Makalah Virus SARS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengertian,penyebab serta cara menangani virus SARS.

Citation preview

MAKALAH MIKROBIOLOGI FARMASISARS

OLEH:NURUL NATASHA1300054Nama Dosen : Musyirna Rahmah Nasution,M.Si,Apt

PROGRAM STUDI DIII FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAUPEKANBARU2014

KATA PENGANTARPuji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul, SARSPada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada:1. Musyirna Rahmah Nasution, M.Si,Apt selaku pembimbing mata kuliah Mikrobiologi Farmasi.1. Teman-teman serta pihak lainnya yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan makalah ini.Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca, dan dosen demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang dan untuk perkembangan dan kemajuan akademik penulis. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Amin.

Pekanbaru, 5 Desember 2014

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..............................................................................................................1DAFTAR ISI..........................................................................................................................2BAB I : PENDAHULUAN1.1 Latar belakang.........................................................................................................31.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................61.3 Rumusan masalah....................................................................................................6BAB II : PEMBAHASAN2.1 Defenisi SARS............................................................................................................72.2 Penyebab SARS .........................................................................................................8 2.3 Gejala SARS...............................................................................................................9 2.4 Cara Penularan SARS...............................................................................................102.5 Epidemologi SARS....................................................................................................112.6 Pencegahan SARS....................................................................................................14\2.7 Pengobatan SARS..18

BAB III PENUTUP3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................203.2 SARAN................................................................................................................................20DAFTAR PUSTAKA

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Coronavirus berasal dari bahasa Yunani yang berarti mahkota (corona). Dilihat di bawah mikroskop elektron, mahkota terlihat seperti tancapan paku-paku yang terbuat dari S glikoprotein. Struktur inilah yang terikat pada sel inang dan nantinya dapat menyebabkan virus dapat masuk ke dalam sel inang. Coronavirus merupakan virus RNA besar yang terselubung. Coronavirus merupakan virus RNA strand positif terbesar. Coronavirus menginfeksi manusia dan hewan sebagai penyebab penyakit pernafasan dan saluran pencernaan. Coronavirus pada manusia menyebabkan batuk pilek dan telah dikaitkan dengan gastroenteritis pada bayi. Coronavirus pada hewan yang lebih rendah menimbulkan infeksi menetap pada inang alamiahnya. Virus manusia sukar untuk dibiakkan dan karena itu dicirikan dengan buruk. Tipe baru dari coronavirus telah diidentifikasi sebagai penyebab penyakit gawat yang disebut SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). SARS coronavirus (SARS Co-V)secara resmi telah dideklarasikan oleh WHO sebagai agen causative penyebab SARS. SARS-CoV mempunyai patogenesis yang unik sebab mereka menyebabkan infeksi pernafasan paa bagian atas dan bawah sekaligus serta dapat menyebabkan gastroenteritis. Morfologi Struktur dan komposisi Koronavirus merupakan partikel berselubung, berukuran 80-160 nm yang mengandung genom tak bersegmen dari RNA beruntai tunggal (27-30 kb; BM 5 6x106), genom terbesar di antara virus RNA. Nukleokapsid heliks berdiameter 9-11 nm. Terdapat tonjolan berbentuk gada atau daun bunga dengan panjang 20 nm yang berjarak lebar pada permukaan luar selubung, menyerupai korona matahari. Protein struktural virus meliputi protein nukleokapsid terfosforilasi 50-60K, glikoprotein 20-30K (E1) yang bertindak sebagai protein matriks yang tertanam dalam lapisan ganda lipid selubung dan berinteraksi dengan nukleokapsid, dan glikoprotein E2 (180-200K) yang membentuk peplomer berbentuk daun bunga. Beberapa virus mengandung glikoprotein ketiga (E3; 120-140K) yang menyebabkan hemaglutinasi dan mempunyai aktivitas asetilesterase.

Genom RNA beruntai tunggal linear tak bersegmen, protein stuktural virus meliputi protein nukleokapsid terfosforilasi dan mengandung dua glikoprotein (bertindak sebagai protein matriks yang teranam dalam lapisan ganda lipid selubung dan berinteraksi dengan nukleokapsid), dan satu fosfoprotein terselubung serta mengandung duri besar / daun bunga yang menyebabkan hemaglutirasi dan mempunyai aktivitas asetil esterase. Protein Protein yang terdapat dalam coronavirus berupa S (spike) protein (150k), HE protein (65kD), M (membran) protein, E (envelope) protein (9-12kD), dan N (nucleocapsid) protein (60kD).S (spike) protein (150k) S protein dapat mengikat asam salisilat (9-O-acetyl neuraminic acid) pada permukaan membrane sel inang dimana hal ini memberi kemampuan virus untuk hemagglutinasi. Antibodi yang melawan S protein dinetralisasi. HE protein (65kD) Hanya terdapat pada coronavirus yang mempunyai protein hemagglutinin-esterase. Bentuk protein ini juga seperti paku (lebih kecil dari S protein) pada permukaan virus. Protein ini juga dapat mengikat asam salisilat. Aktivitas esterase dari HE protein dapat memecah asam salisilat dari rantai gula, yang dapa membantu virus untuk masuk dalam sel inang dan bereplikasi. Antibodi yang melawan HE protein juga akan dinetralisasi oleh virus. M (membran) protein Protein ini membantu perlekatan nukleokapsid ke membran dari struktur internal seperti Badan Golgi dan tidak ditemukan pada membran plasma sel. E (envelope) protein (9-12kD) Protein kecil ini juga terdapat pada membran virus. Pada sel yang terinfeksi, protein ini ditemukan di sekitar nucleus dan permukaan sel. N (nucleocapsid) protein (60kD) Nukleokapsid protein mengikat genom RNA didahului dengan beberapa rangkaian dan menuju M protein pada permukaan dalam membrane virus. N protein merupakan protein terfosforilasi. Tidak seperti virus RNA lain, coronavirus tidak bergabung dengan RNA polymerase dalam partikel virus. Polymerase dibuat setelah infeksi dengan menggunakan genom RNA positif sebagai mRNA.

Klasifikasi: Ordo: Nidovirales Familia: Coronaviridae Genus :Coronavirus Coronavirus penyebab SARS terletak pada Group IV ((+)ssRNA) Tampaknya terdapat dua kelompok antigenik koronavirus manusia, yang diwakili oleh strain 229E dan OC43. Replikasi Replikasi dari koronavirus dimulai saat ia mengambil tempat dalam sitoplasma. Koronavirus melekat pada reseptor sel sasaran melalui duri glikoprotein pada selubung virus (melalui E2 atau E3). Koronavirus manusia dan tikus memakai reseptor yang tidak saling berhubungan. Reseptor untuk koronavirus manusia adalah N aminopeptidase, sedangkan isoform majemuk dari antigen karsinoembrionik yang berkaitan dengan famili glikoprotein, bertindak sebagai reseptor untuk koronavirus tikus. Kemudian partikel diinternalisasi, kemungkinan melalui endositosis absorptif. Glikoprotein E2 dapat menyebabkan penyatuan selubung virus dengan selaput sel. Peristiwa pertama setelah pelepasan selubung adalah sintesis polimerase RNA yang bergantung pada RNA spesifik virus yang merekam RNA komplementer (untai-minus) dengan panjang penuh. Hal ini bertindak sebagai cetakan untuk suatu set kumpulan dari 5-7 mRNA subgenomik. Dengan diterjemahkannya masing-masing mRNA subgenomik ke dalam polipeptida tunggal, prekursor poliprotein tidak lazim pada infeksi koronavirus. Kemungkinan RNA genomic menyandi suatu poliprotein besar yang diolah untuk menghasilkan polymerase RNA virus. Molekul RNA genomik yang baru disintesis dalam sitoplasma berinteraksi dengan protein nukleokapsid membentuk nukleokapsid heliks. Nukleokapsid bertunas melalui selaput retikulum endoplasmik kasar dan apparatus Golgi pada daerah yang mengandung glikoprotein virus. Virus matang kemudian dibawa dalam vesikel ke bagian tepi sel cuntuk keluar atau menunggu hingga sel mati untuk dilepaskan. Virion tidak dibentuk melalui pertunasan pada selaput plasma. Sejumlah besar partikel dapat terlihat pada permukaan luar sel yang terinfeksi dan kemungkinan diadsorbsi setelah virion dilepaskan. Beberapa koronavirus lebih sering menimbulkan infeksi sel yang menetap daripada sitosidal.

1.2 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui pengertian penyakit SARS. Untuk mengetahui penyebaran penyakit SARS. Untuk mengetahui gejala penyakit SARS. Untuk mengetahui pencegahan penyakit SARS. Untuk mengetahui pengobatan penyakit SARS.

1.3 Rumusan Masalah Apakah penyakit SARS itu? Bagaimana penyebaran penyakit SARS? Bagaimana gejala penyakit SARS? Bagaimana pencegahan terhadap penyakit SARS? Bagaimana pengobatan penyakit SARS?

\

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Defenisi SARSSARS (Severe Acute Respiratoty Syndrome) adalah suatu jenis penyakit pernapasan akibat virus yang pertama kali terjadi di beberapa negara Asia. Penyakit ini kemudian menyebar ke Amerika dan Eropa. Virusnya bernama SARS-CoV (SARS Coronavirus) yang menyerang saluran pernapasan bagian atas. Para ahli percaya, SARS pertama kali berkembang di dalam tubuh binatang. Hal ini berdasarkan temuan mereka akan virus yang sama di dalam tubuh musang. Musang ini di Cina dikonsumsi sebagai makanan saat keadaan terdesak.Kasus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut Berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong ( China ) pada bulan November 2003. Adanya kejadian luar biasa di Guangdong ini baru diberitakan oleh WHO empat bulan kemudian yaitu pada pertengahan bulan Februari 2003. Pada waktu itu disebut sebagai Atypical Pneumonia atau Radang Patu Atipik. Informasi WHO ini menjadi dasar bagi DepKes untuk secara dini pada bulan Februari 2003 menginstruksikan kepada seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP ) di Indonesia yang mengawasi 155 bandara, pelabuhan laut dan pos lintas batas darat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah penangkalan yang perlu. Pada tanggal 11 Maret 2003, WHO mengumumkan adanya penyakit baru yang menular dengan cepat di Hongkong, Singapura dan Vietnam yang disebut SARS. Pada tanggal 15 Maret 2003 Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa SARS adalah ancaman global atau Global Threat. Dengan adanya pernyataan itu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tangal 16 Maret 2003 segera berkoordinasi dengan WHO dan menginformasikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah sakit Provinsi, KKP di seluruh Indonesia dan lintas sektor terkait untuk mengambil langkah yang perlu bagi pencegahan penularan dan pencegahan penyebaran SARS pada tanggal 17 Maret 2003. Pada waktu itu belum diketahui apakah penyakit ini sama dengan Atypicak Pneumonia yang berjangkit di Guangdong. pada bulan April 2003 barulah WHO memastikan bahwa Atypical Pneumonia di Guangdong adalah SARS. Pertimbangan WHO menyatakan SARS sebagai ancaman global adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal penyebabnya, SARS menyebar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS terutama menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab SARS dan memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13 laboratorium di dunia maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab SARS adalah Virus Corona atau Coronavirus. Departemen Kesehatan secara dini dan sejak awal pandemi SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan Penanggulangan SARS dengan tujuan mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya penularan SARS di masyarakat (community transmission) di Indonesia.

2.2 Penyebab SARSPenyebab penyakit : SARS disebabkan oleh coronavirus yang pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron sama dengan coronavirus pada binatang. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1 2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi. Pada pemanasan dengan suhu 540C (132.80F) akan membunuh coronavirus SARS dengan kecepatan sekitar 10.000 unit per 15 menit. Para ilmuwan kian meyakini bahwa virus dari keluarga corona adalah penyebab SARS. Ilmuwan dari Hong Kong mengaku bahwa mereka telah berhasil menunjukkan dengan tepat virus corona itu setelah mengidentifikasi bagian kecil dari sampel DNA pasien yang terinfeksi SARS. Hasil riset ilmuwan Hong Kong ini didukung hasil riset Institut Pasteur di Perancis dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, AS. Dr Mark Salter dari WHO menyatakan, virus itu biasanya menyerang binatang, umumnya babi ( Virus ini pertama kali ditemukan oleh Twnell dari USA pada tahun 1965 dan berhasil melakukan kultur yang ditemukan pada manusia dengan gejala Commond Cold dan penyakit Infeksi saluran pernapasan bagian atas, biasanya virus ini muncul pada musim dingin dan awal musim semi, jika virus ini berasal dari Babi, maka pada manusia akan menyebabkan kelainan Gastro Enteritis, jika berasal dari ayam , pada manusia akan menyebabkan bronchitis dan jika berasal dari tikus, pada manusia akan menyebabkan Hepatitis, virus ini juga dapat ditemukan pada penderita HIV/AIDS yang menderita Diare), yang dengan berbagai cara akhirnya menyebar ke manusia. Saat ini ilmuwan telah melampaui tahapan penemuan virus itu sehingga mereka dapat konsentrasi untuk menemukan cara mendiagnosa, mengobati dan mencegah wabah itu sehingga dokter bisa mengkonfirmasikan pada pasien yang yang terinfeksi virus mematikan itu. Hingga kini belum ada obat antivirus yang berhasil mengobati SARS atau vaksin untuk mencegahnya.

2.3 Gejala SARSPenyakit yang ditimbulkan :Penyakit pernafasan dan batuk pilek, infeksi Gastrointestinal akut, penyakit Neurologik susunan syaraf pada hewan. Pada blog ini, akan lebih dibahas mengenai SARS Coronavirus. Gejala penyakit SARS yang terjadi biasanya adalah demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat Celcius, batuk kering, napas pendek, susah bernapas (sesak), nyeri otot dan persendian serta sakit di dada terutama saat bernapas, sakit kepala, sakit otot, sakit tenggorokan, diare, malaise (gelisah), dan hilang selera makan. Gejala-gejala tersebut bisa terjadi selama 3 hingga 7 hari atau paling lama 10 hari.Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa mencakup: demam, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38 C (100.4 F). Sesak napas bisa terjadi kemudian. Gejala tersebut biasanya muncul 210 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 23 hari. Sekitar 1020% kasus membutuhkan ventilasi mekanis. Awalnya tanda jasmani tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas. Kemunculan SARS pada Sinar X di dada (CXR) bermacam-macam bentuknya. Kemunculan patognomonic SARS tidak kelihatan tetapi biasanya dapat dirasakan dengan munculnya lubang di beberapa bagian di paru-paru. Hasil CXR awalnya mungkin lebih kelihatan. Jumlah sel darah putih dan platelet cenderung rendah. Laporan awal mengindikasikan jumlah neutrophilia dan lymphopenia yang cenderung relatif, disebut demikian karena angka total sel darah putih cenderung rendah. Hasil laboaratorium lainnya seperti naiknya kadar lactat dehydrogenase, creatinine kinase dan C-Reactive protein.

2.4 Cara Penularan SARSSARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan sekret/cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Diduga cara penyebaran utamanya adalah melalui percikan (droplets) dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi. Dilain kesempatan virus diduga ditularkan melalui media lingkungan yaitu dari saluran limbah (comberan) yang tercemar bahan infeksius; dengan aerosolisasi mencemari udara atau secara mekanis dibawa oleh vector. Cara penularan melalui saluran limbah tercemar ini sedang diteliti secara retrospective. Cara penularan penyakit melalui kontak langsung dengan penderita SARS baik karena berbicara, terkena percikan batuk atau bersin (Droplet Infection). Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Masa penularan dari orang ke orang belum teridentifikasi dengan jelas. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh. Periode aman dari kemungkinan terjadinya penularan pada unit pelayanan atau pada kelompok masyarakat yang terjangkit KLB SARS adalah setelah lebih dari 14 hari sejak kasus terakhir dinyatakan sembuh. Masa inkubasi : 1 10 hari Masa penularan :Masa penularan belum diketahui secara pasti. Dari penelitian awal yang pernah dilakukan tidak terjadi penularan sebelum muncul tanda dan gejala klinis, dan diduga masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi. Kerentanan : Siapa sajakah yang rentan terhadap infeksi virus SARS belum diketahui dengan jelas, namun semua orang diduga rentan tertulari. Nampaknya ras dan jenis kelamin tidak ada hubungannya dengan kerentanan. Oleh karena sedikit sekali penderita SARS pada anak yang dilaporkan, maka saat ini belum bisa dilakukan penilaian terhadap pengaruh umur terhadap tingkat kerentanan seseorang.

2.5 Epidemiologi SARSPenyebaran SARS diketahui melalui kontak langsung dengan penderita. Ludah, dahak dan cairan yang dikeluarkan saat bersin, batuk dan aliran nafas merupakan media penularan. Para peneliti menemukan bahwa penyebabnya adalah sejenis virus yang termasuk dalam kelompok virus corona penyebab influensa biasa. WHO menyatakan bahwa kontak erat dengan penderita SARS/CVP diperlukan agar virus dapat menular ke orang lain. Kontak dengan percikan cairan tubuh pasien yang keluar pada waktu batuk dan bersin adalah penting. Sebagian besar pasien saat ini adalah petugas kesehatan dan keluarga dekat pasien yang merawat penderita SARS/CVP. Sejak diketahui pertama kali di Guangdong akhir November 2002, dalam dua bulan SARS menyebar ke berbagai kota di China bahkan sampai ke negara-negara yang jauh dari daratan China, seperti Canada dan Singapura Dilaporkan seorang pedagang China dari Hongkong masuk. Rumah Sakit Vietnam-France Hospital yang kemudian ternyata menderita SARS dan menjadi pemicu berjangkitnya penyakit ini di Vietnam. Dia terinfeksi oleh seorang dokter dari Guangdong yang menginap bersama satu lantai di Metropole Hotel Hanoi. Dia dan petugas RS tersebut kemudian diteliti oleh DR.Carlo Urbani yang juga terinfeksi dan meninggal karena SARS; selanjutnya Vietnam-France Hospital ditutup sementara untuk investigasi. Mulanya SARS dilaporkan diderita oleh seorang lelaki yang suka makan dan berburu binatang liar di Guangdong . Penelitian selanjutnya melakukan uji darah terhadap 25 binatang sampel yang ternyata tidak menemukan virus corona. Selanjutnya Kwak Yung Yuen dkk. dari University of Hongkong dapat mengisolasi virus corona dari kotoran hewan dan cairan hidung binatang Paguma larvata sejenis musang Himalaya yang banyak dijual dan dimakan di restoran-restoran di Guangdong. Diperkirakan binatang ini tertular virus influenza dari manusia, mengalami mutasi, kemudian menjadi virulen dan menginfeksi manusia yang memakannya. Penyebarannya secara global terjadi melalui seorang Profesor medik China dari Guangdong yang terinfeksi, menempati Kamar no.911 di Hongkong Hotel, kemudian menularkannya secara tidak sengaja pada 7 orang tamu yang menginap di lantai yang sama. Tingkat penyebarannya sangat cepat melalui orang perorang, diperkirakan virus ini mempunyai kemampuan luar biasa yang dapat menulari sekaligus 300 orang lainnya.

Gambar dari Coronavirus

Gambar SARS Coronavirus

Gambar dari replikasi Coronavirus

2.6 Pencegahan SARS1) Lakukan identifikasi segera terhadap semua penderita suspect dan probable sesuai dengan definisi kasus menurut WHO. Setiap orang sakit yang datang ke fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik di Bandara dan lain-lain) yang akan dinilai terhadap kemungkinan menderita SARS dimasukkan ke ruang triage dan disini segera dilakukan pemisahan untuk mengurangi risiko penularan. Untuk penderita yang masuk katagori probable segera dipasangi masker, sebaiknya masker yang dapat menyaring udara ekspirasi untuk mencegah percikan ludah keudara. Petugas triage harus memakai masker penutup muka (face mask jenis N/R/P 95/99/100 atau FFP 2/3 atau sejenis dan memenuhi standar yang ditetapkan) yang dapat melindungi mata dari percikan. Petugas hendaknya selalu mencuci tangan dengan air mengalir sesuai dengan prosedur sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, setelah melakukan kegiatan yang diduga dapat menyebabkan kontaminasi, dan setelah melepaskan sarung tangan. Sarung tangan yang tercemar, stethoscope dan peralatan lain harus ditangani dengan benar, dicuci dengan disinfektan untuk mencegah penularan. Disinfektan seperti larutan bahan pemutih (fresh bleach solution) dalam konsentrasi yang cukup harus selalu tersedia. 2) Lakukan tindakan isolasi terhadap kasus probable. Setiap penderita probable harus segera diisolasi dan dirawat dengan cara dan fasilitas dengan urut-urutan preferensi sebagai berikut : diisolasi diruangan bertekanan negatif dengan pintu yang selalu ditutup, kamar tersendiri dengan kamar mandi sendiri, ditempatkan dalam ruangan kohort pada daerah dengan ventilasi udara tersendiri dan memiliki sistem pembuangan udara (exhaust system) serta kamar mandi sendiri. Apabila tidak tersedia sistem supply udara tersendiri, maka semua AC (mesin pendingin udara) dimatikan dan jendela dibuka untuk mendapakan ventilasi udara yang baik (catatan : jendela harus yang tidak mengarah ketempat umum). Prosedur kewaspadaan universal untuk mencegah infeksi harus diterapkan dengan ketat sekali terhadap kemungkinan terjadinya penyebaran melalui udara, melalui percikan dan kontak langsung. Seluruh staf medis dan tenaga pembantu harus dilatih tentang cara-cara pencegahan infeksi dan cara-cara penggunaan Personal Protective Equipment (PPE) alat-alat perlingdungan diri berikut ini : Pengunaan penutup muka/face mask untuk melingdungi penularan melalui saluran pernafasan. Jenis face mask yang dianjurkan adalah NRP 95/99/100 atau FFP 2/3 atau jenis yang sama sesuai dengan standar nasional negara yang bersangkutan. Penggunaan sepasang sarung tangan Penggunaan pelindung mata Penggunaan jas sekali pakai Penggunaan apron Alas kaki yang dapat didekontaminasi Pada waktu merawat dan mengobati penderita SARS sedapat mungkin digunakan peralatan dan bahan-bahan sekali pakai (disposable) dan setelah dipakai bahan atau peralatan tersebut dibuang sebagaimana mestinya. Apabila peralatan yang telah digunakan akan dipakai lagi, hendaknya disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya. Alat-alat tersebut hendaknya dibersihkan dengan disinfektan yang mempunyai efek antiviral. Hindari pemindahan penderita SARS dari ruang isolasi ketempat lain. Kalau penderita SARS ini karena sesuatu dan lain hal harus dipindahkan ketempat lain penderita harus diberi cungkup muka (face mask). Visite dibatasi seminimal mungkin dan petugas harus menggunakan pakaian pelindung (PPE = Personal Preventive Equipment) dengan supervisi yang ketat. Mencuci tangan mutlak harus dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, sesudah melakukan kegiatan yang memungkinkan terjadi kontaminasi, sesudah melepaskan sarung tangan. Oleh karena itu harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dalam jumlah yang memadai. Untuk disinfeksi cukup digunakan alkohol apabila tidak ada riwayat kontak dengan bahan-bahan organik yang infeksius. Perhatian khusus harus diberikan kepada petugas apabila melakukan tindakan-tindakan seperti pada pemberian fisioterapi thorax, pada tindakan bronkoskopi atau gastroskopi, nebulizer dan tindakan-tindakan lain pada saluran pernafasan serta tindakan yang menempatkan petugas kesehatan kontak sangat dekat dengan penderita dan dengan sekret infeksius, sehingga kemungkinan tertular sangat besar. Seluruh instrumen tajam harus ditangani dengan tepat dan ketat. Linen penderita harus dikemas ditempat oleh petugas, ditempatkan didalam kantong khusus (biohazard bags) sebelum dikirim ke laundry/binatu.

3) Pelacakan terhadap kontak (contact persons) : yang disebut kontak secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau mereka yang kontak dengan sekret saluran nafas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect atau probable SARS. Pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis. Periode waktu seseorang dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini menyangkut berapa harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai kontak apabila mereka terpajan dengan penderita suspect atau probable SARS. B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya 1) Menjenguk penderita Semua penderita suspect dan probable SARS harus dirawat diruang isolasi atau ruangan kohort. Penderita suspect dan probable harus dirawat dalam ruangan terpisah Ambil spesimen (spuntum, darah, serum dan urine) untuk pemeriksaan laboratorium, tujuannya adalah untuk menyingkirkan penyebab pneumonia yang umum, termasuk yang atipik; selalu pikirkan kemungkinan koinfeksi SARS dan lakukan pemeriksaan foto thorax dengan cara yang tepat. Ambil sampel untuk pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosis SARS seperti : hitung lekosit, hitung trombosit, pemeriksaan creatinine phosphokinase, pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan urea dan elektrolit, pemeriksaan C-reactive protein dan sera ganda. Petugas yang melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium dan petugas yang melakukan perawatan dan pengobatan penderita SARS serta yang melakukan tindakan yang dapat menimbulkan aerosolisasi seperti : melakukan nebulizer, fisioterapi thorax, bronkoskopi, gastroskopi dan tindakan-tindakan lain pada saluran nafas, petugas tersebut harus mengenakan PPE lengkap. Pada saat penderita masuk ruang perawatan segera diberikan antibiotika yang umum diberikan kepada penderita pneumonia sampai dengan diagnosa terhadap Respiratory Distress Syndrome (RDS) yang penyebabnya diketahui dan umum terjadi dimasyarakat dapat dikesampingkan. Berbagai jenis antibiotika telah dicoba diberikan kepada penderita SARS tanpa hasil yang jelas. Pada beberapa penderita SARS tertentu diberikan Ribavirin dengan atau tanpa steroid, efektivitasnya tidak jelas dan ditemukan banyak efek samping yang berat. Diusulkan untuk melakukan penelitian efektivitas pemberian terapi ribavirin dan tindakan lain secara terkoordinasikan dengan penderita secara multicenter.

2) Manajemen kontak : Berikan penjelasan kepada kontak tentang gejala-gejala dan tanda-tanda serrta cara-cara penularan SARS. Lakukan pengamatan ketat terhadap kontak selama 10 hari, anjurkan kepada mereka untuk tetap tinggal dirumah tidak pergi kemana-mana. Catat suhu badan mereka setiap hari, tekankan kepada mereka bahwa gejala SARS pertama yang muncul adalah demam. Pastikan bahwa petugas surveilans selalu mengunjungi atau menghubungi kontak melalui telpon untuk melihat apakah ada kenaikan suhu badan atau tanda-tanda dan gejala lainnya muncul. Apabila ada kenaikan suhu badan dan muncul tanda-tanda dan gejala-gejala kearah SARS, rujuk dan lakukan pemeriksaan lanjutan difasilitas kesehatan yang telah ditunjuk dan disiapkan dengan fasilitas yang memadai untuk menangani penderita SARS. Apabila penderita suspect atau probable SARS sudah dapat disingkirkan dari diagnosa SARS karena telah ditemukan diagnosa lain maka kontak ini dapat dikeluarkan dari surveilans dan dipulangkan atau dirawat sebagai penderita penyakit biasa. C. Tindakan penanggulangan wabah Saat terjadi wabah SARS pada tahun 2003, persepsi masyarakat awam bahwa penularan terjadi ditempat-tempat umum ternyata jauh dari kenyataan. Oleh karena itu pada saat terjadi KLB/wabah SARS, masyarakat agar diberikan penjelasan yang memadai supaya tidak terjadi kepanikan dimasyarakat. Segera bentuk panitia penanggulangan KLB/wabah SARS ditingkat nasional yang terdiri dari instansi lintas sektor untuk mengawasi dan mengarahkan upaya penanggulangan KLB/wabah SARS yang sedang terjadi. Evaluasi dilakukan terhadap upaya atau tindakan epidemiologis dan terhadap manajemen penderita difasilitas kesehatan dan evaluasi juga dilakukan terhadap upaya lain untuk memperoleh informasi lebih jelas. Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang risiko penularan SARS, tentang definisi kontak, tentang tanda-tanda dan gejala klinis SARS. Berikan penjelasan melalui media massa tentang cara-cara menghindari kontak dengan penderita SARS. Buka jaringan telepon hotline dan cara-cara lain yang dapat menjawab berbagai pertanyaan masyarakat tentang SARS. Pastikan bahwa masyarakat tahu kemana mereka harus mencari informasi tentang SARS. Siapkan fasilitas triage yang memadai dan pastikan bahwa mesyarakat tahu lokasi fasilitas tersebut dan cara mencapainya.

D. Implikasi bencana : sama halnya dengan berbagai penyakit emerging disease lainnya, maka SARS memberikan dampak yang sangat buruk terhadap sosial ekonomi dan perdagangan suatu negara. E. Tindakan internasional WHO menyelenggarakan surveilans global secara terus menerus terhadap kasus klinis SARS baik yang suspect maupun probable. Saat ini sedang dilakukan survei serologis terhadap kontak dan survei serologis di masyarakat (community based survey) sebagai bagian dari studi epidemiologis. Studi epidemiologis ini nantinya akan mengubah pandangan kita tentang transmisi SARS. (Catatan : mereka yang dalam studi ini dinyatakan positif SARS Co V pada pemeriksaan laboratorium, tidak dilaporkan sebagai kasus SARS ke WHO). WHO selalu menyediakan informasi mutahir yang teratur tentang SARS dan memberikan rekomendasi perjalanan berdasarkan data dan fakta (evidence based travel recommendation). Cara cara ini sangat efektif untuk mencegah penyebaran virus SARS melalui lalu lintas dan perjalanan manusia lintas negara. Catatan : Prosedur dan cara-cara pencegahan penyebaran penyakit menular termasuk bioterorisme, nuklir dan penggunaan bahan kimia yang dapat menimbulkan Public Health Emergency of International Concern/kedaruratan kesehatan masyarakat berdampak global, diatur dalam International Health Regulation yang sudah direvisi dan disahkan dalam sidang WHA ke 58 tanggal 25 Mei 2005 di Geneva melalui resolusi no WHA56.29. Respons global dalam bentuk jejaring tukar menukar informasi diantara para ahli klinis dan pakar kesehatan masyarakat telah terbukti sangat efektif dalam menyediakan informasi yang cepat dan akurat dan sangat bermanfaat dalam pembuatan kebijakan dan strategi berbasis fakta. (D. Heymann)2.7 Pengobatan SARSPengobatan para penderita SARS biasanya dilakukan dengan perawatan intensif di rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita akan ditempatkan di ruang isolasi agar tidak menyebabkan virus ke mana-mana.Obat yang dipakai biasanya adalah obat yang mengandung Kortikosoid dan Antivirus Ribavirin. Walaupun demikian, obat ini belum 100% efektif mengobati SARS. Sampai saat ini, belum ada satu pun obat yang efektif dalam mengobati SARS.Kematian penderita pasien biasanya adalah karena adanya penyakit lain yang ada di dalam tubuh penderita, misalnya saja diabetes dan penyakit jantung.Antibiotik juga masih belum efektif digunakan untuk menyembuhkan para penderita SARS. Pengobatan SARS hingga saat ini masih bergantung pada anti-pyretic, supplemen oksigen dan bantuan ventilasi. Jika terdapat kasus SARS yang mencurigakan, pasien harus diisolasi, lebih baik di ruangan yang bertekanan negatif, disertai dengan kostum pengaman lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien SARS. Pada awalnya akan digunakan steroid dan antiviral drug ribavirin untuk pengobatan, namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini, bahkan sekarang ini justru banyak yang mencurigai bahwa ribavirin tidak baik bagi kesehatan. Ribavirin analog dengan nukleosid, dimana pemakaiannya : Ribavirin 400 mg tiap 8 jam (1200 mg sehari) dengan cara intravena untuk paling tidak 3 hari (atau sampai mencapai kondisi stabil) Lalu ribavirin 1200 mg 3 kali sehari (2400 mg sehari ) secara oral Di china, obat dari tanaman tradisional telah digunakan secara teratur dan dikombinasikan dengan obat sintetik untuk mengobati SARS dan di percaya dapat bekerja secara efektif.Test in vitro memperlihatkan interferon dapat melawan SARS Co-V, sehingga menghasilkan pendapat bahwa interferon diperbolehkan dan menjadi pilihan dalam oengobatan SARS.Oseltamivier Phosphat (Tamliflu, Roche Laboratories Inc. USA) merupaka inhibitor terhadap neuraminidase untuk pengobatan influenza A dan B. Obat ini juga sering diresepkan bersama dengan obat-obatan lain yang digunakan untuk pengobatan SARS di China.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULAN SARS (severe acute respiratory syndrome ) adalah suatu jenis penyakit pernapasan akibat virus yang pertama kali terjadi di beberapa negara Asia. SARS disebabkan oleh Virus yang bernama SARS-CoV (Coronavirus) yang menyerang saluran pernapasan bagian atas. SARS pertama kali berkembang di dalam tubuh binatang seperti musang dan babi.. Hal ini berdasarkan temuan ilmuwan akan virus yang sama di dalam tubuh musang dan babi, disamping itu musang dan babi dikonsumsi di Negara Cina. Penyebaran coronavirus terutama terjadi dirumah sakit dan lingkungan rumah. Coronavirus juga dapat menyebar kepada mereka yang merawat penderita SARS. Penularan terjadi karena kontak yang sangat dekat atau intens dengan penderita, contohnya kontak langsung dengan air ludah dan cairan yang tersembur pada saat batuk serta terhirupnya udara yang telah tercemar oleh coronavirus. SARS mempunyai gejala mirip seperti flu,seperti demam, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38 C . Sesak napas bisa terjadi kemudian. Pencegahan SARS meliputi Contact person dan Lingkungan. Pencegahan secara contact person yaitu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh kita sedangkan pencegahan secara lingkungan yaitu menjaga kebersihan lingkungan dengan cara selalu membersihkan dalam dan luar rumah. SARS dapat disembuhkan dengan cara member obat yang mengandung Kortikosoid dan Antivirus Ribavirin. Tetapi, obat ini belum 100% efektif mengobati SARS. Kematian penderita pasien biasanya dikarenanakan adanya penyakit lain yang ada di dalam tubuh penderita, misalnya saja diabetes dan penyakit jantung.

3.2 SARAN Sebaiknya kita harus lebih menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh serta lingkungan. Sebaiknya kita harus selektif dalam memilih makanan. Sebaiknya kita harus menggunakan masker dan jaket jika akan bepergian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Virology Chapter Twenty Five Corona Viruses, Colds, and SARS, http://pathmicro.med.sc.edu/virol/coronaviruses.htm, diakses tanggal 2 Maret 2008 . Anonim, Antiviral Therapy, http://www.sarsreference.com/archive/verocells.htm, diakses tanggal 2 Maret 2008. Anonim, Coronavirus Virion, www.rkm.com.au/.../coronavirus-virion.html, diakses tanggal 28 April 2008 . Anonim, SARS Coronavirus, http://pathmicro.med.sc.edu/virol/coronaviruses.htm, diakses tanggal 2 Mei 2008 . Anonim, Coronavirus, http://en.wikipedia.org/wiki/SARS_coronavirus, diakses tanggal 2 Mei 2008 . Jawetz, Melnich & Adelberg, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, 629 631, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Julius E Surjawidjaja. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti (Mei-Agustus 2003, Vol.22 No.2).Jakarta: Universitas Trisakti .

Meliza, Ria. SARS (severe acute respiratory air borne disease).(http://riameliza.wordpress.com/2011/03/19/sars-severe-acute-respiratory-syndrome-air-borne-disease/) Diakses tanggal 10 Januari 2014.