Upload
lawa
View
10
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
airway
Citation preview
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
[Type text] Page 1
AIRWAY MANAGEMENT
(PENGELOLAAN JALAN NAPAS )
A. Konsep Dasar.
1. Jalan Napas (Airway).
Tubuh kita dapat bertahan beberapa minggu tanpa adanya makanan dan beberapa
hari tanpa adanya minum. Namun, tubuh kita tidak dapat bertahan lama jika tanpa
oksigen. Terdapat rumusan yang sudah diketahui internasional untuk urutan pertolongan
pada korban, yaitu ABC (Airway-Breathing-Circulation). Airway ditempatkan pada
urutan pertama karena masalah airway akan mematikan paling cepat. Komponen yang
penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring,
bronkus dan paru
2. Anatomi Sistem Pernapasan.
a. Hidung dan mulut.
Normalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung, dan pada keadaan
tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang masuk akan mengalami proses
penghangatan dan pelembapan. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh
kebelakang rongga mulut. hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway. Lidah
pada bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway.
b. Faring.
Kalau kita membuka mulut lebar-lebar, maka akan terlihat suatu ruangan pada
dinding belakang, yang dikenal sebagai faring. Udara dari hidung dan mulut, serta
makanan dari mulut harus melalui faring
Udara dari mulut masuk melalui lubang mulut ke faring yang dikenal sebagai
orofaring. Udara yang masuk melalui hidung akan ke bagian faring yang dinamakan
nasofaring. Pada bagian bawah, faring terbagi menjadi dua saluran. Saluran pertama
disebut sebagai esofagus (kerongkongan) yang merupakan jalur masuk makanan ke
[Type text] Page 2
lambung. Saluran kedua disebut sebagai laring (tenggorokan), yang merupakan jalur
pernapasan dan akan bersambungan dengan paru.
c. Epiglotis
Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran kecil yang
dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada saat makanan atau
minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada
keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke
laring yang dapat mengakibatkan tersedak.
d. Laring dan trakea.
Laring adalah bagian paling pertama dari saluran pernapasan. Pada bagian ini
terletak pita suara. Setelah melalui laring, udara kana melalui trakea. Pada bayi,
trakea berukuran lebih kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara
berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway.
e. Bronkus dan paru.
Ujung bawah trakea akan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Setiap bronkus akan terbagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil
yang disebut bronkiolus. Dapat dibayangkan seperti ranting-ranting dan cabang-
cabangnya pada sebuah pohon. Pada ujung terakhir, ada yang disebut alveolus. Pada
alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
3. Sumbatan Jalan Napas.
Ada beberapa keadaan dimana adanya sumbatan jalan nafas harus diwaspadai
yaitu:
a. Trauma pada wajah yang dapat menyebabkan fraktur/dislokasi dengan gangguan
orofaring dan nasofaring. Fraktur tulang wajah dapat menyebabkan perdarahan,
sekresi yang meningkat serta avulsi gigi yang menambah masalah jalan nafas.
[Type text] Page 3
b. Fraktur ramus mandibula, terutama bilateral, dapat menyebabkan lidah jatuh
kebelakang dan gangguan jalan nafas pada posisi terlentang
c. Perlukaan daerah leher mungkin ada gangguan jalan nafas karena rusaknya laring
atau trachea atau karena perdarahan dalam jaringan lunak yang menekan jalan
nafas.
d. Adanya muntahan, darah, atau benda lain dalam mulut atau orofaring
e. Adema laring akut karena trauma atau infeksi
Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
a. Gelisah oleh karena hipoksia
b. Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
c. Gerak dada dan perut paradoksal
d. Sianosis
e. Kelelahan dan meninggal.
4. Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan).
a. Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin
lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
b. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi :
finger sweep, pengisapan/suction.
c. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,
trakeostomi.
B. Managements airway.
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah adalah membebaskan jalan nafas
dan mempertahankannya agar tetap bebas
Bicara dengan pasien
Pasien yang dapat menjawab dengan jelas adalah tanda bahwa jalan nafasnya
bebas. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas buatan dan bantuan
pernafasan. Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya
pangkal lidah ke belakang. Jika ada cedera kepala, leher atau dada maka pada waktu
[Type text] Page 4
intubasi trakhea tulang leher (cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi in-
line
Berikan oksigen dengan sungkup muka (masker) atau kantung nafas ( self- invlating)
Menilai jalan nafas.
Tanda obstruksi jalan nafas antara lain :
Suara berkumur.
Suara nafas abnormal (stridor, dsb)
Pasien gelisah karena hipoksia
Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradox
Sianosis Waspada adanya benda asing di jalan nafas.
Cara membebaskan jalan nafas diuraikan pada Appendix 1 Jangan
memberikan obat sedativa pada pasien seperti ini.
Menjaga stabilitas tulang leher.
Indikasi tindakan ini adalah :
Obstruksi jalan nafas yang sukar diatasi.
Luka tembus leher dengan hematoma yang membesar
Apnea
Hipoksia
Trauma kepala berat
Trauma dada
Trauma wajah / maxillo-facial.
1. Pengelolaan Jalan Nafas ( Airway Management ) Tanpa Alat.
a. Pengertian.
Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal
b. Tujuan.
Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
[Type text] Page 5
c. Pemeriksaan Jalan Nafas.
L = Look/Lihat
Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna
mukosa/kulit dan kesadaran
Lihat apakah korban mengalami agitasi, tidak dapat berbicara, penurunan
kesadaran, sianosis (kulit biru dan keabu-abuan) yang menunjukkan hipoksemia
dapat dilihat pada kuku, lidah, telinga, dan kulit sekitar mulut. Lihat apakah
terdapat retraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan
L = Listen/Dengar
Dengar aliran udara pernafasan, dengar adanya suara-suara abnormal. Pernapasan
yang berbunyi (suara nafas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara
mendengkur (snoring), berkumur (gurgling), dan bersiul (crowing sound, stridor)
mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring. Suara parau
(hoarseness, disfonia) menunjukkan sumbatan pada faring.
F = Feel Rasakan
Rasakan Tidak ada udara yang dapat dirasakan atau didengarkan dari hidung dan
mulut dengan cepat menentukan apakah trakea berada di tengah
Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong
d. Tindakan.
Patensi (tetap mepertahankan) jalan napas sangat diperlukan untuk pernapasan yang
adekuat. Jika korban sadar dan dapat berbicara dengan baik, maka dapat disimpulkan
bahwa jalan napasnya paten (tidak ada sumbatan). Jika korban mengalami penurunan
kesadaran, maka perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai patensi jalan napasnya.
Biasanya korban dengan penurunan kesadaran terdapat darah, muntahan, atau air liur
yang berlebihan pada jalan napasnya.Apabila jalan nafas sudah baik dan yakin tidak
ada sumbatan maka diteruskan ke prosedur selanjutnya yaitu breathing (pernapasan).
[Type text] Page 6
1) Membuka jalan nafas dengan proteksi cervical.
Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban tidak
sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan ototnya
sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan
tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus tertentu, korban
membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan bantuan pernapasan,
jalan napas korban harus terbuka. Ada dua manuver yang lazim digunakan
untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt / Chin lift dan jaw trust.
(a) Chin Lift Maneuver ( tindakan mengangkat dagu ).
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Tehnik
ini bertujuan membuka jalan nafas secara maksimal. Tidak disarankan pada
penderita dengan kecurigaan patah tulang leher dan sebagai gantinya
gunakan Jaw thrust dan hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera
kepala, leher, dan tulang belakang.. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini
adalah :
Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan yang paling dekat
dengan dahi korban).
Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah
belakang.
Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari
dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan
diletakkan dibawah dagu.
Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan samapi
mulut korban tertutup. Jika korban anak-anak, jangan terlalu
menengadahkan kepala.
Pertahankan posisi ini.
(b) Head Tilt.
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Tidak boleh dilakukan
pada pasien dugaan fraktur servikal.
[Type text] Page 7
Caranya :
letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga
kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke
depan.
(c) Jaw trust (tindakan mengangkat sudut rahang bawah).
Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan
maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher. Tehnik ini
dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun tehnik ini menguras tenaga,
namun merupakan yang paling sesuai untuk korban dengan cedera tulang
belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :
Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi
kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban
Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-
anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.
Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban
keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.
Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat di lakukan
teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang di
silangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Bila jalan nafas tersumbat karena
adanya benda asing dalam rongga mulut di lakukan pembersihan manual dengan
sapuan jari. Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain
yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas
(apnea). Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan
pada jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.
[Type text] Page 8
2) Membersihkan Jalan Nafas.
a) Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada
rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan,
benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher)
kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot
rahang lemas (maneuver emaresi)
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan
gerakan menyapu.
3) Mengatasi sumbatan nafas parsial.
Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan
sumbatan dari benda padat. Dapat digunakan teknik manual thrust
a) Abdominal thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan
mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk.
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban
dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi
jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah
ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan
kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan
harus terpisah dan gerakan yang jelas.
[Type text] Page 9
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.
Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut
korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang
sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke
arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring
tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung
Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri.
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar
dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan
ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat
dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi
b) Chest thrust.
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada
dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi
antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang,
lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan
c) Back blow
Back Blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak
efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung
korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
[Type text] Page 10
2. Pengelolaan Jalan Nafas ( Airway Management ) Dengan Alat.
Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan
sempurna dan fasilitas tersedia.
Peralatan dapat berupa :
a) Pemasangan pipa ( tube )
Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring (mayo),
pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.
Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan
nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang
yang dapat menutup jalan nafas terutama bagi penderita tidak sadar
Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka,
menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan
b) Pengisapan benda cair (suctioning)
Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan
dengan alat bantu pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)
Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras untuk
mencegah suction masuk ke dasar tengkorak
c) Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas.
Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah
hipofaring maka tidak mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan alat Bantu
berupa : laringoskop, alat pengisap, alat penjepit.
d) Membuka jalan nafas.
Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi
Cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal tidak
mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk
petugas medis yang terlatih, dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau atau
trakeostomi.
[Type text] Page 11
e) Proteksi servikal
Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan control servikal
terutama pada multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher.
Dipasang dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak.
Posisi kepala harus “in line” (segaris dengan sumbu vertikal tubuh)
[Type text] Page 12
PERPUSTAKAAN
Hastuti Agustina Tri, 2009. Pengelolaan Jalan Nafas (airway) dan Pernafasan (Breathing). Pengelolaan
Jalan Nafas. Bedah Musculoskeletal (http://musculoskeletalbedah.blogspot.com diakses pada 27
Oktiber 2010)
Imam, 2009. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) dengan Alat. Berbagi Pengetahuan di
Bidang Kesehatan dan Kedokteran (http://dokter-medis.blogspot.com diakases pada 27 Oktober
2010)
Iman.2009. Pengelolaan jalan Napas ( Airway Management) Tampa Alat. Berbagi Pengetahuan di
Bidang Kesehatan dan Kedokteran (http://dokter-medis.blogspot.com diakases pada 27 Oktober
2010)
Ken Shavei.2009. Jalan Napas (Airway). Beautiful Life in Aston Braga Hotel & Residence
Bandung(http://kenshavei.blogspot.com diakses pada 28 Oktiber 2010)
[Type text] Page 13