit. Dari prinsip ini bisa dipahami bahwa

    dengan banyaknya bawahan yang mendatangi atasan maka pekerjaan

    atasan akan lebih tersita apalagi jika isi laporan dan perintah itu sama.

    Akan lebih baik jika ada pembagian kerja siapa saja yang herus melapor

    dan menerima perintah dan kemudian orang-orang itu menjelaskan pada

    yang lain. Peranan seorang kordinatorlah yang sangat di butuhkan di sini

    karena kordinator mempunyai dan di berikan wewenang yang lebih besar.

    e. Prinsip Jangkauan Terbatas. Dikatakan bahwa dalam suatu pengawasan yang dilakukan atasan hendaknya ada batasan. Hal ini

    dimungkinkan bahwa kemampuan seseorang sangatlah terbatas antara

    lain; terbatasnya waktu , kekuatan fisik, kesanggupan apakah seorang

    atasan akan dapat secara terus menerus dapat mengontrol pikiran atau cara

    kerja seorang bawahan. Walaupun prinsip ini sudah dihilangkan oleh para

    penentang teori klasik karena tidak ada dasar angka teoritis namun prinsip

    ini memiliki kelebihan untuk memberikan batasan kepada atasan dalam

    mengawasi bawahan agar tidak terjadi hal semena-mena yang dilakukan

    atasan.

    f. Prinsip Spesialisasi. Untuk mencapai efisiensi kerja dalam melaksanakan fungsi-fungsi dalam organisasi, maka diperlukan

    pembagian kerja yang sistematis menurut keahlian tap-tiap pribadi. Hal ini

    akan dapat semakin memaksimalkan hasil dan prestasi pekerjaan yang

    dicapai.

    g. Prinsip Pemakaian Pusat Keuntungan Yang dimaksud adalah

    jika tiap bagian dari instansi masing-masing memiliki fasilitas-fasilitas

    untuk bersaing dengan bagian lain maka akan memotivasi tiap bagian

    untuk menjadi yang terbaik sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja.

    Setiap kepala divisi atau kordinator di beri wewenang/tanggung jawab

  • 8yang penuh atas kinerjanya sehingga secara psykologi mereka akan

    terdorong untuk menghasilkan hasil yang maksimal dan mereka dituntut

    untuk berani mengambil keputusan serta mempertanggung jawabkanya.

    Malihat disini organisasi telah di jadikan suatu obyek atau alat untuk

    memecahkan dan merencanakan suatu persoalan kita dituntut agar dapat

    bagaimana cara menganalisa, kemudian mengatur cara-cara pekerjaan setiap

    pekerjaan yang harus dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat

    melakukan efisiensi pekerjaan dalam arti menghilangkan gerakan-gerakan

    atau pekerjaan yang sebenarnya tidak perlu.

    Aspek ini banyak menerangkan teori-teori khusus yang dikenal dengan

    nama time and motion study atau penelitian tentang gerak dan waktu yang

    tujuanya tidak lain adalah untuk menemukan cara yang sebaiknya untuk

    melakukan pekerjaan itu. Dengan ini banyak melahirkan teknik dan praktek-

    praktek dalam organisasi, seperti termasuk menganalisa pekerjaan, analisa

    tentang kelancaran pekerjaan, (work flow analysis), scheduling, plan lay

    out. Ada juga orang yang menghususkan pada masalah yang lain yaitu

    menganalisa masalah bagaimana mendefinisikan pekerjaan yang baru

    dilakukan kemudian membaginya dalam berbagai kelompok dan bagaimana

    cara mengkoordinasikan diantara setiap bagaian tersebut sehingga berada di

    bawah satu koordinasi. Atau biasa disebut dengan Departementa-lization

    pembagian pekerjaan.

    Konsep klasikal itu sendiri juga mengalami perluasan susunan struktur

    pembagian kerja. Diantaranya adalah bentuk horizontal dan vertikal.

    Horizontal, di dalam setiap organisasi terdapat tingkatantingkatan pekerja

    bukan hanya tingkatan menurut pekerjaan. Sedangkan vertikal disini akan

    terjadi pembagian pekerjaan yang lebih kecil dari organisasi dan kemudian

    disatukan untuk menjadi suatu kesatuan yang utuh.

    Para penulis teori organisasi aliran klasik pada umumnya mengkhususkan

    dalam empat prinsip dasar, yaitu: Pertama, spesialisasi hendaknya berdasar

    pada sasaran tugas yaitu para pekerja yang mengerjakan sub-tujuan yang sama

  • 9dikumpulkan pada bagian yang sama. Kedua, pekerjaan yang mengharuskan

    adanya proses tertentu hendaknya dikelompokkan jadi satu. Ketiga,

    spesialisasi menurut klien, untuk menangani kelompok klien tertentu harus

    ditempatkan pada satu bagian yang sama. Keempat, pekerjan yang dilakukan

    di daerah geografis yang sama sebaiknya dikumpulkan menjadi satu.

    2) Teori Organisasi Neo-Klasik

    Teori organisasi neo-klasik diklaim oleh penganut teori ini sebagai

    pengenalan studi perilaku yang diintegrasikan ke dalam teori organisasi. Studi

    perilaku yang paling menginspirasi teori tersebut adalah studi Howthorne oleh

    Elthon Mayo (1880-1949).

    Analisis utama teori neo-klasik adalah berusaha memodifikasi pilar-pilar

    dari doktrin klasik dan tentang organisasi informal. Biasanya beroperasi di

    bawah asumsi tertutup, namun menekankan hubungan informal dan motivasi-

    motivasi non ekonomis yang beroperasi di dalam organisasi. Organisasi tidak

    bekerja dengan mulus dan bukan merupakan mesin yang bekerja secara

    sempurna. Manajemen dapat merancang hubungan dan peraturan yang formal

    dan sebagainya, namun diciptakan juga pola hubungan status, norma dan

    hubungan informal yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sosial para

    anggota organisasi.

    Dalam hal ini Scott menguraikan modifikasi teori organisasi neo-klasik

    terhadap pilar-pilar dalam dokrin teori organisasi klasik7 sebagai berikut:

    a. Pembagian pekerjaan (division of labor) dipahami sebagai subyek dari hubungan manusia, bukan didasarkan isolasi terhadap para pekerja akan

    tetapi ia lebih merupakan spesialisasi pekerjaan.

    b. Proses skalar dan fungsional dipahami oleh teori organisasi neo-klasik sebagai derajat intensitas pendelegasian, otoritas pendelegasian otoritas

    dan tanggung jawab.

    c. Struktur dipahami oleh teori organisasi neo-klasik sebagai tempat mengeliminir friksi dan konflik fungsi-fungsi yang berbeda atau

    7 WG. Scott, Human Relations in Management, in Organization and Management Theory and Practice, (Washington: The American University Press, 1962), h. 142

  • 10

    harmonisasi bagi bagian staf dan lini dalam mencapai tujuan organisasi

    melalui partisipasi, junior boards, manajemen yang bottom-up, pengakuan

    akan kebebasan seseorang, dan komunikasi yang lebih baik.

    d. Rentang kendali (span of control) menurut teori ini haruslah memperhatikan keperbedaan individual termasuk didalamnya kemampuan

    manajerial, tipe-tipe manusia dan fungsi supervisi, dan penciptaan

    komunikasi yang efektif.

    Kontribusi yang lain atau berikutnya yang juga masih bersifat revisi

    terhadap teori klasik dari teori ini adalah analisis tentang organisasi informal.

    Organisasi informal muncul dari respons terhadap kebutuhan sosial sebagai

    kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain. Determinan penting yang

    memunculkan organisasi informal menurut Scott adalah lokasi, pekerjaan,

    kepentingan, dan isu-isu khusus (special issues). Scott kemudian melihat

    beberapa asumsi karakteristik organisasi informal yang penting dan apabila

    dipahami maka ia akan bermanfaat bagi penerapan manajemen8 antara lain:

    a) Organisasi informal merupakan agen kontrol sosial, dan pada organisasi formal biasanya aturan-aturan mengenai kontrol sosial tersebut tidak

    lengkap atau tidak diatur.

    b) Bentuk-bentuk keterhubungan antar manusia pada organisasi informalmemerlukan analisis yang berbeda dari hubungan manusia yang diplot

    atau dirancang pada organisasi formal. Metodenya biasa disebut sebagai

    analisa sosiometrik.

    c) Organisasi informal memiliki sistem status dan komunikasi yang khusus, dan tidak selalu berasal dari sistem formal.

    d) Keberlangsungan hidup organisasi informal membutuhkan stabilitas hubungan diantara orang-orang yang berada didalamnya, dengan demikian

    organisasi informal selalu sulit untuk berubah (resists to change).

    8 Ibid., h. 143

  • 11

    e) Kepemimpinan pada organisasi informal merupakan salah satu aspek penting bagi organisasi informal yang selalu menjadi determinan penting

    pula dalam pembahasan teori organisasi neo-klasik.

    Diskusi terhadap aspek kepemimpinan pada organisasi informal dipumpun

    pada bagaimana berlangsungnya kepemimpinan informal, keistimewaan apa

    yang melekat padanya, dan bagaimana pemimpin informal tersebut dapat

    menolong para manajer mencapai tujuan-tujuan dalam organisasi formal.

    Tokoh teori organisasi neo klasik dalam pemahaman yang umum

    menyatakan tokoh teori neo klasik merevisi atau mengoreksi teori organisasi

    klasik yang kurang memberikan perhatian kepada kebutuhan anggota

    organisasi dan interaksi yang terjadi antar anggota organisasi. Tokoh-tokoh

    tersebut antara lain:

    a) Chester I. Barnard (1886-1961)

    Barnard dijuluki sebagai godfather bisnis kontemporer, suhu bagi yang

    membutuhkan nasehat penanaman budaya organisasi yang kuat dalam

    organisasi. Barnard memunculkan ide-ide kooperatif yang ideal dalam

    karyanya guna merespons situasi yang penuh bahaya tersebut.

    Selain sebagai salah satu orang pertama yang memperlakukan organisasi

    sebagai suatu sistem, Barnard juga menantang pandangan klasik yang

    mengatakan bahwa wewenang harus didefinisikan sesuai dengan tanggapan

    dari bawahan, memperkenalkan peran dari organisasi informal ke dalam teori

    organisasi, mengusulkan agar peran utama manajer adalah memperlancar

    komunikasi dan mendorong para bawahan berusaha lebih keras. Barnard

    mencatat bahwa pada setiap kelompok dalam suatu organisasi yang kompleks

    terdapat suatu posisi yang juga termasuk dalam kelompok lain, dalam bentuk

    kehadiran beberapa orang wakil dari kelompok lain tersebut. Dengan

    demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap kelompok yang lebih inklusif

    (terbuka) ditentukan oleh kebutuhan koordinasi, berdasarkan tempat dari

    kesalingtergantungan atau kemungkinan.

  • 12

    Selanjutnya, tujuan umum organisasi menurut Barnard adalah sebagai

    sebuah tujuan moral. Untuk menanamkan tujuan moral tersebut terhadap

    anggota organisasi, eksekutif harus memahaminya sebagai sebuah tugas yang

    mulia dan bermakna. Pada konteks intelektual, karyanya menjelaskan

    kegagalan akademis terhadap penjelasan teori organisasi. Ia juga berusaha

    menunjukkan pandangan yang lebih masuk akal, yang ditujukan bagi manajer

    masa datang agar lebih memahami organisasi sebagai sistem kerjasama

    (cooperative) organis, yang menyesuaikan diri atau mengakomodir

    kepentingan pemodal, manajer dan pekerja.

    b) Philip Selznick (1919-) Philip Selznick lahir di Newark, New Jersey, tahun 1919. Ia adalah

    penemu teori institusional Selznick mengemukakan bahwa segala sesuatu

    yang penting mengenai organisasi adalah perbincangan tentang perangkat-

    perangkat organisasi terhadap bagian yang menghidupkan dirinya.

    Selznick menyatakan bahwa individu-individu menciptakan komitmen

    lainnya terhadap organisasi agar dapat tercapai pengambilan keputusan

    rasional. Organisasi melakukan tawar-menawar dengan lingkungan dalam hal

    mencapai tujuan penting atau kemungkinan-kemungkinan masa mendatang.

    Akhirnya adaptasi struktur organisasi di dasari oleh tindakan individu dan

    tekanan lingkungan.

    Pernyataannya menolak pandangan kebutuhan sistem sebagai tempat

    pemeliharaan integritas dan keberlangsungan sistem akan terjadi hanya dalam

    diri sistem itu sendiri. Ia mendefinisikannya sebagai derived imperative,

    antara lain adalah;

    a) Keamanan organisasi dalam lingkungan.b) Stabilitas hubungan informal dalam organisasi.c) Kesamaan pandangan tentang makna dan aturan organisasi.

    Selznick mengarahkan studi organisasi pada masa mendatang lebih

    berfokus pada keputusan penting yang menyebabkan terjadi perubahan

  • 13

    struktur. Ia menemukan bahwa ternyata institusionalisasi adalah proses

    dimana organisasi mengembangkan karakter struktur secara khusus.

    Penilitian Selznick difokuskan pada dua hal; pertama, adalah terhadap

    Lembaga Otorita Lembah Tennesse. Kesimpulannya menunjukkan bahwa

    ternyata lembaga tersebut menciptakan proses kooptasi terhadap organisasi

    lain dalam merespons hal ini.

    Kedua, adalah terhadap pengorganisasian Leninist di Soviet. Temuan

    Selznick menunjukkan bahwa para agen bekerja dengan disiplin karena

    adanya proses pendelegasian wewenang yang mengindikasikan adanya proses

    adopsi dari organisasi lainnya.

    Dari hal ini dapatlah disimpulkan bahwa organisasi selalu melakukan

    proses adopsi terhadap bentuk organisasi lainnya. Selznick menyatakan bahwa

    konsekwensi dari dibangunnya sebuah organisasi adalah bagaimana organisasi

    membentuk aturan dan mejalankannya dalam struktur secara fungsional.

    Analisis Selznick terhadap struktur fungsional adalah bagaimana struktur

    secara fungsional dapat menjawab kebutuhan dasar (basic need) dan

    bagaimana keseluruhan sistem dapat bertahan, serta struktur secara signifikan

    merupakan pernyataan anggotanya. Mereka bertindak sesuai pernyataan

    struktur organisasi.

    Pandangan Selznick terhadap proses kooptasi atau penyertaan dipahami

    olehnya sebagai proses penyesuaian sebuah organisasi, baik secara formal

    maupun informal. Secara formal, pembagian tanggung jawab organisasi

    dimaksudkan untuk memperoleh legitimasi. Secara informal kooptasi

    merupakan proses penyesuaian yang memungkinkan pusat kekuasaan menjadi

    spesifik dan jelas berada dimana.

    c) Elthon B. Mayo (1880-1949)

    Elthon B. Mayo member kesimpulan bahwa masalah motivasi dan respons

    emosi yang diakibatkan oleh situasi kerja lebih penting dari pengaturan logis

    dan rasional dalam menentukan keluaran. Pemahaman yang terkenal dengan

    efek Hawthorne ini mengemukakan bahwa perlakuan khusus, bahkan yang

  • 14

    buruk pun dapat membawa dampak positif terhadap para pekerja, karena

    faktor manusia yang mempengaruhinya.

    Selain itu, ia menegaskan bahwa hubungan sosial dalam kelompok kerja

    adalah faktor terpenting yang mempengaruhi kepuasan para pekerja atas

    pekerjaannya.9 Menurut Mayo perlakuan yang manusiawi dan menunjukkan

    penghargaan memberi manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang.

    Argumentasinya didasarkan atas pemahamannya tentang revolusi industri

    yang telah menghancurkan masyarakat tradisional yang memungkinkan

    manusia saling berhubungan dalam kehidupan rutin dan akrab. Tradisi lama

    tersebut tak mungkin dibangkitkan kembali. Karena itu solusinya adalah

    dengan membangun masyarakat yang adaptif, yang mudah menyesuaikan

    dengan tuntutan lingkungan, serta dipimpin oleh orang-orang yang terlatih

    dalam ketrampilan dan pemahaman sosial dan mampu mengatasi masalah

    manusia maupun masalah tehnis.

    d) Marry Parker Follet (1868-1933)

    Marry Parker Follet lahir tahun 1868 di Massachusetts (sumber lain

    menyebutkan Boston). Marry muda adalah pribadi yang mengasumsikan diri

    sebagai orang yang bertanggung jawab ketika bapaknya meninggal dan ibunya

    sakit-sakitan. Ia harus berhenti untuk sementara waktu dalam masa-masa

    studinya karena kejadian yang menimpa keluarganya.

    Bagi Follet, demokrasi dibangun atas keyakinan sosial, bukan oleh faham

    individualisme. Dengan demikian, menurut Follet teori politik misalnya harus

    berbasis pada hak-hak individual. Hal ini tidak bisa ditawar-tawar dan harus

    mendapat tempat dalam teori politik modern. Sumbangan pemikiran Follet

    lewat filosofi bisnisnya menyatakan bahwa tindakan yang didasarkan oleh

    akal sehat (commonsense) yang cerdas dari eksekutif bisnis memberitahukan

    kepada mereka bahwa mencapai keteraturan secara membabi-buta bukanlah

    bisnis yang baik. Pengatur dan yang diatur dapat menjadi sebuah kesatuan

    yang integratif melalui perilaku yang memiliki ujung pangkal (circular)

    9 Ibid., h. 169

  • 15

    karena kemungkinan munculnya persoalan industrial disebabkan oleh tata

    krama yang tidak benar.

    Follet mengusulkan adanya depersonalisasi kembali keadaan manusia dan

    menciptakan aturan untuk mempersatukan semua hal yang menyangkut studi

    terhadap situasi tersebut, dalam rangka menemukan aturan dari situasi tersebut

    dan menaatinya. Subyek dari aturan yang mengarahkan kita dalam pertanyaan

    menyeluruh adalah otoritas dan kesepakatan bersama sehingga orang tidak

    bekerja dibawah tekanan. Keteraturan sebagai bagian yang berkembang dari

    sikap yang bertanggung jawab, mengenal semua keadaan, sikap yang sadar

    mencatat bahwa situasi dibangun oleh kita. Rumusan filosofi bisnis tersebut

    dapat dilihat pada kata Follet sendiri yang menyatakan bahwa pelayanan

    bukan merupakan substitusi terhadap motif mencari profit tetapi merupakan

    bagian yang terintegrasi dalam motif yang lebih luas yaitu profesionalisme.

    e) Herbert A. Simon.

    Herbert A. Simon adalah ilmuan politik dan sosial berkebangsaan

    Amerika. Simon mencatat bahwa kebanyakan dari prinsip klasik tidak lebih

    dari pada pepatah saja dan banyak diantaranya saling bertentangan. Ia

    menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang

    dangkal dan terlalu disederhanakan bagi suatu kajian mengenai kondisi yang

    di bawahnya dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing.

    Pandangannya terhadap teori administrasi menyatakan bahwa setiap

    prinsip selalu eksis dan dapat diterima, tetapi akan menimbulkan kontradiksi

    antara satu prinsip dengan yang lain. Pandangan Simon sangat berpengaruh

    terhadap pendekatan-pendekatan yang dikembangkan dalam teori

    administrasi, dalam bentuk aturan-aturan yang fleksibel dan diakui sebagai

    bagian yang saling berhubungan terhadap sistem. Dari pandangan ini

    selanjutnya dilakukan pendekatan yang lebih komprehensif pada teori

    administrasi baik gambaran situasi administrasi, diagnosis dan penentuan

    kriteria utama yang menentukan pengembangan teori administrasi.

  • 16

    Simon menjelaskan proses dalam organisasi terjadi lewat tujuan yang

    spesifik dan terjadi secara formal. Dia mengkritik pandangan Fayol yang datar

    dan Taylor dengan asumsi economic man-nya. Ia mengajukan konsep asumsi

    administrative man, yaitu orang yang mengejar kepentingan pribadi tetapi

    mereka tidak mengetahui apa yang mereka perbuat, mereka menyadari hanya

    memiliki sedikit alternatif dalam membuat keputusan, dan berharap akan

    mendapatkan penyelesaian yang optimal.

    Simon membedakan antara keputusan-keputusan yang dibuat seseorang

    yang memasuki atau keluar dari organisasi dan keputusan yang mereka buat

    sebagai partisipan organisasi, dengan cara menyederhanakan keputusan dan

    dukungan partisipan dalam keputusan yang diambil oleh partisipan. Partisipan

    dalam posisi yang tinggi memutuskan dengan komponen bernilai tinggi,

    sementara orang berposisi rendah membuat keputusan dengan komponen yang

    ada saja.

    3) Teori Organisasi Modern

    Bagi penganut teori organisasi modern, sistem manusia tentu saja

    mengandung banyak variabel yang harus dipertimbangkan dalam

    memecahkan persoalan pada organisasi yang kompleks.

    Pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an para teoritikus melihat

    organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Mereka berkonsentrasi pada

    sasaran, tehnologi dan ketakpastian lingkungan sebagai variabel-variabel

    kontingensi akan membantu pencapaian tujuan organisasi.

    Sebaliknya, penerapan struktur yang salah akan mengancam kelangsungan

    hidup organisasi. Akan tetapi pendekatan mutakhir untuk memahami

    organisasi kemudian dikembangkan dalam paradigma teori organisasi modern

    yang mengembangkan studi perilaku sebagai determinan penting dalam

    memahami organisasi. Perspektif sosial atau studi perilaku digunakan kembali

    dalam kerangka organisasi sebagai sistem terbuka.

    Teori organisasi modern; terdiri atas berbagai pandangan, konsep, dan

    teori yang berorientasi pada sistem dan dikembangkan atas dasar penilitian

  • 17

    empiris. Para ahli teori modern memandang organisasi sebagai sebuah sistem

    yang adaptif, agar dapat bertahan, harus menyesuaikan diri dengan perubahan

    lingkungan. Adapun yang menjadi tokoh-tokoh dari teori organisasi modern

    tersebut antara lain:

    a) E.A. Trist dan K.W. Bamforth

    Mereka berdua mengeksplor cara untuk meningkatkan produktifitas dan

    moral organisasi lewat aksi penilitian. Secara keseluruhan mereka

    mengasumsikan organisasi terdiri atas hubungan antara sistem non manusia

    dan sistem manusia.

    Trist dan Bamforth berusaha menjelaskan beberapa konsekwensi yang

    terjadi pada metode pengorganisasian perusahaan batu bara tersebut. Pada

    pandangan sosio-tehnikal kedua sistem tersebut butuh dukungan secara

    optimal ketika keduanya disatukan. Tidak seperti pendekatan manajerial yang

    bersifat top-down, mereka menekankan partisipasi bottom-up yang berperilaku

    bijak, pengaturan internal dan otonomi bagi kelompok kerja. Mereka selalu

    mengeksplorasi bagaimana organisasi mencoba bertahan dalam lingkungan

    sosial dan ekonomi melalui pengembangan semi-otonomi yang fleksibel

    merupakan jawaban terhadap keadaan yang terbaik buat para pekerja.

    Mereka mencoba menciptakan bentuk organisasi yang melayani

    komunitas manusia dan kepentingan efisiensi tehnis (worker and technology).

    Hubungan kerja selalu dikuatkan oleh ikatan kekeluargaan. Sistem kontrak

    dan otonomi kelompok pada sebuah sistem tertutup akan selalu berubah secara

    spontan ketika organisasi diperhadapkan pada hubungan antara keluarga dan

    pekerjaan yang menunjukkan adanya ikatan seseorang terhadap yang lain.

    b) Joan Woodward

    Woodward merupakan orang pertama yang memperhatikan determinan

    tehnologi dan struktur. Woodward berfokus pada tehnologi produksi struktur

    organisasi dan tingkatan tehnologi, secara meyakinkan menunjukkan bahwa

    tidak ada cara terbaik untuk mengorganisasi suatu bisnis dan bahwa bentuk

    organisasi berdasarkan prinsip klasik, yang menekankan kesatuan perintah,

  • 18

    hirarki dan kejelasan struktur dalam kenyataannya jarang dipraktekkan oleh

    perusahaan yang sukses.

    Penyelidikan Woodward memperlihatkan adanya hubungan antara

    tehnologi, struktur dan keefektifan. Perusahaan yang kurang lebih mendekati

    struktur yang khas bagi tehnologi adalah yang paling efektif. Perusahaan yang

    menyimpang dari struktur ideal mereka adalah yang kurang berhasil. Oleh

    karenanya, Woodward menyatakan bahwa keefektifan adalah fungsi dari suatu

    kesesuaian tehnologi-struktur yang tepat. Organisasi yang mengembangkan

    struktur yang sesuai dengan tehnologi adalah yang paling berhasil

    dibandingkan dengan yang tidak mengembangkannya sesuai dengan

    tehnologi.

    Dengan demikian penilitian dari Woodward menjadi pertanda awal dari

    berakhirnya pandangan bahwa ada prinsip universal tentang manajemen dan

    organisasi. Karyanya mewakili transisi awal para pakar teori organisasi dari

    perspektif prinsip kepada teori kontingensi tentang organisasi.

    c) T. Burns dan G.M Stalker

    Burns dan Stalker melakukan penyelidikan terhadap hubungan antara

    organisasi dengan lingkungannya. Studi mereka yang orisinil, menyelidiki

    tentang dua bentuk organisasi: bentuk mekanis dan organis.

    Bentuk mekanis biasanya melakukan pengendalian dari atas ke bawah

    dalam sebuah hirarki, komunikasi bersifat vertikal. Organisasi membutuhkan

    loyalitas dan penyesuaian dari satu anggota terhadap lainnya, terhadap para

    manajer dan terhadap organisasi itu sendiri dalam hubungan pembuatan

    kebijakan dan metode-metode. Para anggota butuh legitimasi yang memadai

    untuk beroperasi dalam batasan organisasional. Sementara bentuk organis

    diperuntukkan bagi organisasi yang menghadapi situasi yang pada mulanya

    stabil kemudian berubah menjadi tidak stabil, tak terkedali dan kondisi yang

    berubah. Perusahaan yang menerapkan bentuk organis akan membentuk

    kembali dirinya dalam menghadapi persoalan baru dan menciptakan sistem

    kontingensi (jadi mereka adalah penggagas awal teori kontingensi).

  • 19

    Katimbang struktur yang kaku dan terspesialisasi menurut pekerjaan, sebuah

    organisasi yang cair didesain sebagai adaptasi dengan fasilitas yang fleksibel

    dan meredefinisikan kembali pekerjaan.

    Burns dan Stalker mendemontrasikan bahwa prinsip manajemen klasik

    berjalan dengan baik dalam perusahan yang memiliki tehnologi tinggi, mapan

    dan pasar yang baik, tetapi tidak cocok bagi perusahaan yang menghadapi

    keadaan perubahan setiap saat.10

    d) Peter M. Blau dan Richard W. Scott (1918-)

    Peter M. Blau lahir di Vienna, Austria, tahun 1918. Sedangkan Richard W.

    Scott melakukan studi terhadap evolusi dalam organisasi pelayanan kesehatan

    di San Fransisco Bay Area sejak Perang Dunia II hingga kini.

    Blau dan Scott dianggap memiliki kontribusi dalam teori organisasi

    khususnya teori modern karena karya mereka dalam bentuk buku dengan judul

    Formal Organizations, yang dipublikasikan tahun 1962. Analisis sosiologis

    dilakukan oleh mereka berdua dalam rangka melihat berbagai persoalan utama

    yang terjadi dalam hidup organisasi.

    Dalam buku yang dikarangnya tersebut secara teoritis melakukan

    generalisasi untuk menolong dan menjelaskan struktur dan dinamika

    organisasi dengan melakukan studi komparatif lewat pembandingan terhadap

    organisasi-organisasi yang mentranformasikan konsep-konsepnya, kemudian

    menjalankannya.

    e) James D. Thompson (1920-1973)

    James D. Thompson dilahirkan di Indianapolis. Menurutnya organisasi

    membentuk inti (core) tehnologinya karena pengaruh lingkungan. Semua

    organisasi memiliki motivasi yang tinggi untuk memperoleh stabilitas

    keamanan, orientasi yang jelas dan selalu tanggap secara efisien dan efektif

    dalam lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian.

    Thompson mengemukakan, bahwa organisasi mau tidak mau harus

    melakukan beberapa hal mendasar sebagai sebuah keharusan, karena kalau

    10 Burns dan Stalker, Op.cit., h. 121-122

  • 20

    tidak maka tujuan organisasi tidak akan tercapai karena organisasi diharapkan

    menghasilkan sesuatu, maka tindakannya pun hendaknya masuk akal atau

    rasional. Konsep rasionalitas yang dibebankan pada organisasi menentukan

    ruang lingkup dalam hal mana tindakan organisatoris harus dilaksanakan.

    Kontribusi Thompson lebih terletak pada upayanya untuk menunjukkan

    bahwa tekhnologi menentukan pemilihan strategi untuk mengurangi

    ketidakpastian dan bahwa pengaturan struktur yang spesifik dapat mengurangi

    ketidakpastian. Ia berargumentasi bahwa permintaan terhadap pengambilan

    keputusan dan komunikasi sebagai akibat dari tekhnologi meningkat dari

    mediating (rendah) ke longlingked (medium) lalu ke intensive (tinggi).

    Koordinasi dalam memediasikan tehnologi yang paling efektif adalah

    melalui peraturan dan prosedur. Longlingked harus didampingi oleh

    perencanaan dan penjadwalan. Intensive technology membutuhkan mutual

    adjusment.

    Thompson memperlihatkan bahwa saling ketergantungan yang diciptakan

    oleh tehnologi penting disaat menentukan struktur sebuah organisasi.

    c. Motivasi

    1. Pengertian Motivasi

    Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah

    suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah,

    dan mempertahankan perilaku. Menurut Kartini Kartono motivasi menjadi

    dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.

    Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang

    satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai

    pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi

    sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau

    berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu

    lain/organisasi.11

    11 http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi

  • 21

    Motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah

    kebutuhan (need), keinginan (wish), dorongan (desire) atau impuls. Motivasi

    merupakan keinginan yang terdapat pada seorang individu yang

    merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang

    menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku.12

    Motif diartikan sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang

    melakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk mancapai tujuan, motif yang sudah

    aktif disebut motivasi.13 Sedangkan motivasi merupakan proses yang tidk

    dapat diamati, tetapi bisa ditafsirkan melalui tingkah laku individuyang

    bertingah laku, sehingga motivasi merupakan konstruksi jiwa. Kedudukan

    motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan

    rasa (emosi) yang merupaka tridaya (tiga daya) dalam diri manusia. Apabila

    cipta, karsa dan rasa melekat pada diri seseorang, dikombinasikan denga

    motivasi, dapat menjadi catur daya atau empat dorongan kekuatan yang dapat

    mengarahkan individu mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan.14

    2. Teori-teori Motivasi

    Teori isi memusatkan perhatiannya pada pertanyaan, apa penyebab

    perilaku terjadi dan berhenti. Jawabnya terpusat pada 1) kebutuhan,

    keinginan, dorongan yang memacu untuk melakukan kegiatan. 2) hubungan

    karyawan dengan faktor-faktor eksternal dan internal yang menyebabkan

    mereka melakukan kegiatan.

    Newstron & Davis memberikan pula pola motivasi dengan asumsi bahwa

    setiap orang cenderung mengembangkan pola motivasi tertentu sebagai hasil

    dari lingkungan budaya tempat manusia hidup. Pola ini sebagai sikap yang

    mempengaruhi cara-cara orang memandang pekerjaan dan menjalani

    kehidupan mereka. Empat pola motivasi yang sangat penting adalah prestasi,

    afiliasi, kompetensi dan kekuasaan. Keempat pola tersebut dijelakan dengan

    gambar sebagai berikut:

    12 Husaini Usman, Op.cit., h. 22313 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1986, h.7314 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Sagung Seto, 2007), h.93

  • 22

    Pola Motivasi Keterangan

    Prestasi Dorongan untuk mengatasi tatangan, untuk maju untuk berkembang, untuk mendapatkan yang terbaik, menuju pada kesempurnaan

    Afiliasi Dorongan untuk berhungan dengan orang lain secara efektif atas dasar sosial, doronga untuk mendapatkan sahabat sebanyak-banyaknya

    Kompetensi

    Dorongan untk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi, dorongan untuk mancapai keunggulan kerja, ketrampilan memecahkan masalah, berusaha keras untuk berinovasi, tidak mau kalah dengan hasil kerja orang lain

    Kekuasaan Dorongan untuk mempengaruhi orang lain dan situasi

    a) Teori Kebutuhan AH Maslow

    Tokoh terkemuka yang telah banyak memberikan sumbangan terhadap

    rumusan motivasi adalah Abraham H Maslow, yang menyusun hirarki

    kebutuhan dan berhasil memformulasikan sebuah teori yang menjelaskan

    tentang perilaku manusa ke dalam lima jenis kebutuhan, yaitu:

    1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling rendah dari manusia. Sebelum manusia menginginkan kebutuhan di atasnya, kebutuhan ini harus dipebuhi terlebih dahulu agar dapat hidup secara normal. 2) Kebutuhan akan rasa aman (safety or security needs). Setelah kebutuhan fisiologikal terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia yaitu kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman. 3) Kebutuhan sosial (social needs). Setelah kebutuhan keselamatan dan rasa aman terpenuhi maka timbul pula kebutuhan baru, yaitu kebutuhan hidup berkelompok, bergaul, bercinta, menikah dan mempunyai anak, bekerja sama, menjadi anggota organisai. 4) Kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs). Setelah kebutuhan berkelompok terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru lagi, yaitu kebutuhan akan penghargaan dan penghormatan. Untuk memenuhi kebutuhan ini biasanya manusia berdoa dan berusaha agar ditinggikan derajatnya.5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)15. Setelah kebutuhan penghormatan terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru lagi yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri atau realisasi atau pemenuhan kepuasan atau prestise. Contoh kebutuhan ini adalah memiliki sesuatu bukan hanya karena fungsi tetapi juga karena gengsi, mengoptimalkan potensi dirinya secara kreatif dan inovatif, ingin mencapai taraf hidup yang serba sempurna atau derajat yang setinggi-tigginya, melakukan pekerjaan yang kreatif, ingin bekerja yag manantang. 16

    15 Abraham Maslow, Motivation and Personality, (New York: Harper & raw, 1970), h.55-5616 Bedjo Sujanto, Op.cit, h. 227-231

  • 23

    Hirarki kebutuhan maslow didasari dua asumsi, yaitu pertama, kebutuhan

    seseorang tergantung dari apa yang telah ia punyai. Dan kedua, kebutuhan

    merupakan hirarki dilihat dari pentingnya.

    Teori Maslow telah memberikan sumbangan berharga dalam

    memperhatiga dalam memperhatikan kebutuhan-kan kebutuhan-kebutuhan

    tingkat rendah para pekerja yang sebelumnya diabaikan oleh organisasi. Dilain

    pihak teori ini juga mempunyai kelemahan atau kekurangan. Uday Parek

    menjelaskan tidak ada dalam organisasi manapun kebutuhan yang lebih tinggi

    muncul menunggu terpebuhinya kebutuhan yang lebih rendah. Teori ini

    mengandung kelemahan antara lain:

    1. Sukar membuktikan kalau kebutuhan manusia mengikuti satu hirarki

    2. Terdapat kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap individu, tertama pada tingkat kebutuhan yang lebih tinggi

    3. Timbulnya tingkat kebutuhan yang lebih tinggi bukan semata-mata disebabkan terpenuhi kebutuhan yang lebih rendah, melainkan karena meningkatnya karier dan posisi seseorang.

    4. Kebutuhan-kebutuhan itu luwes sifatnya sehingga sulit menetapkan suatu ukuran untuk memuaskan segala pihak. 17

    Walupun teori ini memiliki kelemahan, tetapi teori ini sangat berguna

    untuk menjelaskan mekanisme motivasi seseorang di dalam suatu organisasi.

    b) Teori Murray

    Murray berasumsi bahwa manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang

    memotivasinya untuk berbuat. Kebutuhan tersebut antara lain: (a) Pencapaian

    hasil kerja, (b) Afiliasi, (c) Agresi, (d) Otonomi, (e) Pamer, (f) Kata hati, (g)

    Memelihara hubungan baik, (h) Memerintah (berkuasa), (i) Kekuatan dan, (j)

    Pengertian.18

    17 Uday parek, Perilaku Organisasi, Pedoman ke arah pemahaman proses komunikasi dan moivasi kerja, (Jakarta: PT. Migas Surya dan Grafindo, 1984), h.111

    18 Husaini Usman, Op Cit, h.

  • 24

    Kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray tersebut bersifat kategorisasi

    saja. Sebenarnya kebutuhan manusia ini sangat banyak, komplesks dan tidak

    terbatas.

    c) Toeri Alderfer

    Menurut teori Alderfer manusia memiliki kebutuhan yang disingkat ERG

    (Existence, Relatedness, Growth). Manusia menurut Aldefer pada hakikatnya

    ingin dihargai dan diakui keberadaannya (eksistensi), ingin diundang dan

    dilibatkan. Disamping itu, manusia sebagai makhluk sosial ingin berhubungan

    atau bergaul dengan manusia lainnya (relasi). Manusia juga ingin selalu

    meningkat taraf hidupnya menuju kesempurnaan (ingin selalu berkembang).

    d) Teori Dua faktor dari Herzberg

    Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herberg bersama-sama dengan

    Bernard Mausner dan Barbara Snyderman. Mereka melakukan penelitian

    dengan bertanya pada subyek tentang waktu ia merasa paling puas terhadap

    pekerjaannya. Kemudian mencari sebab-sebab mereka merasa puas. Faktor

    kesehatan (ekstrinsik) merupakan faktor lingkungan yang menyebabkan

    ketidakpuasan. Penelitian menyimpulkan terdapat dua faktor yaitu faktor

    pemuas dan faktor kesehatan seperti pada tabel berikut:

    Faktor motivasi (intrinsik) Faktor Kesehatan (ekstrinsik)1. Prestasi 2. Peghargaan 3. Pekerjaan itu sendiri4. Tanggungjawab5. Pertumbuhan dan perkembangan

    1. Supervisi 2. Kondis kerja3. Hubungan interpersonal4. Bayaran dan keamanan5. Kebijakan perusahaan

    Teori dua faktor hezrberg ini mendapat kritikan, yaitu metodologinya

    mengharuskan orang melihat pada dirinya sendiri pada masa lampau.

    Dapatkah orang menyadari bahwa mereka dahulu merasa tidak puas? Faktro-

    faktor yang berada di bawah sadar tidak diidentifikasikan dalam analisis

    Herzberg. Selanjutnya Korman mengkritik bahwa dengan peristiwa yang baru

  • 25

    terjadi menyebabkan orang tidak mampu mengingat kembali kondisi kerja

    yang paling baru dan dalam metodologinya terdapat unsur perasaan.

    Disamping itu, teori ini kurang memperhatikan pengujian terhadap implikasi

    motivasi dan penampilan dari teorinya.

    e) Teori X dan Y dari McGregor

    Teori X dan Y dari Mc Gregor dikembangkan atas dasar karakteristik

    manusia merupakan anggota organisasi dalam hubunganya dengan

    penampilan organisasi secara keseluruhan dan penampilan individu dalam

    melaksanakan tugas-tugasnya. Teori ini berasumsi bahwa kedua konsep X dan

    Y adalah berbeda, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ;19

    Manusia Tipe X Manusia Tipe Y1. Malas belajar dan bekerja2. Mau bekerja kalau diperintah, diancam

    dan dipaksa3. Senang menghindar dari tanggungjawab4. Tidak berambisi dan cukup menjadi anak

    buah saja5. Tidak mempunyai kemampuan untuk

    mandiri

    1. Rajin belajar dan bekerja2. Bekerja atas dasar kesadaran sendiri,

    kurang senang diawasi dan kreatif3. Bertanggungjawab4. Berambisi 5. Mampu mengendalikan dirinya sendiri

    mencapai tujuan organisasinya (mandiri)

    f) Teori ekspektasi dari Lewin dan Vroom

    Teori ekspektasi (harapan) dikembangkan Lewin dan diterapkan oleh

    Vroom. Teori ini mempunyai asumsi bahwa, Pertama, manusia biasanya

    meletakkan nilai pada sesuatu yang diharapkan dari karyanya. Oleh sebab itu,

    manusia mempunyai urutan kesenangan (preference) diantara sejumlah hasil

    yang ia harapkan. Kedua, suatu usaha untuk menjelaskan motivasi yang

    terdapat pada seseorag selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai, ia

    juga mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang dikerjakan

    memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkan.

    19 Ibid, h. 233

  • 26

    Berdasarkan asumsi di atas vroom mengembangkan suatu teori motivasi,

    yaitu intensitas motif seseorang untuk melakkan sesuatu adalah fungsi nilai

    atau kegunaan dari hasil yang mungkin dapat dicapai dengan pesepsi

    kegunaan suatu tindakan dalam upaya mencapai hasil tersebut.

    g) Teori Mc Clelland

    Mc Clelland mengetengahkan teori motivasi yang berhubungan erat

    dengan teori belajar. Ia berpendapat banyak kebutuhan yang diperoleh dari

    kebudayaan. Tiga kebutuhan dari Mc Clelland adalah kebutuhan akan prestasi

    (need of achievment) disingkat n Ach, kebutuhan akan afiliasi (need of

    affiliation) disingkat n Aff dan kebutuhan akan kekuasaan (need of power)

    disingkat n Pow.

    Motivasi berpretasi adalah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi

    segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Motivasi

    afiliasi adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atau dorongan

    untuk mendapatkan sahabat sebanyak-banyaknya. Motivasi berkuasa adalah

    dorongan untuk mempengaruhi orang lain agar tunduk kepada kehendaknya.

    Teori ini berusaha menjelaskan achievment-oriented behaviour yang

    didefinisikan sebagai perilaku yang diserahkan terhadap tercapainya standart

    of exellent. Menurut teori ini seseorang yang mempunyai needs of achievment

    tinggi selalu mempunyai pola pikir tertentu ketika ia merencanakan untuk

    melaksanakan sesuatu, yaitu mempertimbangkan pekerjaan yang akan

    dilakukan itu cukup menantang atau tidak. Seandainya pekerjaan itu

    menantang maka ia memikirkan kekuatan, peluang dan ancaman yang

    mungkin dihadapi dalam mencapai tujuan tersebut dan menentukan strategi

    yang akan dilakukan.

    Ciri orang yang mempunyai achievment tinggi adalah kesediannya untuk

    memikul tanggungjawab sebagai konsekuensi usahanya untuk mencapai

    tujuan, berani mengambil resiko yang sudah diperhitungkan, bersedia mencari

  • 27

    informasi guna mengukur kemajuannya, dan ingin kepuasan diri yang telah

    dikerjakannya.

    Perilaku yang berhubungan dengan tiga motif sosial dari Mc Clelland

    manurut yang dikembangkan oleh Tim Achievment Motivation Training

    (AMT) Massachuset memiliki indikator sebagai berikut: (1) Bertanggung

    jawab atas segala perbuatannya, mengaitkan diri pada karier atau hidup masa

    depannya, tidak menyalahkan orang lain dalam kegagalannya, (2) Berusaha

    mencari umpan balik atas segala perbuatannya, selalu bersedia mendengarkan

    pendapat orang lain sebagai masukan dalam memperbaiki dirinya. (3) Berani

    mengambil resiko dengan pebuh perhitungan (menantang dan terwujud), (4)

    Berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif (sesuatu yang baru,

    sesuatu yang tiada duanya), banyak gagasan, dan mampu mewujudkan

    gagasanya dengan baik. Ingin bebas berkarya, kurang menyenangi sistem

    yang membatasi geraknya kearah yang lebih positif. Kekuatan dari tindakan

    anda sendiri bukan dari orang lain. (5) Merasa dikejar-kejar waktu, pandai

    mengatur waktunya, yang dapat dikerjakan sekarang jangan ditunda hari esok,

    (6) Bekerja keras dan bangga atas hasil yang telah dicapai.

    h) Teori Keadilan

    Teori keadilan menyatakan bahwa faktor keadilan/kewajaran yang

    mempengaruhi sistem pengupahan mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi

    internal, dimensi eksternal dan dimensi individual. Dimensi internal berarti

    setiap jabatan atau posisi dan pekerjaan individu dihargai oleh organisasi atau

    perusahaan dengan perbandingan yang rasional, dari yang terendah sampai

    yang tertinggi. Dimensi eksternal berarti pengupahan dilakukan dengan

    memperhatikan nilai pasar tenaga kerja di luar organisasi yang mampu

    bersaing dengan dimensi individual bearti kewajaran dan keadilan yang

    dirasakan setiap individu dengan individu lainnya.

  • 28

    i) Teori White

    Menurut teori ini seperti yang dikutip Handoko menyatakan motif uang

    bukanlah jaminan untuk meningkatkan kinerja manusia karena kebutuhan

    manusia akan uang adakalanya mengalami titik kejenuhan sehingga uang

    tidak lagi memotivasi manusia. Disamping itumanusia dapat menolak uang

    karena tugas yang dibebankan kepadanya melampaui kemampuannya.

    3. Macam-Macam Motivasi

    Menurut E. Kusmana dan Fachrudin motivasi dibedakan atas dua

    golongan yaitu : 1. Motivasi Asli, yaitu motivasi untuk berbuat sesuatu atau

    dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul secara kodrati pada diri

    manusia. 2. Motivasi Buatan, yaitu motivasi yang masuk pada diri seseorang

    baik usaha yang disengaja maupun secara kebetulan.20 Sejalan dengan

    pendapat Irianto, motivasi eksternal adalah setiap pengaruh dengan maksud

    menimbulkan, menyalurkan atau memelihara perilaku manusia.21 Dipertegas

    oleh Mulia Nasution, motivasi dari luar adalah pembangkit, penguat, dan

    penggerak seseorang yang diarahkan untuk mencapai tujuan.22

    Dari beberapa pendapat diatas maka, jelas motivasi merupakan faktor yang

    berarti dalam mendorong seseorang untuk menggerakkan segala potensi yang

    ada, menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat

    sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

    20 E Kusumah dan Facrudin, Azas-Azas Dan Metode-Metode Motivasi, (Bandung: UPI, 2004), h. 44

    21 Irianto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: IBII STIE,m1997), h. 24722 Mulia Nasution, Manajemen Modern, (Bandung: Pionir Jaya, 2000), h.11

  • 29

    BAB III

    KESIMPULAN

    Dari uraian di atas maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

    1. Organisasi merupakan proses kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Jadi dalam setiap orgaisasi

    mengandung tiga unsur, yaitu kerjasama, dua orang atau lebih da tujuan yang

    hendak dicapai. Setidaknya ada empat bagian untuk membangun desain

    organisasi, yaitu pembagian kerja, departementalisasi, hirarki dan koordinasi.

    Dalam pengembangan desain organisasi ada dua hal yang penting; pertama

    perubahan strategi dan lingkungan berlangsung dengan berlalunya waktu,

    desain organisasi merupakan proses yang berkelanjutan. Kedua, perubahan

    dalam struktur termasuk mencoba dan kemungkinan berbuat salah dalam

    rangka mensyusun desain organisasi.

    Sedangkan Motivasi adalah kompleksitas dari kekuatan yang dimiliki

    seseorang, keinginan dan kebutuhan yang harus dipenuhi, dan kesemuanya

    dapat diarahkan untuk memberikan kekuatan untuk berbuat dalam rangka

    mencapai tujuan yang diinginkan.

    2. Terdapat beberapa teori organisasi yaitu: Teori Organisasi Klasik, Neo-Klasik dan Teori Organisasi Modern. Sedangkan teori motivasi meliputi:

    Teori Kebutuhan Maslow, teori Murray, Teori Aldelfer, teori X dan Y, teori

    ekspektasi, teori Mc Clelland, teori White, teori keadilan.

    3. Macam-macam motivasi ada 2 yaitu: (1) Motivasi Asli, yaitu motivasi untuk berbuat sesuatu atau dorongan untuk melakukan sesuatu yang muncul

    secara kodrati pada diri manusia. (2) Motivasi Buatan, yaitu motivasi yang

    masuk pada diri seseorang baik usaha yang disengaja maupun secara

    kebetulan.

  • 30

    DAFTAR PUSTAKA

    Abraham Maslow, Motivation and Personality, New York: Harper & raw, 1970.

    Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Jakarta: Sagung Seto, 2007.

    E Kusumah dan Facrudin, Azas-Azas Dan Metode-Metode Motivasi, Bandung: UPI, 2004.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi

    Husaini Usman, Manajemen Teori, praktek dan riset pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

    Irianto, Pengantar Manajemen, Jakarta: IBII STIE, 1997.

    Kreitner dan Kinicki, Perilaku Organisasi, Buku 1 & 2, Jakarta: Salemba Empat, 2005.

    Mulia Nasution, Manajemen Modern, Bandung: Pionir Jaya, 2000.

    Robbins dan Judge, Buku 1: Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat, 2003. Cet. Ke-12.

    Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta: CV Rajawali, 1986.

    Uday parek, Perilaku Organisasi, Pedoman ke arah pemahaman proses komunikasi dan moivasi kerja, Jakarta: PT. Migas Surya dan Grafindo, 1984.

    W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia

    Wayne K Hoy dan Cecil G. Miskel, Educational Administration; Teory, Research And Practice, NewYork: Random House, 1982.

    WG. Scott, Human Relations in Management, in Organization and Management Theory and Practice, Washington: The American University Press, 1962.