22
MAKALAH ANAK TUNAGRAHITA Disusun Guna Memenuhi Ujian Kompetensi 2 Mata Kuliah Ortopedagogik Umum Dosen Pengampu: Drs. Munawir Yusuf, M.Psi.  Disusun oleh: Nama : Sugiarti NIM : X521224 PPKHB VI PENDIDIKAN KHUSUS ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

makalah tunagrahita

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAHANAK TUNAGRAHITA

Disusun Guna Memenuhi Ujian Kompetensi 2Mata Kuliah Ortopedagogik UmumDosen Pengampu: Drs. Munawir Yusuf, M.Psi.

Disusun oleh:Nama: SugiartiNIM: X521224

PPKHB VIPENDIDIKAN KHUSUSILMU PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET2013

BAB IA. PENDAHULUANPendidikan luar biasa, sbagai salah satu bentukpendidikan yang khusus mengenai anak berkelainan sebagai objek formal dan materialnya dari berbagai jenis kelainan termasuk anak-anak tunagrahita, secara sadar terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Sebagai warga negara, anak-anak tunagrahita memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini berdasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 bahwa, warga Negara yang mempunyai kalainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan /atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.Tunagrahita sebagai suatu keadaan pada individu dengan kondisi kemampuan mental yang rendah termanifestasikan pada bentuk keterlambatan dan keterbelakangan dalam segala aspek. Keterbelakangan dalam segala aspek ini disebabkan penyandang tunagrahita tidak mampu mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan lingkungan. Penyandang tunagrahita tidak mampu atau tidak mudah menginternalkan rangsangan dari lingkungan sehingga selain perkembangan mentalnya yang lambat juga terlambat pada fungsi kemampuan lainnya seperti kemampuan motorik, kemampuan berbahasa, dan kemampuan bersosialisasi.Dampak dari penyebab tersebut mengakibatkan pengaruh yang cukup berarti dalam kehidupan mereka. Keterbatasan dan daya kemampuan yang mereka miliki menimbulkan munculnya berbagai masalah. Masalah yang mereka hadapi berbeda-beda, walaupun ada kesamaan yang dirasakan oleh mereka. Masalah tersebut menurut Amin (1994: 41-51) meliputi, masalah dalam kehidupan sehari-hari, masalah penyesuaian diri, dan masalah penyaluran ke tempat kerja.Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri sendiri. Kondisi keterbatasan mereka banyak yang mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari terutama pada tunagrahita kategori berat dan sangat berat. Keadaan ini diharapkan dalam program penanganannya memprioritaskan bimbingan dan latihan keterampilan serta aktifitas sehari-hari.B. RUMUSAN MASALAHRumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.1. Apakah pengertian anak tunagrahita?2. Apa saja klasifikasi anak tunagrahita?3. Apa saja karakteristik anak tunagrahita?4. Apa saja yang menjadi penyebab anak tunagrahita?5. Bagaimana layanan pendidikan anak tunagrahita?6. Apa landasan penyelenggaraan pendidikan anak tunagrahita?7. Apa tujuan pendidikan anak tunagrahita?

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian TunagrahitaTunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental (mental retardation). Arti harfiah dari kata tuna adalah merugi sedangkan grahita artinya pikiran. Seperti namanya, tunagrahita ditandai oleh ciri utamanya yaitu kelemahan dalam berpikir atau bernalar.Banyak definisi anak tunagrahita yang tercantum dalam berbagai buku yang dikemukakan oleh para ahli berdasarkan bidang keilmuannya. Salah satunya definisi dari American Association of Mental Retardation yang dikutip Rochyadi dan Alimin (2003: 8) bahwa Mental retardation refers to significantly subaverage general intellectual functioning existing concurrently with deficits in adaptive behavior and manifasted during the developmental period.Definisi di atas berarti ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan semua berlangsung pada masa perkembangannya. Maksud dari kecerdasan di bawah rata-rata adalah apabila perkembangan umur kecerdasan (Mental Age) seseorang terbelakang atau di bawah pertumbuhan usianya (Chronological Age), sedangkan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku maksudnya adalah ia tidak/kurang mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan usianya dan hanya mampu mengerjakan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh anak yang memiliki usia di bawahnya.Senada dengan pendapat di atas, WHO seperti yang dikutip Amin (1995:19) menyebutkan bahwa seseorang yang dikategorikan tunagrahita harus memiliki dua komponen esensial, yaitu:Firstly, intellectual function which is significantly below average; secondly marked impairment in the ability to adapt to demands of society. Both intellectual functioning ang adaptive behavior must be impaired before a person can be regarded as mentally retarded or now known as intellectually disable.Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kedua komponen penting tersebut adalah: pertama, fungsi intelektual secara nyata berada di bawah rata-rata; kedua, adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku dalam masyarakat. Jadi seseorang dikategorikan tunagrahita kalau memenuhi kedua komponen di atas.Dybward dalam Amin (1995: 16) mengemukakan Mental retardation is condition which originates during the development in sosial inadequacy. Pengertian yang dikemukakan Dybward tersebut menekankan bahwa tunagrahita dicirikan dengan kecerdasan di bawah normal dan berakibat anak tunagrahita tidak layak dalam bidang sosial.Bratanata juga mengungkapkan pendapatnya mengenai anak tunagrahita, seperti yang dikutip oleh Efendi (2006: 88), yaitu, Seseorang dapat dikategorikan tunagrahita jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya. Pendapat Bratanata tersebut hampir sama dengan tiga pendapat sebelumnya, hanya saja ia menambahkan perlunya program pendidikan khusus bagi anak tunagrahita.Lebih lanjut dalam PP No. 72 tahun 1991 yang dikutip Amin (1995: 11) dijelaskan bahwa:Anak tunagrahita adalah mereka yang mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal abstrak, yang sulit-sulit dan berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan hanya dalam satutetapi hampir dalam segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terlambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.Kesimpulan dari beberapa definisi yang telah diungkapkan di atas yaitu anak tunagrahita adalah seseorang yang mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata, mengalami kesulitan dalam komunikasi dan sosial serta semua terjadi pada masa perkembangannya. Kondisi tersebut menyebabkan anak tunagrahita memerlukan layanan pendidikan khusus.B. Klasifikasi TunagrahitaKlasifikasi anak tunagrahita terdiri atas beberapa kelompok. Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya, yang terdiri atas keterbelakangan ringan, sedang, dan berat. Somantri (2006: 106-108) mengelompokkan anak tunagrahita berdasarkan intelegensinya yang diukur dengan tes Stanford Binet dan skala Weschler (WISC), yaitu sebagai berikut.1) TunagrahitaRingana) Tunagrahitaringan disebut jugamaronataudebil.b) Memiliki IQ antara 68-52 pada skala Binet, memiliki IQ antara 69-55 menurut skala WISC.c) Mampu belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.d) Mampu dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerja laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, dan pekerja pabrik dengan sedikit pengawasan.e) Pada umumnya tidak mengalami gangguan fisik (tampak sepertianak normal).2) TunagrahitaSedanga) Tunagrahitasedang disebut jugaimbesil.b) Memiliki IQ antara 51-36 pada skala Binet, memiliki IQ antara 54-40 menurut skala WISC.c) Mampu mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya.d) Sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti membaca, menulis, dan berhitung sederhana.e) Mampu menulis secara sosial, misalnya menulis nama sendiri dan alamat rumah.f) Membutuhkan pengawasan yang terus menerus.g) Dapat bekerja di tempat kerja terlindung.3) TunagrahitaBerata) Tunagrahitaberat sering disebutidiot.b) Tunagrahitaberat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet, memilki IQ antara 39-25 menurut skala WISC.c) Memerlukan perawatan secara total dalam kehidupan sehari-hari dan memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.Pengelompokkan tunagrahita berdasarkan IQ menurut WHO seperti yang dikutip Amin (1995: 21) yaitu: (1) tunagrahita ringan dengan IQ 50-70, (2) tunagrahita sedang dengan IQ 30-50, dan (3) tunagrahita berat/sangat berat dengan IQ kurang dari 30. Anak tunagrahita juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam pendidikan, seperti pengelompokkan yang dilakukan oleh kalangan pendidik di Amerika (American Education) yang dikutip oleh Amin (1995: 21), yaitu: (1) educable mentally retarded, (2) trainable mentally retarded, dan (3) totally/custodial dependen. Istilah tersebut jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti: mampu didik, mampu latih, dan mampu rawat.Anak tunagrahita yang termasuk dalam kelompok mampu didik adalah anak tunagrahita ringan. Mereka dianggap masih mampu menerima pendidikan di sekolah khusus. Anak tunagrahita yang termasuk dalam kelompok mampu latih adalah anak tungrahita sedang. Mereka dianggap sudah tidak mampu mengikuti program pendidikan di sekolah seperti halnya anak tunagrahita ringan, namun masih mampu dilatih untuk mengurus dirinya sendiri. Klasifikasi yang terakhir adalah anak tunagrahita mampu rawat, yaitu anak yang mengalami ketunagrahitaan berat. Mereka tidak mampu menerima pendidikan maupun pelatihan dan seumur hidupnya memerlukan bantuan dari orang lain, bahkan untuk mengurus dirinya sendiri.Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu tunagrahita ringan (mampu didik), tunagrahita sedang (mampu latih) dan tunagrahita berat (mampu rawat).C. Karakteristik Anak TunagrahitaKeterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya. Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif, seperti yang dikemukakan oleh Efendi (2006: 98) dapat sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu sebagai berikut.1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkrit dan sukar berpikir.2) Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.3) Kemampuan sosialisasinya terbatas.4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.6) Pada anak tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar.Karakteristik yang dimiliki anak tunagrahita pada umumnya menurut Amin (1995: 34-37) adalah sebagai berikut.1) KecerdasanKapasitas belajar anak tunagrahita ringan sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote learning).2) SosialAnak tunagrahita tidak mampu mengurus, memelihara, dan memimpin diri dalam pergaulan. Saat masih kanak-kanak, mereka harus diawasi waktu bermain dengan anak lain bahkan ditunjuki terus apa yang harus dikerjakan. Setelah dewasa, kepentingan ekonominya sangat tergantung pada orang lain. Tanpa bimbingan dan pengawasan, mereka dapat terjerumus ke dalam tingkah laku yang terlarang, terutama mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual.3) Fungsi-fungsi mental lainAnak tunagrahita memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian. Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih sehingga kurang tangguh dalam menghadapi tugas. Mereka juga pelupa dan mengalami kesukaran dalam mengungkapkan kembali suatu ingatan, serta sukar membuat kreasi-kreasi baru.4) Dorongan dan emosiPerkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda sesuai dengan tingkatan ketunagrahitaan masing-masing. Anak yang berat dan sangat berat tingkat ketunagrahitaannya, hampir-hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri dan kehidupan emosinya lemah.Anak tunagrahita ringan mempunyai kehidupan emosi yang hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurang kuat, dan kurang banyak memiliki keragaman. Mereka jarang sekali menghayati perasaan bangga, bertanggung jawab, dan hak sosial.5) OrganismeStruktur maupun organisme anak tunagrahita pada umumnya kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Pendengaran dan penglihatan anak tunagrahita banyak yang jurang sempurna. Peda anak tunagrahita berat atau sangat berat, kurang mampu merasakan sakit. Bau yang tidak enak, dan makanan yang tidak enak. Badannya relatif kecil dan kurang segar, tenaganya kurang, cepat letih, kurang mempunyai daya tahan, dan banyak yang meninggal pada usia muda. Pendapat lain dikemukakan oleh Yuwono (2011: 42), menurutnya keterbelakangan mental memiliki karakteristik sebagai berikut.1) Fungsi perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita sama atau hampir sama dengan anak-anak normal, namun tingkat kesegaran jasmani anak tunagrahita setingkat lebih rendah dibandingkan dengan anak normal pada umur yang sama.2) Perkembangan kognitif, khususnya dalam memecahkan masalah menggunakan kaidah trial dan eror, kecepatan belajarnya lebih lambat dari anak normal, ketepatan respon anak tunagrahita kurang daripada respon anak normal, sulit untuk menangkap informasi yang kompleks.3) Perkembangan bahasa anak tunagrahita pada umumnya tidak bisa menggunakan kalimat majemuk dibandingkan dengan anak normal pada usia yang sama, anak tunagrahita pada umumnya mengalami gangguan artikulasi, kualitas suara, dan ritme. Mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicara.4) Tidak menunjukkan dorongan pemeliharaan dirinya sendiri, emosinya terbatas pada emosi sederhana. Anak tunagrahita pria umumnya memiliki kekurangan berupa tidak matangnya emosi, depresi, bersikap dingin, menyendiri, tidak dapat dipercaya, impulsif, lancang dan merusak. Anak tunagrahita wanita memiliki kekurangan berupa mudah dipengaruhi, kurang tabah, ceroboh, kurang dapat menahan diri, dan cenderung melanggar ketentuan.Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita memiliki karakteristik sebagai berikut.1) Keterbelakangan IntelegensiIntelegensi merupakan fungsi yan kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis dan membaca juga terbatas, kemampuan belajar cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi tapi perbendaharaan kata kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu mereka membutuhkan kata-kata konkrit dan sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua dan terakhir memerlukan pendekatan yang konkrit.2) Keterbelakangan SosialTidak hanya memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda dari usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi. Cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.3) Keterbelakangan Fungsifungsi MentalAnak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal rutin yang secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu lama.Selain itu anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik, buruk, dan membedakan yang benar maupun salah. Sehingga anak tunagrahita tidak bisa membayangkan dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.D. Faktor Penyebab KetunagrahitaanAda beberapa faktor penyebab tunagrahita. Beberapa ahli dari berbagai ilmu telah membagi faktor-faktor penyebab ini menjadi beberapa kelompok. Kirk dan Johnson dalam Efendi (2006: 92) berpendapat, Ketungrahitaan dapat terjadi karena: (1) radang otak, (2) gangguan fisiologis, (3) gangguan hereditas, dan (4) pengaruh kebudayaan. Mengenai penyebab ketunagrahitaan, Efendi (2006: 91) berpendapat, Sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen). Faktor endogen adalah faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Menurut Munzayannah (2000: 14) penyebab tunagrahita (retardasi mental) digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu sebagai berikut.7) Kelompok Biomedik yang meliputi: a) Pre Natal (sebelum kelahiran), dapat terjadi karena: (1) infeksi pada ibu sewaktu mengandung,(2) gangguan metabolisme,(3) irradasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu,(4) kelainan kromosom, dan(5) malnutrisi.b) Natal (saat kelahiran), antara lain berupa: (1) anoxia (kekurangan oksigen),(2) asphysia (gangguan nafas),(3) prematuritas dan postmaturitas, serta(4) kerusakan otak.c) Post Natal (setelah kelahiran), dapat terjadi karena: (1) malnutrisi,(2) infeksi, dan(3) trauma.8) Kelompok Sosiokultural, Psikologik dan LingkunganKelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga. Ada 3 teori terkait hal ini, yaitu sebagai berikut.a) Teori StimulasiPada umumnya penyebab tunagrahita (retardasi mental) adalah kurangnya rangsangan atau perhatian dari keluarga.b) Teori GangguanMaksud dari teori gangguan adalah keluarga gagal dalam memberikan proteksi atau perlindungan yang cukup terhadap stres yang dialami pada masa kanak-kanak. Hal ini menyebabkan gangguan pada proses mental.

c) Teori KeturunanTeori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orangtua dan anak yang sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila anak mengalami stres akan bereaksi dengan cara yang bermacam-macam untuk dapat menyesuaikan diri, atau dengan kata lain security system sangat lemah dalam keluarga.Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenport seperti yang dikutip Efendi (2006: 91) dapat dirici melalui jenjang sebagai berikut.1) Kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma.2) Kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur.3) Kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi.4) Kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio.5) Kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran.6) Kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin.7) Kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak.Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyebab tunagrahita dapat terjadi saat: prenatal (sebelum kelahiran), natal (saat proses kelahiran), dan postnatal (setelah kelahiran).E. Layanan PendidikanSistem pendidikan bagi anak tunagrahita diperlukan beberapa macam (alternative) disesuaikan dengan tingkat ketunaan yang disandangnya, yaitu sistem terpadu di sekolah umum, sistem segresi di sekolah khusus dan institusi khusus (rumah sakit, rumah keluarga anak, dan lain sebagainya).1. Di sekolah umum dengan sistem terpadu, yang pelaksanaannya bervariasi sesuai dengan taraf ketunagrahitaannyaa. Di kelas biasa tanpa kekhususan baik dalam pelajaran maupun guru (regular classroom only)Anak tunagrahita yang dimasukkan dalam kelas ini adalah yang paling ringan ketunagrahitaannya, sehingga tidak memerlukan bahan khusus ataupun guru khusus, bahannya juga biasa-biasa saja. Hanya saja mungkin anak tunagrahita ini memerlukan waktu belajar untuk bahan tertentu sedikit lebih banyak dari rekan-rekan yang normal. Mereka memerlukan perhatian yang khusus dari guru kelasnya, misalnya penempatan tempat duduknya, pengelompokkan dengan teman-temannya, mendapat giliran menjadi pemimpin kelompok, dan lain-lain.b. Di kelas biasa dengan guru konsultan (regular classroom with teacher consultant)Anak tunagrahita ditempatkan di kelas biasa, belajar bersama-sama teman di kelasnya di bawah pimpinan guru kelasnya. Sekali-kali guru konsultan (guru ahli pendidikan luar biasa) datang untuk membantu guru kelas dalam memahami masalah anak tunagrahita dan cara menanganinya, serta memberikan petunjuk kepada guru kelas mengenai bahan atau metode yang sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita.c. Di kelas biasa dengan guru kunjung (regular classroom with itinerant teacher)Anak tunagrahita belajar bersama-sama temannya di kelas biasa oleh guru kelasnya. Guru kunjung adalah guru PLB yang memberikan pelajaran kepada anak tunagrahita atau memberikan petunjuk kepada guru kelas tempat anak tunagrahita belajar. Guru kunjung ini memiliki jadwal waktu kunjungan, berpindah-pindah dari sekolah satu ke sekolah lain, mengunjungi kelas-kelas yang ada peserta didik secara langsung atau memberikan saran kepada guru kelas dan berkonsultasi mengenai masalah-masalah yang dihadapi anak tunagrahita.d. Di kelas biasa dengan ruang sumber (regular classroom with resource room)Anak tunagrahita dididik di kelas biasa dengan bantuan guru PLB pada ruang sumber. Ruang sumber ialah ruangan khusus yang menyediakan berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi anak tunagrahita di kelas biasa. Biasanya anak datang ke ruang sumber berdasarkan jadwal yang ditentukan. Dalam ruangan ini anak tunagrahita mendapat bimbingan dari guru pembimbing khusus (GPK)untuk pelajaran-pelajaran tertentu. e. Di kelas khusus sebagian waktu (part-time special class)Kelas ini berada di sekolah biasa yang merupakan ruangan khusus yang digunakan untuk anak tunagrahita, biasanya anak tunagrahita tingkat ringan bagian bawah dan tingkat sedang bagian atas. Dalam beberapa hal (mata-mata pelajaran tertentu) anak tunagrahita mengikuti kegiatan di kelas biasa bersama-sama dengan teman-temannya yang normal. Dalam kegiatan yang sangat menyulitkan, untuk mata-mata pelajaran tertentu anak tunagrahita mendapat pendidikan di ruangan khusus dari guru pendidikan luar biasa.f. Kelas khusus penuh (self contained special class)Kelas ini juga berada di sekolah biasa yang merupakan ruangan khusus yang hanya digunakan untuk anak tunagrahita. Biasanya untuk anak tunagrahita tingkat sedang bagian tengah dan bawah juga tingkat berat bagian atas akan lebih selektif dimasukkan dalam kelas ini. Mereka belajar sepenuhnya dalam kelas ini untuk semua mata pelajaran. Mereka berintegrasi dengan teman-temannya yang normal dalam waktu-waktu tertentu misalnya: dalam mengikuti upacara, mengikuti pelajaran olahraga, mengikuti perayaan-perayaan, kesenian, pergi ke kantin dan sebagainya.2. Di sekolah khusus dengan sistem segresia. Sekolah khusus harian (special day school)Sekolah khusus harian adalah sekolah khusus yang dikunjungi anak tiap-tiaphari selama jam sekolah. Anak-anak tetap tinggal di rumahnya masing-masing. Sekolah khusus harian ini terdiri atas:1) Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB) untuk anak tunagrahita, lamanya 1-3 tahun.2) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) untuk anak tunagrahita, sekurang-kurangnya 6 tahun.3) Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) untuk anak tunagrahita, sekurang-kurangnya 3 tahun.4) Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) untuk anak tunagrahita, sekurang-kurangnya 3 tahun.b. Sekolah khusus bersama (residential school)Anak berdiam di lembaga ini selama 24 jam terpisah dari lingkungan keluarga, sekolah khusus berasrama ini terutama diperuntukkan bagi anak-anak tunagrahita yang berat dan sangat berat (severe and profound). Anak-anak yang tinggal di sini dapat mengunjungi keluarganya pada waktu libur, sebaliknya orangtua mereka dapat berkunjung ke sekolah khusus berasrama ini pada waktu libur atau waktu-waktu yang telah ditentukan. Jenjang dan lama pendidikan sama seperti sekolah khusus harian.c. Di institusi khusus: rumah sakit, tempat peristirahatan atau rumah keluarga anak (hospital and homebound instruction)Anak tunagrahita yang berat atau ada kelainan ganda atau pada anak tunagrahita yang menderita penyakit kronis diperlukan tempat pelayanan khusus. Pelayanan ini mencakup pemberian pelayanan pendidikan di rumah sakit, rumah peristirahatan, atau di rumah keluarga anak, karena alasan kondisi anak yang tidak/kurang memungkinkan untuk berkunjung ke lembaga yang ada, dalam pelaksanaannya anak-anak diberi pelajaran pelajaran oleh guru khusus sambil menjalani perawatan medis oleh ttenaga ahli yang terkait. F. LandasanLandasan ortopedagogik anak tunagrahita dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.1. Landasan sebagai alasan dapatnya ortopedagogik anak tunagrahita dibangunLandasan sebagai alasan dapatnya ortopedagogik anak tunagrahita dibangun terdapat pada diri anak didik yang menyandang ketunagrahitaan, yaitu anak tunagrahita. Pada umumnya anak tunagrahita lahir dari orangtua yang normal; kalaupun ayah atau ibunaya penyandang ketunagrahitaan, kakekdan neneknya biasanya normal atau ada yang normal. Anak tunagrahita dan keluarga yang normal sebenarnya merupakan kesatuan yang integral.2. Landasan sebagai alasan perlunya ada ortopedagogik anak tunagrahitaLandasan sebagai alasan perlunya ada ortopedagogik anak tunagrahita terdiri dari:a. Landasan agama dan perikemanusiaanBaik agama maupun falsafah perikemanusiaan mengajarkan agar manusia berbuat baik kepada manusia/makhluk lain, termasuk diantaranya kepada orang dan anak yang menyandang ketunagrahitaan. Menyertaiajaran supaya berbuat baik kepada semua makhluk, agama dan falsafah perikemanusiaan mengajarkan supaya kita saying kepada sesame manusia dan bahwa martabat semua orang sama di hadapan Tuhan atau dalam pendangan perikemanusiaan.b. Landasan PBBDeklarasi PBB tahun 1971 tantang hak-hak anak menyatakan bahwa, Anak-ana cacat fisik, mental, atau sosial, harus mendapat perawatan, pendidikan dan pemeliharaan secara khusus sesuai dengan kondisi kelainannya.c. Landasan filsafat Negara PancasilaPancasila sebagai falsafah dan dasar Negara Indonesia, seperti halnya agama dan falsafah perikemanusiaan, Pancasila menempatkan manusia di atas nilai-nilai kebendaan. Andai kata pemeliharaan dan pendidikan anak cacat itu banyak menelan biaya, maka biaya yang besar itu masih kecil artinya jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh karena berbuat baik kepadanya.d. Landasan UUD dan hukum positif lainnyaDalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia (UUD 1945) Pasal 31 ayat (1) dan (2) berbunyai: (1) Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran, (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.Pada ayat pertama pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, yang di antaranya adalah anak-anak tunagrahita. Hal ini ditegaskan pada ayat (2) pasal 5 undang-undang yang sama bahwa, Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pada penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuaikan dengan kelainan peserta didik berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan.e. Landasan sosial ekonomiBiaya pemeliharaan anak luar biasa memang besar, biaya pendidikannya bahkan jauh ebih besar daripada yang dikeluarkan bagi pendidikan anak normal. Akan tetapi apabila kemudian anak itu sebagai hasil pendidikannya dapat ikut serta dalam proses produksi dan jasa, maka partisipasi mereka dapat mengimbangi biaya yang telah dikeluarkan sebelumnya.f. Landasan martabat bangsaDalam beberapa hal, memelihara dan mendidik anak tuna termasuk anak tunagrahita juga menjadi ukuran martabat bangsa. Bangsa yang telah maju dan tinggi peradabannya cenderung memberikan pemeliharaan dan pendidikan yang lebih baik kepada warganya yang lemah. Sedangkan bangsa yang belum maju (rendah peradabannya) cenderung mengabaikan pemeliharaan dan pendidikan bagi warganya yang lemah. Oleh karena itu, bangsa-bangsa juga berlomba-lomba memberikan pendidikan yang lebih baik kepada warganya yang lemah. Di samping berkompetisi, bangsa-bangsa juga bekerja sama dengan bangsa lain dalam pengembangan pendidikan/ ortopedagogik anak tunagrahita 3. Landasan sebagai cara mengamalkan (melaksanakan) ortopedagogik anak tunagrahitaDi samping landasan sebagai alasan dapatnya ortopedagogik anak tunagrahita dibangun, dan mengepa ortopedagogik anak tunagrahita itu diperlukan, ada pula landasan bahwa ortopedagogik anak tunagrahita dapat dilaksanakan (diamalkan), diantaranya sebagai berikut.a. Perbedaan individualPendidikan anak tunagrahita hendaknya dilakukan secara dengan mengindahkan perbedaan individual sepenuhnya (perbedaan inter dan intra individu). Karena itu dalam pendidikan anak tunagrahita actual sekali masalah penyesuaian bahan pelajaran dan cara penerapan kepada perbedaan individual.b. Persamaan dengan anak normalAdanya pengelompokkan anak-anak menjadi anak normal dan anak berkelainan termasuk anak tunagrahita mudh sekali menyesatkan, yaitu terlalu memperhatikan perbedaan anak tuna dari anak normal. Hal yang sesungguhnya ialah: lebih banyak persamaan anak tunagrahita dengan anak normal daripada perbedaannya. Perbedaan antara mereka hanya bersifat gradual bukan esensial. Karena itu dalam penanganannya, dahulukan persamaannya dengan anak normal. Adapun perbedaannya muncul kemudian sesudah persamaannya.c. Keterampilan praktisBaik anak normal maupun anak tunagrahita, seyogyanya segera terampil mengerjakan tugas-tugas yang diperlukan sekarang dan di waktu yang akan datang. Pada anak tunagrahita, keterampilan ini lebih perlu ditekankan. Banyak diantara mereka yang tidak akan melanjutkan pendidikannya ke tingat yang lebih tinggi; sebaliknya, banyak di antara mereka yang memperlakukan sekolahnya (misalnya tingkat pendidikan dasar atau kurang) merupakan sekolah yang terakhir sebelum masuk dunia kerja atau tinggal bersama masyarakat. Lain daripada itu, seorang yang mampu menguasai keterampilan tertentu bagaimana pun tingkatnya akan membantu memulihkan rasa harga diri, dan rasa harga diri ini merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap manusia.d. Rasional dan wajarUsaha memberikan perhatian terhadap anak tunagrahita, ada kalanya berubah menjadi memanjakan. Rasa kasihan seringkali mendesak pertimbangan yang rasional dan wajar. Jika sikap ini diteruskan, maka hasilnya akan mengecewakan. Karena itu tetaplah berlaku rasional dan wajar dalam menangani anak tunagrahita, khususnya dalam melaksanakan pendidikannya.G. TujuanTujuan pendidikan luar biasa, termasuk pendidikan anak tunagrahita, bukanlah tujuan eksklusif. Hanya saja memang diperlukan penyesuaian tertentu sesuai dengan tingkatan kemampuan mereka. Jelas bahwa karena kelainannya, anak tunagrahita mengalami kesukaran dalam mencoba menghampiri tujuan pendidikan yang berlaku umum, seperti tujuan nasional. Untuk itu diperlukan usaha-usaha khusus yang ditujukan kepada beberapa bagian dari tujuan-tujuan tersebut, yaitu tujuan khusus. Karena itu dalam pendidikan anak tunagrahita terdapat tujuan umum dan tujuan khusus.1. Tujuan umumTujuan umum pendidikan luar biasa termasuk tujuan pendidikan anak tunagrahita adalah tujuan pendidikan biasa juga. Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional ini menjadi tujuan umum pendidikan luar biasa termasuk tujuan umum pendidikan anak tunagrahita juga.2. Tujuan khususa. Dalam PP 72/1991 Bab 2 Pasal 2 disebutkan tujuan pendidikan luar biasa, bahwa Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkunagn sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.Tujuan pendidikan luar biasa ini juga menjadi tujuan pendidikan anak tunagrahita, karena anak tunagrahita memang bagian dari anak luar biasa.b. Selanjutnya tujuan khusus pendidikan anak tunagrahita mencakup:1) Dapat mengembangkan potensi sebaik-baiknya. Kesempatan anak tunagrahita untuk berkembang, pada umumnya lebih erbatas daripada anak normal. Oleh karena itu, anak tunagrahita memerlukan bantuan khusus untuk mencapai hal tersebut. Tujuan mengembangkan potensi anak tunagrahita adalah mengusahakan agar anak tidak hanya sekadar memiliki potensi saja, tetapi juga mengembangkannya sehingga menjadi kecakapan yang berarti.2) Dapat menolong diri sendiri, berdiri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Menolong diri sendiri berarti berbuat untuk kepentingan sendiri, seperti: makan, mandi, berpakaian, dan sebagainya. Anak tunagrahita terutama yang tingkat kelainannya sedang, apalagi yang tingkat kelainannya berat dan sangat berat ada yang kurang mampu atau tidak dapat mengerjakan hal itu. Oleh karena itu mereka harus dilatih secara khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut.Berdiri sendiri berarti mandiri secara ekonomi dan mandiri secara kesusilaan. Berdiri sendiri secara ekonomi ialah mempunyai penghasilan sendiri, seperti: bertani, berjualan, bekerja di pabrik dan sebagainya. Berdiri sendiri secara kesusilaan ialah dapat memutuskan apakah sesuatu perbuatan termasuk baik atau tercela dan sebagainya. Anak tunagrahita juga diharapkan dapat berguna bagi orang lain.3) Memiliki kehidupan lahir batin yang layakAnak tunagrahita banyak yang tidak akan melakukan bepergian jauh dan tidak melakukan hobi-hobi, seperti: main sepak bola, lompat jauh, lompat tinggi dan sebagainya, sehingga banyak yang tidak akan mengkhayati kepuasan hal-hal tertentu. Mereka dapat dipupuk supaya percaya pada diri sendiri, mempunyai hobi yang sesuai dengan kemampuan, berteman dengan orang baik dan sebagainya. Mereka juga memerlukan kehidupan lahir yang layak. Mereka hendaknya berpakaian yang baik, perilaku yang baik dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Depdikbud.Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.Munzayannah. (2000). Tunagrahita. Surakarta: UNS Press.Rochayadi, E. & Alimin, Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang : CV. Aneka Ilmu.Yuwono, Susatyo. (2011). Layanan Psikologis Bagi Kelas Inklusi. Jurnal Rehabilitasi dan Remidiasi. 20 (1), 42.