Upload
su-no
View
28
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fokus penilaian PKn adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam
mencapai standar kompetensi PKn yang ditentukan dalam Permendiknas Nomor
22/2005 tentang Standar Isi (SI). Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang
harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya
dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan,
kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) sebagaimana tertera dalam Permendiknas Nomor 23/2006.
Untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi lulusan, penilaian hasil
belajar kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian dilakukan
melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; dan (b) ujian, ulangan,
dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik (Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 64
ayat (3), (Sapria,2009).
Mengacu pada rumusan SI dalam Permen nomor 22 tahun 2006, rumusan
SKL dalam Permen nomor 23 tahun 2006 dan ketentuan Pasal 64 ayat (3) PP
nomor 19 tahun 2005, serta karakteristik kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, maka hasil belajar kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian meliputi:
1
2
1) Pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara, yaitu aspek
kognitif sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2) Kepribadian, yaitu beberapa aspek kepribadian sebagaimana
disebutkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.
3) Perilaku berkepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku sebagai
penerjemahan dimilikinya ciri-ciri kepribadian warga negara Indonesia.
Ketiga bentuk hasil belajar tersebut berada pada domain yang berbeda.
Perbedaan domain tersebut menuntut perbedaan dalam metode dan cara
pengukurannya, salah satu cara yang dapat digunakan adalah penilaian dengan
teknik non tes. Tehnik ini berguna untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan alat tes. Penggunaan tehnik ini
dalam evaluasi pembelajaran terutama karena banyak aspek kemampuan siswa
yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini
adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan
sikap.
Saat ini penggunaan non tes untuk menilai pembelajaran masih sangat
terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai
pembelajaran. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara langsung
jika hanya menggunakan test, dengan menggunakan nontes guru bisa menilai
siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif
dan psikomotornya.
3
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka diperlukan suatu
langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan instrument penilaian
pembelajaran PKn dengan teknik nontes.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :
1. apa pengertian penilaian dengan teknik nontes itu?
2. apa saja jenis penilaian dengan teknik nontes itu?
3. bagaimana cara mengembangkan instrument penilaian dengan teknik nontes?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. menjelaskan pengertian penilaian dengan teknik nontes.
2. menyajikan jenis-jenis penilaian dengan teknik nontes.
3. memaparkan cara mengembangakan instrument penilaian dengan teknik non-
tes.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik Nontes
Teknik penilaian nontes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka nontes
dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan
tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa
menguji peserta didik. Nontes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar
yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang
dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau
dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan
yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak
dapat diamati dengan Panca indera (blog.tp.ac.id/wp.../download-alat-evaluasi-
pendidikan-nontes.doc).
Teknik nontes merupakan cara penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Dalam pembelajaran
pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan
lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan pencapaian hasil belajar
siswa. Tehnik penilaian nontes umumnya untuk menilai kepribadian anak secara
menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup
5
dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik
secara individu maupun secara kelompok.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur hanya
dengan alat tes, sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit
diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif dan
psikomotor.
B. Macam-Macam Penilaian dengan Teknik Nontes (Nurhadi dan
Suwardi,2010).
1. Observasi
2. Wawancara
3. Skala Sikap
4. Skala Minat
5. Penilaian Diri
6. Penilaian Antar Teman
C. Pengembangan Instrumen Penilaian dengan Teknik Nontes
1. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara
menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan.
6
Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu
pembelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu
murid olah raga, upacara dan lain-lain.
a. Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang
mengobservasi (observer) ikut ambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objeknya. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru
mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya
sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan,
observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria,
masalah yang akan diamati
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan
tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
7
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati
anak-anak sedang kerja kelompok. Disini sebelum guru melaksanakan
observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati,
misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan,
kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan
dengan tingkah laku murid dalam kerja kelompok.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-
kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang kerja
kelompok.
3) Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara
nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau
melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang
sengaja diadakan.
Sebagai alat penilaian , observasi digunakan untuk:
a) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
b) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
b. Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1) Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
8
2) Direncanakan secara sistematis
3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4) Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.
c. Kebaikan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kebaikan,
antara lain:
1) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan
terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang
diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4) Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan
tidak langsung memegang peran. Selain keuntungan diatas, observer
juga mempunyai beberapa kelemahan
Kelemahan observasi:
1) Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang
sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja
merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan
observasi. Misalnya mengamati anak yang menyanyi, dia kelihatan
9
gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia.
Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang
diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar
observer merasa senang.
3) Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat
dapat dikontrol sebelumya.
d. Alat Pencatat Observasi
Agar hasil observasi dapat dikumpulkan dengan baik maka sebelumnya
guru harus menyiapkan alat untuk observasi yaitu:
1) Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Yaitu catatan khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku
anak yang dianggap penting. Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu
anekdot insidental, digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi
sewaktu-waktu, tidak terus-menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik
digunakan untuk mencatat peristiwa tertentu yang terjadi secara
insedental dalam suatu periode tertentu. Catatan anekdot mempunyai
kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap tingkah laku anak.
Kegunaanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang
murid sebagai individu yang kompleks, memperoleh pemahaman tentang
10
sebab-sebab dari suatu problema yang dihadapinya, dan dapat dijadikan
dasar utuk pemecahan masalah anak dalam belajar.
2) Daftar cek (Check Lish)
Daftar cek adalah sebuah catatan tertulis yang berisi kemungkinan
jawaban yang dipilih, dengan tinggal membubuhkan sebuah tanda pada
kemungkinan jawaban yang benar. Dalam bentuk daftar cek, semua
tingkah laku, sikap yang diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar.
3) Skala Penilaian (Rating Scale)
Dalam skala penilaian, tingkah laku, sikap yang diobservasikan
dijabarkan dalam bentuk skala.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan
percakapan atau dialog baik secara langsung (face to pace relition) secara
langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada
orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat
penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
1) Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal
ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang
diwawancarai
11
2) Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki
keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
3) Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang
dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat
pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan
diajukan.
a. Jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat penilaian, yaitu:
1) Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal
dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau
wawancara sistematis (Systematic Interview).
2) Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering
dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau
wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau
wawancara bebas.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:
12
1) Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back
ground tentang apa yang akan ditanyakan.
2) Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud
wawancara tersebut.
3) Harus menjaga hubungan yang baik.
4) Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.
5) Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan
kalimatnya jelas.
6) Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.
7) Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang
menjadi sumber data.
8) Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
9) Guru harus mengobrol dalam wawancara.
10) Batasi waktu wawancara.
11) Hindari penonjolan aku dari guru.
3. Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Hasilnya berupa ktegori sikap yakni mendukung, menolak, dan netral.
Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Sikap
juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus kepada dirinya. Ada
tiga komonen sikap yakni kognisi, afeksi, konasi. Kognisi berkenaan dengan
pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya, afeksi
13
berkenaan dengan persaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi
berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut (Rusijono dan
Yulianto:2009).
Menurut Martati (2010) skala sikap digunakan untuk menilai objek sikap
yang berhubungan dengan pembelajaran sebagai berikut;
1) sikap terhadap materi pelajaran;
2) sikap terhadap guru/pengajar;
3) sikap terhadap proses pembelajaran;
4) sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran.
a. Penilaian dengan skala sikap dapat menggunaan cara Skala Likert, Skala
Guttman, dan Rating Scale, ( Budimansyah,2012).
1) Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
terhadap objek atau fenomena tertentu (Budimansyah,2012).
Contoh Skala Likert (Setiati dan Rahayuningsih,2008)
NO Pernyataan ss s rr ts sts
1 Musyawarah dilakukan untuk memenangkan pendapat golongan tertentu.
2
…
2) Skala Guttman
14
Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban
benar-salah, ya-tidak, setuju-tidak setuju (Budimansyah,2012).
Contoh Skala Guttman (Darmono dan Sudarsih,2008)
3) Rating Scale
Dalam rating scale data kuantitatif ditafsirkan dalam pengertian kualitatif,
respoden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif, tetapi
menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang disediakan.
Contoh rating scale (Winarno,2013)
NO Aspek yang diukur
skala
1 2 3 4
1 Sikap siswa dalam menerima pendapat
2 Sikap siswa dalam menerima kritikan
..
4. Skala Minat
Skala minat adalah suatu rentang ukuran untuk menilai ketertarikan dan
perhatian seseorang terhadap suatu objek. Tujuan pengukuran dengan skala minat
15
pada pembelajaran digunakan untuk menilai minat belajar siswa (Nurhadi dan
Suwardi,2010).
Contoh skala minat untuk menilai minat siswa terhadap pembelajaran PKn.
No Pernyataan sl sr jr tp
1 Saya terus mengikuti pelajaran PKn
2 Saya merasa rugi bila tidak mengikuti pelajaran
PKn
… …
keterangan : sl = selalu, sr = sering, jr = jarang, tp = tidak pernah.
5. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang meminta kepada siswa
untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal.
a. Manfaat Penilaian Diri.
Penilaian diri dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi siswa maupun
bagi guru itu sendiri.
Keuntungan bagi siswa yaitu.
1) Siswa menjadi bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri.
2) Siswa dapat menetapkan langkah - langkah berikutnya dalam belajar.
3) Siswa merasa aman tentang sesuatu yang tidak benar.
4) Meningkatkan harga diri siswa dan menjadi sesuatu yang positif.
5) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
6) Siswa menjadi lebih bebas dan termotivasi.
16
Keuntungan bagi guru yaitu.
1) Ada suatu pergesaran tanggung jawab dari guru ke siswa.
2) Pelajaran lebih efisisen jika para siswa termotivasi dan mandiri.
3) Umpan balik membantu guru mengidentifikasi kemajuan siswa.
Contoh tabel penilaian diri yang berhubungan dengan pembelajaran PKn.
Petunjuk.
- Isilah semua pernyataan dengan jujur !
- Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai dengan kenyataan !
No. Pernyataan sl sr kd jr tp
1 Saya bertanya kepada guru hal-hal yang
berhubungan dengan pelajaran PKn
2 Saya membaca buku PKn di rumah sesuai
jadwal pelajaran
3 Saya menyelesaikan PR PKn di sekolah
… …
Keterangan; sl = selalu melakukan, sr = sering melakukan, kd = kadang-
kadang, jr = jarang, tp = tidak pernah
6. Penilaian Antarteman
Penilaian antar teman aalah teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan pendapatnya mengenai kelebihan dan kekurangan
temanya dalam berbagai hal (Nurhadi dan Suwardi,2010).
Menurut BSNP tentang standar penilaian, penilaian antara teman dapat
dilaksanakan berupa sosiometri. Sosiometri adalah suatu penilaian untuk
menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok.
17
Sehinggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial
dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur
hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga
dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan
sosial dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.
a. Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu:
1) Langkah pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang
disenangi secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih
anak perlu disebutkan alasan mengapa harus memilih teman itu.
2) Langkah pertabelan
Guru membuat tabel dalam materi tes sosiomentri dari data yang telah
diperoleh dalam langkah pemilihan teman.
Misalnya setiap anak memiliki 2 dari 6 orang
3) Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat
sebuah peta atau sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak
yang paling banyak dipilih diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah
diketahui siapa yang paling banyak dipilih.
18
Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana
kedudukan dan relasi sosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga
hasil dari sosiogram ini dapat dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial
anak dan kepribadiannya dalam kelompok.
b. Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam
beberapa hal, antara lain:
1) Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja
2) Untuk pengarahan dinamika kelompok
3) Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi
bimbingan kepada setiap anak.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka penilaian
pembelajaran , penilaian tidak hanya dilakukan dengan teknik tes saja. Teknik-
teknik nontes juga sangat penting dalam rangka dalam rangka memperoleh data
secara menyeluruh tentang pembelajaran, lebih-lebih penilaian yang berhubungan
dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap guru,
minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya, dan sebagainya, yang
kesemuannya itu tidak mungkin dinilai dengan mengunakan tes sebagai alat
pengukurnya.
Macam-Macam Penilaian dengan Teknik Nontes (Nurhadi dan Suwardi,2010).
1. Observasi
2. Wawancara
3. Skala Sikap
4. Skala Minat
5. Penilaian Diri
6. Penilaian Antar Teman
B. Saran
20
Dalam melaksanakan penilaian pembelajaran PKn sebaiknya guru
menggunakan teknik nontes karena; dapat mengukur aspek-aspek pencapaian
siswa yang tidak bisa diukur dengan teknik tes. Saat ini penggunaan non tes untuk
menilai pembelajaran masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan
penggunaan alat melalui tes dalam menilai pembelajaran. Padahal ada aspek-
aspek yang tidak bisa terukur secara langsung jika hanya menggunakan test,
dengan menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan
hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah, Dasim . 2012. Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara Press.
Darmono, Sapto, dkk . 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas V. BSE. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
http://blog.tp.ac.id/wp.../download-alat-evaluasi-pendidikan-nontes.doc.
Martuti, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Genesindo
Nurhadi dan Suwardi. 2010. Evaluasi Pembelajaran Yang Efektif dan Menyenangkan . Jakarta: Multi Kreasi Satudelapan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Sisdiknas. Jakarta: Kemendiknas.
Rusijono dan Yulianto, Bambang. 2009. Asesmen Pembelajaran Bahan Pelatihan CE Bagi Guru SD Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Surabaya: Kerja Sama Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan Universitas Negeri Surabaya.
Rahayu, Ningsih dan Setiati. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas V. BSE. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sapriya. 2009. Penilaian Pembelajaran Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Bahan Belajar Mandiri BERMUTU. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi dan Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.