Malam terasa dingin di kota ini. Seperti ada yang hilang disini, kurang lengkap rasanya. Aku melanjutkan menulis apa yang menjadi pekerjaanku sekarang. Di meja sudah tertinggal 2 cangkir kopi pahit dan setengah cangkirnya lagi belum habis aku minum. Iya, semenjak itu aku lebih memilih kopi pahit dibanding teh hijau abadiku.

“Kamu mau pesen apa?”

“Aku green tea aja deh”

“Kamu mau apa?”

“Kopi Hitam”

“Are you sure?...”

“Kenapa?” Aku sangat suka ekspresinya saat ia mulai mengembangkan senyumnya yang pelit itu dengan mata penuh keyakinannya

“Gapapa sih, tapi kan pahit loh” Aku pun seketika mengalihkan pandanganku dari matanya yang bila sedetik lagi aku melihatnya rasanya aku ingin pingsan di dalam pelukannya.

“Kenapa kamu harus merasakan rasa manis hanya dari makanan yang manusia manapun bisa membuatnya? Masih banyak hal manis diluar sana yang kalo kamu rasakan rasanya lebih abadi dari rasa manis buatan manusia”

Rasanya sulit melupakan apa yang telah aku dan kamu lakukan berdua