28
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengajar mata kuliah Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian yang membimbing serta mengarahkan dalam penyusunan makalah ini. Orangtua yang senantiasa selalu berdoa untuk kelancaran kuliah anaknya, teman- teman seperjuangan yang juga senantiasa memberi dukungan semangat dan kritikan-kritikan membangun. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal penyusunan makalah ini. Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat salah kata dan materi makalah yang kurang berkenan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian dari semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih.Semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan bijak dan sebaik-baiknya.

makalahell ddpp

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DDPP

Citation preview

Page 1: makalahell ddpp

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah

makalah dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengajar mata

kuliah Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian yang membimbing serta mengarahkan

dalam  penyusunan makalah ini. Orangtua yang senantiasa selalu berdoa untuk

kelancaran  kuliah anaknya, teman-teman seperjuangan yang juga senantiasa

memberi dukungan semangat dan kritikan-kritikan membangun. Serta semua

pihak yang membantu kami dalam hal penyusunan makalah ini.

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta

saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan makalah

ini.Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan, kami mohon

maaf sebesar-besarnya apabila terdapat salah kata dan materi makalah yang

kurang berkenan dalam penyelesaian makalah ini.

Atas perhatian dari semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini,

kami mengucapkan terimakasih.Semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan

bijak dan sebaik-baiknya.

            

                                                                                    Surakarta, 07 April 2015

Penulis

Page 2: makalahell ddpp

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... i

Kata Pengantar.................................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A.      Tantangan Penyuluhan Memasuki Abad 21

1.      Permasalahan dalam Penyuluhan Pertanian Menurut I Gd. Setiawan AP  

2.      Kelemahan dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Menurut Mardikanto

3.      SepuluhHambatan atau Barrier Adopsi Menurut Vanclay

4.      Tantangan penyuluhan dalam memasuki era pertanian modern

B.       Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

1.      Rekayasa Ulang........................................................................................ 

2.      Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan...............................................

3.      Pendekatan Penyuluhan...........................................................................

C.       Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian

D.    Penyuluhan Pertanian Di Masa Depan

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: makalahell ddpp

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

           Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan

perekonomian naisonal, dan bahkan dalam era reformasi ini diharapkan untuk

berperan di garis depan dalam mengatasi krisis ekonomi.Menjelang memasuki

abad 21 kita dapat melihat bagaimana kondisi pertanian kita. Sektor pertanian

Indonesia dikatakan belum siap untuk memasuki abad 21, dimana banyak

mengalami peluang, tantangan sekaligus hambatan.Secara intern sebagian terbesar

petani Indonesiamasih petani subsisten dengan segala keterbatasan mereka,

khususnya dalam bidang penguasaan teknologi pertanian yang modern.Secara

ekstern sektor pertanian Indonesia kurang mendapat perhatian pemerintah dalam

pengembangannya secara menyeluruh apabila dibandingkan dengan perhatian

pemerintah kepada sektor industri.Sektor pertanian bahkan harus mensubsidi

sektor industri melalui penetapan harga padi yang rendah.Sementara industri

mendesak sektor pertanian dari lahan subur ke lahan marginal seperti lahan

gambut.Intensif petani untuk meningkatkan produktivitas usaha tani pun sangat

minim.

           Globalisasi pada abad 21 tidak terbatas pada sekedar petani harus menanam

tanaman ekspor, tetapi juga perubahan total dalam lingkungan tata niaga produk

pertanian di dunia di samping perubahan-perubahan lain yang menyangkut

masalah proses ahli teknologi pertanian. Indonesia tidak hanya memproduksi

produk-produk pertanian tetapi juga akan menjadi pasar dari produk-produk

pertanian dari negara lain, karena globalisasi tidak memungkinkan suatu  negara

menutup pasar dalam negeri mereka dari produk-produk pertanian luar negeri.

Dalam era baru pertanian, penyuluh lapangan dituntut untuk memiliki fungsi

paling tidak dalam tiga hal yaitu transfer teknologi (technology transfer), fasilitasi

(facilitation) dan penasehat (advisory work). Untuk mendukung fungsi-fungsi

tersebut, penyuluh pertanian lapangan mestinya juga menguasai

dan  memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Page 4: makalahell ddpp

Tema-tema penyuluhan juga bergeser tidak hanya sekedar peningkatan produksi

namun menyesuaikan dengan isu global yang lain misalnya bagaimana

menyiapkan petani dalam bertani untuk mengatasi persoalan perubahan iklim

global dan perdagangan global. Petani perlu dikenalkan dengan sarana produksi

yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap goncangan iklim, selain itu teknik

bertani yang ramah lingkungan, hemat air serta tahan terhadap cekaman suhu

tinggi nampaknya akan menjadi tema penting bagi penyuluhan pertanian masa

depan.

B.  Rumusan Masalah

1. Tantangan apa yang akan dihadapi pertanian di masa depan nanti?

2. Tantangan apa yang akan dihadapi penyuluh dalam menjawab pertanian di

masa depan nanti?

3. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam membangun pertanian yang

sejahtera di masa depan ?

4. Bagaimana wujud penyuluhan di masa depan?

C.   Tujuan

1. Mengetahui dan mampu menjawab tantangan dan peluang dalam pertanian

di masa depan.

2. Mengetahui bagaimana seharusnya sikap penyuluh dalam mewujudkan

pertanian masa depan yang sejahtera.

Page 5: makalahell ddpp

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Tantangan Penyuluhan Memasuki Abad 21       

            Masalah-masalah penyuluhan pertanian yang dihadapi bangsa kita

akan beragam sesuai dengan sudut pandang dan dasar keilmuan yang

ditekuni. Menemukan masalah-masalah penyuluhan bukan sarana untuk

mendebat bahkan menyalahkan orang lain, tetapi mencari solusi demi

perbaikan kegiatan penyuluhan di Indonesia.

1. Jika ditinjau dari kacamata Ilmu Penyuluhan Pembangunan maka

menurut I Gd. Setiawan AP, setidaknya kita akan menemukan

beberapa permasalahan dalam penyuluhan pertanian.

a. Penyuluh melupakan tugas utama. Tugas utama penyuluhan

adalah membantu petani di dalam pengambilan keputusan dari

berbagai alternatif pemecahan masalah. Tetapi masalah

penyuluhan sekarang adalah kegiatan penyuluhan lebih banyak

pada proses pelayanan bukan mendidik petani agar mampu

mengambil keputusan sendiri. Penyuluh terjebak pada paradigma

lama yang hanya mengutamakan kegitan-kegiatan pelayanan,

yang seperti menjadi kata kunci dari penyuluhan itu sendiri,

padahal tugas seorang penyuluh jauh lebih dari itu yaitu

penyuluhan merupakan proses pemberdayaan masyarakat atau

dalam  istilah kerennya kita sebut sebagai Community

Empowerment.

b. Penyuluh kurang membuat wadah untuk kepentingan petani. Di

negara industri maju petani dengan berbagai cara membuat

wadah untuk memenuhi kepentingan bersama mereka.

Organisasi demikian memegang peranan penting dalam

pembangunan pertanian di negara industri maju.Di negara

berkembang belum ada organisasi demikian, atau kalaupun ada

Page 6: makalahell ddpp

cenderung belum efektif. Adanya organisasi pertanian yang

efektif sama pentingnya dengan penerapan teknologi di banyak

negara. Organisasi penyuluhan memegang peranan penting

dalam membimbing petani mengorganisasikan diri secara efektif.

Walaupun demikian diperlukan dukungan politik untuk dapat

berperan tanpa membahayakan jabatan mereka.

c. Penyuluh kurang mendidik petani. Agen penyuluhan di

banyakNegara Eropa lebih merupakan seseorang yang menolong

petani untuk memecahkan masalah mereka.Agen

penyuluhan sudahmerasa puas jika pertanian menjadi lebih

efisien, dan kurang berminat untuk mengubah petani. Tugas

utama penyuluhan di banyak negara berkembang adalah

menganjurkan penggunaan teknologi modern, seperti

pemakaian pupuk. Kenaikan hasil merupakan tujuan utama di

Negara-negara berkembangkarena cepatnya angka pertumbuhan

penduduk.

2. Menurut Mardikanto (1998; 2000)  mensinyalir beberapa kelemahan

dalam kegiatan penyuluhan pertanian yang menyangkut :

a. Penggunaan Istilah Penyuluhan

        Perkembangan sejak pertengahan 1980-an, penggunaan

istilah penyuluhan pertanian sering tidak menguntungkan

kegiatan penyuluhan pembangunan itu sendiri.  Hal ini

disebabkan  sering digunakannya istilah “penyuluhan” yang

berasal dari berbagai pihak, baik berasal dari dalam penyuluhan

pertanian itu sendiri maupun dari luar. Akibanya, banyak

kalangan sering terlalu menyederhanakan pengertian dan tujuan

penyuluhan (arti penyuluhan mengalami erosi nilai).Penyuluhan

sering diartikan sebagai kegiatan omong-omong tanpa makna,

atau bahkan sekedar datang untuk minta tanda tangan (bukti

kehadirannya) guna memperoleh (menipu) biaya

perjalanan.Sejatinya penyuluhan harus dihayati sebagai kegiatan

Page 7: makalahell ddpp

yang memerlukan kerja keras, dan ketekunan yang melelahkan

serta harus dibarengi dengan korban perasaan untuk membantu

masyarakat agar mampu membantu dirinya sendiri guna

memperbaiki kesejahteraan atau mutu hidupnya. Untuk itu,

ditawarkan istilah pengganti yang lebih segar, bergengsi dan

menarik perhatian, yaitu “edfikasi (edukasi, diseminasi inovasi,

fasilitasi, koordinasi, supervisi, dan evaluasi)”.

b. Profesionalisme Penyuluhan

     Jika ditelusuri, erosi nilai dalam penyuluhan dapat

disebabkan oleh rendahnya profesionalisme penyuluhan, yang

menyangkut:

1) Keahlian penyuluh, dimana kecepatan informasi akibat

globalisasi sering membuat penyuluh ketinggalan informasi

disbanding keahlian para praktisi atau penerima manfaat

penyuluhannya.

2) Kebanggan profesi penyuluhan, karena jabatan fungsional

yang disandang para penyuluh dinilai lebih rendah/kalah

status dibanding jabatan struktural yang lebih bergengsi.

3) Etika profesi penyuluhan, tidak lagi dihayati sebagai

pekerjaan yang penuh pengabdian, karena sudah teracuni

oleh kebijakan pemerintah di masa lalu, contoh utamanya

dalam pelaksanaan program GEMA PALAGUNG yang

memberikan intensif sebesar 1% (dibayarkan dimuka)

kepada penyuluh dari julah nilai usulan Kredit Usaha Tani

(KUT) yang direkomendasikan, tanpa harus menunggu

efektivitas atau seberapa jauh KUT tersebut benar-benar

memberikan kenaikan produksi dan pendapatan petaninya.

c. Unsur-unsur Sistem Penyuluhan Pertanian

Tantangan-tantangan yang muncul dapat berupa :

1) Penyuluh, yang selama ini tidak dibayar (diangkat dan

diberhentikan) oleh penerima manfaatnya. Oleh karena itu,

Page 8: makalahell ddpp

dalam melaksanakan tugasnya tidak mengacu kepada

kepentingan masyarakat penerima manfaatnya. Selain itu,

belum terbangunnya kebanggaan profesi di kalangan penyuluh,

serta rendahnya penghargaan masyarakat maupun aparat

pemerintah terhadap arti penting penyuluh dan kegiatan

penyuluhan.

2) Materi penyuluhan, umumnya masih didominasi oleh materi

teknis dan belum banyak memperhatikan kebutuhan penerima

manfaatnya, utamanya tentang manajemen, permintaan pasar,

kewirausahaan dan pentingnya pendidikan politik. Sumber

informasi untuk materi masih didominasi dari Dinas/Lembaga

Penelitian, sementara itu, kearifan tradisional belum banyak

digali bahkan cenderung tidak dihargai.

3) Metode penyuluhan, secara teoritis, kegiatan penyuluhan hanya

mengacu kepada konsep-konsep pendidikan dan komunikasi,

dan belum memanfaatkan konsep-konsep psikologi sosial, serta

pemasaran sosial.

4) Pendekatan dan strategi penyuluhan, banyak kebijakan

pembangunan yang tidak menggunakan pendekatan

kesejahteraan masyarakat, tetapi lebih mengutamakan

pendekatan kekuasaan. Seiiring dengan itu, kegiatan

penyuluhan lebih ditekankan pada pendekatan proyek, contoh:

NFCEP, NAEP, P4K,dll, yang tidak berbekas seiiring dengan

selesainya proyek.

5) Efektivitas penyuluhan, secara konseptual penyuluhan masih

sangat konvensional dalam arti terbatas menggunakan konsep

pendidikan maupun konsep komunikasi.

Page 9: makalahell ddpp

3. Khusus yang berkaitan dengan proses adopsi inovasi, Vanclay

(1992), mengidentifikasi adanya 10 (sepuluh) hambatan atau barrier

adopsi, yang meliputi:

a. Pemasaran/harga produk. Kompleksitas, yang disamping

mempersulit kermampuan petani untuk memahami dan

menerapkannya, seringkali juga berakibat pada meningkatnya

resiko (kegagalan) yang akan dideritanya.

b. Divisibilitas, yang seringkali tidak dijumpai dalam rekomendasi

penyuluh yang lebih cenderung menawarkan “paket teknologi”

yang harus dilaksanakan secara serentak (simultan).

c. Inkompatibilitas, yang sering tidak sesuai dengan tujuan petani

dan usahataninya.

d. Nilai-ekonomis inovasi, yang tidak selalu dapat memenuhi nilai-

nilai non-ekonomi yang dikehendaki oleh petaninya.

e. Resiko dan ketidak-pastian, yang tidak hanya disebabkan oleh

ketergantungan usahatani kepada kondisi alam dan

lingkungannya yang menetukan keberhasilan panennya, tetapi

juga resiko dan ketidak-partian

f. Konflik informasi, karena petani menerima informasi dari

beragam sumber yang belum tentu sepakat terhadap kemanfaatan

serta dapatnya diterapkan.

g. Keharusan penggunaan modal dari luar, yang tidak selalu dapat

dipenuhi oleh petani sendiri, seperti: benih, pestisida, peralatan,

dan mesin-mesin pertanian.

h. Biaya intelektual, khususnya terhadap inovasi yang datang dari

luar yang belum mampu dipahami oleh petaninya, sehingga

mereka harus mengeluarkan biaya-intelektual sebelum dapat

mengadopsinya.

i. Hilangnya fleksibilitas, yang biasanya dimiliki oleh petani tradi-

sional, untuk menyesuaikan komoditi dan pola usahataninya

dengan keadaan iklim dan kondisi alam lain yang tidak menentu.

Page 10: makalahell ddpp

j. Prasarana fisik dan sosial (kelembagaan) yang belum tentu

tersedia dengan mutu dan layanan sebaik yang diharapkan.

4. Tantangan penyuluhan dalam memasuki era pertanian modern pada

saat ini adalah, bagaimana cara peyuluh mampu menjawab

permasalahan dalam hal:

a. Pertanian modern yang telah mengurangi keragaman spesies

tanaman secara drastis akibat penerapan sistem monokultur

secara besar-besaran maupun dalam pencemaran lingkungan. Hal

ini bertentangan dengan konsep pertanian berkelanjutan, dimana

selain memeperhatikan pemenuhan kebutuhan manusia yang

selalu menigkat dan berubah, sekaligus mempertahankan atau

meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya

alam.

b. Ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi tercapainya

ketahanan ekonomi maupun ketahanan politik, ketahanan pagan

yang paling mantap adalah  melalui swasembada. Untuk itu

perlunya pengembangan sumberdaya manusia yang mempunyai

jiwa kewiraswastaan yang tinggi dan kemampuan teknis serta

manajerial yang cukup.

c. Mewujudkan produksi pertanian lokal mampu berasing dalam

perdagangan bebas. Keunggulan produk-produk pertanian

negara-negara maju selama ini tidak lepas dari tingginya proteksi

dan subsidi negara-negara tersebut.

d. Cepatnya aliran informasi yang dapat mengakibatkan petani

lebih independen dengan informasi yang didapat ketimbang dari

penyuluh.

Page 11: makalahell ddpp

B.     Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

1. Rekayasa Ulang

Qamar (2001) mengingatkan bahwa memasuki millennium baru,

diperlukan:

a. Client orientation, penyuluhan dirancang secara khusus untuk

setiap sasaran kelompok

b. Lokalitas, penyuluhan memperhatikan kondisi fisik dan sosial

budaya setempat yang spesifik.

c. Penerapan metode yang efektif, berdasarkan pengalaman setempat

d. Penggunaan media elektronik yang semakin luas (radio, TV),

multimedia (CD), internet, dll.

e. Pemanfaatan modul jarak jauh, jika:

Terbatasnya penyuluh dan sarana transportasi

Bahasa merupakan hambatan dalam komunikasi langsung

Sumberdaya penyuluhan sangat menurun

Kondisi geografi tidak memungkinkan

Terdapat kendala budaya (tabu) dalam pelaksanaan kunjungan.

f. Kerjasama dengan kegiatan penyampaian pesan non-pertanian.

g. Pengembangan penyuluhan partisipatif.

h. Keterpaduan antar disiplin keilmuan.

i. Penilaian dampak dan manfaat kegiatan penyuluhan.

j. Peningkatan peran dalam pembangunan (keluarga)  yang

berkelanjutan.

2. Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan

Hobson, et al (2001) mengemukakan pentingnya kelembagaan

penyuluhan. Tentang hal ini, Hoffman, et al (2000) melaporkan reformasi

organisasi penyuluhan pertanian di jerman yang dapat dijadikan pelajaran

bagi negara-negara lain, dari pengorganisasian seperti itu, dapat ditarik

banyak pelajaran yaitu:

a. Perbaikan mutu penyuluhan melalui peningkatan partisipasi

kelompok sasaran.

Page 12: makalahell ddpp

b. Kejelasan peran pemerintah, yang lebih banyak pada perumusan

strategi penyuluhan kaitannya dengan kegiatan pelatihan, program-

program panduan, dll.

c. Penurunan atas kelambanan lembaga-lembaga publik yang

biasanya resisten terhadap perubahan.

d. Menghindari konflik antar aparat pemerintah.

e. Ancangan pembiayaan untuk biaya pemerintah.

f. Keluwesan untuk mengembangkan system penyuluhan.

3. Pendekatan Penyuluhan

Pendekatan pembelajaran untuk pembangunan pertanian berkelanjutan,

yang bertumpu pada 3 konsep dasar, yaitu:

a. Kompetensi professional, melalui pengembangan kemampuan

praktisi dengan beragam teori, nilai-nilai dan kepercayaan tertentu.

b.  Penggunaan teori-sistem dan filsafat ilmu dalam kegiatan praktis.

c. Belajar kritis, melalui proses belajar bersama untuk mengkritisi

setiap alternatif perubahan yang ditawarkan.

d. Pendekatan navigator (Boon dan Murray, 2001), yaitu suatu

percepatan perubahan melalui pengembangan SDM, pembelajaran

berkelanjutan, dan pola piker baru untuk membantu para produsen

agar terus melakukan perubahan-perubahan.

C. Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian

Pada 15 November 2006, pemerintah menetapkan UU No.16 Tahun 2006

tentang system penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, yang

mencakup:

1. Kebijakan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

2. Kelembagaan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

3. Ketenagaan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

4. Penyelenggaraan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

5. Pembiayaan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Page 13: makalahell ddpp

6. Pengawasan dan pembinaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan

Kehadiran Undang-Undang tersebut, oleh banyak kalangan disambut antusias,

khususnya oleh para penyuluh pertanian karena setidak-tidaknya sudah ada

landasan hukum yang kuat, yang mengatur segala sesuatunya. Tetapi, jika

dicermati, terdapat beberapa hal yang layak dikritisi, yaitu:

a. Nomenklatur yang digunakan

b. Penggunaan nama Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan,

dapat menimbulkan kerancuan pemahaman dalam masyarakat, yang

sejak lama telah mengartikan pertanian dalam arti sempit (pertanian

tanaman pangan dan holtikultura) dan dalam arti luas (pertanian,

perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan).

c. Kebijakan yang sentralistis

d. Meskipun kegiatan penyuluhan pertanian sudah diserahkan kepada

pemerintah Kabupaten/Kota jauh hari sebelum reformasi, tetapi peran

pemerintah nasional (pusat) dalam UU No. 16 Tahun 2006 masih sangat

kuat.

e. Dominasi penyuluhan oleh pemerintahan

f. Kegiatan penyuluhan pertanian selama ini didominasi oleh pemerintah,

seperti terlihat dalam pasal 28 (3) tentang penetapan teknologi tertentu

dan pasal 32 (5) tentang pembiayaan penyuluhan.Disamping itu, rencana

Departemen Pertanian untuk mengangkat tenaga penyuluh sebanyak

seorang/desa, semakin menunjukkan dominasi pemerintah.

g. Pengembangan penyuluhan swasta dan swadaya

h. Meskipun dalam pasal 20, dinyatakan bahwa tenaga penyuluh pertanian

terdiri dari: penyuluh PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya,

tetapi tidak ada satu pasal/ayat yang menyebutkan upaya pemerintah

untuk mengembangkan kegiatan penyuluh swasta dan swadaya, yang

artinya tidak ada upaya pemerintah secara aktif dan sungguh-sungguh

disini.

i. Kemandirian penyuluhan oleh masyarakat

Page 14: makalahell ddpp

j. Selama penyuluh berasal dari luar, selama itu pula penyuluh akan

berpihak kepada kepentingan luar dibanding kepentingan petaninya.

Sebenarnya, masyarakat penerima manfaat mampu untuk membiayai

penyuluhnya sendiri, asal benar-benar diberi kesempatan dan

kepercayaan untuk melepaskan diri dari proyek-proyek pemerintah,

swasta, dan LSM.

k. Partisipasi penyuluhan pertanian

l. Dominasi pemerintah terhadap penyuluhan pertanian, tidak semua

penyelenggara pemerintah memahami arti penting penyuluhan untuk

jangka pendek kaitannya dengan pencapaian target pembangunan,

maupun kepentingan jangka panjang kaitannya dengan investasi

sumberdaya manusia.Akibatnya, kegiatan penyuluhan sangat tergantung

kepada pemahaman masing-masing kepala pemerinthannya untuk

menyediakan anggaran penyuluhan pertanian.

m. Integritas penyuluhan pembangunan

n. Pemerintah menyelenggarakan tidak kurang dari 20 jenis penyuluhan

pembangunan di Indonesia.Oleh sebab itu, perlu perenungan yang

sunguh-sungguh, apakah penyuluhan pertanian masih diperlukan,

ataukah hanya dikembangkan satu kegiatan penyuluhan pembangunan

perdesaan secara terintegritas dan holistik.

D.   Penyuluhan Pertanian Di Masa Depan

          Dalam perspektif pemerintah, apapun prioritas yang akan ditempuh,

kegiatan penyuluhan pertanian akan tetap menjadi kebijakan kunci untuk

mempromosikan kegiatan pertanian berkelanjutan baik dalam konteks ekologi

maupun sosial ekonomi ditengah-tengah seistem pemerintahan yang

birokratis dan semakin terbatas kemampuannya untuk membiayai kegiatan-

kegiatan publik. Meskipun demikian, kegiatan penyuluhan pertanian akan

banyak didukung oleh kemajuan teknologi informasi.

Page 15: makalahell ddpp

Karena itu, di masa depan, kekuatan dan perubahan penyuluhan pertanian

akan selalu terkait dengan:

1. Iklim ekonomi dan politik

2. Sejak krisis ekonomi dan politik melanda beberapa Negara kahir abad

20, banyak negara tidak lagi mampu membiayai kegiatan publik

ditengah-tengah tuntutan demokrasi.Karena itu, kegiatan penyuluhan

pertanian dilaksanakan secara efisienuntuk dapat melayani kelompok

sasaran yang lebih luas.

3. Konteks sosial di wilayah pedesaan

4. Di masa depan, masyarakat pedesaan relatif berpendidikan, seyogyanya

penyuluhan pertanian harus mampu menjawab tantangan pertumbuhan

penduduk, meningkatnya urbanisasi, perubahan aturan/kebijakan,

persyaratan pasar, serta kebutuhan masyarakat yang akan beragam

layanan seperti pelatihan, spesialisasi, pelatihan kompetensi dan

bentuk-bentuk organisasi (Moris, 1991). Sehubungan dengan itu,

penyuluhan pertanian harus meninggalkan monopoli pemerintah

sebagai penyelenggara penyuluhan.

5. Sistem pengetahuan

6. Terjadinya perubahan politik yang berdampak pada debirokratisasi,

desentralisasi (pelimpahan kewenangan) dan devolusi (penyerahan

kewenangan) kepada masyarakat lokal, juga akan berimbas pada

pengembangan usahatani yang memiliki spesifikasi lokal. Pengakuan

terhadap spesifikasi lokal, harus dihadapi dengan pengakuan penyuluh

terhadap kemampuan petani, pengalaman petani, penelitian yang

dilakukan petani, serta upaya-upaya pengembangan yang dilakukan.

7. Teknologi informasi

8. Kelompok sasaran yang memiliki kemampuan memanfaatkan

informasi/IT akan relatif lebih independen. Dengan demikian, fungsi

penyuluh tidak lagi “menyampaian pesan” melainkan lebih bersifat

fasilitatif dan konsultatif, dan karena itu akan menuntut jalianan

Page 16: makalahell ddpp

interaksi partisipatif yang semakin intensif dengan kelompok

sasarannya.

Adapun peran penyuluh yang harus ditegakkan kembali dalam menjawab

tantangan pertanian masa depan adalah :

a. Penyuluhan Pemasaran Hasil-hasil  Pertanian

Kehadiran penyuluhan pemasaran sebagai bagian integral dari

pembangunan pertanian sangatlah diperlukan urgensinya.Sebagaimana

kita ketahui, sampai detik ini pun pelaksanaan penyuluhan pertanian

masih sangat jarang dilakukan.Hal ini tentu beralasan, karena sistem

penyuluhan yang dikembangkan di Indonesia haruslah sejalan dengan

rencana induk dari pembangunan pertanian, yakni dititikberatkan

kepada pencapaian peningkatan produksi. Dimana di setiap daerah

terdapat laporan peningkatan produksi telah berhasil, tetapi muncul pula

masalah lain yang menyatakan kesulitan pemasaran dari hasil-hasil

produksi yang meledak tersebut.

b. Penyuluhan Pertanian Terpadu

Pada mulanya, strategi pembangunan pertanian memakai pola

pendekatan komoditi (dimana semula tanaman pangan, terutama padi

menjadi ‘leading comodity’), sejak mulai Pelita III hingga sekarang,

menjadi pendekatan usaha tani, yang berfokus pada penganekaragaman

tanaman pertanian. Konsekuensinya para petani produsen di pedesaan

tidak diperkenankan hanya menggantungkan diri pada usaha tani satu

jenis komoditi saja. Tetapi para petani pun harus diberikan kebebasan

dalam memilih komoditi yang akan diusahakannya. Akibatnya

penyuluhan pertanian sebagai penunjang pembangunan pertanian juga

harus mengalami perubahan.

Untuk itu selain melibatkan BIMAS dan BPLPP perlu juga

mengikutsertakan seluruh Direktorat Jenderal yang ada di lingkungan

Departemen Pertanian dalam merencanakan program-program penyuluhan

pertanian yang akan dilakukannya, sehingga penyuluhan pertanian di negara

kita sudah mampu menjadi terpadu dalam konsep dan realita.

Page 17: makalahell ddpp

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

            Sehubungan dengan hal itu, paradigma penyuluhan pertanian era

agribisnis di masa depan semestinya memposisikan petani sebagai fokus

kegiatan pembangunan pertanian. Petani diperlakukan sebagai pelaku

utama atau subjek dan tidak lagi sebagai objek.Petani merupakan manajer

pada usaha taninya sendiri.Mereka harus dilihat sebagai manusia yang

memiliki potensi untuk mengambil keputusan dalam perencanaan,

pengelolaan, dan pengembangan usaha taninya bagi kesejahteraan

keluarga, masyarakat.Mereka selayaknya dipandang memiliki kemampuan

yang memadai dalam menghadapi tantangan keras di era persaingan bebas

dan globalisasi serta mampu mengaplikasikan nilai kelestarian

pembangunan pertanian.

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: makalahell ddpp

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim. 2009. Pengukuhan Prof. Sunarru: Privatisasi Penyuluhan

terus    Meningkat . http://www.ugm.ac.id. Diakses pada 6 April 2015

Azhari, Rafnel.2011. Tantangan Masa Depan

Penyuluhan. http://azharirafnel.blogspot.com. Diakses pada 6 April 2015

Ir. Entang Sastraatmadja. 1993. Penyuluhan Pertanian. Bandung:

PenerbitAlumni.

Maryanto, Dony.2011. Perjalanan Penyuluhan Pertanian dan

Tantangan Kedepan. http://www.stpp-bogor.ac.id. Diakses pada 6 April

2015

Prof. DR. Ir. H. Soleh Solahuddin, M,Sc. 2009. Pertanian: Harapan Masa

Depan Bangsa. Bogor: IPB Press

Soetrisno, Loekman. 1998. Pertanian Pada Abad Ke 21. Direktorat

Jenderal         Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Turindra, Azis. 2010. Penyuluhan Pertanian di Masa

Depan. http://azisturindra.wordpress.com. Diakses pada 6 April 2015

Totok Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Prees. Surakarta