20
#1 # Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton # Klenteng Ban Hin Kiong # Monumen Perang Dunia II # Ikan Raja Laut “Coelacanth” dan masih banyak lagi

Manado City Tour #1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

A digital guidebook contains many information about Manado City Tour: culinary, historical stones & graves, culture, museum, etc.Let's visit Manado!

Citation preview

#1

# Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton

# Klenteng Ban Hin Kiong

# Monumen Perang Dunia II

# Ikan Raja Laut “Coelacanth”

dan masih banyak lagi

Selamat DatangSelamat datang di Manado City Tour! #1, sebuah digital guidebook

(DG) yang diciptakan untuk membantu para wisatawan, domestik maupunmancanegara, untuk menjelajah tempat-tempat wisata atraktif di KotaManado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Penulis akan segera menghadirkanDG lainnya dari serial “Manado, The Beauty of North Sulawesi”; Manado CityTour! #1 ini merupakan edisi perdana.

Pembuatan DG ini murni untuk tujuan publikasi keindahanSulawesi Utara. Sulawesi Utara bukan hanya memiliki Taman Laut Bunakenatau Danau Tondano atau Minahasa Highland, beberapa tempat wisatamenarik juga dapat ditemukan di jantung kota provinsi ini: Kota Manado.Pengerjaan dilakukan oleh Penulis sendiri dengan harapan bisa memberikankontribusi aktif memajukan pariwisata Sulawesi Utara. Penulis sangatmengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pengerjaan DG seriselanjutnya.

Semoga kehadiran DG ini dapat memacu semangat wisata danjelajah yang dimiliki oleh setiap insan pembaca, dan merasa terpanggil untukmenikmati sendiri: “The Beauty of North Sulawesi.”

Sebuah edisi perdana dari Series:

HOW TO GET THERE?

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara

Museum NegeriProvinsi Sulawesi Utara yangberlokasi di Jalan W. R.Supratman ini adalah satu-satunya museum (selainMuseum Kodam XIIIMerdeka) yang merekam jejaksejarah Provinsi Sulut.Museum ini dibuka untukumum setiap hari Senin -Sabtu mulai pukul 09.00 -17.00 WITA tanpa dipungutbiaya masuk.

Angkot trayek Teling, jalan kaki 300m dari depan SD Eben Haezar

Benda-benda yang dipamerkan adalah benda –benda prasejarah milik tiga suku asli penduduk Sulut: Minahasa, Bolaang Mongondow (Bolmong), dan Nusa Utara. Contohnya adalah replika-replika Watu Pinawetengan, Watu Tumotowa, dan Waruga peninggalan Suku Minahasa.Ada juga benda-benda bersejarah milik para pejuang asalSulawesi Utara: Robert Wolter Mongisidi, Pierre Tendean,dan Maria Walanda Maramis.

Dipamerkan juga berbagai ikon Provinsi Sulut, sebut sajaCoelacanth, Tarsius, Burung Manguni, dan Taman LautBunaken. Serta beberapa komoditi asal Sulawesi Utarayang telah mendunia yaitu pala, cengkih, dan kopra, sertayang kini tengah menjadi primadona souvenir asalSulawesi Utara: Kain Bentenan.

Museum Kodam XIII Merdeka

Terletak di seberang RS Ratumbuysang (ex-RSJ), MuseumKodam XIII-Merdeka ini tidak begitu menarik perhatian karenabangunannya yang sederhana. Di samping museum berdiri patungRobert Wolter Mongisidi, seorang Pahlawan Nasional asal SulawesiUtara. Museum seringkali terlihat tutup karena sepi pengunjung,sehingga jika menemukan pintu museum tertutup saat jam operasional,kita bisa langsung menemui sang penjaga yang rumahnya terletak tepatdi samping bangunan museum.

Angkot trayek Sario Kampus,

berhenti di pom bensin Sario

Memasuki pintumuseum, kita disambuttiga patung setengahbadan milik Letkol A.G.Lembong, Mayor DaanMogot, dan Kapten PierreTendean. Hampir diseluruh dinding museumterpajang berbagai fotosejarah perjuangan diTanah Air, serta jejaksejarah para pahlawan dan

pejuang kelahiranSulawesi Utara.

Selain foto-foto, adajuga koleksi meja dan kursiyang digunakan LetkolCHK. WH. Fredrik, SHuntuk mengadili parapemberontak G30S/PKI,koleksi telepon dan radioyang digunakan dalammasa perang berasal dariRusia, Amerika, dan

Eropa, benda-benda sitaandari Operasi Seroja diTimor Timur, bahkankoleksi perlengkapan TariPerang Cakalele.

Begitu banyak koleksiyang bisa menambah ilmupengetahuan, jadi jangansampai melewatkankunjungan ke museum inijika berkunjung ke KotaManado.

Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton & anaknya

Gedung persekolahan Eben Haezardi Kelurahan Teling diapit oleh duakompleks pekuburan: TPU Umat Muslimdi Selatan dan TPU Umat Kristen diUtara. Di kedua lokasi ini juga terdapatsitus wisata menarik.

Permaisuri Sri Sultan HamengkuBuwono V yang wafat pada 25 Mei 1919dimakamkan di TPU Teling (Muslim)bersama dengan putranya, Gusti TimurMuhammad Suryeng Ngalaga. Keduanyadibuang ke Manado pada awal abad 19 ketika masa penjajahan Belanda. Sebagai

bentuk penghormatan, didirikanbangunan khusus untuk kedua makamtersebut dengan pintu yang bisa dikunciagar tidak diusik masyarakat umum. Diluar bangunan terdapat beberapa makamkerabat/keluarga Kanjeng Ratu.

Tepat di depan bangunanmakam itu terdapat makam milik seorangulama dan pejuang Perang Cilegon 1888,Syekh Mas M. Arsyad Thawil Albantaniyang wafat pada 19 Maret 1934.

Angkot trayek Teling (lokasi di

samping SD Eben Haezar)

Monumen Salumpaga Toli-Toli dan Waruga

Masih di kompleks yang sama terdapatjuga makam sekaligus monumen yang,sayangnya, kurang terawat. MonumenSalumpaga Toli-Toli adalah tempatperistirahatan terakhir ketiga pahlawanwarga Desa Salumpaga Kab. Toli-Toli Prov.Sul-Sel yang melawan penjajah Belandatanggal 17 September 1922. Cerita tentangpergolakan ini tidak begitu jelas tercatatdalam lembaran sejarah, sehingga tidak bisadigali lebih jelas kisah kepahlawanan Otto,Hasan, dan Kombong – tiga nama yangterukir di monumen tersebut.

Di kompleks pekuburan warga Kristen,selain terdapat sejumlah kubur milik orangBelanda yang telah menikah dengan penduduksetempat (dapat dikenali dari marganya), jugaterdapat beberapa waruga dalam kondisimemprihatinkan tersebar di berbagai penjurukompleks. Waruga-waruga yang masih utuhdiperkirakan telah ‘bermigrasi’ ke DesaSawangan, yang kini disebut “Museum Waruga”.

Angkot trayek Teling (lokasi di

samping SD Eben Haezar)

Monumen Perang Dunia II

Monumen PD II inidibangun pada 1946-1947 olehSekutu/NICA, karya arsitek Ir.Van den Bosch dengan tinggi40 meter.

Monumen yang berdirikokoh di samping GerejaSentrum ini dibangun sebagaisuatu kenangan terhadapkorban Perang Pasifik, baikdari pihak Sekutu, Jepang,

maupun rakyat semasa PD II(1941-1945).

Terdiri dari 4 buah tiangpenyangga dengan sebuahkubus yang disimbolkansebagai peti jenazah atau berisiabu jenazah korban perang,monumen ini dimaknaisebagai simbol penyerahanarwah korban perang kepadaTuhan YME.

Jalan kaki dari Zero Point (jangan

ragu bertanya arah)

Taman Kesatuan Bangsa & Monumen Dotu Lolong Lasut

TKB pada masa pemerintahankolonial adalah lapangan kecil disebelah timur benteng Amsterdam.Di tahun 1928 pernah berdiri tuguperingatan 250 tahun persahabatanMinahasa dan Belanda yangditandangani 10 Januari 1679.

Tugu beserta bentengAmsterdam hancur ketika Jepangdatang. Pemkot sempat menatakembali tempat ini menjadi tamandengan nama “Lex Kawilarang”sebagai bentuk penghormatan atasjasanya berjuang di masa revolusi.

Pada masa Permesta tamanmenjadi tak terawat dan rusakhingga akhirnya ditata kembali ditahun 1970 dan didirikan patungDotu Lolong Lasut di tengahnya.

Tidak jauh dari TKB berdiriTugu Dotu Lolong Lasutberbentuk waruga. Dotu LolongLasut adalah pemuda Minahasasubsuku Tombulu yang sudahmerintis Desa Wenang menjadiManado. Beliau lahir November1450 dan wafat pada 1520.

Jalan kaki dari Zero Point (jangan

ragu bertanya arah)

Klenteng Ban Hin Kiong

Klenteng Ban Hin Kiong adalah klenteng tertua di Kota Manado, didirikan pada 1819.Pada awalnya klenteng ini terbuat dari rumah papan diselingi bambu yang sederhana.

Asal kata “klenteng” bukan dari Bahasa Tionghoa melainkan suatu bunyi instrumensembahyang seperti lonceng genta yang mengeluarkan bunyi “teng”.

Pada 14 Maret 1970 klenteng ini pernah dibakar oleh oknum-oknum yang tidakbertanggung jawab. Sampai saat ini, klenteng telah beberapa kali direnovasi, baikpenambahan lantai menjadi tiga lantai maupun peluasan ruangan dan halaman.

Jalan kaki dari TKB atau Pelabuhan

Jengki (jangan ragu bertanya arah)

Gedung Minahasa Raad

Gedung Minahasa Raadberlokasi di pusat kota Manado:Pasar 45, tepat di seberangMultimart.

“Raad” merupakan BahasaBelanda dari kata “Dewan”. Ya,gedung ini adalah bekas gedungpara pejabat DPR. Bahkandiperkirakan gedung MinahasaRaad ini merupakan salah satugedung DPR tertua yang ada diIndonesia. Pada bagian depan

gedung terpahat angka “1930”menunjukkan tahun berdirinyagedung yang sekarang tengahdirenovasi pemerintah kota ini.

Di belakang GedungMinahasa Raad berdiri megahGedung Joang 45 yang pernahdibakar demonstran ketika masakrismon 1998. Gedung ini jugamenyimpan banyak kisah sejarahperjuangan rakyat Sulawesi Utara.

Angkot trayek Pasar 45, berhenti di Zero Point, Marina Plaza,

atau Multimart

Monumen Coelacanth

Coelacanth hidup 400 jutatahun yang lalu, sehingga telahdianggap punah semenjak 65juta tahun yang silam, sampaiketika seekor Coelacanth munculdan tertangkap di Afrika Selatanpada Desember tahun 1938.

Pada bulan Mei 2007, Ikan Raja Laut ditemukandi lepas pantai Sulawesi Utara dengan panjang 131cm dan berat 51 kg. Ikan purba ini memiliki ekorberbentuk kipas dan mata yang besar. Coelacanthadalah jenis mamalia dan diperkirakan dapatmencapai umur 22 tahun.

Angkot trayek Malalayang

(Letaknya di belakang Freshmart Swalayan)

Source: google

Tahun 1998, seekor Coelacanthtertangkap jaring nelayan di perairanManado Tua dan dinamakan “Ikan RajaLaut”. Ikan ini sudah lama dikenal kalangannelayan setempat, namun belum diketahuikeberadaannya dalam dunia science.

Batu-batu Prasejarah Suku Bantik

Angkot trayek Malalayang, naik ojek depan Lap. Bantik, ongkos Rp5.000,-

Suku Bantik adalah satu dari tujuh subsuku Minahasa yangmerupakan penduduk asli Sulawesi Utara. Di KecamatanMalalayang tersebar empat buah batu Suku Bantik yang berasaldari zaman prasejarah. Yang pertama adalah Batu Niopo,berlokasi di “Kampung Bantik” yaitu di Kelurahan MalalayangI Timur.

Batu Niopo diyakini merupakan suatu batu yang berada dilokasi suci, dimana nenek moyang Suku Bantik zaman dahulumelakukan ‘pertemuan’ dengan Opo (Tuhan).

1. Batu Niopo

Dikelilingi tembok semen rendah, lokasi inimasih dianggap tempat keramat oleh beberapawarga Bantik sehingga wisatawan tidak bolehsembarangan mendatangi lokasi ini, tanpa permisiterlebih dahulu kepada penjaga lokasi.

Batu Niopo terletak di belakang rumah PakJohan Mongisidi, sang penjaga, yang merupakankeponakan langsung dari Pahlawan Nasional R. W.Mongisidi. Tidak jauh dari lokasi batu, kita bisamelihat monumen R. W. Mongisidi yang nampakbersih terawat.

Menggunakan ojek yang sama dari

Lapangan Bantik agar tarif lebih murah

Lokasi kedua masih berada diKelurahan Malalayang I Timur, namuncukup jauh dari Batu Niopo. Disiniterdapat sebuah batu berukuran panjang+/- 2 meter yang disebut “Batu Buaya”.

Menurut cerita rakyat Bantik, batuini adalah jelmaan dari tubuh musuhyang mencoba mengusik ketenanganSuku Bantik, namun berhasil dikalahkandan dibunuh berkat kesaktian sangKepala Suku Bantik ketika itu.

2. Batu Buaya

Batu yang satu ini memiliki permukaanberlubang-lubang (berjumlah 9 lubang) yangkonon hasil karya seorang ayah untukanaknya. Sang ayah ingin membuatkanmainan bagi anaknya yang menangis ketikaditinggal meladang. Dengan kesaktian yangdiberikan Tuhan, dia melubangi batu dataryang besar agar si anak dapat bermaindengan kerikil di lubang-lubang batutersebut; sejenis permainan congklak.

Batu Kuangang terletak di Desa Sea,Kelurahan Malalayang II, jauh terpisahdengan dua batu prasejarah sebelumnya.

3. Batu Kuangang

Angkot trayek Malalayang hingga

Terminal Malalayang (Jembatan Kolongan)

Berbeda dengan batu-batu prasejarahSuku Bantik lainnya, batu yang satu ini cukupsusah dikenali, karena lokasinya berada dipesisir pantai Malalayang berjejer denganbatu-batu berukuran besar lainnya. Sekilassemuanya nampak serupa. Tanpapertolongan pemandu wisata atau wargasetempat, kita akan sulit mengenali yangmana Batu Lrana*.

Batu Lrana dikisahkan merupakan batuyang menyimpan cetakan jejak kaki seorangPemimpin Suku Bantik. Batu ini menjaditumpuan Sang Pemimpin ketika dia duduk ditepi laut menunggu kedatangan kapalmusuh.

4. Batu Lrana

Menuju objek wisata ini, kita cukup berjalan kaki +/- 10 meter dariJembatan Kolongan yang berada persis di seberang TerminalMalalayang. Dari mengunjungi Batu Lrana, wisatawan dapat rehatsejenak di pesisir pantai (boulevard) Malalayang dimana terdapatderetan kios pisang goreng & jagung bakar yang selalu ramai di sorehari.

Sekitar 200 meter dari sini, kita dapat menemukan versi kecilMonumen Coelacanth dan Gerbang “Bobocah” (Bahasa Manado dari“gurita”), yang merupakan gerbang masuk ke Kota Manado dari arahDesa Kalasey.

(Cttn: Diucapkan seperti lafal “R” dengan bagian bawah lidah menyentuh langit-langit)

Boulevard, Sunset, danPulau Manado Tua

Eksotisme kawasan boulevard yangterkenal dengan indahnya pemandangan lautbiru ini telah mengundang minat banyakwisatawan. Jangan lupa menyiapkan kamerauntuk mengabadikan momen sunset denganlatar Pulau Manado Tua dan Pulau Bunaken,atau kerlap-kerlip lampu di pusat kotaManado ketika malam hari. Berderet disepanjang boulevard, kios-kios pisang gorengdan jagung bakar siap menemani wargamenikmati kawasan kebanggaan Kota Manadoini.

* Boulevard Bahu: naik angkot Pasar 45/Malalayang

* Pantai Terminal Malalayang: naik

angkot Malalayang hingga

pemberhentian akhir

Pulau Manado Tua

Pulau Bunaken

Kuliner Kota ManadoPada awalnya wisatawan Muslim ragu untuk

mengunjungi Kota Manado, karena daerah ini terkenaldengan wisata kuliner ekstrimnya seperti daging anjing(RW) dan kelelawar (paniki). Nah, sebenarnya tidak perlukhawatir karena Kota Manado juga memiliki berbagai jenissajian makanan yang halal.

Salah satu kuliner Manado yang terkenal adalah NasiKuning Saroja. RM Saroja telah mendapat rekor MURI dan

pengakuan orang-orang akan kelezatandaging sapi dan campuran bumbu dalamnasi kuning buatannya.

Ada juga sambal khas Manado“dabu-dabu” dan “rica rowa” yaknisambal dengan campuran daging ikanrowa. Biasanya dimakan bersama sajianpisang goreng.

Source: googleSource: googleSource: google

Source: googleSource: googleSource: google

Primadona utama kota Manado? Apalagi kalau bukanTinutuan alias Bubur Manado. Berupa sajian nasi dicampurlabu yang menyebabkan warnanya kuning dan terlihatlembek seperti bubur. Sajian ini ditambahkan sayur-sayuran segar dan biji jagung serta dilengkapi dabu-dabuatau rica rowa.

(Catatan: Semua foto di DG ini adalah koleksi pribadi Penulis)

Erlinel Manuel, lahir diManado dengan darah campuranSangir (Sangihe Talaud) danMinahasa, suku-suku asli Sulut.Merantau ke Tangerang untukmenempuh pendidikan D3 danmenemukan passion travelling-nyabersama kawan-kawan seperjuangan.

Baca ceritanya di:

Penulis

http://erlinel.tumblr.comhttp://ceritadimulai.blogspot.com