Makna Dakwah

Embed Size (px)

Citation preview

Makna Dakwah Menyeru manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, hingga mereka mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah serta keluar dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam

5 Komponen Dakwah .1 .2 .3 .4 .5 Aktivitas Obyek Tujuan Cara Sasaran

Arti Dakwah dalam AlQuran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kata dakwah banyak disebutkan dalam Al-Quran DR. Muhammad Ishmat merangkumnya: Meminta atau menuntut (41:52 ) Menyeru (25:81 ) Bertanya (96:2 ) Mendorong untuk melakukan sesuatu () 40:41 Meminta pertolongan (04:6 ) Memerintahkan (8:75 ) Doa (55:7 ) Kesemuanya itu sebenarnya kembali kepada makna pertama: meminta atau menuntut

Dakwah = Meminta

AN-NIDAA: meminta kehadirannya, dan datangnya secara indrawi ataupun maknawi AS-SUAL: meminta ilmu yang belum diketahui oleh penanya AT-TAHRIDH WAL-HATSTSU: meminta suatu tindakan yang tidak disukai oleh lawan bicara AL-ISTIGHATSAH: meminta untuk mengangkat derita yang dialami oleh yang meminta AL-AMRU: meminta melakukan tindakan secara mutlak AD-DUA: meminta dari Allah SWT

Kewajiban Berdawah Kewajiban dawah didasarkan pada dalil al-Quran dan as-Sunnah Dalil al-Quran (3:104) Perbedaan pendapat ada pada kata minkum Imam ar-Razi mengatakan: Yang berkewajiban dawah adalah ulama, karena pengertian minkum di dalam ayat tersebut adalah takid (sebagian). Dalam berdawah harus dengan ilmu pengetahuan sebagaimana dalam QS 12: 108 Merujuk QS 35:28 kriteria ulama adalah yang paling takut kepada Allah. Segudang ilmunya tapi tidak kepada Allah, maka bukan ulama. Ilmu yang utama: MARIFATULLAH

ILMU dan ULAMA (1) ILMU Sesungguhnya berilmu itu bukanlah karena banyaknya meriwayatkan hadits, melainkan ilmu itu adalah cahaya yang dijadikan oleh Allah di dalam kalbu. (Imam Malik) Sesungguhnya ilmu yang diharuskan oleh Allah agar diikuti hanyalah ilmu mengenai Al-Quran, sunnah, dan apa yang disampaikan oleh para sahabat dan orang-orang sesudah mereka dari kalangan para imam kaum muslimin

Ulama itu ada tiga macam (Abu Hayyan At-Tamimi):

ILMU dan ULAMA (2) Ulama yang mengetahui tentang Allah dan mengetahui tentang perintah Allah Ulama yang mengetahui tentang Allah, tetapi tidak mengetahui tentang perintah Allah Orang yang takut kepada Allah dan mengetahui batasanbatasan serta fardu-fardu yang telah ditetapkanNya Orang yang takut kepada Allah tapi tidak mengetahui batasan-batasan serta fardu-fardu yang telah ditetapkanNya Orang yang mengetahui batasan-batasan serta fardu-fardu yang telah ditetapkanNya, tapi tidak takut kepada Allah

Ulama yang mengetahui tentang perintah Allah, tetapi tidak mengetahui tentang Allah

Yusuf Qaradhawi tentang Ayat Ini Minkum itu memiliki dua pengertian Berarti sebagian manusia ( ,) yakni semua umat Islam wajib berdawah. Hanya saja tuntutan berdawahnya disesuaikan dengan kemampuannya FARDHU AIN Berarti sebagian umat Islam ( ,) yakni orang orang khusus. Tuntutannya adalah berdawah secara profesional; mengerti fiqh dawah secara baik, memahami manhaj, dalam ilmu dan tsaqafahnya FARDHU KIFAYAH

) ( Siapa saja yang melihat kemungkaran, maka ubahlah ia dengan tangannya; kalau tidak mampu, ubahlah ia dengan lisannya; kalau tidak mampu, ubahlah ia dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman

Dalil as-Sunnah (1)

) ( Maka siapa saja yang berjihad dengan tangannya, maka ia mumin; siapa saja yang berjihad dengan lisannya, maka ia mumin; siapa saja yang berjihad dengan hatinnya, maka ia mumin dan di luar itu tidak ada keimanan sedikit pun meski sebesar biji sawi

Dalil as-Sunnah (2)

Dalil as-Sunnah (3)

)(

Sampaikan dariku meskipun hanya satu ayat

Dalil as-Sunnah (4) )( Maka hendaklah yang hadir menyampaikannya kepada yang absen

)( Demi Allah satu orang memperoleh hidayah lantaran kamu, maka itu lebih baik dari pada unta merah

Dalil as-Sunnah (5)

Demi Allah satu orang memperoleh hidayah lantaran kamu, maka itu lebih baik dari apa yang ada di antara terbit dan terbenamnya matahari

)(

Dalil as-Sunnah (6)

Dakwah = Keperluan Sosial

Karena manusia memerlukan orang yang menjelaskan apa-apa yang diperintahkan Allah untuk menegakkan hujjah atas mereka (36:6, 17:15, 8:42) menggantikan tugas rasul Dakwah kepada kebatilan juga memiliki dai yang terusmenerus bekerja (4:89) dan antar-mereka saling menolong (8:71) Kehancuran suatu umat karena para pembesar dan orang kayanya fasik dan kemungkaran tersebar di mana-mana Takut adzab Allah terhadap umat yang tidak melaksanakan dakwah seperti terjadi pada Bani Israil

Dakwah bukan Hakim Aktivitas kita adalah berdakwah, bukan menghakimi atau memvonis atau mengecap orang dengan berbagai cap buruk Seorang ulama berkata,

Kita adalah penyeru bukan hakim

Pelaku Dakwah Pelaku dakwah disebut Tapi yang sering digunakan adalah dengan jamaknya ,untuk laki-laki ataupun perempuan Ta marbuthah dalam ad-daiyah bukan untuk muannats (perempuan) tapi untuk menunjukkan banyaknya aktivitas yang dilakukan () Dai ( )untuk laki-laki tunggal, jamaknya Daiyah ( )untuk perempuan tunggal, jamaknya

Siapakah DAIYAH Itu? =

Orang yang pikiran dan hatinya sibuk dengan dakwah

Dakwah Menjadi Timbangan

Daiyah adalah orang menjadi dakwah sebagai timbangan dalam menilai sesuatu Masuk suatu perkumpulan dalam rangka dakwah Mengambil keahlian dalam rangka dakwah Menikah dalam rangka dakwah Dll selalu mencari CELAH segala sesuatu agar supaya dakwah bisa masuk ke dalamnya

Ia hidup dan mati untuk dakwah

Semboyan

Melebur kedalam Dakwah

Beban dakwah ini hanya dapat dipikul oleh mereka yang telah memahami dan bersedia memberikan apa saja yang kelak dituntut olehnya; baik waktu, kesehatan, harta, bahkan darah Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda: Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barang siapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk-duduk. Lalu Allah swt. akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan sanggup memikul beban dalwah ini. Allah swt

Yang Kita Hadapi: Manusia Obyek dakwah ( Bukan binatang Bukan benda mati Tapi MANUSIA dengan segala sisinya Bukan DATA (angka-angka): satu orang, dua orang, sepuluh orang, . Manusia yang memiliki BERBAGAI MACAM PERBEDAAN Jenis kelamin Umur Status sosial Pendidikan Tempat tinggal Suku Agama Dll

)kita adalah manusia

Bukan Malaikat Sekali lagi, manusia Bukan malaikat Yang tidak memerlukan makan dan minum Yang tidak pernah bosan (futur) dan letih 21:19-20 Yang tidak pernah bermaksiat 66:6 Yang tidak memiliki nafsu

Jadi, yang kita dakwahi adalah manusia

Bukan Syaitan Kita juga tidak sedang mendakwahi syaitan Yang selalu bermaksiat kepada Allah Yang suka menyesatkan manusia Yang terkutuk

Tapi kita manusia yang hidup di antara dua tarikan: fujur (dari syaitan) dan takwa (dari malaikat) Secara lengkap kita sudah membahas tentang manusia itu dalam MARIFATUL INSAN

Saat di Makkah, panggilan (dakwah) diarahkan kepada manusia secara umum () Karena saat itu, umat Islam masih bercampur dengan kafir Quraisy dan kafir Quraisy menguasai wilayah Makkah Setelah di Madinah, maka panggilan diarahkan kepada umat Islam sendiri ( ) karena tema ayat ayatnya berkaitan dengan hukum-hukum (syariat) Allah juga menyuruh Rasulullah (tidak langsung memanggil sendiri) kepada ahli kitab eksistensi mereka diakui dan terus diingatkan ke jalan yang lurus

Jenis Manusia Manusia yang kita hadapai beragam: 1. Mumin 2. Orang-orang yang ragu-ragu 3. Mencari keuntungan 4. Orang yang berprasangka buruk

( Mumin) Orang-orang yang meyakini kebenaran dakwah Mercaya kepada dakwah mengagumi prinsip-prinsipnya Menemukan padanya kebaikan yang menenangkan jiwanya

( Orang yang Ragu-ragu) Orang-orang yang belum mengetahui secara jelas hakekat kebenaran dan Belum mengenal makna keikhlasan serta manfaat di balik aktiviti dakwah Mereka bimbang dan ragu

( Mencari Keuntungan) Kelompok yang tidak ingin memberikan dukungan kepada dakwah sebelum mereka mengetahui keuntungan materi yang dapat mereka peroleh sebagai imbalannya Orang yang tidak melihat bahwa hak Allah-lah yang pertama mesti ditunaikan, pada diri, harta, dunia, akhirat, hidup, dan matinya Tidak mau mendukung dakwah kecuali jika nantinya kelak diberikan porsi kekuasaan setelah Islam menang

Orang-orang yang selalu berprasangka buruk kepada dakwah dan dai-nya Hatinya diliputi keraguan Mereka selalu melihat dengan kacamata hitam pekat Tidak berbicara tentang dakwah kecuali dengan pembicaraan yang sinis. Kecingkakan telah mendorong mereka terus berada pada keraguan, kesinisan, dan gambaran negatif tentang dakwah

( Yang Berprasangka Buruk)

Agar Tepat Kita perlu memahami betul obyek dakwah kita agar sikap kita kepadanya bisa tepat Agar kita memanusiakan madu kita (dalam bahasa Jawa ngewongke) Karena mereka Memiliki perasaaan bersimpatilah Memiliki hati cintailah Memiliki pikiran yakinkan dan puaskanlah

(3) Tujuan

ALLAH SWT

Kemana Kita Bawa? Kita membawa manusia kepada Allah SWT Itulah tujuan dakwah kita: ( Allah tujuan kita) Kepada Allah SWT berarti juga kepada ISLAM Bukan Kepada KAMI ( :) golongan, kelompok Bahaya: tidak mau taat kecuali kepada figur itu Bahaya: bisa mengkafirkan kelompok lainnya

Kepada AKU ( :)figur kena penyakit figuritas

Itulah dakwah yang ROBBANI

Dakwah kepada Tauhid Dakwah para nabi dan rasul adalah dakwah tauhid (21:25) Oleh karena itu, seorang daiyah mesti berdakwah dengan ikhlas, bukan karena dorongan-dorongan yang lain Tantangan: jika orang-orang yang diseru sudah terkumpul banyak, akan tergoda untuk membawa mereka kepada kepentingan sang dai (karena iming-iming duniawi)

Dakwah yang Bersih Misi dakwah kita bersih dan suci; bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Ia terus berlalu menapaki jalan panjang kebenaran yang telah digariskan Allah swt (12:108) Kita tidak mengaharapkan sesuatu pun dari manusia; tidak mengharap harta benda atau imbalan yang lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Yang kita harap hanyalah pahala dari Allah, Dzat yang telah menciptakan kami

(4) Cara DENGAN HIKMAH, NASIHAT YANG BAIK, DAN DIALOG YANG TERBAIK

Dakwah dengan Hikmah

Menguasai keadaan dan kondisi madu-nya serta batasan-batasan yang disampaikan setiap kali menjelaskan kepada mereka Dengan demikian, tidak memberatkan dan menyulitkan mereka sebelum mereka siap sepenuhnya Cara yang ditempuh harus beragam disesuaikan dengan konsekuensi-konsekuensinya Tidak berlebihan dalam hamasah (semangat), indifa (motivasi), dan ghirah sehingga melupakan sisi hikmah

Rasulullah SAW menjawab pertanyaan yang sama dari beberapa sahabat, tapi dengan jawaban yang berbedabeda disesuaikan dengan kondisi penanya ( manakah amal yang lebih utama)?

Hikmah Dakwah Rasul ( iman kepada Allah dan jihad di jalanNya HR. Bukhari-Muslim) ( shalat di awal waktunya HR. Abu Dawud) ( shalat malam yang panjang HR. Abu Dawud) ( shalat pada waktu-waktunya HR. Tirmidzi), karena mengakhirkan shalat Isya lebih afdhal ( HR. Ibnu Majah) ( memberi makan dan mengucapkan salam kepada yang dikenal dan yang tidak dikenal HR. Ahmad)

Mengemas Dakwah Di sinilah pentingnya mengemas dakwah dengan kemasan yang cantik dan menarik Seringnya dakwah terkesan serem, membosankan, kuno, itu-itu aja, kolot, sehingga obyek dakwah kurang menyambutnya Jadi, dakwah bukan sekedar ISINYA (menjelaskan kebenaran), tapi teknik dan cara dakwah juga sangat penting Dakwah bukan sekedar menyampaikan sunnah, tapi caranya pun harus nyunnah

Mauizhah Hasanah Nasihat yang bisa menembus hati manusia dengan lembut dan diserap oleh hati nurani dengan halus Bukan dengan bentakan dan kekerasan tanpa ada maksud yang jelas Tidak dengan membeberkan kesalahan-kesalahan yang kadang terjadi tanpa disadari atau lantaran ingin bermaksud baik Kelembutan dalam memberikan nasihat akan lebih banyak Menunjukkan hati yang bingung Menjinakkan hati yang benci Memberikan banyak kebaikan ketimbangan bentakan, gertakan dan celaan

Seseorang memberi nasihat kepada seorang khalifah dengan cara yang tidak baik Sanga khalifah meresponnya, Sesungguhnya engkau tidak lebih baik dari Musa AS, dan aku tidak lebih buruk dari Firaun, tetapi Musa AS berkata kepada Firaun dengan lemah lembut. 20:44 perintah untuk berkata kepada Firaun dengan perkataan yang lembut karena bagaimanapun dia berjasa kepada Nabi Musa dan Islam tidak pernah melupakan jasa orang 3:159 Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu

Tidak Lebih Buruk dari Firaun

Dialog yang Terbaik Ketika menyebutkan jidal (dialog, perdebatan) bukan dengan hasanah (yang baik) tapi ahsan (paling baik) Jidal memang cenderung emosional tidak terkendali, akal sehatnya hilang debat kusir bukan makin nurut, malah makin menentang Tidak dibolehkan adanya sikap peremehan atau pencelaan terhadap orang yang menentang dakwah Karena tujuan dakwah bukan menang-menangan, tapi menyadarkan dan menyampaikan kebenaran

Menghormati Pendebat Berdebat dengan cara terbaik akan meredakan keangkuhan yang sensitif karena merasa dihormati dan dihargai Tugas daiyah adalah mengungkapkan hakikat yang sebenarnya dan memberikan petunjuk kepada jalan Allah Bukan untuk membela dirinya, mempertahankan pendapatnya atau mengalahkan pendapat orang lain 16:125 Allah-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk Debat tidak diperlukan kecuali untuk menjelaskan, selanjutnya urusan Allah

Aku Hendak Mendengarnya Quraisy sepakat mengirim Utbah bin Rabiah untuk memperdayakan Rasulullah SAW, karena Utbah

Utbah panjang lebar berbicara, tapi Rasulullah diam saja dengan tenang Saat ada jeda, Rasulullah hanya berkata, Katakanlah olehmu kepadaku, segala sesuatu yang hendak engkau katakan, hai Abu Walid. Aku hendak mendengarnya. Utbah melanjutkan perkataannya tapi Nabi diam saja Setelah Utbah sampai pada perkataan, Pilihlah salah satu dari hal-hal yang telah aku katakan ini mana yang engkau kehendaki, katakanlah kepadaku. Rasul berkata, Sudahkah selesai hal-hal yang engkau katakan kepadaku? Ya, saya selesai sekian dulu. Kemudian beliau membacakan surat Fusshilat

Bangsawan Quraisy yang tingkat kebangsawanannya seimbang dengan kebangsawanan Rasulullah Gagah berani, berbadan tegap, masih muda, bermuka tampan, dapat bersilat lidah, dan dapat berdialog dengan lemah lembut sehingga dapat menarik orang yang mendengarnya dan memperdayakannya

Jangan Menutup Pintu Jangan menutup pintu hidayah atau taubat dengan perkataan yang menyakitkan hati atau vonis Hal ini bisa menutup pintu kembali karena ibarat gelas sudah retak, hati sudah patah arang Ketahuilah bahwa vonis kepada seseorang baru mungkin kita lakukan setelah orang itu mati Selama masih hidup Yang sesat masih ada kesempatan bertaubat Yang benar masih mungkin tersesat jalan

Jadi, tidak boleh menyombongkan diri

Bertahap Inilah konstitusi dakwah yang disebutkan dalam alQuran (16:125) Cara yang ditempuh mestilah bertahap (tadarruj) Dimulai dengan hikmah Kemudian nasihat yang baik kepada yang bersalah Akhirnya debat yang terbaik kepada para penentang

Begitu pula dalam memberikan hukuman Nasihat secara rahasia Nasihat di depan umum Hukuman

(5) Sasaran INGKAR KEPADA THAGHUT DAN BERIMAN KEPADA ALLAH, SERTA KELUAR DARI KEGELAPAN JAHILIYAH MENUJU CAHAYA ISLAM

Kepada Tauhid dan Islam

Dakwah kita memiliki target yang jelas: Membawa manusia sampai mereka mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah (2:256, 16:36) Mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah kepada nur Islam (2:257) menjadikan Islam Pedoman Hidup (minhajul hayah)

Begitulah yang dipahami oleh Ribi bin Amir, Hudzaifah bin Muhsin, dan Mughairah bin Syubah satu per satu dalam waktu 3 hari berturut-turut dipanggil Rustum sebelum Perang Qadisiyah terjadi dan ditanya, Kenapa kamu datang ke sini?

Jawabannya Sama Maka jawaban mereka sama: Tuhan telah mengutus kami untuk membebaskan siapa yang mau dari budak manusia agar menjadi budak Tuhan saja. Dari kesempitan dunia kepada kelapangannya. Dari ketidakadilan agama-agama lain kepada keadilan Islam.

Lalu Tuhan mengirim RasulNya dengan agamaNya, kepada seluruh makhlukNya. Siapa yang menerima agama ini, maka ia akan kami terima dan kami akan kembali dari padanya. Kami akan tinggalkan dia dengan tanahnya. Siapa yang tidak mau akan kami perangi. Sampai kami masuk ke dalam syurga atau mendapat kemenangan. (Sayyid Quthb dalam Petunjuk Jalan hlm. 125, Media Dakwah Cetakan Ketiga 1987)