Upload
truongquynh
View
246
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
MAKNA ADVERBIA PENANDA ASPEK,
SANGKALAN, DAN JUMLAH
PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN (TTA)
TESIS
Diajukan kepada Program Studi Magister Pengkajian Bahasa
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan
Oleh
MUH. WIYADI
NIM : S200160008
“Penelitian ini Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
dengan Nomor Kontrak: 211.58/A.3-III/LPPM/V/2017”
PROGRAM STUDI MAGISTER PENGKAJIAN BAHASA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
ii
iii
iv
v
PENGESAHAN
vi
vii
MOTTO
“Hai, orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. Alhasyr:18)
“... Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi
manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang tercinta.
1. Bapak dan ibuku yang sangat saya sayangi, terima kasih untuk setiap kasih
sayang, pengorbanan, dukungan, serta doa yang telah diberikan.
2. Istriku (Tri Winarsih) dan juga anak-anakku (Ganendra Arshiya Aghatama &
Ravindra Arfasya Lazuardi) yang sangat kucintai dan kusayangi, terima kasih
atas dukungan kalian selama ini.
3. Almamaterku tercinta.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan tesis yang berjudul Makna Adverbia Penanda Aspek,
Sangkalan, dan Jumlah pada Teks Terjemahan Alquran (TTA).
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dan dorongan
dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan tesis ini dengan
baik. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga
terselesaikannya tesis ini.
1. Dr. Sofyan Anif, M.Si., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta
yang telah memberikan izin studi pada program studi Magister Pengkajian
Bahasa Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd., selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan izin studi dan
juga memberikan pelayanan dengan baik.
3. Prof. Dr. Markhamah, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Magister
Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah dengan sabar
dan ikhlas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
x
4. Prof. Dr. Abdul Ngalim, M.M., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang
juga telah sabar dan ikhlas meluangkan waktu serta memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
5. Prof. Dr. Ali Imron, M.Hum., Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., Prof.
Dr. Endang Fauziati, Dr. Nafron Hasyim, Hepy Adityarini, Ph.D., Dr. Anam
Sutopo, Agus Wijayanto, Ph.D., selaku Dosen Program Studi Magister
Pengkajian Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan membagi ilmu
pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Pimpinan Perpustakaan baik Perpustakaan Pusat maupun Perpustakaan
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan studi kepustakaan.
7. Segenap staf administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta yang telah memberikan pelayanan dengan baik.
8. Bapak/ Ibu, serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih
sayang.
9. Teman-teman Magister Pengkajian Bahasa angkatan 2016 kelas A, terima
kasih untuk kebersamaan, kerjasama, kebaikan, nasihat, serta dukungan
selama ini.
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tesis ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu.
Atas bantuan yang diberikan, penulis hanya bisa berdoa semoga Allah
SWT memberikan yang terbaik atas amal yang dilakukan. Penulis menyadari
xi
bahwa tesis ini jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
penulis menerima kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca.
Wassalamualaikum wr. wb.
Surakarta, Juli 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
NOTA PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................... v
PERNYATAAN ..................................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN .................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi
ABSTRAK ............................................................................................. xvii
ABSTRACT ............................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .................................................. 1
B. Ruang Lingkup ................................................................... 4
C. Rumusan Masalah .............................................................. 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
F. Penjelasan Istilah ................................................................ 7
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian yang Relevan ......................................... 9
B. Kajian Teori ....................................................................... 20
C. Kerangka Konseptual ......................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 44
B. Pendekatan Penelitian ........................................................ 45
C. Objek Penelitian ................................................................. 45
D. Data dan Sumber Data Penelitian ...................................... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 47
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data (Validitas) .................. 48
G. Teknik Analisis Data .......................................................... 49
H. Prosedur Penelitian ............................................................ 51
I. Sistematika Laporan Penelitian .......................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................. 53
B. Pembahasan ........................................................................ 185
1. Makna Adverbia Penanda Aspek ................................. 185
2. Makna Adverbia Penanda Sangkalan .......................... 190
3. Makna Adverbia Penanda Jumlah ................................ 195
4. Implementasi Hasil Penelitian Makna Adverbia
Penanda Aspek, Adverbia Penanda Sangkalan, dan
Adverbia Penanda Jumlah pada Teks Terjemahan
xiv
Alquran (TTA) sebagai Materi Ajar pada Sekolah
Menengah Pertama ....................................................... 202
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................... 210
B. Implikasi ............................................................................ 212
C. Saran .................................................................................. 212
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 213
LAMPIRAN ........................................................................................... 218
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Surat dan Ayat Alquran yang Mengandung Etika Bebahasa
Tabel 4.2 : Data yang Terkumpul
Tabel 4.3 : Klasifikasi Data Adverbia Penanda Aspek
Tabel 4.4 : Klasifikasi Data Adverbia Penanda Sangkalan
Tabel 4.5 : Klasifikasi Data Adverbia Penanda Jumlah
Tabel 4.6 : Makna Adverbia Penanda Aspek pada TTA
Tabel 4.7 : Makna Adverbia Penanda Sangkalan pada TTA
Tabel 4.8 : Makna Adverbia Penanda Jumlah pada TTA
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto
Lampiran 2 : Data Peneliti pada Uji Keabsahan Data
xvii
ABSTRAK
MAKNA ADVERBIA PENANDA ASPEK, SANGKALAN, DAN JUMLAH
PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN (TTA)
Muh. Wiyadi, S200160008, Program Studi Magister Pengkajian Bahasa, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Penelitian ini memiliki empat tujuan. Pertama, untuk mendeskripsikan makna adverbia penanda aspek pada TTA. Kedua, untuk mendekripsikan makna adverbia penanda sangkalan pada TTA. Ketiga, untuk mendeskripsikan makna adverbia penanda jumlah pada TTA. Keempat, untuk mendeskripsikan implementasi hasil penelitian makna adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumlah pada TTA sebagai materi ajar pada Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dan metode dokumenter. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode padan. Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil empat simpulan. Pertama, makna adverbia penanda aspek pada TTA adalah menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat (1) akan berlangsung, (2) pada proses permulaan berlangsungnya, (3) tengah berlangsung, (4) belum selesai berlangsung, dan (5) sudah selesai berlangsung. Selain itu juga menyatakan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat. Kedua, makna adverbia penanda sangkalan adalah menyatakan makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ dan makna ‘penyamaan’. Ketiga, makna adverbia penanda jumlah adalah menyatakan jumlah untuk sebagian dan makna yang menyatakan jumlah untuk keseluruhan. Keempat, hasil penelitian ini bisa diimplementasikan sebagai materi ajar pada kelas VII sekolah menengah pertama (SMP) kurikulum 2013. Implementasi tersebut dilaksanakan pada Kompetensi Inti (KI) 3 pada Kompetensi Dasar (KD) 3.14 yaitu menelaah struktur dan kebahasaan puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.
Kata kunci: makna adverbia, aspek, sangkalan, jumlah, teks terjemahan Alquran
xviii
ABSTRACT
ADVERBIAL MEANING OF ASPECT, DISCLAIMER, AND AMOUNT MARKER ON THE TEXT OF QURAN TRANSLATION (TTA)
Muh. Wiyadi, S200160008, Program Studi Magister Pengkajian Bahasa, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
This research has four aims. First, to describe the adverbial meaning of aspect marker of the Indonesian Translation of Quran. Second, to describe the adverbial meaning of disclaimer marker of TTA. Third, to describe adverbial meaning of amount marker of the TTA. Fourth, to describe the implementation of the research result of the adverbial meaning of aspect, disclaimer, and amount marker of the TTA as teaching materials for Junior Higt School (SMP). This is a descriptive qualitative research. Methods of data collection applied in this research are scruteninzing and documentation. The data collection techniques of the research are scrutenizing and taking note. Data analyzis is conducted by using the padan methods. Based on the result of the discussion, four conclusions can be taken. First, adverbial meaning of aspect marker of the TTA is to state an activity/ action, event, condition, or characteristic (1) which will go on, (2) on progress at the beginning, (3) whilst on going, (4) not yet done, and (5) done. It also states the frequency of an activity/ action, event, condition, or characteristic. Second, adverbial meaning of disclaimer marker is to state the meaning of “denial” and the meaning of “equation”. Third, adverbial meaning of amount marker is to state the quantity for a partion and quantity for a whole. Fourth, the result of this study can be implemented as teaching materials for the grade VII of Junior High School (SMP) curriculum 2013. The implementation is conducted on the Core Competency (KI) 3 of the Basic Competency (KD) 3.14, that is analyzing the structure and language feature of the folk poetry (pantun/ rhyme, syair/ phoem, and other local poetries) read and heard.
Key word: meaning of adverbs, aspect, disclaimer, amount, text of Quran translation
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejak zaman dahulu, bahasa adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Bahasa senantiasa hadir dan
dihadirkan. Ia berada dalam diri manusia, dalam alam, dalam sejarah, dalam
wahyu Tuhan. Ia hadir karena karunia Tuhan Sang Penguasa alam raya.
Tuhan itu sendiri menampakkan diri pada manusia bukan melalui zat-Nya,
tetapi lewat bahasanya, yaitu bahasa alam dan kitab suci (Hidayat, 2009:21).
Oleh karena bahasa merupakan karunia Tuhan untuk manusia, upaya
mengetahuinya merupakan suatu kewajiban dan sekaligus merupakan amal
saleh. Jika seseorang mampu mengetahui berbagai bahasa, maka ia sudah
pasti termasuk orang yang banyak pengetahuannya. Jika dia banyak
pengetahuannya, maka dia termasuk orang yang beriman (Hidayat, 2009:21).
Selanjutnya dalam Alquran Surat Almujadilah ayat 11 dijelaskan bahwa,
“Dialah orang yang derajatnya diangkat oleh Tuhannya. ‘Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang
berilmu’”. Oleh karena itu, dengan mempelajari bahasa berarti kita telah
melakukan salah satu bentuk ibadah.
Setiap bahasa memiliki sistem yang berbeda, meskipun ada
kemungkinan terdapat sistem yang sama. Demikian juga kategori kata yang
ada pada berbagai bahasa juga tidak selalu sama. Ada kategori yang ada
2
hampir pada semua bahasa, tetapi ada juga kategori yang hanya pada bahasa
tertentu, dan tidak ada pada bahasa lainnya. Kategori yang hampir ada pada
semua bahasa adalah kategori nomina, verba, dan ajektiva. Termasuk pada
bahasa Indonesia.
Salah satu kategori yang ada pada bahasa Indonesia adalah adverbia.
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajekativa, numeralia, atau
preposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 2005:81). Penelitian
mengenai adverbia telah dilakukan oleh berbagai peneliti terhadap berbagai
bahasa. Dari penelusuran peneliti terhadap bahasa-bahasa yang adverbianya
telah diteliti adalah bahasa Rusia, Jepang, Inggris, Jawa, dan Indonesia.
Misalnya penelitian yang dilakukan Cristiana (2008), Rosdawita (2012)
Prihandari (2012), Devi, Wini Tarmini, dan Karomani (2014).
Penelitian mengenai adverbia dalam bahasa Indonesia, misalnya telah
diteliti dalam ragam opini dan novel. Sementara pada setiap ragam
dimungkinkan sekali terdapat adverbia yang spesifik, yang belum tentu
ditemukan pada ragam lainnya. Misalnya, adverbia pada ragam bahasa pada
teks terjemahan Alquran (TTA) diprediksi ada spesifikasi penggunaan
adverbia. Itulah sebabnya mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan.
Selain itu, penelitian mengenai adverbia pada TTA ini penting untuk
dilakukan mengingat kurang lengkapnya kajian terhadap adverbia secara
komprehensif pada TTA.
Sejauh ini sudah ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan
mengenai bahasa pada TTA. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh
Markhamah (2007; 2008) terkait dengan pengembangan konsep partisipan
3
tutur pada teks keagamaan. Penelitian berikutnya oleh Markhamah dan Atiqa
Sabardila (2009) tentang kesantunan berbahasa pada TTA. Selanjutnya,
penelitian tentang TTA dilakukan oleh Markhamah dan Atiqa Sabardila
(2010) mengenai keselarasan fungsi, kategori, dan peran pada TTA. Selain
itu, juga telah dilakukan penelitian yang lain oleh Markhamah, dkk. (2011;
2012; 2013) tentang pengembangan materi ajar dan pembelajaran sintaksis
berbasis teks terjemahan Alquran. Untuk penelitian selanjutnya juga
dilakukan oleh Markhamah, dkk. (2014; 2015; 2015a; 2016; 2016a) tentang
penggunaan satuan lingual yang mengandung pronomina persona pada TTA
dan teks terjemahan hadis (TTH). Walaupun sudah ada beberapa penelitian
mengenai TTA dan TTH, namun itu sangat kecil dibandingkan fenomena-
fenomena yang seharusnya diteliti pada keduanya.
Kelengkapan kajian itu sangat diperlukan untuk memperluas kajian
karakteristik bahasa Indonesia (BI) pada ragam terjemahan, khususnya pada
TTA. Keluasan karakteristik kajian BI pada TTA itu menjadi sesuatu yang
sangat penting seiring dengan berkembangnya pemakaian bahasa dalam
berbagai ranah, dan salah satunya adalah ranah keagamaan seperti TTA. Pada
TTA terjadi kontak bahasa antara bahasa Arab (BA) dengan bahasa Indonesia
(BI). Hal ini disebabkan sumber yang diterjemahkan adalah BA yang
memiliki sistem kebahasaan yang berbeda dengan BI. Dengan sistem bahasa
yang berbeda, kemungkinan sekali akan terdapat pengaruh BA terhadap BI
atau penggunaan BI yang berbeda dengan ragam lainnya. Misalnya,
penerjemahan satuan lingual yang mengandung pronomina yang berbeda
antara pada BA dengan BI. Salah satu perbedaannya dalam hal pernyataan
4
jumlah, yang pada BI tidak terdapat jumlah untuk dua (dualis), sementara
pada BA terdapat dualis (Markhamah, dkk.: 2014).
Penggunaan adverbia pada TTA dimungkinkan juga terjadi hal yang
demikian. Bisa saja terjadi perbedaan karakteristik penggunaan adverbia
dalam TTA tersebut. Untuk mengetahui karakeristik penggunaan adverbia
pada TTA perlu dilakukan kajian secara mendalam dan menyeluruh.
Adverbia bisa dikaji dari beberapa aspek, seperti (1) bentuk, (2)
makna, (3) kategori modifikator, (4) posisi adverbia verba dan implikasi
semantiknya, serta (5) bentuk pengungkapan maknanya. Namun, pada setiap
bahasa belum tentu diteliti semua aspek tersebut. Di samping itu, pada setiap
bahasa barangkali hanya diteliti dalam ragam tertentu. Pada penelitian ini
aspek yang akan diteliti adalah makna adverbia.
Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Pertama (SMP), kedudukan teks adalah sangat vital. Dari sebuah
jenis teks kemudian dibahas strukturnya ataupun unsur kebahasaannya.
Dalam pembahasan mengenai unsur kebahasaan, kategori kata atau kelas kata
termasuk salah satu yang dimunculkan. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil
penelitian tentang adverbia ini diupayakan bisa diimplementasikan juga
menjadi materi ajar pada Sekolah Menengah Pertama (SMP).
B. Ruang Lingkup
Suatu penelitian perlu pembatasan masalah untuk mempermudah
jalannya penelitian agar tidak terjadi penyimpangan dalam membahas pokok
permasalahan yang diangkat. Adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan
5
untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari kategori
verba, ajektiva, numeralia, dan adverbia lainnya (Kridalaksana, 2005:84). Di
sisi lain, Chaer (2015:49-50) menyatakan bahwa sejauh ini ada 15 makna
yang dinyatakan oleh adverbia. Makna tersebut adalah sangkalan, jumlah
(kuantitas, pembatasan, penambahan, keseringan (frekuensi), kualitas, waktu
(kala), keselesaian, kepastian, keharusan, derajat, kesanggupan, harapan,
keinginan, kesungguhan. Oleh karena banyaknya fungsi ataupun makna yang
terkandung dalam adverbia, peneliti hanya akan membatasi permasalahan
pada makna semantis adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan,
dan adverbia penanda jumlah yang terdapat dalam teks terjemahan Alquran
(TTA).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, ada empat
masalah yang perlu dicari jawabannya.
1. Apakah makna adverbia penanda aspek pada teks terjemahan Alquran
(TTA)?
2. Apakah makna adverbia penanda sangkalan pada teks terjemahan
Alquran (TTA)?
3. Apakah makna adverbia penanda jumlah pada teks terjemahan Alquran
(TTA)?
4. Bagaimanakah hasil penelitian makna adverbia penanda aspek, adverbia
penanda sangkalan, dan adverbia penanda jumlah pada teks terjemahan
6
Alquran (TTA) diimplementasikan sebagai materi ajar pada Sekolah
Menengah Pertama?
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, ada empat tujuan yang ingin dicapai.
1. Untuk mendeskripsikan makna adverbia penanda aspek pada teks
terjemahan Alquran (TTA).
2. Untuk mendekripsikan makna adverbia penanda sangkalan pada teks
terjemahan Alquran (TTA).
3. Untuk mendeskripsikan makna adverbia penanda jumlah pada teks
terjemahan Alquran (TTA).
4. Untuk mendeskripsikan implementasi hasil penelitian makna adverbia
penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia penanda
jumlah pada teks terjemahan Alquran (TTA) sebagai materi ajar pada
Sekolah Menengah Pertama.
E. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan agar penelitian ini bisa bermanfaat secara teoretis
maupun praktis.
1. Manfaat secara teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan atau penegasan bagi
teori yang telah ada.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berharga berupa hasil penelitian mengenai makna adverbia penanda
7
aspek, sangkalan, dan jumlah dalam teks terjemahan Alquran (TTA)
sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan bahasa Indonesia.
2. Manfaat secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pemakai
bahasa Indonesia mengenai makna adverbia penanda aspek,
sangkalan, dan jumah dalam teks terjemahan Alquran (TTA).
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
memahami makna adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumah
dalam teks terjemahan Alquran (TTA).
F. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah merupakan penjelasan dari istilah yang diambil dari
kata-kata kunci dalam judul penelitian. Hal ini untuk menghindari adanya
kegandaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang dipakai dalam judul
penelitian.
1. Makna
Makna adalah hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan
antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal
yang ditunjuknya (Kridalaksana, 2001:132)
2. Adverbia
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia,
atau proposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 2005:81).
8
3. Adverbia Aspek
Kridalaksana (2005:84) menyebutkan bahwa adverbia aspek adalah
adverbia yang menerangkan apakah suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan,
atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung
(perfektif), belum selesai (imperfek), atau mulai berlangsung (inkoatif).
4. Adverbia Sangkalan
Adverbia sangkalan adalah adverbia yang menyatakan ‘ingkar’ atau
‘menyangkal’ akan kategori yang didampinginnya (Chaer, 2015:50).
5. Adverbia Jumlah
Adverbia jumlah (penjumlahan) adalah adverbia yang menyatakan
‘banyak’ atau ‘kuantitas’ terhadap kategori yang didampingi (Chaer,
2015:5)
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Terdahulu tentang Adverbia
Penelitian mengenai adverbia telah dilakukan terhadap beberapa
bahasa dan dari beberapa aspek. Penelitian adverbia terhadap bahasa
tertentu, di antaranya telah dilakukan terhadap bahasa Rusia, bahasa
Inggris, bahasa Jepang, bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan lain-lain.
Penelitian tentang adverbia bahasa Rusia di antaranya dilakukan oleh
Cristiana (2008). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis
adverbial verba bahasa Rusia dari beberapa aspek. Aspek-aspek yang
dianalisis tersebut berupa bentuk, makna, kategori modifikator, posisi
adverbia verba dan implikasi semantiknya, serta bentuk pengungkapan
maknanya dalam bahasa Indonesia. Hasil analisis dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa bentuk adverbia verba adalah (1) perfektif, yang
berupa bentuk aktif dan refleksif, dan (2) imperfektif yang berupa bentuk
aktif dan refleksif.
Makna adverbia verba perfektif dalam penelitian Cristiana tersebut
adalah (1) temporal, (2) cara, (3) kausal, (4) konsesif, (5) tujuan, dan (6)
atributif. Untuk makna adverbia verba imperfektif dapat dibagi menjadi
tujuh, yaitu (1) kausal, (2) kondisional, (3) pembandingan, (4) konsesif, (5)
tujuan, (6) cara, dan (7) komitatif. Kategori modifikator adverbia verba
yang ditemukan adalah (1) kata, yang berupa nomina, pronomina,
10
adverbia, dan (2) frasa, yang berupa frasa nomina, frasa pronomina, frasa
verba, frasa adjektiva, frasa numeralia, dan frasa preposisi. Adverbia
verba dapat diposisikan dalam pre-posisi, inter-posisi, dan post-posisi.
Dalam penelitian Marliah (2009) tentang frasa nomina yang
berfungsi sebagai adverbial dalam klausa bahasa Inggris disebutkan
adanya perbedaan antara adverbia dengan adverbial. Perbedaan antara
adverbia dan adverbial adalah, adverbia mengacu pada kategori sintaksis,
sedangkan adverbial mengacu pada fungsi sintaksis dari suatu klausa.
Dalam penelitian Prihandari (2012) tentang struktur frasa nominal bahasa
Jepang dinyatakan bahwa adverbia mengungkapkan penjelasan atau
tingkatan dari suatu keadaan atau kondisi. Nomina yang modifikatorinya
adverbial terutama nomina arah, dan nomina yang menyatakan jumlah.
Maumina (2014) meneliti tentang adverbia bahasa Jepang (fukushi)
yang memiliki kesinoniman, yaitu taihen dan totemo. Kesimpulan yang
dihasilkan berkaitan dengan makna dan pembagian penggunaan adverbia
“taihen dan totemo” dalam kalimat bahasa Jepang. Adverbia taihen
menyatakan keadaan yang melebih-lebihkan atau menekankan pada
suatu hal yang besar derajatnya dan mengandung indikasi
keramahtamahan, keterharuan, keterkejutan, keluhan dan sebagainya.
Adverbia totemo menyatakan keadaan kuantitas dan derajat, cara
mengungkapkan penekanan terhadap suatu kondisi. Namun, totemo
merupakan ungkapan yang sedikit santai dan tidak ada indikasi
melebih-lebihkan atau membesar-besarkan.
11
Perbedaannya adalah adverbia (fukushi) totemo dapat
menerangkan kalimat penyangkalan atau negatif, sedangkan adverbia
(fukushi) taihen tidak dapat menerangkannya. Perbedaan lainnya dapat
dilihat dari segi maknanya, yaitu dari segi ungkapan berlebihan yang
dinyatakan dan dari segi perasaan yang terkandung di dalamnya.
Adverbia totemo berdasarkan ungkapan berlebihannya bermakna
positif, sedangkan adverbia taihen bermakna berlebihan. Dari segi
perasaan yang terkandung di dalam kedua adverbia ini, adverbia
taihen memiliki tingkat perasaan lebih tinggi dibandingkan dengan
adeverbia totemo. Selain itu, adverbia totemo adalah ungkapan yang
sedikit santai dan tidak ada indikasi melebih-lebihkan atau membesar-
besarkan dan tidak dapat digunakan untuk menyatakan ungkapan
perasaan yang mendalam dari dalam hati.
Berkaitan dengan aspek, Darjat (2009) telah melakukan analisis
tentang ‘kala’ dan ‘aspek’ dalam bahasa Jepang. Penelitian yang dilakukan
adalah menganalisis ‘kala’ dan ‘aspek’ dalam novel Tokyo Fusen Nikki
karya Midori Nakano. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada banyak
pemarkah aspek dan beberapa kala dalam bahasa Jepang. Namun, dalam
peneltian tersebut hanya disampaikan penanda modalitas yang
menyangkut aspek perfektif, aspek kontinuatif, dan aspek resultatif.
Pada aspek perfektif, bisa ditandai dengan bentuk leksikal koto ni
natta, yang menandai bahwa perbuatan atau verba yang diikuti tanda
leksikal ini berarti secara aspek sudah diputuskan atau terjadi. Selain itu,
aspek perfektif juga bisa ditandai dengan bentuk verba ~te kita yang
12
menunjukkan bahwa sesuatu sudah menjadi selesai sampai saat tuturan
terjadi. Ada lagi pemarkah lain yang bisa digunakan, yaitu ~te shimau
yang menandai bahwa perbuatan atau peristiwa sudah benar-benar selesai
terjadi. Pada aspek kontinuatif, terdapat bentuk verba mi ni iku yang
mengandung makna bahwa sesuatu perbuatan itu selalu dilakukan. Ada
juga penggunaan verba hataraite iru yang menunjukkan perbuatan yang
selalu dilakukan terus-menerus. Pada aspek resultatif, terdapat penggunaan
bentuk ni natta yang bermakna menggambarkan suatu perubahan. Selain
ni natta, digunakan juga bentuk ~te iru untuk menggambarkan aspek
resultatif.
Penelitian yang lain tentang adverbia dilakukan terhadap bahasa
Jawa. Mudrikah (2015) menyatakan bahwa bentuk adverbia verba bahasa
Jawa yang terdapat dalam cerbung Ngonceki Impen yaitu adverbia
monomorfemis dan adverbia polimorfemis. Adverbia monomorfemis ini
terdapat dua macam morfem yaitu morfem asal dan morfem unik.
Adverbia polimorfemis dalam penelitian ini terbagi menjadi (1) adverbia
berafiks (prefiks{sa-/se}, sufiks {-e/-ne}, dan konfiks {sa-/-e}), (2)
adverbia berunsur pating (3) adverbia ulang penuh (dwilingga), (4)
adverbia ulang (salin swara), (5) adverbia ulang parsial (dwipurwa), dan
(6) adverbia gabung.
Selain bentuk adverbia verba, juga diteliti makna adverbia verba
bahasa Jawa. Makna yang dimaksud terbagi menjadi dua belas yaitu
makna ‘keakanan’, makna ‘keberlangsungan’, makna ‘keusaian’, makna
‘keberulangan’, makna ‘keniscayaan’, makna ‘kemungkinan’, makna
13
‘keharusan’, makna ‘keizinan’, makna ‘kecaraan’, makna ‘kualitatif’,
makna ‘kuantitatif’, dan makna ‘limitatif’. Makna adverbia yang sering
muncul adalah makna ‘keakanan’ (arep, bakal, badhe,dll), makna
‘keusaian’ (wis, mau, nate, mentas,dll.), dan makna ‘keberulangan’ (kerep,
tansah, asring). Selain ketiga makna yang sering muncul tersebut, makna
yang bisa terkait dengan penelitian ini adalah makna kuantitatif. Makna
kuantitatif dalam cerbung Ngonceki Impen terdapat enam indikator. Makna
ini ditandai dengan kata kabeh ‘semua’, okeh ‘banyak’, pisan ‘sekali’.
Dalam penelitian yang lain tentang adverbia, Damayanti (2012)
meneliti tentang adverbia modalitas ditinjau dari struktur dan maknanya.
Bentuk adverbia penanda modalitas dalam novel karya Andrea Hirata
merupakan adverbia monomorfemis dan polimorfemis. Jika dilihat dari
perilaku sintaksisnya, bentuk adverbia tersebut merupakan adverbia
intraklausal dan ekstraklausal yang dapat diingkarkan dan ada pula yang
tidak dapat diingkarkan. Pendamping kiri, yang bertindak sebagai subjek,
adverbia intrakalusal merupakan kategori nomina persona dan pronomina
persona. Khusus untuk modalitas intensional makna ‘keinginan’ kadar
‘keinginan’ dan ‘keakanan’, juga didampingi nomina fauna. Pendamping
kanan adverbia intrakalusal yang bertindak sebagai predikat merupakan
kategori verba.
Pada adverbia penanda modalitas intensional makna ‘keinginan’
kadar ‘keinginan’ dalam novel karya Andrea Hirata juga didampingi
pronomina persona pertama jamak. Untuk modalitas yang adverbianya
merupakan adverbia ekstraklausal didampingi oleh sebuah klausa. Klausa
14
tersebut meliputi klausa verbal, klausa adjektiva, dan klausa nomina.
Setelah kalimat yang mengandung adverbia penanda modalitas dipasifkan
terjadi beberapa pengaruh terhadap makna, tetapi ada pula yang tidak
terpengaruh oleh hadirnya adverbia. Pengaruh terhadap makna tersebut,
misalnya pergeseran makna dan perubahan makna. Hal Ini terjadi pada
modalitas yang mengandung adverbia ingin dan adverbia mau. Namun
adverbia ingin pada keberurutan adverbia penanda modalitas ingin
rasanya dapat dipasifkan.
Pembahasan tentang aspek dan adverbia bisa juga dilihat dalam
Akil (2009). Pada tulisannya itu dibahas tentang aspek, adverbia waktu,
dan kala bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dari hasil perbandingan
verba kedua bahasa dapat dilihat perbedaan dan persamaannya. Sistem
verba bahasa Indonesia tidak mempunyai kala (tense) dalam arti bentuk
verba yang menunjukkan hubungan waktu. Dalam hal ini verba bahasa
Indonesia tidak bervariasi seperti verba bahasa Inggris. Kaitan waktu yang
menunjukkan terjadinya suatu peristiwa diungkapkan dengan verba,
sedangkan dalam bahasa Inggris frasa verba dapat menunjukkan waktu
terjadinya suatu perbuatan waktu lampau, sekarang, atau akan datang.
Dalam bahasa Inggris aspek diungkapkan dengan bentuk kata kerja
tertentu (participles) atau kata kerja bantu, sedangkan dalam bahasa
Indonesia aspek dinyatakan dengan kata kata tertentu yang disebut
partikel, seperti kata masih, sedang, sudah, dan telah.
Devi (2014) menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis
terhadap artikel opini dalam surat kabar Kompas, peneliti menghasilkan
15
kesimpulan tentang penggunaan adverbia di dalamnya. Penulis artikel
opini dalam surat kabar Kompas menggunakan adverbia dalam struktur
kalimatnya dengan tujuan untuk menambah kejelasan maksud si penulis.
Berdasarkan data yang ditemukan, penggunaan adverbia dapat
diklasifikasikan berdasarkan empat macam, yakni sebagai penanda aspek,
penanda modalitas, penanda kualitas, dan penanda kuantitas. Adverbia
penanda aspek yang banyak digunakan, yaitu adverbia sudah dan telah.
Berdasarkan penggunaannya sebagai penanda modalitas, adverbia yang
paling banyak digunakan adalah adverbia harus. Berdasarkan
penggunaannya sebagai penanda kualitas, adverbia yang banyak
digunakan yaitu adverbia lebih dan sangat. Adapun berdasarkan
penggunaannya sebagai penanda kuantitas, adverbia yang banyak
digunakan yakni adverbia kerap dan lagi.
Berdasarkan data yang telah ditemukan, bentuk adverbia dalam
penelitian tersebut ada dua, yakni adverbia bentuk dasar bebas dan
adverbia turunan. Adverbia bentuk dasar bebas berupa kata dasar,
misalnya akan, dapat, hampir, harus, sangat, kerap, cukup, dll. Adverbia
turunan terdiri atas lima bentuk.
1. Adverbia bereduplikasi, misalnya lagi-lagi dan serta-merta.
2. Adverbia gabungan, misalnya pasti akan, memang harus, sudah bukan
lagi, juga paling, dan jangan hanya.
3. Adverbia berafiks, misalnya terlalu, sekali,dan sekitar.
4. Adverbia dari gabungan kategori lain dan pronomina, misalnya
akhirnya dan biasanya.
16
5. Adverbia gabungan proses, misalnya sebetulnya, seharusnya,
sesungguhnya, seyogianya, dan sedikitnya.
Berdasarkan subkategorisasi adverbia, adverbia dalam penelitian
tersebut ada dua jenis, yaitu adverbia intraklausal dan adverbia
ekstraklausal. Adverbia intraklausal adalah adverbia yang mendampingi
kategori lain, misalnya sangat, masih, akan, dan kerap. Adverbia
ekstraklausal adalah adverbia yang mengungkapkan perihal secara
menyeluruh pada sebuah klausa, misalnya seyogianya, seharusnya,
memang, dan justru.
Penelitian mengenai adverbia yang lainnya dilakukan oleh
Rajabova (2014) yang mencoba membandingkan modifikator adverbial
tujuan antara bahasa Azerbaijan dengan bahasa Inggris dalam sistem
fonetik. Hasilnya menunjukkan bahwa modifikator adverbial tujuan tidak
stabil dalam dua bahasa yang dibandingkan itu. Struktur yang sama
memiliki parameter akustik yang berbeda. Urutan kata dalam bahasa
Azerbaijan lebih fleksibel daripada bahasa Inggris. Kata-kata bahasa
Azerbaijan yang menunjukkan modifikator adverbial tujuan dapat
digunakan dalam berbagai bagian kalimat sederhana seperti keurutan kata,
sedangkan prinsip ini bersifat lebih terbatas untuk bahasa Inggris. Variasi
fitur dalam tindak tutur dapat dianggap sebagai pembawa informasi
sehingga dapat dikatakan bahwa posisi adverbia tujuan dalam kalimat
sederhana mengubah karakter variasi dari tindak tutur.
Hasil penelitian oleh Wiechmann, Daniel dan Elmakerz (2013)
terhadap klausa adverbial dalam bahasa Inggris menyatakan seperti berikut
17
ini. Posisi klausa adverbial diperbolehkan pada konstruksi kalimat
kompleks yang ditulis dengan bahasa Inggris berpengaruh pada lima
variabel yang diteliti (deranking, kompleksitas, panjang, hubungan, dan
subordinator). Hasil penelitian menggambarkan bahwa positioning yang
paling kuat ditentukan oleh faktor semantik dan pragmatik . Jenis
subordinat yang dapat muncul sebagai predikator kedua yang paling
penting, yang mencerminkan bahwa perbedaan semantik antara dua
subkelompok konstruksi yang muncul diwakili oleh posisi klausa co-
determiner meskipun dan sedangkan.
Pada penelitian yang lain tentang adverbia dinyatakan bahwa
terdapat perbedaan penggunaan adverbial konjungsi antara peserta didik
EFL Cina dan penutur asli. Peserta didik 'corpus CLEC dan penutur asli'
corpus LOB telah digunakan. Statistik dan Chi-square nilai tes
menunjukkan bahwa peserta didik EFL Cina cenderung berlebihan, sedikit
digunakan, dan tidak tepat menggunakan konjungsi dibandingkan dengan
penutur asli. Mereka lebih memilih untuk menggunakan sebagian kecil
dari konjungsi, seperti konjungsi listing. Selain itu, peserta didik EFL Cina
memiliki kecenderungan untuk menempatkan konjungsi pada posisi awal,
sedangkan penutur asli lebih memilih posisi tengah. Cara peserta didik
EFL Cina menekankan pada struktur daripada konten (isi) sehingga
menyebabkan terlalu sering menggunakan konjungsi dan penjelasan yang
terbatas pada konjungsi dapat menyebabkan ketunggalan posisi konjungsi
(Xu, Yuting, 2012).
18
Kiss (ed) (2009) menyimpulkan dari dua belas artikel mengenai
adverbial atau kata keterangan dalam bahasa Hungaria yang ditulis dalam
satu buku. Kajian difokuskan pada bidang sintaksis. Kajiannya
menginvestigasi perilaku sintaksis dan semantik pada kata keterangan dan
konstituen tambahan kata keterangan (adverbial). Berkaitan dengan judul
buku (dan seri yang muncul), perhatian khusus ditujukan kepada sintaksis
dan kesimpulannya dengan bentuk fonetis dan bentuk logikanya.
Mayoritas artikel dalam edisi ini menetapkan perluasan pada distribusi
sintaksis dari adverb yang ditentukan oleh syarat yang ditentukan
berdasarkan sintaksis dengan kebutuhan semantik dan di beberapa kasus,
dengan prosody (ilmu persajakan). Adverb dalam bahasa Hungaria,
berdasarkan basis morfologi dan data sejarah mereka merupakan frasa
preposisi. Mereka juga mengidentifikasi posisi sintaksis adverb yang
digunakan dalam predikat dan ditemani oleh kata kerja ‘be’ (seperti He is
well (Dia baik-baik saja)).
Penelitian yang lain berikutnya tentang adverbial dikaitkan dengan
bentuk past tense. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua partisipan SLI dan
TD MLU memproduksi past-tense tidak lebih sering ketika dimasukkan
temporal adverbial dibandingkan ketika temporal adverbial tersebut
dihilangkan (Krantz, dan Leonard, Laurence B., 2007). Di sisi lain, kajian
adverbial yang melibatkan pluralitas dilakukan oleh Beck, Sigrid, dan
Arnim Von Stechow (2007). Secara singkat hasilnya dapat dinyatakan
bahwa pluralisasi memberikan efek secara serta merta terhadap event dan
19
slot bagian argument pada predikat. Adverbial memaksa relasi yang
dipluralisasi dan membuat visibilitas operator plural.
2. Penelitian yang Terkait dengan Terjemahan Alquran
Pada tinjauan pustaka ini dipaparkan penelitian-penelitian yang
terkait dengan kajian yang dilakukan oleh peneliti yaitu yang berkaitan
dengan teks terjemahan Alquran. Kajian peneliti diawali dari pembahasan
tentang moralitas qurani sebagai pencegah disintegrasi bangsa
(Markhamah, 2002). Kajian berikutnya dalam bentuk penelitian. Penelitian
yang dimaksud di antaranya terkait dengan gender dalam terjemahan
Alquran (Markhamah, 2003a; 2003b), etika berbahasa dalam Islam: kajian
secara sosiolinguistik (Sabardila, dkk., 2003; 2004), pengembangan
konsep partisipan tutur pada teks keagamaan (Markhamah, 2007; 2008).
Penelitian berikutnya adalah tentang kesantunan berbahasa pada
teks terjemahan Alquran (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2009),
keselarasan fungsi, kategori, dan peran dalam teks terjemahan Alquran
(Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2010a), serta karakteristik bentuk pasif
pada klausa teks terjemahan Alquran (Markhamah dan Atiqa Sabardila,
2010b). Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Markhamah, dkk. (2011;
2012; 2013a) tentang pengembangan materi ajar dan pembelajaran
sintaksis berbasis teks terjemahan Alquran. Beberapa kajian lainnya
tentang TTA juga telah dilakukan, yaitu berkaitan dengan gender dalam
Quran atau dalam Islam. Kajian-kajian tersebut di antaranya dilakukan
oleh Aziz (2003) dan Maslamah (2002).
20
Hasil penelitian mengenai etika berbahasa dalam Islam (Sabardila,
dkk. 2003; 2004) kemudian diterbitkan dalam bentuk Kompendium
Himpunan Ayat-ayat Quran tentang Etika Berbahasa (Markhamah, dkk.,
2008) dan Kompendium Himpunan Hadis yang Berisi Etika Berbahasa
(Markhamah, dkk., 2008a). Penelitian tahun 2008 diterbitkan dalam buku
Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa (Markhamah dan Atiqa
Sabardila, 2009). Selain itu juga disampaikan dalam diskusi serta seminar
mengenai kesantunan berbahasa (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2013).
Hasil penelitian tahun 2009 diterbitkan dalam buku Sintaksis II:
Keselarasan Fungsi Kategori, dan Peran dalam Klausa pada Teks
Terjemahan Al Quran (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2010). Hasil
penelitian tahun 2012 disimpulkan di antaranya bahwa jenis transformasi
penggantian yang terdapat pada teks terjemahan Alquran yang
mengandung etika berbahasa di antaranya (1) penggantian sama tataran,
dan (2) penggantian turun tataran. Penggantian turun tataran terdiri atas
penggantian turun satu hierarki, penggantian turun dua hierarki,
penggantian turun tiga hierarki, dan penggantian turun empat hierarki.
(Markhamah, dkk., 2012).
B. Kajian Teori
1. Sintaksis
Verhaar (1983:70) menyatakan bahwa:
Secara etimologis, sintaksis berasal dari kata Yunani sun ‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Dengan demikian sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat. Jadi,
21
sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Sementara itu, Pateda yang dikutip oleh Suhardi (2016:14)
menyatakan bahwa kata sintaksis merupakan kata yang diserap dari bahasa
Belanda, yaitu dari kata syntaxis. Dalam bahasa Inggris disebut dengan
kata syntax. Namun, secara lebih luas, kata sintaksis dalam ilmu bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai ilmu tentang seni merangkai kalimat
sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar.
Kridalaksana (2001:199) mendefinisikan sintaksis ke dalam tiga
bagian.
a. Pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-
satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu
dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata.
b. Subsistem bahasa yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian
dari gramatika; bagian lain ialah morfologi).
c. Cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut.
Di sisi lain, dinyatakan tentang perbedaan objek analisis dari
fonologi, morfologi, sintaksis, dan analisis kalimat. Fonologi adalah ilmu
yang menjadikan bunyi dan fonem sebagai objek analisis. Morfologi
menjadikan morfem dan kata sebagai objek analisis. Sintaksis menjadikan
frasa dan kalimat sebagai objek analisis. Analisis wacana menjadikan
wacana sebagai objek analisis (Parera, 2009:6).
Chaer (2007,59-60) menjelaskan bahwa kajian sintaksis
dimaksudkan untuk mengetahui struktur satuan-satuan sintaksis, yaitu
22
struktur kalimat, struktur klausa, struktur frasa, dan struktur kata (dalam
hal ini kata sebagai satuan sintaksis, bukan satuan morfologi). Dari
keeempat satuan sintaksis itu, banyak bagian kecil yang dapat diangkat
menjadi objek kajian.
a. Pada kajian kalimat dapat diangkat masalah tentang pola dasar kalimat
inti, urutan fungsi-fungsi sintaksis, jenis kalimat (menurut jumlah
klausanya, menurut amanatnya, dan sebagainya), bentuk aktif-pasif, dan
sebagainya.
b. Pada kajian klausa dapat diangkat masalah tentang jenis klausa
(menurut kelengkapan fungsinya, kategori predikatnya, dan
sebagainya), bedanya klausa dengan kalimat, bedanya klausa dengan
frasa, dan sebagainya.
c. Pada kajian frasa dapat diangkat masalah tentang jenis frasa (menurut
kategorinya, menurut hubungan unsur-unsur pembentuknya, dan
sebagainya), makna gramatikal antara kedua unsurnya, kedudukannya
di dalam klausa atau kalimat, dan sebagainya.
d. Pada kajian kata, masalah yang ada adalah kata sebagai satuan terkecil
dari sintaksis, bisa berkenaan dengan kategorinya, bisa juga dengan
masalah strukturnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari bahasa
dalam tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat.
23
2. Adverbia
Keraf (1987: 71-720) menyatakan bahwa adverbia atau kata
keterangan adalah kata-kata yang memberi keterangan tentang kata kerja,
kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, atau seluruh kalimat.
Kridalaksana (2005: 81-83) menyatakan bahwa adverbia adalah kategori
yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau preposisi dalam
konstruksi sintaksis. Dalam kalimat Ia sudah pergi, kata sudah adalah
adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena
mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Contohnya adalah dalam
kalimat Saatnya sudah dekat. Jadi, sekalipun banyak adverbia dapat
mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, namun adanya verba itu
bukan menjadi ciri adverbia.
Bentuk adverbia dapat dibedakan menjadi enam macam.
1. Adverbia dasar, misalnya agak, akan, pernah, pula.
2. Adverbia turunan, misalnya agak-agak, belum-belum, belum boleh,
tidak mungkin lagi, terlalu.
3. Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina,
misalnya agaknya, rasanya, hendaknya, biasanya, seluruhnya, pada
dasarnya.
4. Adverbia deverbal gabungan, misalnya mau tidak mau, masih belum
juga, tidak terkatakan lagi.
5. Adverbia deajektival gabungan, misalnya tidak jarang, terlebih lagi,
acap kali.
24
6. Adverbia gabungan proses, misalnya sebaiknya, sedapatnya, secepat-
cepatnya.
Adverbia turunan dibedakan menjadi (a) adverbia turunan yang tidak
berpindah kelas, (b) adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas, (c)
adverbia deajektival, (d) adverbia denumeralia, dan (e) adverbia deverbal.
Adverbia yang tidak berpindah kelas terdiri atas adverbia bereduplikasi
dan adverbia gabungan, sedangkan adverbia turunan yang berasal dari
berbagai kelas terdiri dari adverbia berafiks dan adverbia dari kategori lain
karena reduplikasi.
Subkategorisasi terhadap adverbia adalah adverbia intraklausal dan
ekstraklausal. Adverbia intraklausal adalah adverbia yang berkonstruksi
dengan verba, ajektiva, numeralia, atau adverbia lain. Contoh adverbia
intraklausal ini adalah alangkah, agak, baku, bisa, belum, boleh, gus,
hampir, jangan, juga, niscaya, nun, paling, pernah, pula, saja, selalu,
senantiasa, sungguh, tak, telah, tidak, dan lain-lain. Adverbia
ekstraklausal adalah adverbia yang secara sintaksis mempunyai
kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara semantis
mengungkapkan suatu perihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan.
Contoh adverbia ekstraklausal ini adalah barangkali, bukan, justru,
memang, mungkin (Kridalaksana, 2005: 83-84).
Di sisi lain, adverbia didefinisikan oleh Chaer sebagai berikut.
Adverbia adalah kategori yang mendampingi nomina, verba, dan ajektiva
dalam pembentukan frasa atau dalam pembentukan sebuah klausa
(2015:49). Selanjutnya disebutkan bahwa pada umumnya adverbia berupa
25
bentuk dasar, tetapi ada juga yang berupa bentuk turunan berafiks atau
berkonfiks. Berikut ini adalah contoh adverbia yang berupa bentuk turunan
yang berafiks atau berkonfiks.
1. Berprefiks se- seperti seberapa, semoga, dan sejumlah.
2. Berprefiks se- disertai reduplikasi, seperti seolah-olah, sekali-sekali,
dan sebaik-baik.
3. Berprefiks se- disertai reduplikasi dan bersufiks –nya, seperti sebaik-
baiknya, sebesar-besarnya, dan sedapat-dapatnya.
4. Berkonfiks se-nya, seperti sebaiknya, seharusnya, dan setidaknya.
5. Bersufiks –nya, seperti agaknya, kiranya, dan baiknya.
Sebagai pendamping kelas terbuka, adverbia dengan kategori yang
didampinginya membentuk sebuah frasa untuk mengisi salah satu fungsi
sintaksis. Kategori mana yang didampingi tergantung dari makna inheren
yang dimiliki oleh adverbia itu.
Sesuai dengan makna inheren yang dimiliki, ada adverbia yang hanya mendampingi salah satu kategori terbuka atau klausa; tetapi ada juga yang dapat mendampingi lebih dari satu kategori. Sebaliknya ada kategori yang sekaligus dapat didampingi oleh lebih dari satu adverbia. Posisi adverbia ini, ada yang terletak di sebelah kiri kategori, dan ada pula yang terletak di sebelah kanan kategori. Dalam mendampingi klausa, adverbia ini lazim terletak pada awal klausa meskipun dapat pula di posisi lain (Chaer, 2015:50).
Alwi, dkk. (2003:197) menjelaskan bahwa dilihat dari tatarannya,
perlu dibedakan antara adverbia dalam tataran frasa dengan adverbia
dalam tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang
menjelaskan verba, adjektiva, dan adverbia lain. Pada contoh berikut
26
terlihat bahwa adverbia sangat menjelaskan verba mencintai, adverbia
selalu menjelaskan adjektiva sedih.
1. Ia sangat mencintai istriya.
2. Ia selalu sedih mendengar lagu itu.
Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-
fungsi sintaksis. Pada umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan
adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Fungsi sebagai predikat ini bukan
satu-satunya ciri adverbia karena adverbia juga dapat menerangkan kata
atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat.
Contoh:
1. Guru saja tidak dapat menjawab pertanyaan itu.
2. Ia merokok hampir lima bungkus sehari.
Pada contoh di atas adverbia saja menjelaskan guru yang berfungsi
sebagai subjek; adverbia hampir menjelaskan lima bungkus yang berfungsi
sebagai objek.
Dari segi bentuknya, adverbia bisa dibedakan menjadi adverbia
tunggal dan adverbia gabungan. Adverbia tunggal bisa diperinci menjadi
adverbia yang berupa kata dasar, yang berupa kata berafiks, serta yang
berupa kata ulang. Adverbia gabungan dapat diperinci menjadi adverbia
gabungan yang berdampingan dan yang tidak berdampingan (Alwi, dkk.,
2003:199).
Adverbia tunggal yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu
kata dasar. Oleh karena jenis adverbia dasar tergolong ke dalam kelompok
27
kata yang keanggotaannya tertutup, maka jumlah adverbia yang berupa
dasar itu tidak banyak. Contoh adverbia yang berupa dasar misalnya baru,
hanya, lebih, hampir, saja, sangat, segera, selalu, senantiasa, paling,
pasti, tentu.
Adverbia tunggal yang berupa kata berafiks diperoleh dengan
menambahkan gabungan afiks se-nya atau afiks –nya pada kata dasar.
Contoh adverbia yang berupa penambahan gabungan afiks se-nya pada
kata dasar adalah sebaiknya, sebenarnya, secepatnya, dan sesungguhnya.
Contoh adverbia yang berupa penambahan –nya pada kata dasar adalah
agaknya, biasanya, rupanya, dan rasanya.
Adverbia tunggal yang berupa kata ulang dapat diperinci menjadi
empat macam, yaitu (a) pengulangan kata dasar, (b) pengulangan kata
dasar dan penambahan afiks se-, (c) pengulangan kata dasar dan
penambahan sufiks –an, dan (d) pengulangan kata dasar dan penambahan
gabungan afiks se-nya. Contoh adverbia yang berupa pengulangan kata
dasar adalah diam-diam, lekas-lekas, pelan-pelan, dan tinggi-tinggi. Untuk
adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan prefiks
se- adalah setinggi-tinggi, sepandai-pandai, sesabar-sabar, dan segalak-
galak. Contoh adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan
penambahan sufiks –an adalah habis-habisan, mati-matian, kecil-
kecilan,dan gila-gilaan. Selanjutnya contoh untuk adverbia yang berupa
pengulangan kata dasar dengan penambahan gabungan afiks se-nya adalah
setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, seikhlas-ikhlasnya, dan sekuat-
kuatnya.
28
Perilaku sintaksis adverbia dapat dilihat berdasarkan posisinya
terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbia yang
bersangkutan. Atas dasar itu, dapat dibedakan empat macam posisi
adverbia. Keempat macam posisi adverbia tersebut adalah (a) yang
mendahului kata yang diterangkan, (b) yang mengikuti kata yang
diterangkan, (c) yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan,
serta (d) yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan (Alwi,
dkk., 2003:202).
Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi
nomina, verba, adjektiva, numeralia, dan adverbia lain dalam pembentukan
frasa ataupun dalam pembentukan sebuah klausa.
a. Adverbia Aspek
Keraf menjelaskan bahwa, “adverbia/ kata keterangan aspek
adalah kata keterangan yang menjelaskan berlangsungnya suatu
peristiwa secara obyektif, bahwa suatu peristiwa terjadi dengan
sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara”
(Keraf, 1987:73-74). Di sisi lain, Ramlan (1995:173) menyebutkan
bahwa aspek itu menyatakan berlangsungnya suatu perbuatan, apakah
perbuatan itu sedang berlangsung, akan berlangsung, sudah
berlangsung, berkali-kali dilakukan, dan sebagainya. Kata yang
digunakan sebagai penanda aspek antara lain akan, mau, sedang,
tengah, baru, lagi, masih, sudah, telah, pernah, jarang, kadang-
kadang, kerapkali, sering, dan selalu.
29
Aspek menurut Kridalaksana (2005:84) adalah kata yang
menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang
berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum
selesai (imperfektif), atau mulai berlangsung (inkoatif). Jadi, jenis
aspek terdiri atas duratif (lagi, sedang, tengah), imperfektif (masih),
perfektif (pernah, sudah, telah), inkoatif (mulai). Chaer (2015:65)
menyatakan bahwa, “adverbia keselesaian (aspek) adalah adverbia
yang menyatakan tindakan atau perbuatan (dalam fungsi predikat)
apakah sudah selesai, belum selesai, atau sedang dilakukan”. Yang
termasuk adverbia ini adalah adverbia belum, baru, mulai, sedang,
lagi, tengah, masih, sudah, telah, sempat, dan pernah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan
bahwa adverbia aspek adalah kata keterangan yang menjelaskan
berlangsungnya suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat apakah akan
berlangsung, mulai berlangsung, sedang berlangsung, belum selesai,
sudah selesai berlangsung, berkali-kali dilakukan, dan sebagainya.
b. Adverbia Sangkalan
Penyebutan adverbia sangkalan terdapat dalam pembagian
adverbia berdasarkan maknanya yang dilakukan oleh Chaer.
“Adverbia sangkalan adalah adverbia yang menyatakan ‘ingkar’ atau
‘menyangkal’ akan kategori yang didampinginya” (Chaer, 2015:50).
Yang termasuk adverbia ini adalah kata kata bukan, tidak, tak, tanpa,
dan tiada.
1) Adverbia bukan, digunakan dengan aturan:
30
(a) untuk menyangkal kebenaran sesuatu digunakan (diletakkan)
di sebelah kiri kategori nomina. Contoh:
(1) Ini bukan uang palsu.
(2) Wanita itu bukan nenekku.
(b) untuk mengingkari sesuatu yang disertai dengan koreksinya
digunakan (diletakkan) di sebelah kiri kategori nomina,
verba, frasa, preposisi, atau lainnya. Contoh:
(1) Ini bukan buah duku, melainkan buah kelengkeng.
(2) Suaminya bukan polisi, melainkan anggota satpam.
Catatan:
Pertama, adverbia bukan yang disertai adverbia tidak dengan
makna ‘menghapus penyangkalan’ digunakan di sebelah kiri
kategori verba atau adjektiva. Contoh:
- Saranmu bukan tidak diterima, tetapi perlu
dipertimbangkan dulu.
Kedua, adverbia bukan yang disertai adverbia hanya, cuma,
atau saja pada klausa pertama, dan konjungsi tetapi juga atau
melainkan juga pada klausa kedua digunakan untuk
menyatakan penegasan. Contoh:
- Saya bukan hanya menonton, tetapi juga ikut bekerja.
Ketiga, adverbia bukan digunakan juga pada akhir kalimat
tanya untuk menegaskan bahwa orang yang ditanya
sependapat. Contoh:
- Gunung Kelud berada di Jawa Timur, bukan?
31
2) Adverbia tidak, atau bentuk singkatnya tak, untuk menyangkal
sesuatu diletakkan di sebelah kiri kategori verba atau adjektiva.
Contoh:
(1) Sudah lama saya tidak makan nasi.
(2) Suaranya tidak merdu lagi.
Catatan:
Sangkalan tidak dapat mendampingi nomina yang berlaku
sebagai keterangan objek dalam klausa yang predikatnya
memiliki sangkalan tidak. Contoh:
- Dia tidak memberikan apa-apa, tidak uang, tidak barang.
Hal ini terjadi karena sebenarnya di depan nomina itu ada verba
memberikan yang dilesapkan.
3) Adverbia tanpa, sesungguhnya bermakna ‘tidak dengan’
digunakan untuk ‘menyangkal’ kategori yang didampinginya.
Letaknya di sebelah kiri nomina maupun verba. Contoh:
(1) Tanpa izin beliau kita tidak boleh pergi.
(2) Dia pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa.
4) Adverbia tiada, untuk menyangkal kategori yang didampinginya
digunakan dengan aturan sebagai berikut.
(a) Untuk menyatakan ‘tidak ada’ digunakan di sebelah kiri
nomina.
Contoh:
- Bila tiada halangan, besok kami akan ke Medan.
32
(b) Untuk menyatakan ‘tidak pernah’ digunakan di sebelah kiri
verba.
Contoh:
- Mereka tiada melakukan apa-apa.
c. Adverbia Jumlah/ Penjumlahan
Adverbia jumlah/ penjumlahan adalah adverbia yang
menyatakan ‘banyak’ atau ‘kuantitas’ terhadap kategori yang
didampingi (Chaer, 2015:52). Yang termasuk adverbia ini adalah kata-
kata banyak, sedikit, beberapa, semua, seluruh, sejumlah, separuh,
setengah, kira-kira, sekitar, dan kurang lebih. Penggunaannya adalah
sebagai berikut.
1) Adverbia banyak, untuk menyatakan ‘jumlah yang lebih’
diletakkan di sebelah kiri nomina maupun verba. Contoh:
(1) Di Jakarta banyak orang yang jadi penganggur.
(2) Pengetahuannya luas karena dia banyak membaca.
2) Adverbia sedikit, untuk menyatakan ‘jumlah yang kurang’
diletakkan di sebelah kiri nomina, verba, maupun adjektiva.
Contoh:
(1) Tambahkan sedikit garam!
(2) Sedikit bicara banyak bekerja.
(3) Kalau disikat akan tampak sedikit bersih.
3) Adverbia beberapa, untuk menyatakan ‘jumlah yang tidak
banyak’ diletakkan di sebelah kiri nomina terhitung. Contoh:
(1) Beberapa rumah hancur dilanda gempa.
33
(2) Ada beberapa orang yang datang terlambat.
4) Adverbia semua, untuk menyatakan ‘tidak ada kecuali’ diletakkan
di sebelah kiri nomina terhitung. Contoh:
(1) Semua pengendara sepeda motor harus memakai helm.
(2) Semua murid harus memakai baju seragam.
5) Adverbia seluruh, untuk menyatakan ‘tidak ada kecuali’
diletakkan di sebelah kiri nomina yang merupakan satu sebagai
satu kesatuan. Contoh:
(1) Seluruh tubuhnya terasa gatal-gatal.
(2) Sang Merah Putih berkibar di seluruh Indonesia.
6) Adverbia sejumlah, untuk menyatakan ‘banyak yang tidak tentu’
diletakkan di sebelah kiri nomina terhitung. Contoh:
(1) Sejumlah orang telah diinterogasi.
(2) Sejumlah korban belum bisa dievakuasi.
7) Adverbia separuh, untuk menyatakan ‘jumlah seperdua dari satu
keseluruhan’ diletakkan di sebelah kiri nomina tertentu, dan lazim
di antara kata dari. Contoh:
(1) Separuh dari mereka sudah berangkat.
(2) Separuh dari uangnya habis di meja judi.
8) Adverbia setengah, untuk menyatakan ‘jumlah seperdua dari
keseluruhan’ diletakkan di sebelah kiri nomina tak hitung yang
disertai dengan wadah ukurannya. Contoh:
(1) Membeli setengah truk pasir.
(2) Membeli setengah liter minyak.
34
9) Adverbia kira-kira dan sekitar, untukmenyatakan ‘jumlah tak
tentu dari suatu bilangan benda’ diletakkan di sebelah kiri frasa
nominal berbilangan bulat. Contoh:
(1) Yang hadir kira-kira lima puluh orang.
(2) Harganya sekitar sepuluh juta rupiah.
10) Adverbia kurang lebih digunakan sama dengan adverbia kira-kira
dan sekitar di atas. Contoh:
- Yang hadir kurang lebih saratus orang.
3. Semantik
Semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung
makna to signify atau memaknai (Aminuddin, 1988:15). Sebagai istilah
teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”.
a. Makna Leksikal
Djajasudarma & Fatimah (1999:13) menjelaskan bahwa
“makna leksikal (bhs. Inggris – lexical meaning, semantic meaning,
external meaning) adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang
benda, peristiwa, dll. Makna leksikal ini dimiliki unsur-unsur bahasa
secara tersendiri, lepas dari konteks”.
b. Makna Gramatikal
“Makna gramatikal (bhs.Inggris – grammatical meaning;
functional meaning; structural meaning; internal meaning) adalah
makna yang menyangkut hubungan intrabahasa, atau makna yang
muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat”
(Djajasudarma & Fatimah , 1993:13).
35
Makna leksikal dapat berubah ke dalam makna gramatikal
secara operasional. Sebagai contoh dapat kita pahami makna leksikal
kata belenggu adalah (1) alat pengikat kaki atau tangan; borgol, atau
(2) sesuatu yang mengikat (sehingga tidak bebas lagi). Namun, kata
belenggu tersebut bisa berubah maknanya ketika dikaitkan dengan
unsur bahasa yang lain. Perubahan makna leksikal menjadi makna
gramatikal tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
(1) Polisi memasang belenggu pada kaki dan tangan pencuri yang
baru tertangkap itu.
(2) Mereka terlepas dari belenggu penjajahan.
4. Makna Adverbia
Makna adalah hubungan, dalam arti kesepadanan atau
ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran
dan semua hal yang ditunjuknya (Kridalaksana, 2001:132). Berkaitan
dengan makna ini, Adverbia dapat dipakai untuk menerangkan aspek,
modalitas, kuantitas, dan kualitas dari kategori verba, ajektiva, numeralia,
dan adverbia lainnya. Aspek adalah kata yang menerangkan suatu
pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai
berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfektif), atau mulai
berlangsung (inkoatif). Jadi, jenis aspek terdiri atas duratif (lagi, sedang,
tengah), imperfektif (masih), perfektif (pernah, sudah, telah), inkoatif
(mulai) (Kridalaksana, 2005:84).
Modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang
menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat. Penanda modalitas
36
di antaranya: akan, belum, barangkali, dapat, boleh, harus, jangan, kagak,
mungkin, nggak, tak, tidak. (Kridalaksana, 2005:84-85). Pada tulisan
berikutnya dinyatakan bahwa modalitas adalah (1) klasifikasi preposisi
menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau
keharusan, (2) cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi
dalam suatu komunikasi antarpribadi, (3) makna kemungkinan, keharusan,
kenyataaan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa
Indonesia, modalitas dinyatakan dengan kata-kata seperti barangkali,
harus, akan, dan sebagainya atau adverbia kalimat seperti pada hakikatnya
menurut hemat saya, dan sebagainya (Kridalaksana, 2001:138).
Kuantitas menerangkan frekuensi atau jumlah terjadinya sesuatu
perbuatan, perisitiwa, keadaan, atau sifat. Penanda kuantitas adalah gus
pada sekaligus, sering, saling, kerap. Adverbia kualitas menjelaskan sifat
atau nilai perbuatan, perisitiwa, keadaan, atau sifat. Beberapa penanda
kualitas: alangkah, agak, amat, banget, belaka, cuma, doang, hampir,
hanya, juga, justru, kerap, maha, memang, nian, niscaya, nun, paling,
pula, rada, pula, saja, sangat, selalu, senatiasa, serba (Kridalaksana,
2005: 84-85).
Di pihak lain, Chaer (2015:49-50) menyebutkan bahwa sejauh ini
ada adverbia yang menyatakan makna sangkalan (negasi); jumlah
(kuantitas); pembatasan; penambahan; keseringan (frekuensi); kualitas;
waktu (kala); keselesaian; kepastian; keharusan; derajat; kesanggupan;
harapan; keinginan; kesungguhan. Adverbia sangkalan adalah adverbia
yang menyatakan ‘ingkar’ atau ‘menyangkal’ akan kategori yang
37
didampinginya. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata bukan, tidak,
tak, tanpa, dan tiada. Adverbia penjumlahan adalah adverbia yang
menyatakan ‘banyak’ atau ‘kuantitas’ terhadap kategori yang didampingi.
Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata banyak, sedikit, beberapa,
semua,seluruh, sejumlah, separuh, setengah,kira-kira, sekitar, dan kurang
lebih. Adverbia pembatasan adalah adverbia yang menyatakan ‘batas dari
suatu hal’. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata hanya, cuma, saja,
dan belaka.
Adverbia derajat (kualitas) adalah adverbia yang menyatakan
tingkatan mutu keadaan dan kegiatan. Yang termasuk adverbia ini adalah
kata-kata sangat, amat, sekali, paling, lebih, cukup, kurang, agak, hampir,
rada, maha, nian, dan terlalu. Adverbia kala adalah adverbia yang
menyatakan waktu tindakan dilakukan. Yang termasuk adverbia ini adalah
kata-kata sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, bakal, hendak, dan
mau. Adverbia keselesaian (aspek) adalah adverbia yang menyatakan
tindakan atau perbuatan (dalam fungsi predikat) apakah sudah selesai,
belum selesai, atau sedang dilakukan. Yang termasuk adverbia ini adalah
adverbia belum, baru, mulai, sedang, lagi, tengah, masih, sudah,telah,
sempat, dan pernah. Adverbia kepastian adalah adverbia yang menyatakan
tindakan atau keadaan yang pasti terjadi maupun yang diragukan
kejadiannya. Adverbia kelompok ini adalah pasti, tentu, memang,
agaknya, dan rupanya. Adverbia menyungguhkan adalah adverbia yang
menyatakan ‘kesungguhan’ atau ‘menguatkan’. Yang termasuk adverbia
ini adalah adverbia sesungguhnya, sebenarnya, sebetulnya, dan memang.
38
Adverbia keinginan adalah adverbia yang menyatakan ‘keinginan’.
Yang termasuk adverbia ini adalah ingin, mau, hendak, suka, dan segan.
Adverbia frekuensi adalah adverbia yang menyatakan ‘berapa kali suatu
tindakan atau perbuatan dilakukan atau terjadi’. Yang termasuk adverbia
frekuensi adalah sekali, sesekali, sekali-kali, sekali-sekali, jarang, kadang-
kadang, sering (seringkali), acap (acapkali), biasa, selalu, dan senantiasa.
Adverbia penambahan adalah adverbia yang menyatakan penambahan
terhadap kategori yang didampingi. Yang termasuk adverbia ini adalah
kata-kata pula, juga, dan jua. Adverbia kesanggupan adalah adverbia yang
digunakan untuk menyatakan ‘kesanggupan’. Yang termasuk adverbia ini
adalah kata-kata sanggup, dapat, dan bisa. Adverbia harapan adalah
adverbia yang menyatakan ‘harapan akan terjadinya sesuatu tindakan, hal,
dan keadaan’. Yang termasuk adverbia ini adalah moga-moga, semoga,
mudah-mudahan, hendaknya, sepatutnya, sebaiknya, seyogianya,
seharusnya, dan sepantasnya.
Alwi, dkk. (2003:204) menyatakan bahwa berdasarkan perilaku
semantisnya, adverbia dapat dibedakan menjadi delapan jenis. Adverbia
tersebut adalah (1) adverbia kualitatif, (2) adverbia kuantitatif, (3) adverbia
limitatif, (4) adverbia frekuentatif, (5) adverbia kewaktuan, (6) adverbia
kecaraan, (7) adverbia kontrastif, dan (8) adverbia keniscayaan. Kedelapan
jenis adverbia tersebut dipaparkan pada tulisan berikut ini.
Adverbia kualitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Yang termasuk
adverbia ini adalah kata-kata seperti paling, sangat, lebih, dan kurang.
39
Adverbia kuantitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan
jumlah. Yang termasuk adverbia ini antara lain, kata banyak, sedikit, kira-
kira, dan cukup. Adverbia limitatif adalah adverbia yang menggambarkan
makna yang berhubungan dengan pembatasan. Kata-kata seperti
hanya,saja, dan sekadar adalah contoh adverbia limitatif. Adverbia
frekuentatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang
diterangkan adverbia itu. Kata yang tergolong adverbia ini, misalnya,
selalu, sering, jarang, dan kadang-kadang.
Adverbia kewaktuan adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan oleh
adverbia itu. Yang termasuk adverbia kewaktuan adalah baru dan segera.
Adverbia kecaraan adalah adverbia yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh adverbia
itu berlangsung atau terjadi. Yang termasuk adverbia kecaraan ini adalah
bentuk-bentuk seperti diam-diam, secepatnya, dan pelan-pelan. Adverbia
kontrastif adalah adverbia yang menggambarkan pertentangan dengan
makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya. Yang termasuk dalam
adverbia kontrastif adalah bentuk seperti bahkan, malahan, dan justru.
Adverbia keniscayaan adalah adverbia yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan kepastian tentang keberlangsungan atau terjadinya
hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia itu. Yang termasuk adverbia
keniscayaan adalah bentuk seperti niscaya, pasti, dan tentu.
40
Kaitannya dengan aspek, Keraf (1987:74) membagi aspek menjadi
tujuh macam. Aspek inkoatif, yang menunjukkan suatu peristiwa pada
proses permulaan berlangsungnya. Contoh: Saya pun berangkatlah. Aspek
Duratif, yaitu keterangan aspek yang menunjukkan bahwa suatu peristiwa
tengah berlangsung: sedang, sementara. Aspek perfektif, adalah
keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai
titik penyelesaiannya: sudah, telah. Aspek momental, menyatakan suatu
peristiwa terjadi pada suatu saat yang pendek. Aspek repetitif,
menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang. Contoh: Ia
memukul-mukul anak itu. Aspek frekuentatif, menunjukkan bahwa suatu
peristiwa sering terjadi. Contoh: Dia sering ke mari. Aspek habituatif,
menyatakan bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu kebiasaan. Contoh:
Ia biasa membaca koran di bawah pohon itu.
Kridalaksana (2005:84) sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya menyatakan bahwa aspek adalah kata yang menerangkan
suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah
selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfektif), atau mulai
berlangsung (inkoatif). Jadi, jenis aspek terdiri atas inkoatif, duratif,
imperfektif, dan perfektif. Aspek inkoatif ditandai dengan mulai, duratif
ditandai dengan lagi, imperfektif dengan penanda masih, dan perfektif
ditandai dengan pernah, sudah, dan telah.
Di sisi lain, Markhamah (2013:150-151) menulis pernyataan Keraf
yang menyatakan pembagian aspek berdasarkan maknanya dengan
penyebutan yang agak berbeda dengan yang dinyatakan Keraf pada
41
bagian sebelumnya. Keterangan aspek ini digolongkan menjadi enam
bagian. Aspek inkoatif, yaitu aspek yang menggambarkan suatu perbuatan
mulai berlangsung. Aspek ini ditandai oleh penggunaan kata mulai atau
dengan partikel pun-lah. Contoh: Pertandingan pun berakhirlah. Aspek
kompletif, yaitu bagian verba yang menyatakan tindakan itu telah selesai
atau telah mencapai akhir. Aspek kompletif ini disebut juga aspek
perfektif. Penggunaan kata telah, sudah, dan lain-lain digunakan sebagai
penandanya. Aspek inkompletif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan
belum berakhir. Aspek ini biasanya dinyatakan dengan kata sedang.
Aspek futuratif, yaitu aspek yang menggambarkan perbuatan akan
berlangsung. Aspek ini ditandai dengan penggunaan kata akan. Aspek
repetitif, yaitu menyatakan keberulangan suatu peristiwa atau
kejadian.aspek ini sering ditandai oleh penggunaan kata lagi. Aspek
spontanitas, yaitu aspek yang menyatakan bahwa perbuatan atau peristiwa
terjadi tanpa disangka-sangka. Kata tiba-tiba, sekonyong-konyong, dengan
tidak terduga adalah kata-kata atau frasa untuk menyatakan aspek
spontanitas.
C. Kerangka Konseptual
Seperti telah disebutkan pada bab pendahuluan bahwa setiap bahasa
memiliki sistem berbeda, walaupun dimungkinkan ada sistem yang sama.
Demikian juga kategori kata yang ada pada berbagai bahasa juga tidak selalu
sama. Ada kategori yang ada hampir pada semua bahasa, tetapi ada juga
kategori yang hanya pada bahasa tertentu, dan tidak ada pada bahasa lainnya.
42
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kategori kata atau kelas
kata. Kelas-kelas kata tersebut adalah verba, adjektiva, adverbia, nomina,
pronomina, numeralia, dan kata tugas yang terdiri dari preposisi, konjungtor,
interjeksi, artikula, serta partikel penegas (Alwi, dkk., 2003:87-309). Kelas-
kelas kata atau kategori-kategori kata tersebut adalah bagian dari sintaksis
yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang bisa dijelaskan dari sudut
sintaksis juga. Dalam penelitian ini peneliti telah memfokuskan penelitian
pada satu jenis kelas kata yaitu kata keterangan atau adverbia. Adverbia
adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi
dalam konstruksi sintaksis.
Pada setiap ragam dimungkinkan sekali terdapat adverbia yang
spesifik, yang belum tentu ditemukan pada ragam lainnya. Misalnya, adverbia
pada ragam bahasa pada Teks Terjemahan Alquran (TTA). Diprediksi ada
spesifikasi penggunaan adverba pada TTA. Berdasarkan hal itulah penelitian
ini penting untuk dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan
kajian tentang penggunaan adverbia dalam TTA pada segi maknanya.
Adapun makna adverbia yang diteliti adalah makna adverbia aspek, adverbia
sangkalan, dan adverbia jumlah. Setelah didapatkan kesimpulan tentang
makna adverbia aspek, sangkalan, dan jumlah dalam TTA ini, kemudian
hasilnya bisa diimplementasikan sebagai materi ajar di sekolah, khususnya
pada sekolah menengah pertama (SMP).
43
Simpulan
Teks Terjemahan Alquran (TTA)
Fokus Kajian: Makna
Adverbia
Diprediksi ada
spesifikasi
penggunaan adverbia
(penanda
aspek,penanda
sangkalan, dan
penanda jumlah)
Implementasi sebagai Materi Ajar di Sekolah
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mendukung kesahihan suatu penelitian, diperlukan suatu
metodologi yang jelas dan tepat. Metode penelitian merupakan cara pemecahan
masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan
maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan,
meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode juga merupakan cara kerja
untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran. Melaui metode
yang tepat, peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi
juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
melalui fakta itu (Syamsudin & Damaianti, 2011:14). Dengan menggunakan
metode yang tepat, maka seorang peneliti dapat terarahkan untuk mencapai tujuan
penelitian yang sesuai dengan perumusan masalah penelitian secara benar.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen). Dalam penelitian
kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2016:1). Penelitian ini berupaya
untuk mengkaji adverbia pada teks terjemahan Alquran (TTA) yaitu berkaitan
45
dengan makna adverbianya. Makna adverbia yang diteliti adalah adverbia
penanda aspek, sangkalan, dan jumlah.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Disebut
penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini berupaya mengkaji pola
penggunaan adverbia pada TTA. Pengkajian pola penggunaan adverbia pada
TTA ini difokuskan pada aspek makna adverbianya, lebih khusus lagi adalah
makna adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia
penanda jumlah.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penggunaan adverbia pada TTA. Teks
terjemahan Alquran (TTA) yang digunakan adalah TTA yang mengandung
etika berbahasa yang pernah diteliti oleh Sabardila dkk. (2003). Secara spesifik
objek penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis makna adverbia
penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia penanda jumlah.
4. Data dan Sumber Data Penelitian
a. Data
Alwi (2003:239) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan data
adalah (1) keterangan yang benar dan nyata, dan (2) keterangan atau bahan
nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data
dalam Penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif adalah data tidak
berbentuk angka yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara,
46
atau bahan tertulis. Penelitian ini menggunakan data kualitatif karena
pendekatan penelitianya pun kualitatif. Wujud data penelitian ini adalah
semua satuan lingual yang mengandung adverbia sebagai penanda aspek,
penanda sangkalan, dan penanda jumlah dalam teks terjemahan Alquran
(TTA). Berikut adalah contoh data yang dimaksud.
Al-Baqarah (2): 31-32
Teks Ayat:
كلھا ثم عرضھم على المالئكة فقال أنبئوني بأسماء ھـؤالء إن كنتم وعلم آدم األسماء
.قالوا سبحانك ال علم لنا إال ما علمتنا إنك أنت العلیم الحكیم . صادقین
Terjemahan:
“Dan mengajarkan Adam Nama-nama seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang
Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Data yang bisa diambil dari teks terjemahan tersebut adalah:
tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami. Adverbia penanda aspek yang terdapat pada data tersebut
adalah telah.
b. Sumber Data
Ketepatan pemilihan sumber data merupakan bagian yang sangat
penting dalam penelitian karena ketepatan memilih dan menentukan jenis
47
sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi
yang diperoleh (Sutopo, 2002:49). Sumber data dalam penelitian ini adalah
dokumen. Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan
dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (Sutopo, 2002:54). Dokumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis informasi tertulis, yaitu
teks terjemahan Alquran (TTA). Teks terjemahan Alquran (TTA) yang
digunakan adalah TTA yang dipublikasikan oleh Kerajaan Arab Saudi
yang pernah diteliti Sabardila, dkk. (2003). Alquran dan terjemahan ini
merupakan hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain (Pelayan kedua
Tanah Suci) Raja Fath ibn ‘Abd al ‘Azisal Sa’ut (Raja Kerajaan Saudi
Arabia). Penerbitan ini di bawah pengawasan Haji dan Wakaf Saudi
Arabia tahun 1412 H.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data di atas, metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak adalah
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa pada objek yang diteliti. Di samping metode simak digunakan juga
metode dokumenter. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi teknik simak dan teknik catat.
Teknik simak dipakai untuk menyimak teks terjemahan Alquran (TTA)
untuk mengidentifikasi data-data tentang berbagai penggunaan satuan lingual
yang mengandung adverbia. Teknik catat dipakai untuk mencatat data-data
penggunaan satuan lingual yang mengandung adverbia yang terdapat pada teks
terjemahan Alquran (TTA). Analisis dokumen dilakukan terhadap semua
48
informasi tertulis, baik yang tersurat maupun yang tersirat yang terkait dengan
penelitian ini, misalnya untuk mengidentifikasi kajian-kajian yang terkait
dengan penggunaan adverbia pada sumber lain. Dokumen yang dimaksud
adalah teks terjemahan Alquran (TTA).
Untuk mendapatkan data, peneliti harus menganalisis satuan-satuan
lingual yang menggunakan adverbia. Untuk dapat menentukan satuan lingual
yang berupa data, peneliti harus memiliki intuisi kebahasaan untuk bisa
membedakan adverbia dan yang bukan adverbia. Untuk menentukan makna
adverbia, peneliti harus memiliki kepekaan terhadap satuan lingual dalam suatu
kalimat. Di samping itu, peneliti harus bisa menerapkan teori sintaksis. Selain
teknik tersebut, juga digunakan teknik FGD (Focus Group Discussion) untuk
mendiksusikan pola penggunaan adverbia pada TTA. Peserta FGD adalah
dosen yang memahami mengenai penggunaan adverbia, termasuk adverbia
dalam BA.
6. Teknik Pengujian Keabsahan Data (Validitas)
Agustinova (2015:43) menuliskan pernyataan Arikunto bahwa bahwa
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes.
Validitas juga dapat dikatakan sebagai derajat ketepatan antara data yang
terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti.
Dalam riset kualitatif, demi terjaminnya keakuratan data, maka
pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan. Data yang salah akan
menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya,
data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar
49
(Agustinova, 2015:45). Triangulasi merupakan cara yang paling umum
digunakan untuk peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini, teknik pengujian keabsahan data yang digunakan
adalah triangulasi teori dan triangulasi peneliti. Triangulasi teori ini dilakukan
dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas
permasalahan yang dikaji (Sutopo, 2002:82). Triangulasi teori ini dilakukan
dengan cara menggali informasi dari beberapa teori sehingga bisa diperoleh
pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisis
dan ditarik simpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Triangulasi peneliti
mengandung maksud bahwa hasil penelitian baik data ataupun simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti (Sutopo, 2002:81). Triangulasi peneliti dimaksudkan antara
lain untuk menghindari bias individu pada peneliti tunggal. Untuk menjamin
keabsahan data dalam penelitian adverbia ini, maka peneliti menggunakan tiga
orang peneliti dalam pengumpulan data. Ketiga peneliti tersebut adalah peneliti
yang sama-sama tengah melakukan penelitian terhadap adverbia dalam TTA,
namun dengan fokus penelitian yang berlainan.
7. Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Bodan sebagaimana dituliskan oleh
Sugiyono (2016:88) menyatakan bahwa “Data analysis is the process of
systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes,
and other materials that you accumulate to increase your own understanding
of them and to enable you to present what you have discovered to others”.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
50
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode padan.
Analisis dengan metode padan adalah analisis data yang dilakukan dengan
menggunakan alat penentu yang berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi
bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13).
Selanjutnya metode padan yang digunakan adalah subjenis padan referensial.
Metode padan subjenis referensial adalah metode analisis bahasa yang alat
penentunya adalah referen yang terkandung pada satuan data. Metode ini
digunakan untuk menganalisis makna adverbia penanda aspek, sangkalan, dan
jumlah pada TTA. Berikut contoh analisis data dengan metode tersebut.
Perhatikan terjemahan ayat berikut ini!
“Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)." (Al-Baqarah (2): 70).
Adverbia masih dalam frasa adjektival masih samar merupakan
adverbia penanda aspek imperfektif yang bermakna ‘menerangkan suatu
pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’. Adverbia
masih dalam klausa karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami
dalam surat Albaqarah (2):70 di atas merupakan adverbia yang menerangkan
51
adjektiva samar yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian,
adjektiva samar dalam klausa tersebut merupakan keadaan yang belum selesai
yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (kami).
8. Prosedur Penelitian
Penelitian ini diawali dengan kegiatan peneliti membaca berbagai
referensi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang sedang dilakukan,
yaitu tentang makna adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan
adverbia penanda jumlah. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data
dengan cara menyimak kemudian mencatat adverbia penanda aspek, sangkalan,
dan jumlah yang terdapat dalam TTA. Untuk mendapatkan validitas data, maka
peneliti menggunakan triangulasi teori dan triangulasi peneliti. Data yang
dianggap sudah valid tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode padan dengan subjenis padan referensial. Hasil akhir penelitian ini
berupa makna adverbia penanda aspek, penanda sangkalan, dan penanda
jumlah dalam TTA. Untuk selanjutnya hasil penelitian ini akan
diimplementasikan sebagai materi ajar mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat
sekolah menengah pertama (SMP).
9. Sistematika Laporan Penelitian
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri atas lima bab yang
setiap babnya memuat pokok permasalahan yang berbeda, namun tetap
merupakan satu kesatuan pikiran yang berkaitan. Secara singkat sistematika
penulisan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Bab pertama, merupakan
bagian pendahuluan yang memuat latar belakang penelitian, ruang lingkup,
52
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,dan penjelasan istilah.
Bab kedua, merupakan landasan teori yang berisi tentang pemaparan tentang
kajian yang relevan, kajian teori, dan kerangka pemikiran. Bab ketiga,
merupakan metode penelitian yang berupa jenis dan pendekatan penelitian,
objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
keabsahan data, teknik analisis data, prosedur penelitian, dan sistematika
laporan penelitian. Bab keempat, merupakan hasil penelitian dan pembahasan
yang berisi hasil penelitian, pembahasan, dan proposisi hasil penelitian. Bab
kelima, merupakan penutup yang berupa simpulan, implikasi, dan saran.
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil kajian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabardila,
dkk. (2003) ditemukan sejumlah 46 surat 109 ayat dalam Alquran yang
mengandung etika berbahasa. Surat dan ayat yang dimaksud dinyatakan pada
tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Surat dan Ayat Alquran yang Mengandung Etika Berbahasa
NO SURAT AYAT
1. Albaqarah 31-32, 40, 42, 44, 70, 71, 79, 83, dan 235
2. Ali Imran 118
3. Almaaidah 13, 41, 63, 85, dan 101
4. Annisaa’ 5, 8, 9, 46, 63, 135, 150, 156 dan 171
5. Alan’aam 93, 108, 112, 151, dan 152
6. Ala’raaf 161-162, dan 164
7. Alanfaal 64
8. Attaubah 30, dan 31-32
9. Yunus 99 dan 100
10. Hud 69
11. Yusuf 92
12. Arra’du 10
13. Ibrahim 24, 25, dan 26
14. Alhijr 53 dan 89
15. Annahl 125
16. Alisraa’ 23 dan 110
17. Alkahfi 23 dan 24
54
18. Maryam 1, 2, dan 3
19. Thaaha 44
20. Alanbiyaa’ 45
21. Alhajj 24
22. Almukminun 73
23. Annuur 11, 12, 15, 16, 17, 18, 51, 53, dan 63
24. Alfurqan 22
25. Lukman 19
26. Alahzab 32, 41, dan 70
27. Sabak 23 dan 31
28. Fathir 10
29. Yasin 76
30. Shad 17 dan 26
31. Fushshilat 32
32. Asysyura 15
33. Azzukhruf 63 dan 89
34. Aljasiyah 6, 7, dan 8
35. Alakhqaf 15, 17, 31, dan 32
36. Muhammad 21
37. Alfath 11
38. Alhujurat 2, 3, 4, 5, 6, dan 11
39. Qaf 28
40. Mujadalah 8, 9, dan 10
41. Ashshaf 2 dan 3
42. Almulk 13
43. Muzammil 10
44. Albalad 17
45. Adduha 10
46. Al‘asyr 3
Sumber: Hasil Kajian Sabardila, dkk. (2003)
55
Keseluruhan data yang berhasil ditemukan dalam teks terjemahan
Alquran yang mengandung etika berbahasa berjumlah 146 buah. Sebagai
gambaran yang jelas, jumlah data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Data yang Terkumpul
No. Jenis Adverbia Jumlah
1 Adverbia penanda aspek 54 buah
2 Adverbia penanda sangkalan 62 buah
3 Adverbia penanda jumlah 30 buah
Jumlah 146 buah
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
mengklasifikasikan data-data tersebut untuk mempermudah proses analisis.
Data-data yang berjumlah 146 buah tersebut kemudian diklasifikasikan
dengan dasar-dasar tertentu yang diproyeksikan untuk kepentingan analisis.
Dalam hal ini, klasifikasi dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data
yang sudah diperoleh tersebut ke dalam masing-masing jenis adverbianya.
Pengelompokan tersebut bisa dilihat pada tabel 4.3, 4.4, dan 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.3
Klasifikasi Data Adverbia Penanda Aspek
NO. ADVERBIA PENANDA ASPEK
DATA DATA FRASA SUMBER
1 akan akan menyebut-nyebut Albaqarah (2):235
2 akan akan melihat Almaidah (5):13
3 akan akan diterangkan Almaidah (5):101
4 akan akan menurunkan Alan’aam (6):93
5 akan akan memaki Alan’aam (6):108
56
6 akan akan memberi Alan’aam (6):151
7 akan akan kami tambah Ala’raf (7): 161-162
8 akan akan membinasakan Ala’raf (7):164
9 akan akan beriman Yunus (10):99-100
10 akan akan mengerjakan Alkahfi (18):23-24
11 akan akan memberikan Alkahfi (18):23-24
12 akan akan keluar Annur (24):53
13 akan akan hancur Faathir (35):10
14 akan akan menyesatkan Sad (38):26
15 akan akan mendapat Sad (38):26
16 akan akan mengetahui Azzukhruf (43):89
17 akan akan beriman Aljasiyah (45):6
18 akan akan dibangkitkan Alakhqaf (46):17
19 akan akan mengampuni Alakhqaf (46): 31-32
20 akan akan mengatakan Alfath (48):11
21 akan akan mereka masuki Almujadalah (58):9
22 akan akan dikembalikan Almujadalah (58):9
23 insya Allah akan insya Allah akan mendapat Albaqarah (2):70
24 barulah barulah kamu menerangkan
Albaqarah (2):71
25 sedang sedang diturunkan Almaidah (5):101
26 masih (masih) samar Albaqarah (2): 70
27 belum belum sempurna Annisaa’ (4):5
28 belum belum beriman Almaidah (5):41
29 belum pernah belum pernah dipakai Albaqarah (2):71
30 belum pernah belum pernah datang Almaidah (5):41
31 telah telah Engkau ajarkan Albaqarah (2):31-32
32 telah telah Aku anugerahkan Albaqarah (2):40
33 telah telah nyata Ali Imran (3):118
34 telah telah kami terangkan Ali Imran (3):118
35 telah telah beriman Almaidah (5):41
57
36 telah telah mereka kerjakan Almaidah (5):63
37 telah telah diwahyukan Alan’aam (6):93
38 telah telah datang Hud (11):69
39 telah telah membuat Ibrahim (14):24-26
40 telah telah memerintahkan Al-Israa’ (17):23
41 telah telah mengetahui Annur (24):63
42 telah telah diizinkan-Nya Saba’(34):23
43 telah telah dihilangkan Saba’(34):23
44 telah telah difirmankan Saba’(34):23
45 telah telah dewasa Alakhqaf (46):15
46 telah telah Engkau berikan Alakhqaf (46):15
47 telah telah tetap perintah Muhammad (47):21
48 telah telah diuji Alhujurat (49):2-3
49 telah telah dilarang Almujadalah (58):9
50 sudah sudah dirobah-robah Almaidah (5):41
51 sudah sudah dikenal Annur (24):53
52 selalu selalu berpaling Albaqarah (2):83
53 selalu selalu mengatakan Alan’aam (6):93
54 selalu selalu menyombongkan Alan’aam (6):93
Tabel 4.4
Klasifikasi Data Adverbia Penanda Sangkalan
NO. ADVERBIA PENANDA SANGKALAN
DATA DATA FRASA SUMBER
1 tidak tidak ada yang kami ketahui Albaqarah (2):31-32
2 tidakkah Tidakkah kamu berakal Albaqarah (2):44
3 tidak pula tidak pula untuk mengairi Albaqarah (2):71
4 tidak tidak bercacat Albaqarah (2):71
5 tidak tidak ada belangnya Albaqarah (2):71
6 tidak tidak melaksanakan Albaqarah (2):71
58
7 tidak tidak memenuhi Albaqarah (2):83
8 tidak tidak ada dosa Albaqarah (2):235
9 tidak ... -nya tidak henti-hentinya menimbulkan
Ali Imran (3):118
10 tidak tidak menurutinya Annisaa’ (4):46
11 tidak tidak mendengar Annisaa’ (4):46
12 tidak tidak beriman Annisaa’ (4):46
13 tidak tidak berkhianat Almaidah (5):13
14 tidak akan tidak akan mampu Almaidah (5):41
15 tidak hendak tidak hendak mensucikan Almaidah (5):41
16 tidak tidak melarang Almaidah (5):63
17 tidak tidak ada diwahyukan Alan’aam (6):93
18 tidak tidak benar Alan’aam (6):93
19 tidak tidak mengerjakannya Alan’aam (6):112
20 tidak tidak memikulkan Al-An’aam (6):152
21 tidak tidak dikatakan Ala’raf (7):161-162
22 tidak tidak disuruh Attaubah (9):31-32
23 tidak tidak ada Tuhan selain Dia Attaubah (9):31-32
24 tidak tidak menyukai Attaubah (9):31-32
25 tidak tidak ada satu jiwa pun Yunus (10):99-100
26 tidak tidak mempergunakan Yunus (10):99-100
27 tidak tidak lama Hud (11):69
28 tidaklah Tidaklah engkau melihat Ibrahim (14):24-26
29 tidak tidak berprasangka baik Annur (24):12
30 tidak tidak ada bagi kamu Annur (24):15-18
31 tidak tidak berkata Annur (24):15-18
32 tidak tidak pantas Annur (24):15-18
33 tidak tidak suka Annur (24):15-18
34 tidak tidak ada kabar gembira Alfurqan (25):22
35 tidaklah tidaklah seperti wanita yang lain
Alahzab (33):32
36 tidak akan tidak akan beriman Saba’ (34):31
59
37 tidak pula tidak pula kepada kitab yang sebelumnya
Saba’ (34):31
38 tidaklah tidaklah karena kamu Saba’ (34):31
39 tidak tidak mendengarnya Aljasiyah (45):7-8
40 tidak lain hanyalah
tidak lain hanyalah dongeng Alakhqaf (46):17
41 tidak tidak menerima Alakhqaf (46):31-32
42 tidak akan tidak akan melepaskan Alakhqaf (46):31-32
43 tidak tidak ada baginya pelindung Alakhqaf (46):31-32
44 tidak tidak menyukainya Muhammad (47):21
45 tidak tidak ada dalam hatinya Alfath (48):11
46 tidak tidak hapus (pahala) Alhujurat (49):2-3
47 tidak tidak menyadari Alhujurat (49):2-3
48 tidak tidak mengerti Alhujurat (49):4-5
49 tidak tidak menimpakan Alhujurat (49):6
50 tidak tidak bertaubat Alhujurat (49):11
51 tidak tidak menyiksa Almujadalah (58):9
52 tidak tidak kamu perbuat Assaff (61):2-3
53 tak Tak ada cercaan Yusuf (12):92
54 tiadalah tiadalah orang-orang yang tuli mendengar
Alanbiya’ (21):45
55 tiadalah tiadalah berguna Saba’ (34):23
56 tiada tiada kamu perhatikan Almujadalah (58):9
57 tiada tiada memberi Almujadalah (58):9
58 tiada tiada kamu kerjakan Assaff (61):2-3
59 bukan bukan ini Almaidah (5):41
60 bukan bukan sebagai yang ditentukan
Almujadalah (58):9
61 tanpa tanpa pengetahuan Alan’aam (6):108
62 tanpa tanpa mengetahui Alhujurat (49):6
60
Tabel 4.5
Klasifikasi Data Adverbia Penanda Jumlah
NO. ADVERBIA PENANDA SANGKALAN
DATA DATA FRASA SUMBER
1 sedikit keuntungan yang sedikit Albaqarah (2):79
2 sedikit sedikit di antara mereka Almaidah (5):13
3 sedikit sedikit pengetahuan Annur (24): 15-18
4 sedikit mudarat sedikit pun Almujadalah (58):9
5 sebagian sebagian dari harta itu Annisaa’ (4):8
6 sebagian kepada yang sebagian Annisaa’ (4):150
7 sebagian sebagian yang lain Annisaa’ (4):150
8 sebagian Sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya
Almaidah (5):13
9 sebagian sebagian mereka Alan’aam (6):112
10 sebagian sebagian yang lain Alan’aam (6):112
11 sebagian sebagian kamu Annur (24):63
12 sebagian sebagian (yang lain) Annur (24):63
13 sebagian sebagian dari mereka Saba’ (34):31
14 sebagian sebagian yang lain Saba’ (34):31
15 sebagian sebagian dari apa yang kamu berselisih
Azzukhruf (43):63
16 sebahagian sebahagian kecil Albaqarah (2):83
17 sebahagian sebahagian kamu Alhujurat (49):2-3
18 sebahagian sebahagian yang lain Alhujurat (49):2-3
19 banyak banyak berdusta Aljasiyah (45):7-8
20 banyak banyak berdosa Aljasiyah (45):7-8
21 semuanya orang-orang mukmin semuanya Yunus (10):99-100
22 semuanya kemuliaan itu semuanya Faathir (35):10
23 semua semua kitab Assyura (42):15
24 seluruhnya nama-nama seluruhnya Albaqarah (2):31-32
25 semua...seluruhnya semua yang di muka bumi seluruhnya
Yunus (10):99-100
26 sekalian kepadamu sekalian Alanbiya’ (21):45
27 sekalian kamu sekalian Alahzab (33):32
61
28 segala segala apa yang kamu kerjakan
Annisaa’ (4):135
29 segala segala yang di langit dan di bumi
Annisaa’ (4):171
30 segala segala isi hati Almulk (67):13
1. Makna Adverbia Penanda Aspek
a. Makna adverbia akan
1) Albaqarah (2):235
Teks Ayat:
أنكم ا� علم أنفسكم يف أكننتم أو النساء خطبة من به عرضتم فيما عليكم جناح وال
النكاح عقدة تـعزموا وال معروفا قـوال تـقولوا أن إال سرا تـواعدوهن ال ولـكن ستذكرونـهن
لغ حىت ا� أن واعلموا فاحذروه أنفسكم يف ما يـعلم ا� أن واعلموا أجله الكتاب يـبـ
.حليم غفور
Terjemahan:
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah. Sebelum sampai ketetapan (menyangkut ‘iddah wanita itu) pada akhir masanya. Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hati kamu; maka takutlah kepada-nya dan ketahuilah bahwa Allah maha pengampun lagi maha penyantun.”
Adverbia akan dalam frasa verbal akan menyebut-nyebut
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa komplementif Allah mengetahui bahwa kamu
akan menyebut-nyebut mereka dalam surat Albaqarah (2):235 di atas
adalah adverbia yang menerangkan verba menyebut-nyebut yang
terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat
62
dinyatakan bahwa verba menyebut-nyebut yang berfungsi sebagai
predikat itu adalah sesuatu tindakan yang hendak dilakukan oleh
subjek (kamu) tentang apa yang dinyatakan dalam objek (mereka).
2) Almaidah (5):13
Teks Ayat:
حظا ونسوا مواضعه عن الكلم حيرفون قاسية قـلوبـهم وجعلنا لعناهم ميثاقـهم نـقضهم فبما
هم خآئنة على تطلع تـزال وال به ذكروا مما نـ هم قليال إال م نـ هم فاعف م ا� إن واصفح عنـ
. المحسنني حيب
Terjemahan:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan melihat merupakan
adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang
bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan
dalam klausa dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat
kekhianatan dari mereka dalam surat Almaidah (5):13 di atas adalah
adverbia yang menerangkan verba melihat yang terletak di samping
kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa
verba melihat dalam klausa tersebut merupakan suatu tindakan yang
hendak terjadi yang dialami oleh subjek (kamu’Muhammad’) tentang
apa yang terdapat dalam objek (kekhianatan dari mereka).
63
3) Almaidah (5):101
Teks Ayat:
ها تسألوا وإن تسؤكم لكم تـبد إن أشياء عن تسألوا ال آمنوا الذين أيـها � يـنـزل حني عنـ
ها ا� عفا لكم تـبد القرآن .حليم غفور وا� عنـ
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah mema`afkan tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan diterangkan
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa niscaya akan diterangkan kepadamu dalam surat
Almaidah (5):101 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba
pasif diterangkan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini
menjelaskan bahwa verba pasif diterangkan yang terdapat dalam
klausa itu adalah sesuatu yang hendak terjadi atau mengena terhadap
sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (kepadamu). Dalam ayat
di atas, kepadamu yang berfungsi sebagai pelengkap tersebut
mengacu kepada orang-orang yang beriman.
4) Alan’aam (6):93
Teks Ayat:
سأنزل قال ومن شيء إليه يوح ومل إيل أوحي قال أو كذ� ا� على افـتـرى ممن أظلم ومن
أيديهم �سطوا والمآلئكة الموت غمرات يف الظالمون إذ تـرى ولو ا� أنزل ما مثل
64
ر ا� على تـقولون كنتم مبا اهلون عذاب جتزون اليـوم أنفسكم أخرجوا عن وكنتم احلق غيـ
.تستكربون آ�ته
Terjemahan:
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau berkata: "Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan siapa yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah'. Sekiranya engkau melihat waktu orang-orang yang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat membuka tangan mereka (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawa kamu'. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya."
Adverbia akan dalam frasa verbal akan menurunkan
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa Saya akan menurunkan seperti apa yang
diturunkan Allah dalam surat Alan’aam (6):93 di atas adalah
adverbia yang menerangkan verba aktif menurunkan yang terletak di
samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa verba aktif
menurunkan dalam klausa itu menjadi pekerjaan yang hendak
dilakukan oleh subjek klausa (saya).
5) Alan’aam (6):108
Teks Ayat:
أمة لكل زيـنا كذلك علم بغري عدوا ا� فـيسبوا ا� دون من يدعون الذين تسبوا وال
.يـعملون كانوا مبا فـيـنـبئـهم مرجعهم ر�م إىل مث عملهم
65
Terjemahan:
"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, maka (akibatnya) mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami perindah bagi setiap umat amat mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan."
Adverbia akan dalam frasa verbal akan memaki merupakan
adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang
bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan
dalam klausa maka (akibatnya) mereka akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan dalam surat Alan’aam (6):108
di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif memaki yang
terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa
verba aktif memaki dalam klausa itu menjadi pekerjaan yang hendak
dilakukan oleh subjek (mereka) terhadap sesuatu yang menduduki
fungsi objek (Allah).
6) Alan’aam (6):151
Teks Ayat:
تـقتـلوا وال إحسا� و�لوالدين شيئا به تشركوا أال عليكم ربكم حرم ما أتل تـعالوا قل
هم نـرزقكم حنن إمالق من أوالدكم ها ظهر ما الفواحش تـقربوا وال وإ� وال بطن وما منـ
.تـعقلون لعلكم به وصاكم ذلكم �حلق إال ا� حرم اليت النـفس تـقتـلوا
Terjemahan:
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan
66
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu supaya kamu memahaminya.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan memberi
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka dalam surat Alan’aam (6):151 di atas adalah adverbia yang
menerangkan verba aktif memberi yang terletak di samping kanan
adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa verba aktif memberi yang
terdapat dalam klausa itu menjadi pekerjaan yang hendak dilakukan
oleh subjek klausa (Kami ‘Allah’).
7) Ala’raf (7):161-162
Teks Ayat:
ها وكلوا القرية هـذه اسكنوا هلم قيل وإذ تم حيث منـ سجدا الباب وادخلوا حطة وقولوا شئـ
هم ظلموا الذين فـبدل . المحسنني سنزيد خطيئاتكم لكم نـغفر ر قـوال منـ هلم قيل الذي غيـ
.يظلمون كانوا مبا السماء من رجزا عليهم فأرسلنا
Terjemahan:
"Dan (ingatlah) ketika dikatakan kepada mereka "Tinggallah di negeri ini dan makanlah darinya di mana saja kamu menghendaki. Dan katakanlah 'Hiththah dan masukilah pintu gerbang sambil membungkuk niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahan kamu'. Kelak akan kami tambah kepada para muhsinin". Lalu orang-orang yang dzalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kezhaliman mereka.
Adverbia akan dalam klausa Kelak akan kami tambah
kepada para muhsinin merupakan adverbia penanda aspek yang
67
menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan
akan berlangsung’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia akan dalam
klausa Kelak akan kami tambah kepada para muhsinin dalam surat
Ala’raf (7):161-162 di atas menyatakan bahwa verba pasif tambah
merupakan sesuatu yang akan terjadi atau mengena terhadap sesuatu
yang menduduki fungsi pelengkap (kepada para muhsinin).
8) Ala’raf (7):164
Teks Ayat:
هم أمة قالت وإذ نـ بـهم أو مهلكهم ا� قـوما تعظون مل م إىل معذرة قالوا شديدا عذا� معذ
.يـتـقون ولعلهم ربكم
Terjemahan:
"Dan ketika suatu umat diantara mereka berkata: 'Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau menyiksa mereka dengan siksaan yang amat keras? Mereka menjawab: 'Agar kami mempunyai alasan kepada Tuhan kamu dan supaya mereka bertakwa."
Adverbia akan dalam frasa verbal akan membinasakan
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa Allah akan membinasakan mereka dalam surat
Ala’raf (7):164 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba
aktif membinasakan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal
ini menjelaskan bahwa verba aktif membinasakan dalam klausa itu
adalah sesuatu yang hendak dilakukan oleh subjek klausa (Allah).
68
9) Yunus (10):99-100
Teks Ayat:
يعا أفأنت تكره الناس حىت يكونوا مؤمنني . ولو شاء ربك آلمن من يف األرض كلهم مج
.وما كان لنـفس أن تـؤمن إال �ذن ا� وجيعل الرجس على الذين ال يـعقلون
Terjemahan:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya, padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.”
Adverbia akan dalam frasa verbal akan beriman merupakan
adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang
bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan
dalam klausa padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman dalam
surat Yunus (10):99-100 di atas adalah adverbia yang menerangkan
verba aktif intransitif beriman yang terletak di samping kanan
adverbia. Dengan demikian, verba aktif beriman dalam klausa itu
merupakan sesuatu yang hendak terjadi yang akan dilakukan oleh
sesuatu yang menduduki fungsi subjek (satu jiwa pun).
10) Alkahfi (18):23-24
Teks Ayat:
إال أن يشاء ا� واذكر ربك إذا نسيت وقل عسى . وال تـقولن لشيء إين فاعل ذلك غدا
.أن يـهدين ريب ألقـرب من هذا رشدا
Terjemahan:
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu”Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali dengan menyebut “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan
69
katakanlah “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberikan petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada itu.”
Adverbia akan dalam frasa verbal akan mengerjakan
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok
pagi dalam surat Alkahfi (18):23-24 di atas adalah adverbia yang
menerangkan verba aktif mengerjakan yang terletak di samping
kanan adverbia. Hal tersebut mengandung arti bahwa verba aktif
mengerjakan dalam klausa tersebut merupakan pekerjaan yang
hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (aku).
11) Alkahfi (18):23-24
Adverbia akan dalam frasa verbal akan memberikan
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa Mudah-mudahan Tuhanku akan memberikan
petunjuk dalam surat Alkahfi (18):23-24 di atas adalah adverbia yang
menerangkan verba aktif memberikan yang terletak di samping
kanan adverbia. Hal tersebut mengandung arti bahwa verba aktif
memberikan merupakan pekerjaan yang hendak dilakukan oleh
sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Tuhanku).
70
12) Annur (24):53
Teks Ayat:
ا� خبري وأقسموا �� جهد أميا�م لئن أمرتـهم ليخرجن قل ال تـقسموا طاعة معروفة إن
.مبا تـعملون
Terjemahan:
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika engkau menyeruh mereka, pastilah mereka akan keluar. Katakanlah, “Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta adalah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Adverbia akan dalam frasa verbal akan keluar merupakan
adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang
bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan
dalam klausa pastilah mereka akan keluar dalam surat Annur
(24):53 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif keluar
yang terletak di samping kanan adverbia. Hal tersebut mengandung
arti bahwa verba aktif keluar tersebut merupakan pekerjaan yang
hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek
(mereka).
13) Fathiir (35):10
Teks Ayat:
يعا إليه يصعد الكلم الطيب والعمل الصالح يـر فـعه والذين من كان يريد العزة فلله العزة مج
.ومكر أولئك هو يـبور ميكرون السيئات هلم عذاب شديد
Terjemahan:
“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkannya. Dan orang-orang
71
yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur”.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan hancur merupakan
adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang
bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan
dalam klausa dan rencana jahat mereka akan hancur dalam surat
Fathiir (35):10 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba
hancur yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini
menunjukkan bahwa verba hancur merupakan sesuatu yang akan
terjadi terhadap sesuatu yang menduduki fungsi subjek (rencana
jahat mereka).
14) Sad (38):26
Teks Ayat:
ك � داوود إ� جعلناك خليفة يف األرض فاحكم بـني الناس �حلق وال تـتبع اهلوى فـيضل
.إن الذين يضلون عن سبيل ا� هلم عذاب شديد مبا نسوا يـوم احلساب عن سبيل ا�
Terjemahan:
“Hai Dawud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu di jalan Allah. Sesungguhnya orang yang sesat di jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan”.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan menyesatkan
merupakan adverbia bentuk tunggal penanda aspek yang menyatakan
aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan
berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa karena ia akan
menyesatkan kamu di jalan Allah dalam surat Sad (38):26 di atas
72
adalah adverbia yang menerangkan verba menyesatkan yang terletak
di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif
menyesatkan dalam klausa itu adalah pekerjaan yang akan dilakukan
oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (ia).
15) Sad (38):26
Adverbia akan dalam frasa verbal akan mendapat
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa Sesungguhnya orang yang sesat di jalan Allah
akan mendapat azab yang berat dalam surat Sad (38):26 di atas
adalah adverbia yang menerangkan verba mendapat yang terletak di
samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui
bahwa verba aktif mendapat merupakan sesuatu yang akan dialami
oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (orang yang sesat di
jalan Allah).
16) Azzukhruf (43):89
Teks Ayat:
هم وقل سالم فسوف يـعلمون .فاصفح عنـ
Terjemahan:
“Maka berpalinglah hai Muhammad dari mereka dan katakanlah “Salam”. Kelak mereka akan mengetahui (nasib) mereka yang buruk”.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan mengetahui
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
73
akan dalam klausa Kelak mereka akan mengetahui (nasib) mereka
yang buruk dalam surat Azzukhruf (43):89 di atas adalah adverbia
yang menerangkan verba mengetahui yang terletak di samping kanan
adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif mengetahui dalam
klausa itu adalah sesuatu yang hendak dialami oleh sesuatu yang
menduduki fungsi subjek (mereka).
17) Aljasiyah (45):6
Teks Ayat:
لوها عليك �حلق فبأي حديث بـعد ا� وآ�ته يـؤمنون . تلك آ�ت ا� نـتـ
Terjemahan:
“Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya, maka perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah kalam Allah dan keterangan-keterangan-Nya”.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan beriman merupakan
adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang
bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan
dalam klausa maka perkataan manakah lagi mereka akan beriman
sesudah kalam Allah dan keterangan-keterangan-Nya dalam surat
Aljasiyah (45):6 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba
aktif intransitif beriman yang terletak di samping kanan adverbia.
Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif intransitif beriman adalah
pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki
fungsi subjek (mereka).
74
18) Alakhqaf (46):17
Teks Ayat:
غيثان والذي قال لوالديه أف لكما أتعدانين أن أخرج وقد خلت القرون من قـبلي ومها يست
.األولني ا� ويـلك آمن إن وعد ا� حق فـيـقول ما هذا إال أساطري
Terjemahan:
Dan orang yang berkata kepada kedua ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar” Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu belaka”.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan dibangkitkan
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa apakah kamu keduanya memperingatkan bahwa
aku akan dibangkitkan dalam surat Alakhqaf (46):17 di atas adalah
adverbia yang menerangkan verba pasif dibangkitkan yang terletak
di samping kanan adverbia. Hal ini berarti bahwa verba pasif
dibangkitkan adalah sesuatu yang akan dialami oleh sesuatu yang
menduduki fungsi subjek (aku).
19) Alakhqaf (46):31-32
Teks Ayat:
ركم من عذاب أليم � ومن ال .قـومنا أجيبوا داعي ا� وآمنوا به يـغفر لكم من ذنوبكم وجي
ب داعي ا� فـليس مبعجز يف األرض وليس له من دونه أولياء أولئك يف ضالل مبني .جي
Terjemahan:
“Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan
75
mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih” “Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah SWT. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”
Adverbia akan dalam frasa verbal akan mengampuni
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa
kamu dalam surat Alakhqaf (46):31-32 di atas adalah adverbia yang
menerangkan verba aktif mengampuni yang terletak di samping
kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif
mengampuni adalah pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu
yang menduduki fungsi subjek (Allah SWT).
20) Alfath (48):11
Teks Ayat:
نا أموالنا وأهلو� فاستـغفر لنا يـقولون �لسنتهم سيـقول لك المخلفون من األعراب شغلتـ
بل فعا ما ليس يف قـلو�م قل فمن ميلك لكم من ا� شيئا إن أراد بكم ضرا أو أراد بكم نـ
مبا تـعملون خبريا .كان ا�
Terjemahan:
“Orang-orang Badui yang tertinggal akan mengatakan, “Harta dan keluarga kami”. Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah SWT jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu dan Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Adverbia akan dalam frasa verbal akan mengatakan
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
76
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa Orang-orang Badui yang tertinggal akan
mengatakan dalam surat Alfath (48):11 di atas adalah adverbia yang
menerangkan verba aktif mengatakan yang terletak di samping
kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif mengatakan
adalah pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu yang
menduduki fungsi subjek (orang-orang Badui yang tertinggal).
21) Almujadalah (58):9
Teks Ayat:
والعدوان أمل تـر إىل الذين نـهوا عن النجوى مث يـعودون لما نـهوا عنه ويـتـناجون �إلمث
بـنا ومعصيت الرسول وإذا جاؤوك حيـوك مبا مل حييك به ا� ويـقولون يف أنفسهم لوال يـع ذ
تم فال � أيـها الذين آمنو .ا� مبا نـقول حسبـهم جهنم يصلونـها فبئس المصري ا إذا تـناجيـ
ي إليه تـتـناجوا �إلمث والعدوان ومعصيت الرسول وتـناجوا �لرب والتـقوى واتـقوا ا� الذ
ا النجوى من الشيطان ليحزن الذين آمنوا وليس ب .حتشرون ضارهم شيئا إال �ذن ا� إمن
.وعلى ا� فـليـتـوكل المؤمنون
Terjemahan:
“Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”.
77
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”
Adverbia akan dalam klausa Cukuplah bagi mereka neraka
Jahanam yang akan mereka masuki merupakan adverbia penanda
aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan
perbuatan akan berlangsung’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
akan dalam klausa Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang
akan mereka masuki dalam surat Almujadalah (58):9 di atas
menyatakan bahwa verba pasif masuki merupakan sesuatu yang akan
terjadi yang akan dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi
subjek (mereka). Perlu diketahui bahwa sebenarnya klausa Cukuplah
bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki merupakan
klausa subordinatif. Klausa subordinatif ini terdiri dari dua klausa,
yaitu Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam dan yang akan mereka
masuki. Klausa semacam ini memiliki hubungan atributif, yaitu
bahwa klausa relatif yang akan mereka masuki merupakan pewatas
makna nomina yang diterangkannya, yaitu neraka Jahanam.
22) Almujadalah (58):9
Adverbia akan dalam frasa verbal akan dikembalikan
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia
akan dalam klausa Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang
kepada-Nya kamu akan dikembalikan dalam surat Almujadalah
78
(58):9 di atas merupakan adverbia yang menerangkan verba pasif
dikembalikan. Hal ini berarti bahwa verba pasif dikembalikan dalam
klausa tersebut adalah keadaan yang akan terjadi yang akan dialami
oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kamu). Perlu diketahui
bahwa klausa Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya
kamu akan dikembalikan juga merupakan klausa subordinatif.
Klausa subordinatif ini terdiri dari dua klausa, yaitu Dan
bertakwalah kepada Allah SWT serta yang kepada-Nya kamu akan
dikembalikan. Klausa semacam ini memiliki hubungan atributif,
yaitu bahwa klausa relatif yang kepada-Nya kamu akan
dikembalikan merupakan pewatas makna nomina yang
diterangkannya, yaitu Allah SWT.
b. Makna adverbia insya Allah akan
23) Albaqarah (2):70
Teks Ayat:
نا تشابه البـقر إن هي ما لنا يـبـني ربك لنا ادع قالوا .لمهتدون ا� شاء إن وإ� عليـ
Terjemahan:
“Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."
Adverbia insya Allah akan merupakan adverbia penanda
aspek yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’.
Berdasarkan unsurnya, adverbia insya Allah akan terdiri atas insya
Allah yang berarti ‘jika Allah mengizinkan’ dan akan yang berarti
79
‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Struktur adverbia seperti
ini menunjukkan bahwa akan mendapat itu diterangkan atau
dicakupi dalam adverbia insya Allah. Dalam struktur seperti ini,
adverbia pengharapan mendahului adverbia aspek akan. Berdasarkan
hal tersebut, adverbia insya Allah akan dalam klausa Sesungguhnya
kami insya Allah akan mendapat petunjuk dalam surat Albaqarah
(2):70 di atas menyatakan bahwa verba aktif transitif mendapat
adalah sesuatu yang diharapkan akan terjadi atau dialami oleh
sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kami).
c. Makna adverbia baru
24) Albaqarah (2):71
Teks Ayat:
قالوا فيها شية ال مسلمة احلرث تسقي وال األرض تثري ذلول ال بـقرة إنـها يـقول إنه قال
.يـفعلون كادوا وما فذحبوها �حلق جئت اآلن
Terjemahan:
“Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”
Adverbia baru dalam klausa Sekarang barulah kamu
menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya merupakan
adverbia penanda aspek inkoatif yang bermakna ‘tindakan atau
perbuatan belum lama berlangsung’ atau ‘menunjukkan suatu
peristiwa pada proses permulaan berlangsungnya’. Partikel –lah
80
yang melekat pada adverbia baru merupakan partikel yang bermakna
‘memberikan penegasan yang sedikit keras’. Berdasarkan hal
tersebut, adverbia baru dalam klausa Sekarang barulah kamu
menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya dalam surat
Albaqarah (2):71 di atas menyatakan adanya penegasan bahwa verba
aktif menerangkan yang menduduki fungsi predikat itu adalah
tindakan yang belum lama berlangsung yang dilakukan oleh sesuatu
yang menduduki fungsi subjek (kamu).
d. Makna adverbia sedang
25) Almaidah (5):101
Teks Ayat:
ها تسألوا وإن تسؤكم لكم تـبد إن أشياء عن تسألوا ال آمنوا الذين أيـها � يـنـزل حني عنـ
ها ا� عفا لكم تـبد القرآن .حليم غفور وا� عنـ
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah mema`afkan tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Adverbia sedang dalam frasa verbal sedang diturunkan
merupakan adverbia aspek duratif yang bermakna ‘menerangkan
suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat tengah berlangsung’.
Adverbia sedang dalam klausa dan jika kamu menanyakan di waktu
Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan
kepadamu dalam surat Almaidah (5):101 di atas merupakan adverbia
yang menerangkan verba pasif diturunkan yang terletak di samping
81
kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, verba pasif diturunkan
dalam klausa tersebut adalah sesuatu yang dalam keadaan masih
berlangsung.
e. Makna adverbia masih
26) Albaqarah (2):70
Teks Ayat:
نا تشابه البـقر إن هي ما لنا يـبـني ربك لنا ادع قالوا .لمهتدون ا� شاء إن وإ� عليـ
Terjemahan:
“Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."
Adverbia masih dalam frasa adjektival masih samar
merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna imperfektif,
yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat
belum selesai’. Makna leksikal masih adalah ‘sedang dalam keadaan
belum selesai atau sedang berlangsung. Adverbia masih dalam
klausa karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dalam
surat Albaqarah (2):70 di atas merupakan adverbia yang
menerangkan adjektiva samar yang terletak di samping kanan
adverbia. Dengan demikian, adjektiva samar dalam klausa tersebut
merupakan keadaan yang sedang dalam keadaan belum selesai yang
dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (kami).
82
f. Makna adverbia belum
27) Annisaa’ (4):5
Teks Ayat:
قـوال هلم وقولوا واكسوهم فيها وارزقوهم قياما لكم ا� جعل اليت أموالكم السفهاء تـؤتوا وال
.معروفا
Terjemahan:
“Dan janganlah kamu menyerahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta kamu yang dijadikan Allah untuk kamu sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”.
Adverbia belum dalam frasa adjektival belum sempurna pada
teks terjemahan di atas merupakan adverbia penanda aspek
imperfektif yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan
atau sifat belum selesai’. Secara leksikal, adverbia belum
mempunyai arti ‘masih dalam keadaan tidak’. Adverbia belum dalam
klausa Dan janganlah kamu menyerahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya dalam surat Annisaa’ (4):5 di atas adalah
adverbia yang menerangkan adjektiva sempurna yang terletak di
samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa
orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang-
orang yang masih dalam keadaan tidak memiliki akal yang
sempurna.
83
28) Almaidah (5):41
Teks ayat:
تـؤمن ومل �فـواههم آمنا قالوا الذين من الكفر يف يسارعون الذين حيزنك ال الرسول أيـها �
من الكلم حيرفون �توك مل آخرين لقوم مساعون للكذب مساعون هادوا الذين ومن قـلوبـهم
نـته ا� يرد ومن فاحذروا تـؤتـوه مل وإن فخذوه هـذا أوتيتم إن يـقولون مواضعه بـعد فـلن فتـ
ر أن ا� يرد مل الذين أولـئك شيئا ا� من له متلك نـيا يف هلم قـلوبـهم يطه يف وهلم خزي الد
.عظيم عذاب اآلخرة Terjemahan:
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
Adverbia belum dalam frasa verbal belum beriman pada teks
terjemahan di atas merupakan adverbia penanda aspek imperfektif
yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat
belum selesai’. Secara leksikal, adverbia belum mempunyai arti
‘masih dalam keadaan tidak’. Adverbia belum dalam klausa padahal
hati mereka belum beriman dalam surat Almaidah (5):41 di atas
adalah adverbia yang menerangkan verba beriman yang terletak di
samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
84
mereka yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang-orang
yang masih dalam keadaan tidak beriman/ memiliki iman.
g. Makna adverbia belum pernah
29) Albaqarah (2):71
Teks Ayat:
قالوا فيها شية ال مسلمة احلرث تسقي وال األرض تثري ذلول ال بـقرة إنـها يـقول إنه قال
.يـفعلون كادوا وما فذحبوها �حلق جئت اآلن
Terjemahan:
“Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”
Adverbia belum pernah dalam frasa verbal belum pernah
dipakai merupakan adverbia penanda aspek imperfektif yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat belum
selesai’. Berdasarkan unsurnya, adverbia belum pernah terdiri atas
belum yang berarti ‘suatu tindakan yang belum dilakukan atau belum
terjadi’ dan pernah yang berarti ‘tindakan atau perbuatan sudah
selesai atau suatu keadaan sudah terjadi’. Adverbia dengan struktur
seperti ini menunjukkkan bahwa frasa verbal pernah dipakai itu
diterangkan atau dicakupi oleh adverbia belum. Dalam strukutur
adverbia seperti ini, adverbia aspek belum mendahului adverbia
aspek pernah.
85
Berdasarkan hal tersebut, adverbia belum pernah dalam
klausa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai
untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak
bercacat, tidak ada belangnya dalam surat Albaqarah (2):71 di atas
mengandung pengertian bahwa adverbia belum merupakan adverbia
yang menerangkan frasa verbal pernah dipakai yang terletak di
samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapatlah dinyatakan
bahwa frasa verbal pernah dipakai dalam frasa belum pernah
dipakai itu adalah suatu pekerjaan atau keadaan yang belum berlaku
atau belum terjadi pada sapi betina yang berperan sebagai pengalam.
Maksudnya adalah bahwa sapi betina yang dimaksudkan dalam ayat
tersebut adalah sapi betina yang belum sekali pun dipakai untuk
membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman.
30) Almaidah (5): 41
Teks ayat:
تـؤمن ومل �فـواههم آمنا قالوا الذين من الكفر يف يسارعون الذين حيزنك ال الرسول أيـها �
نم الكلم حيرفون �توك مل آخرين لقوم مساعون للكذب مساعون هادوا الذين ومن قـلوبـهم
نـته ا� يرد ومن فاحذروا تـؤتـوه مل وإن فخذوه هـذا أوتيتم إن يـقولون مواضعه بـعد فـلن فتـ
ر أن ا� يرد مل الذين أولـئك شيئا ا� من له متلك نـ يف هلم قـلوبـهم يطه يف وهلم خزي ياالد
.عظيم عذاب اآلخرة
Terjemahan:
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang
86
kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
Adverbia belum pernah dalam frasa verbal belum pernah
datang merupakan adverbia penanda aspek imperfektif yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat belum
selesai’. Berdasarkan unsurnya, adverbia belum pernah terdiri atas
belum yang berarti ‘suatu tindakan yang belum dilakukan atau belum
terjadi’ dan pernah yang berarti ‘tindakan atau perbuatan sudah
selesai atau suatu keadaan sudah terjadi’. Adverbia dengan struktur
seperti ini menunjukkkan bahwa pernah datang itu diterangkan atau
dicakupi oleh adverbia belum. Dalam strukutur adverbia seperti ini,
adverbia aspek belum mendahului adverbia aspek pernah. Jika
dilihat lebih jauh, sebenarnya frasa belum pernah datang ini terdapat
dalam struktur frasa yang lebih panjang lagi, yaitu perkataan-
perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu.
Berdasarkan hal tersebut, adverbia belum pernah dalam
frasa belum pernah datang dalam surat Almaidah (5):41 di atas
mengandung pengertian bahwa adverbia belum merupakan adverbia
yang menerangkan frasa verbal pernah datang yang terletak di
samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapatlah dinyatakan
bahwa frasa verbal pernah datang dalam frasa belum pernah datang
87
itu adalah suatu pekerjaan atau keadaan yang belum berlaku atau
belum terjadi pada konstituen yang terletak di sebelah kiri frasa
tersebut, yaitu perkataan-perkataan dan orang lain terhadap
konstituen yang terletak di sebelah kanannya, yaitu kepadamu. Jadi,
dapat dinyatakan bahwa klausa dan amat suka mendengar
perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang
kepadamu, yang terdapat dalam ayat tersebut mempunyai arti bahwa
orang-orang yang belum sekali pun datang kepada Nabi Muhammad
itu, justru perkataan-perkataannya amat suka didengar oleh orang-
orang Yahudi yang dimaksudkan dalam ayat itu.
h. Makna adverbia telah
31) Albaqarah (2):31-32
Teks Ayat:
كنتم إن هـؤالء �مساء أنبئوين فـقال المالئكة على عرضهم مث كلها األمساء آدم وعلم
.احلكيم العليم أنت إنك علمتـنا ما إال لنا علم ال سبحانك قالوا . صادقني
Terjemahan:
“Dan mengajarkan Adam Nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Adverbia telah dalam klausa tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami merupakan
adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
88
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Berdasarkan hal
tersebut, adverbia telah dalam klausa tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami yang
terdapat dalam surat Albaqarah (2):31-32 tersebut menyatakan
bahwa verba pasif ajarkan yang menduduki fungsi predikat itu
adalah pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh sesuatu
yang menduduki fungsi subjek (Engkau ‘Allah’).
32) Albaqarah (2):40
Teks Ayat:
وإ�ي بعهدكم أوف بعهدي وأوفوا عليكم أنـعمت اليت نعميت اذكروا إسرائيل بين �
.فارهبون
Terjemahan:
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)”
Adverbia telah dalam klausa ingatlah akan nikmat-Ku yang
telah Aku anugerahkan kepadamu merupakan adverbia penanda
aspek perfektif atau kompletif, yang bermakna ‘menerangkan suatu
pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung
atau telah mencapai akhir’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia telah
dalam klausa ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan
kepadamu itu menyatakan bahwa verba pasif anugerahkan yang
menduduki fungsi predikat itu adalah pekerjaan yang sudah selesai
yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Aku
‘Allah’).
89
33) Ali Imran (3):118
Teks Ayat:
بدت قد عنتم ما ودوا خباال �لونكم ال دونكم من بطانة تـتخذوا ال آمنوا الذين أيـها �
.تـعقلون كنتم إن اآل�ت لكم بـيـنا قد أكبـر صدورهم ختفي وما أفـواههم من البـغضاء
Terjemahan:
“Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan kamu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat jika kamu berakal”.
Adverbia telah dalam frasa adjektival telah nyata
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif yang
bermakna ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau
sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia
telah dalam klausa Telah nyata kebencian dari mulut mereka yang
terdapat dalam surat Ali Imran (3):118 tersebut merupakan adverbia
yang menerangkan adjektiva nyata yang terletak di samping kanan
adverbia. Dengan demikian, adjektiva nyata dalam klausa tersebut
merupakan keadaan atau sifat yang sudah terjadi yang ditunjukkan
oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kebencian dari mulut
mereka).
34) Ali Imran (3):118
Adverbia telah dalam klausa Sungguh telah kami terangkan
kepadamu merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau
90
kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan
atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’.
Berdasarkan hal tersebut, adverbia telah dalam klausa Sungguh telah
kami terangkan kepadamu yang terdapat dalam surat Albaqarah
(2):40 tersebut menyatakan bahwa verba pasif terangkan yang
menduduki fungsi predikat itu adalah pekerjaan yang sudah selesai
yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Kami
‘Allah’).
35) Almaidah (5):41
Teks Ayat:
تـؤمن ومل �فـواههم آمنا قالوا الذين من الكفر يف يسارعون الذين حيزنك ال الرسول أيـها �
من الكلم حيرفون �توك مل آخرين لقوم مساعون للكذب مساعون هادوا الذين ومن قـلوبـهم
نـته ا� يرد ومن فاحذروا تـؤتـوه مل وإن فخذوه هـذا أوتيتم إن يـقولون مواضعه بـعد فـلن فتـ
ر أن ا� يرد مل الذين أولـئك شيئا ا� من له متلك نـيا يف هلم قـلوبـهم يطه يف وهلم خزي الد
.عظيم عذاب اآلخرة
Terjemahan:
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak
91
mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
Adverbia telah dalam frasa verbal telah beriman merupakan
adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa Kami telah beriman yang terdapat dalam surat
Almaidah (5):41 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan
verba aktif intransitif beriman yang terletak di samping kanan
adverbia. Hal tersebut menyatakan bahwa verba beriman dalam
klausa itu adalah keadaan yang sudah terjadi yang ditunjukkan oleh
sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kami).
36) Almaidah (5):63
Teks Ayat
هاهم وال ل نيون يـنـ .يصنـعون كانوا ما لبئس السحت وأكلهم اإلمث قـوهلم عن واألحبار الر�
Terjemahan:
“Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan”.
Adverbia telah dalam klausa Sesungguhnya amat buruk apa
yang telah mereka kerjakan merupakan adverbia penanda aspek
perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan,
peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah
mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Sesungguhnya amat
92
buruk apa yang telah mereka kerjakan yang terdapat dalam surat
Almaidah (5):63 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan
verba pasif kerjakan. Berdasarkan hal tersebut, adverbia telah dalam
klausa di atas menyatakan bahwa verba pasif kerjakan itu
merupakan pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh
kategori nomina (mereka).
37) Alan’aam (6):93
Teks Ayat:
سأنزل قال ومن شيء إليه يوح ومل إيل أوحي قال أو كذ� ا� على افـتـرى ممن أظلم ومن
أيديهم �سطوا والمآلئكة الموت غمرات يف الظالمون إذ تـرى ولو ا� أنزل ما مثل
ر ا� على تـقولون كنتم مبا اهلون عذاب جتزون اليـوم أنفسكم أخرجوا عن وكنتم احلق غيـ
.تستكربون آ�ته
Terjemahan:
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat
kedustaan terhadap Allah atau berkata: "Telah diwahyukan kepada
saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan
siapa yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang
diturunkan Allah'. Sekiranya engkau melihat waktu orang-orang
yang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para
malaikat membuka tangan mereka (sambil berkata): "Keluarkanlah
nyawa kamu'. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan karena kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya."
Adverbia telah dalam frasa verbal telah diwahyukan
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
93
dalam klausa Telah diwahyukan kepada saya yang terdapat dalam
surat Alan’aam (6):93 tersebut merupakan adverbia yang
menerangkan verba pasif diwahyukan yang terletak di samping
kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif diwahyukan yang
terdapat dalam klausa itu menjadi keadaan atau hal yang sudah
terjadi yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap
(kepada saya).
38) Hud (11):69
Teks Ayat:
ولقد جاءت رسلنا إبـراهيم �لبـشرى قالوا سالما قال سالم فما لبث أن جاء بعجل
.حنيذ
Terjemahan:
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, “Salam”. Ibrahim menjawab “Salam”: maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.”
Adverbia telah dalam frasa verbal telah datang merupakan
adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang
kepada Ibrahim yang terdapat dalam surat Hud (11):69 tersebut
merupakan adverbia yang menerangkan verba aktif intransitif datang
yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut,
dapat dinyatakan bahwa verba aktif datang dalam klausa itu menjadi
94
pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh sesuatu yang
menduduki fungsi subjek (utusan-utusan Kami).
39) Ibrahim (14):24-26
Teks Ayat:
. أصلها �بت وفـرعها يف السماءأمل تـر كيف ضرب ا� مثال كلمة طيبة كشجرة طيبة
ا ويضرب ا� األمثال للناس لعلهم يـتذكرون ومثل كلمة . تـؤيت أكلها كل حني �ذن ر�
.رار خبيثة كشجرة خبيثة اجتـثت من فـوق األرض ما هلا من قـ
Terjemahan:
“Tidaklah engkau melihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya tegak dan cabangnya ke langit. Ia memberikan.”
Adverbia telah dalam frasa verbal telah membuat
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa Allah telah membuat perumpamaan yang terdapat
dalam surat Ibrahim (14):24-26 tersebut merupakan adverbia yang
menerangkan verba aktif membuat yang terletak di samping kanan
adverbia. Ini berarti bahwa verba aktif membuat yang yang terdapat
dalam klausa itu merupakan pekerjaan yang sudah selesai yang
dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Allah).
40) Alisraa’ (17):23
Teks Ayat:
لغن عندك الكبـر أحدمه ه و�لوالدين إحسا� إما يـبـ ا أو وقضى ربك أال تـعبدوا إال إ�
هرمها وقل هلما قـوال كرميا كالمها فال تـقل هل .ما أف وال تـنـ
95
Terjemahan:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Allah dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”
Adverbia telah dalam frasa verbal telah memerintahkan
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa Dan Tuhanmu telah memerintahkan yang terdapat
dalam surat Alisraa’ (17):23 tersebut merupakan adverbia yang
menerangkan verba aktif memerintahkan yang terletak di samping
kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa
verba aktif memerintahkan yang terdapat dalam klausa itu
merupakan pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh
sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Tuhanmu).
41) Annur (24):63
Teks Ayat:
نكم كدعاء بـعضكم بـعضا قد يـعلم ا� الذين يـتسللون منكم ال جتعلوا دعاء الرسول بـيـ
نة أو يصيبـهم عذاب أليم لواذا فـليحذر الذين خيالفون .عن أمره أن تصيبـهم فتـ
Terjemahan:
“Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung, maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut ditimpa cobaan atau ditimpa yang pedih”.
96
Adverbia telah dalam frasa verbal telah mengetahui
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang
yang berangsur-angsur pergi yang terdapat dalam surat Annur
(24):63 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba aktif
mengetahui yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan
hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa verba aktif mengetahui yang
menduduki fungsi predikat itu adalah pekerjaan yang sudah terjadi
yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Allah).
42) Saba’ (34):23
Teks Ayat:
فـزع عن قـلو�م قالوا ماذا قال ربكم قالوا وال تنفع الشفاعة عنده إال لمن أذن له حىت إذا
.احلق وهو العلي الكبري
Terjemahan:
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “(Perkataan) yang benar”, dan dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.
Adverbia telah dalam frasa verbal telah diizinkan-Nya
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
97
dalam klausa Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan
bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya yang terdapat dalam
surat Alisraa’ Saba’ (34):23 tersebut adalah advebia yang
menerangkan verba pasif diizinkan yang terletak di samping kanan
adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif diizinkan yang menduduki
fungsi predikat itu adalah pekerjaan yang sudah terjadi yang dialami
oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (orang-orang).
43) Saba’ (34):23
Adverbia telah dalam frasa verbal telah dihilangkan
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati
mereka, mereka berkata yang terdapat dalam surat Saba’ (34):23
tersebut adalah advebia yang menerangkan verba pasif dihilangkan
yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba
pasif dihilangkan yang terdapat dalam klausa itu merupakan
pekerjaan yang sudah terjadi yang dialami oleh sesuatu yang
menduduki fungsi keterangan (dari hati mereka).
44) Saba’ (34):23
Adverbia telah dalam frasa verbal telah difirmankan
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
98
dalam klausa Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu yang
terdapat dalam surat Saba’ (34):23 tersebut adalah advebia yang
menerangkan verba pasif difirmankan yang terletak di samping
kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif difirmankan
menunjukkan pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh
Tuhanmu.
45) Alakhqaf (46):15
Teks Ayat:
نسان بوالديه نا اإل إحسا� محلته أمه كرها ووضعته كرها ومحله وفصاله ثالثون شهرا ووصيـ
علي حىت إذا بـلغ أشده وبـلغ أربعني سنة قال رب أوزعين أن أشكر نعمتك اليت أنـعمت
أن أعمل صاحلا تـرضاه وأصلح يل يف ذرييت إين تـبت إليك وإين من وعلى والدي و
.المسلمني
Terjemahan:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya dapat berbuat amal yang salah yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
Adverbia telah dalam frasa adjektival telah dewasa
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai
99
empat puluh tahun, ia berdoa yang terdapat dalam surat Alakhqaf
(46):15 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan adjektiva
dewasa yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini
menunjukkan bahwa adjektiva dewasa yang menduduki fungsi
predikat itu adalah keadaan yang sudah terjadi yang dialami oleh
sesuatu yang menduduki fungsi subjek (dia).
46) Alakhqaf (46):15
Adverbia telah dalam klausa Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau
kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan
atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’.
Adverbia telah dalam klausa Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
yang terdapat dalam surat Alakhqaf (46):15 tersebut merupakan
adverbia yang menerangkan verba berikan. Dengan demikian, verba
berikan yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan pekerjaan
yang sudah selesai yang dilakukan oleh Engkau ‘Allah’.
47) Muhammad (47):21
Teks Ayat:
.معروف فإذا عزم األمر فـلو صدقوا ا� لكان خريا هلم وقول طاعة
Terjemahan:
“Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Akan tetapi, jikalau mereka benar (imannya)
100
terhadap Allah SWT, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka”.
Adverbia telah dalam frasa verbal telah tetap merupakan
adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak
menyukainya) yang terdapat dalam surat Muhammad (47):21
tersebut adalah adverbia yang menerangkan verba tetap yang terletak
di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif tetap yang
menduduki fungsi predikat itu adalah keadaan yang sudah terjadi
yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (perintah
perang).
48) Alhujurat (49):2-3
Teks Ayat:
له �لقول كجهر � أيـها الذين آمنوا ال تـرفـعوا أصواتكم فـوق صوت النيب وال جتهروا
إن الذين يـغضون أصواتـهم عند . بـعضكم لبـعض أن حتبط أعمالكم وأنتم ال تشعرون
.يم رسول ا� أولئك الذين امتحن ا� قـلوبـهم للتـقوى هلم مغفرة وأجر عظ
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah SWT untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”.
101
Adverbia telah dalam frasa verbal telah diuji merupakan
adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati
mereka oleh Allah SWT yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):2-
3 tersebut adalah adverbia yang menerangkan verba pasif diuji yang
terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif
diuji tersebut merupakan keadaan yang sudah terjadi yang mengena
kepada sesuatu yang menduduki fungsi subjek dalam klausa
pewatasnya (hati mereka).
49) Almujadalah (58):9
Teks Ayat:
نه ويـتـناجون �إلمث والعدوان أمل تـر إىل الذين نـهوا عن النجوى مث يـعودون لما نـهوا ع
بـنا ومعصيت الرسول وإذا جاؤوك حيـوك مبا مل حييك به ا� ويـقولون يف أنفسهم لوال يـع ذ
تم فال .ريا� مبا نـقول حسبـهم جهنم يصلونـها فبئس المص � أيـها الذين آمنوا إذا تـناجيـ
ي إليه تـتـناجوا �إلمث والعدوان ومعصيت الرسول وتـناجوا �لرب والتـقوى واتـقوا ا� الذ
ا النجوى من الشيطان ليحز .حتشرون ن الذين آمنوا وليس بضارهم شيئا إال �ذن ا� إمن
.وعلى ا� فـليـتـوكل المؤمنون
Terjemahan:
“Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka
102
neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”
Adverbia telah dalam frasa verbal telah dilarang
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah
dalam klausa Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah
dilarang mengadakan pembicaraan rahasia yang terdapat dalam
surat Almujadalah (58):9 tersebut adalah adverbia yang
menerangkan verba pasif dilarang yang terletak di samping kanan
adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif dilarang tersebut merupakan
keadaan yang sudah terjadi yang mengena kepada sesuatu yang
menduduki fungsi pelengkap (orang-orang).
i. Makna adverbia sudah
50) Almaidah (5):41
Teks Ayat:
تـؤمن ومل �فـواههم آمنا قالوا الذين من الكفر يف يسارعون الذين حيزنك ال الرسول أيـها �
من الكلم حيرفون �توك مل آخرين لقوم مساعون للكذب مساعون هادوا الذين ومن قـلوبـهم
نـته ا� يرد ومن فاحذروا تـؤتـوه مل وإن فخذوه هـذا أوتيتم إن يـقولون مواضعه بـعد فـلن فتـ
103
ر أن ا� يرد مل ذين ال أولـئك شيئا ا� من له متلك نـيا يف هلم قـلوبـهم يطه يف وهلم خزي الد
.عظيم عذاب اآلخرة
Terjemahan:
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
Adverbia sudah dalam frasa verbal sudah dirobah-robah
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia sudah
dalam klausa Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh
mereka) kepada kamu, maka terimalah yang terdapat dalam surat
Almaidah (5):41 tersebut adalah adverbia yang menerangkan verba
pasif dirobah-robah. Ini berarti bahwa verba pasif dirobah-robah
tersebut merupakan pekerjaan yang sudah terjadi yang dilakukan
oleh sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (mereka). Klausa
semacam ini merupakan klausa atributif. Klausa yang terletak di
dalam kurung merupakan klausa pewatas yang menjelaskan nomina
yang berada di depannya yang menggunakan kata ganti penunjuk
104
(ini). Perlu diketahui bahwa kata dirobah-robah bukanlah kata yang
baku dalam bahasa Indonesia. Untuk kata bakunya adalah diubah-
ubah.
51) Annur (24):53
Teks Ayat:
ة معروفة إن ا� خبري وأقسموا �� جهد أميا�م لئن أمرتـهم ليخرجن قل ال تـقسموا طاع
.مبا تـعملون
Terjemahan:
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika engkau menyeruh mereka, pastilah mereka akan keluar. Katakanlah, “Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta adalah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Adverbia sudah dalam frasa verbal sudah dikenal
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia sudah
dalam klausa Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang
diminta adalah) ketaatan yang sudah dikenal yang terdapat dalam
surat Annur (24):53 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan
bahwa verba pasif dikenal yang terletak di samping kanan adverbia.
Berdasarkan hal tersebut, maka verba pasif dikenal menjadi sebuah
keadaan yang sudah terjadi yang dikenakan terhadap sesuatu yang
terletak di samping kiri adverbia (ketaatan).
105
j. Makna adverbia selalu
52) Albaqarah (2):83
Teks Ayat:
واليـتامى القرىب وذي إحسا� و�لوالدين ا� إال تـعبدون ال إسرائيل بين ميثاق أخذ� وإذ
تم مث الزكاة وآتوا الصالة وأقيموا حسنا للناس وقولوا والمساكني وأنتم منكم قليال إال تـوليـ
.معرضون
Terjemahan:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”
Adverbia selalu dalam frasa verbal selalu berpaling
merupakan adverbia penanda aspek frekuentatif, yaitu ‘menerangkan
kekerapan terjadinya suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan’ atau
‘menunjukkan bahwa suatu peristiwa sering terjadi’. Secara leksikal,
selalu mempunyai makna ‘senantiasa; selamanya; sering, terus-
menerus; tidak pernah tidak’. Adverbia selalu dalam klausa dan
kamu selalu berpaling yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):83
tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba berpaling
yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut,
maka verba aktif intransitif berpaling merupakan keadaan atau
pekerjaan yang terus-menerus dilakukan oleh sesuatu yang
menduduki fungsi subjek (kamu).
106
53) Alan’aam (6):93
Teks Ayat:
سأنزل قال ومن شيء إليه يوح ومل إيل أوحي قال أو كذ� ا� على افـتـرى ممن أظلم ومن
أيديهم �سطوا والمآلئكة الموت غمرات يف الظالمون إذ تـرى ولو ا� أنزل ما مثل
ر ا� على تـقولون كنتم مبا اهلون اب عذ جتزون اليـوم أنفسكم أخرجوا عن وكنتم احلق غيـ
.تستكربون آ�ته
Terjemahan:
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau berkata: "Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan siapa yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah'. Sekiranya engkau melihat waktu orang-orang yang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat membuka tangan mereka (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawa kamu'. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya."
Adverbia selalu dalam frasa verbal selalu mengatakan
merupakan adverbia penanda aspek frekuentatif, yaitu ‘menerangkan
kekerapan terjadinya suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau’.
Adverbia selalu dalam klausa karena kamu selalu mengatakan
terhadap Allah yang tidak benar yang terdapat dalam surat
Alan’aam (6):93 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan
verba mengatakan yang terletak di samping kanan adverbia.
Berdasarkan hal tersebut, maka verba aktif mengatakan merupakan
pekerjaan yang senantiasa dilakukan oleh sesuatu yang menduduki
fungsi subjek (kamu).
107
54) Alan’aam (6):93
Adverbia selalu dalam frasa verbal selalu menyombongkan
merupakan adverbia penanda aspek frekuentatif, yaitu ‘menerangkan
kekerapan terjadinya suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau’.
Adverbia selalu dalam klausa dan kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya yang terdapat dalam surat Alan’aam (6):93
tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba
menyombongkan yang terletak di samping kanan adverbia. Ini
menunjukkan bahwa verba aktif menyombongkan merupakan
pekerjaan yang senantiasa dilakukan oleh sesuatu yang menduduki
fungsi subjek (kamu).
2. Makna Adverbia Penanda Sangkalan
a. Makna adverbia tidak
55) Albaqarah (2):31-32
Teks Ayat:
كنتم إن هـؤالء �مساء أنبئوين فـقال المالئكة على عرضهم مث كلها األمساء آدم وعلم
.احلكيم العليم أنت إنك علمتـنا ما إال لنا علم ال سبحانك قالوا . صادقني
Terjemahan:
“Dan mengajarkan Adam Nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
108
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami yang terdapat dalam surat
Albaqarah (2):31-32 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal
verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini
menunjukkan bahwa verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut
menjadi keadaan yang disangkal oleh adverbia. Adapun
penyangkalan itu ditujukan untuk sesuatu yang disebutkan pada
subjek (yang kami ketahui).
56) Albaqarah (2):44
Teks Ayat:
.تعقلون أفال الكتاب تتلون وأنتم أنفسكم وتنسون بالبر الناس أتأمرون
Terjemahan:
“Apakah kamu menyuruh orang melakukan aneka kebajikan dan kamu melupakan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca kitab suci. Tidakkah kamu berakal?”
Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan
yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Namun, dalam hal ini, adverbia tidak dalam
klausa Tidakkah kamu berakal bukanlah adverbia yang mengingkari
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya (kamu) tetapi
menyangkal atau mengingkari sesuatu yang menjadi predikat dalam
klausa tersebut (berakal). Hal itu dikarenakan jika dalam konstruksi
109
klausa deklaratif, klausa tersebut berbunyi kamu tidak berakal. Jadi,
yang diingkari atau disangkal itu adalah berakalnya, bukan aku.
Pembalikan urutan klausa menjadi Tidakkah kamu berakal
menjadikan klausa tersebut akan menjadi kalimat tanya dengan
menjadikan adverbia tidak menjadi topiknya. Pelekatan partikel –kah
setelah adverbia tidak tersebut mempunyai makna menegaskan
sebagai kalimat tanya atau interogatif.
57) Albaqarah (2):71
Teks Ayat:
قالوا فيها شية ال مسلمة احلرث تسقي وال األرض تثري ذلول ال بـقرة إنـها يـقول إنه ال ق
.يـفعلون كادوا وما فذحبوها �حلق جئت اآلن
Terjemahan:
“Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak bercacat
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam frasa tidak bercacat yang
terdapat dalam klausa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum
pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk
mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya yang
terdapat dalam surat Albaqarah (2):71 tersebut merupakan adverbia
yang menyangkal verba bercacat yang terletak di samping kanan
110
adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba bercacat merupakan
sesuatu keadaan yang disangkal atau diingkari. Frasa verbal tidak
bercacat itu menjadi kedaan yang dimiliki oleh sesuatu yang
menduduki fungsi subjek dalam klausa tersebut (sapi betina).
58) Albaqarah (2):71
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah
dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi
tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya yang terdapat dalam
surat Albaqarah (2):71 tersebut merupakan adverbia yang
menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Hal
ini menunjukkan bahwa verba ada yang terdapat dalam klausa
tersebut menjadi sesuatu keadaan yang disangkal oleh adverbia.
Adapun penyangkalan tersebut diberlakukan terhadap kategori
belangnya.
59) Albaqarah (2):71
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak melaksanakan
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa kemudian mereka
menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan
perintah itu yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):71 tersebut
111
merupakan adverbia yang menyangkal verba melaksanakan yang
terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa
verba melaksanakan merupakan sesuatu perbuatan yang disangkal
atau diingkari yang dilakukan oleh subjek (mereka).
60) Albaqarah (2):83
Teks Ayat:
واليـتامى القرىب وذي إحسا� و�لوالدين ا� إال تـعبدون ال إسرائيل بين ميثاق أخذ� وإذ
تم مث الزكاة وآتوا الصالة وأقيموا حسنا للناس وقولوا والمساكني وأنتم منكم قليال إال تـوليـ
.معرضون
Terjemahan:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak memenuhi
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak yang terdapat dalam klausa
kemudian kamu tidak memenuhi janji itu yang terdapat dalam surat
Albaqarah (2):83 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal
verba memenuhi yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti
bahwa verba memenuhi yang terdapat dalam klausa tersebut adalah
perbuatan yang disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh
subjek (kamu).
112
61) Albaqarah (2):235
Teks Ayat:
أنكم ا� علم أنفسكم يف أكننتم أو النساء خطبة من به عرضتم فيما عليكم جناح وال
النكاح عقدة تـعزموا وال معروفا قـوال تـقولوا أن إال سرا تـواعدوهن ال ولـكن ستذكرونـهن
لغ حىت ا� أن واعلموا فاحذروه أنفسكم يف ما يـعلم ا� أن واعلموا أجله الكتاب يـبـ
.حليم غفور
Terjemahan:
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, keculi sekadar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah. Sebelum sampai ketetapan (menyangkut ‘iddah wanita itu) pada akhir masanya. Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hati kamu; maka takutlah kepada-nya dan ketahuilah bahwa Allah maha pengampun lagi maha penyantun.”
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa Dan tidak ada dosa bagi kamu yang terdapat dalam
surat Albaqarah (2):235 tersebut merupakan adverbia yang
menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia.
Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang menduduki fungsi
predikat itu menjadi sesuatu keadaan yang disangkal. Adapun
penyangkalan itu ditujukan untuk sesuatu yang disebutkan pada
subjek (dosa).
113
62) Annisaa’ (4):46
Teks Ayat:
عنا ويـقولون مواضعه عن الكلم حيرفون هادوا الذين من نا مس ر وامسع وعصيـ مسمع غيـ
عنا قالوا أنـهم ولو الدين يف وطعنا �لسنتهم ليا وراعنا خريا لكان وانظر� وامسع وأطعنا مس
.قليال إال يـؤمنون فال بكفرهم ا� لعنـهم ولكن وأقـوم هلم
Terjemahan:
“Yaitu orang-orang Yahudi. Mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya, dan mereka berkata, kami mendengar, tetapi kami tidak menurutinya.” Dan “Dengarlah sedang kami tidak mendengar” Dan (mereka mengatakan): ‘Raa inaa’ dengan memutar-mutar lidah mereka dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikannlah kami; tentulah itu baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menurutinya
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa tetapi kami tidak
menurutinya yang terdapat dalam surat Annisaa’ (4):46 tersebut
merupakan adverbia yang menyangkal verba menurutinya yang
terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba
menurutinya yang menduduki fungsi predikat itu menjadi perbuatan
yang disangkal atau diingkari. Dengan kata lain bahwa menurutinya
itu tidaklah menjadi perbuatan yang dilakukan oleh subjek (kami).
63) Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mendengar
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
114
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Dan “Dengarlah
sedang kami tidak mendengar” yang terdapat dalam surat Annisaa’
(4):46 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba
mendengar yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan
hal tersebut, maka verba mendengar yang menduduki fungsi predikat
itu menjadi perbuatan yang disangkal atau diingkari. Ini berarti
bahwa verba menurutinya tersebut bukanlah menjadi perbuatan
yang dilakukan atau dialami oleh subjek (kami).
64) Annisaa’ (4):46
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak beriman merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam frasa tidak beriman yang terdapat dalam klausa Mereka tidak
beriman kecuali iman yang sangat tipis yang terdapat dalam surat
Annisaa’ (4):46 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal
verba beriman yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti
bahwa verba beriman yang berfungsi sebagai predikat itu merupakan
perbuatan atau keadaan yang disangkal atau diingkari atau tidak
dilakukan oleh subjek (mereka).
65) Almaidah (5):13
Teks Ayat:
حظا ونسوا مواضعه عن الكلم حيرفون قاسية قـلوبـهم وجعلنا لعناهم ميثاقـهم نـقضهم فبما
هم خآئنة على تطلع تـزال وال به ذكروا مما نـ هم قليال إال م نـ هم فاعف م ا� إن واصفح عنـ
. المحسنني حيب
115
Terjemahan:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak berkhianat
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa kecuali sedikit di
antara mereka yang tidak berkhianat yang terdapat dalam surat
Annisaa’ (4):46 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal
verba berkhianat yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti
bahwa verba berkhianat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan
yang disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh subjek
(mereka).
66) Almaidah (5):63
Teks Ayat:
هاهم لوال نيون يـنـ .يصنـعون كانوا ما لبئس السحت وأكلهم اإلمث قـوهلم عن واألحبار الر�
Terjemahan:
“Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan”.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak melarang
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
116
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa pendeta-pendeta
mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan
memakan yang haram yang terdapat dalam surat Almaidah (5):63
tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba melarang yang
terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa
verba melarang dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang
disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh subjek (pendeta-
pendeta mereka).
67) Alan’aam (6):93
Teks Ayat:
سأنزل قال ومن شيء إليه يوح ومل إيل أوحي قال أو كذ� ا� على افـتـرى ممن أظلم ومن
أيديهم �سطوا والمآلئكة الموت غمرات يف الظالمون إذ تـرى ولو ا� أنزل ما مثل
ر ا� على تـقولون كنتم مبا اهلون عذاب جتزون اليـوم أنفسكم أخرجوا عن وكنتم احلق غيـ
.تستكربون آ�ته
Terjemahan:
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau berkata: "Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan siapa yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah'. Sekiranya engkau melihat waktu orang-orang yang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat membuka tangan mereka (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawa kamu'. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya."
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
117
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya
yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):235 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan
adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang menduduki
fungsi predikat itu menjadi sesuatu keadaan yang disangkal. Adapun
penyangkalan itu ditujukan untuk sesuatu yang disebutkan pada
subjek (sesuatu pun).
68) Alan’aam (6):93
Adverbia tidak dalam frasa adjektival tidak benar
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah yang tidak benar yang terdapat dalam
surat Alan’aam (6):93 tersebut merupakan adverbia yang
menyangkal adjektiva benar yang terletak di samping kanan
adverbia. Ini berarti bahwa adjektiva benar dalam klausa tersebut
merupakan keadaan yang disangkal atau diingkari. Adapun keadaan
yang disangkal itu (tidak benar) merupakan sesuatu yang ditujukan
untuk perbuatan yang dilakukan oleh subjek (mereka), yaitu
perbuatan yang selalu mengatakan terhadap Allah.
118
69) Alan’aam (6):112
Teks Ayat:
زخرف بـعض إىل بـعضهم يوحي واجلن اإلنس شياطني عدوا نيب لكل جعلنا وكذلك
.يـفتـرون وما فذرهم فـعلوه ما ربك شاء ولو غرورا القول
Terjemahan:
"Dan demikian itulah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan."
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mengerjakannya
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa niscaya mereka tidak
mengerjakannya yang terdapat dalam surat Alan’aam (6):112
tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba
mengerjakannya yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti
bahwa verba mengerjakannya dalam klausa tersebut merupakan
perbuatan yang disangkal atau diingkari atau tidak dlilakukan oleh
subjek (mereka).
70) Alan’aam (6):152
Teks Ayat:
لغ حىت أحسن هي �ليت إال اليتيم مال تـقربوا ال و �لقسط والميزان الكيل وأوفوا أشده يـبـ
ذلكم أوفوا ا� وبعهد قـرىب ذا كان ولو فاعدلوا قـلتم وإذا وسعها إال نـفسا نكلف ال
.تذكرون لعلكم به وصاكم
119
Terjemahan:
"Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu) dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat".
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak memikulkan
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar
kesanggupannya yang terdapat dalam surat Alan’aam (6):152
tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba memikulkan
yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba
memikulkan dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang
disangkal atau diingkari atau tidak dlilakukan oleh subjek (kami).
71) Ala’raf (7):161-162
Teks Ayat:
ها وكلوا القرية هـذه اسكنوا هلم قيل وإذ تم حيث منـ سجدا الباب وادخلوا حطة وقولوا شئـ
هم ظلموا الذين فـبدل . المحسنني سنزيد خطيئاتكم لكم نـغفر ر قـوال منـ هلم قيل الذي غيـ
.يظلمون كانوا مبا السماء من رجزا عليهم فأرسلنا
Terjemahan:
"Dan (ingatlah) ketika dikatakan kepada mereka "Tinggallah di negeri ini dan makanlah darinya di mana saja kamu menghendaki. Dan katakanlah 'Hiththah dan masukilah pintu gerbang sambil membungkuk niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahan kamu'. Kelak akan kami tambah kepada para muhsinin". Lalu orang-orang
120
yang dzalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kezhaliman mereka.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak dikatakan
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Lalu orang-orang
yang dzalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan
perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka yang terdapat dalam
surat Ala’raf (7):161-162 tersebut merupakan adverbia yang
menyangkal verba pasif dikatakan yang terletak di samping kanan
adverbia. Dengan demikian, verba dikatakan dalam klausa tersebut
menjadi perbuatan yang disangkal atau diingkari atau yang tidak
dialami oleh nomina perkataan.
72) Attaubah (9):31-32
Teks Ayat:
إلـها ليـعبدوا إال أمروا وما مرمي ابن والمسيح ا� دون من أر�� ورهبانـهم أحبارهم اختذوا
ا� و�ىب �فـواههم ا� نور يطفؤوا أن يريدون . يشركون عما سبحانه هو إال إلـه ال واحدا
.الكافرون كره ولو نوره م يت أن إال
Terjemahan:
"Mereka menjadikan para ahbar mereka, dan rahib-rahib mereka sebatai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putrra Maryam; padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, padahal Allah enggan selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai."
121
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak disuruh merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah
Tuhan Yang Maha Esa yang terdapat dalam surat Attaubah (9):31-
32 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba pasif
disuruh yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian,
verba disuruh dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang
disangkal atau diingkari atau yang tidak dialami oleh subjek
(mereka).
73) Attaubah (9):31-32
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa tidak ada tuhan selain Dia yang terdapat dalam surat
Attaubah (9):31-32 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal
verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal
tersebut, maka verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut
menjadi sesuatu keadaan yang disangkal. Adapun penyangkalan itu
ditujukan untuk keberadaan nomina Tuhan.
74) Attaubah (9):31-32
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menyukai
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
122
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa walaupun orang-
orang kafir tidak menyukai yang terdapat dalam surat Attaubah
(9):31-32 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba
menyukai yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan
demikian, verba menyukai dalam klausa tersebut menjadi perbuatan
yang disangkal atau diingkari atau yang tidak dilakukan oleh subjek
(orang-orang kafir).
75) Yunus (10):99-100
Teks Ayat:
يعا أفأنت تكره الناس حىت يكونوا مؤمنني . ولو شاء ربك آلمن من يف األرض كلهم مج
.ال يـعقلون وما كان لنـفس أن تـؤمن إال �ذن ا� وجيعل الرجس على الذين
Terjemahan:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya, padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.”
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali
dengan izin Allah yang terdapat dalam surat Yunus (10):99-100
tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang
terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka
verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu
keadaan yang disangkal. Adapun penyangkalan itu ditujukan untuk
123
keberadaan nomina yang terletak di samping kanannya (satu jiwa
pun).
76) Yunus (10):99-100
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mempergunakan
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa dan Allah
menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya yang terdapat dalam surat Yunus (10):99-
100 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba
mempergunakan yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan
demikian, maka verba mempergunakan yang terdapat dalam klausa
tersebut menjadi perbuatan yang disangkal atau tidak dilakukan oleh
nomina orang-orang.
77) Hud (11):69
Teks Ayat:
أن جاء بعجل ولقد جاءت رسلنا إبـراهيم �لبـشرى قالوا سالما قال سالم فما لبث
.حنيذ
Terjemahan:
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang kepada
Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan,
“Salam”. Ibrahim menjawab “Salam”: maka tidak lama kemudian
Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.”
Adverbia tidak dalam frasa adjektival tidak lama
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
124
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa maka tidak lama
kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang
yang terdapat dalam surat Hud (11):69 tersebut merupakan adverbia
yang menyangkal adjektiva lama yang terletak di samping kanan
adverbia. Ini berarti bahwa adjektiva lama menjadi keadaan yang
disangkal atau diingkari. Dengan demikian, tidak lama tersebut
menunjukkan waktu yang sebentar sebelum Ibrahim menyuguhkan
daging anak sapi yang dipanggang.
78) Ibrahim (14):24-26
Teks Ayat:
. كلمة طيبة كشجرة طيبة أصلها �بت وفـرعها يف السماءأمل تـر كيف ضرب ا� مثال
ا ويضرب ا� األمثال للناس لعلهم يـتذكرون ومثل كلمة . تـؤيت أكلها كل حني �ذن ر�
.ت من فـوق األرض ما هلا من قـرار خبيثة كشجرة خبيثة اجتـث
Terjemahan:
“Tidaklah engkau melihat bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya
tegak dan cabangnya ke langit. Ia memberikan.”
Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan
yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Namun, dalam hal ini, adverbia tidak dalam
klausa Tidaklah engkau melihat bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik bukanlah adverbia yang
mengingkari atau menyangkal akan kategori yang didampinginya
(engkau) tetapi menyangkal atau mengingkari sesuatu yang menjadi
125
predikat dalam klausa tersebut (melihat). Hal itu dikarenakan klausa
tersebut telah mengalami permutasi. Klausa tersebut berasal dari
struktur Engkau tidaklah melihat bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik. Jadi, yang diingkari atau disangkal
itu adalah melihat, bukan engkau. Pembalikan urutan klausa menjadi
Tidaklah engkau melihat menjadikan adverbia sangkalan tidak
menjadi topiknya. Pelekatan partikel –lah setelah adverbia tidak
tersebut mempunyai makna ‘memberikan ketegasan yang sedikit
keras’.
79) Annur (24):12
Teks Ayat:
عتموه ظن المؤمنون والمؤمنات �نف .سهم خريا وقالوا هذا إفك مبني لوال إذ مس
Terjemahan:
Mengapa di waktu kamu mendengarnya orang-orang mukmin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka dan berkata: “Ini adalah satu berita bohong yang nyata”.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak bersangka
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Mengapa di waktu
kamu mendengarnya orang-orang mukmin dan mukminat tidak
bersangka baik terhadap diri mereka yang terdapat dalam surat
Annur (24):12 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba
bersangka yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan
demikian, maka verba bersangka yang terdapat dalam klausa
126
tersebut menjadi perbuatan yang disangkal atau tidak dilakukan oleh
subjek (orang-orang mukmin dan mukminat).
80) Annur (24):15-18
Teks Ayat:
عند ا� إذ تـلقونه �لسنتكم وتـقولون �فـواهكم ما ليس لكم به علم وحتسبونه هينا وهو
عتموه قـلتم ما يكون لنا أن نـتكلم �ذا سبحانك هذا بـهتان عظيم . عظيم . ولوال إذ مس
عل . يعظكم ا� أن تـعودوا لمثله أبدا إن كنتم لكم اآل�ت وا� ا� .يم حكيم ويـبـني
Terjemahan:
“Ketika kamu menerimanya dari lidah ke lidah dan kamu katakan dengan mulut-mulut kamu, apa yang tidak ada bagi kamu tentangnya sedikit pengetahuan, dan kamu menganggapnya suatu yang remeh, padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan Mengapa kamui saat mendengarnya tidak berkata: “Sekali-kali tidak pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau, ini adalah dusta yang besar”. Allah memperingatkan kamu karena tidak suka kamu kembali memperbuat serupa dengannya selama-lamanya; jika kamu orang-orang mukmin dan Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa dan kamu katakan dengan mulut-mulut kamu, apa yang
tidak ada bagi kamu tentangnya sedikit pengetahuan yang terdapat
dalam surat Annur (24):15-18 tersebut merupakan adverbia yang
menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia.
Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang terdapat dalam
klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang diingkari atau
127
disangkal. Adapun tidak ada itu merujuk pada sedikit pengetahuan
tentangnya.
81) Annur (24):15-18
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak berkata merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa Dan Mengapa kamu saat mendengarnya tidak berkata
yang terdapat dalam surat Annur (24):15-18 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba berkata yang terletak di samping
kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba berkata yang
terdapat dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang diingkari
atau disangkal atau tidak dilakukan nomina kamu.
82) Annur (24):15-18
Adverbia tidak dalam frasa adjektival tidak pantas
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Sekali-kali tidak
pantas bagi kita memperkatakan ini yang terdapat dalam surat
Annur (24):15-18 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal
adjektiva pantas yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti
bahwa adjektiva pantas yang terdapat dalam klausa tersebut
merupakan keadaan yang diingkari atau disangkal. Tidak pantas di
sini merujuk pada perbuatan memperkatakan ini.
128
83) Annur (24):15-18
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak suka merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa Allah memperingatkan kamu karena tidak suka kamu
kembali memperbuat serupa dengannya selama-lamanya yang
terdapat dalam surat Annur (24):15-18 tersebut merupakan adverbia
yang menyangkal verba suka yang terletak di samping kanan
adverbia. Ini berarti bahwa adjektiva suka yang terdapat dalam
klausa tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal
atau tidak dilakukan oleh subjek (Allah).
84) Alfurqan (25):22
Teks Ayat:
.يـوم يـرون المالئكة ال بشرى يـومئذ للمجرمني ويـقولون حجرا حمجورا
Terjemahan:
Pada hari mereka melihat malaikat, tidak ada kabar gembira buat para pendurhaka pada hari itu, dan mereka berkata: “Hijran Mahjuran”.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa tidak ada kabar gembira buat para pendurhaka pada
hari itu yang terdapat dalam surat Alfurqan (25):22 tersebut
merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di
samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada
129
yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang
diingkari atau disangkal. Adapun tidak ada yang terdapat dalam
klausa itu merujuk pada subjek (kabar gembira).
85) Alahzab (33):32
Teks Ayat:
نت فال ختضعن �لقول فـيطمع الذي يف قـلبه � نساء النيب لسنت كأحد من النساء إن اتـقيـ
.مرض وقـلن قـوال معروفا
Terjemahan:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk ketika berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”.
Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan
yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa kamu sekalian
tidaklah seperti wanita yang lain yang terdapat dalam surat Alahzab
(33):32 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan frasa
preposisional seperti wanita yang lain yang terletak di samping
kanan adverbia. Dalam hal ini adverbia tidak tersebut menyangkal
atau mengingkari frasa seperti wanita yang lain. Pelekatan partikel –
lah pada adverbia tidak mempunyai maksud untuk memberikan
ketegasan yang sedikit keras. Dengan demikian, klausa di atas
mengandung arti terdapat penegasan bahwa kamu sekalian yang
dimaksud dalam klausa itu tidak memiiki kesamaan ataupun
kemiripan dengan wanita yang lain.
130
86) Saba’ (34):31
Teks Ayat:
وقال الذين كفروا لن نـؤمن �ذا القرآن وال �لذي بـني يديه ولو تـرى إذ الظالمون
م يـرجع بـعضهم إىل بـعض القول يـقول الذين استضعفوا للذين استكبـر وا موقوفون عند ر�
.ال أنتم لكنا مؤمنني لو
Terjemahan:
“Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat orang-orang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”.
Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan
yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Kalau tidaklah
karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman yang
terdapat dalam surat Saba’ (34):31 tersebut merupakan adverbia
yang menerangkan frasa preposisional karena kamu yang terletak di
samping kanan adverbia. Dalam hal ini adalah menyangkal atau
mengingkari frasa karena kamu tersebut. Pelekatan partikel –lah
pada adverbia tidak mempunyai maksud untuk memberikan
ketegasan yang sedikit keras. Klausa tersebut pada awalnya bisa
berarti bahwa kami menjadi orang-orang yang beriman bukanlah
disebabkan karena kamu. Namun, klausa tersebut merupakan klausa
yang bermakna pengandaian dengan dipakainya preposisi kalau pada
131
awal klausa. Jadi, pada kenyataannya kami dalam klausa itu tidak
menjadi orang-orang yang beriman yang disebabkan karena kamu.
87) Aljasiyah (45):7-8
Teks Ayat:
لى عليه مث يصر .ويل لكل أفاك أثيم ره يسمع آ�ت ا� تـتـ مستكربا كأن مل يسمعها فـبش
.بعذاب أليم
Terjemahan:
“Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya, maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih”.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mendengarnya
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa dia tetap
menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya yang
terdapat dalam surat Aljasiyah (45):7-8 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba mendengarnya yang terletak di
samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba mendengarnya
yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang
diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (dia).
88) Alakhqaf (46):31-32
Teks Ayat:
ركم من عذاب أليم ومن ال .� قـومنا أجيبوا داعي ا� وآمنوا به يـغفر لكم من ذنوبكم وجي
ب داعي ا� فـليس مبعجز يف األرض وليس له من دونه أولي .اء أولئك يف ضالل مبني جي
132
Terjemahan:
“Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih” “Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah SWT. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menerima
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Dan orang yang tidak
menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia
tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi yang
terdapat dalam surat Alakhqaf (46):31-32 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba menerima yang terletak di samping
kanan adverbia. Dengan demikian, verba menerima yang terdapat
dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau
disangkal atau tidak dilakukan oleh nomina orang yang terletak
samping kiri adverbia tidak.
89) Alakhqaf (46):31-32
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa dan tidak ada baginya pelindung selain Allah SWT
yang terdapat dalam surat Alakhqaf (46):31-32 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak samping kanan
133
adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang terdapat
dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang diingkari atau
disangkal. Adapun tidak ada itu merujuk pada kategori yang menjadi
objek (pelindung).
90) Muhammad (47):21
Teks Ayat:
.معروف فإذا عزم األمر فـلو صدقوا ا� لكان خريا هلم وقول طاعة
Terjemahan:
“Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Akan tetapi, jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah SWT, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka”.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menyukainya
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Apabila telah tetap
perintah perang (mereka tidak menyukainya) yang terdapat dalam
surat Muhammad (47):21 tersebut merupakan adverbia yang
menyangkal verba menyukainya yang terletak di samping kanan
adverbia. Dengan demikian, verba menyukainya yang terdapat dalam
klausa tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal
atau tidak dilakukan oleh subjek (mereka).
134
91) Alfath (48):11
Teks Ayat:
نا أموالنا وأهلو� فاستـغفر لنا يـقولون �لس نتهم سيـقول لك المخلفون من األعراب شغلتـ
قـلو�م قل فمن ميلك لكم من ا� شيئا إن أراد بكم ضرا أو أراد بكم نـفعا بل ما ليس يف
مبا تـعملون خبريا .كان ا�
Terjemahan:
“Orang-orang Badui yang tertinggal akan mengatakan, “Harta dan keluarga kami”. Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah SWT jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu dan Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak
ada dalam hatinya yang terdapat dalam surat Alfath (48):11 tersebut
merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di
samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada
yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang
diingkari atau disangkal. Adapun tidak ada dalam klausa itu merujuk
pada keberadaan sesuatu dalam hatinya.
92) Alhujurat (49):2-3
Teks Ayat:
فـوق صوت النيب وال جتهروا له �لقول كجهر � أيـها الذين آمنوا ال تـرفـعوا أصواتكم
إن الذين يـغضون أصواتـهم عند . بـعضكم لبـعض أن حتبط أعمالكم وأنتم ال تشعرون
.للتـقوى هلم مغفرة وأجر عظيم رسول ا� أولئك الذين امتحن ا� قـلوبـهم
135
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah SWT untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak hapus merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak
dalam klausa supaya tidak hapus (pahala) amalanmu yang terdapat
dalam surat Alhujurat (49):2-3 tersebut merupakan adverbia yang
menyangkal verba pasif hapus yang terletak di samping kanan
adverbia. Dengan demikian, verba hapus yang terdapat dalam klausa
tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau
tidak terjadi terhadap frasa nomina pahala amalanmu.
93) Alhujurat (49):23
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menyadari
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa sedangkan kamu tidak
menyadari yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):2-3 tersebut
merupakan adverbia yang menyangkal verba menyadari yang
terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba
menyadari yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan
136
yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek
(kamu).
94) Alhujurat (49):4-5
Teks Ayat:
إليهم ولو أنـهم صبـروا حىت خترج . إن الذين يـنادونك من وراء احلجرات أكثـرهم ال يـعقلون
غفور رحيم .لكان خريا هلم وا�
Terjemahan:
“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti”. “Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka dan Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mengerti
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa kebanyakan mereka
tidak mengerti yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):4-5 tersebut
merupakan adverbia yang menyangkal verba mengerti yang terletak
di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba mengerti yang
terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan atau keadaan
yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek
(mereka).
95) Alhujurat (49):6
Teks Ayat:
وا قـوما جبهالة فـتصبحوا على ما � أيـها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنـبأ فـتـبـيـنوا أن تصيب
.فـعلتم �دمني
137
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menimpakan
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):6 tersebut
merupakan adverbia yang menyangkal verba dwitransitif
menimpakan yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan
hal tersebut, verba menimpakan yang terdapat dalam klausa itu
merupakan perbuatan atau keadaan yang diingkari atau disangkal
atau tidak dilakukan oleh subjek (kamu). Adapun sesuatu yang
ditimpakan itu adalah nomina yang menjadi objek (suatu musibah),
sedangkan yang menjadi sasarannya adalah nomina yang menjadi
pelengkap (suatu kaum).
96) Alhujurat (49):11
Teks Ayat:
هم وال نساء من نساء � أيـها الذين آمنوا ال يسخر قوم نـ من قـوم عسى أن يكونوا خريا م
هن وال تـلمزوا أنفسكم وال تـنابـزوا �أللقاب بئس االسم الفسوق نـ عسى أن يكن خريا م
ميان ومن مل يـتب فأولئك ه .م الظالمون بـعد اإل
138
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak bertaubat
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa dan barangsiapa yang
tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim yang
terdapat dalam surat Alhujurat (49):11 tersebut merupakan adverbia
yang menyangkal verba bertaubat yang terletak di samping kanan
adverbia. Dengan demikian, verba bertaubat yang terdapat dalam
klausa itu merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau
tidak dilakukan oleh subjek (mereka).
97) Almujadalah (58):9
Teks Ayat:
وان أمل تـر إىل الذين نـهوا عن النجوى مث يـعودون لما نـهوا عنه ويـتـناجون �إلمث والعد
بـنا ومعصيت الرسول وإذا جاؤوك حيـوك مبا مل حييك به ا� ويـقولون يف أنفسهم لوال يـع ذ
تم فال .ا� مبا نـقول حسبـهم جهنم يصلونـها فبئس المصري � أيـها الذين آمنوا إذا تـناجيـ
ي إليه تـتـناجوا �إلمث والعدوان ومعصيت الرسول وتـناجوا �لرب والتـقوى واتـقوا ا� الذ
ا النجوى من الشيطان ليحزن .حتشرون الذين آمنوا وليس بضارهم شيئا إال �ذن ا� إمن
.وعلى ا� فـليـتـوكل المؤمنون
139
Terjemahan:
“Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menyiksa
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Mengapa Allah SWT
tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu yang
terdapat dalam surat Almujadalah (58):9 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba menyiksa yang terletak di samping
kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba bertaubat yang terdapat
dalam klausa itu merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal
atau tidak dilakukan oleh subjek (Allah SWT).
140
98) Assaff (61):2-3
Teks Ayat:
.ن تـقولوا ما ال تـفعلون كبـر مقتا عند ا� أ . � أيـها الذين آمنوا مل تـقولون ما ال تـفعلون
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat”. “Amat besar kebencian di sisi Allah SWT bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.
Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan
yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Namun, dalam hal ini, adverbia tidak dalam
klausa mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat
bukanlah adverbia yang mengingkari atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya (kamu) tetapi menyangkal atau mengingkari
sesuatu yang menjadi predikat dalam klausa sematan tersebut
(perbuat).
b. Makna adverbia tak
99) Yusuf (12):92
Teks Ayat:
.تـثـريب عليكم اليـوم يـغفر ا� لكم وهو أرحم الرامحني قال ال
Terjemahan:
“Dia (Yusuf) berkata: “pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang”.
Adverbia tak dalam frasa verbal tak ada merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
141
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Secara
leksikal, adverbia tak ini memiliki arti ‘tidak’. Adverbia tak dalam
klausa pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu yang terdapat
dalam surat Yusuf (12):92 tersebut merupakan adverbia yang
menyangkal atau mengingkari verba ada yang terletak di samping
kanan adverbia. Dengan demikian, verba ada yang menduduki
fungsi predikat itu merupakan keadaan yang disangkal. Adapun
penyangkalan itu ditujukan untuk nomina cercaan.
c. Makna adverbia tidak akan
100) Almaidah (5):41
Teks Ayat:
تـؤمن ومل �فـواههم آمنا قالوا الذين من الكفر يف يسارعون الذين حيزنك ال الرسول أيـها �
من الكلم حيرفون �توك مل آخرين لقوم مساعون للكذب مساعون هادوا الذين ومن قـلوبـهم
نـته ا� يرد ومن روا فاحذ تـؤتـوه مل وإن فخذوه هـذا أوتيتم إن يـقولون مواضعه بـعد فـلن فتـ
ر أن ا� يرد مل الذين أولـئك شيئا ا� من له متلك نـيا يف هلم قـلوبـهم يطه يف وهلم خزي الد
.عظيم عذاب اآلخرة
Terjemahan:
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
142
Adverbia tidak akan dalam frasa adjektival tidak akan
mampu merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna
sangkalan, yaitu ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak akan
terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dan sebagainya’ dan akan yang berarti ‘menyatakan
perbuatan akan berlangsung’. Adverbia dengan struktur seperti ini
menunjukkkan bahwa frasa adjektival akan mampu itu diterangkan
atau dicakupi oleh adverbia tidak. Dalam strukutur adverbia tidak
akan seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia
aspek akan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa adverbia
tidak akan dalam klausa maka sekali-kali kamu tidak akan mampu
menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah dalam surat Almaidah
(5):41 di atas mengandung pengertian bahwa adverbia tidak
merupakan adverbia yang menyangkal frasa adjektival akan mampu
yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa frasa adjektival akan mampu dalam frasa tidak
akan mampu itu adalah keadaan yang diingkari atau disangkal. Dari
pengingkaran atau penyangkalan itu, dapat diambil makna bahwa
terdapat adanya penegasan dalam hal pengingkaran tersebut.
Berdasarkan hal itu, dapat dijelaskan bahwa terdapat adanya
penegasan bahwa sekali-kali subjek dalam klausa itu (kamu) tidak
143
akan mampu menolak apa yang disebutkan pada objek (sesuatu pun
yang datang dari Allah).
101) Saba’ (34):31
Teks Ayat:
بـني يديه ولو تـرى إذ الظالمون وقال الذين كفروا لن نـؤمن �ذا القرآن وال �لذي
م يـرجع بـعضهم إىل بـعض القول يـقول الذين استضعفوا للذين استكبـر وا موقوفون عند ر�
.لوال أنتم لكنا مؤمنني
Terjemahan:
“Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat orang-orang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”.
Adverbia tidak akan dalam frasa verbal tidak akan beriman
merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna sangkalan, yaitu
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak akan terdiri
atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dan sebagainya’ dan akan yang berarti ‘menyatakan
perbuatan akan berlangsung’. Adverbia dengan struktur seperti ini
menunjukkkan bahwa frasa verbal akan beriman itu diterangkan atau
dicakupi oleh adverbia tidak. Dalam strukutur adverbia tidak akan
seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia aspek
akan.
144
Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak akan dalam klausa
Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dalam
surat Saba’ (34):31 di atas mengandung pengertian bahwa adverbia
tidak merupakan adverbia yang menyangkal frasa verbal akan
beriman yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa frasa verbal akan beriman dalam
frasa tidak akan beriman itu adalah keadaan yang diingkari atau
disangkal. Dari pengingkaran atau penyangkalan itu, dapat diambil
makna bahwa terdapat adanya penegasan dalam hal pengingkaran
tersebut. Berdasarkan hal itu, dapat dijelaskan bahwa terdapat
adanya penegasan bahwa sekali-kali subjek dalam klausa itu (kami
‘orang-orang kafir’) tidak akan beriman kepada apa yang disebutkan
pada fungsi pelengkap (kepada Al Quran ini).
102) Alakhqaf (46):31-32
Teks Ayat:
ركم من عذاب أليم ومن ال .� قـومنا أجيبوا داعي ا� وآمنوا به يـغفر لكم من ذنوبكم وجي
ب داعي ا� فـليس مبعجز يف األرض وليس له من دونه أولياء أولئك يف ضالل مبني .جي
Terjemahan:
“Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih” “Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah SWT. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”
Adverbia tidak akan dalam frasa verbal tidak akan
melepaskan merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna
145
sangkalan, yaitu ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak akan
terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dan sebagainya’ dan akan yang berarti ‘menyatakan
perbuatan akan berlangsung’. Adverbia dengan struktur seperti ini
menunjukkkan bahwa frasa verbal akan melepaskan itu diterangkan
atau dicakupi oleh adverbia tidak. Dalam strukutur adverbia seperti
ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia aspek akan.
Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak akan dalam klausa
Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru
kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab
Allah SWT di muka bumi dalam surat Alakhqaf (46):31-32 di atas
mengandung pengertian bahwa adverbia tidak merupakan adverbia
yang menyangkal frasa verbal akan melepaskan yang terletak di
samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
frasa verbal akan melepaskan dalam frasa tidak akan melepaskan itu
adalah keadaan yang diingkari atau disangkal. Dari pengingkaran
atau penyangkalan itu, dapat diambil makna bahwa terdapat adanya
penegasan dalam hal pengingkaran tersebut. Berdasarkan hal itu,
dapat dijelaskan bahwa terdapat adanya penegasan bahwa sekali-kali
subjek dalam klausa itu (ia) tidak akan melepaskan apa yang
disebutkan pada fungsi objek (diri).
146
d. Makna adverbia tidak hendak
103) Almaidah (5):41
Teks Ayat:
تـؤمن ومل �فـواههم آمنا قالوا الذين من الكفر يف يسارعون الذين حيزنك ال الرسول أيـها �
من الكلم حيرفون �توك مل آخرين لقوم مساعون للكذب مساعون هادوا الذين ومن قـلوبـهم
نـته ا� يرد ومن فاحذروا تـؤتـوه مل وإن فخذوه هـذا أوتيتم إن يـقولون مواضعه بـعد فـلن فتـ
ر أن ا� يرد مل الذين أولـئك شيئا ا� من له متلك نـيا يف هلم قـلوبـهم يطه يف وهلم خزي الد
.عظيم عذاب اآلخرة
Terjemahan:
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
Adverbia tidak hendak dalam frasa verbal tidak hendak
mensucikan merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna
sangkalan, yaitu ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak hendak
terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dan sebagainya’ dan hendak yang berarti ‘bermaksud
akan’. Adverbia dengan struktur seperti ini menunjukkkan bahwa
147
hendak mensucikan itu diterangkan atau dicakupi oleh adverbia
tidak. Dalam strukutur adverbia seperti ini, adverbia sangkalan tidak
mendahului adverbia aspek hendak.
Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak hendak dalam klausa
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan
hati mereka dalam surat Almaidah (5):41 di atas mengandung
pengertian bahwa adverbia tidak merupakan adverbia yang
menyangkal frasa verbal hendak mensucikan yang terletak di
samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
frasa verbal hendak mensucikan dalam frasa tidak hendak
mensucikan itu adalah keadaan yang diingkari atau disangkal. Dari
pengingkaran atau penyangkalan itu, dapat diambil makna bahwa
terdapat adanya penegasan dalam hal pengingkaran tersebut.
Berdasarkan hal itu, dapat dijelaskan bahwa terdapat adanya
penegasan bahwa sekali-kali subjek dalam klausa itu (Allah) tidak
akan menyucikan terhadap apa yang disebutkan pada fungsi objek
(hati mereka). Perlu diketahui bahwa kata mensucikan bukanlah
merupakan kata bentukan yang tepat. Adapun kata bentukan yang tepat
adalah menyucikan.
e. Makna adverbia tidak pula
104) Albaqarah (2):71
Teks Ayat:
قالوا فيها شية ال مسلمة احلرث تسقي وال األرض تثري ذلول ال بـقرة إنـها يـقول إنه قال
.يـفعلون كادوا وما فذحبوها �حلق جئت اآلن
148
Terjemahan:
“Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”
Adverbia tidak pula dalam frasa preposisional tidak pula
untuk mengairi merupakan adverbia penanda sangkalan, yaitu
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak pula terdiri
atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dan sebagainya’ dan pula yang bermakna
‘menyatakan keberulangan suatu peristiwa atau kejadian’. Dalam
struktur adverbia seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului
adverbia aspek pula, dalam arti adverbia sangkalan tidak ini
mengingkari akan sesuatu peristiwa atau kejadian yang telah
disebutkan dalam klausa sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak pula dalam klausa
sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk
membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman dalam surat
Albaqarah (2):71 di atas tidaklah menerangkan kategori yang berada
di sampingnya, yaitu frasa preposisional untuk mengairi. Namun,
adverbia tidak pula ini menerangkan frasa pernah dipakai yang
terdapat dalam sesuatu yang menduduki fungsi predikat pada klausa
sebelumnya. Perlu diketahui bahwa klausa di atas terdiri dari dua
149
klausa, yaitu sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah
dipakai untuk membajak tanah dan dan tidak pula untuk mengairi
tanaman.
105) Saba’ (34):31
Teks Ayat:
الذين كفروا لن نـؤمن �ذا القرآن وال �لذي بـني يديه ولو تـرى إذ الظالمون وقال
م يـرجع بـعضهم إىل بـعض القول يـقول الذين استضعفوا للذين استكبـر وا موقوفون عند ر�
.تم لكنا مؤمنني لوال أن
Terjemahan:
“Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat orang-orang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”.
Adverbia tidak pula dalam frasa preposisional tidak pula
kepada kitab yang sebelumnya merupakan adverbia penanda
sangkalan, yaitu ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak pula
terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dan sebagainya’ dan pula yang bermakna
‘menyatakan keberulangan suatu peristiwa atau kejadian’. Dalam
strukutur adverbia seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului
adverbia aspek pula, dalam arti aspek tidak ini mengingkari akan
sesuatu peristiwa atau kejadian yang telah disebutkan dalam klausa
sebelumnya.
150
Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak pula dalam klausa
Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak
(pula) kepada kitab yang sebelumnya dalam surat Saba’ (34):31 di
atas tidaklah menerangkan kategori yang berada di sampingnya,
yaitu frasa preposisional kepada kitab yang sebelumnya. Namun,
adverbia tidak pula ini menerangkan frasa akan beriman yang
terdapat dalam sesuatu yang menduduki fungsi predikat pada klausa
sebelumnya. Perlu diketahui bahwa klausa di atas terdiri dari dua
klausa, yaitu Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran
ini dan dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya.
f. Makna adverbia tidak ...-nya
106) Ali Imran (3):118
Teks Ayat:
بدت قد عنتم ما ودوا خباال �لونكم ال دونكم من بطانة تـتخذوا ال آمنوا الذين أيـها �
.تـعقلون كنتم إن اآل�ت لكم بـيـنا قد أكبـر صدورهم ختفي وما أفـواههم من البـغضاء
Terjemahan:
“Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan kamu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat jika kamu berakal”.
Adverbia tidak ...-nya dalam frasa verba tidak henti-
hentinya merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tidak ...-nya dalam klausa mereka tidak
151
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu yang terdapat
dalam surat Ali Imran (3):118 tersebut adalah adverbia yang
mengapit sekaligus mengingkari nomina henti yang direduplikasi.
Secara leksikal, nomina henti mempunyai arti keadaan tanpa gerak;
halangan; jeda’. Ini berarti bahwa kata bentukan tidak henti-
hentinya mempunyai arti ‘tidak ada jedanya’. Makna yang
ditimbulkan oleh kata bentukan tidak henti-hentinya tersebut adalah
makna aspektualitas (Tadjuddin, 2005:58). Dalam hal ini, tidak
henti-hentinya itu disebut sebagai adverbial durasi. Dengan
demikian, dapat dijelaskan bahwa verba menimbulkan yang terletak
di samping kanan tidak henti-hentinya yang terdapat dalam klausa
mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu
adalah menjadi perbuatan yang keberlangsungannya tidak ada jeda
atau berlansung terus-menerus.
g. Makna adverbia tidak lain hanyalah
107) Alakhqaf (46):17
Teks Ayat:
أخرج وقد خلت القرون من قـبلي ومها يستغيثان والذي قال لوالديه أف لكما أتعدانين أن
.ا� ويـلك آمن إن وعد ا� حق فـيـقول ما هذا إال أساطري األولني
Terjemahan:
Dan orang yang berkata kepada kedua ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar” Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu belaka”.
152
Adverbia tidak lain hanyalah dalam frasa tidak lain hanyalah
dongeng orang-orang yang dahulu belaka merupakan adverbia
penanda sangkalan. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak lain
hanyalah terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran,
penolakan, penyangkalan, dan sebagainya’, lain yang berarti ‘beda,
tidak sama’ dan hanyalah yang bermakna ‘tidak lebih dari, cuma’.
Struktur adverbia seperti ini menunjukkan bahwa hanyalah dongeng
itu diterangkan atau dicakup dalam adverbia tidak lain. Dalam
struktur seperti ini, adverbia sangkalan tidak lain mendahului
adverbia kualitas hanyalah.
Adverbia tidak lain hanyalah ini bisa dikatakan mempunyai
makna yang cukup unik. Dikatakan unik karena sebenarnya adverbia
ini merupakan adverbia penanda sangkalan, namun arti yang
dimunculkannya justru menunjukkan makna ‘kesamaan’. Adverbia
tidak lain hanyalah dalam klausa Ini tidak lain hanyalah dongeng
orang-orang yang dahulu belaka dalam surat Alakhqaf (46):17 di
atas menyatakan adanya perilaku menyamakan antara apa yang ada
dalam subjek (Ini) dengan kategori yang berada setelah adverbia,
yaitu frasa nominal dongeng orang-orang yang dahulu.
h. Makna adverbia tiada
108) Almujadalah (58):9
Teks Ayat:
وان أمل تـر إىل الذين نـهوا عن النجوى مث يـعودون لما نـهوا عنه ويـتـناجون �إلمث والعد
بـنا ومعصيت الرسول وإذا جاؤوك حيـوك مبا مل حييك به ا� ويـقولون يف أنفسهم لوال يـع ذ
153
تم فال .ا� مبا نـقول حسبـهم جهنم يصلونـها فبئس المصري � أيـها الذين آمنوا إذا تـناجيـ
ا� الذي إليه تـتـناجوا �إلمث والعدوان ومعصيت الرسول وتـناجوا �لرب والتـقوى واتـقوا
ا النجوى من الشيطان ليحزن الذين آمنوا وليس بضارهم شيئا إال �ذن ا� .حتشرون إمن
.وعلى ا� فـليـتـوكل المؤمنون
Terjemahan:
“Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”
Adverbia tiada dalam klausa Apakah tiada kamu perhatikan
orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’.
Adverbia tiada dalam klausa Apakah tiada kamu perhatikan orang-
orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia yang
terdapat dalam surat Almujadalah (58):9 tersebut merupakan
154
adverbia yang menyangkal verba pasif perhatikan yang menduduki
fungsi predikat. Dengan demikian, verba pasif perhatikan itu
menjadi suatu perbuatan yang tidak dilakukan oleh subjek (kamu).
109) Almujadalah (58):9
Adverbia tiada dalam frasa verbal tiada memberi merupakan
adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Secara
leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’. Adverbia tiada dalam
klausa sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit
pun kepada mereka yang terdapat dalam surat Almujadalah (58):9
tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba aktif memberi
yang terletak samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba
memberi yang menduduki fungsi predikat itu menjadi suatu
pekerjaan yang disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh
frasa nomina pembicaraan itu. Adapun penyangkalan atau
pengingkaran itu ditujukan untuk sesuatu yang disebutkan pada
objek (mudarat).
110) Assaff (61):2-3
Teks Ayat:
.تـقولوا ما ال تـفعلون كبـر مقتا عند ا� أن . � أيـها الذين آمنوا مل تـقولون ما ال تـفعلون
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat”. “Amat besar kebencian di sisi Allah SWT bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.
155
Adverbia tiada dalam klausa kamu mengatakan apa-apa
yang tiada kamu kerjakan merupakan adverbia penanda sangkalan
yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori
yang didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak
ada’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia tiada dalam klausa kamu
mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan yang terdapat dalam
surat Assaff (61):2-3 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal
verba pasif kerjakan. Dengan demikian, verba pasif kerjakan
tersebut menjadi suatu perbuatan yang tidak dilakukan oleh
pronomina kamu.
111) Alanbiya’ (21):45
Teks Ayat:
ا أنذركم �لوحي وال يسمع الصم الدعاء إذا ما ينذرون .قل إمن
Terjemahan:
Katakanlah (hai Muhammad) “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepadamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan apabila mereka diberi peringatan.”
Adverbia tiada dalam klausa dan tiadalah orang-orang yang
tuli mendengar merupakan adverbia penanda sangkalan yang
bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’.
Berdasarkan hal tersebut, adverbia tiada dalam klausa dan tiadalah
orang-orang yang tuli mendengar yang terdapat dalam surat
Alanbiya’ (21):45 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal
156
verba aktif mendengar. Dengan demikian, verba aktif mendengar
yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang
diingkari atau tidak dilakukan oleh frasa nomina orang-orang yang
tuli.
112) Saba’(34):23
Teks Ayat:
قالوا ماذا قال ربكم قالوا وال تنفع الشفاعة عنده إال لمن أذن له حىت إذا فـزع عن قـلو�م
.احلق وهو العلي الكبري
Terjemahan:
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “(Perkataan) yang benar”, dan dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.
Adverbia tiada dalam frasa verbal tiadalah berguna
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’.
Adverbia tiada dalam klausa Dan tiadalah berguna syafaat di sisi
Allah melainkan bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya yang
terdapat dalam surat Saba’ (34):23 tersebut merupakan adverbia
yang menyangkal verba berguna yang terletak di samping kanan
adverbia. Ini berarti bahwa verba berguna yang menduduki fungsi
predikat itu menjadi suatu keadaan yang disangkal atau diingkari.
Pelekatan partikel –lah pada adverbia tiada tersebut berfungsi untuk
memberikan penegasan.
157
i. Makna adverbia tanpa
113) Alan’aam (6):108
Teks Ayat:
أمة لكل زيـنا كذلك علم بغري عدوا ا� فـيسبوا ا� دون من يدعون الذين تسبوا وال
.يـعملون كانوا مبا فـيـنـبئـهم مرجعهم ر�م إىل مث عملهم
Terjemahan:
"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, maka (akibatnya) mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami perindah bagi setiap umat amat mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan."
Adverbia tanpa dalam frasa nominal tanpa pengetahuan
merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna
‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tanpa, sesungguhnya bermakna ‘tidak
dengan’. Adverbia tanpa dalam klausa maka (akibatnya) mereka
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan
yang terdapat dalam surat Alan’aam (6):108 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal nomina pengetahuan. Ini berarti bahwa
nomina pengetahuan yang menduduki fungsi keterangan itu adalah
menjadi hal yang disangkal atau diingkari. Jadi maksudnya adalah
mereka yang terdapat dalam klausa di atas akan memaki Allah
dengan melampaui batas dan tidak dengan pengetahuan.
158
114) Alhujurat (49):6
Teks Ayat:
وا على ما � أيـها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنـبأ فـتـبـيـنوا أن تصيبوا قـوما جبهالة فـتصبح
.فـعلتم �دمني
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
Adverbia tanpa dalam frasa verbal tanpa mengetahui
merupakan adverbia bentuk dasar sebagai penanda sangkalan yang
bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Adverbia tanpa, sesungguhnya bermakna ‘tidak
dengan’. Adverbia tanpa dalam klausa agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):6 merupakan adverbia
yang menyangkal verba mengetahui yang terletak di samping
kanannya. Ini berarti bahwa verba mengetahui menjadi suatu
perbuatan yang disangkal atau diingkari. Jadi maksudnya adalah
kamu (orang-orang beriman) yang terdapat dalam klausa di atas
diperintah agar tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tidak dengan mengetahui keadaannya.
159
j. Makna adverbia bukan
115) Almaidah (5):41
Teks Ayat:
تـؤمن ومل �فـواههم آمنا قالوا الذين من الكفر يف يسارعون الذين حيزنك ال الرسول أيـها �
من الكلم حيرفون �توك مل آخرين لقوم مساعون للكذب مساعون هادوا الذين ومن قـلوبـهم
نـته ا� يرد ومن فاحذروا تـؤتـوه مل إنو فخذوه هـذا أوتيتم إن يـقولون مواضعه بـعد فـلن فتـ
ر أن ا� يرد مل الذين أولـئك شيئا ا� من له متلك نـيا يف هلم قـلوبـهم يطه يف وهلم خزي الد
.عظيم عذاب اآلخرة
Terjemahan:
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
Adverbia bukan dalam frasa bukan ini merupakan adverbia
penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau
menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia bukan,
sesungguhnya bermakna ‘berlainan dengan yang sebenarnya’.
Adverbia bukan dalam klausa dan jika kamu diberi yang bukan ini,
maka hati-hatilah yang terdapat dalam surat Almaidah (5):41
tersebut merupakan adverbia yang menyangkal pronomina penunjuk
160
ini yang terletak di samping kanan adverbia. Pronomina penunjuk ini
pada klausa tersebut adalah pronomina yang merujuk pada
perkataan-perkataan (Taurat) yang sudah diubah-ubah oleh orang-
orang Yahudi.
116) Almujadalah (58):9
Teks Ayat:
نـهوا عن النجوى مث يـعودون لما نـهوا عنه ويـتـناجون �إلمث والعدوان أمل تـر إىل الذين
بـنا ومعصيت الرسول وإذا جاؤوك حيـوك مبا مل حييك به ا� ويـقولون يف أنفسهم لوال يـع ذ
تم فال .ول حسبـهم جهنم يصلونـها فبئس المصريا� مبا نـق � أيـها الذين آمنوا إذا تـناجيـ
ي إليه تـتـناجوا �إلمث والعدوان ومعصيت الرسول وتـناجوا �لرب والتـقوى واتـقوا ا� الذ
ا النجوى من الشيطان ليحزن الذين آمنوا وليس بضارهم شيئا إال �ذن ا� .شرون حت إمن
.وعلى ا� فـليـتـوكل المؤمنون
Terjemahan:
“Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”
Adverbia bukan dalam frasa preposisional bukan sebagai
yang ditentukan merupakan adverbia penanda sangkalan yang
161
bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang
didampinginya’. Secara leksikal, adverbia bukan bermakna
‘berlainan dengan yang sebenarnya’. Berdasarkan hal tersebut,
adverbia bukan dalam klausa dan memberi salam yang bukan
sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu yang terdapat dalam
surat Almaidah (5):41 tersebut menerangkan bahwa frasa
preposisional sebagai yang ditentukan adalah menjadi sesuatu yang
disangkal atau diingkari.
3. Makna Adverbia Penanda Jumlah
a. Makna adverbia sedikit
117) Albaqarah (2):79
Teks Ayat:
قليال مثنا به ليشتـروا ا� عند من هـذا يـقولون مث �يديهم الكتاب يكتـبون للذين فـويل
.يكسبون مما هلم وويل أيديهم كتـبت مما هلم فـويل
Terjemahan:
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.”
Adverbia sedikit dalam frasa nominal keuntungan yang
sedikit merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan
jumlah yang kurang’. Secara leksikal, kata sedikit memiliki arti
‘tidak banyak; tidak seberapa’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
162
sedikit dalam klausa (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu adalah adverbia yang
menerangkan jumlah terhadap nomina keuntungan yang terletak di
sebelah kiri adverbia. Dalam hal ini jumlah yang diperuntukkan
untuk nomina keuntungan adalah jumlah yang kurang atau tidak
seberapa.
118) Almaidah (5):13
Teks Ayat:
حظا ونسوا مواضعه عن الكلم حيرفون قاسية قـلوبـهم وجعلنا لعناهم ميثاقـهم نـقضهم فبما
هم خآئنة على تطلع تـزال وال به ذكروا مما نـ هم قليال إال م نـ هم فاعف م ا� إن واصفح عنـ
. المحسنني حيب
Terjemahan:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.
Adverbia sedikit dalam frasa sedikit di antara mereka
merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan
jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang
kurang’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sedikit dalam klausa
kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat) adalah
adverbia yang menerangkan jumlah terhadap frasa preposisional di
antara mereka yang terletak di sebelah kanan adverbia. Jumlah yang
163
diterangkan oleh adverbia sedikit yang diperuntukkan untuk frasa
nominal di antara mereka itu menunjukkan jumlah yang kurang atau
tidak seberapa.
119) Annur (24):15-18
Teks Ayat:
عند ا� إذ تـلقونه �لسنتكم وتـقولون �فـواهكم ما ليس لكم به علم وحتسبونه هينا وهو
عتموه قـلتم ما يكون لنا أن نـتكلم �ذا سبحانك هذا بـهتان عظيم . عظيم . ولوال إذ مس
عليم حكيم . يعظكم ا� أن تـعودوا لمثله أبدا إن كنتم لكم اآل�ت وا� ا� .ويـبـني
Terjemahan:
“Ketika kamu menerimanya dari lidah ke lidah dan kamu katakan
dengan mulut-mulut kamu, apa yang tidak ada bagi kamu
tentangnya sedikit pengetahuan, dan kamu menganggapnya suatu
yang remeh, padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan
Mengapa kamui saat mendengarnya tidak berkata: “Sekali-kali
tidak pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau, ini
adalah dusta yang besar”. Allah memperingatkan kamu karena
tidak suka kamu kembali memperbuat serupa denganya selama-
lamanya; jika kamu orang-orang mukmin dan Allah menerangkan
kepada kamu ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”
Adverbia sedikit dalam frasa nominal sedikit pengetahuan
merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan
jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang
kurang’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sedikit dalam klausa dan
kamu katakan dengan mulut-mulut kamu, apa yang tidak ada bagi
kamu tentangnya sedikit pengetahuan, adalah adverbia yang
menerangkan jumlah terhadap nomina pengetahuan yang terletak di
samping kanan adverbia. Jumlah yang diterangkan oleh adverbia
164
sedikit yang diperuntukkan untuk nomina pengetahuan itu
menunjukkan jumlah yang kurang atau tidak seberapa.
120) Almujadalah (58):9
Teks Ayat:
الذين نـهوا عن النجوى مث يـعودون لما نـهوا عنه ويـتـناجون �إلمث والعدوان أمل تـر إىل
بـنا ومعصيت الرسول وإذا جاؤوك حيـوك مبا مل حييك به ا� ويـقولون يف أنفسهم لوال يـع ذ
تم فال .مبا نـقول حسبـهم جهنم يصلونـها فبئس المصري ا� � أيـها الذين آمنوا إذا تـناجيـ
ليه ي إ تـتـناجوا �إلمث والعدوان ومعصيت الرسول وتـناجوا �لرب والتـقوى واتـقوا ا� الذ
ا النجوى من الشيطان ليحزن الذين آمنوا وليس بضارهم شيئا إال �ذن ا� .حتشرون إمن
.وعلى ا� فـليـتـوكل المؤمنون
Terjemahan:
“Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”
Adverbia sedikit dalam frasa nominal mudarat sedikit pun
merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan
165
jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang
kurang’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sedikit dalam klausa
sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun
kepada mereka, adalah adverbia yang menerangkan jumlah terhadap
nomina mudarat yang terletak di samping kiri adverbia. Jumlah yang
diterangkan oleh adverbia sedikit yang diperuntukkan untuk nomina
mudarat itu menunjukkan jumlah yang kurang atau tidak seberapa.
Penambahan partikel –pun setelah adverbia sedikit dimaksudkan
untuk mengeraskan arti terhadap adverbia sedikit tersebut.
b. Makna adverbia sekalian
121) Alanbiya’ (21):45
Teks Ayat:
ا أنذركم �لوحي وال يسمع الصم الدعاء إذا ما ينذرون .قل إمن
Terjemahan:
Katakanlah (hai Muhammad) “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepadamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan apabila mereka diberi peringat.”
Adverbia sekalian dalam frasa kepadamu sekalian
merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan
jumlah untuk keseluruhan’. Secara leksikal, sekalian memiliki arti
‘semuanya (tidak ada kecualinya)’. Berdasarkan hal tersebut,
adverbia sekalian dalam klausa Sesungguhnya aku hanya memberi
peringatan kepadamu sekalian dengan wahyu menerangkan bahwa
pronomina persona (-mu) dalam kepadamu yang terletak di sebelah
kiri adverbia sekalian tersebut, yang mengacu ke nomina (orang-
166
orang yang diberi peringatan oleh Nabi Muhammad) merupakan
sesuatu yang jumlahnya mengacu ke semuanya tanpa ada
pengecualian.
122) Alahzab (33):32
Teks Ayat:
نت فال ختضعن �لقول فـيطمع الذي يف قـلبه � نساء النيب لسنت كأحد من النساء إن اتـقيـ
.مرض وقـلن قـوال معروفا
Terjemahan:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk ketika berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”.
Adverbia sekalian dalam frasa nomina kamu sekalian
merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan
jumlah untuk keseluruhan’. Secara leksikal, sekalian memiliki arti
‘semuanya (tidak ada kecualinya)’. Berdasarkan hal tersebut,
adverbia sekalian dalam klausa kamu sekalian tidaklah seperti
wanita yang lain menerangkan bahwa pronomina kamu yang terletak
di sebelah kiri adverbia sekalian merupakan sesuatu yang jumlahnya
mengacu ke semuanya tanpa ada pengecualian.
c. Makna adverbia sebagian
123) Annisaa’ (4):8
Teks Ayat:
نه فارزقوهم والمساكني واليـتامى القرىب أولوا القسمة حضر وإذا .معروفا قـوال هلم وقولوا م
167
Terjemahan:
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim, dan orang miskin, maka berilah mereka sebagian dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”.
Adverbia sebagian dalam frasa preposisional sebagian dari
harta itu merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa maka berilah mereka sebagian dari harta itu
menerangkan bahwa frasa preposisional dari harta itu yang terletak
di samping kanan adverbia adalah sesuatu yang jumlahnya
disebutkan, yaitu cuma satu bagian darinya saja.
124) Annisaa’ (4):150
Teks Ayat:
ببـعض نـؤمن ويقولون ورسله ا� بـني يـفرقوا أن ويريدون ورسله �� يكفرون الذين إن
.سبيال ذلك بـني يـتخذوا أن ويريدون ببـعض ونكفر
Terjemahan:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan bermaksud membedakan antara (keimanan) kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dengan mengatakan “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)” serta bermaksud (dengan perkataaan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir).”
Adverbia sebagian dalam klausa Kami beriman kepada yang
sebagian pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang
bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal,
sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Adverbia sebagian dalam
klausa tersebut bukanlah adverbia yang menerangkan kategori yang
168
berada di sampingnya, tetapi menerangkan kategori yang terdapat
dalam klausa sebelumnya yang terdapat dalam surat Annisaa’
(4):150 di atas. Kategori yang dimaksudkan itu adalah Allah dan
rasul-rasul-Nya. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam
klausa Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap
sebagian (yang lain) adalah adverbia yang menerangkan jumlah
yang cuma satu bagian saja dari kategori Allah dan rasul-rasul-Nya.
125) Annisaa’ (4):150
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian (yang lain) pada
ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa Kami beriman kepada yang sebagian dan
kami kafir terhadap sebagian (yang lain) adalah adverbia yang
menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’
terhadap frasa yang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh frasa yang
lain yang diterangkan oleh adverbia sebagian ini tentulah harus
dikaitkan dengan apa yang telah diterangkan pada pembahasan
adverbia sebagian pada pembahasan sebelumnya, yaitu pada
pembahasan nomor 124.
169
126) Almaidah (5):13
Teks Ayat:
حظا ونسوا مواضعه عن الكلم حيرفون قاسية قـلوبـهم وجعلنا لعناهم ميثاقـهم نـقضهم بماف
هم خآئنة على تطلع تـزال وال به ذكروا مما نـ هم قليال إال م نـ هم فاعف م ا� إن واصفح عنـ
.المحسنني حيب
Terjemahan:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian dari apa yang
mereka diperingatkan dengannya pada ayat di atas merupakan
adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk
sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’.
Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa dan
mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka
diperingatkan dengannya adalah adverbia yang menerangkan
tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa dari apa
yang mereka diperingatkan dengannya yang terletak samping kanan
adverbia.
170
127) Alan’aam (6):112
Teks Ayat:
زخرف بـعض إىل بـعضهم يوحي واجلن اإلنس شياطني عدوا نيب لكل جعلنا وكذلك
.يـفتـرون وما فذرهم فـعلوه ما ربك شاء ولو غرورا القول
Terjemahan:
"Dan demikian itulah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan."
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian mereka pada ayat di
atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu
adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang
menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa mereka yang terletak samping
kanan adverbia.
128) Alan’aam (6):112
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian yang lain pada ayat
di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu
171
adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang
menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa yang lain yang terletak
samping kanan adverbia.
129) Annur (24):63
Teks Ayat:
نكم كدعاء بـعضكم بـعضا قد يـعلم ا� الذين يـتسللون منكم ال جتعلوا دعاء الرسول بـيـ
نة أو يصيبـهم عذاب أليم .لواذا فـليحذر الذين خيالفون عن أمره أن تصيبـهم فتـ
Terjemahan:
“Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung, maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut ditimpa cobaan atau ditimpa yang pedih”.
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian kamu pada ayat di
atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul
di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian
(yang lain) adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang
menunjukkan ‘satu bagian’ dari pronomina kamu yang terletak
samping kanan adverbia.
130) Annur (24):63
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian (yang lain) pada
ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
172
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul
di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian
(yang lain) adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang
menunjukkan ‘satu bagian’ saja dari frasa yang lain yang terletak
samping kanan adverbia. Sebagian yang lain di sini menunjukkan
satu bagian yang lain selain sebagian kamu yang telah disebutkan
pada pembahasan nomor 129.
131) Saba’ (34):31
Teks Ayat:
وقال الذين كفروا لن نـؤمن �ذا القرآن وال �لذي بـني يديه ولو تـرى إذ الظالمون
م يـرجع بـعضهم إىل بـعض القول يـقول الذين استضعفوا للذين است كبـروا موقوفون عند ر�
.لوال أنتم لكنا مؤمنني
Terjemahan:
“Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat orang-orang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”.
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian dari mereka pada
ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa sebagian dari mereka menghadapkan
perkataan kepada sebagian yang lain adalah adverbia yang
173
menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari
frasa dari mereka yang terletak samping kanan adverbia.
132) Saba’ (34):31
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian yang lain pada ayat
di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa sebagian dari mereka menghadapkan
perkataan kepada sebagian yang lain adalah adverbia yang
menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari
frasa yang lain yang terletak samping kanan adverbia. Sebagian
yang lain di sini menunjukkan satu bagian selain satu bagian dari
mereka yang telah disebutkan pada pembahasan nomor 131.
133) Azzukhruf (43):63
Teks Ayat:
لكم بـعض الذي ختتلفون ف تكم �حلكمة وألبـني يه ولما جاء عيسى �لبـينات قال قد جئـ
.فاتـقوا ا� وأطيعون
Terjemahan:
“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan, dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku”.
Adverbia sebagian dalam frasa sebagian dari apa yang kamu
berselisih tentangnya, pada ayat di atas merupakan adverbia penanda
jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara
174
leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
sebagian dalam klausa dan menjelaskan kepadamu sebagian dari
apa yang kamu berselisih tentangnya adalah adverbia yang
menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari
frasa dari apa yang kamu berselisih tentangnya yang terletak
samping kanan adverbia.
d. Makna adverbia sebahagian
134) Albaqarah (2):83
Teks Ayat:
واليـتامى القرىب وذي إحسا� و�لوالدين ا� إال تـعبدون ال إسرائيل بين ميثاق أخذ� وإذ
تم مث الزكاة وآتوا الصالة وأقيموا حسنا للناس وقولوا والمساكني وأنتم منكم قليال إال تـوليـ
.معرضون
Terjemahan:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”
Adverbia sebahagian dalam data di atas merupakan adverbia
penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk
sebagian’. Secara leksikal, sebahagian memiliki arti ‘satu bagian’.
Adverbia sebahagian dalam data tersebut langsung diikuti adjektiva
kecil sehingga memunculkan makna ‘satu bagian yang kecil atau
175
sedikit’. Adverbia sebahagian ini sebenarnya tidak terdapat dalam
bahasa Indonesia. Adverbia sebahagian ini merupakan variasi dari
adverbia sebagian. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebahagian
kecil dalam klausa kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu yang terdapat dalam surat
Albaqarah (2):83 tersebut adalah adverbia yang menerangkan
pronomina kamu. Dengan demikian, adverbia sebahagian kecil
tersebut menerangkan bahwa pronomina kamu yang terdapat dalam
frasa daripada kamu yang terletak di samping kanan adverbia
merupakan sesuatu yang diterangkan jumlahnya, yaitu satu bagian
kecilnya saja.
135) Alhujurat (49):2-3
Teks Ayat:
ر � أيـها الذين آمنوا ال تـرفـعوا أصواتكم فـوق صوت النيب وال جتهروا له �لقول كجه
أصواتـهم عند إن الذين يـغضون . بـعضكم لبـعض أن حتبط أعمالكم وأنتم ال تشعرون
.رسول ا� أولئك الذين امتحن ا� قـلوبـهم للتـقوى هلم مغفرة وأجر عظيم
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah SWT untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”.
Adverbia sebahagian dalam frasa sebahagian kamu di atas
merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan
176
jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebahagian memiliki arti
‘satu bagian’. Adverbia sebahagian dalam klausa dan janganlah
kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya
(suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain yang
terdapat dalam surat Alhujurat (49):2-3 tersebut adalah adverbia
yang menerangkan pronomina kamu. Ini berarti bahwa pronomina
kamu yang terletak di samping kanan adverbia ini merupakan
sesuatu yang diterangkan jumlahnya, yaitu sejumlah satu bagiannya
saja.
136) Alhujurat (49):23
Adverbia sebahagian dalam frasa sebahagian yang lain
dalam data di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang
bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal,
sebahagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut,
adverbia sebahagian dalam klausa dan janganlah kamu berkata
kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara)
sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain yang terdapat
dalam surat Alhujurat (49):2-3 tersebut menerangkan bahwa frasa
yang lain yang terletak di samping kanan adverbia merupakan
sesuatu yang diterangkan jumlahnya, yaitu sejumlah satu bagiannya
saja.
177
e. Makna adverbia banyak
137) Aljasiyah (45):7-8
Teks Ayat:
ره .ويل لكل أفاك أثيم لى عليه مث يصر مستكربا كأن مل يسمعها فـبش يسمع آ�ت ا� تـتـ
.بعذاب أليم
Terjemahan:
“Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya, maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih”.
Adverbia banyak dalam frasa verbal banyak berdusta dalam
data di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan
jumlah yang lebih’. Secara leksikal, banyak memiliki arti ‘besar
jumlahnya’. Adverbia banyak dalam klausa Kecelakaan yang
besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak
berdosa yang terdapat dalam surat Aljasiyah (45):7-8 tersebut
adalah adverbia yang menerangkan verba berdusta. Dengan
demikian, verba berdusta yang terletak di samping kanan adverbia
itu merupakan sesuatu yang diterangkan jumlahnya. Dalam hal ini
memiliki jumlah yang lebih atau bisa dikatakan bahwa verba
berdusta itu merupakan perbuatan yang intensitasnya sering
dilakukan.
178
138) Aljasiyah (45):7-8
Adverbia banyak dalam frasa verbal banyak berdosa dalam
data di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan
jumlah yang lebih’. Adverbia banyak dalam klausa Kecelakaan yang
besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak
berdosa yang terdapat dalam surat Aljasiyah (45):7-8 tersebut
merupakan adverbia yang menerangkan verba berdosa. Berdasarkan
hal tersebut, verba berdosa yang terletak di samping kanan adverbia
itu merupakan perbuatan yang memiliki jumlah yang besar atau lebih
dalam melakukannya.
f. Makna adverbia semua
139) Assyura (42):15
Teks Ayat:
فلذلك فادع واستقم كما أمرت وال تـتبع أهواءهم وقل آمنت مبا أنزل ا� من كتاب
نكم ا� وأمرت ألعدل بـيـ نكم ا� نـنا وبـيـ ربـنا وربكم لنا أعمالنا ولكم أعمالكم ال حجة بـيـ
نـنا وإليه المصري .جيمع بـيـ
Terjemahan:
“Maka karena itu, serulah (mereka kepada jalan itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah ikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah, dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)”
Adverbia semua dalam frasa nominal semua kitab dalam data
di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
179
‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih khususnya
menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
semua dalam klausa Aku beriman kepada semua kitab yang
diturunkan Allah yang terdapat dalam surat Assyura (42):15 tersebut
menerangkan bahwa nomina kitab yang terletak di samping kanan
adverbia merupakan benda yang diterangkan jumlahnya, yaitu tidak
ada kecualinya.
140) Yunus (10):99-100
Teks Ayat:
يعا . أفأنت تكره الناس حىت يكونوا مؤمنني ولو شاء ربك آلمن من يف األرض كلهم مج
.وما كان لنـفس أن تـؤمن إال �ذن ا� وجيعل الرجس على الذين ال يـعقلون
Terjemahan:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya, padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.”
Adverbia semuanya dalam frasa nominal orang-orang
mukmin semuanya dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda
jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’,
lebih khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal
tersebut, adverbia semuanya dalam klausa supaya mereka menjadi
orang-orang mukmin semuanya yang terdapat dalam surat Yunus
(10):99-100 itu menerangkan frasa nominal orang-orang mukmin
yang terletak samping kiri adverbia. Adverbia semuanya ini
180
menerangkan tentang jumlah orang-orang mukmin yang tidak ada
kecualinya.
141) Faathir (35):10
Teks Ayat:
يعا إليه يصعد الكلم الطيب والعمل الصالح يـر فـعه والذين من كان يريد العزة فلله العزة مج
.ميكرون السيئات هلم عذاب شديد ومكر أولئك هو يـبور
Terjemahan:
“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkannya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur”.
Adverbia semuanya dalam frasa nominal kemuliaan itu
semuanya dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah
yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih
khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut,
adverbia semuanya dalam klausa maka bagi Allah kemuliaan itu
semuanya yang terdapat dalam surat Faathir (35):10 itu
menerangkan frasa nominal kemuliaan itu yang terletak di samping
kiri adverbia. Adverbia semuanya ini menerangkan tentang jumlah
kemuliaan itu yang tidak ada kecualinya.
g. Makna adverbia seluruhnya
142) Albaqarah (2):31-31
Teks Ayat:
كنتم إن هـؤالء �مساء أنبئوين فـقال المالئكة على عرضهم مث كلها األمساء آدم وعلم
.احلكيم العليم أنت إنك علمتـنا ما إال لنا علم ال سبحانك قالوا . صادقني
181
Terjemahan:
“Dan mengajarkan Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Adverbia seluruhnya dalam frasa nominal nama-nama
seluruhnya dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah
yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’. lebih
khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Dengan demikian,
adverbia seluruhnya dalam klausa Dan mengajarkan Adam nama-
nama seluruhnya adalah adverbia yang menerangkan nomina nama-
nama yang terletak di samping kiri adverbia. Adverbia seluruhnya
ini menerangkan tentang jumlah nama-nama yang tidak ada
kecualinya.
h. Makna adverbia semua ... seluruhnya
143) Yunus (10):99-100
Teks Ayat:
يعا أفأنت تكره الناس حىت يكونوا مؤمنني ولو شاء ربك . آلمن من يف األرض كلهم مج
.وما كان لنـفس أن تـؤمن إال �ذن ا� وجيعل الرجس على الذين ال يـعقلون
Terjemahan:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya, padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.”
182
Adverbia semua ... seluruhnya dalam frasa nominal semua
yang dimuka bumi seluruhnya dalam ayat di atas merupakan
adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk
keseluruhan’. Adverbia semua ... seluruhnya terdiri dari adeverbia
semua yang berarti ‘tidak ada kecualinya’ dan seluruhnya yang juga
mempunyai makna ‘tidak ada kecualinya’. Penggunaan dua adverbia
jumlah sekaligus secara bersama-sama ini menunjukkan bahwa ada
penekanan atau penegasan yang sungguh-sungguh tentang jumlah
terhadap sesuatu yang diterangkan. Berdasarkan hal tersebut,
adverbia semua ... seluruhnya dalam klausa tentulah beriman semua
yang dimuka bumi seluruhnya adalah adverbia yang menerangkan
frasa nomina yang dimuka bumi yang terletak di antara dua adverbia
tersebut. Adverbia semua ... seluruhnya ini menerangkan tentang
adanya penekanan atau penegasan yang sungguh-sungguh tentang
jumlah yang tidak ada kecualinya terhadap frasa nominal yang di
muka bumi.
i. Makna adverbia segala
144) Annisaa’ (4):135
Teks Ayat:
الوالدين أو أنفسكم على ولو � شهداء �لقسط قـوامني كونوا آمنوا الذين أيـها �
أو تـلووا وإن تـعدلوا أن اهلوى تـتبعوا فال �ما أوىل فا� فـقريا أو غنيا يكن إن واألقـربني
.خبريا تـعملون مبا كان ا� فإن تـعرضوا
Terjemahan:
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah penegak-penegak keadilan, menjadi saksi-saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
183
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kau mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau berpaling, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
Adverbia segala dalam frasa nominal segala apa yang kamu
kerjakan dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah
yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih
khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut,
adverbia segala dalam klausa maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan adalah adverbia
yang menerangkan frasa nominal apa yang kamu kerjakan yang
terletak di samping kanan adverbia. Adverbia segala ini
menerangkan tentang jumlah yang tidak ada kecualinya terhadap
frasa nominal apa yang kamu kerjakan.
145) Annisaa’ (4):171
Teks Ayat:
ا احلق إال ا� على تـقولوا وال دينكم يف تـغلوا ال الكتاب أهل � ابن عيسى المسيح إمن
نه وروح مرمي إىل ألقاها وكلمته ا� رسول مرمي انتـهوا ثالثة تـقولوا وال ورسله �� فآمنوا م
ا لكم خريا األرض يف وما السماوات يف ما له ولد له يكون أن سبحانه واحد إلـه ا� إمن
.وكيال �� وكفى
Terjemahan:
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, ‘Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlagh kamu mengatakan: (Tuhan itu) tiga”. Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan
184
Yang Maha Esa. Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
Adverbia segala dalam frasa nomina segala yang di langit
dan di bumi dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah
yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih
khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Dengan demikian,
adverbia segala dalam klausa segala yang di langit dan di bumi
adalah kepunyaan-Nya adalah adverbia yang menerangkan frasa
nominal yang di langit dan di bumi yang terletak di samping kanan
adverbia. Adverbia segala ini menerangkan tentang jumlah yang
tidak ada kecualinya terhadap frasa nominal yang di langit dan di
bumi.
146) Almulk (67):13
Teks Ayat:
.وأسروا قـولكم أو اجهروا به إنه عليم بذات الصدور
Terjemahan:
“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah: sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati”.
Adverbia segala dalam frasa nominal segala isi hati dalam
ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna
‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih khususnya
menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia
segala dalam klausa sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi
hati adalah adverbia yang menerangkan frasa nominal isi hati yang
terletak di samping kanan adverbia. Adverbia segala ini
185
menerangkan tentang jumlah yang tidak ada kecualinya terhadap
frasa nominal isi hati.
B. Pembahasan
1. Makna Adverbia Penanda Aspek
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap makna
adverbia penanda aspek, dapat diketahui bahwa terdapat enam makna
adverbia penanda aspek yang terdapat pada teks terjemahan Alquran
(TTA).
a. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
akan berlansung.
Makna ‘pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
akan berlansung’ ini ditandai dengan adverbia akan dan insya Allah
akan. Adverbia akan terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):235,
Almaidah (5):13, Almaidah (5):101, Alan’aam (6):93, Alan’aam
(6):108, Alan’aam (6):151, Ala’raf (7):161-162, Ala’raf (7):164,
Yunus (10):99-100, Alkahfi (18):23-24, Alkahfi (18):23-24, Annur
(24):53, Faathir (35):10, Sad (38):26, Sad (38):26, Azzukhruf (43):89,
Aljasiyah (45):6, Alakhqaf (46):17, Alakhqaf (46):31-32, Alfath
(48):11, Almujadalah (58):9, dan satu lagi data juga di Q.S.
Almujadalah (58):9, sedangkan adverbia insya Allah akan terdapat
pada data Q.S. Albaqarah (2):70.
186
b. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
pada proses permulaan berlangsungnya. Makna ini ditandai dengan
adverbia barulah yang terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):71.
c. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
tengah berlangsung. Makna ini ditandai dengan adverbia sedang yang
terdapat pada Q.S. Almaidah (5):101.
d. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
belum selesai.
Makna ini ditandai dengan adverbia masih, belum, dan belum
pernah. Makna ‘menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa,
keadaan atau sifat belum selesai’ dengan penanda masih terdapat pada
data Q.S. Albaqarah (2):70. Untuk makna ‘menyatakan suatu
pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’
dengan penanda belum terdapat pada data Q.S. Annisaa’ (4):5 dan
Almaidah (5):41, sedangkan makna ‘menyatakan suatu
pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’
dengan penanda belum pernah terdapat pada data Q.S. Albaqarah
(2):71 dan Almaidah (5):41.
e. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
sudah selesai berlangsung.
Makna ini ditandai dengan adverbia telah dan sudah. Makna
‘menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
belum selesai’ dengan penanda telah ini terdapat pada data Q.S.
Albaqarah (2):31-32, Albaqarah (2):40, Ali Imran (3):118, Ali Imran
187
(3):118, Almaidah (5):41, Almaidah (5):63, Alan’aam (6):93, Hud
(11):69, Ibrahim (14):24-26, Alisraa’ (17):23, Annur (24):63, Saba’
(34):23, Saba’ (34):23, Saba’ (34):23, Alakhqaf (46):15, Alakhqaf
(46):15, Muhammad (47):21, Alhujurat (49):2-3, dan Almujadalah
(58):9, sedangkan makna ‘menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan,
peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’ dengan penanda sudah
terdapat pada data Q.S. Almaidah (5):41 dan Annur (24):53.
f. Menyatakan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan/perbuatan,
peristiwa, keadaan atau sifat. Makna ini ditandai dengan adverbia
selalu yang semuanya terdapat pada data Q.S. Alan’aam (6):93.
Makna adverbia penanda aspek pada TTA seperti yang telah
dibahas tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6 Makna Adverbia Penanda Aspek pada TTA
NO. ADVERBIA PENANDA ASPEK
Makna Aspek Adverbia Jumlah
1
Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung
akan 22 buah Insya Allah akan
1 buah
2
Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat pada proses permulaan berlangsungnya
baru 1 buah
3
Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat tengah berlangsung
sedang 1 buah
4
Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai
belum 2 buah belum pernah
2 buah
masih 1 buah
188
Tabel 4.6 lanjutan
NO. ADVERBIA PENANDA ASPEK
Makna Aspek Adverbia Jumlah
5
Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung
telah 19 buah sudah 2 buah
6
Menyatakan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
selalu 3 buah
Jumlah 54 buah
Dikaitkan dengan penelitian terdahulu, terutama tentang makna
adverbia, makna adverbia verba dalam bahasa Jawa pada cerbung
Ngonceki Impen yang disampaikan oleh Mudrikah (2015) ternyata
terdapat adanya kesamaan dengan hasil penelitian ini walaupun dengan
penyebutan yang berbeda. Misalnya menyebut makna ‘pekerjaan/
perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung’ dengan
sebutan makna ‘keakanan’, menyebut makna ‘suatu pekerjaan/perbuatan,
peristiwa, keadaan atau sifat tengah berlangsung’ dengan sebutan makna
‘keberlangsungan’, menyebut makna ‘suatu pekerjaan/ perbuatan,
peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung’ dengan sebutan
makna ‘keusaian’, serta menyebut makna ‘kekerapan terjadinya suatu
pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, atau keadaan’ dengan sebutan makna
‘keberulangan’.
Perbedaannya adalah bahwa untuk makna adverbia aspek yang
menyatakan suatu pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
belum selesai tidak disebutkan secara khusus pada penelitian Mudrikah
189
ini. Padanan dalam bahasa Jawa untuk adverbia belum maupun masih
tidak disebutkan dalam penelitiannya. Makna adverbia dalam bahasa
Jawa yang sering muncul pada cerbung Ngonceki Impen yang diteliti
oleh Mudrikah ini adalah makna keakanan (arep, bakal, badhe, dll),
makna keusaian (wis, mau, nate, mentas, dll.), dan makna keberulangan
(kerep, tansah, asring), sedangkan makna adverbia penanda aspek yang
sering muncul pada penelitian ini adalah makna yang menunjukkan
pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung (akan,
insya Allah akan) dan makna yang menyatakan suatu pekerjaan/
perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung (telah,
sudah).
Selanjutnya, hasil penelitian ini bisa juga diperbandingkan
dengan hasil penelitian yang lain, yaitu penelitian Devi (2014) yang
berjudul “Adverbia pada Artikel Opini Kompas dan Implikasinya dalam
Pembelajaran”. Pada penelitian Devi ini didapatkan adanya penggunaan
adverbia penanda aspek pada artikel Opini Kompas. Untuk adverbia
penanda aspek yang sering muncul adalah adverbia yang bermakna
perfektif yang ditandai dengan adverbia sudah dan telah, sedangkan
makna adverbia penanda aspek yang sering muncul pada penelitian ini
adalah makna yang menunjukkan pekerjaan/perbuatan, peristiwa,
keadaan atau sifat akan berlansung (akan, insya Allah akan) dan makna
yang menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau
sifat sudah selesai berlangsung (telah, sudah). Dua macam makna
adverbia yang sering muncul pada TTA ini bisa dimaknai bahwa sesuatu
190
yang sudah terjadi dan juga sesuatu yang akan terjadi merupakan
pelajaran, petunjuk, ataupun peringatan dari Allah yang pasti nyata.
Berikutnya, jika dibandingkan dengan penelitian Darjat (2009)
yang menganalisis kala dan aspek dalam bahasa Jepang, aspek yang
terdapat dalam novel Tokyo Fusen Nikki adalah aspek perfektif,
kontinuatif, dan resultatif. Aspektualitas dalam bahasa Jepang ada yang
diambil dari bentuk morfologis dengan konjugasi kata kerja bentuk ~te
atau stem dari kata kerja bentuk ~masu. Selain itu pembentukan aspek
juga melalui gabungan dua verba. Sementara pada penelitian ini, penanda
aspeknya berupa adverbia.
Pada perbandingan berikutnya, penelitian ini dibandingkan
dengan penelitian Akil (2009) tentang aspek, adverbia waktu, dan kala
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Pada bahasa Inggris aspek
diungkapkan dengan bentuk kata kerja tertentu (participles) atau kata
kerja bantu, sedangkan dalam bahasa Indonesia aspek dinyatakan dengan
kata kata tertentu yang disebut partikel, seperti kata masih, sedang,
sudah, dan telah. Penelitian Akil relevan dengan penelitian ini karena
penanda aspek yang dituliskan dalam penelitian Akil relevan dengan
adverbia penanda aspek yang terdapat pada data penelitian ini.
2. Makna Adverbia Penanda Sangkalan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, bisa didapatkan
dua makna yang berbeda dari adverbia-adverbia penanda sangkalan yang
terdapat pada teks terjemahan Alquran (TTA). Kedua makna tersebut
adalah makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ dan makna ‘penyamaan’.
191
Makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ ditandai dengan adverbia tidak,
tidak pula, tidak akan, tidak hendak, tak, tiada, bukan, tanpa, dan tidak
...-nya. Untuk makna ‘penyamaan’ ditandai oleh adverbia tidak lain
hanyalah. Semua adverbia penanda sangkalan ini terletak sebelum
kategori yang diingkarinya.
Makna adverbia penanda sangkalan yang berupa ‘pengingkaran
atau penyangkalan’ mengandung arti bahwa adverbia penanda sangkalan
yang ada merupakan adverbia yang menyangkal atau mengingkari akan
kategori yang didampinginya. Kategori yang didampingi tersebut bisa
berupa verba, adjektiva, preposisi, dan nomina. Hal ini dapat dilihat
berturut-turut misalkan pada data tidak bercacat pada Q.S. Albaqarah
(2:71), tidak benar pada Q.S. Alan’aam (6:93), tidak pula kepada kitab
yang sebelumnya pada Q.S. Saba’ (34:31), dan tanpa pengetahuan pada
Q.S. Alan’aam (6:108).
Secara lebih lengkap data tentang adverbia sangkalan yang
bermakna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ terdapat pada data sebagai
berikut. Makna adverbia sangkalan yang berupa ‘pengingkaran atau
penyangkalan’ dengan penanda tidak terdapat pada data Q.S. Albaqarah
(2):31-32, Albaqarah (2):44, Albaqarah (2):71, Albaqarah (2):71,
Albaqarah (2):71, Albaqarah (2):83, Albaqarah (2):235, Annisaa’ (4):46,
Annisaa’ (4):46, Annisaa’ (4):46, Almaidah (5):13, Almaidah (5):63,
Alan’aam (6):93, Alan’aam (6):93, Alan’aam (6):112, Alan’aam (6):152,
Ala’raf (7):161-162, Attaubah (9):31-32, Attaubah (9):31-32, Attaubah
(9):31-32, Yunus (10):99-100, Yunus (10):99-100, Hud (11):69, Ibrahim
192
(14):24-26, Annur (24):12, Annur (24):15-18, Annur (24):15-18, Annur
(24):15-18, Annur (24):15-18, Alfurqan (25):22, Alahzab (33):32, Saba’
(34):31, Aljasiyah (45):7-8, Alakhqaf (46):31-32, Alakhqaf (46):31-32,
Alakhqaf (46):31-32, Muhammad (47):21, Alfath (48):11, Alhujurat
(49):2-3, Alhujurat (49):2-3, Alhujurat (49):4-5, Alhujurat (49):6,
Alhujurat (49):11, Almujadalah (58):9, dan Assaff (61):2-3. Untuk makna
adverbia sangkalan yang berupa ‘pengingkaran atau penyangkalan’ dengan
penanda tidak pula terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):71 dan Saba’
(34):31.
Selanjutnya, makna adverbia sangkalan yang bermakna
‘pengingkaran atau penyangkalan’ ditandai dengan adverbia tidak akan.
Hal ini bisa dilihat pada data Q.S. Almaidah (5):41, Saba’ (34):31, dan
Alakhqaf (46):31-32. Berikutnya adalah dengan penanda tidak hendak.
Makna adverbia sangkalan dengan penanda tidak hendak ini terdapat pada
data Almaidah (5):41. Makna adverbia sangkalan yang berupa
‘pengingkaran atau penyangkalan dengan penanda tak terdapat pada data
Q.S.Yusuf (12):92. Selanjutnya makna adverbia sangkalan yang berupa
‘pengingkaran atau penyangkalan’ dengan penanda tiada terdapat pada
data Alanbiya’ (21):45, Saba’ (34):23, Almujadalah (58):9, Almujadalah
(58):9, dan Assaff (61):2-3.
Berikutnya untuk makna adverbia sangkalan yang berupa
‘pengingkaran atau penyangkalan’ ditandai dengan adverbia bukan dan
tanpa. Makna adverbia sangkalan berupa ‘pengingkaran atau
penyangkalan’ yang ditandai dengan adverbia bukan terdapat pada data
193
Q.S. Almaidah (5):41 dan Almujadalah (58):9. Untuk makna adverbia
sangkalan ‘pengingkaran atau penyangkalan’ yang ditandai dengan
penanda tanpa terdapat pada data Q.S. Alan’aam (6):108 dan Alhujurat
(49):6, sedangkan untuk makna adverbia sangkalan ‘pengingkaran atau
penyangkalan’ yang ditandai dengan adverbia tidak ...-nya terdapat pada
data Q.S. Ali Imran (3):118.
Makna adverbia penanda sangkalan yang kedua yang terdapat
dalam TTA adalah makna ‘penyamaan’. Makna ‘penyamaan’ ini muncul
pada data Q.S. Alakhqaf (46):17 dengan penandanya berupa adverbia tidak
lain hanyalah. Adverbia tidak lain hanyalah ini bisa dikatakan mempunyai
makna yang cukup unik. Dikatakan unik karena sebenarnya adverbia ini
merupakan adverbia penanda sangkalan, namun arti yang dimunculkannya
justru menunjukkan makna ‘kesamaan’. Adverbia tidak lain hanyalah
dalam klausa Ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu
belaka dalam surat Alakhqaf (46):17 menyatakan adanya perilaku
menyamakan antara apa yang ada dalam subjek (Ini) dengan kategori yang
berada setelah adverbia, yaitu frasa nominal dongeng orang-orang yang
dahulu.
Makna adverbia penanda sangkalan pada TTA seperti yang telah
dibahas di atas dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
194
Tabel 4.7
Makna Adverbia Penanda Sangkalan pada TTA
NO. ADVERBIA PENANDA SANGKALAN
Makna Adverbia
Adverbia Jumlah
1 pengingkaran/ penyangkalan
tidak 44 buah
tidak pula 2 buah
tidak akan 3 buah
tidak hendak 1 buah
tak 1 buah
tiada 5 buah
bukan 2 buah
tanpa 2 buah
tidak ...-nya 1 buah
2 penyamaan tidak lain hanyalah 1 buah
Jumlah 62 buah
Hasil penelitian tentang makna adverbia sangkalan pada TTA ini
jika dikaitkan dengan penelitian-penelitian terdahulu ternyata tidak ada
kesamaannya. Ketidaksamaan ini dikarenakan hasil penelitian-penelitian
terdahulu tersebut tidak ada yang membahas ataupun menghasilkan makna
adverbia yang berupa sangkalan. Namun, jika dikaitkan dengan teori
Chaer (2015:50-52) tentang adverbia sangkalan, terdapat adanya makna
yang berbeda. Adverbia sangkalan dalam Chaer tersebut hanya disebutkan
contoh-contoh yang berupa bentuk tunggal. Adapun makna adverbia
sangkalan yang ditimbulkannya kesemuanya berupa makna ‘pengingkaran
atau penyangkalan’ terhadap kategori yang didampinginya , sedangkan
dalam penelitian ini ditemukan makna adverbia sangkalan yang berupa
makna ‘penyamaan’. Makna adverbia sangkalan yang berupa ‘penyamaan’
195
ini ditandai oleh adverbia bentuk gabungan berupa tidak lain hanyalah.
Adverbia sangkalan tidak lain hanyalah ini digunukan untuk menyamakan
sesuatu yang disebutkan sebelum adverbia dengan kategori yang terletak
di samping kanan adverbia.
3. Makna Adverbia Penanda Jumlah
Setelah dilakukan analisis data, bisa didapatkan dua makna yang
berbeda dari adverbia-adverbia penanda jumlah yang terdapat pada teks
terjemahan Alquran (TTA). Makna yang pertama adalah makna yang
menyatakan jumlah untuk sebagian. Makna yang pertama ini ditandai oleh
adverbia jumlah sedikit, sebagian, sebahagian, dan banyak. Untuk makna
adverbia penanda jumlah yang kedua adalah makna yang menyatakan
jumlah untuk keseluruhan. Makna yang kedua ini ditandai oleh adverbia
jumlah sekalian, semua, seluruh, semua ... seluruhnya, dan segala.
Untuk data makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan
makna ‘jumlah untuk sebagian’ dapat dirinci sebagai berikut. Makna
adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk
sebagian’ dengan penanda sedikit bisa dilihat pada data Q.S. Albaqarah
(2):79, Almaidah (5):13, Annur (24):15-18, dan Almujadalah (58):9.
Makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk
sebagian’ dengan penanda sebagian bisa dilihat pada data Q.S. Annisaa’
(4):8, Annisaa’ (4):150, Annisaa’ (4):150, Almaidah (5):13, Alan’aam
(6):112, Alan’aam (6):112, Annur (24):63, Annur (24):63, Saba’ (34):31,
Saba’ (34):31, dan Azzukhruf (43):63. Makna adverbia penanda jumlah
yang menyatakan makna ‘jumlah untuk sebagian’ dengan penanda
196
sebahagian terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):83, dan dua data pada
Q.S. Alhujurat (49):2-3. Makna adverbia penanda jumlah yang
menyatakan makna ‘jumlah untuk sebagian’ dengan penanda banyak bisa
dilihat pada dua data di Q.S. Aljasiyah (45):7-8.
Adverbia jumlah dengan penanda sedikit menyatakan bahwa
jumlah yang diterangkan adalah jumlah yang kurang atau tidak banyak,
sedangkan adverbia jumlah dengan penanda banyak menyatakan bahwa
jumlah yang disebutkan adalah jumlah yang lebih. Untuk adverbia jumlah
dengan penanda sebagian dan sebahagian menyatakan jumah yang cuma
satu bagian saja dari sesuatu yang utuh tanpa diketahui apakah itu
menyatakan jumlah yang lebih atau yang kurang.
Untuk data makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan
makna ‘jumlah untuk keseluruhan’ dapat dirinci sebagai berikut. Makna
adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk
keseluruhan’ dengan penanda sekalian bisa dilihat pada data Q.S.
Alanbiya’ (21):45 dan Alahzab (33):32. Untuk makna adverbia penanda
jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk keseluruhan’ dengan
penanda semua terdapat pada data Q.S. Yunus (10):99-100, Faathir (35):10
dan Assyura (42):15. Makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan
makna ‘jumlah untuk keseluruhan’ dengan penanda semua ... seluruhnya
bisa dilihat pada data Q.S. Yunus (10):99-100. Untuk makna adverbia
penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk keseluruhan’
dengan penanda segala terdapat pada data Q.S. Annisaa’ (4):135, Annisaa’
(4):171, dan Almulk (67):13.
197
Makna adverbia penanda jumlah pada TTA seperti yang telah
dibahas di atas dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8
Makna Adverbia Penanda Jumlah pada TTA
NO. ADVERBIA PENANDA SANGKALAN
Makna Adverbia
Adverbia Jumlah
1 jumlah untuk sebagian
sedikit 4 buah
sebagian 11 buah
sebahagian 3 buah
banyak 2 buah
2
jumlah untuk keseluruhan
sekalian 2 buah
semua 3 buah
semua ... seluruhnya 1 buah
seluruh 1 buah
segala 3 buah
Jumlah 30 buah
Jika dikaitkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, peneliti
hanya menemukan satu kesamaan makna adverbia yang menyatakan
jumlah. Kesamaan itu bisa ditemukan pada penelitian Mudrikah (2015)
tentang makna adverbia verba dalam bahasa Jawa pada cerbung Ngonceki
Impen. Pada hasil penelitian Mudrikah ini, salah satu makna adverbia yang
terdapat dalam cerbung Ngonceki Impen adalah makna kuantitatif. Makna
kuantitatif ini ditandai antara lain dengan kata kabeh ‘semua’ dan okeh
‘banyak’. Teori yang dikemukakan oleh Alwi, dkk. tentang makna
adverbia salah satunya juga menyebutkan tentang adverbia kuantitatif.
Adverbia kuantitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang
198
berhubungan dengan jumlah. Yang termasuk adverbia ini antara lain, kata
banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup (2003:204).
Selanjutnya, hasil penelitian ini juga akan diperbandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu tentang adverbia. Jika
dibandingkan dengan penelitian Cristiana (2008) yang menganalisis
adverbia verba bahasa Rusia, jelas terdapat perbedaan. Walaupun dalam
penelitian Cristiana ini juga diteliti tentang makna, namun makna yang
diteliti adalah makna adverbia verbanya, sedangkan makna yang diteliti
dalam penelitian ini adalah makna adverbia sebagai kategori penanda
aspek, sangkalan, dan jumlah. Jika dibandingkan dengan penelitian
Marliah (2009), jelas terdapat perbedaan karena dalam penelitian Marliah
ini yang menjadi fokus adalah adverbial, bukan adverbia, sedangkan
penelitian ini memfokuskan pada makna adverbia. Perbedaan antara
adverbia dan adverbial adalah, adverbia mengacu pada kategori sintaksis,
sedangkan adverbial mengacu pada fungsi sintaksis dari suatu klausa.
Selanjutnya, dibandingkan dengan penelItian Maumina (2014),
terdapat kesamaan dalam fokus penelitian yaitu tentang makna adverbia.
Namun, pada penelitian Maumina ini, adverbia yang diteliti maknanya
adalah dua adverbia yang memiliki kesinoniman, yaitu taihen dan totemo.
Kedua adverbia ini merupakan adverbia (fukushi) dalam bahasa Jepang.
Berbeda dengan penelitian Maumina, penelitian ini tidaklah mencari
perbedaan kandungan makna yang terdapat dalam dua ataupun beberapa
adverbia yang bersinonim, namun mencari makna dari masing-masing
adverbia penanda aspek, sangkalan, maupun jumlah.
199
Penelitian yang lain tentang adverbia adalah penelitian yang
dilakukan oleh Damayanti (2012). Penelitian Damayanti ini memfokuskan
pada struktur dan makna adverbia pada novel karya Andrea Hirata.
Perbedaannya dengan penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini
adalah pada penelitian Damayanti, adverbia yang diteliti berupa adverbia
penanda modalitas, sedangkan adverbia yang diteliti pada penelitian ini
adalah adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumlah.
Penelitian tentang adverbia berikutnya adalah penelitian Rajabova
(2014) tentang modifikator adverbial tujuan pada bahasa Inggris dan
bahasa Azerbaijan. Pada penelitian Rajabova ini, diteliti tentang
persamaan dan perbedaan dalam sistem fonetik kata-kata yang
menunjukkan modifikator adverbial tujuan dalam kedua bahasa. Selain itu
diteliti juga dampak posisi modifikator adverbia tujuan yang berbeda dari
kedua bahasa yang diteliti. Berbeda dengan penelitian Rajabova, penelitian
tentang makna adverbia pada TTA ini tidak memfokuskan pada
modifikator adverbia, melainkan terfokus pada makna adverbianya. Jadi,
jelas terlihat perbedaan fokus penelitiannya walaupun sama-sama meneliti
tentang adverbia.
Selanjutnya, penelitian tentang adverbia juga dilakukan oleh Xu
(2012) yang membandingkan penggunaan adverbial konjungsi antara
peeserta didik EFL Cina dengan penutur asli. Dibandingkan dengan
penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini, terdapat perbedaan pada
fokus penelitian. Penelitian Xu memfokuskan penelitian pada adverbial
konjungsi, sedangkan pada penelitian ini fokus penelitiannya adalah
200
adverbia bukan sebagai konjungsi, tetapi sebagai kata keterangan terhadap
kategori yang didampinginya. Pada penelitian Xu, adverbia berfungsi
sebagai konjungsi yang bisa menghubungkan kalimat, paragraf, maupun
teks yang lebih besar lagi cakupannya. Untuk posisi adverbial konjungsi
pada penelitian Xu juga menjadi fokus penelitian. Sebagaimana makna
yang dimiliki oleh adverbia penanda aspek, sangkalan, maupun jumlah
pada TTA, adverbial konjungsi juga memiliki fungsi semantik. Fungsi-
fungsi semantik tersebut adalah listing, sumatif, apositif, resultif,
kontrastif, dan transisi.
Penelitian lain tentang adverbia adalah penelitian Kiss (ed.) dan
Katalin E (2009). Penelitian Kiss ini bertujuan untuk menginvestigasi
perilaku sintaksis dan semantik pada konstituen tambahan kata keterangan
(adverbial) dan kata keterangan pada bahasa Hungaria. Distribusi sintaksis
adverbia dalam penelitian ini sangat diperhatikan. Berbeda dengan
penelitian Kiss yang mengutamakan distribusi kata keterangan, penelitian
tentang makna adverbia pada TTA ini tidak memfokuskan pada distribusi
adverbia dalam kalimat, melainkan terfokus pada makna adverbianya.
Penelitian oleh Wiechmann, Daniel dan Elmakerz (2013) tentang
adverbia dalam bahasa Inggris juga memiliki perbedaan fokus kajian. Pada
penelitian Wiechmann, Daniel dan Elmakerz ini, fokus kajiannya adalah
tentang posisi klausa adverbial yang diperbolehkan dalam bahasa Inggris.
Dari sini dapat diketahui bahwa adverbia yang diteliti posisinya adalah
adverbia yang berfungsi sebagai konjungsi dalam klausa bawahan pada
kalimat kompleks. Dengan demikian, jelas terdapat perbedaan dengan
201
penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini. Adverbia pada penelitian
ini bukanlah adverbia yang berfungsi sebagai konjungsi, melainkan
adverbia yang berfungsi menerangkan kata yang didampingi.
Kajian lainnya tentang adverbial dilakukan oleh Beck, Sigrid, dan
Arnim Von Stechow (2007) yang melibatkan pluralitas. Pada penelitian
ini diteliti kalimat yang mengandung adverbia yang berindikasi memiliki
semantik pluraksional. Istilah pluraksionalitas digunakan untuk pembagian
eventualitas lebih besar ke subeventualitas yang lebih kecil. Jadi, dalam
penelitian Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow ini, fokus penelitiannya
terletak pada adverbia yang memiliki semantik pluraksional. Jika
dibandingkan antara penelitian Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow
dengan penelitian tentang makna adverbia pada TTA, terdapat adanya
kemiripan maupun perbedaan. Kemiripannya adalah kedua penelitian
tersebut sama-sama membahas tentang makna yang ditimbulkan dari
sebuah adverbia. Perbedaannya adalah makna pada penelitian Beck,
Sigrid, dan Arnim Von Stechow tersebut adalah makna pluraksional yang
ditimbulkan dari suatu adverbia, sedangkan makna yang dimaksudkan
dalam penelitian pada TTA merupakan makna leksikal dari adverbia yang
diteliti. Jadi, penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini bukanlah
makna pluraksional sebagaimana makna yang terdapat pada penelitian
Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow.
202
4. Implementasi Hasil Penelitian Makna Adverbia Penanda Aspek,
Adverbia Penanda Sangkalan, dan Adverbia Penanda Jumlah pada
Teks Terjemahan Alquran (TTA) sebagai Materi Ajar pada Sekolah
Menengah Pertama
Pada pembahasan mengenai implementasi hasil penelitian sebagai
materi ajar ini, penulis lebih memilih untuk mengimplementasikan hasil
penelitian ini sebagai materi ajar pada sekolah menengah pertama (SMP)
kelas VII yang melaksanakan kurikulum 2013. Penulis memilih kelas VII
karena pada tahun pelajaran 2016/2017 ini baru kelas VII inilah yang telah
melaksanakan hasil revisi kurikulum tahun 2016, terutama pada
Kompetensi Dasar (KD). Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 24 Tahun 2016, terdapat masing-
masing enam belas Kompetensi Dasar (KD) dari Kompetensi Inti (KI) 3
dan Kompetensi Inti (KI) 4. Kompetensi Inti (KI) pada kurikulum 2013
merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas,
sedangkan Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu
mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu
pada kompetensi inti.
Hasil penelitian tentang adverbia ini bisa diimplementasikan
sebagai materi ajar pada KI 3, yaitu memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
203
tampak mata, sedangkan untuk kompetensi dasarnya adalah KD 3.14,
yaitu menelaah struktur dan kebahasaan puisi rakyat (pantun, syair, dan
bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar. Menelaah adalah
kegiatan memelajari atau mengkaji. Dalam kaitannya dengan implementasi
hasil penelitian ini, puisi rakyat yang ditelaah adalah bentuk gurindam.
Kompetensi inti dan komptensi dasar yang telah disebutkan di atas bisa
memuat materi pelajaran tentang penggunakan adverbia sebagai
pembentuk frasa untuk mengisi salah satu fungsi dalam kalimat tunggal
maupun kalimat majemuk.
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah
gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti “mula-mula”
atau “perumpamaan”. Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak
dimungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan
norma dalam kehidupan. Gurindam merupakan puisi lama (Melayu) yang
sangat penting sebagai warisan budaya. Gurindam memiliki ciri-ciri (a)
terdiri atas dua baris dalam sebait, (b) tiap baris memiliki jumlah kata
sekitar 10-14 kata, (c) tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A-A,
B-B, C-C, dan seterusnya, (d) merupakan satu kesatuan yang utuh, (e)
baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian, (f) baris kedua berisi
jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. (isi atau
maksud gurindam terdapat pada baris kedua), dan (g) isi gurindam
biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara.
Sebagai bekal dalam menelaah struktur dan aspek kebahasaan
pada gurindam ini ada beberapa kemampuan kebahasaan yang harus
204
dikuasai. Pada buku siswa Bahasa Indonesia kelas VII (2016:183-186)
dijelaskan tentang kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai tersebut.
Kemampuan-kemampuan kebahasaan tersebut adalah penguasaan tentang
kalimat perintah, kalimat saran, kalimat ajakan, kalimat seru, dan kalimat
larangan. Selain itu, terdapat pula kata penghubung yang sering digunakan
pada puisi rakyat, yaitu kata penghubung tujuan, kata penghubung sebab,
kata penghubung akibat, dan kata penghubung syarat. Berikutnya adalah
pengetahuan tentang kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Pengetahuan tentang kalimat tungggal dan khususnya tentang
kalimat mejemuk merupakan unsur yang penting ketika siswa
menganalisis aspek kebahasaan dalam gurindam. Jika dilihat tiap bait pada
gurindam yang terdiri dari dua baris itu, kita bisa melihat bahwa hampir
semua bait pada gurindam itu menunjukkan penggunaan kalimat majemuk
bertingkat. Baris pertama berupa kalimat tunggal dan baris kedua juga
merupakan kalimat tunggal. Jika kedua kalimat tungggal itu digabungkan,
maka akan membentuk sebuah kalimat majemuk bertingkat. Contoh
gurindam di bawah ini diambil dari buku siswa Bahasa Indonesia kelas
VII tahun 2016 halaman 180-181. Kata-kata yang digarisbawahi
merupakan kata keterangan atau adverbia.
Apabila kelakuan baik berbudi Hidup menjadi indah tak akan merugi Dengan orang tua jangan pernah melawan Kalau tidak mau hidup berantakan Jagalah hati jagalah lisan Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
205
Belajar janganlah ditunda-tunda Karena kamu tidak akan kembali muda Jika kamu terus menunda Hilanglah sudah kesempatan berharga Belajarlah demi masa depan Untuk mencapai semua harapan Apabila mata terjaga Hilanglah semua dahaga Apabila tangan tidak terikat rapat Hilanglah semua akal sehat Jika hendak hidup bahagia Jangan penah melakukan perbuatan sia-sia Apabila dengki sudah merasuki hati Tak akan pernah hilang hingga nanti Apabila hidup selalu berbuat baik Tanda dirinya berhati cantik
Salah satu cara dalam menelaah gurindam adalah dengan
memerhatikan jenis kalimat yang digunakan dalam gurindam tersebut.
Berikut ini dituliskan sebuah contoh menelaah gurindam yang diambil
dari buku siswa Bahasa Indonesia kelas VII tahun 2016 halaman 182.
Apabila kelakuan baik berbudi Hidup menjadi indah tak akan merugi
Penelaahan:
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan.
Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari
jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan
kalimat dengan pola hubungan syarat (larik 1 apabila ...) dan pada
larik 2 kondisi/ keadaan jika syarat dilakukan.
206
Berdasarkan telaah tersebut, dapat diketahui bahwa jenis kalimat
yang digunakan adalah kalimat majemuk bertingkat dengan hubungan
syarat. Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu
subjek dan satu predikat, sedangkan kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya
tidak setara/ sederajat. Fungsi-fungsi dalam sebuah kalimat bisa berupa
kata ataupun frasa.
Sebuah frasa bisa terbentuk dengan menambahkan adverbia pada
kata intinya. Pada baris kedua gurindam di atas dapat dilihat bahwa
terdapat frasa tak akan merugi yang menduduki fungsi predikat. Frasa tak
akan merugi terbentuk dari kata inti merugi yang merupakan kata kerja
(verba) dan mendapat tambahan adverbia sangkalan tak akan di
depannya.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh telaah gurindam.
1) Jagalah hati jagalah lisan Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
Penelaahan:
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan.
Larik 1 merupakan kalimat perintah dengan tujuan/ harapan seperti yang
terdapat pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan,
gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan tujuan.
Larik 2 merupakan tujuan dari apa yang disebutkan pada larik 1. Pada
larik 2 bisa dilihat sebuah frasa yang menduduki fungsi predikat. Frasa
tersebut adalah frasa verbal tidak hidup. Frasa tidak hidup ini terdiri dari
207
kata inti hidup yang berupa verba yang mendapat tambahan adverbia
sangkalan tidak di depannya.
2) Belajar janganlah ditunda-tunda Karena kamu tidak akan kembali muda
Penelaahan:
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan.
Larik 2 merupakan sebab atau alasan sehingga kalimat perintah seperti
pada larik 1 ada. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam
tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sebab. Larik 2
merupakan sebab dari apa yang disebutkan pada larik 1. Pada larik 2 bisa
dilihat sebuah frasa yang menduduki fungsi predikat. Frasa tersebut
adalah frasa verbal tidak akan kembali. Frasa tidak akan kembali ini
terdiri dari kata inti kembali yang berupa verba yang mendapat tambahan
adverbia sangkalan tidak akan di depannya.
3) Jika kamu terus menunda Hilanglah sudah kesempatan berharga
Penelaahan:
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan.
Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari
jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
sesuatu yang disebutkan pada larik 2. Pada larik 2 gurindam tersebut bisa
dilihat bahwa terdapat sebuah frasa yang menduduki fungsi predikat.
Frasa tersebut adalah frasa verbal hilanglah sudah. Frasa hilanglah sudah
208
ini terdiri dari kata inti hilang yang berupa verba (dengan penambahan
partikel –lah) untuk selanjutnya mendapatkan tambahan adverbia aspek
sudah di belakangnya.
4) Apabila mata terjaga Hilanglah semua dahaga
Penelaahan:
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan.
Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari
jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
sesuatu yang disebutkan pada larik 2. Pada larik 2 gurindam tersebut bisa
dilihat bahwa terdapat sebuah frasa yang menduduki fungsi predikat.
Frasa tersebut adalah frasa verbal hilanglah semua. Frasa hilanglah
semua ini terdiri dari kata inti hilang yang berupa verba (dengan
penambahan partikel –lah) untuk selanjutnya mendapatkan tambahan
adverbia jumlah semua di belakangnya.
Berdasarkan contoh-contoh telaah gurindam di atas, bisa
disimpulkan bahwa frasa yang terjadi dari penambahan adverbia terhadap
kata inti bisa menduduki suatu fungsi dalam kalimat yang digunakan
pada gurindam. Dalam hal ini fungsi yang paling umum adalah fungsi
predikat. Jadi, pemahaman tentang adverbia ini sangat bermanfaat ketika
mengidentifikasi kalimat-kalimat ke dalam fungsinya. Sebuah fungsi
tidak selalu diduduki oleh satu kata saja. Sebuah fungsi bisa diduduki
oleh sebuah frasa, dan sebuah frasa bisa terjadi dengan adanya
209
penambahan adverbia terhadap kata intinya. Dengan pemahaman tentang
kalimat, entah itu kalimat tunggal maupun kalimat majemuk, tentu sangat
bermanfaat ketika peserta didik akan menelaah puisi rakyat, khususnya
gurindam.
210
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis mengenai makna adverbia penanda aspek,
penanda sangkalan, dan penanda jumlah yang terdapat dalam teks terjemahan
Alquran (TTA), ada empat hal yang dapat dituliskan pada simpulan ini.
1. Makna adverbia penanda aspek yang terdapat pada TTA ada enam
macam.
a) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
akan berlansung. Makna ini ditandai oleh adverbia akan dan insya
Allah akan.
b) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
pada proses permulaan berlangsungnya. Makna ini ditandai oleh
adverbia baru.
c) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
tengah berlangsung. Makna ini ditandai oleh adverbia sedang.
d) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
belum selesai. Makna ini ditandai oleh adverbia belum, belum
pernah, dan masih.
e) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat
sudah selesai berlangsung. Makna ini ditandai oleh adverbia telah
dan sudah.
211
f) Menyatakan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan/perbuatan,
peristiwa, keadaan atau sifat. Makna ini ditandai oleh adverbia
selalu.
2. Makna adverbia penanda sangkalan yang terdapat pada TTA ada dua
macam.
a) Makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’. Makna ini ditandai oleh
adverbia tidak, tidak pula, tidak akan, tidak hendak, tak, tiada,
bukan, tanpa, dan tidak ...-nya.
b) Makna ‘penyamaan’. Makna ini ditandai oleh adverbia tidak lain
hanyalah.
3. Makna adverbia penanda jumlah yang terdapat pada TTA ada dua
macam.
a) Makna yang menyatakan jumlah untuk sebagian. Makna ini ditandai
oleh adverbia sedikit, sebagian, sebahagian, dan banyak.
b) Makna yang menyatakan jumlah untuk keseluruhan. Makna ini
ditandai oleh adverbia sekalian, semua, semua ... seluruhnya,
seluruh, dan segala.
4. Hasil penelitian mengenai makna adverbia ini bisa diimplementasikan
sebagai materi ajar pada kelas VII sekolah menengah pertama (SMP)
yang melaksanakan kurikulum 2013. Adapun implementasi tersebut
dilaksanakan pada Kompetensi Inti (KI) 3 pada Kompetensi Dasar (KD)
3.14 yaitu menelaah struktur dan kebahasaan puisi rakyat (pantun, syair,
dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.
212
B. Implikasi
Berdasarkan pada pembahasan dan simpulan yang telah diuraikan, hasil
penelitian mengenai makna adverbia pada teks terjemahan Alquran (TTA) ini
memiliki setidaknya dua dampak penting. Hasil penelitian ini menambah
khazanah tentang hasil penelitian kebahasaan yang telah dilakukan,
khususnya yang berobjek TTA. Dalam bidang pengajaran kebahasaan di
sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan ketika mengidentifikasi ataupun
menguraikan fungsi-fungsi sebuah kata atau frasa dalam sebuah kalimat.
C. Saran
Setelah selesainya penelitian ini, penulis dapat menyampaikan dua hal.
1. Penulis berharap akan adanya penelitian mengenai adverbia, khususnya
adverbia pada teks terjemahan Alquran (TTA) sehingga dapat
melengkapi maupun mengoreksi kajian yang telah dikemukakan dalam
tesis ini.
2. Bagi guru bahasa Indonesia diharapkan dapat mengajarkan sintaksis
lebih dalam sehingga siswa dapat memahami kategori, fungsi, dan makna
dalam bidang kajian sintaksis, khususnya tentang adverbia.
213
DATAR PUSTAKA
Agustinova, Danu Eko. 2015. Memahami Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan
Praktik). Yogyakarta: Calpulis.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
__________. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Aminudin. 1988. Semantik (Pengantar Studi tentang Makna). Bandung: Sinar
Baru.
Aziz, E. Aminudin. 2003. “Theorizing Linguistic Politeness in Indonesian
Society”. In Linguistik Indonesia. Tahun ke-21, Nomor 2. Agustus.
pp. 167-186.
Beck, Sigrid dan Arnim Von Stechow. 2007. “Pluractional Adverbials”. Journal
of Semantics 24: 215–254 doi:10.1093/jos/ffm003 Advance Access
publication May 17, 2007.
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa (Struktur Internal, Pemakaian dan
Pemelajaran). Jakarta: Rineka Cipta.
Cristiana, Davidescu. 2008. ‘Adverbia Verba Bahasa Rusia Dan Pengungkapan
Maknanya dalam Bahasa Indonesia’. Sosiohumaniora, Vol. 10, No. 1,
Maret 2008 : 13-23.
Damayanti, Tia. 2012. ‘Adverbia Penanda Modalitas dalam Novel Karya Andrea
Hirata: Suatu Kajian Stuktur dan Makna’. Universitas Padjajaran.
Devi, Ade Anggraini Kartika, Wini Tarmini, Karomani. 2014. “Adverbia pada
Artikel Opini Kompas dan Implikasinya dalam Pembelajaran”. Jurnal
Kata (Bahasa, Sastra, Pembelajarannya). April 2014. Hal. 1-8.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2 : Pemahaman Ilmu dan Makna.
Bandung: Refika Aditama.
Hidayat, Asep Ahmad. 2009. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa,
Makna dan Tanda. Bandung: Remaja Rosdakarya.
214
Kemdikbud. 2016. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII (Edisi Revisi 2016).
Kiss (ed.), Katalin E ´. 2011. “Adverbs and Adverbial Adjuncts at The Interfaces
(Interface Explorations 20)”. Berlin: Mouton de Gruyter, 2009. Pp.
viii+377. J. Linguistics 47 (2011). doi:10.1017/S0022226710000435 f
Cambridge University Press .
Krantz, Laurie R;Leonard, Laurence B .2007. “The Effect of Temporal Adverbials
on Past Tense Production by Children With Specific Language Imp”
Journal of Speech, Language, and Hearing Research; Feb 2007; 50,
1; ProQuest pg. 137.
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
_________ 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Markhamah. 2003a. “Gender dalam Terjemahan Ayat-ayat Quran tentang laki-
laki dan Perempuan” , Profetika, Desember 2003.
Markhamah. 2003b . “Persamaan Laki-laki dan Perempuan dalam Quran tentang
Laki-laki dan Perempuan”, Seminar Nasional Hasil Penelitian,
Diadakan Balitbang Jateng, Desember 2003.
Markhamah. 2007. “Pengembangan Konsep Partisipan Tutur dalam Teks
Keagamaan”. Laporan Penelitian Fundamental Tahun I Dibiayai oleh
Dikti melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Markhamah. 2008. “Pengembangan Konsep Partisipan Tutur dalam Teks
Keagamaan”. Laporan Penelitian Fundamental Tahun II Dibiayai oleh
Dikti melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan
Berbahasa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2010. “Keselarasan Fungsi, Kategori, dan Peran
dalam Teks Terjemahan Al Quran”. Laporan Penelitian Hibah
215
Kompetensi. Dibiayai oleh Dikti melalui Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Markhamah, Atiqa Sabardila, Abdul Ngalim, Muinuddinilah Basri. 2011.
”Pengembangan Materi Ajar dan Pembelajaran Sintaksis Berbasis
Teks Terjemahan Al Quran”. Laporan Penelitian Hibah Tim
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dibiayai oleh
Dikti Tahun II
Markhamah, Abdul Ngalim, Muinuddinilah Basri. 2012. ”Pengembangan Materi
Ajar dan Pembelajaran Sintaksis Berbasis Teks Terjemahan Al
Quran”. Laporan Penelitian Hibah Tim Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Dibiayai oleh Dikti Tahun II.
Markhamah, Atiqa Sabardila, Abdul Ngalim, Muinuddinilah Basri. 2013.
”Pengembangan Materi Ajar dan Pembelajaran Sintaksis Berbasis
Teks Terjemahan Al Quran”. Laporan Penelitian Hibah Tim
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dibiayai oleh
Dikti Tahun III.
Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2014. Anaisis Kesalahan dan Karakteristik
Bentuk Pasif. Surakarta: Muhammadiyah Univeristy Pess.
Markhamah, Abdul Ngalim, Muinuddinilah Basri. 2014a. “Penggunaan Satuan
Lingual Yang Mengandung Pronomina Persona pada Teks Terjemahn
Alquran dan Hadis”. Laporan Penelitian. Dibiayai oleh Dikti melalui
Skim Hibah Tim Pascasarjana.
Markhamah, Abdul Ngalim, Muhammad Muinudinilah Basri, Arini Dyah Rupa
Murti. 2015. “Dampak Perubahan Bentuk terhadap Perubahan
Kategori Pronomina Persona pada Teks Terjemahan Alquran”.
Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional PIBSI ke-36 di
Universitas Sanata Darma Yogyakarta 2-3 Oktober 2015.
Markhamah, Abdul Ngalim, Muhammad Muinuddinilah Basri, Annisa Fuadillah
Ramadhana. 2015a. “Fungsi dan Perubahan Fungsi Satuan Lingual
Berpronomina Persona III Pada Teks Terjemahan Alquran”.
216
Maslamah. 2002. “Feminisme dalam Al Quran”. Dalam Relasi Gender Dalam
Islam. Surakarta: Pusat Studi Wanita STAIN Surakarta Press.
Mudrikah, Siti. 2014. “Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung ‘Ngonceki
Impen’ pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret–Agustus
2014”. Jurnal Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga.
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
Prihandari, Ismi. 2012. Struktur Frase Nomina Bahasa Jepang. Pena. Vol. 11 No.
2. 2012. Hal. 22-37.
Rajabova, Aytan Arif. 2014. “Variation of the Word Denoting the Adverbial
Modifier of Purpose as to the Position in the Simple Sentences (On the
Materials of the English and Azerbaijani Languages)” International
Journal of English Linguistics; Vol. 4, No. 3; May 27, 2014. 106-112.
ISSN 1923-869X E-ISSN 1923-8703 Published by Canadian Center
of Science and Education.
Sabardila, Atiqa; Sangidu; Hindun, Andi Haris Prabawa; Adyana Sunanda. 2003.
”Etika Berbahasa dalam Islam: Kajian secara Sosiolinguistik”.
Laporan Penelitian Hibah Pekerti (Tahun I). Dibiayai DP2M Dikti,
melalui LPPM, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sabardila, Atiqa; Sangidu; Hindun, Andi Haris Prabawa; Adyana Sunanda. 2003.
”Etika Berbahasa dalam Islam: Kajian secara Sosiolinguistik”.
Laporan Penelitian Hibah Pekerti (Tahun II). Dibiayai DP2M Dikti,
melalui LPPM, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
217
Suhardi. 2016. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Syamsudin A.R. dan Vismalia S. Damaianti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tadjuddin, Moh. 2005. Aspektualitas dalam Kajian Linguistik. Bandung: Alumni.
Verhaar, J.W.M. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wiechmann, Daniel and Elma Kerz.2013. “The Positioning of Concessive
Adverbial Clauses in English: Assessing The Importance of
Discourse-Pragmatic and Processing-Based Constraints1”. English
Language and Linguistics 17.1: 1–23. C Cambridge University Press
2013
Xu, Yuting. 2012. The Use of Adverbial Conjuncts of Chinese EFL Learners and
Native Speakers–Corpus-based Study. Theory and Practice in
Language Studies, Vol. 2, No. 11, pp. 2316-2321, November 2012 ©
2012 ACADEMY PUBLISHER Manufactured in Finland.
218
LAMPIRAN
FOTO
Uji Keabsahan Data pada Tanggal 9 Januari 2017 di Gedung Induk Siti
Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta
Focus Group Discussion bersama Prof. Dr. Markhamah, M.Hum. pada
Tanggal 16 Januari 2017 di Gedung Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta
219
LAMPIRAN
DATA PENELITI PADA UJI KEABSAHAN DATA
1. Nama : MUH. WIYADI
Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 20 November 1978
Alamat : Karangmalang, Jetis, Juwiring, Klaten
Email : [email protected]
Fokus Penelitian : Makna Adverbia pada TTA
2. Nama : SUDARMINI
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 10 Desember 1965
Alamat : Baturetno, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta
(55197)
Email : [email protected]
Fokus Penelitian : Kategori dan Fungsi Adverbia pada TTA
3. Nama : MU’ALLIMATIN NAJIHAH
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 26 Januari 1990
Alamat : Jl. Sunan Muria RT 01 RW 02, Margoyoso,
Margoyoso, Pati (59154)
Email : [email protected]
Fokus Penelitian : Jenis dan Penanda Adverbia pada TTA