13
 Makna silaturrahim Silaturrahmi tersusun dari dua kosa kata Arab; shilah yang berarti menyambung dan rahim yang berarti rahim wanita, dan dipakai bahasa kiasan untuk makna hubungan kerabat. Jadi silaturrahim bermakna: menyambung hubungan dengan kerabat. Dari keterangan ini, bisa disimpulkan bahwa secara bahasa Arab dan istilah syar’i, penggunaan kata silaturrahim untuk makna sembarang pertemuan atau kunjungan dengan orangorang yang tidak memiliki hubungan kerabat, sebenarnya kurang pas. · Motivasi untuk bersilaturrahim Silaturrahim bukanlah murni adat istiadat, namun ia merupakan bagian dari syariat. Amat ber!ariasi cara agama kita dalam memoti!asi umatnya untuk memperhatikan silaturrahim. "erkadang dengan bentuk perintah secara gamblang, janji ganjaran menarik, atau juga dengan cara ancaman bagi mereka yang tidak menjalankannya. Allah ta’ala memerintahkan berbuat baik pada kaum kerabat, #  ودبع و و تشرك ئي د ا واسح إ!  و"  ر #  "$  ا% ي ويكا س &  و'  ا (  و) "  ر #  '  ا (  و*+(  *  اح , -   و*+( ا و. يب س-  $  و/01$ 20  ا &  3 4 - إ * 5 6   $ 4 ا ك ا %7$ '  78 $. Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan- Nya dengan sesuatu apa pun. Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat,  anak-anak yatim, orang- orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman, musafr dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”. %S. An&isa’: '(. )asulullah shallallahu’alaihiwasallam menerangkan bahwa silaturrahim merupakan pertanda keimanan seorang hamba kepada Allah dan hari akhir, #   ن$ 4 ا ك$9  - ا :  ي و; ر <=  .,  ي 18 &  ح' $ arang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir! hendaklah ia bersilaturrahim”. *). +ukhari dari Abu *urairah.

Makna silaturrahim

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makna silaturhamin jhwdjwhj

Citation preview

Makna silaturrahimSilaturrahmi tersusun dari dua kosa kata Arab;shilahyang berarti menyambung danrahimyang berarti rahim wanita, dan dipakai bahasa kiasan untuk makna hubungan kerabat.Jadi silaturrahim bermakna: menyambung hubungan dengan kerabat. Dari keterangan ini, bisa disimpulkan bahwa secara bahasa Arab dan istilah syari, penggunaan kata silaturrahim untuk makna sembarang pertemuan atau kunjungan dengan orang-orang yang tidak memiliki hubungan kerabat, sebenarnya kurang pas.Motivasi untuk bersilaturrahimSilaturrahim bukanlah murni adat istiadat, namun ia merupakan bagian dari syariat. Amat bervariasi cara agama kita dalam memotivasi umatnya untuk memperhatikan silaturrahim. Terkadang dengan bentuk perintah secara gamblang, janji ganjaran menarik, atau juga dengan cara ancaman bagi mereka yang tidak menjalankannya.Allahtaalamemerintahkan berbuat baik pada kaum kerabat, .Artinya:Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Sertaberbuat baiklah kepadakedua orangtua,karib-kerabat,anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.QS. An-Nisa: 36.Rasulullahshallallahualaihiwasallammenerangkan bahwasilaturrahim merupakan pertanda keimanan seorang hamba kepada Allah dan hari akhir, Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir; hendaklah ia bersilaturrahim.HR. Bukhari dari Abu Hurairah.Beliau jugamenjanjikan bahwa di antarabuah dari silaturrahim adalah keluasan rizki dan umur yang panjang, .Barang siapa menginginkan untuk diluaskan rizkinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim.HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik.Catatan:Hadits tadi seakan kontradiktif dengan firman Allahtaala, .Artinya:Setiap umat mempunyai ajal. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.QS. Al-Araf: 34.Ada beberapa alternatif penafsiran yang ditawarkan para ulama untuk memadukan antara dua nas di atas. Antara lain:Pertama:Pengunduran ajal merupakan kiasan dari keberkahan umur. Atau dengan kata lain, silaturrahmi menjadikan seseorang meraih taufik untuk berbuat ketaatan dan menjauhi maksiat; sehingga namanya tetap harum, walaupun telah meninggal dunia. Sehingga seakan-akan ia belum mati.Kedua:Silaturrahim memang nyata benar-benar menambah umur dan mengundur ajal seseorang. Dan waktu ajal yang dimaksud dalam hadits di atas adalah apa yang tertulis dalam catatan malaikat penganggung jawab umur. Sedangkan waktu ajal yang dimaksud dalam ayat adalah apa yang ada dalam ilmu Allah (lauh al-mahfuzh).Misalnya: malaikat mendapat berita dari Allah bahwa umur fulan 100 tahun jika ia bersilaturrahim dan 60 tahun jika ia tidak bersilaturrahim. Dan Allah telah mengetahui apakah fulan tadi akan bersilaturrahim atau tidak. Waktu ajal yang ada dalam ilmu Allah inilah yang tidak akan ditunda maupun dipercepat, adapun waktu ajal yang ada di ilmu malaikat ini bisa diundur maupun diajukan.Keterangan tersebut diisyaratkan dalam firman Allahtaala, .Artinya:Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat ummul kitab (Lauh al-Mahfuzh).QS. Ar-Radu: 39.Takdir yang masih berpeluang untuk dihapus dan ditetapkan adalah apa yang ada dalam catatan malaikat. Adapun takdir yang termaktub dalamlauh al-mahfuzhdi sisi Allah maka ini sama sekali tidak akan ada perubahan.Kembali kepada pembahasan tentang silaturrahmi. Orang yang tidak menjaga tali persaudaraan dia terancam dengan hukuman di dunia maupun di akhirat. Di antara kerugian duniawi yang akan menimpa pemutus tali silaturrahim:dia akan terputus dari kasih sayang Allah,sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi, .Barang siapa menyambungmu (silaturrahmi) maka Aku akan bersambung dengannya, dan barang siapa memutusmu (silaturrahmi); maka Aku akan memutuskan (hubungan)Ku dengannya.HR. Bukhari dari Abu Hurairah.Ganjaran di akhirat bagi pemutus tali silaturrahim lebih mengerikan lagi!Terhalang untuk masuk surga!Naudzubillahi min dzalikDari Jubair bin Muthim bahwa Rasulullahshallallahualaihiwasallambersabda, .Tidak akan masuk surga pemutus (silaturrahim).HR. Bukhari dan Muslim.Hakikat silaturrahimGanjaran menarik yang dijanjikan untuk orang-orang yang bersilaturrahim tersebut di atas tentu amat menggiurkan, sebaliknya ancaman bagi mereka yang enggan bersilaturrahim juga mengerikan, sehingga tidak mengherankan jika kita dapatkan banyak kaum muslimin yang gemar bersilaturrahim, apalagi di tanah air kita yang adat ketimurannya masih cukup kental. Hanya saja ada sebagian orang merasa bahwa ia telah mempraktekkan silaturrahim, padahal sebenarnya belum. Hal itu bersumber dari kekurangpahaman mereka akan hakikat silaturrahmi. Rasulullahshallallahualaihiwasallammenjelaskan, .Penyambung silaturrahmi (yang hakiki) bukanlah orang yang menyambung hubungan dengan kerabat manakala mereka menyambungnya. Namun penyambung hakiki adalah orang yang jika hubungan kerabatnya diputus maka ia akan menyambungnya.HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr.Sebab kata menyambung mengandung makna menyambungkan sesuatu yang telah putus. Adapun orang yang menjaga hubungan kaum kerabat manakala mereka menjaganya, pada hakikatnya dia bukanlah sedang menyambung hubungan, namun ia hanya mengimbangi atau membalas kebaikan kerabat dengan kebaikan serupa.Membumikan sabda Nabishallallahualaihiwasallamtersebut di atas dalam kehidupan sehari-hari kita, tentunya bukan suatu hal yang ringan; sebab kita harus mengorbankan perasaan. Bagaimana tidak, sedangkan kita tertuntut untuk berbuat baik terhadap orang yang menyakiti kita, tersenyum pada orang yang cemberut pada kita, memuji orang yang mencela kita, memberi orang yang enggan memberi kita, dan sifat-sifat mulia berat lainnya. Karena itulah ganjaran yang dijanjikan Allah pun besar. Abu Hurairah bercerita, : !. : Pernah ada seseorang yang mengadu kepada Rasulullahshallallahualaihiwasallam, Wahai Rasul, saya memiliki kerabat yang berusaha untuk kusambung namun mereka memutus (hubungan dengan)ku, aku berusaha berbuat baik padanya namun mereka menyakitiku, aku mengasihi mereka namun mereka berbuat jahat padaku!.Andaikan kenyataannya sebagaimana yang kau katakan, maka sejatinya engkau bagaikan sedang memberinya makan abu panas. Dan selama sikapmu seperti itu; niscaya engkau akan senantiasa mendapatkan pertolongan Allah dalam menghadapi mereka.HR. Muslim.Menurut al-Hafizh Ibn Hajar, dalam menyikapi silaturrahim, manusia terbagi menjadi tiga tingkatan: Penyambung hakiki silaturrahim. Yakni mereka yang tetap menyambung silaturrahim manakala diputus. Pembalas jasa. Yakni mereka yang bersilaturrahmi dengan kerabat yang mau bersilaturrahim padanya dan berbuat baik manakala ia dibaiki. Pemutus silaturrahim.Konsekwensi silaturrahimSilaturrahim bukan hanya diwujudkan dalam bentuk berkunjung ke rumah kerabat atau mengadakan arisan keluarga, namun ia memiliki makna yang lebih dalam dari itu. Silaturrahim memiliki berbagai konsekwensi yang harus dipenuhi seorang insan, di antaranya:1. Mendakwahi kerabatDalam Islam, kerabat mendapatkan prioritas utama untuk didakwahi. Allahtaalamemerintahkan Nabi-Nyashallallahualaihiwasallamdi awal masa dakwah beliau, .Artinya:Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.QS. Asy-Syuara: 214.Dengan bahasa yang santun, ingatkanlah kerabat kita yang masih percaya dengan jimat, yang masih gemar pergi ke dukun, yang shalatnya masih bolong-bolong, yang belum berpuasa Ramadhan, yang masih enggan mengeluarkan zakat dan yang semisal. Berbagai nasehat tadi bisa disampaikan kepada yang bersangkutan secara langsung, atau bisa pula ditransfer melalui siraman rohani yang biasa diletakkan di awal rentetan acara arisan atau pertemuan berkala keluarga.Persaudaraan yang dibumbui dengan budaya saling menasehati inilah yang akan abadi hingga di alam akhirat kelak. Adapun persaudaraan yang berkonsekwensi mengorbankan prinsip ini; maka itu hanyalah persaudaraan semu, yang justru di hari akhir nanti akan berbalik menjadi permusuhan. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allahtaala, .Artinya:Teman-teman karib pada hari itu (hari kiamat) saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.QS. Az-Zukhruf: 67.2. Saling bantu-membantuOrang yang membantu kerabat akan mendapat pahala dobel; pahala sedekah dan pahala silaturrahim. Rasulullahshallallahualaihiwasallambersabda, .Sedekah terhadap kaum miskin (berpahala) sedekah. Sedangkan sedekah terhadap kaum kerabat (berpahala) dobel; pahala sedekah dan pahala silaturrahim.HR. Tirmidzi dari Salman bin Amir. At-Tirmidzi menilai hadits inihasan.Berbuat baik terhadap kerabat, selain berpahala besar, juga merupakan sarana manjur untuk mendakwahi mereka. Andaikan kita rajin menyambung silaturrahim, gemar memberi dan berbagi dengan kerabat, selalu menanyakan kondisi dan kabar mereka, menyertai kebahagiaan dan kesedihan mereka; tentu mereka akan berkenan mendengar omongan kita serta menerima nasehat kita; sebab mereka merasakan kasih sayang dan perhatian ekstra kita pada mereka.3. Saling memaafkan kesalahanDalam kehidupan interaksi sesama kerabat, timbulnya gesekan dan riak-riak kecil antar anggota keluarga merupakan suatu hal yang amat wajar. Sebab manusia merupakan sosok yang tidak lepas dari salah dan alpa. Namun fenomena itu akan berubah menjadi tidak wajar manakala luka yang muncul akibat kekeliruan tersebut tetap dipelihara dan tidak segera diobati dengan saling memaafkan.Betapa banyak keluarga besar yang terbelah menjadi dua, hanya akibat merasa gengsi untuk memaafkan kesalahan-kesalahan sepele. Padahal karakter pemaaf merupakan salah satu sifat mulia yang amat dianjurkan dalam Islam.Allahtaalaberfirman, .Artinya:Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan, serta jangan pedulikan orang-orang jahil.QS. Al-Araf: 199.Namun ada suatu praktek keliru dalam mengamalkan sifat mulia ini yang perlu diluruskan. Yaitu: mengkhususkan hari raya Idhul Fitri sebagai momen untuk saling memaafkan. Jika minta maaf tidak dilakukan di hari lebaran seakan-akan menjadi tidak sah, atau minimal kurang afdhal. Sehingga maraklah acara halal bihalal di bulan Syawal. Padahal kita diperintahkan untuk saling memaafkan sepanjang tahun dan tidak menumpuk-numpuk kesalahan setahun penuh, lalu minta maafnya baru dirapel di hari lebaran. Jika belum sempat berjumpa dengan idhul fitri, lalu keburu dipanggil Allah, alangkah malangnya nasib dia di akherat!Keyakinan tersebut juga berimbas pada ucapan selamat idhul fitri yang serasa kurang jika tidak dibumbui kalimat mohon maaf lahir batin. Padahal dahulu para sahabat Nabishallallahualaihiwasallammanakala saling mengucapkan selamat di hari raya, redaksi yang diucapkan adalah:taqabbalallah minna wa minkum.Dan kalimat ini jelas lebih sempurna; sebab tidak semata-mata bermuatan ucapan selamat, namun juga mengandung doa agar Allah menerima amalan orang yang mengucapkan selamat maupun yang diberi selamat.Ranjau-ranjau silaturrahimSebelum munculnya agama Islam, dalam adat istiadat komunitas Arab telah dikenal persaudaraan antar kerabat, dan itu juga mereka anggap sebagai salah satu akhlak mulia. Kemudian Islam datang dengan membawa ajaran serupa yang diistilahkan dengan silaturrahmi, namun dengan format dan aturan yang lebih sempurna. Sisi-sisi kekurangan dalam silaturrahmi versi adat jahiliyah dibenahi, sehingga karakter mulia tersebut semakin terlihat indah dan menarik.Kita hidup di tanah air yang menjunjung tinggi adat ketimuran. Dalam budaya kita pun menjalin hubungan persaudaraan dikenal sebagai perilaku mulia. Hanya saja praktek sebagian kalangan terkadang menodai kesucian silaturrahmi. Sisi-sisi negatif dalam silaturrahmi mereka inilah yang penulis istilahkan dengan ranjau silaturrahim.Di antara perilaku yang seharusnya dihindari dalam menjalin silaturrahim:1. FanatismeSalah satu musibah besar yang menimpa umat Islam dewasa ini adalah: perpecahan di antara mereka. Di antara faktor terbesar yang menimbulkan perpecahan adalah adanya rumah-rumah lain di dalam rumah besar Islam. Apalagi manakala hal itu diiringi dengan fanatisme buta sesama anggota rumah-rumah kecil tersebut. Sehingga seakan kebenaran hanyalah ada dalam diri mereka. Padahal sebagai umat Islam kita tidak boleh bersikap fanatik kecuali kepada kebenaran; yakni al-Quran dan Sunnah Rasulshallalahualaihiwasallamdengan pemahaman para sahabat Nabishallallahualaihiwasallam.Paguyuban keluarga juga berpeluang menimbulkan fanatisme tercela, jika tidak senantiasa disuntik arahan agama dan dipoles sentuhan islami.2. Lunturnya sikap adil.Perasaanpakewuhterhadap saudara terkadang menjerumuskan seseorang untuk segan mengucapkan yang haq. Apalagi manakala hal itu merugikan saudara sendiri. Contoh nyatanya manakala kita dihadapkan untuk menjadi saksi dalam suatu kasus, yang pelakunya adalah saudara kita sendiri. Manakala kita menyampaikan fakta sebenarnya, hal itu akan mengakibatkan dia mendekam di hotel prodeo dan kerabat lainnya menjauhi kita, namuninsyaAllahbuahnya kita akan disayang Allah. Sebaliknya jika kita menyembunyikan kebenaran, mungkin saudara kita akan selamat, kita akan disanjung kaum kerabat, namun akibatnya dimurkai Allah.Dalam kondisi simalakama inilah keimanan kita diuji; apakah akan mementingkan keridhaan Allah atau pujian manusia?Panutan kita semua; Rasulullahshallallahualaihiwasallammencontohkan sikap adil dalam sabdanya, ! Demi Allah, andaikan putriku Fatimah mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya.HR. Bukhari (hal. 716 no. 3475) dan Muslim (XI/189 no. 4389) dengan redaksi Bukhari.3. Berjabat tangan dengan non mahramBersalaman merupakan salah satu ibadah mulia yang menjanjikan ganjaran menggiurkan. Nabi kitashallallahualaihiwasallammenerangkan, .Tidaklah ada dua orang muslim yang bertemu lalu saling bersalaman, melainkan dosa keduanya akan diampuni sebelum mereka berdua berpisah.HR. Abu Dawud dari al-Bara bin Azib dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.Namun manakala yang diajak bersalaman adalah orang-orang yang sebenarnya tidak boleh kita salami, maka saat itu justru dosalah yang menanti kita.Rasulullahshallallahualaihiwasallambersabda, .Lebih baik kepala kalian ditusuk dengan jarum dari besi daripada ia memegang wanita yang tidak halal baginya.HR. Thabarany (XX/212 no. 487) dari Maqil bin Yasar dan dinilai kuat oleh al-Mundzirydan al-Albany.Walaupun dengan alasan menjalin hubungan silaturrahim, praktek di atas tetap tidak bisa dibenarkan. Sebab Nabi kitashallallahualaihiwasallammerupakan sosok yang paling piawai dalam menjalin hubungan silaturrahmi, pun demikian beliau tetap menghindari berjabat tangan dengan wanita non mahram. Bahkan dalam momen sesakral baiat saja, beliau tidak menjabat tangan kaum mukminat. Sebagaimana diceritakan istri beliau; Aisyahradhiyallahuanha, , : .Tidak demi Allah, tangan beliau sekalipun tidak pernah menyentuh tangan wanita saat baiat. Beliau hanya membaiat mereka dengan berkata, Aku telah membaiatmu untuk hal itu.HR. Bukhari.Sebagian orang mengira bahwa setiap yang memiliki hubungan kerabat dengannya dikategorikan mahram kita. Hanya orang-orang tertentu saja yang dianggap mahram kita. Di antaranya: golongan yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, .Artinya:Diharamkan atas kalian (menikahi)ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudara (kandung)mu yang perempuan, saudara-saudara (kandung) ayahmu yang perempuan, saudara-saudara (kandung) ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudara (kandung)mu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudara (kandung)mu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri)yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya). (Dan diharamkan bagimu pula)istri-istri anak kandungmu (menantu).QS. An-Nisa: 23.Tentu tidak mudah menerapkan hal tersebut, apalagi di komunitas yang masih belum begitu memahami aturan syariat ini. Di sinilah kita menyadari betapa besarnya tugas dan kewajiban para ulama, dai, ustadz, mubaligh atau siapa saja yang telah mengetahui hukum ini, untuk menerangkan hal itu pada masyarakat, dan juga mempraktekkannya. Bukan justru larut dalam arus kebiasaan yang keliru, atau mempertahankan status quo yang tidak benar.Namun demikian, mereka yang telah mengetahui hukum ini dan telah bertekad untuk mempraktekkannya, tatkala menghindari jabat tangan dengan non mahram, hendaklah ia melakukan hal tersebut dengan santun dan lemah lembut, serta diiringi dengan muka yang manis. Dengan harapan hal itu bisa sedikit mencairkan suasana yang barangkali akan terasa kaku. Dia bisa menyatukan kedua tangannya di depan dada, sebagai ungkapan rasa hormatnya kepada yang mengajaknya bersalaman, tanpa harus menyentuh tangan yang di hadapannya. Dengan berjalannya waktu,insyaAllahhubungan yang awalnya akan terasa renggang akan erat kembali. Dan tentunya erat dilandasi syariatSemoga tulisan ringkas ini bermanfaat bagi kita untuk lebih memaknai silaturrahim,amien ya rabbal alamien.Wallahu alam, wa shallallahu ala nabiyyina Muhammadin wa ala alihi wa shahbihi ajmain.Oleh:Abdullah Zaen, Lc, MAPesantren Tunas Ilmu Kedungwuluh Purbalingga, Senin, 4 Syawal 1431 / 13 September 2010Dipublikasikan olehwww.salafiyunpad.wordpress.comCatatan kakiLihat:Lisn al-Arabkarya Ibn Manzhur (XV/316).Lihat:Mujmal al-Lughahkarya Ibn Faris (II/424) danMufradt Alfzh al-Qurankarya ar-Raghib al-Ashfahany (hal. 347).Lihat:Fath al-Bry Syarh Shahih al-Bukharykarya Ibn Hajar al-Asqalany (X/510-511).Perumpaan akan apa yang akan menimpa mereka berupa dosa, sebagaimana orang yang memakan abu panas akan merasa kesakitan. Lihat:Bahjah an-Nzhirn Syarh Riydh ash-Shlihnkarya Syaikh Salim al-Hilaly (I/394-395).Lihat:Fath al-Bry(X/520).Lihat:Fiqh al-Akhlq wa al-Mumalt maa al-Muminnkarya Syaikh Mushthafa al-Adawy(IV/13).Diriwayatkan oleh Zahir bin Thahir dalamTuhfah Ied al-Fithr,sebagaimana disebutkan as-Suyuthi dalamWushl al-Amni bi Ushl at-Tahni,hal. 42. Ibn Hajar al-Asqalni dalamFath al-Bri,II/575 menilaisanadnyahasan,begitu pula as-Suyuthi.Mahram adalah istilah untuk orang yang haram untuk kita nikahi. Di Indonesia biasa diistilahkan dengan muhrim dan ini kurang tepat; sebab secara bahasa Arab, kata muhrim bermakna orang yang berihram.Dalamat-Targhib wa at-Tarhb(II/765 no. 2799) beliau berkata, Para perawi hadits ini dalam ath-Thabarany orang-orang yang terpercaya dan para perawi kitabash-Shahih.Lihat:Silsilah al-Ahdts ash-Shahhah(I/447-449 no. 226).Beri peringkat: