Malpraktik medis

  • Upload
    rina-ms

  • View
    32

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan ajar kuliah

Citation preview

  • MALPRAKTIK MEDISSUATU TINJAUAN DARI PERSPEKTIF ETIKA DAN MORAL

  • Pengantarsejarah kedokteran, seluruh umat manusia mengakui serta mengetahui adanya beberapa sifat mendasar (fundamental) yang melekat secara mutlak pada diri seorang dokter yang baik dan bijaksana. Sifat-sifat itu adalah sifat ketuhanan, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan kerja, integritas ilmiah dan sosial, serta kesejawatan yang tidak diragukan. Kode Etik Kedokteran Indonesia hasil Mukernas Etik Kedokteran III 2001: Mukadimah Alinea kedua). Dokter sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat memang mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.

  • Landasan utama dokter melakukan tindakan medis terhadap orang lain :adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan kompetensi yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang dimilikinya harus terus-menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.

  • Sifat Khas Profesi DokterPembenaran yang diberikan oleh hukum, yaitu diperkenankannya melakukan tindakan medis terhadap manusia dalam upaya memelihara dan meningatkan derajat kesehatan

    Bukan dokter = Tindak Pidana

  • Profesi dokter adalah mulia Idealnya harus tunduk kepada : Ketentuan hukum yang berlaku yakni KUHPidana beserta hukum acaranya (KUHAP), KUHPerdata dan UU Perlindungan Konsumen beserta hukum acaranya (HIR), UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, dan UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran. UU No. 40/2009 ttg RS dan semua ketentuan pemerintah yang berlaku di bidang kesehatan.Kode etik profesi sebagaimana yang tertuang dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki). Standar profesi/standar pelayanan medis dan standar prosedur operasional. Indikasi medis dan Kebutuhan medis pasien.

  • Perspektif etik profesi, dokter mempunyai dua bentuk pertanggungjawaban. tanggung jawab etik seorang dokter, sebagaimana diatur dalam Kodeki: a. kewajiban umum (Pasal 1 s/d 9). b. Kewajiban dokter terhadap pasien (Pasal 10 s/d 13). c. Kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya (Pasal 14 dan 15) d. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri (Pasal 16 dan 17).Pertanggungjawaban kedua adalah tanggung jawab profesi. Terkait hal ini, sejak pertengahan tahun 1997 telah terjadi berbagai krisis di Indonesia. Termasuk krisis malpraktik yang dilakukan oleh dokter dan rumah sakit, yang membawa implikasi secara luas terhadap timbulnya dekadensi agama, moral, serta etika

  • kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat cepat >< perkembangan hukum. Ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti. Profesi medis atau dokter menjadi penuh resiko, baik atas apa yang telah diketahui sebelumnya atau tidak. Yang dapat dicegah ada kalanya tidak dapat diatasi. Sementara, asuhan medis merupakan proses yang rumit di mana hasilnya tergantung kepada banyak variabel, bukan hanya dokter saja.

  • Salah Kaprah Definisi Malpraktik Bagi sebagian besar aparat penegak hukum : Polisi, Jaksa, Hakim, Pengacara tidak jelas

    Apalagi masyarakat awam

    Malpraktik Medis World Medical Association (WMA) pada tahun 1992 yaitu : kegagalan dokter untuk memenuhi standar pengobatan dan perawatan terhadap pasien atau adanya kekurangan keterampilan atau kelalaian dalam pengobatan dan perawatan yang menimbulkan cedera pada pasien

  • Berdasarkan defenisi di atas : 1.Tidak semua kegagalan medis disebabkan oleh malpraktik kedokteran. 2.Tindakan medis yang telah sesuai standar X malpraktik3.Perjalanan penyakit yang semakin berat, reaksi tubuh yang tidak dapat diramalkan, komplikasi penyakit, dan penyakit-penyakit yang terjadi secara bersamaan. X malpraktik4.Pembuktian tidak mudah hakim butuh saksi ahli peer group dari dokter tergugat 5.Pelanggaran etik profesi X malpraktik

  • Sesuatu perbuatan atau sikap medis dapat dianggap lalai jika ia telah memenuhi empat unsur (4D), yaitu Duty. Di sini ada kewajiban medis untuk melakukan tindakan medis tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu. 2.Derelection of duty. Dalam hal ini, ada penyimpangan kewajiban tersebut. 3. Damage. Ini adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan kedokteran yang diberikan. 4. Direct causal relationship. Maksudnya, dapat dibuktikan adanya hubungan sebab akibat yang nyata antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian.

  • Meningkatnya tuntutan atas malpraktikI. Sudut Pelaku / subjek (pasien dan dokter)1. Sudut pasien disebabkan : a.Krisis multidimensi menyebabkan masyarakat menjadi stres dan menjadi mudah menuntut. b. Berkembangnya kesadaran HAM c. Kesalahpahaman bahwa kematian selalu karena malpraktik, padahal dapat disebabkan karena proses penyakitnya sendiri, resiko tindakan, d. Pemberitaan media yang cenderung negatif yang menimbulkan sikap penyerangan terhadap dokter maupun rumah sakit

  • 2. Sudut pandang dokter : a. Nilai masyarakat yang saat ini bersifat individualis dan materialistik yang dapat mempengaruhi dokter atas honor yang tinggi. b.Penggunaan tekhnologi dan obat yang tinggi sehingga menimbulkan biaya pengobatan menjadi mahal. c. Masyarakat semakin maju dan menuntut informasi yang lebih banyak, sementara kemampuan komunikasi dokter kurang karena tidak dibekali semasa pendidikannya di Fakultas Kedokteran. d. Perubahan sikap dokter dari low tech-high touch menjadi high techlow touch, yang idealnya adalah high techhigh touch. e. Belum mantapnya prinsip etika sebagai landasan praktik dokter dan pelayanan pasien rumah sakit

  • II.Dari aspek sosial dan yuridis : adanya pergeseran dan perubahan nilai-nilai sosial dalam masayarakat tentang ruang lingkup kesehatan dan praktik kedokteran sehingga tidak terjangkau oleh hukum

    Dulu bersifat altruistik ; mementingkan mensejahterakan orang lain dari pada kepentingannya sendiri Sekarang komersial: segala sesuatu diukur secara ekonomis (uang)

  • Menurut doktrin ilmu pengetahuan tentang etika dan moral, terdapat prinsip yang harus dipatuhi, yaitu etika yang senantiasa terkait dengan konsep ideal yang memuat tatanan etik dalam pergaulan yang melandasi tingkah laku untuk mewujudkan tata hubungan pergaulan manusia berdasarkan pada azas-azas baku, ideal, dan penuh harmonisasi. Dalam konteks profesionalisme, etika memberikan jawaban dan sekaligus pertangungjawaban tentang ajaran moral, yaitu bagaimana seseorang yang berprofesi harus bersikap, berprilaku, dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

  • KESIMPULAN : 1). Tidak semua permasalahan/benturan yang timbul dalam pergaulan hidup bermasyarakat dapat dijangkau oleh hukum. 2). Dokter bukanlah malaikat, juga bukan nabi/rasul, tetapi adalah manusia juga yang mempunyai keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan sehingga tidak semua perkataan dokter (diagnosa) mutlak harus diikuti oleh pasien.

  • malpraktik dapat dicegah melalui pendekatan etika & moral, dengan cara(kembali ke persoalan panggilan hati nurani), yakni : 1.Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat sebagai pengguna jasa kesehatan, sehingga dapat ditingkatkan pemahaman tentang ruang lingkup dan batasan-batasan tentang malpraktik medis. 2.Profesi dokter adalah profesi yang mulia, sehingga profesi tersebut tidak boleh dicemari dengan praktik-praktik yang selalu bersifat komersial. 3.Perlu ada pendidikan khusus kepada calon dokter mengenai kompetensi, prilaku, sikap, dan norma-norma yang harus diikuti.

  • Lanjutan 4.Pelaksanaan profesi kedokteran dalam memberikan pelayanan medis dan klinis harus sesuai dengan kode etik profesi sebagaimana tercantum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki), karena pada akhirnya malpraktik medis juga saling berkorelasi dengan variabel tingkat pemenuhan Kode Etik Profesi serta aktualisasi diri. 5.Meningkatkan aktualisasi diri. Menurut konsep Islam, aktualisasi diri beriringan dengan pendapat bahwa sebaik-baiknya manusia adalah menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. 6.Tindakan medis yang dilakukan kepada pasien harus semata-mata berdasarkan pertimbangan kebutuhan medis pasien yang bersangkutan.

  • KEGAGALAN PENGOBATAN

  • Ukuran kegagalan seorang dokter dalam melakukan pengobatan kepada pasien walaupun tidak semuanya dikatakan dapat diukur, paling tidak untuk sebagian besar kasus yang muncul ke permukaan dapat menggunakan ukuran Standar Profesi Medis sebagaimana yang dikemukakan oleh Van der Mijn, dan Leneen

  • Van der Mijn : bahwa dalam melaksanakan profesinya, seorang dokter perlu berpegang kepada tiga ukuran yang umum yaitu : 1).Kewenangan, yakni kewenangan hukum (rechtbevoegheid) yang dipunyai oleh seorang dokter untuk melaksanakan pekerjaannya. 2).Kemampuan rata-rata, banyak faktor yang menentukan kemampuan rata-rata seorang dokter diantaranya pengalaman, fasilitas, sarana prasarana, dan letak geografis dimana dokter tersebut menjalankan pekerjaannya. 3).Ketelitan yang umum, yakni akan melakukan ketelitian yang sama dalam situasi dan kondisi yang sama.

  • Leneen : Norma Standar Profesi Medis dapat diformulasikan sebagai berikut : 1).Terapi (yang berupa tindakan medik tertentu) harus teliti; 2).Harus sesuai dengan ukuran medis (kriteria mana ditentukan dalam kasus kongkret yang dilaksanakan berdasarkan ilmu pengetahuan medik), yang berupa cara tindakan medis tertentu. Dan tindakan medis yang dilakukan haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan medik dengan pengalaman; 3).Sesuai dengan kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh seorang dokter dengan kategori keahlian medis yang sama; 4).Dalam kondisi yang sama; 5).Dengan sarana dan upaya yang wajar sesuai dengan tujuan kongkrit tindakan medis tertentu tersebut.

  • Jika dokter telah bekerja dengan seksama atau tidak melakukan/kelalaian, maka apabila terjadi sesuatu pada pasien, maka dokter tidak dapat dimintakan tanggung jawabnya baik secara perdata maupun pidana. Ilmu kedokteran bukan ilmu pasti, maka hasil akhir dari suatu pengobatan yang gagal tidak dapat semuanya dianggap sebagai suatu kesalahan atau kelalaian yang dapat diajukan sebagai gugatan atau tuntutan baik secara perdata maupun sacara pidana

  • Hasil akhir suatu pengobatan Sangat tergantung pada banyak faktor, dapat saja menimbulkan cacat dan kematian antara lain dapat merupakan akibat dari : 1).Perjalanan dan komplikasi dari penyakitnya sendiri (clinical course of disease), 2).Resiko medis (Medical risks), 3).Resiko tindakan operatif (Surgical risks), 4).Efek samping pengobatan dan tindakan (Adverse effect or reaction), 5).Akibat keterbatasan fasilitas (Limitation of resource),6).Kecelakaan medik (Medical accident), 7).Ketidaktepatan diagnosis (Error of judgement), 8).Kelalaian medik (Medical negligence). 9).Malpraktik medik (Medical malpractice).

  • Dalam doktrin hukum kedokteran ada satu hal lagi yang harus menjadi perhatian jika kita adalah seorang pasien yakni : patien contributory negligence yang dapat diterjemahkan secara bebas sebagai pasien turut bersalah, bahwa : bukan hanya dokter atau perawat (termasuk tenaga kesehatan lainnya) yang bisa dianggap lalai, pihak pasien pun dapat turut bersalah (patien contributory negligence) sehingga berkemungkinan menyebabkan penyakitnya bertambah buruk.

  • Hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai patien contributory negligence antara lain : 1).Pasien tidak mentaati instruksi dokternya (termasuk di dalamnya tidak memakan obat yang sesuai dengan resep dokter). 2).Pasien menolak cara pengobatan yang diusulkan (misal: pasien menolak operasi kemudian meninggal, dokter tidak dapat dipersalahkan. Termasuk dalam hal pulang paksa : pulang dari rawat inap atas kemauan pasien / bukan atas anjuran dokter). 3).Pasien tidak sejujurnya memberikan informasi atau tidak memberikan informasi yang akurat atau menyesatkan.

  • KESIMPULANKegagalan seorang dokter melakukan upaya penyembuhan / pengobatan dimana dokter tersebut telah melakukan usaha keras dengan hati-hati dan kesungguhan (met zorg en inspanning) menjalankan tugas dalam memenuhi kewajibannya sebagai pihak yang memberikan pelayanan kedokteran, tidak dapat dimintakan pertanggung jawabannya atas kegagalan tersebut. Atau dengan kata lain bahwa kegagalan upaya penyembuhan / pengobatan pasien dimana dokter telah menjalankan tugasnya sesuai standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan medis berdasarkan kebutuhan / indikasi medis dan persetujuan pasien yang bersangkutan untuk pelaksanaan tindakan medisnya bukan suatu perbuatan Malpraktik Kedokteran

  • Sebagai pasien kita harus memahami : Dokter bukanlah Tuhan yang dapat menentukan kesembuhan seseorang. Semua penyakit datangnya dari Allah, maka Allah lah yang Maha Penyembuh.

    Sebagai dokter harus memahami bahwa : karena tanggung jawab dokter dalam hukum sedemikian luasnya, maka dokter juga harus mengerti dan memahami ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya. Termasuk didalamnya tentang pemahaman hak-hak dan kewajiban dalam menjalankan profesi sebagai dokter.

  • PERSOALAN KLASIK PELAKSANAAN TINDAKAN MEDIK

  • PengantarOperasi adalah salah satu teraphy tindakan medik untuk pemulihan kesehatan seseorang yang menderita penyakit serius.

    Bagi orang awam :takut, khawatir akan rasa sakit, dan faktor psiklogis lainnya : berapa lama dirawat, siapa yang menunggu selama dirawat, setelah operasi sembuh atau tidak?terutama berapa biaya ?

  • TIMBUL ?Apakah tindakan medik tersebut (baik bedah maupun invasif lainnya) telah dilakukan berdasarkan indikasi medis pasien ybs?Apakah sebelum tindakan dilakukan, pasien telah di informed (dijelaskan) yang lengkap dan adequate ? Apakah untuk melakukan tindakan medik tsb dokter telah meminta perseujuan pasien (Consent) ?Apakah pasien telah diberikan kesempatan untuk meminta pendapat kedua (second opinion) dari dokter lain jika ia ragu atas diagnosa dokter tsb?Apakan tindakan medik yang dilakukan telah sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan medis dan SOP?

  • INDIKASI MEDIS :Adalah petunjuk yang menjadi alasan dilakukannya tindakan medik terhadap penyakit tertentu dalam situasi dan kondisi tertentu. Dapat berupa : 1.Indicatio causalis (indikasi kausal) :Petunjuk untuk melakukan tindakan langsung terhadap sebab penyakit.2.Indicatio curativa / morbi :Petunjuk untuk melakukan pengobatan atas dasar gejala-gejala yang diamati.3.Indicatio Socialis :yakni indikasi sosial yang merupqkan petunjuk pengobatan atas dasar pertimbangan keadaan sosial4. Indicatio symptomatica :Petunjuk atas dasar pertimbangan adanya bahaya maut (kematian)

  • Bukan menjadi rahasia, yang terjadi di tengah-tengah berkembangnya pengetahuan kedokteran indikasi ekonomis ???? Kerja cepat, untung berlimpahKalau ini yang terjadi maka penyalahgunaan profesi (profesionalism abuse) akan terus meluas di dorong oleh arus konsumerisme yang bersifat komersial

  • Tindakan medik yang dilakukan berdasarkan indikasi medis adalah merupakan hak bagi pasien dan kewajiban bagi dokerTindakan medik yang dilakukan tanpa indikasi medis :A.Secara perdata (Psl 1239 KUH Perdata).1. Merupakan perbuatan wanprestasi jika :a.Tidak melakukan yang disanggupi akan dilakukan.b.Terlambat melakukan apa yg diperjanjikam.c.Melaksanakan apa yg dijanjikan, tetapi tidak sesuai dengan yang dijanjikan.d.Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian itu tidak boleh dilakukan.

  • 2.Melakukan perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) berdasarkan Psl 1365 KUH Perdata, yg menurut Arest Hoge Raad (13 Januari 1919) adalah :tindakan atau kelalaian yang memenuhi kriteria melanggar hak orang lain, bertentangan dengan kewajiban hukum itu sendiri, menyalahi pandangan etis yg umum dianut (adat istiadat yg baik), atau kesusilaan yg baik, berlawanan dengan sikap hati-hati yg seharusnya diindahkan dalam pergaulan masyarakat terhadap diri atau benda orang lain.

    Unsur-unsur yg dapat dipakai sebagai dasar perbuatan melawan hukum adalah :- Ada perbuatan melawan hukum- ada kerugian yang diderita, - Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dan kerugian- Ada kesalahan

  • B.Secara Pidana :Khusus diatur dalam Pasal 77 UUPK (UU No. 29/2004) diancam pidana 1 tahun atau denda maksimal 55 juta rupiah bagi setiap dokter / dokter gigi yang tidak menjalankan kewajibannya dalam memberikan pelayanan medis.

  • SEKIAN, TERIMA KASIH, SAMPAI JUMPA