Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKNA PERAYAAN
HARI RAYA IDUL FITRI DAN HARI NATAL (Analisa Perbandingan Makna)
Skripsi
Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1
Di susun oleh:
IHYAUL ULUMUDDIN NIM. 105032101040
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaykum Wr.Wb.
Bismillah..
Alhamdulillah..
Walaa Haula Walaa Quwwata Illa Billaahil ‘Aliyyil ‘Adzim..
(Wa Ba’du)..
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Penyayang, yang selalu memberikan nikmat kasih dan sayang-Nya
kepada kita. Memberikan hidayah bagi manusia, dan selalu menaungi manusia
dengan kasih dan sayang-Nya, khususnya kepada Penulis. Sehingga Penulis
mampu menyelesaikan skrispsi ini, walaupun di dalamnya masih banyak
kesalahan, kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan adalah
hanya milik Allah SWT. Tapi mudah-mudahan ini menjadi hal yang bermanfaat
untuk menambah pengetahuan kita, Amin.
Shalawat beriring salam, semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita
Nabi Besar Muhammad SAW, Sang pendobrak pintu kebathilan dan kejahilan,
yang membawa umat-Nya kepada zaman yang sekarang kita rasakan. Semoga
Allah selalu mencurahkan ridha-Nya kepada beliau, Amin.
Selanjutnya, tiada kata yang sanggup Penulis ucapkan, Khususnya kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendoakan Penulis dalam proses
penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Ayah dan Ibuku tercinta “Ahmad Suryani & Hayati”, yang selalu dan selalu
tak pernah lelah untuk terus menghembuskan doanya untukku, kasih sayang
dan perhatian yang tiada terkira walaupun dibandingkan dengan luasnya
lautan dan tingginya langit. Nasehat dan bimbinganmu selalu ku ingat dengan
meneteskan air mataku untukmu Ayah dan Ibuku. Saat ku tulis kata ini air
mataku tiada henti terjatuh karena aku belum bisa membalas apa-apa atas
apa yang telah Ayah dan Ibu berikan termasuk baktiku untukmu Ayah dan
Ibu. Maafkan aku Ayah, maafkan aku Ibu karena selalu membuatmu kecewa
dan marah dengan tingkah lakuku yang bandel. Semoga Allah tidak pernah
i
berhenti mencurahkan nikmat rahmat dan ridho-Nya kepada kita, Amin.
Ayah… Ibu… Terima kasih atas semuanya, aku bertekad suatu saat nanti aku
akan membawa Ayah dan Ibu berangkat Haji. Aku sangat sayang Ayah dan
Ibu lebih dari apapun.
2. Ibu Hj. Siti Nadroh, selaku pembimbingku dalam proses pembuatan skripsi
ini. saya sangat berterima kasih kepada Ibu, yang selalu memberikan arahan-
arahan dan bimbingan kepada saya selama proses penulisan.
Saya minta maaf jika banyak kesalahan baik sikap, ucapan dan tulisan yang
banyak kesalahan dan cela, serta tak mampu membalas dan memberikan apa-
apa untuk Ibu. Terima kasih banyak Ibu, semoga Allah SWT selalu
memberikan ridho dan kebahagiaan kepada Ibu dan keluarga di dunia dan
akhirat, Amin…
3. KAJUR dan SEKJUR Perbandingan Agama, Bapak M. Nuh Hasan dan Bapak
Maulana. Terima kasih atas semua bimbingan dan pengajaran yang telah
Bapak berikan. Semoga Bapak selalu dicurahkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat, jasa-jasa Bapak takkan pernah ku lupakan, semoga Bapak bisa
mengangkat nama Jurusan ke prestasi yang lebih baik lagi. Dan semoga Allah
membalas kebaikan Bapak dengan berjuta-juta nikmat dan kebahagiaan,
Amin…
4. Dekan dan Pembantu-Pembantu Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga selalu diberikan kesehatan dan
kekuatan dalam membangun Fakultas dengan lebih baik lagi dan menciptakan
generasi-generasi yang bernmanfaat untuk masyarakat dan negara. Dan
terakhir, Yang Penting Ushuluddin Jaya Terus Ushuluddin!!!!...
5. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Bapak Komaruddin Hidayat beserta staf-
stafnya yang tak bisa Penulis sebutkan satu persatu, terima ksih atas
semuanya. Ciptakan terus regenerasi yang dapat dibanggakan oleh bangsa dan
negara. Jaya Terus Kampusku Tercinta UIN Jakarta!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!…
6. Seluruh Dosen Perbandingan Agama yang tidak bisa Penulis sebutkan
namanya satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasihku untuk
Bapak dan Ibu. Terima kasih atas Ilmu dan bimbingan yang telah Bapak dan
ii
Ibu berikan kepada Penulis, semoga bermanfaat dan bisa Penulis terapkan
dalam sehari-hari, khususnya dalam bermasyarakat. Penulis memohon maaf
jika selama masa perkuliahan ada kelakuan dan perkataan yang kurang
berkenan di hati Bapak dan Ibu. Semoga Allah membalas jasa-jasa Bapak dan
Ibu, Jazaa Kumullahu Khoirul Jaza, Syukron Katsiron…
7. Seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, yang telah
menyediakan fasilitas dan pelayanan yang Penulis dan mahasiswa lain
butuhkan. Semoga perpustakaan Fakultas Ushuluddin bisa terus berkembang
dan mempunyai koleksi buku-buku yang lebih lengkap lagi khususnya
mengenai materi-materi dari jurusan yang terkait. Maaf jika Penulis dan
teman-teman suka membuat keributan-keributan kecil, oya… Musholanya
enak buat tidur hehehe… Terima kasih semuanya…
8. Pihak-pihak yang berkaitan dengan penulisan ini (Pondok Pesantren Modern
Mirqotul Huda Serang Banten dan Gereja Bethel Indonesia Pertamburan
Jakarta). Terima kasih atas partisipasinya (sambutan dan penerimaan)
sehingga bisa membantu Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan
baik. Semoga rahmat dan ridho selalu menghiasi hidup kalian.
9. Untuk keluargaku, kakakku Khoirun Nufus dan A Maman terima kasih atas
semua doa dan dukungannya.
Untuk si kecil keponakanku tercinta Ratu Alifah, Om sayang kamu,
Mmmmmuuaagh semoga kamu jadi anak yang berguna dan sholehah Amin…
10. Adikku Ida Rahmawati yang gendut imut dan cantik, makasih yah dah selalu
membantu dan doain aang, aang sayang kamu. Jangan bandel yah, kuliah yang
rajin.
11. Spesial untuk kakakku tersayang Durratul Laila, yang selalu senantiasa berdoa
dan membantu Penulis dan mengorbankan tenaga dan apapun untuk Penulis.
“Teh saat Ulum nulis ini, Ulum ga kuat nahan air mata. Sumpah Ulum ga
kuat, makasih teh atas semuanya. Ulum minta maaf jika selalu menyusahkan
dan merepotkan teteh.Ulum pengen banget ngebales semuanya agar kita
selalu menjadi saudara yang baik yang selalu bisa menjaga keluarga. Suatu
iii
saat jika Ulum mampu, Ulum pasti akan membalas semuanya. Terimakasih
teh atas semua pengorbanannya.”
12. Kepada yang Tercinta dan Tersayang Thari Mayaratu-Ku, putri dari Bapak
Arham dan Ibu Flora Irama. Kamu adalah perempuanku yang paling cantik di
Negeriku Indonesia, kamulah yang nomor satu, Aku tak akan bisa sukai lagi
perempuan yang lainnya. Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang
yang kamu curahkan padaku, untuk doa yang tiada henti kamu hembuskan
untukku, untuk dukungan dan perhatianmu. Semoga Allah membukakan jalan
untuk kita menuju jalan yang di ridhai-Nya amin. Terima kasih sayang, Aku
sayang kamu.
13. Selanjutnya untuk sahabat-sahabatku yang berada di Ciputat:
Kawan-kawanku Zabil, Adin+Liza, Zays Selir, Bang Adli, Asep+Iroh, Jawara
Reyzak, Maksal, Oment, Didin, Kapten, Neng Nina, Bos Raden, NoRule
(Dayat)+Janet, Blacky, Nung imut, Tya, Tie2 Cliquers, Irma, Neng Indah,
Kiki, All Manager & Personil Amunizi, All Manager of Green Comp (Huget,
Adit, Sadut, Daenk, Mustari, H. Danang, Komeng) dan yang lainnya..
Terima kasih semuanya sudah baik kepada penulis.
14. Terimakasih juga kepada SLANKERS, UNGU CLIQUERS, LYLAKU,
KERABAT KOTAK, RESPECTOR (BONDAN), PARA WALI,
AMUNIZIKU, GIGI KITA, JHAPATY, ST STIA, GREEN_COMP,
LA_LIGHT, SAMPOERNA MILD, CENTRE BILLYARD BUKIT SARUA
CIPUTAT, HONDA BEAT, BALENONATION, NOKIA, BNI, BRI,
COMPAQ, dan semua sponsor yang telah mendukung penulis dalam
penggarapan skripsi ini.
15. Kawan-kawanku di Perbandingan Agama khususnya angkatan 2005:
Radhit, bin Musyawarah orang yang terlanjur kaya Low Profil… Jangan
kebanyakan ngesrak (males gue) hehehe… Thanks Men buat kebaikan ente…
Samsul, makasih men udah bantuin gue dalam hal apapun, Jangan
kebanyakan ngesrak juga, kasian wadon-wadon lo abisin terus hehehe...
iv
Bos Titis, moga makin lancar dan sukses bisnisnya, jangan kebanyakan
ngekrum kasian anak orang, mending juga nimbang krescek hehehe…
Wahyu, jangan sibuk konser n sensus terus, artis juga bukan hehehe...
Guntur, Uh takut ada gledek!!!!!! Jangan keseringan nyabutin jenggot,
mending juga nyabutin uban bokap lo hahaha… Thanks Men…
[ S i l C a k e p ], Masih semangat kawan-kawan!!!!!!!! Aktivis dan Investor
besar lesehan. Thanks brow dah slalu ngasih arahan-arahan.
Deliar, gaul lah jangan sendirian aja, jangan takut dompet jebol kehabisan.
Asik kok berteman, saling berbagi dan selalu bareng-bareng…
Toto, salut ane m ente pak. Moga sukses terus…
Robi Abgan, si Mr.Ketoprak Syetan yang ngeselin tapi ngetawain juga.
Langka orang kaya lo, hehehehe…. Katttsssaaaaaaaarrrr…
Lukman, My Soulmate si badak muke ma kantong sama-sama Ora Bagus,
apalagi kakinya udah kaya singkong bakar hahahahaha…
Zamroni, penggila bola n tehnik, Kalo dari jauh udah ketauan dari jalannya
hehehe... Kurangin tidur banyakin ngopi, sambil dengerin RHCP…
Fikri, si bubuwdanbabey bos pulsa, si skater si speda BMX mini.
Ngomongnya pelan-pelan jangan gugugugagagagugugug hehehe…
Kiki, gadis imut n gaul yang udah dari Aliah sekelas ma gue, kira-kira ntar
sekantor lagi di PLN hehehe…
Lian, si manis jutek tapi mau. Ngilang mulu, kemana ja tau, banyak yang
kangen neh…
Iis, si Ndoet yang grabak grubuk tapi mengasikkan, palagi tragedy di
rumahnya Guntur, GUBRAAAAK… Apaan tuh? Masya Ampun ternyata Iis
toh, hehehe…
v
Buat anak-anak PA 6 yang meningkat ke tujuh, si Andi si Buluk si Wafi si
Reisha dan lain-lain, terimakasih banyak kalian sudah pada mengakrabkan
diri dengan kami.
Semuanya selalu bisa buat gue tertawa, bercanda bareng, jalan, kumpul tapi
bukan kumpul kebo hahahaha…., gaple dan lain-lain. Susah senang selalu
bersama, terima kasih kawan-kawan, semoga kalian pada sukses selalu
kedepannya. Semangat kawan-kawan!!!!!!…
Terima kasih kepada semuanya, mohon maaf jika penulis mempunyai
kesalahan baik dari sikap maupun ucapan. Semoga Allah memberikan hidayah
dan maghfiroh-Nya, agar terciptanya hidup yang harmonis dan selalu dalam
ridho-Nya, Amin…
Anyer, 10 Maret 2010
Ihya Ulumuddin
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................... 6
D. Metodologi Penulisan ............................................................ 7
E. Sistematika Penulisan ............................................................ 8
BAB II PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA
ISLAM
A. Pengertian Hari Raya Idul Fitri .............................................. 9
B. Asal Mula Hari Raya Idul Fitri .............................................. 12
C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri ................................ 15
D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri ........................... 18
BAB III PERAYAAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN
A. Pengertian Hari Natal ............................................................. 24
B. Asal Mula Hari Natal ............................................................. 26
C. Waktu Pelaksanaan Hari Natal............................................... 32
D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Natal .......................................... 33
vii
viii
BAB IV ANALISA PERBANDINGAN MAKNA HARI RAYA
IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM DAN HARI
NATAL DALAM AGAMA KRISTEN
A. Makna Hari Raya Idul Fitri .................................................... 40
B. Makna Hari Natal ................................................................... 47
C. Persamaan dan Perbedaan Makna Hari Raya Idul Fitri dan
Hari Natal ............................................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 61
B. Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah agama, pada umumnya meniscayakan seorang pemimpin
agama sebagai pembawa berita baik nan suci atau pesan mulia yang harus
disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pemimpin agama sebagai sosok
penting bagi eksistensi dan keberlangsungan sebuah agama, bahkan sebagai
pendidik untuk memberikan sebuah pembelajaran spiritual keagamaan
terhadap seluruh umat manusia.
Pada prinsipnya, pemimpin agama erat hubungannya dengan sosial-
kemasyarakatan. Hubungan sosial ini dalam bentuk perjalanan keagamaannya
yang merujuk kepada hal-hal atau kegiatan yang pernah ia lakukan, karena itu
akan menjadi pangkal contoh perjalanan keagamaan seseorang yang ia anut1.
Pesan-pesan, ajaran-ajaran dan berbagai pengalaman hidup yang di
alaminya, kemudian diajarkan dan diwariskan kepada pengikutnya yang akan
terus mengembangkan ajaran-ajarannya, sehingga para pengikutnya
menjadikan hal tersebut sebagai sebuah tradisi dan kebudayaan yang semakin
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Demikian dengan agama primitif2, dinamika perjalanan historis
keberagamaan para pemimpin pertama tiap-tiap agama kemudian menjadi
1 Munawwir, DKK, Azas-Azas kepemimpinan Dalam Islam (Surabaya: Usaha Nasional,
Tt), h. IX. 2 Agama primitif adalah sebuah kepercayaan yang cenderung terhadap benda-benda atau
barang-barang yang mereka anggap antik, langka dan mempunyai makna tersendiri sampai menemukan atau beralih pada kepercayaan dan keyakinan baru, yang kemudian lebih menjurus kepada Atheisme. Sehingga sampai kepada penyempurnaan Monotheisme.
1
2
sebuah tradisi dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang, leluhur dan
pelopor agama itu sendiri. Seperti upacara perkawinan, upacara perayaan
tahun baru, upacara pemakaman dan upacara atau ritual perayaan keagamaan
lainnya.
Agama mempunyai budaya dan tradisi sesuai dengan ajarannya
masing-masing. Misalnya dalam agama Islam, ada sebuah tradisi perayaan
Hari Raya Idul Fitri yang dilaksanakan sekali dalam setahun. Akan tetapi
untuk menempuh perayaan tersebut, umat Islam terlebih dahulu menjalankan
ibadah fardhu yang telah ditetapkan rukun dan syaratnya, dan jika seseorang
telah melaksanakan ibadah fardhu sesuai dengan rukun dan syarat yang telah
ditetapkan dengan penuh keikhlasan maka ia telah terbebas dari
tanggungannya serta tidak ada orang lain yang mempunyai alasan untuk
menghukumnya3.
Tidak hanya dalam Islam, setiap agama juga mempunyai upacara-
upacara keagamaan dan bagi umatnya masing-masing mempunyai makna
tersendiri. Dalam agama Islam, perayaan Hari Raya Idul Fitri sangatlah berarti
bagi penganutnya, begitu juga dalam agama Kristen yang merayakan Natal
dalam setiap tahunnya.
Pada hari Natal, umat Kristen bersukacita menyambut inkarnasi
(kelahiran) Yesus, Putra Allah, sebagai manusia yang mereka pandang sebagai
anugerah Tuhan yang paling agung kepada umat manusia. Pada saat itu sudah
menjadi tradisi umat Kristen jika gereja-gereja dihias dengan semewah
3 Yusuf Qardhawi, Fiqih Shiyam: Puasa Menurut Al-Quran dan As-Sunnah (Jakarta:
Islamuna Press, 1996), h. 175.
3
mungkin pada saat perayaan Natal tiba, sering menyertakan palungan bayi,
dan umat saling bertukar hadiah serta mengadakan pesta4.
Dari hal tersebut, sudahlah jelas tersirat makna yang sangat berarti bagi
umat Kristen, karena pada dasarnya Hari Natal konon dikatakan hari kelahiran
Yesus yang telah diketahui oleh umat Kristen pada tanggal 25 Desember
dalam setiap tahunnya. Jadi pada tanggal tersebut selalu ditetapkan sebagai
perayaan Hari Natal. Perayaan-perayaan keagamaan seperti dalam Islam yang
merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Kristen yang merayakan Natal, keduanya
mempunyai makna dan arti yang baik bagi penganut yang merayakannya.
Secara mendunia gebyar semarak perayaan inilah yang terlihat ramai
dalam waktu persiapan dan pelaksanaannya di setiap tahunnya. Di Indonesia
sendiri kedua perayaan inilah yang juga selalu terlihat ramai walaupun ada
banyak perayaan hari raya keagamaan di dalamnya, namun yang paling
menonjol dari sisi semarak persiapan dan pelaksanaannya adalah Hari Raya
Idul Fitri dan Hari Natal. Sampai-sampai masuk ke dalam berita-berita dan
iklan-iklan yang diliput oleh stasiun televisi swasta, baik dari persiapan-
persiapannya dan pada waktu pelaksanaannya.
Banyak orang-orang Islam yang menganggap Hari Natal adalah
lebarannya orang-orang Kristen, tapi tidak banyak juga yang menganggap itu
adalah kebohongan. Hal ini mungkin dikarenakan mereka hanya melihat dari
gerak bentuk perayaannya saja yang sedikit hampir mirip dengan perayaan
Idul Fitri namun tidak secara keseluruhan. Kedua perayaan tersebut bisa
4 Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h.114.
4
disetarakan karena pelaksanaan perayaan Idul Fitri dan Natal bisa mendunia.
Karena hampir disetiap negara yang berada di dunia ada yang beragama Islam
dan ada juga yang beragama Kristen, khususnya di Indonesia. Maka pada
waktu perayaannya bisa di bilang mendunia.
Selain itu, dari kedua perayaan tersebut tersirat dasar theologis yang
sama yaitu melihat dari sisi sejarahnya yang menginginkan hari yang raya
yang dulu disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak mempunyai dasar
keimanan yang kuat sehingga pada hari itu selalu merayakan kesenangan,
bermabuk-mabukan, bermain wanita dan lain sebagainya. Maka dari itu,
dalam agama Islam ada hal-hal yang dirubah oleh Rasulullah yaitu
menjadikan hari raya tersebut menjadi hari raya yang baik dengan penuh
berkah dan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran keagamaan dan dasar
keimanan. begitupun dalam agama Kristen yang mempunyai misi untuk
merubah hari untuk meryakan hari kelahiran dewa matahari menjadi hari raya
kelahiran sang Juruselamat umat manusia Isa Al-Masih (Yesus).
Selain dasar theologhisnya yang sama, kedua perayaan ini dibesarkan
dengan dimensi sosialnya yang tinggi. Dari berbagai kegiatannya,
mengandung makna sosial yang sangat tinggi dan juga dikarenakan manusia
hidup di dunia ini tidak terlepas dari dinamika sosial kehidupan.
Dengan itu kemungkinan ada sedikit persamaan dan perbedaan
persepsi atau pendapat tentang arti dan makna dari kedua perayaan tersebut.
Akan tetapi, pada kenyataannya apakah hal tersebut benar-benar ada
persamaan dan perbedaan dari sudut pandang masyarakat serta dalam
5
penggalian arti dan makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal dalam data-data
kepustakaan atau berdasarkan keyakinan para penganutnya.
Dari uraian-uraian di atas dan dengan semangat Rahmatan Lil ‘Alamin,
selanjutnya penulis ingin sekali mengangkat tema tersebut, yakni mengenai
makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal yang lebih diperjelas
dengan memberi judul:
“Makna Perayaan Hari Raya Idul Fitri Dan Natal”
(Analisa Perbandingan Makna)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Adapun pembahasan yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh
penulis, yaitu bagaimana reaksi masyarakat terhadap adanya beragam agama
di dunia, dan bagaimanakah pokok ajarannya, serta bagaimanakah efek
keberagamaan agama untuk kemaslahatan seluruh umat di dunia.
Karena begitu luasnya pembahasan mengenai perayaan hari raya, maka
dalam penulisan ini, penulis membatasi penulisan hanya pada:
1. Untuk mengetahui makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.
2. Untuk mengetahui tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.
Dari pembatasan-pembatasan masalah tersebut, dapat diperjelas
dengan rumusan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:
1. Bagaimanakah makna dan tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari
Natal di Indonesia?
2. Apa saja persamaan dan perbedaan dari makna Hari Raya Idul Fitri dan
Hari Natal?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, dapat diketahui bahwa tujuan umum dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman tentang makna Hari Raya
Idul Fitri dan Hari Natal yang memberikan kemaslahatan bagi seluruh
umat Islam dan Kristen di dunia.
2. Mencoba untuk memberikan gambaran tentang tradisi dan kebudayaan
perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, hasil dari
penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang masalah
keberagaman agama-agama di dunia khususnya di Indonesia yang mempunyai
banyak tradisi dan budaya dari berbagai keberagaman agama-agama yang ada.
Adapun beberapa kegunaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini
diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi ilmu Perbandingan Agama dan sekaligus dapat
memberikan penjelasan tentang makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan
Hari Natal.
2. Manfaat Praktis
Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
berupa bacaan perpustakaan dilingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Khususnya di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat jurusan
Perbandingan Agama.
7
D. Metodologi Penelitian
Untuk mengkaji pokok permasalahan ini secara akurat, penulis
menggunakan metode kepustakaan (library research)5. Library research
sendiri adalah suatu metode penelitian yang menggunakan bahan-bahan dan
data-data melalui berbagai literatur seperti buku-buku, majalah, artikel surat
kabar dan data-data tulisan lainnya yang akan diambil pokok inti pembahasan
yang bersangkutan dengan judul yang diangkat sehingga dianggap relevan
dengan pembahasan skripsi ini, dan juga karena kerja mencari bahan di
perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan oleh sang peneliti,
namun hal metode kepustakaan ini lebih difokuskan kepada sumber-sumber
pustaka.
Setelah mengumpulkan data-data kepustakaan, adapun metode yang
digunakan untuk mengungkap keberadaan makna dan tradisi dalam kedua
perayaan tersebut, pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode
deskriptif analisis6. Artinya, penulis menggambarkan atau menjelaskan secara
detail berbagai masalah yang berkaitan dengan judul skripsi ini tanpa
memberikan penilaian tertentu.
Di samping itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Desertasi)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan
CeQDA (Centre For Quality Development And Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
5 Moh Nasir Ph.d, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 40. 6 Moh Nasir Ph.d, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 37/55.
8
E. Sistematika Penulisan
Secara sistematis penulisan skirpsi ini disusun sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metodologi
Penulisan dan Sistematika Penulisan
Bab II Perayaan Hari Raya Idul Fitri Dalam Agama Islam: Pengertian Hari
Raya Idul Fitri, Asal Mula Hari Raya Idul Fitri, Waktu Pelaksanaan
Hari Raya Idul Fitri dan Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri.
Bab III Perayaan Hari Natal Dalam Agama Kristen: Pengertian Hari Natal,
Asal Mula Hari Natal, Waktu Pelaksanaan Raya Natal, Tata Cara
Pelaksanaan Hari Natal.
Bab IV Analisa Perbandingan Makna Hari Raya Idul Fitri Dalam Agama Islam
Dan Hari Natal Dalam Agama Kristen yang meliputi: Makna Hari Raya
Idul Fitri, Makna Hari Natal, Persamaan dan Perbedaan Makna Hari
Raya Idul Fitri dan Hari Natal.
Bab V Penutup yang meliputi: Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM
A. Pengertian Hari Raya Idul Fitri
Pada dasarnya Hari raya adalah semua hari yang di dalamnya terdapat
sekumpulan orang yang merayakannya, khususnya untuk agama-agama yang
mempunyai perayaan-perayaan hari raya besar ataupun kecil. Misalnya dalam
agama Islam terdapat hari raya besar yaitu Hari Raya Idul Fitri, yang selalu
dilaksanakan secara berulang-ulang di setiap tahunnya dengan semangat
kegembiraan, kebahagiaan, keceriaan, kesedihan dan senyum canda yang
baru1. Hari Raya Idul Fitri ialah hari raya kaum muslimin yang dilaksanakan
pada tanggal 1 Syawal (sesudah berakhirnya Ramaadhan)2.
Mayoritas umat Islam mengartikan Idul Fitri dengan arti “kembali
menjadi suci”. Apabila ditinjau ulang kembali, pendapat yang mengartikan
Idul Fitri dengan “kembali suci” tidak sepenuhnya benar, karena kata Al-fitr
apabila diartikan dengan “suci” tidaklah tepat. Sebab kata “suci” dalam bahasa
Arabnya adalah al-Qudds atau subhana. Bisa jadi, pengertian tersebut banyak
didasari dari kerancuan pemaknaan kata Fitr yang terdapat dalam kalimat
tersebut. Biasanya kata Fitr oleh mereka dihubungkan dengan ayat Al-Qur’an
surah al-‘Araf ayat 172:
1 Hannan Hoesin Bahannan Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya (Maktabah
Salafy Press, 2002), h. 211. 2 Cyril Glase, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 158.
9
10
على وأشهدهم ذريتهم ظهورهم من ءادم بنى من ربك أخذ وإذ إنا القيمة يوم تقولوا أن شهدنا بلى قالوا, بربكم ألست أنفسهم )172: الأعراف( غافلين هذا عن آنا
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS, Al-A’raf : 172). Serta hadits nabi yang menyatakan bahwa setiap manusia dilahirkan
dengan fitrahnya.
أو ينصرانه أو انهيهود فأبواه الفطرة على يولد مولود آل )بخارى رواه( يسلمانه أو يمجسانه
Artinya: Setiap manusia yang dilahirkan atas fitrahnya, maka kedua orang tuanya men-Yahudikan, men-Nasrhonikan, atau me-Majusikan atau men-Islamkan. (Riwayat Bukhori)
Oleh karena itu, menurut penulis istilah Idul Fitri dapat ditelusuri dari
pengertian yang terdapat dari kata tersebut, yaitu ‘id dan al-fitr.
Kata ‘id dalam bahasa ‘Arab diambil dari akar kata ‘aada asal kata dari
‘awada, yang memiliki banyak arti, di antaranya: “sesuatu yang terjadi
berulang-ulang”. Kata ‘id juga berarti kebiasaan dari kata ‘âdah, selain itu juga
memiliki arti “kembali”3.
Sedangkan kata al-fitr satu akar dengan kata “fitrah,” yaitu Fihtratun
artinya perangai, tabi’at, kejadian asli, agama, ciptaan. Fitrah juga terambil
3 Nurcholish Madjid, Tiga Puluh Sajian Ruhani : Renungan di Bulan Ramadhan (Bandung: Mizan, 1999), h. 272. Lihat juga, Madjid, Dialog Ramadlan, h. 128.
11
dari akar kata al-fatr yang berarti belahan. Dari makna ini lahir makna-makna
lain antara lain pencipta atau “kejadian”4. Kata al-fitr juga bisa diartikan
dengan berbuka “futur”.
Jadi Bisa disimpulkan bahwa Idul Fitri bisa diartikan dengan sebuah
hari perayaan dan tradisi yang dilakukan secara berulang dalam setiap
tahunnya dengan berbagai ketentuan untuk mencapai hari tersebut.
Pengertian lain adalah hari raya berbuka, di mana umat Islam
diperbolehkan kembali untuk berbuka bebas makan minum dan lain-lainnya
yang dilakukan pada waktu siang hari, setelah umat Islam berpuasa dalam
waktu sebulan penuh. Maka di hari itu umat Islam tidak diperbolehkan untuk
berpuasa.
Hari Raya Idul Fitri juga diartikan dengan arti keruhanian yaitu
kembali pada hati, jiwa dan fikiran yang suci sehingga bisa mencapai
puncaknya dengan kembali lagi pada hati dan jiwa yang asli, layaknya seorang
bayi yang baru lahir di dunia5.
Ada yang mengatakan Hari Raya Idul Fitri adalah puncak pengalaman
sosial keagamaan masyarakat yang beragama Islam. Dapat dikatakan bahwa
seluruh kegiatan rakyat selama satu tahun diarahkan untuk merayakan hari
raya besar itu dengan sebaik-baiknya. Mereka bekerja dan banyak yang
menabung untuk kelak mereka nikmati pada saat tibanya Hari Raya Idul Fitri.
Hari Raya Idul Fitri atau yang biasa disebut dengan Lebaran itu juga
sangat mirip dengan hari Thanks Giving Day yang selalu di rayakan di
4 Muis Sad Iman, Pendidikan Partisifatif : Menimbang Konsep Fitrah Dan Progresivisme John Dewey (Yogyakarta: Safiria Insani press, 2004), h. 17.
5 Cyril Glase, h. 158.
12
Amerika Serikat. Saat rakyat negeri itu bersuka ria dengan bersyukur kepada
Tuhan bersama seluruh keluarga. Gerak mudik rakyat Indonesia juga mirip
sekali dengan yang terjadi pada orang-orang Amerika menjelang Thanks
Giving Day itu. Semua merasakan dorongan yang sangat kuat untuk bertemu
dengan ayah, ibu dan sanak saudara, dan justru karena dalam suasana
keakraban kekeluargaan itu hikmah Hari Raya Idul Fitri atau Thanks Giving
Day dapat dirasakan dengan sepenuh-penuhnya6.
Banyak sekali pengertian tentang Hari Raya Idul Fitri, namun pada
hakikatnya Hari Raya Idul Fitri mempunyai makna dan tujuan yang sama dan
pada hari itu kaum muslim, muslimat, laki-laki, perempuan, orang muqim
(menetap), orang musafir7, orang dewasa dan anak kecil silahkan berhari raya
dan merayakannya dengan bersuka ria8.
B. Asal Mula Hari Raya Idul Fitri
Ada sebuah riwayat yang menceritakan tentang asal mula terjadinya
Hari Raya Idul Fitri disyari’atkan pada tahun pertama bulan hijriyah, namun
bari dilaksanakan pada tahun kedua Hijriyah. Pada masa Rasulullah SAW, di
sebuah kota yang terletak di Madinah ada dua hari yang di dalamnya terdapat
kaum-kaum Yasyrik yang menggunakan dua hari tersebut dengan berpesta-
pesta dan bersenang-senang semata, yang terkesan lebih berfoya-foya. Ke-dua
6 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah
Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 127. 7 Banyak pendapat yang mengatakan orang musafir tidak wajib berjumat, namun orang
musafir dipersilahkan pergi untuk menunaikan sholat Ied. 8 Prof. Dr. Hamka, Tuntunan puasa, Tarawih dan Idul Fitri (Jakarta: Pustaka Panji Mas,
1993), h. 98.
13
hari tersebut dinamakan hari An-Nairuz dan hari Al-Mahrajan9 dan konon hari
itu sudah ada sejak zaman Jahiliyah dulu sehingga menjadi sebuah tradisi yang
melekat pada orang Madinah kaum Yasyrik.
Ketika hal tersebut menjadi sebuah tradisi dan budaya kaum Yasyrik,
sampailah kabar tersebut pada Rasulullah SAW. Sehingga Rasulullah ingin
mencari tahu, bahwa apa yang sedang mereka lakukan dengan kedua hari
tersebut. Kemudian orang-orang Madinah pun menjawab:
“Wahai Rasul pada hari ini kami sedang merayakan pesta untuk kesenangan
dan kepuasan kita, dan kita akan menjadikan hari ini menjadi sebuah tradisi
kita karena hari ini suda ada sejak zaman kaum Jahiliyah”10.
Mendengar hal tersebut Rasulullah kaget dan tersentak hatinya untuk
menyuruh mereka berhenti melakukan hal yang tidak bermanfaat. Sehingga
kemudian Rasulullah berkata kepada kaum Yasyrik tersebut, kalian harus tahu
bahwa sesungguhnya Allah menggantikan kedua hari tersebut dengan hari
yang lebih baik daripada sekedar berpesta-pesta dan berfoya-foya saja yang
hanya akan menjadikan kalian umat yang bodoh yang akan menggunakan
waktu dan harta kalian dengan Mubazir atau sia-sia. Sesungguhnya Allah
SWT telah mengganti kedua hari tersebut dengan Hari Raya Idul Adha dan
Idul Fitri, yang penuh dengan makna dan hikmah-hikmahnya.
9 Kedua hari tersebut ditentukan oleh pemimpin yang berkuasa pada masa itu. Penyebab
ditentukannya hari itu sebagai hari raya buat mereka adalah karena pada kedua hari tersebut adanya kestabilan situasi kondisi dan suhu udara dan selain itu dari keistimewaan yang sangat nyata bagi orang yang memperhatikan perkara itu. Hannan Hoesin Bahannan Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya (Maktabah Salafy Press, 2002), h. 214.
10 Hannan Hoesin Bahannan Dkk, h. 213.
14
Peristiwa tersebut menjadi sebuah riwayat yang menjadi Hadist yang
terdapat dalam kitab Fiqh Madzahib Al-Arbaah11,:
, المدينة صلعم االله رسول قدم :قال عنه االله رضي عنس عن هذا ما: صلعم االله رسول فقال. فيهما يلعبون يومان ولهم
االله رسول فقال. الجهلية فى فيهما نلعبون آنا: قالوا يومان؟ ويوم الأضحى يوم منهما خيرا أبدلهما قد االله إن: صلعم )ابوداود رواه. (الفطر
Artinya:
Diriwayatkan dari ‘Anas RA berkata : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah dan penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang di dalamnya mereka berpesta-pesta dan bermain-main di hari itu pada masa jahiliyah. Lalu Beliau SAW bersabda : Apakah dua hari itu? Mereka berkata: pada hari itu kami berpesta-pesta dan bermain-main dan ini sudah ada sejak zaman jahiliyah dulu. Maka Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik yaitu Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri. (Hadis Riwayat Abu Daud)
Dalam kitab Bulugh Al-Marrom, ada sebuah hadis pula yang hampir
sama dengan hadis di atas tentang sejarah terjadinya Hari Raya Idul Fitri. Hal
ini untuk memperkuat sumber-sumber tentang sejarah asal mula terjadinya
Hari Raya Idul Fitri12. Sejarah asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri
tersebut, dijadikan sebagai landasan dasar theologi yaitu untuk merubah hari
yang tidak baik menjadi hari yang sangat baik yang di dalamnya penuh dengan
keberkahan.
11Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Madzahib al-Arba’ah-Dalilun Masyru’iyyatun Sholat al-
‘Idain (Kairo: Daar Al-Hadist, Tt), h. 271. 12Abdu Al-Rasyid Salim, Bidayat al-Anam Bisyarhi Bulugh al-Marom (Darul Ittihad,
2001), h. 158-159.
15
C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri
Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan secara berulang dalam
setiap tahunnya, namun membutuhkan sebuah sistem penanggalan untuk
menentukan hari terlaksananya Hari Raya Idul Fitri. Metode yang pertama
adalah dengan menggunakan metode hisab dalam menentukan hilal13 yang
sebenarnya dapat dihitung secara akurat dengan perhitungan-perhitungan
astronomi. Sedangkan yang kedua adalah dengan menggunakan menggunakan
metode rukyat yang selalu mengacu secara harfiah pada kebiasaan-kebiasaan
Nabi dalam menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal.
Secara harfiah hisab diartikan dengan perhitungan14, dalam Al-Quran
kata hisab banyak digunakan untuk menjelaskan hari perhitungan (Yaumul
Hisab) di mana Allah akan menghitungkan dan menimbang semua amal dan
dosa manusia dengan adil. Kata hisab dalam Al-Quran sebanyak 37 kali yang
semuanya berarti perhitungan dan tidak memiliki ambiguitas arti.
Pengertian kata hisab ini untuk pengertian yang umum yang kemudian
kita lanjutkan dengan dasar hukum yang menggunakan kata hisab dalam cara
menentukan hilal yang akan digunakan untuk menentukan awal bulan dalam
kalender Islam15.
13 Menurut ahli linguistik Arab, hilal didefinisikan dengan sinar bulan pertama, ketika
orang melihat dengan nyata bulan sabit pada awal sebuah bulan. Kata hilal bisa berakar dari Halla (dia muncul) dan juga bisa dari Uhilla (dia kelihatan) yang kedua-duanya merupakan proses menyaksikan. Sedangkan menurut ahli linguistik lainnya, hilal berarti dengan bulan yang khusus kelihatan pada hari pertama dan kedua dalam sebuah bulan. Dalam penjelasan ini jelaslah bahwa ada proses melihat secara visual dalam kaitan dengan bulan sabit (hilal).
14 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat : Telaah Syariah, Sains dan Teknologi (Jakarta: Gema Insani, 1996), h. 29.
15 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab (Jakarta: PT. Amythas Publicita, 2007), h. 120.
16
Sedangkan pengertian rukyat secara harfiah adalah melihat16 dan arti
yang paling umumnya adalah melihat secara visual (melihat dengan mata
kepala). Para ulama memberikan fatwa bahwa melihat secara visual harus
dengan mata kepala telanjang dan tidak diperbolehkan menggunakan alat
bantu seperti teropong binekuler dan semacamnya, karena Nabi juga
melakukannya dengan mata telanjang. Dan pada zaman Rasulullah, cara-cara
perhitungan permulaan bulan berdasarkan perhitungan astronomi memang
belum berkembang baik, sehingga cara melihat dengan visual adalah sarana
dan metode yang paling mungkin dan paling mudah dilakukan sesuai dengan
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat itu17. Sehingga
sebagaimana telah ditentukan oleh Rasulullah SAW, penentuan Ramadhan
dan 1 Syawal adalah dengan menggunakan jalan rukyat (melihat hilal) atau
dengan menghitung bilangan bulan Sya’ban yang digenapkan tigapuluh hari,
apabila hilal tidak tampak18.
Dalam Al-Quran dikatakan tentang rukyat, namun hanya kutipan ayat
saja yang ditafsirkan sebagai dalil tentang rukyat, namun hal tersebut sudah
cukup selain itu pula mengacu kepada kebiasaan Nabi pada waktu itu.
Pemerintah Republik Indonesia mempunyai hak dan wewenang untuk
menetapkannya, khususnya masalah yang menyangkut dengan pelaksanaan
16 Farid Ruskanda, h. 41. 17 Tono Saksono, h. 184. 18 Achmad Suyuti, Nuansa Ramadhan, Puasa dan Lebaran (Jakarta: Pustaka Amani,
1996), h. 10. kemudian, satu hal yang mesti diperhatikan bahwa sesuai dengan sunatullah, rukyat hilal tidak mungkin sama di seluruh dunia. Sehingga bagaimana pun penyeragaman awal ramadhan dan 1 syawal untuk seluruh dunia, jelas tidak mungkin diwujudkan, bahkan bisa dikategorikan menyimpang dari sunnah Rasulullah. Penyeragaman hanya mungkin diwujudkan dalam satu wilayah atau negeri tertentu.
17
syariat Islam. Khusus untuk penetapan waktu pelaksanaan syariat Islam,
pemerintah harus membentuk badan hisab-rukyat yang beranggotakan para
ulama dari Majelis Ulama Indonesia, Ormas-Ormas Islam seperti Nahdlatul
Ulama, Muhammadiyah dan Persis, para pakar dari IAIN, praktisi atau tenaga
ahli dalam hisab-rukyat, staf Planetarium dan Observatorium Jakarta, staf
Badan Meteorologi dan Geofisika, serta para pejabat Departemen Agama RI.
Keputusan akan diambil dalam suatu Sidang Itsbat, sedangkan
Departemen Agama berfungsi sebagai fasilitator. Dalam merumuskan
keputusannya, Sidang Itsbat mengevaluasi semua data, baik data hisab
maupun kesaksian rukyat. Kesaksian rukyat yang datang dari seluruh penjuru
Indonesia disahkan oleh Hakim Agama dari Pengadilan Agama sebelum
disampaikan ke Jakarta pada Sidang Itsbat. Tidak sedikit pihak yang langsung
menyerahkan laporan hasil rukyat mereka kepada cabang-cabang Ormas Islam
seperti Muhammadiyah, NU, Persis dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Biasanya, laporan ini dijadikan bahan pertimbangan oleh perwakilan Ormas
Islam bersangkutan di dalam Sidang Itsbat.
Setelah Sidang Itsbat mencapai keputusan, maka Pemerintah dan
Departemen Agama mengukuhkan lewat surat keputusan Menteri Agama
melalui Televisi. Memang tidak semua keputusan disepakati secara bulat,
namun dengan asas musyawarah dan mufakat, hasil keputusan Sidang Itsbat
selalu berhasil dirumuskan demi kemaslahatan umat Islam Indonesia dan
kecepatan waktu pelaksanaan syariat Islam19.
19 Farid Ruskanda, h. 91-92.
18
D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri
Hari Raya Idul Fitri selalu dirayakan secara berulang dalam setiap
tahunnya, dengan ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan terlebih dahulu
agar tercapainya hati, fikiran dan jiwa yang bersih. Sebelum Hari Raya idul
Fitri, umat Islam terlebih dahulu harus melaksanakan puasa sebulan penuh
atau biasa disebut dengan berpuasa pada bulan suci Ramadhan20. Allah SWT
berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 183 yang berbunyi:
من الذين على آتب آما الصيام عليكم آتب ءامنوا الذين يأيها ) 183: البقرة( تتقون لعلكم قبلكم
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS, Al-Baqoroh:183)
Puasa adalah ibadah wajib yang paling mendalam bekasnya pada jiwa
seorang muslim. Puasa juga mengajarkan umat Islam untuk memperdekat
hubungan manusia dengan Allah, karena dalam pelaksanaannya banyak
pengalaman yang menyentuh di hati dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
selama sebulan penuh dengan berbagai kegiatan yang menyertainya seperti
berbuka, tarawih21 dan makan sahur pada tengah malam menjelang subuh,
20 Bulan Ramadhan adalan bulan yang sangat suci, penuh dengan rahmat, berkah dan
maghfiroh-Nya. Karena pada bulan tersebut dimana telah diturunkan-Nya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga umat Islam berlomba-lomba untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh dengan berkah dan magfiroh-Nya dan pada malam itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan karena pada waktu itu telah diturunkan Al-Quran.
21 Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Adalah Rasulullah SAW menganjurkan supaya shalat di bulan Ramadhan, tetapi tidak memerintahkan dengan jelas (azimah)”, maka beliau berkata: barang siapa yang berdiri shalat dimalam Ramadhan dengan iman dan perhitungan, akan di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Diriwayatkan oleh Jamaah).
19
tadarusan (membaca Al-Quran) dengan sesering mungkin senantiasa
membentuk unsur kenangan yang mendalam pada jiwa seorang muslim. Maka
ibadah puasa merupakan bagian dari pembentuk jiwa keagamaan seorang
muslim, dan menjadi sarana pendidikannya di waktu kecil dan seumur
hidup22. Berpuasa juga dituntut untuk bersabar dalam hal apapun, seperti
menahan amarah kita. Selain itu juga selama berpuasa umat muslin harus
menahan hawa nafsu untuk menahan rasa haus, lapar, amarah dan tidak
melakukan hubungan badan bagi yang sudah menikah.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, hal wajib
yang selalu dilakukan oleh Rasulullah dalam berpuasa pada bulan Ramadhan
adalah pertama, menutup mata berusaha tidak melihat dan memandang pada
hal-hal yang kotor yang mampu mengusik ketenangan hati berzikir kepada
Allah SWT. Ke dua, menjaga lisan yaitu menjaga segala bahaya dan dosa
yang timbulkan oleh lisan seperti menggunjing dan berbohong. Ke tiga,
menjaga pendengaran yaitu menjaga dari hal-hal yang dibenci oleh agama
yang mampu memotivasi berbuat hal-hal yang dilarang oleh agama. Ke empat,
menjaga angota tubuh yang lain seperti tangan, kaki dari perbuatan dosa. Serta
menjaga perut untuk tidak memakan barang yang subhat apalagi haram ketika
berbuka23.
Umat Islam juga diwajibkan untuk memabayar zakat yang biasa
disebut dengan zakat fitrah yang bertujuan untuk mensucikan orang berpuasa
dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak berguna, dan memberikan makan
22 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah
Puasa, Nuzulul Quran, Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 3. 23 Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin (Lebanon: Dar al-Manar, 1997), h. 385-388.
20
kepada orang-orang miskin dan mencukupi kebutuhan mereka pada Hari Raya
Idul Fitri24.
Adapun kaum miskin berhak untuk menerimanya, dan bagi kaum
miskin yang mendapatkan pembagian zakat lebih maka ia pun harus
membayar zakat untuk dirinya sendiri, begitu pula dengan seterusnya dengan
batas akhir penunaian zakat fitrah ialah saat sebelum Imam/Khotib turun
mimbar khotbahnya25. Maka pada hari itu Allah akan membersihkan segala
dosa umat Islam yang telah menunaikan ibadah puasa Ramadhan dan
membayar zakat fitrah sehingga keadaan hati dan jiwa seperti bayi yang baru
lahir26.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
الزآاة وءاتوا الصلاة أقاموا الأرض فى مكنهم إن الذين الأمور عاقبة واالله المنكر عن ونهوا بالمعروف وأمروا
)41: الحج(Artinya:
Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS, Al Hajj:41)
Dan Quran surat At Taubah Ayat 60 yang berbunyi:
24 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 224-
225. 25 Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama (Jakarta: Emerald, 2009), h. 309-310. 26 Samsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Jakarta: Penebar Salam, 1997), h.
436.
21
والمؤلفة عليها والعلمين والمساآين للفقراء الصدقات إنما السبيل وابن االله سبيل وفى والغارمين الرقاب وفى قلوبهم ) 60: التوبة( حكيم عليم واالله االله من فريضة
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS, At Taubah:60)
Ayat-ayat tersebut menerangkan tentang kewajiban membayar zakat
bagi yang mampu kepada para kaum yang telah ditentukan. Pada bulan puasa
Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan tidak dibenarkan fakir miskin
yang berkeliaran untuk mengemis, karena sejak masuk bulan Ramadhan kaum
muslimin sudah dibenarkan mengeluarkan zakat fitrahnya. Pembayaran zakat
yang disebut dengan Zakat Fitrah yaitu berupa gandum atau beras dalam
jumlah yang telah ditentukan untuk setiap anggota keluarga yang langsung
diberikan kepada kaum fakir miskin. Untuk kaum fakir miskin yang
mendapatkan zakat lebih dari umat Islam yang memberikan zakat kepadanya,
ia pun diwajibkan untuk membayar zakat kepada kaum fakir miskin yang
lainnya. Sehingga pada waktu itu tidak ada umat Islam yang menderita merasa
kekeurangan masih meminta-minta dan mengemis.
Pada malam sebelum Hari Raya Idul Fitri, umat muslim beramai-ramai
mengumandangkan takbir atau biasa disebut dengan takbiran, untuk
menyambut hari kemenangan karena pada sebelumya umat Islam telah
22
berjuang melakukan puasa sebulan penuh yang didalamnya terdapat banyak
ragam kegiatan-kegiatan keruhanian. Dalam Al-Quran dikatakan:
تشكرون ولعلكم هذاآم ما على االله ولتكبروا العدة ولتكملوا )185: البقره(
Artinya: Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS, Al-Baqoroh:185)
Takbir tersebut berbunyi27:
والله أآبر االله, أآبر واالله االله إلا لاإله, أآبر االله أآبر أالله أآبر االله" "الحمد
Artinya: “Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar, tiada Tuhan selain Allah dan Allah maha besar, Allah maha besar segala puji hanya bagi Allah”
Kegiatan bertakbir dilakukan di mushola-mushola atau di masjid-
masjid dengan diiringi irama tabuhan bedug, Disyariatkan pula bagi kaum
muslimin untuk mengucapkan takbir dengan suara keras dijalan ketika menuju
mushola untuk melaksanakan sholat Idul Fitri (sholat Ied).
Pada pagi harinya, umat Islam bersama-sama, berbondong-bondong
dan beramai-ramai menuju mushola ataupun masjid-masjid untuk
melaksanakan sholat Ied. Meskipun bentuknya sholat sunnah namun umat
Islam wajib melaksakan sholat tersebut sebagai syiar Islam dan berkumpulnya
27 Hannan Hoesin Bahannan, h. 225.
23
manusia pada hari itu lebih besar jumlahnya dari hari jumat. Disyariatkan juga
pada hari itu untuk bertakbir seperti yang telah dijelaskan di atas28.
Setelah melaksanakan sholat Ied, umat Islam bersama-sama saling
mengunjungi keluarga, kerabat, para tetangga dan teman-teman untuk
bersillaturrahmi dan saling maaf memaafkan, dosa-dosa mereka yang
disengaja maupun yang tidak terhadap sesama harus bisa dimaafkan atau yang
biasa dikenal dengan sebutan Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan
Batin dan juga mengucapkan Selamat Hari Raya idul Fitri. Membuka
lembaran baru dengan mengoreksi diri dari prilaku mereka di tahun lalu.
Karena dengan hal tersebut, minimal umat-umat Islam bisa mengurangi dosa-
dosanya dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan terhadap sesamanya,
dengan saling memaafkan penuh dengan rasa ketulusan, keikhlasan dan kasih
sayang.
Hal itu akan terasa sangat menyentuh, dan rasa bersatunya umat Islam
di samping itu juga karena adanya Hari Raya Idul Fitri hari kemenangan umat
Islam. Bagi kerabat khususnya yang mempunyai rizki lebih atau mempunyai
pendapatan yang lebih dari para kerabat yang lain biasanya saling menyisihkan
rezekinya dengan memberikan uang dan makanan. Untuk para pegawai-
pegawai yang mempunyai atasan biasanya diberikan Tunjangan Hari Raya
(THR) yang berupa uang, baju-baju baru dan makanan.
28 Hannan Hoesin Bahannan, h. 223-231.
BAB III
PERAYAAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN
A. Pengertian Hari Natal
Tanggal 25 Desember adalah tanggal perayaan Hari Natal bagi umat
Kristiani. Banyak sekali pengertian tentang Hari Natal (Natal), namun pada
dasarnya mempunyai makna dan tujuan yang sama. Mayoritas umat Kristen
mengartikan Hari Natal dengan mengingat kembali hari kelahiran Yesus.
Kata Natal adalah kata yang sangat umum, tetapi jika disebut Hari
Natal, maka konotasinya ialah Hari Kelahiran Jesus, pada tanggal 25
Desember. Oleh umat Nasrani, perayaan Hari Natal dirayakan secara khidmat
dan kebesaran baik di dalam gereja ataupun di rumah-rumah1.
Secara bahasa kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti
”lahir”. Sedangkan menurut istilah, Natal berarti upacara yang dilakukan oleh
orang Kristen untuk memperingatri hari kelahiran Isa Al Masih yang mereka
sebut Tuhan Yesus2. Dalam kamus bahasa Inggris, kata Natal sama dengan
Kata Christmas yang artinya Mass of Christ atau disingkat dengan Christ-
Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”.
Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari
kelahiran Yesus Kristus3. Namun, tidak ada yang tahu pasti tanggal berapa
tepatnya hari lahir Kristus, kebanyakan orang Kristen memperingati Hari
1 Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama (Jakarta: Emerald, 2009), h. 535. 2 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Lembaga Pengkajian Kebudayaan
Nusantara / LPKN), h. 704 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 610.
24
25
Natal pada tanggal 25 Desember4. Karena pada hari itu, banyak yang pergi ke
gereja untuk mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa perayaan
Natal berlangsung, sudah menjadi tradisi jika gereja-gereja dihias dengan
semewah dan semegah mungkin pada saat seperti ini, dengan menyertakan
palungan bayi5 dan umat Kristen saling bertukar kado dan saling memberi
hadiah-hadiah, menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan
pohon Natal yang bisa terbuat dari apapun6.
Dalam kamus bahasa Inggris kata Natal adalah Christmas7 berasal dari
kata Cristes maesse, frase dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ
(Misa Kristus). Natal juga diartikan telah lahir atau telah dilahirkan, kata Natal
ini berasal dari kata Latin yaitu “Natus”. Pada konteks Kristiani, Natal berarti
segala sesuatu yang berhubungan dengan kelahiran Kristus. Dalam arti yang
lebih sempit, Natal adalah perayaan kelahiran Yesus di Bethlehem dua ribu
tahun yang lalu.
Sebenarnya Natal merupakan hari raya keagamaan bagi umat Kristiani,
awalnya hari tersebut bukan merupakan hari libur resmi. Namun, karena
kebanyakan orang Amerika Serikat adalah orang Kristen, hari itu adalah hari
di saat kebanyakan bisnis tutup dan hari di mana paling banyak pekerja,
termasuk karyawan pemerintah, diliburkan. Pulang ke rumah (termasuk
pulang kampung) merupakan kebiasaan yang sangat dihormati8.
4 Save M. Dagun, h. 704 5 Abujamin Roham, h. 535. 6 Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 114. 7 Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia Inggris (Jakarta: PT. Gramedia,
1989),h. 385. 8 Marsana Windu, Tuntunan Cepat dan Lengkap Memahami Natal (Yogyakarta: Tabora
Media, 2006), h. 17.
26
Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, Natal sudah
menjadi tradisi dunia, karena perayaan Natal juga dilakukan oleh orang-orang
non-Kristen, misalnya di Jepang, China dan negara-negara lainnya juga
merayakan Natal sebagai hari untuk bersenang-senang.
Karena perayaan Natal sudah menjadi tradisi dunia, umat Kristen
menyikapi hal tersebut dengan cara yang berbeda, bukan sekedar tradisi,
melainkan harus benar-benar menghargai karya keselamatan Yesus Kristus
yang diawali dengan kelahiran-Nya.
“Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf ternyata Ia mengandung dari roh kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”. “Dan Karena Ia diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes. Maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Mat. 1:18 & Mat. 2:12), dan “Kebangkitan-Nya sebagai lambang kemenangan-Nya atas maut” (Mat. 28:1-10).
Kesemua tugas ini telah dijalankan-Nya dengan sempurna, oleh karena itu
semua umat Tuhan harus menghargainya9.
B. Asal Mula Hari Raya Natal
Perayaan Hari Natal mempunyai sejarah dan asal-usul yang berkaitan
dengan kelahiran Yesus Kristus, meskipun pada kenyataannya tidak ada yang
tahu pastinya kapan Yesus lahir. Kelahiran Yesus itu merupakan peristiwa
yang unik namun begitu sakral untuk umat Kristiani, karena dia adalah Allah
namun rela merendahkan diri menjadi sama dengan manusia dengan cara
9 Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam
Hidup, 2009), h. 28.
27
meminjam rahim seorang perawan yang bernama Maria10 dan lahir seperti
seorang bayi biasa dan lahir ke dunia ini. Bedanya adalah Ia lahir bukan dari
benih fana antara benih perempuan dan laki-laki, melainkan Ia lahir dari Roh
Kudus (Roh Allah) sendiri11.
“Tetapi ketika Ia mempertimbangkan maksud itu, Malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang ada di dalam kandungannya adalah dari roh kudus’”. (Mat. 1:20)
Menurut umat kristiani di dalam Al-Kitab sendiri tidak ada pernyataan
tentang tanggal hari kelahiran Yesus, Al-Kitab hanya menyatakan bahwa telah
lahir seorang putra dari seorang perawan (Maria) yang bernama Yesus Kristus.
Kemungkinan besar Yesus sebenarnya tidak lahir pada tanggal 25 Desember,
hal ini dibuktikan dengan cerita tentang para gembala yang sedang
menggembalakan hewan peliharaan mereka. Pada bulan Desember hingga
Januari, daerah Timur Tengah justru mengalami musim dingin, sehingga
sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada waktu-waktu
tersebut. Namun, umat Kristiani tetap mempercayai perayaan Hari Natal
adalah hari kelahiran Yesus12.
10 Gadis perawan yang dipilih oleh Allah untuk melahirkan Sang Juruselamat, ia adalah
perempuan yang kuat dan tegar walaupun ia merasa di hina dan dilecehkan oleh para sebagian tetangganya karena telah hamil namun tidak dalam keadaan menjadi seorang istri, akan tetapi ia menyambut ini dengan bersyukur kepada Allah, karena ia mengetahui bahwa bayi yang ia lahirkan adalah Yesus Kristus (Sang Juruselamat) yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa. Perempuan ini merefleksikan kegembiraannya dengan nyanyian syukur karena Allah telah memperhatikan hamba-Nya yang dianggap hina. Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009), h. 29.
11 Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009), h. 28.
12 Andar Ismail, Selamat Natal (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), h. 27.
28
Awal perayaan Natal berasal dari kebudayaan bangsa Romawi. Orang
Romawi sekitar abad ke-10 sebelum Yesus lahir (Sebelum Masehi) mengenal
hari lahirnya Dewa Matahari yang diperingati tiap 25 Desember dengan
sebutan ‘Saturnalia’. Hari itu dianggap sebagai ‘The Winter Saltice’, dimana
matahari berada di titik yang paling jauh dari khatulistiwa13.
Saat matahari memperpanjang kekuatan untuk naik dalam titik balik
perjalanan tahun. Saat itulah beberapa daerah di Eropa menjadi siang
sepanjang hari tanpa mengalami datangnya malam. Hal itu bertepatan dengan
tanggal 25 Desember. Pada proses itulah perayaan Saturnalia dirayakan
dengan berpesta pora, hura-hura, mabuk-mabukan, dan berbagai ritual amoral.
Mereka menganggap bahwa ini adalah keajaiban alam yang dapat dibuat sang
matahari. Itu sebabnya matahari dipuja sebagai Dewa Matahari14.
Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang
Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, timbul
pertanyaan-pertanyaan dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu. Sebab
Natal itu bukan dari ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah
memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang
masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat15 ini adalah
berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dalam Catholic
Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, ditemukan kalimat yang
tertulis sebagai berikut: “Natal bukanlah di antara upacara-upacara awal
Gereja” bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir.
13 Sahabat Gembala, h. 14. 14 Abujamin Roham, h. 535. 15 Andar Ismail, Selamat Natal (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), h. 28.
29
Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada
bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.
Umat Kristen pun mengakui bahwa perayaan Natal memang berasal
dari sebuah tradisi yang seringkali di lakukan oleh bangsa Romawi yaitu
merayakan hari kelahiran Dewa Matahari. Seperti yang kita ketahui, bahwa
pada masa Romawi Kuno adalah sudah menjadi tradisi untuk menghormati
dewa dan sukar untuk ditinggalkan oleh masyarakat Romawi yang sudah
menjadi Kristen. Hal tersebut menjadi pengaruh yang besar untuk bangsa-
bangsa yang lain yang terus mengikuti tradisi yang mereka lakukan.
Kemudian gereja memiliki keinginan yang sangat kuat, untuk
mengambil alih dan merubah tradisi bangsa Romawi yang mereka anggap
kafir yang terkenal dengan ungkapan Dies Natalis Invicti (hari raya kelahiran
Dewa Matahari yang tak terkalahkan), yaitu meluruskan kejadian itu dengan
memberikan pemahaman serta gagasan kepada umat beriman untuk menjauhi
sebuah tradisi yang mereka anggap kafir dan gereja menggantinya dengan
misteri kelahiran Yesus sebagai sang matahari sejati yang menerangi setiap
insan16.
Menurut umat Kristiani pada masa itu, apakah salah bila perayaan
Natal dimaknai dengan arti kelahiran Yesus bagi umat manusia. Karena lebih
baik memaknainya secara rohani sehingga tidak membuat bangsa Romawi
menyimpang dari ideologi atau maksud kelahiran Yesus Kristus.
16 Bosco da Cunha O. Carm, Merayakan Karya Penyelamatan Dalam Kerangka Tahun
Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 59.
30
Alkisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam
Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada
para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya
Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut
para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di
mana Yesus berada.
Catatan pertama peringatan Hari Natal adalah tahun 336 Sesudah
Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember.
Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan
Kristen) pada saat itu.
Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan
makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau,
menyanyi bersama dan saling tukar-menukar hadiah17. Kebiasaan-kebiasaan
itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Hari Natal. Pada akhir tahun
300-an M agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.
Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di
Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai
lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa
Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an.
Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi,
banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir
karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada
tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di
17 Stan D. Wijaya, Hari Demi Hari Mempersiapkan Natal (Yogyakarta: Kanisius, 1995),
h. 25.
31
Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap
meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali
kepada kebiasaan semula.
Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari
Natal, yaitu menghias pohon Natal18 dan mengirimkan kartu kepada sanak
saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas)
menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi.
Sejak tahun 1900-an, perayaan Hari Natal menjadi semakin penting untuk
berbagai bisnis.
Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir
(bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut,
masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan
daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan saling tukar-menukar hadiah.
Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal.
Pada konteks Kristiani, Natal berarti segala sesuatu yang berhubungan
dengan kelahiran Kristus. Dalam arti yang lebih sempit, Natal adalah perayaan
kelahiran Yesus di Bethlehem duaribu tahun yang lalu. Hampir di semua
negara, hari Natal (25 Desember) menjadi hari libur nasional. Menurut
penanggalan Gereja Katolik Roma sendiri, Natal adalah satu dari enam hari
Pesta utama di samping Sikumsisi (tahun baru), Kenaikan Tuhan, Pesta Maria
diangkat ke Surga (15 Agustus), Hari Raya Semua Orang Kudus (1
November) dan Perayaan Santa Maria dikandung tanpa noda (8 Desember).
18 Abujamin Roham, h. 535.
32
Demikianlah asal usul “Christmas – Natal” yang dilestarikan oleh
dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-
day, Son of God, Christmas dan Natal, pada hakikatnya sama dengan
merayakan hari kelahiran dewa Matahari19. Yang menjadi dasar teologinya
adalah, secara singkat dapat di katakan bahwa perayaan Natal menggaris
bawahi misteri kedatangan Yesus Kristus putra Allah dalam rupa daging yang
secara konkret dilahirkan oleh santa perawan Maria di Betlehem.
Gereja mengajak seluruh umatnya untuk memandang dan terus
mengingat kehadiran Yesus secara manusiawi yang mengasihi umatnya dan
berharap umatnya terbebas dari segala dosa-dosanya. Sehingga Natal
mempunyai makna kasih khususnya untuk umat Kristiani20. Hal ini yang
menjadi dasar theologi terjadinya perayaan Hari Natal yang terus
dikembangkan oleh umat Kristiani dan turut diramaikan oleh orang-orang
yang ikut merayakannya.
C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Natal
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-
4M. Peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah
berhala. Di mana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia
masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.
Pelaksanaan Hari Natal tidak memerlukan sistem penanggalan seperti
layaknya sistem penentuan Hari Raya Idul Fitri dalam agama Islam ataupun
19 Abujamin Roham, h. 535. 20 Bosco da Cunha O. Carm, hal. 61.
33
Hari Raya Imlek dalam agama Khonghucu. Karena perayaan Hari Natal selalu
dilaksanakan pada tanggal 25 Desember dalam setiap tahunnya21 yang
dianggap sebagai hari lahirnya Yesus Kristus. Walaupun pada dasarnya masih
belum diketahui kapan tepatnya Yesus Lahir, namun hal ini tidak menghalangi
umat Kristiani untuk melaksanakan perayaan Hari Natal yang telah diadopsi
dari kisah-kisah sejarah Natal.
Tanggal 25 Desember merupakan hari yang sangat penting bagi umat
Kristiani, karena disamping memperingati hari kelahiran Yesus, banyak sekali
kegiatan-kegiatan yang ada dalam hari tersebut. Terlebih lagi dalam rangka
mempersiapkan perayaan Hari Natal.
Walau bagaimanapun itulah kepecayaan dan keyakinan umat Kristiani,
yang meyakini bahwa perayaan Hari Natal adalah sebagai peringatan hari
kelahiran Yesus. Oleh karena itu, dalam perayaan Hari Natal banyak sekali
gereja-gereja yang memasang dekorasi tentang kelahiran Yesus. Sampai pada
saat ini perayaan Hari Natal akan terus dilestarikan oleh masyarakat dan umat
Kristiani di seluruh dunia.
D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Natal
Hari Natal adalah hari yang sangat penting bagi umat Kristiani, karena
dalam perayaan tersebut umat kristiani bisa saling berbagi kasih dan sayang
terhadap sesama22. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja dengan gaya
dan busana yang berbeda dari hari-hari biasa untuk mengikuti perayaan
21 Andar Ismail, h. 27. 22 Marsana Windu, h. 5.
34
keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka saling bertukar kado dan
menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal23.
Sebagaimana layaknya hari-hari besar agama lainnya, Natal dirayakan
dengan semeriah mungkin. Lagu-lagu Natal dan Ornamen Natal dengan pohon
Natalnya yang khas telah dipajang di gereja-gereja, pusat-pusat perbelanjaan,
perkantoran dan lain sebagainya jauh-jauh hari sebelum Natal itu sendiri tiba,
maka semarak Natal pun mulai terasa. Hal ini sangat terasa sekali maknanya
ketika saling mengucapkan Selamat Hari Natal serta saling memberikan kado-
kado ataupun hadiah-hadiah yang telah disiapkan sebelumnya. Dan memang
acara yang paling penting dari seluruh kegiatan Natal adalah “The Christmas
Shopping Season – Musim Belanja Natal” yang dilakukan dengan cara
membeli dan tukar menukar hadiah24. Peringatan Natal juga mengandung
aspek non-agamawi. Sebagian besar tradisi Natal berasal dari tradisi pra-
Kristen barat yang diadopsi ke dalam tradisi Kristiani.
Bagaimanapun sederhananya sebuah acara ibadah Natal, pasti berbeda
dengan ibadah biasa. Lagi pula bukan hanya gereja yang menyelenggarakan
ibadah Natal, perusahaan atau organisasi pelayanan juga membuat acara Natal,
karena rasanya tidak enak kalau tidak merayakannya. Dengan demikian umat
Kristen bisa mengikuti perayaan Natal berkali-kali dalam waktu sehari mulai
dari Natal dalam gereja, kantor, pertokoan, pusat-pusat perbelanjaan,
kelompok arisan atau kelompok sejenis lainnya, karena ada panitia khusus
23 Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta : Toleransi Kehidupan Beragama
(2007), h. 26. 24 Stan D. Widjaya, h. 18.
35
yang dibentuk jauh-jauh hari sebelumnya, dengan alokasi dana khusus dan
acara yang khusus pula.
Menurut informasi di Amerika, seminggu sebelum Natal adalah
minggu-minggu tersibuk dalam dunia perbelanjaan karena untuk
mempersiapkan parayaan Hari Natal. Sepanjang tahun toko-toko besar meraup
70% keuntungan tahunannya hanya selama sebulan yaitu satu bulan menjelang
Natal. Natal menjadi penting bukan hanya karena alasan-alasan keagamaan
melainkan juga karena alasan ekonomi dan budaya yang sudah menjadi tradisi
untuk merayakannya dengan suka cita.
Di negara Malaysia, salah satu negara muslim juga ada di antara
mereka yang beramai-ramai mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk hari
Natal, mulai dari memasang berbagai pernak-pernik atau hiasan-hiasan di
dalam atau di luar gedung-gedung, mall, rumah-rumah, pertokoan, pusat
perbelanjaan, departmen store, restauran dan di tempat lainnya didekor
sedemekian rupa hanya untuk menarik minat customer dan para turis dan ikut
serta meramaikan perayaan Natal saja25.
Memang pada seminggu sebelumnya, mayoritas umat Kristen telah
menyiapkan berbagai persiapan dan kebutuhan-kebutuhan, seperti membeli
kado-kado yang akan diberikan kepada orang spesial, menyiapkan tempat-
tempat untuk berlibur, menyiapkan berbagai alat peribadatan untuk persiapan
malam Natalnya dan juga menyiapkan pernak-pernik untuk digantungkan
dalam pembuatan pohon Natal. Tradisi saling memberi dan bertukar kado
25 Stan D. Wijaya, h. 37.
36
berasal dari tradisi Barat yang ditandai dengan bertukar hadiah antara teman
dan anggota keluarga serta datangnya Santa Claus atau Sinterklas26.
Sinterklas adalah ciptaan seorang pastur yang bernama “Santo
Nicholas” yang hidup pada abad ke empat Masehi27. Santo Nicholas, adalah
seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang
Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember. Legenda ini berawal dari
kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi
kepada tiga anak wanita miskin. Untuk melestarikan kebiasaan lama dengan
memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan dengan kebiasaannya
saat malam Natal, anak-anak diajari dan disuruh menggantungkan kaos kaki di
dinding dekat ruangan perapian. Karena pada esok harinya, kaos kaki tersebut
penuh dengan hadiah-hadiah berupa mainan atau kotak makanan. Selain
hadiah tersebut, juga terdapat sebatang pohon Natal yang dihiasi bunga-bunga
kertas berwarna perak dan emas.
Di pohon ini pula, aneka rupa hadiah untuk anak-anak bergelantungan
di dahannya dan berserakan di bawahnya. Menurut para orang tua, semua
hadiah Natal itu dibawa oleh Sinterklas atau Santa Clause yang telah datang di
malam hari, melalui cerobong asap perapian. Semua cerita itu dianggap penuh
dengan kepercayaan dan keyakinan, karena hal tersebut merupakan sebuah
tradisi dan kebiasaan yang harus diterima.
Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai pada abad
ke-16 di Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya itu dari pohon
26 Stan D. Widjaya, h. 23. 27 Encyclopedia Britannica, Volume 19, Ed 11, h. 648-649.
37
cemara, atau mengadaptasi dari bentuk pohon cemara28. Saat penduduk
Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap
memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di
dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika
Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.
Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun di rumah,
sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu
bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain. Pohon Natal ini juga
melambangkan "hidup kekal", sebab pada umumnya di musim salju hampir
semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara yang selalu hijau
daunnya29.
Pemasangan pohon Natal dari pohon cemara, baik asli maupun yang
terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi
pemandangan yang indah menjelang Natal. Salah satu yang terbesar dari
pohon itu disebut “Mistletoe” yang dipakai pada saat perayaan musim panas,
karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang
telah memberikan mukjizat penyembuhan.
Selanjutnya waktu menjelang Natal yaitu pada waktu malam Natal.
Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut
tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan
pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang
domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus, Maria, Yosef,
28 Ismail Andar, Selamat Natal: 25 Karangan Tentang Natal (Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 1981), h. 31. 29 Mari Mewarnai : Menyambut Natal (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 63.
38
gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal30,
seperti:
“Jingle bells, jingle bells, jingle all the way! Oh what fun it is to ride in a one horse open sleigh”, atau juga “Dashing through the snow in a one horse open sleigh o'er the hills we go laughing all the way bells on bobtail ring making spirits bright what fun it is to ride and sing a sleighing song tonight”.
Namun biasanya pada saat beribadah dimalam Natal ada lagu-lagu
khusus yang dinyanyikan dengan khidmat secara seksama untuk memberikan
puji-pujian dan mengagungkan kebesaran-Nya sebagai rasa syukur atas segala
yang telah diberikan_nya, layaknya orang-orang bershalawat dalam agama
Islam.
Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa
tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal
(Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin,
lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Masa Natal berakhir
pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani
adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen
Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12
hari setelah Hari Natal31.
Pada malam itu Orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu
telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy
(semacam minuman beralkohol) atau rum. Menurut kisahnya, pada malam
Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan
30 Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta: Toleransi Kehidupan Beragama
(2007), h. 45. 31 Michael Keene, h. 114.
39
ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk
mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk
mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika mendengarkan
orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum
Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement
Moore di tahun 1832.
Keesokan harinya tibalah perayaan Hari Natal, semua umat Kristiani
bergegas bersiap-siap untuk merayakan Hari Natal32 saling mengucapkan
Selamat Natal, dan saling memberikan dan bertukar kado, ada juga yang sudah
siap membuka kado karena pada malam harinya ada yang membuat kejutan
untuk para anak-anak, kekasih dan keluarga. Ada juga yang berangkat ke
gereja untuk beribadah kepada Tuhan Yesus, ada juga yang berangkat berlibur
bersama keluarga. Semuanya sangat terasa sekali keindahan Natal yang penuh
dengan kasih dan sayang.
32 Ipphos, Umat Katholik dan Protestan Merayakan Natal Bersama (Jakarta: PN, 1947), h.
7.
BAB IV
ANALISA PERBANDINGAN MAKNA
PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM
DAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN
A. Makna Hari Raya Idul Fitri
Sebagai hari raya keagamaan, Idul Fitri mempunyai kedudukan yang
tinggi bagi umat Islam yang mengandung makna keruhanian1. Hal ini dilihat
dari pengertian Idul Fitri serta dari semua tata cara pelaksanaan pada waktu
menjelang Idul Fitri seperti menjalankan ibadah puasa ramadhan sebulan
penuh untuk menahan segala hawa nafsu sampai waktunya untuk berbuka, dan
di dalam bulan tersebut terdapat sebuah malam Lailatul Qadar yaitu malam
yang terbaik dari seribu malam dan pada bulan tersebut menjelang hari raya
tiba umat Islam di wajibkan untuk membayar zakat yang dinamakan dengan
zakat fitrah2 dan pada malam menjelang Idul Fitri umat Islam beramai-ramai
mengumandangkan takbir dengan penuh semangat kemenangan3 sebagai rasa
keberhasilannya yang telah melewati ujian untuk menahan hawa nafsu dengan
melakukan berpuasa wajib di bulan suci ramadhan.
Makna keruhanian yang pertama dari perayaan Hari Raya Idul Fitri
adalah sebagai tanda terima kasih atau rasa syukur umat Islam kepada Allah
Yang Maha Esa, karena pada dasarnya manusia telah diberikan nikmat yang
1 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah
Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 128. 2 Cyril Glase, h. 158. 3 Hannan Hoesin Bahannan h. 223.
40
41
tidak terbatas dan tidak ternilai harganya. Umat Islam bisa saling berbagi
kasih dan sayangnya dengan bentuk saling memberi dan saling
mengungkapkan perasaan maaf dan memaafkan.
Idul Fitri merupakan kelanjutan dari puasa dan zakat4, yang sama-
sama mengandung makna pembersihan jiwa seseorang, umat Islam bisa
kembali pada fitrahnya yaitu saat manusia baru dilahirkan, jiwanya yang
bersih suci dan tidak ada dosa. Fitrah adalah sifat yang digunakan untuk
mensifati semua yang ada (di dunia) sewaktu awal penciptaannya5. Karena
puasa mengandung makna sebagai pembersihan jiwa seorang muslim dengan
berbagai godaan yang berbentuk hawa nafsu, sedangkan zakat adalah sebagai
pembersihan diri jiwa seorang muslim dari harta yang mereka miliki dengan
cara memberikan sebagian hartanya dalam bentuk apapun sesuai yang telah
ditentukan.
Makna fitrah sebagai suatu “sifat”6. Sifat di sini berlaku untuk semua
makhluk di alam raya. Misalnya malaikat memiliki sifat (fitrah) yang baik,
taat, bertasbih, dan tidak pernah melanggar aturan Allah Swt. sedangkan
syaitan berfitrah sebagai mahluk yang buruk dan durhaka. Manusia berfitrah
sebagai makhluk yang memiliki semua fitrah yang dimiliki oleh semua apa
yang ada di alam raya ini.
Menurut Muthahari, fitrah merupakan bawaan alami. Artinya sifat –
fitrah merupakan sesuatu yang melekat dalam diri manusia (bersifat bawaan)
4 Nurcholis Majid, h. 129. 5 Abu al-Baqa Ayyub ibn Musa al-Husain, al-Kulliyat : Mu’jam Fi al-Mustalah Wa al-
Furuq al-Lugowiyah (Beirut : Muassasah al-Risalah, 1992), h. 698. 6 Murtadha Muthahhari, Fitrah (Jakarta: Lentera, 2008), h. 19.
42
dan bukan sesuatu yang diperoleh melalui usaha. Manusia mengatahui bahwa
dirinya mengetahui apa yang dia ketahui. Artinya dalam diri manusia terdapat
sekumpulan hal yang bersifat fitrah7.
Idul Fitri merupakan satu momen bagi kehidupan manusia guna
memperbaiki posisinya dalam mengurangi perjalanan hidup di dunia yaitu,
bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Perayaan
Idul Fitri memang melambangkan upaya manusia untuk menyadari fitrahnya
sekaligus menyadari betapa Maha Besarnya Allah, Maha Suci dan Maha
Perkasa. Jadi orang-orang beriman menangkap makna Idul Fitri sebagai hari
kemanusiaan universal yang suci. Manusia adalah suci, dan harus berbuat suci
kepada sesamanya8.
Pada perayaan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan, umat Islam
melakukan sebuah tradisi sungkem khususnya antar keluarga. Hal tersebut
mempunyai makna agar dosa-dosanya bisa hilang dan dihapuskan dengan
saling maaf dan memaafkan dengan penuh rasa keikhlasan. Selain kepada
keluarga juga kepada para kerabat, sahabat, teman, guru serta para warga yang
ada di sekitarnya. Dengan itu, di hari setelah perayaannya umat Islam bisa
melakukan introspeksi diri dengan membenahi sifat-sifat yang buruk dan
merubahnya untuk menjadi yang lebih baik.
Dosa-dosa yang telah diperbuat baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja bisa hilang antar sesama dengan saling memaafkan, karena
manusia sifatnya hidup secara sosial jadi acap kali tanpa sengaja manusia
7 Murtadha Muthahhari, h. 20. 8 Nurcholis Majid, h. 137.
43
melakukan kesalahan antar sesamanya baik dari perkataan dan perbuatan. Ini
akan sangat membekas sekali rasanya untuk umat Islam pada waktu
merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Dari makna yang serba ruhani sebagai kelanjutan dan buah keruhanian
selama Ramadhan, Idul Fitri melimpahkan hikmahnya kepada segi-segi
kehidupan sosial yang luas dan sangat bermakna. Sejak simbolisme zakat
fitrah yang merupakan rasa setia kepada sesama manusia dan kemanusiaan,
sampai kepada tradisi maaf-memaafkan, halal-bihalal dan mudik untuk
menyatu kembali dengan keluarga, Idul Fitri memberi bekal keruhanian baru
kepada masyarakat untuk menempuh hidup selama setahun mendatang9.
Idul Fitri mempunyai dimensi sosial yang sangat besar khususnya
dimensi kekeluargaannya. Pada hari itu, semua merasakan dorongan yang
sangat kuat untuk bertemu dengan ayah, ibu, anak, kakek, nenek, saudara-
saudara yang lain, masyarakat dan kampung halamannya untuk bersama-sama
merayakan Hari Raya Idul Fitri10.
Memasuki datangnya Hari Raya Idul Fitri aktivitas dan mobilitas
masyarakat semakin meningkat, khususnya dalam rangka mempersiapkan diri
untuk merayakan hari yang dinanti-nantikan tersebut. Bagi mereka yang
bekerja mencari nafkah di luar kota yang jarang sekali utnuk pulang dan
bertemu dengan keluarganya, pasti merasa ingin pulang dan bertemu dengan
keluarganya. Begitu juga sebaliknya, bagi keluarga yang ditinggalkan
saudaranya untuk bekerja dan mencari nafkah diluar kota, sangat
9 Nurcholis Majid, h. 137. 10 Nurcholis Majid, h. 128.
44
mengharapkan kepulangan saudaranya dengan selamat sampai tujuannya
untuk bertemu dan bersama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri. Karena
hanya dengan suasana keakraban dalam kekeluargaan dan bermasyarakat itu
Idul Fitri dapat dirasakan sepenuh-penuhnya dengan makna yang sangat dalam
dan berarti.
Pada hari itu umat Islam saling berbagi kebahagiaan, berbagi kasih dan
berbagi perhatiannya sebagai kelonggaran terhadap sesamanya terutama untuk
orang-orang fakir dan kerabat-kerabat keluarga mereka. Para dermawan
menyisihkan sebagian hartanya untuk saling berbagi dengan penuh keikhlasan.
Di berbagai tempat perusahaan atau perindustrian, menjelang hari itu
ada yang mempunyai program berbagi kasih dengan memberikan santunan
kepada orang-orang fakir dan anak-anak yatim yang berupa makanan, pakaian
dan lain sebagainya. Akan sangat berkesan sekali di hati manusia ketika ia
bisa saling berbagi.
Sebelum hari Idul Fitri dilaksanakan, umat Islam juga diwajibkan
untuk membayar zakat fitrah. Hal tersebut juga mengandung makna sosial
yang tinggi, karena bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri tiba,
tidak ada lagi orang-orang yang meminta atau mengemis untuk mencukupi
kebutuhannya karena umat Islam sudah bersama-sama diwajibkan untuk
membayar zakat fitrah untuk saling melengkapi kebutuhannya.
Selain itu Idul Fitri juga mempunyai makna perekonomian yang sangat
besar sekali bagi masyarakat khususnya bagi para orang-orang yang mencari
penghasilan dengan berjualan berbagai macam kebutuhan pokok pada hari-
45
hari menjelang perayaan Idul Fitri di laksanakan, seperti baju-baju baru,
bahan-bahan makanan dan lain-lain.
Hal ini juga dilihat dari segi bagaimana orang bekerja dan menabung
dari jauh-jauh hari untuk mempersiapkan segala kebutuhannya agar kelak bisa
dinikmati hasilnya pada berlebaran atau waktu Idul Fitri tiba. Terutama bagi
anggota keluarganya yang bekerja atau tinggal secara berjauhan di luar kota,
sangat di elu-elukan sekali kedatangannya untuk saling berbagi kasih dan
berbagi rezeki, yang sudah didapatkan dan dipersiapkannya dari hari
sebelumnya.
Gebyar lebaran yang disemarakkan dengan aneka mode pakaian baru,
makanan lezat11, mudik, silaturrahmi dan hingar-bingar kesenangannya
merupakan suatu fenomena yang tidak bisa dipisahkan dalam Hari Raya Idul
Fitri12. Fenomena seperti inilah yang kerap kali terjadi ketika Idul Fitri tiba.
Di sinilah Idul Fitri adalah hari raya yang datang berulang kali setiap tanggal 1
Syawal.
Setiap negara yang berpenduduk muslim, dalam merayakan Idul Fitri
biasanya memiliki cara dan tradisi yang berbeda-beda sesuai corak
kebudayaan bangsanya. Cara dan tradisi tersebut juga terjadi di Indonesia
Bagaimana pun tradisi-tradisi ini, ternyata sudah berkembang pada zaman
Nabi SAW, baik yang berupa makanan, berpakaian baru, hiburan atau
11 Makanan khas yang biasa dibuat dan disajikan pada perayaan Idul Fitri. Bagi bangsa
Indonesia, salah satu makanan yang menjadi ciri khas dari hari raya ini adalah Ketupat. Orang Jawa menyebutnya kupat, yang berarti mengaku lepat, atau mengaku bersalah. Sehingga ketupat dianggap sebagai simbol silaturahmi di Hari Lebaran, sekaligus lambang permintaan maaf.
12 Achmad Suyuti, Nuansa Ramadhan: Puasa dan Lebaran (Jakarta: Pustaka Amani, 1996), h. 130.
46
permainan, silaturahim dan sebagainya, meskipun dengan bentuk yang sangat
sederhana sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat saat itu13.
Dengan hal itu, jelas sekali terlihat bahwa banyak sekali berbagai
kebutuhan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan ini sudah menjadi
sebuah tradisi sehingga jumlah anggaran belanja pun berbeda dengan
anggaran-anggaran di bulan-bulan biasa. Selain itu daerah-daerah tertentu
memperoleh limpahan ekonomi dan keuangan dari para pemudik sehingga
pemerintah daerah bersangkutan merasa perlu menyabut kedatangan
keluarganya yang berkerja di kota-kota besar itu14.
Selanjutnya untuk para karyawan yang bekerja di tempat-tempat
perkantoran atau perindustrian, bisa juga mendapatkan sedikit bonus yang
berupa makanan, pakaian ataupun berupa uang yang biasa disebut dengan
tunjangan hari raya (THR). Untuk daerah pemasaran atau pusat-pusat
perbelanjaan juga pada waktu menjelang Idul Fitri dan sampai Idul Fitri tiba,
sangat meningkat sekali perekonomiannya. Karena banyak orang-orang yang
membeli segala macam persiapan kebutuhan seperti makanan dan pakaian.
Kebutuhan tersebut bisa digunakan untuk sendiri ataupun untuk berbagi
kepada sanak saudara dan kepada kaum fakir miskin.
13 Ali Musthafa Yaqub, Islam Masa Kini (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 90. 14 Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah
Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 127-128.
47
B. Makna Hari Natal
Hari Natal cenderung dirayakan sebagai tradisi yang mendunia15,
namun umat Kristen sendiri memperingati Natal Kristus ini dengan lebih
berfokus pada rasa syukur dengan khidmat kepada Allah yang telah rela
merendahkan diri-Nya sebagai manusia16. Kelahiran Kristus di dunia
mempunyai suatu titik awal yang paling penting dalam misi Kristus.
Dilahirkan bukan dari pencampuran laki-laki dan perempuan, melainkan
campur tangan Allah yakni diperanakan oleh kuasa Roh Allah.
“Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf ternyata ia mengandung dari roh kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri” (Mat. 1:18).
Maria seorang gadis saleh, mendapat kehormatan sebagai perantara
kedatangan Sang Mesias.
“Dalam bulan keenam Allah menyuruh Malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret. Kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika Malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: ‘Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan mnyertai engkau’. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata Malaikat itu kepadanya: ‘Jangan takut hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah’. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut anak Allah Yang Mahatinggi, dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa leluhur-Nya. Dan ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan”. (Luk. 1:26-33).
Adapun Kristus datang untuk memperbaiki hubungan manusia dengan
Allah yang semakin buruk oleh karena kesesatan manusia.
15 Pemuda Gereja kreatif, Theologi of Prosperity in Christmas (Jakarta: Yayasan Kalam
Hidup, 2009), h. 29. 16 Abujamin Roham, h. 535.
48
Sebenarnya natal merupakan suatu pemberian Allah yang paling besar
bagi umat manusia. Natal merupakan wujud Kasih Allah pada manusia.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supay a setiap orang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. (Yoh 3:16).
Natal merupakan motivasi Allah untuk membantu umat manusia. Natal
sebagai kabar baik bagi semua orang di sekitarnya, bahwa Allah telah
membuktikan kasih-Nya bagi dunia ini dalam diri Yesus Kristus, dan semoga
dengan Natal bisa menjadi berkat bagi semua umat manusia, terlebih bagi
umat Allah yang sudah ditebus-Nya.
Perayaan Natal atau kelahiran Yesus Kristus memang tidak tertulis
bahkan tidak ada anjuran dalam Al-Kitab, untuk merayakan kelahiran-Nya
dengan berpesta dan bersenang-senang, memasang pohon terang dan lain-lain
untuk mengungkapkan rasa syukur manusia terhadap-Nya. Tetapi
memperingati kelahiran Yesus Kristus itu harus dan mutlak dalam kehidupan
setiap orang yang mempercayai tentang kedatangan-Nya di dunia yang
bertujuan untuk menyelamatkan manusia17. Setiap umat Kristiani yang
merayakan Natal, lebih memaknai Natal bukan dengan perayaannya
melainkan dengan dasar teologi Natal yaitu kelahiran Kristus, karena Ia adalah
seorang Juru Selamat untuk semua manusia yang dipenuhi dengan dosa dan
itu mutlak harus diyakini bagi semua umat-Nya. Jiwa tersebut harus selalu ada
dalam hati setiap manusia untuk selalu berbuak kasih dan kebaikan sebagai
bentuk refleksi pada kelahiran Kristus Sang Juru Selamat.
17 Pemuda Gereja kreatif, h. 28.
49
Bahkan setiap hari dalam kehidupan ini, umat Kristen seharusnya
memperingati kelahiran-Nya yang telah mengasihi umat-Nya dengan cara
berinkarnasi menjadi manusia dan menuntun umat-Nya ke jalan yang benar
agar umat manusia bisa diselamatkan dari dosa-dosanya, sebagai ungkapan
syukur kepada-Nya dan ungkapan kasih terhadap sesamanya.
Makna yang terpenting dalam Natal adalah lebih kepada kelahiran
Yesus Kristus18, tidak kepada perayaannya, pesta-pestanya atau makanannya.
Karena peristiwa kelahiran Yesus Kristus adalah suatu bentuk dari kasih Allah
kepada umat-Nya, yang menginginkan umat-Nya bisa diselamatkan dari dosa-
dosanya dan bisa hidup kekal. Dengan itu bisa digaris bawahi makna Hari
Natal adalah sebagai bentuk kasih, yang harus diaplikasikan terhadap sesama
manusia layaknya kasih Allah terhadap umat-Nya. Maka dari itu, jika umat
manusia bisa selalu teringat pada kelahiran Yesus, maka umat manusia akan
saling kasih mengasihi terhadap sesama selamanya. Sampai-sampai kata kasih
tidak pernah lepas dan jauh dari umat Kristiani seperti dalam peribadatannya,
doa-doanya, berbagai kegiatan sampai nama-nama panti asuhan dan lain
sebagainya selalu menggunakan dan berhubungan dengan kasih. Untuk pada
saat ini ketika Hari Natal tiba, umat Kristiani selalu mengungkapkan kasihnya
dengan saling memberikan atau menukar hadiah sebagai bentuk kasihnya
terhadap sesama, terutama kepada keluarga, saudara, kekasih dan sahabatnya.
Natal sesungguhnya peristiwa maha penting dari serangkaian tindakan
Allah dalam upaya penyelamatan manusia dari kematian kekal akibat dosa.
18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 610.
50
Tidak tanggung-tanggung, Allah yang adalah pencipta masuk dalam sejarah
manusia yang notabene makhluk ciptaan. Ia yang maha besar dan maha kuasa
berinkarnasi dalam bayi Yesus yang harus tunduk kepada hukum alam yaitu
berada dalam rahim Maria sebagaimana layaknya manusia pada umumnya19.
Kerendahan hati dan kesederhanaan adalah jiwa dari Natal. Yesus bisa
memilih lahir dari rahim seorang ratu atau permaisuri raja dari raja yang
paling berkuasa di muka bumi pada saat itu. Tetapi ia lebih memilih lahir dari
rahim Maria. Ia tidak lahir di rumah sakit atau atau kastil mewah dengan
fasilitas yang berkualitas dan berkelas, tetapi ia lahir di kandang domba,
karena ketika tiba saatnya Maria untuk bersalin, tidak ada rumah penginapan
yang terbuka untuk mereka.
Bercermin dari hal itu, seharusnya apapun bentuk ucapan syukur yang
ingin kita ungkapkan melalui ibadah Natal, seyogyanya mengedepankan jiwa
Natal yang seperti itu. Cobalah kita membayangkan seandainya Yesus ada saat
ini dan kemudian meminta pendapatnya tentang rencana ibadah Natal yang
akan di selenggarakan. Barangkali Ia lebih setuju jika Natal itu dijadikan ajang
pemberitaan Injil, sebab itulah yang Ia usahakan dan kerjakan dengan sekuat
tenaga selama masa pelayanan-Nya yang pendek di dunia ini.
Hari Natal seharusnya membawa suka cita bukan semata-semata
karena ada pesta atau berkat jasmani, melainkan terbukanya kesempatan bagi
manusia untuk mendapatkan keselamatan dalam Kristus. Jadi orientasinya
harus mengarah kepada kebutuhan paling mendasar yaitu menyelesaikan dosa
melalui karya Kristus.
19 Pemuda Gereja kreatif, h. 9.
51
Idealnya, Natal bukan hanya menyiapkan pakaian baru, tetapi juga
hati baru20. Hati yang peka terhadap kebutuhan sekitar sehingga kehadiran
gereja bukan menimbulkan kecemburuan sosial melainkan membawa berkat
bagi orang di sekitarnya. Natal seharusnya mendatangkan sukacita bukan saja
bagi orang percaya tetapi juga bagi mereka yang belum percaya. Karena pada
dasarnya Natal untuk semua umat manusia. Seperti perkataan malikat Tuhan
yang menampakkan dirinya kepada para gembala di padang, ia berkata:
“Lalu kata Malaikat itu kepada mereka: Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”. (Luk. 2: 10-11).
Serta dengan amanat Yesus yang memerintahkan setiap orang percaya
untuk membawa berita Injil kepada semua bangsa.
Natal membuka peluang bagi setiap orang untuk mendapatkan
pengampunan dosa melalui karya keselamatan dalam Kristus. Itu berarti Natal
membawa harapan baru bagi mereka yang lelah dan tak berpengharapan.
Nuansa seperti itu seharusnya muncul dalam ibadah-ibadah Natal, sehingga
kita tidak mengungkapkan sukacita Natal dengan baju dan perlengkapan Natal
yang baru tetapi juga hati yang baru.
Makna selanjutnya yang terkandung dalam Natal adalah sosial, melihat
dari berbagai pengertian makna di atas yaitu tentang kasih Allah kepada
umatnya dan kasih manusia terhadap sesamanya. Seperti yang dikatakan Rasul
Paulus bahwa:
20 Pemuda Gereja kreatif, h. 7-8.
52
“hidup kita tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga menjadi berkat bagi orang lain, apa artinya kebebasan, kebahagiaan, kekayaan, kemakmuran jika itu akhirnya akan melukai rasa kealdilan orang”21.
Tujuan Allah memilih manusia melalui Yesus kristus adalah utnuk
menyatakan kasih terhadap sesama secara terus menerus, sehingga setiap
orang yang melihat sesamanya dapat merasakan kasih yang damai sejahtera
Allah. Seperti itulah semangat Natal yang harus dinyatakan dan dipelihara.
Lebih baiknya bukan hanya pada waktu perayaan Natal saja, tetapi selama
manusia menjadi umat Tuhan. Oleh karena itu, bahwa seharusnya umat Allah
harus selalu merayakan Natal setiap hari agar jiwanya selalu kasih mengasihi
dengan damai sejahtera.
Natal menjadi momen yang berhubungan dengan misi penyelamatan
Allah, seharusnya semua umat Tuhan di ingatkan kembali tentang tujuan
kelahiran Yesus Kristus, yaitu untuk membawa kemuliaan bagi Allah serta
kasih yang damai sejahtera kepada semua manusia yang berkenan kepada-
Nya.
“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepada-Nya”. (Luk. 2:14).
Tujuan ini sangat jelas diungkapkan oleh sejumlah bala tentara sorga
dan malaikat melalui pujian mereka kepada Allah, inilah yang dikehendaki
Allah saat umat-Nya merayakan Natal22.
Betapa jelas terlihat nilai-nilai sosial dari perayaan Natal, karena umat
Kristiani yang merayakannya bisa saling berbagi kasih terhadap sesamanya
21 Pemuda Gereja kreatif, h. 10. 22 Sahabat Gembala: Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan (Jakarta: Yayasan Kalam
Hidup, 2009), h. 15.
53
dengan bentuk apapun seperti saling memberi dan bertukar hadiah yang sudah
menjadi sebuah tradisi dari Eropa hingga masuk ke Indonesia, kemudian
menolong sesama, memberikan perhatian terhadap orang-orang yang tidak
mampu, berpesta bersama-sama dengan anak-anak panti asuhan, serta
mengingat dan menghadapi kemiskinan dengan saling berbagi kasih. Ini akan
membawa umat Kristen untuk berfikir bahwa perayaan Natal adalah latar yang
tepat untuk melakukannya dengan menanggulangi kemiskinan dan merombak
pola pikir dan pola hidup masyarakat sekitarnya ke arah yang lebih baik lagi
dengan mengasihi yang benar sesuai kasih Kristus kasih yang tidak menuntut
balasan.
Hal ini juga yang biasa dilakukan oleh para umat Kristen yang ada
dalam Gereja Bethel Indonesia, karena gereja tersebut lebih mengedepankan
jiwa sosial terhadap umat sesamanya maupun yang bukan umat Kristiani.
Seperti yang telah dikatakan di atas, Natal bukan hanya menyiapkan pakaian
baru, tetapi hati juga harus baru hati yang peka terhadap kebutuhan sekitar
sehingga bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitarnya dengan
bersosialisasi secara damai dengan orang di sekitar dan saling mengasihi23.
Sebagai hari raya yang sudah menjadi tradisi menduniawi, Hari Natal
pasti berhubungan dengan perekonomian. Jadi Hari Natal juga mengandung
makna ekonomis untuk umat Kristiani dan umumnya untuk semua. Sebab
dilihat dari perayaannya yang besar dan selalu membutuhkan hal-hal yang
baru. Dari jauh hari, mereka sangat sibuk menyiapkan segala persiapan
kebutuhan Natal seperti menyiapkan baju-baju baru, hadiah-hadiah untuk
dibagikan, membuat pohon Natal yang dihias dengan berbagai pernak-
23 Marsana Windu, h. 17.
54
pernik24. Hal ini sangat menguntungkan sekali untuk dunia pemasaran seperti
dalam pasar-pasar tradisional, mall-mall, pusat perbelanjaan, tempat-tempat
untuk berlibur dan lain sebagainya, karena mereka akan mendapatkan
penghasilan yang lebih dari biasanya.
Anggaran-anggaran di negara-negara yang banyak umat kristianinya,
seperti di Eropa anggaran pada bulan Desember akan melampaui anggaran
belanja pribadi mereka pada bulan-bulan sebelumnya. Itulah salah satu alasan
mengapa Natal di seluruh dunia banyak digunakan sebagai Marketing Tools25.
Bahkan untuk negara-negara yang non Kristen pun akan ikut mendapatkan
keuntungan yang sangat melimpah, khususnya dalam dunia bisnis
perekonomian.
Dunia bisnis memang memanfaatkan Natal sebagai ajang bisnis yang
menggiurkan. Setiap Natal orang dipacu untuk berbelanja dan hidup dalam
konsumerisme, terlebih lagi karena akan menjelangnya tahun baru tiba.
Orang-orang akan berlomba-lomba merayakan Natal dengan semegah
mungkin yang akhirnya akan sedikit mengurangi pesan dan makna Natal yang
sesungguhnya. Tidak salah mengadakan Natal semegah apapun, tetapi esensi
Natal jangan sampai dilupakan karena itulah makna yang sesungguhnya26.
C. Persamaan dan Perbedaan Makna Hari Raya Idul Fitri dan Natal
Setiap upacara-upacara dan perayaan-perayaan keagamaan yang ada
dalam setiap agama memiliki nilai-nilai dan makna yang sakral dan berkaitan
24 Stan D. Wijaya, h. 37. 25 Sahabat Gembala : Natal Bukan Sekedar Tradisi (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup,
2008), h. 27. 26 Pemuda Gereja kreatif, h. 10.
55
dengan kepercayaan dan akidah bagi pemeluknya. Seperti dalam kedua
perayaan yang telah diuraikan di atas, yang keduanya mengandung nilai-nilai
dan makna yang sangat sakral untuk para pemeluk yang merayakannya.
Sangat unik dan menarik, dari kedua perayaan yang mempunyai latar
belakang dan sejarah yang sangat berbeda namun mempunyai tatanan
pelaksanaan yang sama seperti ada kumandangan takbir pada malam
menjelang perayaan Idul Fitri untuk umat Islam dan ada nyanyian Natal pada
malam menjelang perayaan Hari Natal. Ada bentuk saling mengasihi antar
sesama dengan berbagai bentuk ungkapan kasih, dan dari berbagai
persiapannya dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal dan ada
beberapa hal yang membedakannya seperti ada hal-hal yang wajib dilakukan
sebelum pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri seperti melakukan puasa wajib pada
bulan suci ramadhan serta diwajibkan untuk membayar zakat. Sedangkan
dalam pelaksanaan Hari Natal, tidak ada kewajiban atau ibadah wajib yang
harus dilakukan.
Hari Raya Idul Fitri pertama-tama mengandung makna sebagai rasa
syukur umat Islam kepada Allah SWT, karena pada hari itu terdapat banyak
sekali limpahan rezeki dan nikmat yang telah diberikan-Nya. Perayaan Hari
Natal juga mengandung makna rasa syukur umat Kristiani kepada Allah, yang
telah memberikan kasih-Nya dengan limpahan nikmat terutama pada hari
perayaan Natal. Jadi makna yang paling utama pada kedua perayaan ini
adalah, mengandung makna syukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan
kepada umat-Nya. Karena dengan itu, manusia bisa berfikir bahwa semua
56
yang ada di dunia ini adalah pemberian-Nya dan harus disyukuri oleh umat-
Nya.
Setelah memanjatkan rasa syukur, perayaan Hari Raya Idul Fitri dan
Hari Natal memiliki makna keagamaan atau keruhanian dalam jiwa manusia
karena dilihat dari masing-masing perayaannya. Jika Hari Raya Idul Fitri
mempunyai makna kembali kepada fitrahnya, layaknya seperti bayi yang baru
dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih dan suci karena pada hari itu
suatu lembaran baru akan dibuka dengan saling maaf dan memaafkan yang
kemudian akan menjadi koreksian diri untuk menjalani hari-hari selanjutnya
dan menjadi yang lebih baik dari hari-hari yang sebelumnya. Hari Natal
mempunyai makna kembali kepada peristiwa kelahiran Yesus Kristus sang
Juru Selamat sebagai bentuk kasih-Nya kepada umat-Nya. Ia rela
merendahkan diri-Nya dengan berinkarnasi menjadi manusia biasa demi
menyelamatkan umat manusia dari kungkungan dosa-dosa yang melekat pada
manusia.
Perlu digaris bawahi kedua hari raya ini mempunyai makna kembali,
namun yang membedakannya adalah esensi dari arti kembali tersebut. Jadi
alangkah baiknya jika makna kembali tersebut selalu ada dalam jiwa manusia
agar selalu menjalani hari-hari dengan penuh kebaikan. Maka dari itu ada
beberapa yang berpendapat bahwa bila perlu dalam setiap harinya manusia
harus selalu mempunyai jiwa kembali atau perayaan Hari Raya Idul Fitri dan
Hari Natal tersebut harus selalu melekat dan menjiwai dalam diri manusia.
57
Umat Islam perlu menjiwai arti kembali ke fitrahnya, dengan terus
mengintrosfeksi dan merubah diri menjadi yang lebih baik. Dan Umat
Kristiani juga perlu untuk selalu mempunyai jiwa kembali kepada Kelahiran
Yesus Kristus, agar di dalam hidupnya selalu diwarnai sifat kasih sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan-Nya yang telah mengasihinya.
Dalam waktu pelaksanaannya, terlihat jelas makna sosial di dalam
kedua hari raya tersebut. Hari Raya Idul Fitri di maknai dengan sisi sosialnya,
terlihat dari berbagai literatur kegiatannya, seperti pada waktu menjelang
perayaannya diwajibkan untuk membayar zakat fitrah bermaksud untuk saling
melengkapi agar pada hari itu tidak ada lagi orang-orang yang meminta-minta
dan mengemis untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sangat terasa sekali
rasa perhatian antara satu kepada yang lainnya, di saat umat Islam bisa saling
berbagi. Pada hari itu juga para dermawan dan hartawan menyisihkan hartanya
untuk orang-orang fakir yang membutuhkan. Ada yang memberikan baju-baju
baru, makanan, uang, beras dan lain sebagainya, sebagai bentuk kasih sayang
terhadap sesamanya sebagai bentuk kelonggaran bagi orang-orang fakir.
Gerak kebersamaannya pun terlihat, seperti bagi orang-orang yang
tinggal dan bekerja jauh dari kampung halamannya atau bagi keluarga yang
ditinggalkan saudaranya untuk bekerja dan tinggal secara berjauhan sangat
mengelu-elukan sekali kedatangan sanak saudaranya untuk bersama-sama
merayakan Hari Raya Idul Fitri serta saling mengungkapkan kata maaf dan
memaafkan terutama kepada keluarga karena manusia sifatnya lupa dan salah.
Kebiasaan ini biasanya di namakan dengan budaya mudik atau pulang
kampung.
58
Makna sosial dalam perayaan Natal, sudah sangat terlihat jelas untuk
umat Kristiani. Karena merujuk kepada pengertian dan makna dari Hari Natal
itu sendiri. Pada hari itu umat Kristiani saling berbagi kasih dengan berbagai
bentuk ungkapan sebagai bentuk rasa terima kasihnya kepada Tuhan sang Juru
Selamat yang mengasihi umat-Nya dengan berinkarnasi menjadi seorang
manusia agar bisa menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa. Dengan hal ini,
umat Kristiani berupaya melihat itu dengan saling berbagi kasih dengan
berbagai bentuk ungkapan seperti saling bertukar dan memberikan hadiah.
Bagi gereja-gereja dan para dermawan biasanya mempunyai program khusus
saling berbagi kasih dengan memberikan baju-baju, makanan, mainan dan lain
sebagainya.
Pada waktu perayaan Natal, dorongan keluarga untuk bertemu dengan
keluarga yang lainnya juga sangat kuat, bagi keluarga yang tinggal dan
bekerja jauh dari keluarga lainnya mempunyai sebuah dorongan untuk
bertemu dengan keluarganya, teman-teman dan masyarakatnya. Karena
mereka sangat ingin bersama-sama untuk merayakan Natal dan saling berbagi
kasih.
Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal, keduanya memiliki makna sosial
yang tinggi, walaupun didasari oleh latar belakang yang berbeda. Namun rasa
sosialnya sama-sama ingin saling berbagi kasih sayang dan perhatiannya
terhadap sesama.
Pada waktu menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal
tiba, gerak perekonomiannya pun meningkat sangat tinggi sekali, karena
banyaknya berbagai bentuk kebutuhan dalam persiapan dari perayaan Hari
59
Raya Idul Fitri dan Hari Natal. Banyak orang yang menabung dari jauh-jauh
hari yang di persiapkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pada kedua hari
raya tersebut, seperti untuk membeli baju-baju baru, makanan, hadiah-hadiah
dan lain-lain. Dari sisi keuntungan pasar banyak juga yang mendapatkan
penghasilan lebih di banding hari-hari biasa. Banyak orang yang terinspirasi
untuk mendapatkan penghasilan seperti membuat pernak-pernik hiasan Idul
Fitri dan Natal, membuat keranjang-keranjang parsel dan aneka macam kotak
kado, aneka makanan dan berbagai macam kebutuhan menjelang Hari Raya
Idul Fitri dan Hari Natal.
Kedua hari raya tersebut sama-sama mempunyai makna
perekeonomian yang sama. Namun ada sedikit yang membedakannya, bahwa
dunia bisnis seperti pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat hiburan
sangat memanfaatkan Natal untuk mendapatkan penghasilan. Karena pada saat
ini, perayaan Natal sangat di pacu untuk merayakannya dengan semegah dan
semeriah mungkin, di tambah dengan adanya liburan akhir tahun dan
menjelang perayaan tahun baru tiba.
Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal adalah perayaan yang sangat
mendunia. Walaupun Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal mempunyai latar
belakang yang sangat jauh berbeda dengan agama yang berbeda pula, namun
memiliki makna-makna dan tata cara pelaksanaan yang hampir sama dari
pelaksanaan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal walaupun tidak
secara keseluruhan.
60
Kedua hari raya ini mempunyai makna-makna yang sama dan sedikit
perbedaan esensi makna keagamaan dan keruhanian bahwa keduanya sama-
sama mempunyai makna kembali namun esensi dari arti kembali tersebut
berbeda karena Idul Fitri adalah kembalinya umat Islam kepada jiwa yang
fitrah seperti seorang bayi yang bari di lahirkan yang bersih dan suci jiwanya,
sedangkan Hari Natal adalah kembali kepada kasih Allah yang telah
merelakan dirinya untuk berinkarnasi menjadi manusia untuk menyelamatkan
umat-Nya dari dosa-dosa. Yang menarik adalah kesamaan dan kemiripan
berbagai literatur sosial dan perekonomian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian dan makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal
tersebut, terlihat sekali keunikan dari beberapa persamaan-persamaannya.
Setelah menganalisa dari berbagai sudut pandang dalam perayaan kedua hari
raya tersebut, ada beberapa kebenaran yang sifatnya begitu mirip antara
keduanya, karena pada dasarnya kedua perayaan ini mempunyai dasar
theologi yang sama dan perayaannya dibesarkan dengan sisi yang sama yaitu
dengan dimensi sosial.
Hal ini telah didapatkan dari data-data atau sumber-sumber
kepustakaan. Adapun persamaan-persamaan dari kedua hari raya tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal sama-sama mempunyai sejarah asal
mula perayaannya, keduanya menjadi dasar theologi terjadinya perayaan-
perayaan tersebut.
2. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal pada dasarnya mempunyai makna rasa
syukur terhadap Tuhannya.
3. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal tersirat sebuah makna keruhanian dan
keagamaan yang sama yaitu mempunyai makna kembali, tetapi esensi dari
makna kembali tersebut berbeda.
4. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal sangat terlihat sekali dimensi sosialnya
yang sangat tinggi, oleh karena itu keduanya mengandung makna sosial.
61
62
Hal ini juga yang membesarkan kedua perayaan tersebut menjadi semakin
marak dan menggembirakan.
5. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal juga sisi perekonomiannya sangat
tinggi oleh karenanya kedua perayaan tersebut mempunyai makna
perekonomian.
B. Saran
Pengertian dan makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal begitu
sangat luas. Beberapa di dalamnya mengandung makna keruhanian dan
keagamaan untuk para umat yang merayakannya. Hal yang terpenting adalah
bagaimana seseorang menjiwai makna keruhanian tersebut yang ditambah
dengan makna sosial, agar selalu terciptanya hidup yang harmonis, hidup yang
beriman, saling menghargai dan menghormati, saling mengasihi dan
menyayangi sehingga manusia dalam menjalani roda kehidupannya akan
terasa lebih berarti dan bermakna.
Selanjutnya, karena penulisan ini untuk memberikan gambaran dan
pengetahuan namun karena terlalu luas dan banyak pembahasan mengenai
Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal baik dari segi keruhanian atau keagamaan,
sosial dan ekonomi, penulis merasa belum sempurna dalam menyelesaikan
skripsi ini, karena kesempurnaan adalah hanya milik sang kholik. Jadi apa bila
ada berbagai kekurangan di dalam penulisan ini harap untuk memakluminya.
Jika ingin mengetahui lebih jelasnya mengenai pembahasan dalam penulisan
ini harap untuk mencari informasi dan bahan-bahan tulisan yang digunakan
dengan merujuk kepada sumber-sumber pembahasan tentang Hari Raya Idul
Fitri dan Hari Natal.
DAFTAR PUSTAKA
Bahannan, Hanan Hoesin, Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya, Maktabah Salafy Press, 2002.
Bungin, Burhan, Metode penelitian Kulaitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Carm, Bosco da Cunha O., Merayakan Karya Penyelamatan Dalam Kerangka Tahun Liturgi, Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara / LPKN).
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Echols, Jhon M., dan Shadily, Hasan, Kamus Indonesia Inggris, Jakarta: PT. Gramedia, 1989.
Al-Ghazali, Imam, Ihya Ulumuddin, Lebanon: Daar al-Manar, 1997.
Glase, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
Hamid, Samsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Jakarta: Penebar Salam, 1997.
Hamka, Tuntunan puasa, Tarawih dan Idul Fitri, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1993.
Al-Husain, Abu al-Baqa Ayyub ibn Musa, Al-Kulliyat: Mu’jam Fi al-Mustalah Wa al-Furuq al-Lugowiyah, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992.
Iman, Muis Sad, Pendidikan Partisifatif: Menimbang Konsep Fitrah Dan Progresivisme John Dewey, Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2004.
Ipphos, Umat Katholik dan Protestan Merayakan Natal Bersama, Jakarta: PN, 1947.
Ismail, Andar, Selamat Natal, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985.
Al-Jaziri, Abdurrahman, Fiqh Madzahib al-Arba’ah-Dalilun Masyru’iyyatun Sholat al-‘Idain, Kairo: Daar Al-Hadist, tt.
Keene, Michael, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Madjid, Nurcholish, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri, Jakarta: Paramadina, 2000.
63
64
Madjid, Nurcholish, Tiga Puluh Sajian Ruhani: Renungan di Bulan Ramadhan, Bandung: Mizan, 1999.
Munawwir, DKK, Azas-Azas kepemimpinan Dalam Islam, Surabaya: Usaha Nasional, tth.
Muthahhari, Murtadha, Fitrah, Jakarta: Lentera, 2008.
Nasir, Mohammad, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Pemuda Gereja kreatif, Theologi of Prosperity in Christmas, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009.
Pemuda Gereja kreatif, Natal, Eksklusif dan Glamour, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009.
Qardhawi, Yusuf, Fiqih Shiyam: Puasa Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, Jakarta: Islamuna Press, 1996.
Roham, Abujamin, Ensiklopedi Lintas Agama, Jakarta: Emerald, 2009.
Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab dan Rukyat: Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani, 1996.
Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: PT. Amythas Publicita, 2007.
Salim, Abdu Al-Rasyid, Bidayat al-Anam Bisyarhi Bulugh al-Marom, Darul Ittihad, 2001.
Suyuti, Ahmad, Nuansa Ramadhan: Puasa dan Lebaran, Jakarta: Pustaka Amani, 1996.
Windu, Marsana, Tuntunan Cepat dan Lengkap Memahami Natal, Yogyakarta: Tabora Media, 2006.
Wijaya, Stan D., Hari Demi Hari Mempersiapkan Natal, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Yaqub, Ali Musthafa, Islam Masa Kini, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.
_______Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
_______Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan”, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009.
_______Encyclopedia Britannica, Volume 19, Ed 11.
65
_______Mari Mewarnai : Menyambut Natal, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
_______Sahabat Gembala: Natal Bukan Sekedar Tradisi, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2008.
Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta: Toleransi Kehidupan Beragama, 2007.