Upload
nova-ci-necis
View
945
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri
dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya,
bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri
tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina,
dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil
terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari
invaginasi hipoblas di tempat ini.
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh
infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung
atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang
berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Dalam beberapa kasus ditemukan 3
macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis.
Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi
klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien
tonsilitis beserta keluarganya.
Pola penyakit THT (Telinga Hidung Tenggorokan) bervariasi pada tiap-tiap negara.
Banyak faktor lingkungan dan sosial diyakini bertanggung jawab terhadap etiologi
2
infeksi penyakit ini. Penelitian yang dilakukan di Departemen THT Dunia (WHO)
selama 10 tahun (Januari-Desember ) dari 68.488 kunjungan pasien didapati penyakit
Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak
15.067 (22%) penderita. Sementara penelitian yang dilakukan di Malaysia pada poli
THT Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 kunjungan pasien dan
jumlah penderita penyakit Tonsilitis Kronis menempati urutan keempat yakni
sebanyak 657 (8,1%) (Shah, 2013). Dalam analisa tentang kekambuhan penyakit-
penyakit kronis pada saluran nafas atas dilakukan penelitian terhadap total populasi
lebih dari 3,5 juta jiwa populasi di Amerika Serikat mendapatkan prevalensi penderita
tonsillitis kronis sebesar 15,9/1.000 penduduk. Menurut penelitian di Rusia mengenai
prevalensi dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis kronis didapatkan data bahwa
sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis.
(Awan Z,, et al, 2009). Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi
(Indonesia) , prevalensi tonsilitis kronis 4,6% tertinggi setelah Nasofaringitis Akut
(3,8%)). Sedangkan penelitian di Puskesmas Sukaramai pada tahun 2014 ditemukan
161 pasien tonsilitis kronis atau 6,75% dari seluruh jumlah kunjungan. Data
morbiditas pada anak menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 pola
penyakit anak laki-laki dan perempuan umur 5-14 tahun yang paling sering terjadi,
tonsilitis kronis menempati urutan kelima (10,5% pada laki-laki, 13,7% pada
perempuan) (Hannaford PC, et al, 2005).
3
1.2. Rumusan Masalah
a) Apakah yang dimaksud dengan Tonsilitis?
b) Bagaimanakah Etiologi Tonsilitis?
c) Bagaimanakah Manifestasi Tonsilitis?
d) Bagaimanakah patofisiologi Tonsilitis?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan tonsilitis secara komprehensif.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien tonsilitis
2. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien
tonsilitis
3. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah
keperawatan yang timbul pada klien tonsilitis
4
1.4 Manfaat
1. Teoritis :
untuk memahami teori-teori tentang penyakit tonsilitis
2. Praktis:
a) Untuk lebih mengetahui gejala dan tanda pada klien tonsilitis.
b) Untuk mengetahui penyebab terjadinya tonsilitis.
c) Dapat Mengetahui komplikasi dari tonsilitis
5
BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
2.1. PENGERTIAN
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar
lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga
disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
6
Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang.
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut
kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar
akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa,
bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain
atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006).
Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj,
2006).
Tabel Jumlah Pasien Tonsilitis di Puskesmas Sukaramai
Tahun 2014
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agust Sept
Jumlah 21 20 25 19 17 16 23 11 9
7
2.2. KLASIFIKASI
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)
1. Tonsillitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan
streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak
putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan
tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan
berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene
mulut yang buruk.
8
2.3. ETIOLOGI
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus
atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan
mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa
dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis.
2.4. PATOFISIOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapatmengakibatkan kemerahan
dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada
tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi
bau mulut serta otalgia.
Terjadinya proses radang berulang disebabkan oleh rokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan
tonsilitis yang tidak adekuat (Eviaty, 2001).
9
Proses keradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena proses
radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada
proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini
akan mengerut sehingga kripte akan melebar (Adam’s, 1997).
Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang
mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat yang
berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus kapsul
sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada anak-anak,
proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula (Ugras, 2008).
10
2.5 Diagnosis
Tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kemudian kripta terlihat
melebar dan beberapa kripta terisi oleh debritus. Terasa ada yang mengganjal di
tenggorokan, kemudian pasien merasa tenggorokan kering dan nafas berbau (Eviaty,
2001, Ugras, 2008).
2.5.1 Diagnosa Banding
Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :
Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran semu
yang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)
a. Tonsilitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang
yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer
antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap
cukup memberikan dasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar,
umum, lokal dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi
lain, yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi
lambat dan keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil
membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan
membentuk pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat
11
akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapat menimbulkan kerusakan
jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasi
kordis, pada saraf kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot
pernafasan dan pada ginjal dapat menimbulkan albuminuria.
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan
kepala, sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Pada
pemeriksaan tampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan
prosesus alveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau (foetor
ex ore) dan kelenjar submandibula membesar.
c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membran semu yang
menutup ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran
kelenjar limfe leher, ketiak dan regio inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat
leukosit mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah
kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba
(Reaksi Paul Bunnel).
2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus
12
a. Faringitis Tuberkulosa
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah
buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok,
nyeri di telinga (otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.
b. Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau
tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai
pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi
palatum mole dan pilar tonsil.
c. Lepra (Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian
menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya
jaringan ikat.
d. Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa
mengalami ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi
faring yang ireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak.
Penyakit-penyakit diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan dengan
nyeri tenggorokan (odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa pasti
13
berdasarkan pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray dan
biopsi jaringan (Adam’s, 1997, Kasenõmm, 2005).
2.6. Penatalaksanaan
2.6.1. Lokal
Terapi lokal bertujuan pada higiene mulut atau obat hisap yaitu antibiotik dan
analgesik (Eviaty, 2001).
2.6.2. Indikasi Tonsilektomi
Berdasarkan The American Academy of Otolaryngology- Head and Neck Surgery (
AAO-HNS) tahun 1995 indikasi tonsilektomi terbagi menjadi :
1. Indikasi absolut
a) Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas,disfagia
berat,gangguan tidur, atau terdapat komplikasi kardiopulmonal
b) Abses peritonsiler yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan drainase,
kecuali jika dilakukan fase akut.
c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d) Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi
2. Indikasi relatif
14
a) Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun tidak diberikan
pengobatan medik yang adekuat
b) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap pengobatan
medik
c) Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten terhadap β-laktamase.
(AAO-HNS dalam Efiaty, 2001)
2.7. Prognosa
Baik setelah dilakukan tonsilektomi dan sebelum terjadinya komplikasi lebih
lanjut (Shah, 2007).
2.8. MANIFESTASI KINIK
Menurut Megantara, Imam 2006 gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang
semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena
tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
15
4. Muntah
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :
1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2. Tenggorokan terasa kering
3. Persarafan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus
membesar dan terisi detritus
5. Tidak nafsu makan
6. Mudah lelah
7. Nyeri abdomen
8. Pucat
9. Letargi
10. Nyeri kepala
11. Disfagia (sakit saat menelan)
12. Mual dan muntah
Gejala pada tonsillitis akut :
1. Rasa gatal / kering di tenggorokan
2. Lesu
3. Nyeri sendi
4. Odinafagia
5. Anoreksia
16
6. Otalgia
7. Suara serak (bila laring terkena)
8. Tonsil membengkak
Menurut Smelizer, Suzanne (2000)
Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut Hembing, (2002) :
1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat
menelan, kadang-kadang muntah.
2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh
badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar
nanah pada lekukan tonsil.
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan
demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
4. Terapi
17
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik,
dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
2.10. KOMPLIKASI
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke
daerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil.
Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut :
1. Komplikasi sekitar tonsil
a. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.
b. Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal
dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan
penjalaran dari infeksi gigi.
c. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau
pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid,
kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
18
d. Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada
anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
e. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa
dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil
yang membentuk bahan keras seperti kapur.
2. Komplikasi Organ jauh
a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis
19
2.11 PENATALAKSANAAN / PENGOBATAN
Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian antipiretik.
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2. Perawatan Paska-bedah
20
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Diet
i. Memberikan cairan bila muntah telah reda
ii. Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
a) Memberikan anakgesik
b) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
c) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
iii. Mengajari pasien mengenal hal berikut
a) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak selama 1-2 minggu.
b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8
setelah operasi.
21
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TONSILITIS
Topik : Tonsilitis
Sub Topik : Pengertian dan Pengobatan Tonsilitis
Hari/Tanggal : Selasa,21 Oktober 2014
Waktu/Jam : 08-08.30 WIB
Tempat : Puskesmas Sukaramai
Peserta : Pasien Puskesmas Sukaramai
A. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Pengunjung Puskesmas Sukaramai
mampu mengetahui cara-cara pencegahan dan penanganan tonsillitis serta dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan Pengunjung Puskesmas Sukaramai mampu :
1. Menjelaskan penegertian Tonsilitis
2. Menjelaskan tentang penyebab Tonsilitis
3. Menjelaskan cara menagani Tonsilitis
4. Menjelaskan Kompikasi Tonsilitis
5. Menjelaskan Diet yang diberikan pada Pasien Tonsilitis
22
C. MATERI
1. Pengertian Tonsilitis
2. Penyebab Tonsilitis
3. Tanda dan Gejala
4. Pencegahan Tonsilitis
5. Pengobatan Tonsilitis
No Tahapan waktu Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta
1 Pembukaan
(5 menit)
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan
tujuan pembelajaran
5. Apersepsi konsep
tonsilitis
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menyetujui
4. Mendengarkan dan
memperhatikan
5. Mendengarkan dan
memperhatikan
2 Kegiatan Inti
( 20 menit )
1. Menjelaskan
tentang pengertian
tonsilitis
2. Menjelaskan
1. Mendengarkan dan
memperhatikan
23
etiologi dari
tonsilitis
3. Menjelaskan
patofisiologi
tonsilitis
4. Menjelaskan
gejala tonsilitis
5. Menjelaskan
manifestasi klinik
6. Menjelaskan
penatalaksanaan
tonsilitis
2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Mendengarkan dan
memperhatikan
4. Mendengarkan dan
memperhatikan
5. Mendengarkan dan
memperhatikan
6. Mendengarkan
3 Penutup
5 menit
1. Kesimpulan dari
pembelajaran
2. Salam penutup
1.Mendengarkan
2.Mendengarkan dan
menjawab salam
24
EVALUASI :
Pertanyaan secara lisan
a. Apa pengertian tonsilitis ?
b. Sebutkan etiologi tonsilitis?
c. Apa saja pengobatan herbal dari tonsilitis?
MATERI PENYULUHAN TONSILITIS
1. PENGERTIAN TONSILITIS
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil (amandel). Tonsillitis merupakan
infeksi dan radang pada amandel yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
(bakteri dan virus) yang menyerang tenggorokan. Virus yang menyebabkan radang
amandel biasanya berasal dari coxsackie virus, adenovirus atau Epstein-Barr virus,
sedangkan bakteri yang menyebabkan radang amandel biasanya berasal Group A
Streptococcus.
Tonsillitis adalah peradangan pada tonsil. Tonsil berbentuk oval, terletak di
belakang tenggorokan pada masing – masing sisi tenggorokan. Tonsil berfungsi
sebagai pusat pertahanan tubuh dari serangan infeksi bakteri dan virus. Sebagai salah
satu pusat pertahanan tubuh, tonsil seringkali mengalami peradangan dan
25
pembengkakan yang disebut sebagai tonsillitis. Tonsil dianggap sebagai barisan
pertama sistem pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus yang masuk ke mulut.
Fungsi inilah yang dapat membuat tonsil sangat rentan terhadap infeksi dan
peradangan.
2. PENYEBAB TONSILITIS
Tonsillitis paling sering disebabkan oleh virus flu biasa, tetapi infeksi virus dan
bakteri lainnya dapat juga menjadi penyebabnya. Bakteri yang paling umum yang
menyebabkan tonsillitis adalah:
Streptokokus hemolitikus grup A
Pneumokokus
Stafilokokus
Haemofilus influezae
Tonsillitis merupakan infeksi dan radang pada amandel yang disebabkan oleh
masuknya mikroorganisme (bakteri dan virus) yang menyerang tenggorokan. Virus
yang menyebabkan radang amandel biasanya berasal dari coxsackie virus, adenovirus
atau Epstein-Barr virus, sedangkan bakteri yang menyebabkan radang amandel
biasanya berasal Group A Streptococcus.
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :
26
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut
tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi
tonsillitis lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.
Menurut pendapat lain, patofisiologi tonsillitis meliputi:
Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus
Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat
Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya
Pembentukan abses peritonsilar
27
Nekrosis jaringan
4. GEJALA TONSILITIS
Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan)
nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama).
Gejala lain, yaitu :
Demam
Tidak enak badan
Sakit kepala
Muntah
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
Tenggorokan terasa kering
Persarafan bau
Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus
membesar dan terisi detritus
Tidak nafsu makan
Mudah lelah
Nyeri abdomen
28
Pucat
Letargi
Nyeri kepala
Disfagia (sakit saat menelan)
Mual dan muntah
Gejala pada tonsillitis akut :
Rasa gatal / kering di tenggorokan
Lesu
Nyeri sendi
Odinafagia
Anoreksia
Otalgia
Suara serak (bila laring terkena)
Tonsil membengkak
5. PENCEGAHAN TONSILITIS
Kuman yang menyebabkan tonsilitis adalah virus dan bakteri yang sifatnya menular.
Oleh karena itu, pencegahan terbaik adalah dengan mempraktikkan kebersihan yang
baik. Ajarkan keluarga anda semua untuk:
29
Mencuci tangan dengan bersih dan sering, terutama setelah menggunakan
toilet dan sebelum makan
Hindari berbagi makanan, gelas minum atau barang dengan orang lain
6. CARA PENGOBATAN TONSILITIS
Pengobatan secara herbal, yaitu:
Jus XAMTHONE PLUS (jus kulit dan daging buah manggis).
JUS XAMTHONE PLUS berperan dalam meningkatkan sistem pertahanan tubuh dan
mengandung antibiotik alami untuk membunuh bakteri karena kandungan antioksidan
super yang ada di dalam kulit dan daging buah manggis.
Kunyit
Beberapa batang kunyit diparut, kemudian diperas dan tambahkan air sampai 200 cc.
Minumlah ramuan ini 2 kali sehari.
Mengkudu dan madu
Beberapa buah mengkudu masak dimasak lalu tambahkan madu secukupnya
kemudian diminum sehari 2 kali.
Daun benalu dan adas pulowaras
Ambil daun benalu yang tumbuh di pohon jeruk nipis secukupnya, kemudian
tambahkan adas pulowaras. Kedua bahan di atas ditumbuk hingga halus kemudian
30
peras dengan menambahkan air secukupnya. Saring dan minumlah ramuan tersebut
dua kali sehari, dan lakukan setiap hari hingga amandel mengempes.
Sambiloto dan daun cocor bebek
Ambil 30 gram sambiloto segar dan 10 lembar daun cocor bebek segar, lalu rebuslah
dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, setelah disaring gunakan airnya untuk
berkumur-kumur 2 kali sehari.
Bila telah dilakukan upaya pertolongan dengan pengobatan herbal selama 3 hari,
namun keluhan menetap atau memburuk, maka sudah saatnya Anda menghubungi
dokter. Dokter biasanya akan memberikan analgesic untuk mengurangi rasa sakit dan
antibiotic untuk mengobati infeksi. Selain perawatan dengan obat-obatan, terkadang
penderita harus menjalani operasi pengangkatan amandel (Tonsillectomy). Operasi
ini dilakukan jika infeksi yang terjadi sudah berulang-ulang atau lebih dari lima kali
dalam setahun serta telah mengganggu aktivitas anda dan waktu tidur anda (karena
sulit bernafas).
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri
atau kuman streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan
streptococcus pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus, pada tonsilitis ada dua
yaitu :
-Tonsilitis Akut dan
-Tonsilitis Kronik
Tabel Jumlah Pasien Tonsilitis di Puskesmas Sukaramai
Tahun 2014
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agust Sept
Jumlah 21 20 25 19 17 16 23 11 9
32
3.2 Saran
Sebaiknya pada pasien yang mengalami radang tonsil diberikan therapi seperti:
1. Diberikan posisi tirah baring
2. Berikan cairan dalam jumlah yang cukup
3. Berikan makanan berisi namun tidak terlalu padat karena bisa merangsang
pada tonsil yang sedang meradang
4. Hindari makanan yang bersifat asam dan tetap menjaga kesehatan tonsil yang
sudah pernah mengalami radang
33
DAFTAR PUSTAKA
Belden MD. THT : www. emedicine. com. Last Updated 24 Juni 2003.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI. Jakarta.
Saten S. Chalazion. Taken From : www. emedicine. com. Last Updated : 5 Juli 2004
Boeis,Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit,
Jakarta: EGC.