9
MAKAN MAKNA BUDAYA DAN KESEHATAN Setiap magluk hidup membutuhkan makan. Sebagai makluk manusia juga membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu setiap orang akan senantiasa berfusaha mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelompok tertentu berpendirian bahwa hakekat hidup adalah bekerja untuk mencari makanan sehingga wajar bahwa kelompok darwini mengatakan bahwa perjuangan hidup adalah perjuangan untuk mendapatkan makanan, hanya mereka yang mampu mendapatkan akses makana sajalah yang dapat mempertahankan hak hidupnya, sementara orang yang tidak mendapatkan akses pada makana dia akan mengalami keterselisihan dari kehidupan ini. Dengan menggunakan perspektif ini, fungsi makan ( lebih luasnya yaitu komoditas ekonomi) adalah alat selektor bagi kelangsungan hidup manusia , atau pola makanan menjadi alat alamiah yang menyeleksi manusia atau pengelompokan manusia menjadi orang kaya dan orang miskin, jenis makanan mengelompokkan manusia modern dan orang tradisional, serta perbedaan gaya hidup. Berdasarkan pertimbangan ini keberadaan makanan ternyata memberikan warna warni kehidupan yang berada antara satu kelompok dengan kelompok yang lainya , makanan bukan lagi sekedar benda ekonomi yang hampa makna, makanan justru merupakan intesitas yang tumbuh dan erkembang dalam tatanan kehidupan manusia. Dengan kata lain bila di kaitkan dengan kontekx sosial budaya maka makanan itu ternyata mengandung makna yang lebih luas di bandi gkan sekedar bahan komsumsi manusia. PERSEPSI BUDAYA DAN MAKANAN Dalam catatan antropologi peradapan manusia di bedakan berdasarkan mata pencaharian masyarakat : tahap pertama (gelombang atau hidup pertama) di tandai dengan adanya peradapan manusia yang di dominasi oleh tradisi memburu dan meramu. Pola konsumsi manusia pada masa itu dengan makan makananhasil ramuan bahan tumbuhan yang di kumpulkan dari hutan dan atau memakan hasil hutan (hewan atau Tumbuhan) yang di buru kemudian di bakar. Setelah terjadi revolusi atau gelombang peradapan yang pertama manusia beranjak pada tahapan agrikultur. Mata pencaharian manusia sudah bukan lagi memburu dan meramu , melainkan sudah bercocok tanam, pada tahap ini pola dan jenis makanan yang di konsumsi pun

Makan Makna Budaya Dan Kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mm

Citation preview

Page 1: Makan Makna Budaya Dan Kesehatan

MAKAN MAKNA BUDAYA DAN KESEHATAN

Setiap magluk hidup membutuhkan makan. Sebagai makluk manusia juga membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu setiap orang akan senantiasa berfusaha mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kelompok tertentu berpendirian bahwa hakekat hidup adalah bekerja untuk mencari makanan sehingga wajar bahwa kelompok darwini mengatakan bahwa perjuangan hidup adalah perjuangan untuk mendapatkan makanan, hanya mereka yang mampu mendapatkan akses makana sajalah yang dapat mempertahankan hak hidupnya, sementara orang yang tidak mendapatkan akses pada makana dia akan mengalami keterselisihan dari kehidupan ini.

Dengan menggunakan perspektif ini, fungsi makan ( lebih luasnya yaitu komoditas ekonomi) adalah alat selektor bagi kelangsungan hidup manusia , atau pola makanan menjadi alat alamiah yang menyeleksi manusia atau pengelompokan manusia menjadi orang kaya dan orang miskin, jenis makanan mengelompokkan manusia modern dan orang tradisional, serta perbedaan gaya hidup.

Berdasarkan pertimbangan ini keberadaan makanan ternyata memberikan warna warni kehidupan yang berada antara satu kelompok dengan kelompok yang lainya , makanan bukan lagi sekedar benda ekonomi yang hampa makna, makanan justru merupakan intesitas yang tumbuh dan erkembang dalam tatanan kehidupan manusia. Dengan kata lain bila di kaitkan dengan kontekx sosial budaya maka makanan itu ternyata mengandung makna yang lebih luas di bandi gkan sekedar bahan komsumsi manusia.

PERSEPSI BUDAYA DAN MAKANAN

Dalam catatan antropologi peradapan manusia di bedakan berdasarkan mata pencaharian masyarakat : tahap pertama (gelombang atau hidup pertama) di tandai dengan adanya peradapan manusia yang di dominasi oleh tradisi memburu dan meramu. Pola konsumsi manusia pada masa itu dengan makan makananhasil ramuan bahan tumbuhan yang di kumpulkan dari hutan dan atau memakan hasil hutan (hewan atau Tumbuhan) yang di buru kemudian di bakar.

Setelah terjadi revolusi atau gelombang peradapan yang pertama manusia beranjak pada tahapan agrikultur. Mata pencaharian manusia sudah bukan lagi memburu dan meramu , melainkan sudah bercocok tanam, pada tahap ini pola dan jenis makanan yang di konsumsi pun adalah makanan hasil olahan, Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda mengenai benda yang di konsumsi . perbedaan persepsi ini sangat di pengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku di masyarakat.

Contohnya i negara industri maju konsumsi garam relatif tinggi( kira-kira 10-12g sehari atau setara dengan 2-2,5 sendok teh sehari). Padahal kebutuhan tubuh seseorang hanya sekitar 5-7,5g sehari bergantung pada usia. National Academy of Science (NAS) memperkirakan bahwa jumlah garam dapur yang aman dan layak konsumsi setiap hari ialah 2,75-3,25g per orang.

Pola makan seperti ini di duga ada kaitannya dengan tingginya penderita stroke hal ini terkait dengan adanya tren penurunan penderita stroke di AS dan eropa dalam 50 tahun terakhir seiring dengan kebiasaan masyarakat negara maju memasukka makanan ke dalam lemari es untuk sarapan esok daripada makanan kalengan atau awetan yang memiliki kadar garam tinggi pada konteks inilah pola dan bahan makanan merupakan sebagian dari ciri pendukung dari perkembangan dan peradapan manusia. Contoh mengenai persepsi budaya dan makanan ini dapat di temukan pula

Page 2: Makan Makna Budaya Dan Kesehatan

dalam tanggapanya terhadap daging tikus. Bulan januari 2006 masyarakat indonesia di gemparkan oleh adanya isu bakso yang di campur dengan daging tikus, isu ini merebak di saat masyarakat kecil sedang mengalami kesulitan ekonomi yang akut dan berbagai faktor rill pun terganggu . Bukan hanya para pengusaha besar yang berbasiskan bahan baku impor tetapi kalangan pedagang bakso pun turut merasakan adanya krisis ekonomi nasional yang berkepanjangan.

Para pedagang bakso ini secar terang mengaku bahwa harga daging sapi sangat mahal sementara harga bakso tidak naik secara nyata. Untuk mengelabuhi pembeli supaya tidak jijik makan daging bakso tikus, maka ketika di masak penjual menggunakan bumbu yang sangat banyak sehingga tidak tercium bau yang tidak sedap. Bahkan pedagan sendiripun merasa kesulitan untuk membedakan mana dagi bakso, dan mana daging sapi.

Uniknya suku Urula sebagian besar suku ini merasa bahwa daging tikus itu layak untuk di konsumsi, sehingga mereka akan memburu tikus sampai kelubangnya dan jika mereka menemukan sisah biji-bijian atau padi yang di konsumsi tikus tersebut maka mereka pun akan membawa pulang biji-bijian itu dan memasaknya, dengan kata lain selain mengkonsumsi daging tikus tersebut mereka juga akan mengkonsumsi makan sisah tikus tersebut.

Hal menarik pula terjdi dalam konsumsi dagun ganja bagi masyarakat indonesia pada umumnya, daun ganjah masih di persepsikan sebagai salah satu daun psikotropika yang dapat memabukkan, sementara mengkonsumsi hal atau sesuatu yang memabukkan adalah tindakan terlarang. Namun berbeda dengan masyarakat Aceh. Sebagai propinsiyang mayoritas penduduknya adalah beragama islam, telah sejak lama menjadikan ganja sebagai penyedap sayuran dan tidak pernah mempresepsikannya sebagai makanan terlarang. Kemudian dapat di jelaskan bahwa kedua masyarakat yang berbeda pandang itu sesungguhnya menggunakan patokan nilai dan norma yang berlaku untuk mempersiapkan makanan.

Khusus untuk kasus daun ganja ini, ada perbedaan sudut pandang. Kelompok pertama memandang daunganja sebagai sesuatu yang haram karna termasuk psikotropika yaitu pada saan memperlakukan daun ganjah untuk di hisap. Daun ganja yang di bakar dan kemudian asapnya dihisap ini dapat menyebabkan orang mabuk . pada konteks inilah maka daun ganja menjadi makanan yang terlarang.

Masyarakat tuban-mataram, minum tuak merupakan bagian dari konsumsi harian. Demikian juga pada masyarakat Tiongkok mereka menggunakan tuak sebagai bahan konsumsi harian. Namun bagi kelompok luar masyarakat itu, ada yang mempresepsikan tuak sebagai makanan yang dilarang oleh agama

MAKANAN DAN IDENTITAS BUDAYA

Melanjutkan kajian tersebut maka telaah mengenai makanan dari sebuah makna budayaMenjadi sangat penting, untuk di pahami dari berbagai kalangan. Selain dapat bermanfaat untuk mengembangkan sikap bijak terhadap persepsi masyarakat lain, juga untuk menghindari gizi buruk akibat adanya kesalahan persepsi masyarakat lain, juga untuk menghindari gizi buruk akibat adanya kesalahan presepsi terhadap satu jenis makana tertentu. Terkait dengan masalah ini, ada beberapa nilai budaya yang perlu di perhatikan.

KEBUTUHAN FISIOLOGIS

David morely adalah orang pertama yang memperkenalkan kegunaan grafik tumbuh kembang fisik anak sebagai alat untuk memantau secara longitudinal kecukupan giji anak dan mulai diadopsi di Indonesia sejaak tahun 1974 dengan sebutan kartu menuju sehat (KMS).

Page 3: Makan Makna Budaya Dan Kesehatan

Setiap tahap tumbuh kembang anak membutuhkan asupan gizi yang berbeda. Oleh karena itu setiap orang tuaatau tenaga medis perlu memperhatikan aspek asupan gizi ,bagi setiap tahap tumbuh kembang anak. Untuk sekedar contoh. Kebutuhan akan garam dapur mengandung sodium dan (NaCl). Unsur sodium sangat penting untuk mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh . selain bertugas dalam transmisi saraf dan kerja otot.

Kita boleh tidak makan garam, asal ada sodium dalam menu harian banyak menu harian. Banyak menu harian yang menyimpang sofium dan itu sudah bisa mencukupi kebutuhan tubuh. Namun, karena sodium yang secara alami terkandung dalam bahan makanan tidak berkaitan dengan (NaCl), tak member cita rasa asin pada lidah kita. Itu berarti, kendati menu yang dikonsumsi tampa garam atau tak bercita rasa asin, tidak bermakna tubuh tak memperoleh kecukupan sodium. Walaupun tidak terasa asin, daging sapi sarden, keju, roti jagung dan keripik kentang kaya unsur sodium. Demikian pula kebanyakan menu harian orang Eskimo, dayak, dan india yang tidak asin namun tubuh tidak kekurangan sodium. Tubuh membutuhkan kurang dari 7 gram garam dapur sehari atau setara dengan 3000mg sodium . kebanyakan menu harian kita berlipat lipat kali lebih banyak dari itu.Kesimpulan pemikiran ini menekankan bahwa mengkomsumsi makanan bertujuan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan fisiologi seseorang. Oleh karena itu, usaha menjaga keseimbangan Gizi dan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna merupakan usaha untuk mendukung pada tujuan makana dari sisi Fisiologis.

MAKAN SEBAGAI IDENTITAS KELOMPOK

Nasi adalah salah satu komuditas manakan utama bagi masyrakat sunda jawa, sementara jagung menjadi komoditas manakan utama bagi masyarakat Madura. Bagi orang barat, mereka tidak membutuhkan nasi setelah mengkonsumsi Roti, karena Roti merupakan makana utama bagi budaya barat. Persepsi dan penilaian seperti ini merupakan makna makana sebagi budaya utama sebuah masyarakat. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila orang sunda, kendati sudah makan roti kadang kala masih berkata belum makan karenan dirinya belum menyantap nasi.

Karena adanya kesangsian terhadap makanan hasil olahan atau makana instan, banyak diantara masyarakat kota, yang sudah mulai berpindah ke tradisi Vegetarian. Bagi kelompok “ Gank” menghirup ganja, narkoba merupakan cirri kelompoknya. Kacang di identikan sebagai makanan yang bisa menemani orang untuk nonton sepakbola. Merekok menjadi teman untuk menghadirkan inspirasi atau kreatifitas bagi sebagian orang. Pemahaman dan presepsi seperti ini lebih merupakan sebuah presepsi budaya tandagan atau ( Counter-Culture ) terhadap budaya dominan.

Pandangan sejalan dengan pandangan tri- energinetik yang memberikan penekanan pentingnya energy tubuh atau gerakan dalam membangun Jiwa dan pribadi yang sehat. Pada konteks inilah , makana merupakan bagian dari kebutuhan medis.

NILAI NORMA MAKANAN

Sebelum menjelaskan beberapa kasus prilaku kesehatan yang terkait dengan masalah ekonomi ada baiknya dikemukakan terlebih dahulu mengenai norma social yang berkembang di masyarakat.Norma social ini kita kembangkan dalam lima kategori norma :

a. Makanan yang memiiliki nilai pokok ( wajib ). Yang di maksud wajib ini yaitu makana pokok dari sebuah komunitas. Sebagimana yang dikemukakan sebelumnya, seperti nasi merupakan makanan pokok dari masyarakat sunda jawa dan jagung menjadi makana pokok Madura.

Page 4: Makan Makna Budaya Dan Kesehatan

b. Makanan yang memiliki nilai anjuran, yaitu komuditas makana yang merupakan tambahan atas suplemen. Di era modern ini banyak produksi makanan yang berfungsi sebagai makanan atau suplemen.

c. Makanan yang memiliki nilai mubah. Kelompok makanan ini sesungguhnya belum diketahui efek positif atau negatifnya bagi kesehatan. Informasi yang baru diketahui itu, yang kandungan gizi makana dari komoditas gizi tersebut sangat rendah sehingga tidak di anjurkan dan juga tidak menjadi sebuah pantangan .

d. Makana yang memiliki nilai pantangan. Sebuah masyarakat atau individu kadang memiliki tantangan. Karakter pantangan ini, lebih bersifat sementara . bagi mereka yang di operasi pantang makan. Orang yang sedang sakit tifus dilarang makan makanan yang keras.

e. Dalam katergori yang terkahir yaitu pantangan mengkonsumsi sebuah makanan yang bersifat permanen. Dalam ajaran agama, terdapat beberapa jenis makana dan minuman yang di larang untuk di konsumsi.

Frustasi ekonomi dan perilaku konsumsi

Tekana hidup dan tantangan hidup menyebabkan seseorang dapat melakukan perilaku yang menyimpang dari norma masyarakat arus utama. Salah satu perilaku menyimpang ini yaitu munculnya perilaku masyarakat yang menjual makana yang sudah tidak layak makan.

Gejalah keracunana karna makana hamper menjadi bagian dari berita bangsa kita.Keracunan makanan di pesantren, di rumah penduduk yang sudah mengadakan syukuran di pabrik, dikampus dan lain sebagainya. Keracunan makanan secara kolektif tersebut menjadi Venomena social yang perlu mendapat penafsiran yang seksama dari kita semua. Mungkin benar bahwa proses keracunan dan peristiwa keracunan itu sendiri merupakan sebuah peristiwa medis.Khusunya bila dikaitkan dengan adanya bakteri atau kuman yang masuk dalam tubuh seseorang dengan mankanan sebagi mediannya. Pesoalan ini sudah sangat jelas.

Bagi orang awam tampaknya jawaban tersebut belum selesai dengan ditemukannya jenis makana yang mengandung sumber racun, tampaknya belum dapat mengungkapkan realitas social yang sedang terjadi di masyarakat sehingga perlu sebuah analisa lanjut mengenai keracunan makanan tersebut. Berdasarkan pemikiran ini maka wacana ini tidak berkepentingan dengan upaya sumber pencariaan bakteri atau kuman yang menjadi penyebab keracunan kolektif.

Untuk menjawab pertannyaan tersebut ada 2 cara yang perlu di ungkapkan dengan cermat yaitu pola komsumsi dan pemasaran makanan. Pola komsumsi kita diarahkan untuk membela sebuah perilaku konsumsi masyarakat. Sedangkan tradisi pemasaran di arahkan untuk mendeskripsikan prilaku distributor atau produsen makanan dalam memasarkan makanannya. Untuk menganalisa sebuah hal ini dapat dipisahkan dengan jelas, namun tetap perlu di pahami dalam konteks bersamaan karena kedua hal ini memiliki ruang transaksi kepentingan yang sangat erat.

Untuk persoalan yang tekait dengan tradisi pemasaran, maka persoalan itu berkembang menjadi sebuah pertanyaan mengapa sebuah makanan yang berpotensi racun masih bekeliaran di masyarakat. Adakah sebuah indikasi bahwa masyarakat kita sudah kehilangan kepekaan dan moralitasnya terhadap tanggung jawab kolektif mengenai kesehatan publik.

Badan pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) biasanya rajin mengawasi peredaran makanan menjelang hari raya – baik hari raya agama maupun hari raya nasional – sebagai salah satu sasaran oprosional. Dalam beberapa kasus, kerap muncul indikasi parsel yang mengandung makanan atau minuman yang sudah kadarluarsa tetapi masih di jajahkan di pasaran. Padahal , semua orang tau, makanan yang kadarluarsa adalah makanan yang sudah tidak layak komsumsinya.

Contoh lain yang relevan dalam gejalah social yang menujukan lemahnya kepedulian pemilik “modal” terhadap kesehatan masyarakat yaitu kasus dalam transaksi daging ayam yang sudah menjadi bangkai

Page 5: Makan Makna Budaya Dan Kesehatan

GAYA HIDUP DAN GAYA MAKAN

Perkembangan tenologi informasi dan industri, tidak hanya memberikan pengaruh terhadap dunia ekonomi. Efek langsung dan tidak langsung dari kemajuan peradaban manusia ini, terasa pula dalam bentuk dan perubahan gaya hidup. Bila 10 tahun yang lalu masih banyak terlihat para pengusaha atau karyawan yang makan di rumahnya sendiri , dengan situasi jaman ini makan bersama dalam keluarga itu menjadi hal istimewa dan biasanya pada hari libur saja.

Pada suatu saat bahkan istri memberi suaminya makan di dalam mobil dengan kondisi suami sedang menyetir inilah sebagian dari realitas gaya hidup jaman modern, tidak mengherankan bila kemudian timbul penyakit tifus atau MAAG, hal demikian terjadi karena kurangnya disiplin makan. Hal yang menarik pula, dalam budaya kota ini muncul diversifikasi makanan sesuai dengan waktunya. Dikalangan mereka muncul ada pemahaman yang biasa di konsumsi pagi siang dan malam hari ketika makan pun di temukan makan pembuka, pokok dan penutup . budaya dan gaya hidup seperti itulah yang kemudian disebut sebagai orang kemudian mengalami makan cepat saji.

PURNAWACANA

Setiap orang tua atau tenaga medis harus memeperhatikan kebutuhan asupan makanan sesuai dengan siklus hidup individu tersebut . dalam kehidupan masyarakat muncul ada masalah – masalah yang terkait denga perilaku manusia terhadap makanan :

a. Pada kasus anak – anak venomena kesulitan untuk mengajari anak makan yaitu adanya keenganan anak untuk mengkonsumsi makanan tertentu. Dua jawaban yang diemukakan dalam hal ini :

1. Kesalahan orang tua dalam memperkenalkan makanan dari masa kecil dan keterlambatan memperkenalkan variasi rasa dari makanan.

2. Kejadian tersebut bisa jadi karena adanya trauma atau identik terhadap makanan tertentu sehingga anak menolak makanan yang di suguhkan.

b. Kesalahan presepsi tentang makanan. Orang – orang seiring dengan perkembangan jaman lebih memilih makanan kota. Karena makanan seperti tempe di anggap adalah makan orang desa atau kelas bawah. Selain itu muncul pula presepsi bahwa alkohol dapat menawarkan pelarian dari masalah dan kebimbangan .

c. Makana dan kelas social. Persepsi mengenai makanan di identifikasikan dengan kelas social mungkin telalu mengadaada . namun ada satu temuan yang dinyatakan oleh sayyid mujataba Musawi lari.

Saya terkesima oleh bangunannya yang mega seorang penunjuk jalan mengantarkan kami ke berbagai bagian di sinagok itu. Kami amad terkejut sekali karena terdapat sebuah kamar khusus bagi arak dan pesta. Saya bertanya dengan rasa terkejut “ apakah arah ini di minum ketika melakukan upacara keagamaan ? “dia memberi jawaban denga serius “ ini hanya kelompok yang terpilih yang berhak untuk minum di kamar ini . hal tersebut menyatakan bahwa makanan dan waktu dapat menunjukan kelas social.

Page 6: Makan Makna Budaya Dan Kesehatan

TUGAS SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

DISUSUN OLEH :

YANTI SRI NINGSIH MANURUNG