Upload
nunasf
View
10.536
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU PRIMIGRAVIDA
MENGENAI ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN
PRSANGGRAHAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
Disusun oleh:
NAMA: NIM:
1 NIA DIAH PURNAMA SARI 154015060
2 NOEKE T HANDINI 154015061
3 NURHASANAH YULIANTI 154015063
4 NURHUDA 154015064
5 NURNA NINGSIH 154015065
6 PUTRI WULANDARI 154015066
7 RATNA HASTUTI 154015067
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
POLITEKNIK KARYA HUSADA JAKARTA
T.A 2010 /2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup,
produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-
anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah
akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di
Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini banyak ditemukan bayi dan anak yang
masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut “kesundulan” artinya
terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena
anak dan bayi merupakan golongan rentan.
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang
juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah
yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya
yang negatif dipandang dari segi gizi.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut.
ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia
sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan
mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini
mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang
peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu
(ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam
pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering
dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI.
Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI
termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya
Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh Bapak
Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan “Dengan Asi, kaum
ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia”. Dalam pidatonya presiden
menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi
berusia empat bulan.Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan
menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI
kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun. ASI merupakan
makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu
ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap.
Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air
susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan
tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering
dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-
akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan
menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti,
padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula.
Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang
serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM
Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun
50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991
bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% diperkotaan dan 55%
dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu
yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan pada
repelita VI ditargetkan 80%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr.Moh. Efendi di R.S. Umum Dr. Kariadi
Semarang tahun 1977 didapatkan pemberian ASI setelah umur 2 bulan 31,6%, ASI +
Susu botol 15,8% dan susu botol 52,6%. Sedangkan sebelumnya yaitu pada umur 1 bulan
masih lebih baik yaitu 66,7% ASI dan 33,3% susu botol, dalam hal ini tampaknya ada
pengaruh susu botol lebih besar.
Juga hasil penelitian Dr. Parma dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang tahun
1978 -1979 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada ibu yang
karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%. Apabila dilihat
dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah
memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi.
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI
secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi
dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan
untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah
pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang
manfaat ASI .
PERUMUSAN MASALAH.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah bagaimana pemberian ASI secara eksklusif sampai umur bayi 6
bulan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.
B. TUJUAN PENULISAN
1.TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pemberian ASI
EKSKLUSIF dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. TUJUAN KHUSUS
- Mengetahui cara pemberian ASI EKSLUSIF pada bayi.
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI pada bayi
usia 6 bulan.
C. RUANG LINGKUP
Makalah ini membahas tentang manajemen asuhan kebidanan pada ibu Ibu
primigravida mengenai pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I: Pendahuluan
Membahas tentang: latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, dan sistematika
penulisan.
2. BAB II : Tinjauan teori
Membahas tentang: pengertian ASI,
3. BAB III : Pembahasan
Membahas tentang: perbandingan antara teori yang ada dengan praktek lapangan
yang dimulai dari pengkajian, analisa masalah/interpretasi data dasar, masalah
potensial, tindakan segera, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi.
4. BAB VI : Penutup
Membahas tentang: kesimpulan dan saran
5. DAFTAR PUSTAKA
6. LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
1 Definisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mamae ibu yang berguna
sebagai bahan makanan terbaik bagi bayi walaupun ibu sedang sakit, hamil, haid, atau
kurang gizi (King, 1991).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam- garam
organik yang disekresi oleh payudara ibu, sebagai makanan utama untuk bayi
(Soetjiningsih, 1997).
1. 1PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan
bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang
pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan
bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan
demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah
tidak berlaku lagi.
2.Komposisi ASI
Komposisi ASI isapan-isapan pertama tidak sama dengan komposisi ASI isapan-
isapan terakhir. Isapan-isapan pertama bayi merupakan susu awal yang banyak
mengandung air, sedangkan isapan-isapan terakhir lebih banyak mengandung karbohidrat
dan lemak (Roesli, 2002). Pernyataan ini juga didukung oleh Suraatmaja (1997) bahwa
komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu karena komposisi
dipengaruhi stadium laktasi, ras, diit ibu dan keadaan gizi.
Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongkan ke dalam tiga kelompok
(Krisnatuti & Hastoro, 2000) yaitu:
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang diproduksi beberapa saat setelah bayi lahir sampai hari
ke-3 atau ke-4. Warnanya lebih kuning dan lebih kental daripada ASI yang diproduksi
setelah hari keempat dengan volume 150-300 ml/24 jam. Zat-zat yang terkandung dalam
kolostrum adalah protein, zat penangkal infeksi, mineral terutama K, Na, dan Cl, serta
vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Kolostrum mengandung
lebih banyak protein dibanding air susu matur terutama gammaglobulin, mengandung
lebih banyak antibodi yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai bayi usia 6
bulan (Soetjiningsih, 1997).
Kadar karbohidrat dan lemak dalam kolostrum lebih rendah dibanding air susu
matur sehingga sesuai dengan kebutuhan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya.
Lemak pada kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin yang penting
untuk pertumbuhan otak bayi. Kolostrum jika dipanaskan akan menggumpal dan lebih
alkalis dibanding susu matur (Soetjiningsih, 1997).
Kolostrum merupakan pencahar yang ideal yang berfungsi membersihkan zat-zat
yang tidak dipakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
bayi bagi makanan yang akan datang, jadi jika bayi mendapatkan ASI sedini mungkin,
maka bayi akan terhindar dari konstipasi.
b. ASI transisi atau peralihan
ASI transisi atau peralihan diproduksi pada hari kesepuluh setelah kelahiran. Bahkan
pada kondisi-kondisi tertentu ASI transisi dapat diproduksi sampai minggu ke-5. ASI
peralihan mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan kolostrum, tetapi
kandungan lemak dan karbohidrat pada ASI peralihan lebih tinggi dibandingkan dengan
kolostrum.
c. Air susu dengan komposisi zat gizi tetap (mature milk).
Pada saat bayi berumur satu bulan (30 hari), komposisi zat gizi ASI tidak akan
mengalami perubahan atau komposisinya tetap. Kondisi ini akan berlangsung sampai
bayi berumur 2-3 bulan.
Tabel 2.1 Komposisi kolostrum dan ASI
Kandungan
(Per 100 ml)
Kolostrum
1-5 hari
Asi
>30 hari
Energi kkal 58 70
Total solids g 12.8 12,0
Total nitrogen g 5.3 7.3
Protein nitrogen mg 360 171
NPN mg 313 29
Total Protein mg 47 42
Casein g 2.3 0.9
Lactolbumin mg 140 187
Lctoferrin mg 218 161
lgA mg 330 167
AMINO Acids (Total) 364 142
Alanine mg - 52
Arginine mg 126 49
Aspartate mg - 110
Cystine mg - 25
Glut amate mg - 196
Glysine mg - 27
Histidine mg 57 31
Isoleusine mg 121 67
Leusine mg 221 110
Lysine mg 163 79
Methionine mg 33 19
Phenylalanine mg 105 44
Proline mg - 89
Serine mg - 54
Threonine mg 148 58
Trypthopan mg 52 25
Valine mg - 38
Taurine mg 169 90
Urea mg - 8
Creatine mg 10 30
Total Fat g - 3.3
Fatty acid (% total fat)mg 2.9 4.2
Lauric mg 1.8 5.8
Myristic mg 3.8 25
Palmitic mg 36.2 38
Stearic mg 6.8 90
Oleic mg - 8
Linoeic mg 10.2 30
Linolenic mg 27 3.3
C20 dan C22 mg 4.2
Cholesterol mg 89 5.8
Vitamins mg 112 8.6
Fat soluble mg 21.0
Vitamin A μg - 8.6
-Carotene μg 1280 21.0
Vitamin D μg 0.23 8
Vitamin E μg 15 35.5
Vitamin K1 μg 25 7.2
Water solube μg 1.0
Thiamine μg 75 2.9
Ribloflavin μg - 16
Niacin μg 12 47
Folic acid μg 0.1 23
Vitamin B6 μg 183 0.04
Biotin μg 200 315
Pantothenic μg 44 0.21
Vitamin B 12 μg - 16
Ascorbic Acid μg 23 200
Minerals μg 5.2
Calcium mg 23 28
Magnesium mg 3.4 0.6
Sodium mg 48 225
Potassium mg 74 26
Chlorine mg 91 4.0
Phosporus mg 14 28
Sulphur mg 22 3.0
Trace element μg - 15
Chromium μg - 58
Cobalt μg 46 40
Copper μg - 28
Fluorine μg 12 3.0
Iodine μg 45 15
Iron μg - 58
Manganese μg - 40
Nicke 1 μg - 15
Selenium μg - 14
Zinc μg 540 160
Sumber: (Neville, M. & Neifert, M., 1983).
Berikut ini adalah kandungan zat gizi yang dikandung ASI mature:
1. ASI mengandung protein (9 mg/ml). Jenis protein yang dikandung ASI adalah
whey, casein, alfa-laktalbulmin, taurin, laktoferin, IgA dan lisozim. ASI dan susu
sapi mengandung dua protein utama yaitu whey dan kasein. Whey adalah protein
halus, lembut dan mudah dicerna, sedangkan kasein adalah protein kasar,
bergumpal dan susah dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2000). Protein utama ASI
adalah whey sedangkan protein utama susu sapi adalah kasein sehingga protein
ASI lebih baik daripada protein susu sapi. ASI mengandung lemak (42 mg/ml)
yang paling cocok untuk bayi dalam jumlah yang tepat. Lemak utama ASI adalah
lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, arachidonic acid) suatu asam
lemak esensial yang merupakan komponen penting untuk mylinisasi. Mylinisasi
adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf yang akan
membantu rangsangan yang menjalar lebih cepat. Selain itu komponen lemak
yang lain adalah kolesterol. Kandungan kolesterol dalam ASI tinggi guna
meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kolesterol juga berfungsi dalam
pembentukan enzim yang akan mengendalikan kolesterol di kemudian hari,
sehingga mencegah serangan jantung dan penebalan pembuluh darh di usia muda
(Soetjiningsih, 1997).
2. ASI mengandung lebih banyak laktosa (73 mg/ml) daripada susu lainnya.
3. ASI mengandung vitamin yang cukup sehingga selama 6 bulan pertama bayi tidak
memerlukan vitamin tambahan.
4. ASI mengandung zat besi (40 μg/ml) yang dapat diserap usus dengan baik sehingga
bayi yang disusui tidak akan menderita anemia.
5. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat yang untuk pertumbuhan tulang bayi.
6. ASI mengandung cukup air.
(Neville & Neifert, 1983; King, 1991; Depkes RI, 1994; Roesli; 2000)
3 Produksi ASI
Proses diproduksinya ASI dimulai saat dirangsang oleh isapan mulut bayi pada
puting susu. Isapan tersebut merangsang kelenjar Pituitary Anterior untuk memproduksi
sejumlah prolaktin yaitu hormon yang membuat keluarnya air susu. Proses pengeluaran
air susu juga tergantung pada let down refleks, dimana isapan puting susu dapat
merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang
dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu
dapat mengalir secara lancar.
Selama periode menyusui, produksi ASI sangat ditentukan oleh prinsip supply and
demand artinya semakin sering payudara diisap dan dikosongkan maka akan semakin
sering dan semakin banyak ASI yang akan diproduksi. Namun hal ini, tidak berlaku pada
1-3 hari setelah kelahiran bayi. Pada saat tersebut produksi ASI lebih ditentukan oleh
kerja hormon prolaktin sehingga bayi perlu tetap sering menyusu untuk mendapatkan
kolostrum secara maksimal. Pada saat kolostrum berubah menjadi ASI transisi (sekitar
hari ke-2 atau ke-3) maka mulailah prinsip supply and demand tersebut dan di masa-masa
awal ini, terkadang antara supply dan demand belum sesuai. Misalnya: demand bayi
sudah besar, tetapi supply ibu masih sedikit sehingga bayi akan sering menangis karena
lapar. Maka petugas kesehatan harus memberitahukan pada ibu agar sering menyusui
bayinya untuk meningkatkan produksi ASI (Sutanto, 2009).
4 Volume Produksi ASI
Pada minggu terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir jumlah
ASI yang dihasilkan 50-100 ml sehari dan jumlah ini akan terus bertambah sehingga
mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia dua minggu. Jumlah ASI ini
dapat dicapai jika ibu menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Setelah 6 bulan
jumlah produksi ASI menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi bayi tidak lagi
dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Jumlah produksi ASI terbanyak dapat diperoleh pada menit pertama. Pengisapan
oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya
bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi
penelitian yang dilakukan terhadap beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan
terdapat variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24
jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh
sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang
diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang
ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI
(Deday, 2004).
Kecukupan volume ASI dapat dilihat dari keadaan bayi. Jika bayi disusui kurang
dari delapan kali dalam waktu 24 jam, berkemih sehingga hanya membasahi hanya
beberapa popok saja, mengeluarkan air kemih yang tampak mengandung “debu batu
bata” bewarna kemerahan, atau buang air besar kurang dari satu kali dalam sehari
sesudah menyusu, ada kecendrungan lebih besar bahwa mengalami masalah dehidrasi
atau masalah kenaikan berat badan. Disamping itu, ada beberapa tanda lain yaitu bayi
tampak terus-menerus lapar dan jarang terlihat puas sehabis menyusu. Bayi lemas dan
tidak berminat menyusu sama sekali, selaput lender mulut yang kering, kulit tegang, dan
mata, muka, serta perutnya bewarna kuning (Simkin, dkk., 2007).
5. BAGAIMANA MENCAPAI ASI EKSKLUSIF
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan
mencapai ASI eksklusif yaitu dengan menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman
lain, bahkan air putih sekalipun. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand),
sesering yang bayi mau, siang dan malam. Tidak menggunakan botol susu maupun
empeng.
Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama
anak serta mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.
6. KESALAHPAHAMAN MENGENAI ASI EKSKLUSIF
Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti pemberian ASI dihentikan.
Seiiring dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan,
sebaiknya menyusui dua tahun menurut rekomendasi WHO.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas ASI
1 Gizi pada Masa Menyusui
Menurut Krisnatuti & Hastoro (2000) menyatakan selama menyusui, tambahan
energi yang diperlukan oleh ibu bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
ASI. Untuk menghasilkan ASI yang berkualitas maka ibu yang menyusui dianjurkan
mengkonsumsi makanan yang mengandung energi dan zat-zat gizi lengkap. Makanan
yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh masih
terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.
Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang
diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu tidak akan dapat
bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Ibu dengan gizi yang baik akan dapat memberikan ASI sekitar 600 ml pada bulan
pertama, pada bulan ketiga meningkat menjadi 700-750 ml. Sedangkan pada bulan
keempat meningkat menjadi 750-800 ml, kemudian akan menurun atau berkurang
tergantung isapan bayi (Asmi, 1997).
Seorang ibu menyusui memerlukan asupan rata-rata 2700 Kkal tiap hari. Tambahan
sebesar 500-700 Kkal diperlukan untuk kebutuhan biosintetis. Penambahan energi
tersebut tidak semuanya harus didapatkan dari intake makanan yang dikomsumsi ibu
menyusui sehari-hari, 200 Kkal telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang
telah dibentuk sejak dimulainya proses kehamilan. Sisa 300-500 Kkal/hari yang
diharapkan diperoleh dari intake makanan keseharian ibu. Jadi tidak tepat bila dikatakan
bahwa ibu menyusui harus makan dengan porsi yang besar agar ibu tidak kelaparan dan
produksi ASI lancar. Oleh karena itu, ibu yang menyusui dengan berat badan yang kurus,
normal atau overweight tidak perlu khawatir dengan kuantitas ASI yang dihasilkan
karena dengan seringnya intensitas bayi menyusui dan gizi seimbang maka kuantitas ASI
akan sesuai dengan kebutuhan si bayi (Admin, 2007).
Zat-zat gizi yang harus menjadi asupan ibu setiap hari adalah sebagai berikut:
a. Kalori
Kebutuhan kalori ibu per hari harus terdiri atas 60-70 persen karbohidrat, 10-20
persen protein, dan 20-30 persen lemak. Kalori ini didapat dari makanan yang
dikonsumsi ibu dalam sehari. Di masa menyusui, kebutuhan ini bertambah sebanyak 500
kalori dari keadaan normal. Jadi, bila ibu biasa makan sehari 3 kali, maka sekarang harus
jadi 4 kali.
Tambahan kalori ini harus ada karena dalam 6 bulan pertama ibu harus
menghasilkan 750 cc ASI per hari. Untuk 6 bulan kedua lebih sedikit lagi, sekitar 600 cc
ASI per hari. Jumlahnya jadi lebih sedikit karena di usia itu bayi sudah mendapat
tambahan makanan lain, sehingga kebutuhan mengisap ASI-nya sudah tidak terlalu
banyak lagi. Sementara itu, jumlah ASI yang diproduksi juga tergantung pada seberapa
sering payudara menerima rangsangan isapan bayi.
Jika ibu memiliki banyak cadangan lemak dari kehamilan, ibu bisa mengkonsumsi
lebih sedikit kalori karena lemak akan dibakar untuk produksi air susu. Jika berat badan
ibu kurang dan hanya menyimpan sedikit cadangan lemak selama ibu hamil, maka ibu
membutuhkan tambahan kalori sebanyak 500 kalori setiap harinya. Terlepas dari
berapapun berat badan ibu, ibu bisa menemukan bahwa ibu masih membutuhkan
tambahan kalori ketika bayi tumbuh dan menuntut lebih banyak susu. Ibu bisa
menentukan hal ini dengan menimbang berat badan. Jika ibu mulai kehilangan berat
badan bebrapa kilogram dengan cepat, tambahkan konsumsi gizi harian. Timbangan berat
badan bayi juga bisa memberitahukan kuantitas ibu cukup, jika bayi tumbuh dengan baik
atau berat badan bayi bertambah (Murkoff,2006).
b. Protein
Kebutuhan protein ibu dalam keadaan normal biasanya sekitar 40 gram/ hari.
Selama menyusui, untuk 6 bulan pertama kebutuhannya harus ditingkatkan sebesar 16
gram dan 6 bulan kedua sebanyak 12 gram dan pada tahun kedua sebesar 11 gram.
Dengan adanya tambahan protein ini diharapkan ASI yang dihasilkan mengandung
protein berkualitas. Bila ibu menyusui tak menambah asupan protein, maka selama
produksi ASI berlangsung kebutuhan tambahan protein itu akan diambil dari protein ibu
yang ada di ototnya. Akibatnya, ibu menjadi kurus. Secara alamiah, ibu memang akan
merasa lapar setelah menyusui bayinya. Hal ini dikarenakan protein dari tubuh ibu sudah
disintesa sebagai protein pengganti dalam ASI.
Zat protein yang dibutuhkan ibu menyusui bisa diperoleh dari makanan yang
banyak mengandung protein, baik hewani, seperti daging, sapi, ayam, ikan, seafood,
telur, atau susu dan juga nabati, seperti tahu, tempe, dan kacang- kacangan. Saat
menyusui, ibu harus mengkonsumsi protein dua kali dari porsi biasanya. Misalnya,
biasanya ibu mengkonsumsi satu potong lauk maka saat menyusui ibu harus
mengkonsumsi dua potong lauk.
c. Lemak
Kebutuhan lemak tetap harus memenuhi proporsi kebutuhan kalori sehari-hari ibu
yaitu sekitar 20-30 persen. Bertambahnya kebutuhan kalori maka kebutuhan gram
lemaknya pun bertambah sesuai proporsi yang diasupnya.
Untuk bisa menghasilkan ASI berkualitas dibutuhkan zat-zat lemak tak jenuh
ganda. Lemak ini dibutuhkan bayi untuk perkembangan otak dan retina mata. Asam
lemak tak jenuh ganda dalam ASI akan terbentuk bila ibu mengkonsumsi bahan makanan
seperti minyak jagung atau minyak biji kapas dan ikan seperti; haring atau salmon yang
mengandung asam lemak tak jenuh.
d. Mineral
Mineral dan vitamin termasuk mikronutrien, yaitu zat gizi yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit. Pertambahannya mineral dan vitamin tidak begitu mempengaruhi bagi ibu
menyusui karena yang dibutuhkan hanya sedikit sekali atau hanya dalam hitungan ukuran
miligram atau bahkan mikrogram. Hal ini dikarenakan kandungan mineral dalam ASI
biasanya konstan. Namun bukan berarti kebutuhan mineral boleh diabaikan.
Beberapa mineral yang perlu bagi ibu menyusui adalah zat besi. Zat besi yang
berasal dari ASI mudah diserap bayi dibandingkan dengan zat besi yang terdapat pada
susu sapi. Dari ASI, bayi bisa menyerap zat besi sebanyak 50 persen, sedangkan dari susu
sapi sekitar 10 persen atau kurang. Oleh karena itu, ibu menyusui diharapkan banyak
mengonsumsi makanan yang merupakan sumber zat besi, seperti hati, sumsum tulang,
telur, dan sayuran berwarna hijau tua.
Selain itu, mineral lainnya yang sangat dibutuhkan adalah yodium. Ibu menyusui
sebenarnya mudah memperolehnya dari garam yang beryodium. Ada lagi mineral lain
yang dibutuhkan, walau sedikit, yaitu seng, magnesium dan selenium, yang bisa didapat
dari makanan hewani.
Saat menyusui ibu dianjurkan menambah asupan kalsium sebanyak 400 mg/hari.
Sumber kalsium banyak terdapat pada susu, yoghurt, keju, dan aneka ikan laut. Pada saat
menyusui ibu mengeluarkan zat besi sebanyak 0,3 mg/Kkal/hari dalam bentuk ASI. Maka
ibu menyusui memerlukan tambahan zat gi besi sekitar 2 mg/hari. Simber zat besi dapat
diperoleh dari bahan makanan hewani maupun nabati. Sumber bahan makanan hewani
karena mempunyai daya serap 20-30%.
e. Vitamin
Ada dua macam vitamin, yaitu vitamin larut dalam lemak dan larut dalam air.
Keduanya dibutuhkan untuk memenuhi standar kualitas ASI. Yang larut dalam lemak
adalah vitamin A, D, E, dan K. Untuk vitamin K, bayi sebetulnya diharapkan dapat
membentuknya sendiri di usus. Hanya saja, karena usus bayi baru lahir masih steril, maka
biasanya asupan vitamin K didapat dari suplemen yang disuntikkan.
Vitamin A didapat bayi dari ASI. Untuk memenuhi kebutuhannya, ibu perlu
mengkonsumsi makanan hewani, seperti hati, maupun makanan nabati berwarna hijau tua
atau kuning seperti wortel, jeruk, dan tomat.
Vitamin D didapat dari sinar matahari. Makanya ibu harus rajin berjemur bersama
bayinya di pagi hari. Vitamin D yang dibentuk di tubuh ibu akan disalurkan pula kepada
bayinya lewat ASI. Sedangkan vitamin E juga bisa didapat dari biji-bijian, kacang-
kacangan, dan serealia.
Sementara dari jenis vitamin yang larut dalam air, yang paling banyak dibutuhkan
adalah vitamin C. Pasokan vitamin ini ikut mempengaruhi jumlah ASI yang dapat
dikeluarkan. Oleh karena itu, ibu menyusui harus cukup mendapat vitamin C.
Konsumsinya tak perlu berlebihan, sehari hanya sekitar 60 -120 mg. Jadi konsumsi
vitamin C dosis tinggi sebesar 500 atau 1.000 mg sebetulnya mubazir, karena
kelebihannya akan dikeluarkan lewat air seni.
Selain itu, ibu juga membutuhkan berbagai vitamin B, seperti vitamin B6 dan
vitamin B12 agar ASI-nya pun mengandung cukup vitamin B. Pada bayi, vitamin ini
berfungsi sebagai regulator terjadinya metabolisme dalam tubuh untuk menghasilkan
energi bagi pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian, keberadaan vitamin B6 pada ASI sangat bergantung pada
jumlah vitamin B6 yang dimiliki ibu. Bila ibu kekurangan vitamin B6, sudah pasti ASI-
nya juga tidak cukup mengandung vitamin ini. Vitamin B6 banyak terdapat antara lain
pada sayuran berwarna hijau tua dan daging.
f. Minum sedikitnya 8 gelas cairan (susu,air,kaldu atau sup,dan sari buah);
minumlah lebih banyak pada cuaca panas dan jika anda mulai banyak berkeringat. Tetapi
kelebihan minum (lebih dari 12 gelas per hari) bukanlah hal yang terbaik, justru akan
menghambat produksi susu. Rasa haus dan jumlah air kemih bisa membantu mengukur
kebutuhan ibu (Murkoff, 2006)
Disamping zat-zat gizi yang telah dipaparkan di atas maka ibu juga harus
menghindari makanan yang banyak mengandung bumbu, terlalu panas dan dingin, dan
yang mengandung alkohol (Soetjiningsih, 1997; Krisnatuti & Hastoro, 2000). Ibu tidak
diperbolehkan merokok. Karena nikotin dapat memasuki air susu ibu sehingga kualitas
ASI tidak begitu baik. Namun jika ibu tidak bisa berhenti merokok, sebaiknya ibu tetap
memilih untuk menyusui dengan cara lebih sedikit menghisap rokok, menghisap rokok
yang rendah nikotin, menyusui bayi selama 90 menit sesudah rokok yang terakhir
sehingga tidak ada atau hanya sedikit nikotin di dalam ASI ketika bayi menyusu
(Murkoff, 2006).
Tabel 2.2 Komposisi zat gizi yang dibutuhkan ibu selama menyusui
No. Zat Gizi Wanita
Dewasa(*)
Ibu menyusui
0-6 bulan 7-12 bulan
1. Energi 2200 + 700 +500
2. Protein (g) 48 +16 +12
3. Vitamin A (mg) 500 +350 +300
4. Vitamin D (mg) 5 +5 +5
5. Vitamin E(mg) 8 +4 +2
6. Vitamin K(mg) 6,5 Sama Sama
7. Tiamin (mg) 1,0 +0,3 +0,3
8. Riboflavin (mg) 1,2 +0,4 +0,3
9. Niasin (mg) 9 +3 +3
10. Vitamin B12 (mg) 1,0 +0,3 +0,3
11. Asam folat (mg) 150 +50 +40
12. Piridoksin (mg) 1,6 +0,5 +0,5
13. Vitamin C (mg) 60 +25 +10
14. Kalsium (mg) 500 +400 +400
15. Fosfor (mg) 450 +300 +200
16. Besi (mg) 26 +2 +2
17. Seng (mg) 15 +10 +10
18. Yodium (mg) 150 +50 +50
19. Selenium (mg) 55 +25 +20
Sumber: Muhilal, dkk, (1998) dikutip oleh (Krisnatuti & Hastoro, 2000)
Keterangan:
(*) wanita dewasa berusia 20-45 tahun, berat badan 54 Kg, tinggi badan 156 cm. (+)
jumlah tambahan yang dibutuhkan.
Tabel 2.3 Contoh menu sehat untuk ibu menyusui terutama ditujukan pada wanita usia
20 s/d 36 tahun sebagai berikut:
Sumber: Moenek, (2008)
Menurut Moenek (2008) beberapa ukuran rumah tangga yang dapat digunakan ibu
menyusui dalam menyusun menu sehat saat menyusui adalah sebagai berikut:
Hari ke-1 Menu Berat/volume
ukuran
Makan pagi Nasi goreng komplit
Susu coklat
Aneka buah iris
Kalori: 536 kalori
Piring sedang
200 ml
Selingan Puding susu saus jeruk Pisang susu
Kalori: 484 kalori
Piring sedang 2 buah
Makan siang Nasi jagung
Sayur bening daun katu Pepes
kakap
Papaya
Kacang hijau labu kuning
Kalori: 536 kalori
150 g
Mangkuk sedang
1 bungkus sedang
1 potong sedang
Selingan Laksa
Juice jeruk
Kalori: 470 kalori
Piring sedang
200 ml
Makan malam Nasi merah
Ca udang kangkaung Tempe goring
Kalori: 511 kalori
100 g
Mangkuk kecil
1 potong sedang
Selingan Wedang ronde susu Mangkuk sedang
Pisang rebus
Kalori: 463
2 potong sedang
Tabel 2.4 Bahan makanan sumber hidrat arang (satu satuan penukar mengandung: 175
kkal, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat
Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT
Nasi 100 3⁄4 gls Maizena 40 8 sdm
Nasi tim 200 1 gls Tepung
beras
50 8 sdm
Bubur beras 400 2 gls Tepung
singkong
40 8 sdm
Nasi jagung 100 3⁄4 gls Tepung
sagu
40 7 sdm
Kentang 200 2 bj sdg Tepung
terigu
50 8 sdm
Singkong 100 1 ptg sdg Tepung
hunkwee
40 8 sdm
Talas 200 1 bj bsr Mi basah 200 11⁄2 gls
Ubi 150 1 bj sdg Mi kering 50 1 gls
Biskuit meja 50 4 bh Havermout 50 6 sdm
Roti putih 80 2 iris Bihun 50 1⁄2gls
Kraker 50 5 bh bsr
Tabel 2.5 Bahan makanan sumber mengandung: 95 kkal, 10 gram protein dan 6 gram
lemak)
Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT
Daging sapi 50 1 ptg sdg Telur ayam 60 1btr
Daging babi 25 1 ptg kcl Telur bebek 60 1btr
Daging ayam 50 1 ptg sdg Telur puyuh 60 6 btr
Hati sapi 50 1 ptg sdg Ikan segar 50 1 ptg sdg
Dadih sapi 50 2 ptg sdg Ikan asin 25 2 ptg sdg
Babat 60 2 ptg sdg Ikan teri 25 2 sdm
Usus sapi 75 3 bulatan Udang basah 50 1⁄4gls
Bakso daging 100 10 bj sdg
Tabel 2.6 Bahan makanan sumber protein nabati (Satu satuan penukar mengandung: 80
kkal, 6 gram protein, 3 gram lemak dan 8 gram karbohidrat)
Bahan Makanan Berat
(gram)
URT Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT
Kacang hijau 25 2 1⁄2 sdm Kacang 25 2 1⁄2 sdm
Kacang kedelai 25 2 1⁄2 sdm tolo 50 2 ptg sdg
Kacang merah 25 2 1⁄2 sdm Oncom 100 1 bj bsr
Kacang tanah kupas 20 2 sdm Tahu 50 2 ptg sdg
Keju kacang tanah 20 2 sdm Tempe
Tabel 2.7 Buah-buahan (satu satuan penukar mengandung: 40 kkal, dan 10 gram hidrat
arang)
Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT
Adpokat 50 1⁄2 bh bsr Mangga 50 1⁄2 bh bsr
Apel 75 1⁄2 bh sdg Nanas 75 1/6 bh sdg
Anggur 75 10 bj Nangka 50 3 bj
Belimbing 125 1 bh bsr Pepaya 100 1 bh sdg
Jambu biji 100 1 bh bsr Pisang ambon 50 1 bh sdg
Jambu air 100 2 bh sdg Pisang raja 50 2 bh kcl
Jambu bol 75 3⁄4 bh sdg Rambutan 75 8 bh
Duku 75 15 bh Salak 75 1 bh bsr
Durian 50 3 bj Sawo 50 1 bh bsr
Jeruk manis 100 2 bh sdg Sirsak 75 1⁄2 gls
Kedondong 100 1 bh bsr Semangka 150 1 ptg bsr
Kemang 100 1 bh bsr Melon 150 1 ptg bsr
Tabel 2.8 Minyak (satu satuan penukar mengandung : 45 kkal, dan 5 gram lemak)
Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT Bahan
Makanan
Berat
(gram)
URT
Minyak
kacang
5 1⁄2 sdm Kelapa
parut
30 5 sdm
Minyak
goreng
5 1⁄2 sdm Santan 50 1⁄2 gls
Minyak
ikan
5 1⁄2 sdm Lemak sapi 5 1 ptg kcl
Margarin 5 1⁄2 sdm Lemak babi 5 1 ptg kcl
Kelapa 30 1 sdm
2 Penggunaan Obat-Obatan Saat Menyusui
Menurut Depkes (2006) hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui
terdeteksi didalam ASI dan umumnya berada dalam konsentrasi rendah. Konsentrasi obat
dalam darah ibu akan ditransfer ke ASI. Meningkatnya volume darah, cairan tubuh dan
curah jantung saat kehamilan memerlukan pemberian obat yang kronik sesuai dengan
dosis karena volume darah, cairan tubuh dan curah jantung akan normal setelah satu
bulan ibu melahirkan.
Obat yang larut dalam lemak akan mudah melewati membran sel alveoli dan
kapiler susu. Obat yang ukurannya (<200 Dalton) akan mudah melewati pori membran
epitel susu. Obat yang terikat dengan protein plasma tidak dapat melewati membran,
hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.
Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI karena itu obat yang bersifat basa lemah
di plasma akan lebih banyak bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus membran
alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI obat yang bersifat basa tersebut akan
mudah terion sehingga tidak mudah untuk melewati membran kembali ke plasma.
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat ASI dan di plasma ibu.
Rasio M:P >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI, sebaliknya rasio M:P
<1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.
Kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu meminum obat. Hal
ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada
kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik
terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan tetapi tetap harus dipompa.
ASI dapat diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat
diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat.
Rasio benefit dan risiko penggunaan obat ibu menyusui dapat dinilai dengan
mempertimbangkan reaksi yang tidak dikehendaki, adanya metabolit aktif, dosis dan
lamanya terapi, umur bayi, bukti klinik dan farmakoepidemilogi data.
Table 2.9 Daftar obat – obat yang kontraindikasi selama menyusui
OBAT / GOL.
OBAT
EFEK PADA BAYI
Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan iritasi, dan
pola tidur yang jelek
Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek sitotoksik obat pada bayi
belum diketahui
Bromokript in Menekan laktasi
Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena CNS stimulan
dan intoksikasi
Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan kejang telah
dilaporkan
Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang tinggi pada
ibu dapat menyebabkan bayi yang disusui : sedasi, diaforesis,
deep sleep, lemah,menghambat pertumbuhan danberat badan
abnormal. Paparan yang kronik juga menimbulkan
keterlambatan perkembangan psikomotor. Bayi dari ibu
alkoholik menyebabkan risiko yang potensial hipoprotombin
berat,perdarahan, dan pseudo cushing sindrome. AAP
mengklasifikasikan compatible (dapat diterima), tapi harus
dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu review menyarankan
untuk menunggu 1-2 hari setelah minum sebelum menyusui
Immunosupresan Potensial menekan sistem imun
Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 % dari
konsentrasi serum plasma ibu menyebabkan reaksi toksik yang
potensial, kontraindikasi
Asam lisergat
dietilamida (LSD)
Kemungkinan diereksikan dalam ASI
Mariyuana Diekskresikan dalam ASI
Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi karena
potensial terjadi diare berat pada bayi
Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi melalui perokok
pasif lebih tinggi dari pada melalui ASI. Merokok secara
umum tidak direkomendasikan selama menyusui, menurunkan
produksi ASI
Pensiklidin Potensial bersifat halusionogenik
Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi
Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi
Sumber: Depkes, (2006)
Table 2.10 Daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu menyusui
OBAT / GOL.
OBAT
EFEK PADA BAYI
Acetaminophen Compatible, malulopapular rash pada bayi bagian atas dan
wajah pada bayi telah dilaporkan
Acyclovir Compatible Terkonsentrasi dalam ASI
Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar melalui ASI.
Penggunaan obat lain yang termasuk golongan ini selama
menyusui dipertimbangkan
Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak direkomendasikan karena
waktu paruh eliminasi panjang
Amitript ilin Tidak ada efek samping yang dilaporkan, tapi AAP
mempertimbangkan penggunaannya
Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-hati pada bayi
dengan fenilketonuria.
Aminoglikosida Potensial mengganggu flora normal saluran cerna bayi
Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat (asidosis
metabolik), potensial terjadi gangguan fungsi platelet dan
rash, AAP merekomendasikan penggunaannya dengan
perhatian.
Beta – blocker Amati pada bayi tanda-tanda blokade seperti hipotensi,
bradikardi, asebutolol, atenolol dan nadolol terkonsentrasi
dalam ASI
Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur.
Bupropion Terakumulasi dalam ASI, penggunaan dengan hati-hati
Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi berat,
compatible dalam jumlah biasa. Amati iritasi dan gangguan
tidur
Carbamazepin Compatible
Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus, considered
Chloramfenikol Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan sumsum tulang.
AAP merekomendasikan penggunaannya dengan hati-hati
Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas teramati pada
bayi. AAP mempertimbnagkan penggunaannya karena efek
dan potensial galaktore
Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial menekan asam
lambung, menghambat metabolisme obat, dan CNS stimulan.
Compatible
Clinda misin Considered compatible
Codein Compatible
Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan, amati
akumulasi pada bayi, pertimbangkan penggunaannya
Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible
Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang dilaporkan
Sumber: Depkes, (2006)
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas ASI
Hampir semua ibu yang baru melahirkan dapat memproduksi ASI. Umur dan
paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI. Lipsman et al
(1985) dalam Evawany (2005) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja
dengan gizi baik, produksi ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi
dari 25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari
keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali
(Zuppa et al, 1989 dalam Evawany (2005), dan oleh Butte et al (1984) dan Dewey et al
(1986) dalam Evawany (2005) secara statistik tidak terdapat hubungan nyata antara
paritas dengan produksi ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
Tanda bayi kurang ASI dapat dilihat dari kenaikan berat badan kurang dari 500
gram sebulan atau setelah usia 2 minggu berat bayi yang pada hari-hari pertama
cenderung menurun, belum kembali mencapai berat lahir, jumlah kencing bayi sedikit
dan terkonsentrasi, yaitu kurang dari 6 kali sehari, berwarna gelap dan berbau tajam, bayi
tidak puas setelah menyusu, bayi sering menangis, bayi menolak disusui, kotoran bayi
keras, kering dan berwarna hijau, payudara ibu tidak membesar selama hamil, dan setelah
melahirkan ASI tidak keluar (Soetjiningsih, 1997; Roesli 2002; Simkin, 2007;Varney
2007).
Untuk menghasilkan kuantitas ASI yang cukup maka ibu menyusui perlu
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas ASI sebagai berikut:
8.1 Pengaruh Isapan Bayi
Roesli (2000) menyatakan pada waktu bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua
refleks yang menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dengan jumlah yang tepat
pula, yaitu refleks produksi ASI atau refleks prolaktin dan refleks pelepasan ASI atau let
down refleks.
1. Reflek proklatin Pada saat bayi mengisap ASI maka akan terjadi perangsangan
pada ujung saraf di sekitar payudara. Saraf ini akan membawa pesan ke bagian
depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin kemudian akan
dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara guna merangsang pembuatan ASI. Jadi
pengosongan pada payudara merupakan perangsang diproduksinya ASI. Kejadian
dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks prolaktin.
Jadi, semakin sering bayi menyusu atau semakin sering ASI dikeluarkan maka
ASI yang akan diproduksi lebih banyak. Sebaliknya, bila bayi berhenti menyusu
atau sama sekali tidak pernah menyusu maka payudara akan berhenti
memproduksi ASI.
2. Let Down Refleks Pengeluaran ASI juga terjadi akibat sel otot halus disekitar
kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI keluar. Mengerutnya
payudara pengaruh adanya hormon oksitosin. Hormon oksitosin berasal dari
belakang kelenjar hipofisa. Seperti halnya prolaktin, oksitosin juga dihasilkan bila
payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju
payudara. Kejadian ini disebut refleks oksitosin (let down refleks).
Bayi tidak akan mendapat cukup ASI bila hanya mengandalkan refleks
pembentukan ASI atau refleks prolaktin saja. Bila refleks oksitosin tidak bekerja maka
bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.
8.2 Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Menurut Derek (2005) kuantitas air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan,
ketakutan, sakit, pengunjung yang tidak simpatik dan berbagai bentuk ketegangan
emosional, mungkin akan mengakibatkan ibu gagal dalam menyusui bayinya karena
kondisi ini dapat menghambat pengeluaran hormon oksitosin sehingga mencegah
masuknya air susu ke dalam pembuluh payudara. Dalam kasus ini, meskipun air susu
dihasilkan, bayi akan mendapatkan sedikit ASI sehingga bayi menangis karena lapar dan
keadaan ini akan semakin menambah kecemasan dan menimbulkan ketakutan pada ibu.
Ketentraman jiwa dan pikiran ibu juga dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga,
suami dan petugas kesehatan. Dengan adanya dukungan dari keluarga dapat mengurangi
kecemasan ibu. Keluarga dapat menyediakan makanan dan minuman tambahan yang
bergizi bagi ibu menyusui untuk mendukung produksi ASI dan menjaga kesehatan ibu.
Suami dapat memberikan motivasi dan rasa bangga karena ibu dapat memberikan ASI,
pemilihan tempat pemeriksaan kehamilan, persalinan dan imunisasi. Suami juga dapat
memberikan dukungan dengan cara terlibat dalam berbagai kegiatan pengasuhan bayi.
Dengan dukungan ibu akan semakin percaya diri dalam memberikan ASI (Linkages,
2009).
Sedangkan petugas kesehatan dapat memberikan dukungan pada ibu dengan cara
berkomunikasi, memberikan saran, dorongan dan penyuluhan untuk memfasilitasi
kemampuan ibu dalam memberikan ASI. Petugas kesehatan juga dapat memastikan
bahwa posisi bayi menyusu sudah benar. Petugas juga dapat memberikan dukungan
dengan mengobservasi dan menyelesaikan masalah yang ada berkaitan dengan pemberian
ASI (Welford, 2009).
8.3 Pengaruh Persalinan dan Kebijakan di Tempat Persalinan
Menurut Arifin (2004) kualitas dan kuantitas ASI dapat dipengaruhi proses
persalinan. Proses persalinan yang normal sangat mendukung dalam pemberian ASI
khususnya sejam atau lebih setelah persalinan. Persalinan yang normal akan
memudahkan ibu langsung berinteraksi segera dengan si bayi. Jika bayi tidak diberikan
ASI dengan segera, bayi sudah mulai mengantuk dan mengalami kesulitan untuk
memegang puting dengan efektif.
ASI baru mulai mengalir tiga sampai lima hari setelah persalinan tetapi bayi akan
mendapat kolostrum, yaitu cairan yang berwarna kekuning-kuningan yang berisi protein
dan antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi. Kolostrum tidak memberikan kalori
maupun cairan sebanyak ASI, tetapi tetap merupakan sumber penting dari nutrisi dan
kekebalan. Maka pada saat seperti ini sangat diperlukan peran petugas kesehatan untuk
menjelaskan kondisi yang sedang dialami ibu, karena kondisi belum keluarnya ASI
membuat ibu mengira bahwa ASInya tidak cukup sehingga ibu akan berhenti menyusui
(Shelov, 2004).
Menurut WHO (1991, dalam Linkages, 2009) ada beberapa kebijakan untuk
menolong ibu menyusui dengan baik seperti petugas kesehatan harus memiliki kebijakan
tertulis mengenai pemberian ASI yang secara rutin disampaikan pada ibu menyusui,
memberitahukan pada ibu hamil tentang manfaat dan proses pemberian ASI, membantu
ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu setengah jam setelah melahirkan, menunjukkan
pada ibu cara menyusui bayi dan cara mempertahankan kelancaran produksi ASI bila ibu
harus terpisah dengan bayinya. Tidak memberikan makanan dan minuman lain selain ASI
kepada bayi baru lahir, kecuali terdapat indikasi medis seperti ibu mengalami kanker
payudara, menempatkan ibu dan bayi dalam satu kamar sehingga selalu bersama-sama
selama 24 jam sehari (Wikojosastro, 2002), menganjurkan pemberian ASI sesuai dengan
permintaan bayi, tidak memberikan dot kepada bayi yang menyusui, membina
dibentuknya kelompok-kelompok pendukung pemberi ASI dan menganjurkan ibu
menghubungi petugas kesehatan setelah mereka pulang dari rumah sakit atau klinik.
Semua hal diatas adalah kebijakan yang dapat disampaikan petugas kesehatan demi
mendukung lancarnya pemberian ASI.
8.4 Penggunaan Alat Kontrasepsi
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil
yang mengandung hormon esterogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi
ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat
kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat
merangsang produksi ASI (Arifin, 2004).
Welford (2009) juga menyarankan metode penggunaan kontrasepsi seperti pil
kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron, karena progesteron tidak
mempengaruhi suplai ASI.
8.5 Perawatan Payudara dan Keterampilan dalam Pemberian ASI
Salah satu tanda kehamilan adalah perubahan pada payudara ibu. Perubahan
hormonal sejak saat pembuahan memiliki efek yang cepat pada payudara. Peredaran
darah ke payudara meningkat, dan secara berangsur-angsur akan berkembang jaringan
penghasil dan penyimpan ASI (Welford, 2009). Perubahan payudara ini ditandai dengan
pembesaran payudara ibu. Pembesaran payudara biasanya terjadi pada usia kehamilan 6-
8 minggu. Payudara akan terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas melebarnya
pembuluh darah di permukaan kulit (Arifin, 2004) dan terjadi dalam bebrapa jam sekitar
24-48 jam. Perubahan pada payudara memerlukan perawatan pada payudara selama
kehamilan. Hal ini bertujuan agar produksi ASI cukup semasa ibu menyusui, tidak terjadi
kelainan pada payudara dan bentuk payudara tetap baik setelah menyusui (Roesli, 2000).
Menurut (Roesli, 2000) dan Varney (2007) perawatan payudara dapat dilakukan ibu
pada usia kehamilan 2 bulan sebaiknya ibu mulai menggunakan BH/bra yang dapat
menopang perkembangan payudaranya. Setelah menyusui dilakukan gerakan otot-otot
badan yang berfungsi menopang payudara. Misalnya gerakan untuk memperkuat otot
pektoralis: kedua lengan disilangkan didepan dada, saling memegang siku lengan lainnya,
kemudian lakukan tarikan sehingga terasa tegangan otot-otot di dasar payudara. Gerakan
ini dapat dilakukan ibu sekali atau dua kali dalam sehari. Mengompres payudara selama
2-3 menit dengan kapas yang dibasahi dengan air hangat. Hal ini berguna merangsang
dilatasinya pembuluh-pembuluh saluran payudara sehingga ASI mudah mengalir ke
areola.
Gunakan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi pembengkakan.
Menurut Verney (2007) disamping perawatan payudara, ibu juga perlu mengetahui
keterampilan-keterampilan yang dapat digunakan oleh ibu ketika memulai pemberian
ASI dan selama periode menyusui bayi secara keseluruhan adalah masase payudara,
pengeluaran ASI secara normal (memerah payudara), dan nipple rolling atau memuntir
puting payudara. Masase payudara dan memerah ASI pada awalnya meningkatkan aliran
ASI dengan membersihkan sinus-sinus dan duktus-duktus laktiferus kolostrum pertama
yang lengket, selanjutnya membentuk aliran kolostrum yang kurang pekat. Duktus dan
sinus ini juga digunakan untuk mengurangi pembengkakan, membantu bayi menyusui,
dan mengumpulkan ASI.
Masase payudara dan memerah ASI tidak boleh dilakukan sebelum ibu melahirkan
dengan dua alasan:
1. Stimulasi payudara saat antepartum dapat menyebabkan pelepasan oksitosin,
akibatnya bias terjadi persalinan prematur.
2. Kolostrum pekat berfungsi sebagai barier terhadap bakteri antepartum. Membuang
kolostrum akan menyebabkan payudara rentan terhadap kemungkinan infeksi.
Masase payudara dan memerah ASI dilakukan secara berurutan karena masase
meningkatkan sirkulasi dan memfasilitasi aliran melalui system duktus dari sinus
laktiferus. Praktik memerah ASI kemudian mengeluarkan air susu dari sinus-sinus dan
melaui duktus di dalam puting ke permukaan puting. Kompres hangat payudara sebelum
masase. Sedangkan memuntir payudara bertujuan memperkuat otot-otot erector puting
sehingga bayi mudah untu menyusu. Memuntir payudara tidak dibolehkan bersamaan
foreplay payudara dan koitus, jika wanita memiliki riwayat tanda dan gejala persalinan
prematur.
9. KEBAIKAN ASI DAN MENYUSUI.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat
untuk:
* Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
* Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam
organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
* Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
* Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6
bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,
Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada
bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada
bayinya.
b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi
perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian keukuran sebelum hamil
d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan
(menjarangkan kehamilan)
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
g. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga
h. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya
i. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat
besisebanyak ketika mengalami menstruasi
j. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan
lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan.
10. MANFAAT ASI
10.1Untuk Bayi
Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada
bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua
zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan
pertama kehidupannya.Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua
kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi,
akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat. ASI
disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik
untuk sapi.
PROSES TERBENTUKNYA ASI
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses laktasi mencakup :
1. Mammogenesis : Terjadi pertumbuhan payudara baik dari ukuran maupun berat dari
payudara mengalami peningkatan.
2. Laktogenesis :
Tahap 1 (kehamilan akhir) : Sel alveolar berubah menjadi sel sekretoris
Tahap 2 (hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran) : Mulai terjadi sekresi susu, payudara
menjadi penuh dan hangat. Kontrol endokrin beralih menjadi autokrin.
3. Galaktopoiesis
4. Involution
Komposisi ASI ideal untuk bayi
Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan
alergi.Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si
ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio),
antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI. Bayi
ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi
banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan,
asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan
suhu susu yang pas.
Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan
antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi
kemapanan emosi si anak di masa depan. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang
terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.
Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI
akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan
berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
Beberapa penyakin lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS
(kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis. IQ pada
bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun
1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih
tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula. Menyusui bukanlah sekadar
memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah
dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga
kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi
pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk
menyayangi orang lain.
10.2 Untuk Ibu
1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke
masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke
dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah
terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol susu,
dot, dsb
5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus membawa
banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas, dsb
6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan perlengkapannya
7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril
Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya mendapat
manfaat fisik dan manfaat emosional
8. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara. Bila
gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh
ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang
ASI-nya sebelum menyusui.
10.3 Untuk Keluarga
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak
untuk merebus air, susu atau peralatan.
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan
kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
3.Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.
4.Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5.Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI
selalu siap tersedia.
6.Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dll.
9.4 Untuk Masyarakat dan Negara
1. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan
lain untuk persiapannya.
2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih sedikit.
4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.
5. Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai kayu bakar
untuk merebus air, susu dan peralatannya.
6. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.
11. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)
- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu
botol.
- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada
kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi
dan memberikan ASI yang cukup.
- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua
sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan
dan membesarkan hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang
baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu.
- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar
menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu
dua minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
- Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa
dan minum minimal 8 gelas sehari.
- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan
menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
- Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-
ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASDI
yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
Makanan Bayi Berusia 0-4 bulan
Ibu-ibu seharusnya bersyukur bila payudaranya, ternyata dapat memproduksi air susu
yang berlimpah, karena anugrah tuhan ini tidak dimiliki oleh semua ibu. Meskipun
demikian, diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu
menghasilkan air susu dalm jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya, secara penuh
tanpa makanan tamabahan selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang
baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama 3 bulan
pertama (Warno FG, 1990 hal.175).
Dalam usia 0-4 bulan bayi sepenuhnya mendapat makanan berupa ASI dan tidak perlu di
beri makanan lain, kecuali jka ada tanda-tanda produksi ASI tidak mencukupi.
Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi semasa hamil.
Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi selain akan melahirkan anak yang
gizinya tidak baik, juga kemungkinan dapat melahirkan anak dengan berbagai kelainan
dalam pertumbuhannya, atau mungkin anak akan lahir mati. Sejak terjadinya pembuahan
terhadap sel telur dalam rahim ibu.
Hanya makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya yang dapat
membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak yang sesuai
merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu. Menyusui adalah cara
makan aanak-anak yang tradisional dan ideal, yang biasanya sanggup memenuhi
kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup empat sampai enam bulan pertama.
Bahkan setelah diperkenankan bahan makanan tambahan yang utama, ASI masih tetap
merupakan sumber utama yang bisa mencukupi gizi.
Dalam tahap usia sejak lahir sampai 4 bulan, ASI merupakan makanan yang paling
utama. Pemberian ASI masa ini memberikan beberpa keuntungan.
Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnyabagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat
diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai
dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi.
ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 4bulan. Hal ini
sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru pada
usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6 bulan
karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 4 bulan pertama.
Adapun makanan bayi umur 0-4 bulan adalah sebagai berikut:
- Susui bayi segera 30 menit setelah lahir.
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini ASI saja
sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik untuk
bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menysusui akan terjalin
hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
- Berikan Kolostrum
- Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap
kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai
kosong merangsang produksi ASI yang cukup.
- Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal.
- Berikan ASI 0-10 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.
BAB III
PEMBAHASAN
ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru lahir. ASI dapat
memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya,
sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Selain sebagai sumber energi
dan zat gizi, pemberian ASI juga merupakan media untuk menjalin hubungan psikologis
antara ibu dan bayinya.
Hubungan ini akan menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu kepada bayinya
serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga terjalin hubungan yang
harmonis dan erat. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui bayinya atau
menghentikan menyusui lebih dini. Untuk itu dalam Bab pembahasan ini akan dibahas
“Mengapa ASI Ekslusif tidak diberikan, dan kemungkinan faktor-faktor yang
mempengaruhi tidak diberikannya ASI Ekslusif.”
Penelitian dan pengamatan yang dilakukan diberbagai daerah menunjukkan dengan jelas
adanya kecenderungan meningkatkannya jumlah ibu yang tidak menyusui bayi ini
dimulai di kota terutama pada kelomopk ibu dan keluarga yang berpenghasilan cukup,
yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa.
Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di
Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh. Antara lain:
a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga
pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang terpandang
dilingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya
tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi tidak
dapat diwariskan.
b. Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan
Teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu
buatan bayi, mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.
c. Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu beranggapan
bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI
d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial,
maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi
yang ditinggalkan dirumah.
e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah satu
simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi, terdidik dan mengikuti
perkembangan zaman.
f. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang.
g. Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua petugas
paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk
menyusui bayi mereka, serta praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada
bayi yang baru lahir.
Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor intern dari
ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu
bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri,
kelainan pada putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria yang
merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya, demikian juga ibu
yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang relatif lebih sedikit
dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya baik.
Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya
(prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin masih
telalu lemah abaila mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam keadaan
sakit.
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai cara – cara
pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah membawa
pengaruh terhadap banyak para ibu untuk tidak menyusui bayinya, padahal makanan
penganti yang bergizi tinggi jauh dari jangkauan mereka. Kurangnya pengertian dan
pengertahuuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah
terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).Kesehatan/status gizi bayi/anak
serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah.
Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang
luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
Pada penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu –ibu yang lama
pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu – ibu yang buta huruf.
Demikian juga di Indonesiabahwa pemberian makanan padat yang terlalu
dini.Sebahagian besar dilakukan oleh ibu- ibu yang berpendidikan rendah , agaknya
faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap
lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila pemikiran tentang
menyusui dianggap tidak sopan dan memerlukan , maka “let down reflex” (reflex keluar)
akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka
pengisapan akan tidak terbatas dan “du demand” (permintaan) akan menolong
pengeluaran ASI.
Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat rendah produksi ASInya,
sehingga bayi cendrung mengalami malnutrisi. Alasan lain ibu – ibu tidak menyusui
bayinya adalah karena ibu tersebut secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui
hanya ibu merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk
potongan dan ukuran tubuhnya.
Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah sikap
sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan
mengenai hal – hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersaliin, ibu menyusui dan
bayi baaru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab ruang bersaliiin
dan perawatan dirumah sakit,rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol
pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar iibu mampu memberikan ASI
kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawat disebagian besar rumah
sakit /klinik bersalin.
Semua faktor– faktor terebut diatas yang dianggap sebagai penyebab semakin melorotnya
kegiatan meminumkan air susu ibu ke kalangan para ibu – ibu saat ini.
Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan antara lain :
- Motivasi untuk menyusui.
Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal, dan tidak
dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malu menyusui bayinya. Kebiasaan itu
adpat diciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang melihatnya, sehingga ada
kemauan naluriah melakukan hal yang sama. Bila tumbuh menjadi besar dan punya anak
meeka ingin melakukan hal yang serupa. Sebaliknya, kebiasaan ibu-ibu di kota yang
malu-nalu serta sembunyi-sembunyi menyusui bayinya, tentu akan banyak
mempengaruhi tabiat gadis-gadis disekitarnya untuk berbuat sama, dan menyusui anak
merupakan sesuatu hal yang harus dihindarkan.
Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui anaknya, terutama
sebelum melahirkan. Dan bila menyusui, hendaknya ditingkatkan pada masyarakat,
pengertian tersebut harus ditanamkan pada anak-anak gadis sejak masih usia muda,
bahwa menyusui anak merupakan bagian dari tugas biologis seorang ibu.
Didaerah perkotaan, sasaran yang harus diberi pendidikan adalah para gadis remaja.
Didaerah pedesaan, pendidikan harus diarahkan untuk tujuan mencegah marasmus.
Perkembangan teknologi yang telah dapat menciptakan “humanized milk” menyebabkan
nilai ASI dan kebiasaan menyusui yang pada hakekatnya memberikan fasilitas
kemudahan pengadaan susu, murah serta praktis semakin kurang diminati dan dihindari.
Kemajuan dibidang kesehatan lingkungan dan industri makanan sapihan membuat
segalanya menjadi sangat praktis sehingga para ibu lebih cenderung menggunakan susu
botol. Untuk mengatasi masalah tersebut, ibu-ibu yang mampu harus dihimbau dan diberi
motivasi agar kembali pada praktek menyusui anak sendiri. Karena hal itu mendatangkan
keuntungan bagi hubungan ibu dan anak dan terutama karena hal itu memenuhi ciri dan
kodrat manusia.
KETERAMPILAN MENYUSUI
Banyak permasalahan dalam menyusui seperti (nyeri pada puting susu, susu yang
jumlahnya sedikit, atau ibu tidak nyaman dalam menyusui) bisa dipecahkan dengan
meningkatkan teknik dasar dalam menyusui, khususnya dalam memposisikan ibu dan
bayi dengan benar.
Posisi Ibu :
• Duduklah dengan nyaman dan carilah posisi yang paling nyaman ketika duduk
diatas kursi, atau kursi goyang, kursi berlengan atau bahkan duduk diatas kasur dengan
bersandar pada dinding atau sandaran kasur.
• Letakkan bantal dibelakang punggung, dan dibawah lengan yang akan
memberikan tumpuan ketika ibu menggendong bayi.
• Gunakan tumpuan kaki atau pijakan bila ibu duduk, khususnya bila menggunakan
kursi yang cukup tinggi.
• Bisa juga ibu bersandar pada sandaran kasur dengan posisi menghadap bayi
dengan menggunakan bantal sebagai penyangga kepala, leher, punggung dan kaki bagian
atas.
Posisi bayi :
• Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan mengenakan
pakaian yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak mengenakan pakaian, untuk
meningkatkan kontak dengan ibu.
• Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap payudara. Posisi
leher pada lipatan lengan, badan terbaring disepanjang lengan dan pantat dipegang oleh
tangan.
• Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi bayi berhadapan
dengan badan ibu.
• Posisi tubuh bayi harus dalam kedaan tegak lurus menghadap tubuh ibu, jangan
memutar leher bayi untuk mencapai putting susu ibu.
• Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga lengan.
• Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di bawah payudara
dan lengan yang atas bila mengganggu bisa ditahan dengan menggunakan ibu jari lengan
yang menggendong.
Posisi payudara :
• Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara menjelang
menyusui. Secara manual pijatlah payudara untuk mendapatkan beberapa tetes ASI pada
puting ibu, hal ini akan melembabkan payudara ibu.
• Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak tangan dan jari-
jemari di bawahnya dan ibu jari di atasnya.
• Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah tempat bayi menghisap
susu, hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi.
Memulai menyusui :
• Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu pijatlah bibir bayi
dengan lembut untuk merangsang refleks menghisap pada bayi.
• Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di tengah payudara
dan dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.
• Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting susu ibu, dengan
ini nyeri pada payudara selama menyusui bisa dihindari.
• Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi.
• Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan kita mengatur
posisi payudara dengan baik, tahan berat payudara dengan tangan sehingga berat
payudara tidak seluruhnya membebani mulut dan bibir bayi.
• Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan menghentikan
pemberian ASI, jangan menarik mulut bayi dari payudara ketika bayi masih menghisap.
Maka hentikan dahulu hisapan bayi lalu jauhkan bayi dari payudara dengan perlahan-
lahan, hal ini bertujuan agar penghentian menyusui ini tidak melukai payudara, yang bisa
berakibat nyeri hingga infeksi payudara.
TANDA CUKUP ASI
Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah cukup mendapatkan ASI,
atau bahkan banyak juga ibu yang bingung dengan berapa banyak atau berapa sering
pemberian ASI yang baik itu.
Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman untuk
mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu :
• Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun secara teratur
untuk menyusui.
• Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan terlihat
sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap dan menelan ASI yang
diberikan.
• Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing payudara setiap
menyusui.
• Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama. Disarankan
juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk memberikan ASI selama beberapa
minggu awal. Setelah lebih dari dua bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih
cepat, maka pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan durasi
menyusui menjadi lebih singkat.
• Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang cukup.
• Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami peningkatan
berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
• Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang sehat pula
TIPS SUKSES ASI EKSKLUSIF
Ini tips dari aku yang sukses ASI eksklusif sampai 6 bulan walaupun ASI-ku tidak
termasuk yang berlimpah dan sukses KB alamiah sampai si kecil 7 bulan.
1. Susui bayi sesering mungkin. Payudara kanan dan kiri. Jangan dijadwalkan. Produksi
ASI mengikuti hukum permintaan, semakin sering dihisap, maka semakin banyak
berproduksi.
2. Pompa payudara sehabis menyusui. Payudara yang kosong akan semakin
mempercepat produksi ASI.
3. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri ke kanan, dan
sebaliknya. ASI yang keluar setelah 15 menit pertama justru banyak mengandung
lemak yang dapat mengenyangkan bayi. Jangan lakukan posisi menyusui tiduran sampe
ketiduran kalau ibus punya kebiasaan tidur “pingsan”. Bisa2 bayinya ketindihan dan gak
bisa bernafas.
4. Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak. Bisa air putih, jus
buah, susu rendah lemak, kuah makanan. Makanannya usahakan banyak sayur hijau dan
makanan laut. Daun katuk segar lebih cepat menghasilkan daripada suplemen seperti Pro
ASI atawa Lancar ASI. Jangan pikirkan diet dulu. Melangsingkan tubuh bisa dilakukan
kapan saja sementara menyusui waktunya cuma sebentar sementara manfaat baiknya
untuk bayi adalah untuk kecerdasan dan daya tahan tubuhnya.
5. Minum madu juga sangat bermanfaat
6. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stres! Stres bikin ASI mendadak kering.
7. Kalau bayi masih tampak kurang puas juga, pompa ASI dan masukkan ke botol untuk
diberikan ke bayi. Tapi sebenarnya penggunaan dot tidak dianjurkan paling tidak sampai
usia bayi 6 bulan sebab dapat mengganggu perkembangan sistem syaraf dan struktur
tulang kepala.
8. Ini yang paling penting, yaitu RASA PERCAYA DIRI bahwa kita MAMPU untuk
memberikan yang terbaik untuk bayi kita yaitu ASI.
Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi2 yang dilahirkan
dengan cara caesar. Bayi “caesar” mengalami intensitas kesakitan yang sangat tinggi
dibandingkan dengan bayi lahir normal yang sudah mengalami exercise dalam proses
kelahiran sebelum khirnya muncul ke dunia dan beradaptasi dengan dunia luar. Dengan
memberikan ASI, maka dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi rasa akit
yang diderita bayi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus diberikan pada
bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa makanan pendamping.
2. Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase
ASI secara Eksklusif.
3. Masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI.
B. SARAN
1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan
menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan
payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.
2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin,
Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru
melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2007). Pengaruh Status Gizi Ibu pada Sukses Menyusui. Diambil dari
http://www.kesehatanonline.com/mod.
Amiruddin,R dan Rostia. (2007). Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi 6-11 Bulan. Diambil dari www.fkmunhas.com
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Arifin. (2004). Pemberian ASI dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Medan: USU
digital library
Arlene, E. (1996). Kehamilan: Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Edisi 1. Jakarta:
Arcan
Ayudiah. (2004). Panduan untuk Menyusui. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular
Bakhtiar, A. (2004). Filsafat Ilmu. Edisi 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Moenek, A. 2008. Gerakan Makanan Beragam, Bergizi dan Seimbang Bagi Ibu Hamil,
Menyusui, Anak Balita dan Anak Sekolah. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Departemen
Pertanian
Bobak, I.M., dkk. (1995). Maternity Nursing. Edisi 4. Jakarta: EGC
Depkes. (2006). Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil Dan Menyusui. Jakarta:
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Derek, L. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: Delaptrasa Publishing
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2007). Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Konseling Menyusui dan Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui. Jakarta:
Departemen Kesehatan
Dhandapany, dkk. (2008). Antenatal counseling on breastfeeding – is it adequate?
Descriptive study from Pondicherry. Diambil dari
www.internationalbreatfeedingjournal.com.
Daulat. (2003). Problema Ibu Menyusui Bayi. Digitized by USU digital library Hilman.
(1995). Gambaran Kepatuhan Pelaksanaan Antenal Care Pada Ibu Primigravida Dan
Multigravida. Diambil dari http://skripsistikes.wordpress.com
Isminarsinah. (2009). Factor-Faktor yang Berpengaruh Dalam Pemberian ASI Eksklusif
pada Ibu Primigravida di RSUD Pandan Arang Boyolali. Diambil dari
http://skripsistikes.wordpress.com
Joeliani, E.L. (2005). ASI dan Menyusui. Jakarta: PT Bhuanan Ilmu Populer
Jhonson, R. (2004). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Edisi 1. Jakarta: EGC
King, F. (1991). Menolong Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka
Krisnatuti, D & Hastoro, I. Menu Sehat untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta: Puspa
Suara.
Linkages. (2009). Melahirkan, Memulai Pemberian ASI dan Tujuh Hari Pertama Setelah
Melahirkan. Diambil dari http://www.linkagesproject.org
Maria, S., dkk, (2005). Agar ASI Lancar di Awal Masa Menyusui. USA: New Beginning
Murkoff, H., Eisenberg, A., & Hathaway, S. (2006). Kehamilan: Apa Yang Anda Hadapi
Bulan Per Bulan. Jakarta: Arcan
Neville, M. & Neifert, M. (1983). Lactation: Physiology, Nutrition, and Breast Feeding.
New York: Plenum Press
Nindya, S. (2001). Dampak Pemberian ASI Eksklusif terhadap Penurunan Kesuburan
Seorang Wanita. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.
Notoadmojo, S. (2003). Ilmu Pengetahuan Masyarakat dan Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta
Nurhayati. (2002). Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI dan Kolostrum di IRNA
Brawijaya BRSD Kepanjen. Diambil dari http://skripsikeperawatan- s1.blogspot.com/
Oetji. (2008). Masalah ASI di Indonesia Siesta. Diambil dari
http://www.kellymom.com/nutrition/mom.diet/html
Perinasia. (1990). Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung Menyusui: Pesan Khusus
pada Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil. Jakarta: Perinasia
Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research: Principles and Methods.
Philadelphia: J.B. Lippincett Company.
Roesli, U. (2000). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara
Shelov, S. (2004). Panduan Lengkap Perawatan untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan
Simkin, P., Whalley, J & Keppler, A. (2007). Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta:
Arcan
Simadasari. (2007). Karakteristik dan Perilaku Ibu Yang Memberikan ASI Eksklusif dan
Manajemen Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe. Digitized by USU FKM
digital library
Soetjiningsih. (1997). ASI untuk Petunjuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC Sudjana.
(2002). Metode Statistik. Edisi Revisi. Bandung: Tarsito Suhartono, S. (2005). Filsafat
Ilmu Pengetahuan. Edisi 1. Jogjakarta: AR-RUZZ Suraatmaja. (1997). Aspek Gizi ASI.
Jakarta: EGC
Sutanto, M. (2008) Bayi Sering Menangis Apakah Ini Tandanya Asi Tidak Cukup.
http://aimi-asi.org/
Tasya. (2008). Tiga Penghambat Pemberian ASI. Diambil dari
http://asiku.wordpress.com/2008/05/27
Tjokronegoro, A. & Sudarsono, S. (2001). Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran.
Jakarta: Gaya Baru
Varney, H., Kriebs, J & Gegor, C. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Watloly, A. 2005. Tanggung Jawab Pengetahuan. Edisi 5. Yogyakarta: Kanisius
Welford, H. (2009). Menyusui Bayi Anda. Jakarta: DIAN RAKYAT
Werna, N. (2006). Pengaruh Metode Demonstrasi Cara Perawatan Payudara Terhadap
Kelancaran Pengeluaran ASI pada ibu Post Partum di Ruang Perawatan Nifas RSIA Sitti
Khadijah I Muhamdyah Cabang Makassar. Makassar: PSIK FK Universitas Hasanuddin
Wikojosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Rachim
Walsh, L. (2007). Buku Ajar kebidanan. Jakarta: EGC Yono. (2009). Tingkat
Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Perawatan Payudara
di Ruang Bersalin RSUD Pemekasan. Diambil dari
http://skripsikeperawatan-s1.blogspot.com/
Yuliani. (2007). Pengaruh Pengetahuan Ibu tentang ASI dan Kondisi Bayi Baru Lahir
terhadap Keputusan Pemberian ASI. Medan: digitized