29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal penting untuk dipelajari dalam proses pembentukan batuan sedimen adalah bagaimana material-material sedimen tertransportasi oleh berbagai media yang ada di alam. Masing-masing media transpor sedimen mempunyai sifat-sifat tersendiri yang akan menghasilkan tekstur dan struktur sedimen yang berbeda pula. Selain itu, pemahaman mengenai media transpor sedimen sangat penting mengingat hubungannya dengan lingkungan pengendapan yang tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis menyusun sebuah karya tulis berupa makalah untuk menguraikan bagaimana proses transpor sedimen oleh berbagai media transpor khususnya pada lingkungan laut. 1.2 Batasan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini menyangkut mekanisme atau proses yang terjadi selama media transpor sedimen bekerja termasuk didalamnya faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut. 1.3 Tujuan Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui media transpor yang bekerja dalam transpor sedimen pada lingkungan laut. 1

makalah.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu hal penting untuk dipelajari dalam proses pembentukan batuan

sedimen adalah bagaimana material-material sedimen tertransportasi oleh

berbagai media yang ada di alam. Masing-masing media transpor sedimen

mempunyai sifat-sifat tersendiri yang akan menghasilkan tekstur dan struktur

sedimen yang berbeda pula. Selain itu, pemahaman mengenai media transpor

sedimen sangat penting mengingat hubungannya dengan lingkungan pengendapan

yang tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis

menyusun sebuah karya tulis berupa makalah untuk menguraikan bagaimana

proses transpor sedimen oleh berbagai media transpor khususnya pada lingkungan

laut.

1.2 Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini menyangkut mekanisme atau

proses yang terjadi selama media transpor sedimen bekerja termasuk didalamnya

faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut.

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui media transpor yang bekerja dalam transpor sedimen pada

lingkungan laut.

2. Mengetahui proses-proses yang terjadi dalam media transpor sedimen.

3. Mengetahui faktor-faktor apa yang bekerja pada masing-masing media transpor

sedimen.

1

Page 2: makalah.docx

BAB II

PEMBAHASAN

Media transportasi dari sedimen pada umumnya terdiri dari air, angin,

gletser, dan gravitasi. Air sebagai media transportasi sedimen dapat berupa

gelombang, pasang surut, dan arus laut, sedangkan gravitasi terdiri dari debris

flow, grain flow, dan turbidit flow.

2.1 Gelombang

Gelombang yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

jenis berdasarkan daya penyebabnya. Penyebab gelombang laut dapat disebabkan

oleh angin, daya tarikan bumi, bulan dan matahari (gelombang pasang-surut),

atau gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut.

Gelombang dapat membentuk dan merusak pantai dan membentuk struktur

pantai. Tenaga dari gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi

pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai

(longshore).

2.1.1 Defenisi, Bentuk, Sifat dan Karakteristik Gelombang

Gelombang merupakan fenomena alam berupa penaikan dan penurunan air

secara periodik dan dapat dijumpai di semua tempat di seluruh dunia. Gross

(1993) mendefenisikan gelombang sebagai gangguan yang terjadi di permukaan

air. Sedangkan Sverdrup at al, (1946) mendefenisikan gelombang sebagai sesuatu

yang terjadi secara periodik terutama gelombang yang disebabkan oleh adanya

peristiwa pasang surut.

Massa air permukaan selalu dalam keadaan bergerak, gerakan ini terutama

ditimbulkan oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air dan

menghasilkan energi gelombang dan arus. Bentuk gelombang yang dihasilkan

cenderung tidak menentu dan tergantung pada beberapa sifat gelombang, periode

dan tinggi dimana gelombang dibentuk, gelombang jenis ini disebut “Sea”.

Gelombang yang terbentuk akan bergerak ke luar menjauhi pusat asal gelombang

dan merambat ke segala arah, serta melepaskan energinya ke pantai dalam bentuk

2

Page 3: makalah.docx

empasan gelombang. Rambatan gelombang ini dapat menempuh jarak ribuan

kilometer sebelum mencapai suatu pantai, jenis gelombang ini disebut “Swell”.

Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan

ketinggian beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat

mencapai ketinggian 30 m. Selain oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan

oleh adanya gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsor bawah air yang

menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (Tsunami) serta oleh daya tarik

bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap yang dikenal sebagai

gelombang pasang surut.

Gelombang laut biasanya disebabkan oleh angin. Gelombang angin akan

mentransfer energi melalui partikel air sesuai dengan arah hembusan angin.

Mekanisme transfer energi ini terdiri dari dua bentuk yakni akibat variasi tekanan

angin pada permukaan air yang diikuti oleh pergerakan gelombang dan transfer

momentum dan energi dari gelombang frekuensi tinggi ke gelombang frekuensi

rendah (periode tinggi dan panjang gelombang besar). Gelombang frekuensi

tinggi dapat ditimbulkan oleh angin yang berhembus secara kontinyu.

Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan

oleh angin (Davis, 1991) yaitu : (1) lama angin bertiup atau durasi angin, (2)

kecepatan angin dan (3) fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah

pembangkitan gelombang atau daerah pembangkitan gelombang). Semakin lama

angin bertiup, semakin besar jumlah energi yang dapat dihasilkan dalam

pembangkitan gelombang. Demikian halnya dengan fetch, gelombang yang

bergerak keluar dari daerah pembangkitan gelombang hanya memperoleh sedikit

tambahan energi.

Gerakan geelombang dapat disimulasikan sebagai partikel air yang berada

dalam satu tempat, bergerak di suatu lingkaran, naik dan turun dengan suatu

gerakan kecil dari sisi satu kembali ke sisi semula. Partikel yang mengapung di air

pindah ke pola yang sama, naik turun di suatu lingkaran yang lambat, yang

dibawa oleh pergerakan air.

3

Page 4: makalah.docx

Gambar 2.1 Ilustrasi pergerakan partikel zat cair pada gelombang

Di bawah permukaan, gerakan putaran gelombang itu semakin mengecil.

Pergerakan orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air, sehingga

kemudian di dasarnya hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil mendatar

dari sisi ke sisi yang disebut “surge” .

Bentuk orbital pergerakan putaran gelombang dipengaruhi oleh bentuk dari

dasar laut. Dasar laut yang bentuknya datar akan menghasilkan bentuk orbital

yang melingkar, sedangkan dasar laut yang bentuknya tidak rata akan

menghasilkan orbital yang berbentuk semakin elips seiring kedalaman air laut

atau semakin dekat dengan dasar.

2.1.2 Pengaruh yang Ditimbulkan oleh Gelombang

Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch

pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal

4

Page 5: makalah.docx

pembangkitannya. Fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.

Semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.

Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang.

Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.

Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai

akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut.

Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian

bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari

friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di

permukaan air akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang

akan semakin tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang

menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.

Gambar 2.2 Perubahan bentuk gelombang yang menjalar mendekati pantai

2.1.3 Jenis-Jenis Gelombang

Berdasarkan sifat-sifatnya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave) dan

gelombang perusak pantai (Destructive wave).

Gelombang pembentuk pantai dicirikan dengan ketinggian kecil dan

kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di pantai

akan mengangkut sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di

pantai (deposit) ketika aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir

5

Page 6: makalah.docx

atau pelan-pelan mengalir kembali ke laut.

Gambar 2.3 Gelombang pembentuk pantai

Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan

kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar

mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika gelombang

datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul

dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.

Gambar 2.4 Gelombang perusak pantai

6

Page 7: makalah.docx

Berdasarkan kedalamannya, gelombang yang bergerak mendekati pantai

dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu gelombang laut dalam dan gelombang

permukaan. Gelombang laut dalam merupakan gelombang yang dibentuk dan

dibangun dari bawah kepermukaan. Sedangkan gelombang permukaan merupakan

gelombang yang terjadi antara batas dua media seperti batas air dan udara (Ippen,

1996 dan McLellan, 1975 dalam Tarigan, 1987).

Gelombang permukaan terjadi karena adanya pengaruh angin. Peristiwa ini

merupakan peristiwa pemindahan energi angin menjadi energi gelombang di

permukaan laut dan gelombang ini sendiri akan meneruskan energinya ke molekul

air. Gelombang  akan menimbulkan riak dipermukaan air dan akhirnya dapat

berubah menjadi gelombang yang besar. Gelombang yang bergerak dari zona laut

lepas hingga tiba di zona dekat pantai (nearshore beach) akan melewati beberapa

zona gelombang yaitu : zona laut dalam (deep water zone), zona refraksi

(refraction zone), zona pecah gelombang (surf zone), dan zona pangadukan

gelombang (swash zone) (Dyer,1978). Uraian rinci dari pernyataan tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut :

Gelombang mula-mula terbentuk di daerah pembangkit (generated area)

selanjutnya gelombang-gelombang tersebut akan bergerak pada zona laut dalam

dengan panjang dan periode yang relatif pendek. Setelah masuk ke badan parairan

dangkal, gelombang akan mengalami refraksi (pembelokan arah) akibat topografi

dasar laut yang menanjak sehingga sebagian kecepatan gelombang menjadi

berkurang periodenya semakin lama dan tingginya semakin bertambah,

gelombang kemudian akan pecah pada zona surf dengan melepaskan sejumlah

energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah beberapa waktu kemudian

gelombang akan kembali turun (backswash) yang kecepatnnya bergantung pada

kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan slope yang tinggi akan lebih cepat

memantulkan gelombang, sedangkan pantai dengan slope yang kecil pemantulan

gelombangnya relatif lambat. Kennet (1982) membagi zona gelombang atas tiga

bagian, yaitu zona pecah gelombang (breaker zone), zona surf (surf zone), dan

zona swash (swash zone).

7

Page 8: makalah.docx

Pada zona surf, terjadi angkutan sedimen karena arus sepanjang pantai

terjadi dengan baik. Pada kedalaman dimana gelombang tidak menyelesaikan

orbitalnya, gelombang akan semakin tinggi dan curam, dan akibatnya mulai pecah

(Kennet, 1982). Sebuah gelombang akan pecah bila perbandingan antara

kedalaman perairan dan tinggi gelombang adalah 1,28 (Yuwono, 1986) atau bila

perbandingan antara tinggi gelombang dan panjang gelombang melampaui 1 : 7

(Gross, 1993).

2.1.3 Energi Gelombang

Daerah pantai  termasuk daerah dan lingkungan yang berada didekat

pantainya sangat ditentukan dan didominasi oleh faktor-faktor gelombang.

Gelombang yang terjadi dilaut dalam pada umumnya tidak berpengaruh pada

dasar laut dan sedimen yang terdapat didalamnya. Sebaliknya gelombang yang

terdapat di dekat pantai terutama di daerah pecahan ombak ( surf zone ) memiliki

energi yang besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi  pantai

seperti menyeret sedimen (sedimen berukuran pasir dan kerikil) yang berada di

dasar laut diangkut dan ditumpahkan dalam bentuk gosong pasir (Dahury,1996).

2.1.3 Pasang Surut

Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya

permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi

dan gaya tarik benda-benda astronomi terutama oleh bumi, bulan dan matahari.

Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan

ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang surut

terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan

topografi dasar perairan.

Gelombang pasang surut yang terjadi di suatu perairan yang diamati adalah

merupakan penjumlahan dari komponen-komponen pasang yang disebabkan oleh

gravitasi bulan, matahari, dan benda-benda angkasa lainnya yang mempunyai

periode sendiri. Tipe pasang berbeda-beda dan sangat tergantung dari tempat

dimana pasang itu terjadi (Cappenberg, 1992).

8

Page 9: makalah.docx

Tipe pasang surut yang terjadi di Indonesia terbagi atas dua bagian yaitu

tipe diurnal dimana terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari misalnya

yang terjadi di Kalimantan dan Jawa Barat. Tipe pasang surut yang kedua yaitu

semi diurnal, dimana pada jenis yang kedua ini terjadi dua kali pasang dan dua

kali surut dalam satu hari, misalnya yang terjadi di wilayah Indonesia Timur

(Ceppenberg,1992).

Pasang surut atau pasang naik mempunyai bentuk yang sangat kompleks

sebab dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hubungan pergerakan bulan

dengan katulistiwa bumi, pergantian tempat antara bulan dan matahari dalam

kedudukannya terhadap bumi, distribusi air yang tidak merata pada permukaan

bumi dan ketidak teraturan konfigurasi kolom samudera.

Gambar 2.5 Posisi bumi terhadap matahari dan bulan yang mempengaruhi pasang dan surut di bumi

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut

pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut

rentang pasang surut (tidal range). Pasang surut sering disingkat dengan pasut

adalah gerakan naik turunnya permukaan air laut secara berirama yang disebabkan

oleh gaya tarik bulan dan matahari, dimana matahari mempunyai massa 27 juta

kali lebih besar dibandingkan dengan bulan, tetapi jaraknya sangat jauh dari bumi

9

Page 10: makalah.docx

(rata-rata 149,6 juta km) sedangkan bulan sebagai satelit bumi berjarak (rata-rata

381.160 km).

Dalam mekanika alam semesta jarak sangat menentukan dibandingkan

dengan massa, oleh sebab itu bulan lebih mempunyai peran besar dibandingkan

matahari dalam menentukan pasut. Secara perhitungan matematis daya tarik bulan

kurang lebih 2,25 kali lebih kuat dibandingkan matahari.

Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang

ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut

bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang purnama

(spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis

lurus. Pada saat tersebut terjadi pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang

rendah yang sangat rendah. Pasang purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan

bulan purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari

membentuk sudut tegak lurus.

Pada saat tersebut terjadi pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang

tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pada saat bulan ¼ dan ¾ . Tipe pasang

surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Suatu

perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, kawasan

tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal tides), namun jika

terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasang surutnya

disebut tipe harian ganda (semi diurnal tides). Tipe pasang surut lainnya

merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran

(mixed tides) dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe

campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal. Selain dengan

melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik, tipe pasang surut juga

dapat ditentukan berdasarkan bilangan formzahl (F).Karena sifat pasang surut

yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut,

diperlukan data amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen

pembangkit pasang surut.

Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah

harian dan harian. Bulan berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam 51

10

Page 11: makalah.docx

menit, dengan demikian tiap siklus pasang surut mengalami kemunduran 51 menit

setiap harinya. Untuk menentukan jenis pasang surut pada suatu daerah maka

perlu dilakukan analisa pasang surut. Analisa pasang surut memerlukan data

amplitudo dan tinggi pasang surut selama dua minggu yaitu satu siklus pasang

surut.

2.3 Transpor Gravitasi

Transpor gravitasi merupakan transpor dan deposisi massa yang besar

walaupun dalam waktu yang singkat (skala waktu geologi). Pengontrol utamanya

adalah gravitasi. Umumnya dihasilkan dari massa yang telah terdepositkan yang

mengalami redeposisi untuk mencapai kestabilan. Ada 4 tipe transpor sedimen

yang diklasifikasikan berdasarkan mekanisme butir dalam aliran yaitu:

2.3.1 Arus Turbidit

Turbidit didefinisikan oleh Keunen dan Migliorini (1950) sebagai suatu

sedimen yang diendapkan oleh mekanisme arus turbidit, sedangkan arus turbidit

itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen dan mengalir pada

dasar tubuh fluida, karena mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada cairan

tersebut.

Massa turbulen memiliki bagian-bagian yaitu head, body, dan tail. Head

adalah bagian tertebal dari aliran; body adalah bagian yang memiliki ketebalan

uniform; dan tail adalah daerah dimana ketebalan berkurang dan konsentrasi

sedimen. Mekanisme turbidity current : Aliran di head cenderung lebih acak

dibandingkan dengan aliran yang ada di body, sehingga sedimen yang tersuspensi

di body berpindah ke head, lalu sedimen tersebut terangkat dan tersapu (upward

motion of head) kembali ke body.

Kecepatan head dikontrol oleh ketebalan head, densitas fluida sekitar

(ambient fluida), perbedaan densitas ambient fluida dengan denditas arus turbidit,

dan konstanta Froud (F=0.7). Sedangkan kecepatan pada body lebih cepat

daripada kecepatan di head. Kecepatan pada body dikontrol oleh kemiringan

lereng, koefisien gesek pada base (fb) , koefisien gesek pada puncak aliran (ft).

11

Page 12: makalah.docx

Untuk base yang smooth, nilai friksi bergantung pada Reynold number,

sedangkan untuk base yang kasar bergantung pada kekasaran bed.

Sedimen yang lebih kasar akan terkonsentrasi di head, dan head juga

mengerosi bed menghasilkan groove dan flute. Kemudian terisi oleh material dari

body dan tail, yaitu sedimen yang lebih halus dan menghasilkan graded bed.

Middleton (1967) menyatakan bahwa arus turbidit merupakan salah satu

tipe dari arus kerapatan (density current), dimana arus bergerak secara gaya berat,

karena adanya perbedaan kerapatan antara arus dengan cairan di sekeliingnya,

yang disebabkan oleh adanya dispersi sedimen pada suatu tempat (misalnya :

muara sungai atau delta), dimana sedimen banyak terakumulasi karena adanya

faktor pemicu, misalnya : suatu gempa bumi, tsunami,dan lain-lain, mulai

bergerak dan meluncur secara tiba-tiba ke arah bawah cekungan. Saat sedimen

12

Gambar 2.5 Mekanisme Pengendapan Arus Turbidit

Page 13: makalah.docx

tersebut mulai meluncur ke bawah akan membentuk slump. Slump tersebut

bergerak perlahan-lahan dan berangsur-angsur menjadi lebih cepat disebabkan

adanya pengurangan viskositas. Selanjutnya massa sedimen akan bergerak sampai

pada lereng yang curam, maka terjadilah kenaikan kecepatan dan pergerakan

selanjutnya berubah menjadi arus turbid, sehingga butiran kasar akan

terkonsentrasi pada bagian kepala arus, sedangkan yang lebih hglus di bagian

ekor. Karena pengaruh gravitasi maka arus turbid akan bergerak ke bawah

mengikuti ngarai di bawah samudera.

Pada saat mendekati daerah pengendapannya, kecepatan arus mulai

berkurang karena penurunan gravitasi akibat kemiringan lereng yang semakin

landai. Dalam kondisi seperti ini maka bagian kepala dari arus akan mengerosi

lapisan dibawahnya membentuk struktur sedimen scour mark. Sesuai dengan

sifat-sifat kerapatan arus, maka pengendapan akan terjadi sekaligus, sehingga

sedimen yang diendapkan mempunyai pemilahan yang sangat buruk. Dalam hal

ini material-material yang lebih berat akan terkumpul pada bagian depan arus

turbid, sedangkan material halus akan terperangkap bersama-sama. Endapan yang

pertama terbentuk adalah batupasir berstruktur perlapisan bersusun. Selanjutnya

arus akan semakin lemah dan sedimen yang halus akan diendapkan. Apabila

kecepatan arus telah hilang, maka akan terjadi pengendapan lempung pelagik

dalam suasana suspensi yang menunjukan kondisi lingkungan bernergi rendah.

Sekuen Bouma

Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal

dengan Sekuen Bouma. Bouma Sequence yang lengkap dibagi 5 interval (Ta-Tje),

peralihan antara satu interval ke interval berikutnya dapat secara tajam, berangsur,

atau semu, yaitu :

1) Gradded Interval (Ta)

Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini,

bertekstur pasir kadang-kadang sampai kerikil atau kerakal. Struktur perlapisan ini

menjadi tidak jelas atau hilang sama sekali apabila batupasir penyusun ini terpilah

baik. Tanda-tanda struktur lainnya tidak tampak.

13

Page 14: makalah.docx

2) Lower Interval of Parallel Lamination (Tb)

Merupakan perselingan antara batu pasir dengan serpih atau batu lempung,

kontak dengan interval dibawahnya umumnya secara berangsur.

3) Interval of Current Ripple Lamination (Tc)

Merupakan struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya

berkisar antara 5-20 cm, mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua

interval dibawahnya. (Interval Tb).

4) Upper Interval of Parallel Lamination (Td)

Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus

sampai lempung lanauan. Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun

perselingan antarabatupasir halus dan lempung, kadang-kadang lempung

pasirannya berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat jelas.

5) Pelitic Interval (Te)

Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan

struktur yang jelas ke arah tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir

makin halus, cangkang foraminifera makin sering ditemukan. Bidang sentuh

dengan interval di bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini sering ditemukan

lapisan yang bersifat lempung napalan atau yang disebut lempung pelagik

Endapan turbidit mempunyai karakteristik tertentu yang sekaligus dapat

dijadikan sebagai ciri pengenalnya. Namun perlu diperhatikan bahwa ciri itu

bukan hanya berdasarkan suatu sifat tunggal sehingga tidak bisa secara langsung

untuk mengatakan bahwa suatu endapan adalah endapan turbidit. Hal ini

disebabkan banyak struktur sedimen tersebut, yang juga berkembang pada

sedimen yang bukan turbidit.

Karakteristik endapan turbidit pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam

dua bagian besar berdasarkan litologi dan struktur sedimen, yaitu :

Karakteristik Litologi

1. Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif

kasar dengan batuan yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan

beberapa milimeter sampai beberapa puluh centimeter. Umumnya

14

Page 15: makalah.docx

perselingan antar batupasir dan serpih. Batas atas dan bawah lapisan

planar, tanpa adanya scouring.

2. Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan

mengandung mineral-mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga

banyak didapatkan matrik lempung. Kadang-kadang dijumpai adanya fosil

rework, yang menunjukan lingkungan laut dangkal.

3. Pada beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya

fragmen tumbuhan.

4. Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.

5. Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang

menunjukan proses pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan

bersusun, planar, bergelombang, konvolut, dengan urut-urutan tertentu.

6. Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut

dangkal maupun fluvial.

7. Sifat-sifat penunjukan arus akan memperlihatkan pola aliran yang hampir

seragam saat suplai terjadi.

Karakteristik Struktur sedimen

Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu

ciri yang penting adalah struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus

turbidit memberikan karakteristik sedimen tertentu. Banyak klasifikasi struktur

sedimen hasil mekanisme arus turbid, salah satunya karakteristik genetik dari

Selly (1969). Selly (1969) mengelompokan struktur sedimen menjadi 3

berdasarkan proses pembentukannya :

Struktur Sedimen Pre-Depositional

Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang

berhubungan dengan proses erosi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus turbid

(Middleton, 1973). Umumnya pada bidang batas antara lapisan batupasir dan

serpih. Beberapa struktur sedimen yang antara lain flute cast, groove cast.

Struktur Sedimen Syn-Depositional

Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan merupakan

struktur yang penting dalam penentuan suatu endapan turbidit. Beberapa struktur

15

Page 16: makalah.docx

sedimen yang penting diantaranya adalah perlapisan bersusun, planar, dan

perlapisan bergelombang.

Struktur Sedimen Post-Derpositional

Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang

umumnya berhubungan dengan proses deformasi. Salah satunya struktur load

cast.

Karakteristik-karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu

endapan turbidit. Dalam hal ini lebih merupakan suatu alternatif, mengingat

bahwa suatu endapan turbidit juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang

akan memberikan ciri yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain.Umumnya

struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen

yang terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses

pengendapan suspensi dan arus.

2.3.2 Debris flow

Debris flow adalah pergerakan material sedimen gravitasi yang dilumasi

oleh air di dalam ruangan antarbutir. Debris flow terjadi ketika massa sedimen

yang tersortasi buruk, terganggu dan terjenuhkan oleh air, bergerak menuruni

lereng sebagai akibat dari gaya gravitasi. Aliran ini terdiri atas partikel lempung

dan pasir halus yang membentuk lumpur yang memiliki kekentalan yang dapat

mengangkut material kasar. Karakteristik deposit debris flow adalah reverse

grading.

2.3.3 Grain Flow

Grain flow adalah aliran sedimen yang berlangsung tanpa pengaruh media

transport. Grain flow dihasilkan oleh tekanan dispersi yang dihasilkan dari

collision butir. Mekanismenya terjadi ketika akumulasi sedimen mengakibatkan

peningkatan shear stress. Pada keadaan aliran steady, shear stress dan tekanan

dispersi diseimbangkan oleh gaya normal dan tangensial. Aliran butir cenderung

menghasilkan deposisi yang seragam. Grain flow bukan aliran turbulen atau

turbulensinya terbatas, sehingga tidak ada percampuran antara layer bawah dan

16

Page 17: makalah.docx

layer atas. Ketika butir besar dapat tertransport di puncak aliran yang dikontrol

oleh efek kinetic sieve. Hal tersebut dapat menghasilkan struktur reverse bedding.

17

Page 18: makalah.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut.

a. Media-media transpor sedimen yang bekerja dalam transportasi sedimen secara

garis besar terdiri dari media air (gelombang, arus, dan pasang surut), angin,

gletser, dan gravitasi (debris flow dan turbidit flow).

b. Proses-proses yang terjadi dalam media transpor dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti media air berupa gelombang yang dipengaruhi oleh angin dan

bentuk dasar laut, pasang surut yang dikontrol oleh gaya tarik antara bumi

dengan benda-benda langit (bulan dan matahari), media gravitasi berupa arus

turbidit yang dikontrol oleh gaya gravitasi bumi.

18

Page 19: makalah.docx

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, John I Pariwono, dkk. 2009. Pola Tranformasi Gelombang Dengan

Menggunakan Model Rcpwave Pada Pantai Bau-Bau, Provinsi Sulawesi

Tenggara. Bogor : Teknologi Kelautan, FPIK-IPB.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Hal. 60-71

Dauhan Stefani K. Dkk. 2013. Analisis Karakteristik Gelombang Pecah Terhadap

Perubahan Garis Pantai Di Atep Oki.Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.12,

November 2013 (784-796) ISSN: 2337-6732

Praptisih dan Kamtono. 2011. Fasies Turbidit Formasi Halang di Daerah

Ajibarang, Jawa Tengah. Bandung : Puslit Geoteknologi – LIPI.

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 1 Maret 2011: 13-27

Purba Noir Primadona. 2014. Variabilitas Angin dan Gelombang Laut Sebagai

Energi Terbarukan di Pantai Selatan Jawa Barat. Bandung : Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Jurnal Akuatika Vol. V No. 1/Maret 2014 (8-15) ISSN 0853-2532

Rampengan Royke M. 2009. Pengaruh Pasang Surut Pada Pergerakan Arus

Permukaan di Teluk Manado. Jurnal Perikanan Dan Kelautan Volume V

Nomor 3, Desember 2009 ISSN 1411-9234

Surbakti Heron. 2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara

Sungai Musi Sumatera Selatan.Palembang : Universitas Sriwijaya.

Jurnal Penelitian Sains Volume 15 Nomer 1(D) 15108

Umar. 2011. Kajian Pengaruh Gelombang Terhadap Kerusakan Pantai Matang

Danau Kabupaten Sambas Kajian Pengaruh Gelombang Terhadap

Kerusakan Pantai Matang Danau Kabupaten Sambas. Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

Jurnal Teknik Sipil Untan / Volume 11 Nomor 1 – Juni 2011

19