19
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. [Type text] Page 1

Management Airway

  • Upload
    lawa

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

airway

Citation preview

Page 1: Management Airway

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik

dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk

maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah

satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam

profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para

pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya

dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat

kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-

masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

[Type text] Page 1

Page 2: Management Airway

AIRWAY MANAGEMENT

(PENGELOLAAN JALAN NAPAS )

A. Konsep Dasar.

1. Jalan Napas (Airway).

Tubuh kita dapat bertahan beberapa minggu tanpa adanya makanan dan beberapa

hari tanpa adanya minum. Namun, tubuh kita tidak dapat bertahan lama jika tanpa

oksigen. Terdapat rumusan yang sudah diketahui internasional untuk urutan pertolongan

pada korban, yaitu ABC (Airway-Breathing-Circulation). Airway ditempatkan pada

urutan pertama karena masalah airway akan mematikan paling cepat. Komponen yang

penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring,

bronkus dan paru

2. Anatomi Sistem Pernapasan.

a. Hidung dan mulut.

Normalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung, dan pada keadaan

tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang masuk akan mengalami proses

penghangatan dan pelembapan. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh

kebelakang rongga mulut. hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway. Lidah

pada bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway.

b. Faring.

Kalau kita membuka mulut lebar-lebar, maka akan terlihat suatu ruangan pada

dinding belakang, yang dikenal sebagai faring. Udara dari hidung dan mulut, serta

makanan dari mulut harus melalui faring

Udara dari mulut masuk melalui lubang mulut ke faring yang dikenal sebagai

orofaring. Udara yang masuk melalui hidung akan ke bagian faring yang dinamakan

nasofaring. Pada bagian bawah, faring terbagi menjadi dua saluran. Saluran pertama

disebut sebagai esofagus (kerongkongan) yang merupakan jalur masuk makanan ke

[Type text] Page 2

Page 3: Management Airway

lambung. Saluran kedua disebut sebagai laring (tenggorokan), yang merupakan jalur

pernapasan dan akan bersambungan dengan paru.

c. Epiglotis

Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran kecil yang

dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada saat makanan atau

minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada

keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke

laring yang dapat mengakibatkan tersedak.

d. Laring dan trakea.

Laring adalah bagian paling pertama dari saluran pernapasan. Pada bagian ini

terletak pita suara. Setelah melalui laring, udara kana melalui trakea. Pada bayi,

trakea berukuran lebih kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara

berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway.

e. Bronkus dan paru.

Ujung bawah trakea akan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan

bronkus kiri. Setiap bronkus akan terbagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil

yang disebut bronkiolus. Dapat dibayangkan seperti ranting-ranting dan cabang-

cabangnya pada sebuah pohon. Pada ujung terakhir, ada yang disebut alveolus. Pada

alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

3. Sumbatan Jalan Napas.

Ada beberapa keadaan dimana adanya sumbatan jalan nafas harus diwaspadai

yaitu:

a. Trauma pada wajah yang dapat menyebabkan fraktur/dislokasi dengan gangguan

orofaring dan nasofaring. Fraktur tulang wajah dapat menyebabkan perdarahan,

sekresi yang  meningkat serta avulsi gigi yang menambah masalah jalan nafas.

[Type text] Page 3

Page 4: Management Airway

b. Fraktur ramus mandibula, terutama bilateral, dapat menyebabkan lidah jatuh

kebelakang dan gangguan jalan nafas pada posisi terlentang

c. Perlukaan daerah leher mungkin ada gangguan jalan nafas karena rusaknya laring

atau trachea atau karena perdarahan dalam jaringan lunak yang menekan jalan

nafas.

d. Adanya muntahan, darah, atau benda lain dalam mulut atau orofaring

e. Adema laring akut karena trauma atau infeksi

Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

a. Gelisah oleh karena hipoksia

b. Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)

c. Gerak dada dan perut paradoksal

d. Sianosis

e. Kelelahan dan meninggal.

4. Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan).

a. Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin

lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.

b. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi :

finger sweep, pengisapan/suction.

c. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,

trakeostomi.

B. Managements airway.

Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah adalah membebaskan jalan nafas

dan mempertahankannya agar tetap bebas

Bicara dengan pasien

Pasien yang dapat menjawab dengan jelas adalah tanda bahwa jalan nafasnya

bebas. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas buatan dan bantuan

pernafasan. Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya

pangkal lidah ke belakang. Jika ada cedera kepala, leher  atau dada maka pada waktu

[Type text] Page 4

Page 5: Management Airway

intubasi trakhea tulang leher (cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi in-

line

Berikan oksigen dengan sungkup muka (masker) atau kantung nafas ( self- invlating) 

Menilai jalan nafas.

Tanda obstruksi jalan nafas antara lain :

Suara berkumur.

Suara nafas abnormal (stridor, dsb)

Pasien gelisah karena hipoksia

Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradox

Sianosis  Waspada adanya benda asing di jalan nafas.

Cara membebaskan jalan nafas diuraikan pada Appendix 1 Jangan

memberikan obat sedativa pada pasien seperti ini.

Menjaga stabilitas tulang leher.

Indikasi tindakan ini adalah :

Obstruksi jalan nafas yang sukar diatasi.

Luka tembus leher dengan hematoma yang membesar

Apnea

Hipoksia

Trauma kepala berat

Trauma dada

Trauma wajah / maxillo-facial.

1. Pengelolaan Jalan Nafas ( Airway Management ) Tanpa Alat.

a. Pengertian.

Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap

memperhatikan kontrol servikal

b. Tujuan.

Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara

normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.

[Type text] Page 5

Page 6: Management Airway

c. Pemeriksaan Jalan Nafas.

L = Look/Lihat

Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna

mukosa/kulit dan kesadaran

Lihat apakah korban mengalami agitasi, tidak dapat berbicara, penurunan

kesadaran, sianosis (kulit biru dan keabu-abuan) yang menunjukkan hipoksemia

dapat dilihat pada kuku, lidah, telinga, dan kulit sekitar mulut. Lihat apakah

terdapat retraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan

L = Listen/Dengar

Dengar aliran udara pernafasan, dengar adanya suara-suara abnormal. Pernapasan

yang berbunyi (suara nafas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara

mendengkur (snoring), berkumur (gurgling), dan bersiul (crowing sound, stridor)

mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring. Suara parau

(hoarseness, disfonia) menunjukkan sumbatan pada faring.

F = Feel Rasakan

Rasakan Tidak ada udara yang dapat dirasakan atau didengarkan dari hidung dan

mulut dengan cepat menentukan apakah trakea berada di tengah

Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

d. Tindakan.

Patensi (tetap mepertahankan) jalan napas sangat diperlukan untuk pernapasan yang

adekuat. Jika korban sadar dan dapat berbicara dengan baik, maka dapat disimpulkan

bahwa jalan napasnya paten (tidak ada sumbatan). Jika korban mengalami penurunan

kesadaran, maka perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai patensi jalan napasnya.

Biasanya korban dengan penurunan kesadaran terdapat darah, muntahan, atau air liur

yang berlebihan pada jalan napasnya.Apabila jalan nafas sudah baik dan yakin tidak

ada sumbatan maka diteruskan ke prosedur selanjutnya yaitu breathing (pernapasan).

[Type text] Page 6

Page 7: Management Airway

1) Membuka jalan nafas dengan proteksi cervical.

Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban tidak

sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan ototnya

sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan

tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus tertentu, korban

membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan bantuan pernapasan,

jalan napas korban harus terbuka. Ada dua manuver yang lazim digunakan

untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt / Chin lift dan jaw trust.

(a) Chin Lift Maneuver ( tindakan mengangkat dagu ).

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan. Tehnik

ini bertujuan membuka jalan nafas secara maksimal. Tidak disarankan pada

penderita dengan kecurigaan patah tulang leher dan sebagai gantinya

gunakan Jaw thrust dan hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera

kepala, leher, dan tulang belakang.. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini

adalah :

Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan yang paling dekat

dengan dahi korban).

Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah

belakang.

Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari

dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan

diletakkan dibawah dagu.

Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan samapi

mulut korban tertutup. Jika korban anak-anak, jangan terlalu

menengadahkan kepala.

Pertahankan posisi ini.

(b) Head Tilt.

Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Tidak boleh dilakukan

pada pasien dugaan fraktur servikal.

[Type text] Page 7

Page 8: Management Airway

Caranya :

letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga

kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke

depan.

(c) Jaw trust (tindakan mengangkat sudut rahang bawah).

Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan

maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher. Tehnik ini

dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun tehnik ini menguras tenaga,

namun merupakan yang paling sesuai untuk korban dengan cedera tulang

belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :

Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi

kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban

Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-

anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.

Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban

keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat di lakukan

teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang di

silangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Bila jalan nafas tersumbat karena

adanya benda asing dalam rongga mulut di lakukan pembersihan manual dengan

sapuan jari. Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain

yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas

(apnea). Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara

melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan

pada jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.

[Type text] Page 8

Page 9: Management Airway

2) Membersihkan Jalan Nafas.

a) Sapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada

rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan,

benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.

Cara melakukannya :

Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher)

kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot

rahang lemas (maneuver emaresi)

Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus

dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan

gerakan menyapu.

3) Mengatasi sumbatan nafas parsial.

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan

sumbatan dari benda padat. Dapat digunakan teknik manual thrust

a) Abdominal thrust (Manuver Heimlich)

Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan hentakan

mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk.

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban

dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi

jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah

ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan

kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan

harus terpisah dan gerakan yang jelas.

[Type text] Page 9

Page 10: Management Airway

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.

Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut

korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang

sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke

arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.

Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring

tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung

Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri.

Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.

Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar

dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan

ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat

dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi

b) Chest thrust.

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada

dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi

antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang,

lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

c) Back blow

Back Blow (untuk bayi)

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak

efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung

korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

[Type text] Page 10

Page 11: Management Airway

2. Pengelolaan Jalan Nafas ( Airway Management ) Dengan Alat.

Cara ini dilakukan bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan

sempurna dan fasilitas tersedia.

Peralatan dapat berupa :

a) Pemasangan pipa ( tube )

Dipasang jalan nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring (mayo),

pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi korban.

Penggunaan pipa orofaring dapat digunakan untuk mempertahankan jalan

nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang

yang dapat menutup jalan nafas terutama bagi penderita tidak sadar

Pemasangan pipa endotrakea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka,

menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan

b) Pengisapan benda cair (suctioning)

Bila terdapat sumbatan jalan nafas oleh benda cair. Pengisapan dilakukan

dengan alat bantu pengisap (pengisap manual atau dengan mesin)

Pada penderita trauma basis cranii maka digunakan suction yang keras untuk

mencegah suction masuk ke dasar tengkorak

c) Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas.

Bila pasien tidak sadar terdapat sumbatan benda padat di daerah

hipofaring maka tidak mungkin dilakukan sapuan jari, maka digunakan alat Bantu

berupa : laringoskop, alat pengisap, alat penjepit.

d) Membuka jalan nafas.

Dapat dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi

Cara ini dipilih bila pada kasus yang mana pemasangan pipa endotrakeal tidak

mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk

petugas medis yang terlatih, dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau atau

trakeostomi.

[Type text] Page 11

Page 12: Management Airway

e) Proteksi servikal

Dalam mengelola jalan nafas, jangan sampai melupakan control servikal

terutama pada multiple trauma atau tersangka cedera tulang leher.

Dipasang dari tempat kejadian. Usahakan leher jangan banyak bergerak.

Posisi kepala harus “in line” (segaris dengan sumbu vertikal tubuh)

[Type text] Page 12

Page 13: Management Airway

PERPUSTAKAAN

Hastuti Agustina Tri, 2009. Pengelolaan Jalan Nafas (airway) dan Pernafasan (Breathing). Pengelolaan

Jalan Nafas. Bedah Musculoskeletal (http://musculoskeletalbedah.blogspot.com diakses pada 27

Oktiber 2010)

Imam, 2009. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) dengan Alat. Berbagi Pengetahuan di

Bidang Kesehatan dan Kedokteran (http://dokter-medis.blogspot.com diakases pada 27 Oktober

2010)

Iman.2009. Pengelolaan jalan Napas ( Airway Management) Tampa Alat. Berbagi Pengetahuan di

Bidang Kesehatan dan Kedokteran (http://dokter-medis.blogspot.com diakases pada 27 Oktober

2010)

Ken Shavei.2009. Jalan Napas (Airway). Beautiful Life in Aston Braga Hotel & Residence

Bandung(http://kenshavei.blogspot.com diakses pada 28 Oktiber 2010)

[Type text] Page 13