makalah toksikan ISTI

  • Upload
    hamid

  • View
    79

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH KESEHATAN

Citation preview

MAKALAH TOKSIKOLOGI

Di Susun oleh:DISUSUN OLEHISTI SHOFIA13341019

JURUSAN DIV ANALIS KESEHATANPOLITEKNIK KESEHATANKEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG2015KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb.Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa, shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW .Makalah ini berjudul Klasifikasi Toksik Berdasarkan Organ yang di Serang. Makalah ini membahas klasifikasi Toksik berdasarkan kerusakan organ target. Semoga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Toksikologi. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Nuraini, S.Pd,M.Kes atas bimbingan yang telah diberikan.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi kami berharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta kami.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandar lampung, 05 Oktober 2015

PenyusunDAFTAR ISICOVER........................................................................................................1KATAPENGANTAR 2DAFTAR ISI... 3BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang.... 41.2 Tujuan.. 4BAB II PEMBAHASAN2.1 Pengertian Toksikologi................................................................................ 52.2 Klasifikasi Toksik berdasarkan kerusakan organ target..................... 82.3 Hepatoksik... 102.4 Nefrotosik.... 112.5 Neurotoksik. 122.6 Hematoksik. 152.7 Sistematik 19BAB III PENUTUP....................................................................................... 20 3.1 Kesimpulan.................................................................................... 20 3.2 Saran .................................................................................. 20DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 21

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.

1.2 TujuanUntuk mengetahui Mekanisme dan Gejala klinis keracunan yang disebabkan oleh racun yang bersifat Neurotosik, Hepatoksik, Nefrotoksik, Hematoksik, Sistemik.

BAB II2.1 Pengertian Toksikologi Toksikologi merupakan ilmu atau pemahaman tentang pengaruh berbagai macam zat-zat kimia yang merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Toksikologi menurut para ahli kimia merupakan ilmu yang bersangkut paut dengan berbagai macam efek dan mekanisme kerja yang dapat merugikan dari agen kimia terhadap binatang dan manusia. Toksikologi menurut para ahli farmakologi adalah cabang dari farmakologi yang berhubungan dengan efek samping zat kimia di dalam sistem biologik. Dalam toksikologi terdapat unsur unsur yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dengan suatu cara tertentu sehingga dapat menimbulkan suatu respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap sistem biologi tersebut. Toksikologi merupakan ilmu yang lebih dulu berkembang dari Farmakologi. Pengertian dan definisi Toksikologi diantaranya sebagai berikut:1. Istilah Toksikologi awalnya berasal dari bahasa latin yaitu toxon yang artinya racun, sedangkan ilmu pengetahuan dikenal dengan kata logos. Kombinasi arti ini terbitlah bidang ilmu yang diketahui umum sebagai Toksikologi, dan dalam bahasa inggris disebut Toxicology. Secara etimology Toksikologi terbagi dari dua kata diatas dan didefinisikan sebagai ilmu tentang racun. Toksikologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari efek-efek merugikan dari suatu zat. (Nelwan, 2010.)2. Ilmu yang mempelajari tentang efek negative atau efek racun dari bahan kimia dan material lain hasil kegiatan manusia terhadap organisme termasuk bagaimana bahan tersebut masuk kedalam organisme. (Rand, GM and Petrocelli, S.R. 1985. Fundamentals of Aquatic Toxicity : Methods and Aplication, Hempsphere Public Corporation)3. Ilmu yang mempelajari tentang efek membahayakan dari suatu persenyawaan terhadap organisme hidup, terutama manusia4. Ilmu yang mempelajari racun, berikut asal, efek, deteksi dan metode pengolahannya. (Dictionary of Stientific and Technical Terms, McGraw Hill, 1984).5. Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup atau organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan bahan kimia pada makhluk hidup berbahaya.6. Toksikologi didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap mahluk hidup dan sistem biologik lainnya.7. Toksikologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat sifat dan cara kerja racun. Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk memahaminya. Cabang cabang ilmu biologi, kimia, biokimia, farmakologi, fisiologi dan patologi adalah ilmu ilmu yang sangat menunjang dalam mempelajari atau mendalami toksikologi.Para ahli toksikologi (Toxicologist), dengan tujuan dan metoda tertentu tugasnya adalah mencari/mempelajari bagaimana bekerjanya (Harmful action) bahan bahan kimia (beracun) pada jaringan atau tubuh.Sementara Racun sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu :a. Menurut Taylor, Racun adalah Setiap bahan/zat yang dalam jumlah tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang menyebabkan penyakit dan kematian.b. Menurut pengertian yang dianut sekarang, Racun adalah Suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimia dan fisiologis yang dalam dosis toksik selalu menyebabkan gangguan fungsi dan mengakibatkan penyakit dan kematian.

2.2 Klasifikasi Toksik berdasarkan kerusakan organ target Hepatotoksik : beracun bagi hepar atau hati Nefrotoksik :beracun bagi nefron atau ginjal Neurotoksik :beracun bagi neuron atau saraf Hematotoksik : beracun bagi darah atau system pembentukan sel darah Keracunan sistemik : yakni keracunan yang menyerang seluruh anggota tubuh

2.3 HepatoksikHepatoksik adalah dimana suatu X mempunyai daya racun terhadap hepar atau hati. Ke dalam kelompok ini terdapat banyak zat racun, seperti DDT, aflatoksin-B, acrolein, CCl4, Be, Mn, Fe, dll. (Williams and Burson, 1985). Mekanisme hepatoksik:Mekanisme toksik berbagai racun terhadap hepar sangat variatif, tetapi ada beberapa factor anatomi dan faal yang menyebabkan hati menjadi peka terhadap toksikan. 1. Hati atau hepar secara normal terletak dibagian kanan atas rongga perut dibawah diafragma. Hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh manusia, dan menerima semua hasil absorpsi usus lewat pembuluh darah balik (vena) dari usus yang akhirnya terkumpul dalam satu vena bessar disebut Vena porta. Dapat dimengerti bahwa vena porta ini berisi banyak nutrient, disamping semua xenobiotik berasalkan usus. Selain darah dari usus, darah juga menerima darah balik dari ginjal dan tungkai bawah. Darah yang memasuki hepar 70% berasal dari vena porta, sedangkan 30%-nya lagi dating dari aorta sebagai arteri terbesar didalam tubuh untuk vaskularisasi hati. Akibat dari keadaan anotomi dan faali hati, dapat difahami bahwa hepatotoksikan akan lebih toksik bagi hepar apabila masuk per oral dibandingkan apabila masuk melalui inhalasi atau dermal.2. Karena tugas detoksikasi terutama dilakukan oleh hati, maka apabila terjadi metabolit yang lebih toksik atau lebih reaktif, maka hepar ini pula yang pertama-tama menderita efek toksiknya. Efek ini dapat mempengaruhi berbagai fungsi hepar seperti gangguan pada metabolism dan penyimpanan hidrat karbon, metabolism hormon, zat buangan, dan xenobiotik, sintesa protein darah, formasi urea, metabolism lemak, dan formasi empedu. Seperti halnya xenobiotik, semua nutrient akan dimetabolisme, akan dimetabolisme, atau disimpan, atau di-biotransformasi, dan/atau dikonyugasi lalu disalurkan ke organ ekskresi.akan tetapi Fase I, sehingga metabolit intermediet (bersifat reaktif) yang terbentuk, dan tidak dapat dikonyugasi dan bereaksi dengan sel hati dan menyebabkan kerusakan dan/atau kematian sel. Apabila reaksi terjadi dengan DNA maka mungkin sekali akan terjadi kanker. Efek terhadap hati/hepar ini tergantung pada sifat kimia-fisikaxenobiotik, dosis yang diterima, dan lamanya paparan, selain bahwa ada pula pengaruh dari kondisi fisik hepar yang terpapar. Toksikologi hati dipersulit oleh berbagai kerusakan hati dan berbaga mekanisme yang menyebabkan kerusakan itu. Hati sering menjadi organ sasaran karena beberapa hal. Sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui system gastrointestinal,dan setelah diserap,toksikan dibawa oleh vena porta hati ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang metabolisme xenobiotik dalam hati juga tinggi (terutama sitokrom P-450) : ini membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut air,dan karenanya lebih muda dieksresikan. Tetapi dalam bebrpa kasus toksikan diaktifkan sehingga dapat menginduksi lesi. Lesi hati yang sring bersifat sentrilobuler telah dikaitkan dengan kadar sitokrom P-450 yang lebih tinggi (Zimmerman 1982). Efek toksikan pada organel subsel dalam sel hati.OrganelFungsiEfekContoh toksikan

Membran plasma Inti sel

Mitokondria

Lisosom

Peroksisom

Reticulum endoplasma

Kanalikuli empedu Pemasukan,sekresiPengontrol sel

Repirasi sel

Autofagia,penyimpanan

Oksidasi

Sintesi protein, metabolisme obatSekresi empeduKebocoran enzimMutasi,neoplasiel

Bengkak

Akumulasi

Proliferasi

Degranulasi, proliferasiDilatasi FaloidinAflatoksin,berilium,dimetil-nitrosaminKarbon tetrachloride, dimetil-nitrosamin, etionin, fosforBrilium,karbon tetraklorida, etioni,fosforKlofibrat,trikloretilen,diet tinggi lemak

Karbon tetraklorida,dimetil nitrosamine,etionin,fosforLitokolat,taurokolat

Gejala Klinis Hepatoksik : Rasa mual Muntah Sakit Kepala ,urine pekat dan pembesaran hati 2.4 NeurotoksikSystem saraf terdiri dari susunan saraf (SSP), yakni otak dan sumsum tulang belakang; dan susunan saraf periferi, yakni, semua diluar SSP yang terletak di periferi. System saraf ini fungsinya sangat kompleks, dan bersama dengan system endokrin mengelola semua fungsi tubuh. Neurotoksin juga sangat beragam, sehingga efek dapat timbul pada bagian-bagian tertentu saja atau pada sel-sel spesifik saja.Untuk dapat memahami kerusakan saraf perlu diketahui, bahwa fungsi saraf utama adalah mentransmisikan impuls lewat sel-sel saraf. Sel saraf yang satu tersambung dengan yang lain atau tersambung dengan sel organ seperti otot melalui suatu sinap/junction. Stimulus dapat melalui sinap in dengan menggunakn transmitter yang didapat pada sinap. Dengan demikian ada dua mekanisme racun saraf, yakni, gangguan pada transmitter, dan gangguan pada aktivita keluar masuknya ion na dan k sepanjang akson saraf, sehingga impuls elektrik terganggu. Mekanisme Neurotoksik : Xenobiotik yang meracuni saraf disebut neurotoksik, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni, Racun yang mengganggu neuro-transmisi Racun yang menyebabkan saraf kekurangan oksigen atau hipoksia sampai anoksia, dan Racun yang merusak system saraf secara fisik.

Gejala Klinis Neurotoksik kehilangan memori jangka pendek, kehilangan sirkulasi, ketidakseimbangan, gejala mirip flu. Sedangkan gejala yang dirasakan pada system perifer seperti : mati rasa, kesemutan, kehilangan sensasi dan gerakan perubahan suasana hati atau perasaan (kecemasan, kemarahan, depresi, kebingungan, vertigo, kurang konsentrasi).

2.5 .NefrotoksikEfek terhadap ginjal sangat dipengaruhi oleh faal ginjal sebagai organ eksresi.Semua buangan yang terbentuk cairan atau larutan akan dikeluarkan dari ginjal.Tetapi ginjal juga mempunyai tugas untuk menjaga homeostatis tubuh.misalnya cairan dan beberapa jenis gula akan diserap kembali.ginjal juga meregulasi tekanan darah metabolisme vitamin D,dll.(Hard,1985).Sifat toksisitasGinjal mempunyai kemampuan kompensasi yang luar biasa bahkan setelah beberapa peerubahan yang cukup penting pada fungsi dan morfologi ginjal, ginjal dapat mengkompensasi dan berfungsi secara normal. Karenanya ,beberapa pengujian penting dilakukan pada interfal waktu yang tepat dan berulang kali. Kelompok utama nefronotoksikan adalah logam berat, antibiotic, analgesic, dan hidrokarbon berhalogenasi tertentu. Semua bagian nefron secara potensial dapat dirusak oleh efek toksikan. Beratnya beberapa efek beragam dari satu perubahan biokima atau lebih sampai kematian sel, dan efek ini dapat muncul sebagai perubahan kecil pada fungsi ginjal atau gagal total.Nefrotoksikan dapat menyebabkan efek buruk pada bagian ginjal,yang mengkibatkan berbagai perubahan fungsi. Karenanya , sebaiknya dilakukan berbagai jenis pengujian. Tampaknya pengujian yang paling peka dan dapat dipercaya untuk suatu zat kimia berbeda-beda tergantung pada sifat nefrrotoksikan dan juga keadaaan percobaan (misalnya spesian hewan,lamanya pajanan). Dalam menilai efek ginjal suatu toksikan,sebaiknya dipertimbangkan beberapa factor diluar ginjal yang mungkin dipengaruhi volume darah atau tekanan darah, karna beberapa factor tersebut dapat merusak fungsi ginjal secara tidak langsung.selain itu penyakit ginjal,seperti penyakit ginjal yang berkaitan dengan usia lebih banyak ditemukan dan juga harus dipertimbangkan (cotchin dan Roe, 1967).

Mekanisme nefrotoksikGinjal merupakan organ eksresi utama bagi cairan yang tidak digunakan tubuh,dan disalurkan lewat pembuluh darah.ginjal manusia setiap harinya akan menyaring 1700 liter darah menjadi 1 liter urin.Ginjal menrima dari output kardial per menit.Selain itu ginjal juga mempunyai berbagai fungsi penting seperti Regulasikomposisi dan volume cairan ekstra seluler, Mengendalikan elektrolit dan keseimbangan asam basa, Memelihara adanya protein berat molekul rendah didalam sirkulasi, Terkait dalam homoeostasis system kardio-vaskuler, Mensentesa/memperoses berbagai hormone (Williams and Burson,1985) Unit funsional ginjal disebut nefron,yang terdiri atas tiga elemen utama,yakni,glomerulus (kapiler pembuluh darah berbentuk bola) yang berhubungan dengan pembuluh darah sekita tubulus,peredaran darah untuk vaskulerisasi dan elemen tubule.Didalam tubule terjadi filtrasi;filtrate akan memasuki tubules,dan akan terjadi reabsorbsi dan eleminasi selektifdari air dan elektrolit.Vaskulerisasi adalah pembuluh darah yang membawanutrien bagi ginjal dan mengambil kembali buanga dari organ tersebut.Ginjal merupakan organ yang sangat aktif dalam proses metabolisme,sehingga meerlukan laju suplai oksigen yang besar dan nutrient yang banyak agar tetap normal.Struktur gijal yang terditi atas lapisan endotel yang luas,sehingga cenderung terjadi deposisi kompleks antigen-antibodi. Sebagai organ eksresiginjal juga terpapar zat kimia asing yang mungkin saja merusak jaringannya,untuk mencegah kerusakanginjal mempunyai mekanisme system enzim sitokrom p-450,system oksidasi,reeduksi,hidrolisis,dan konjugasi.Racun dapat menyebabkan kerusakan pada ketiga elemen dari nefron dan dapat menyebabkan anuri (tidak terbentuk urin),seperti pada keracunan jengkol,karena filtrasigolmerulus (GFR)terhenti,atau urin yang terbentuk nsangat sedikit,atau sebaliknya urin menjadi sangat banyak akibat permeabilitas berubah (misalnya pada itai-itai/keracunan Cd)juga dapat terbawa keluar berbagi protein dan enzim. Kerusakan fungsi ginjal akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal,dan kematian,baik secara akut maupun kronis.karena paparan yang diterima didalam ginjal beserta saluran dan kandung kemihnya dapat terjadi kristalisasi dan terjadi batu,atau pun tumbuh berbagai tumor termasuk kanker. Gejala Klinis Nefrotoksik Penurunan pengeluaran urin atau tidak sama sekali Pembengkakan ginjal secara menyeluruh, akibat retensi cairan Mual dan muntah Terjadinya penurunan kesadaran

2.6 HematoksikSistem hematoksik adalah system yang membentuk sel-sel darah dan berfungsi dalam respirasi seluler. Racun dapat mengganggu pembentukan sel maupun fungsi dari system ini. System hematopoetik terdiri atas sel darah merah (eritrosit),sel darah puth(leukosit),dan trombosit. Eritrosit yang mengandung hemoglobin(Hb) berfungsi mentransfer oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa kembali CO2 ke paru-paru untuk eksresi.Leukosit melindungi tubuh dari segala infeksi dan benda asing. Trombosit berfungsi dalam pembekuan darah.berbagi racun dapat mengganggu fungsi-fungsi tersebut dan terjadi keadaan yang tidak normal. Penyebab hematoksikPenyebab hematotoksisititasdapat digolongkan kedalam dua golongan besar yakni kelainan yang berdasarkan atas kelainan kuantitas dan kualitas sel darah dan dilihat dari system transport gas dalam sel darah..

1) Kelainan sel-sel darahDilihat dari segi kualitas dan kuantitas sel darah,penyakit/gejala keracunan dapat digolongkan atas dasar beberaparacun lingkungan,seperti berkurangnya trombosit/thrombositopenia,hilangnya sel darah putih yang polimorfonuklear/agranulositosis, tidak dibentuknya sel sel darah/aplastik anemia dan pansitopenia,hemolitik anemia atau hemolisis sel-sel darah dan leukemia atau kanker darah.Racun penyebab trombositopenia adalah;Tilenol, Aminopirin, aspirin, benzene, bismuth, klordane, klorampenikol, kortikosteroid, valium, DES, digitoksin, dimercaprol, insulin, lindane, Hg, fenobarbital, fenilbutazone, KI, kuinidine, tertracline, TDI, dan trinitrotoluene.Racun penyebab agranolusitosis adalah:Actazolamide, amidopirin, ampicilin, arsfenamine, barbiturate, benzene, busulfant, kloramfenicol, suklofosfamide, diazepam, DDT, deniropenol, hidroksiquinoline, indometacin, Hg, nitrofurantain, parasetamol, phenilbutazone, procainamida, propiltiourasil, quinine, salisilata, sulfa, tiourea, trinitrotoluene.Racun penyebab Aplastik anemia dan Pancytopenia adalah:Alkilating agen, ampisilin, arsfenamid, aspirin, benzeena, CCL4, cloramfenicol, chlordane, chloroquine, kolchicine, diazepam, Au, hidrokloroquine, insektisida, isoniazida, lindane, meprobamat, tetrasklin, dan trinitrotoluene.Zat kimia terkait dengan anemia hemolitik adalah:Amidopirin, antazolin, cefalospirin, insektisida, insulin, isoniazide, penicillin, fenacetin, quinidin, quinine, rifampicin, salisilata, dan sulfa.Beberapa penyebab leukemia adalah radiasi pengion, benzena, dan zat yang sering menyebabkan anemia aplastik. (William M. Burson, 1985).2) Kelainan Transfor GasDilihat dari system transfor gas, ada tiga kelainan utama, yakni berkurangnya suplai oksigen, sel atau jaringan tidak dapat memanfaatkan suplai oksigen karena sel keracunan, dan lain-lain gangguan darah.Keadaan dimana sel atau jaringan kekurangan oksigen disebut keadaan hipoksia. Hipoksia dapat disebabkan oleh dua factor, yakni tersumbatnya atau kelumpuhan saluran pernafasan, sehingga oksigen tidak dapat memasuki peredaran darah, dan suplai oksigen berkurang akibat transfor oksigen oleh hemoglobin terganggu. Racun dapat melumpuhkan saluran pernafasan sehingga terjadi hipoksia. Selanjutnya akan dibahas dua kondisi dimana hb tidak dapat berfungsi normal yakni akibat terikat dengan CO, dan nitrat-nitrit.Hb yang terikat dengan CO disebut karboxyhemoglobin. Keadaan ini merupakan contoh yang paling dikenal. Mekanisme terjadinya karboksi hemoglobin didasarkan afinitas CO yang lebih besar terhadap hb dibanding oksigen. Afinitas CO terhadap hemoglobin pada manusia berkisar antara 210-245. Dengan afinitas CO terhadap hb duaratus kali lebih besar daripada oksigen, maka seluruh hb dapat terikat pada CO dan orang dapat meninggal karena lemas. Apabila, hemoglobin yang terikat pada CO dan oksigen sama yakni 50% keadaan ini dapat terjadi apabila konsentrasi Co mendekati 0.1% dihitung atas dasar konsentrasi persen oksigen sebanyak 21% dan afinitas CO terhadap hb adalah 210. Kadar oksigen yang dapat dilepas oleh HbO2 kedalam jaringan menjadi lebih sedikit apabila kadar Hb CO meningkat. Disosiasi oksigen kedalam jaringan untuk 5% pertama terjadi apabila PO2 turun menjadi 40mmHg. Adanya hb CO tidak hanya mengurangi jumlah oksigen dalam darah, tetapi pelepasan oksigen kejaringan menjadi lebih sedikit, sekalipun turunnya PO2 sama seperti keadaan normal yakni sebanyak 40mmHg.Hb yang terikat pada nitrit, dan aromatikamin, senyawa nitroso dan klorat disebut methemoglobin mekanismenya adalah karena terjadi oksidasi Fe dalam hb dari fero menjadi feri. Oksidasi mengubah warna hb menjadi coklat kehijauan sampai kehitaman. Methomoglobin tidak dapat mengikat baik oksigen mmaupun karbon dioksida. Dengan demikian terjadi hipoksia. Kadar normal methemoglobin dalam darah adalah 4% (WHO 1977). Apabila kadar methemoglobin meningkat sampai 15 maka akan timbul gejala kekurangan oksigen yakni kulit menjadi kebiruan. Methemoglobinia sering dijumpai pada bayi karena system enzimnya (NADH-NADPH) masih belum sempurna, maka penyakit sedemikian disebut penyakit bluebabies. Korelasi antara methemoglobin dengan gejala hipoksia sangat jelas, karena selain membentuk methemoglobin, senobiotix tadi juga menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah(vasodilatasi), sehingga aliran darah menjadi stagnan, dan hipoksia menjadi diperparah, karena volume darah yang mengalir berkurang. Lain-lain hipoksia dapat terjadi akibat sel tidak dapat memanfaatkan oksigen dalam proses metabolismenya. Dalam keadaan ini , kadar oksigen dalam sel atau jaringan adalah normal atau bahkan berlebih. Keadaan ini sering terjadi akibat keracunan sianida dan sulfida.Sianida didalam sel akan menghambat kerja enzim sitokrom oksidase, sehingga menghambat trnasfor electron fosforilase oksidatif metabolisme glukosa yang aerobic dan mengakibatkan kadar HbO yang sangat tinggi dan juga terdapat dipembuluh darah balik (vena). Dengan demikian kulit tampak merah menyerupai kadar HbCO. Kematian dapat terjadi apabila dosis oral sianida mencapai 100mg. Kematian disebabkan karena berhentinya system pernafan pusat, biasanya terjadi dalam waktu tidak lebih dari satu jam.Keracunan hydrogen sulfide (H2S), suatu inhibitor sitokrom oksiddaseyang kuat. Keracunan seperti ini seringkali terjadi karena semburan gas didaerah pemboran minyak dan gas bumi. Gejala keracunan dan akibatnya sama saja dengan halnya sianida, hanya dalam hal sulfide ini terjadi iritasi pada mata dan paru-paru, sehingga terjadi edema paru-paru (William and Burson 1985). Gejla Klinis Hematoksik : edema, perdarahan lokal , dapat disertai nyeri setempat demam , mual , muntah , pingsan ,kelemahan , nadi cepat dan lemah , kejang , gangguan pernafasan

2.8 Sistemik Keracunan sistemik adalah keracunan yang mengenai seluruh badan, jadi tidak organ spesifik. Penyebabnya banyak yang antara lain adalah Pb, Cd, Hg, Va, P, Bo, Ti, TEL. dapat dipahami bahwa terjadinya keracunan sistemik dapat menyerupai keracunan organ spesifik, seperti logam berat timah hitam dan merkuri . oleh karena itu gejala seperti ini saja akan menyulitkan diagnose.

BAB 111PENUTUP3.1 Kesimpulan Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia terhadap organisme hidup. Setiap orang yang berhubungan dengan zat kimia harus membuat anggap sama seperti Paracelsus, yaitu bahwa semua zat kimia beracun apabila tidak ditangani dengan baik maka dengan sendirinya akan memberika efek racun dan potensi bahaya terhadap makhluk hidup dan lingkungannya.

3.2 Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-PressDarmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta . UI-PressDarmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-PressAlifia, U, 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.Darmono, 2009. Farmasi Forensik dan Toksikologi. Jakarta: UI Press.Munim Idries, Abdul. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.Munim Idries. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa AksaraNelwan, Denny 2010. Bahan Ajar Toksikologi Dasar. Manado

21