Upload
ninda-devita
View
50
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN KASUS II
COMBUSTIO
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam MengikutiUjian Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Dr. R Goeteng Taroenadibrata
Disusun Oleh:Ninda Devita (08711236)
Dokter Pembimbing Klinik : Dr. Kusno Wibowo, Sp. B
SMF ILMU BEDAHPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PURBALINGGA2014
1
UNIVERSITA ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
Untuk Dokter Muda
Nama Dokter Muda Ninda Devita Tanda Tangan
NIM 08711236
Tanggal Presentasi
Rumah sakit RSUD dr.R Goeteng Tarunadibrata
Gelombang Periode
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 17 tahun
Alamat : Pangadegan 02/03
Agama : Islam
Mondok di bangsal : Dahlia
Pekerjaan : Karyawan
Tanggal masuk : 26 Desember 2013
Nomer CM : 544148
II. ANAMNESIS
Diberikan oleh : Pasien
Tempat/Tanggal : Bangsal Dahlia/26 Desember 2013
Keluhan Utama : Luka Bakar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan pasien mengalami luka bakar karena
terkena ledakan alat las di tempatnya bekerja kira-kira ± 30 menit sebelum masuk RS.
Luka terjadi di muka, lengan bawah tangan kiri, kedua tungkai atas bawah, dan kedua
kaki. Kulit tampak mengelupas, beberapa terdapat lepuhan, terasa nyeri, dan panas.
Keluhan tidak disertai dahak hitam, batuk, nyeri tenggorokan.
2
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluhan serupa (-), Riwayat mondok (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan serupa (-)
Kebiasaan dan Lingkungan :
Pasien bekerja sebagai karyawan di bengkel las. Saat bekerja pasien tidak memakai
lat pelindung diri.
III. Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrospinal : Demam (-), sakit kepala (-)
Sistem Cardiovaskuler : Nyeri dada (-), berdebar-debar (-), gemetar (-),
Sistem Respiratorius : Batuk (-), sesak napas (-)
Sistem Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), BAB normal, flatus (+)
Sistem Urogenitale : BAK lancar (+) kemerahan (-)
Sistem Integumentum : Gatal (-), ruam-ruam kulit (-)
Sistem Muskuloskeletal : Edema (-), pergerakan normal, nyeri sendi (-).
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis (GCS E4V5M6)
Vital Sign : Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,2 0 C (aksial)
A. STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal, Simetris, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-), alis dan bulu hidung terbakar (-)
Leher : Pembesaran kelenjar limfonodi (-).
Thorax :
- Cor :
• Inspeksi : Dinding dada simetris, ictus cordis tidak tampak
3
• Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat, tidak teraba thrill di area
trikuspidalis, septal, pulmonal maupun aorta.
• Perkusi : Batas atas : SIC II LPS dextra
Batas kiri : SIC V LMC sinistra
Batas kanan : SIC IV LPS dextra
• Auskultasi : SI-SII reguler, Murmur (-), Gallop (-)
- Pulmo :
• Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi (-), tidak ada
ketertinggalan gerak
• Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan=kiri, ketinggalan gerak (-)
• Perkusi : Sonor kedua lapang paru
• Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen :
• Inspeksi : Perut tidak membuncit, sikatrik (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba
massa, defans muscular (-)
• Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Ekstremitas : akral dingin (-/-), edema (-/-)
B. STATUS LOKALIS
Regio wajah:
Inspeksi : tampak kulit kehitaman, mengelupas dan terdapat bula.
Luas luka bakar 1%
Palpasi : teraba nyeri
Regio antebrachii sinistra:
Inspeksi : tampak kulit kehitaman, mengelupas dan terdapat bula.
Luas luka bakar 4,5%
Palpasi : teraba nyeri
Regio antebrachii sinistra:
4
Inspeksi : tampak kulit kehitaman, mengelupas dan terdapat bula.
Luas luka bakar 4,5%
Palpasi : teraba nyeri
Regio femur, crus, pedis dextra et sinistra:
Inspeksi : tampak kulit kehitaman, mengelupas dan terdapat bula.
Luas luka bakar 22%
Palpasi : teraba nyeri
V. RESUME
Pasien laki-laki berusia 17 tahun datang ke IGD dengan keluhan luka bakarterkena
ledakan alat las. Di IGD pasien menangis (+) keluar air mata, BAK terakhir 1 jam
sebelum masuk RS. Kulit melepuh di bagian wajah kanan, leher, dada dan tangan kanan
serta punggung kanan.
VI. DIAGNOSIS KERJA
Combustio derajat II A ±27,5% derajat berat
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin : 14 g/dl
Angka Leukosit : 10,8 x 103/ µl
Angka Eritrosit : 4,8 x 106/ µl
Angka Trombosit : 265 x 103/µl
Hematokrit : 43%
- LED : 1 jam : 15
2 jam : 20
Ureum : 15,3 mg/dl
Creatinin : 0,6 mg/dl
Na : 133 mEq
K : 4,4 mEq
Cl : 100 mEq
VIII. TERAPI
Resusitasi cairan
5
Formula Baxter = TBSA x BB x 4 ml RL
27,5 x 60 x 4 = 6600
3300 dalam 8 jam pertama
3300 dalam 16 jam berikutnya
Perawatan luka
o Perawatan luka tertutup
o Salep Bioplasenton
Debridement luka
Antibiotik Injeksi Ceftriaxon 2x1 gr dan injeksi ATS 1500 IU
Simptomatik Injeksi Ketorolac 2x1 amp, Injeksi Ranitidin 2x1 amp
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad cosmeticam : dubia
TINJAUAN PUSTAKA
6
I. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. Transfer energi yang ada menyebabkan denaturasi protein. Kerusakan jaringan
yang ada bergantung pada besar energi yang ada (temperatur dan durasi), umur, struktur
jaringan (aliran darah, appendiks epidemis, struktur intrinsik jaringan) (Edlich, 2013).
II. ETIOLOGI
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi
(Gallagher, 2007):
Paparan api
o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,
o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas.
Scalds (air panas)
Uap panas dan gas panas
Aliran listrik
Zat kimia (asam atau basa)
Radiasi
III. PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR
Kerusakan jaringan pada luka bakar dkarenakan transfer panas. Transfer panas ini
dipengaruhi oleh temperatur agen penyebab, kemampuan agen mentransfer panas, durasi
kontak, dan kemampuan konduksi jaringan lokal. Apabila kulit terpajan suhu tinggi,
maka terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler. Terjadi kebocoran cairan ke interstitial
sehingga terjadi edema dan bula kaya elektrolt. Hilangnya kulit sebagai barier juga
meningkatkan penguapan. Akhirnya terjadi pengurangan cairan intravaskuler.
Kemungkinan dapat terjadi syok. Panas juga dapat merusak sel-sel dalam pembuluh
darah sehingga pasien menderita anemia. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai
membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh
darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis (Hasibuan et al., 2010; Edlich, 2013).
7
Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak
napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga
terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat hemoglobin
dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen (Hasibuan et al.,
2010).
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini
sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami
trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik.
Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar
dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang didarahinya mati. Bila penyebabnya
kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi
penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di
usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di
darah (Hasibuan et al., 2010).
Efek lain yang dapat timbul adalah ileus paralitik. Hal ini dikarenakan peristaltik
menurun pada syok atau kekurangan ion kalium. Stres atau badan faali yang terjadi pada
penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau
duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal
sebagai tukak Curling (Hasibuan et al., 2010).
Penyembuhan luka bakar dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital,
misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut.
Luka bakar derajat II dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Luka bakar
derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku
dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan
mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau
hilang (Hasibuan et al., 2010).
Pembagian zona kerusakan jaringan (Gallagher, 2007):
1. Zona koagulasi, zona nekrosis
8
Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein)
sehingga terjad nekrosis. Tidak ditemukan aliran darah sehngga berwarna puth
kecoklatan.
2. Zona statis, iskemik
Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan
trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi. Gangguan perfus yang
melebh 24 jam akan menyebabkan nekrosis jaringan.
3. Zona hiperemia
Pada daerah ini terjadi reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi
selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat
mengalami penyembuhan spontan dalam 7 hari, atau berubah menjadi zona kedua
bahkan zona pertama.
Gambar 1. Zona Luka Bakar (Gallagher, 2007)
FASE PADA LUKA BAKAR
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar,
yaitu (Gallagher, 2007):
1. Fase awal, fase akut, fase syok
Gangguan yang dapat terjadi berupa gangguan sirkulasi (keseimbangan cairan
elektrolit dan syok hipovolemia) maupun gangguan nafas karena eskar melingkar
di dada atau trauma multipel di rongga toraks.
2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
9
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur
tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama
IV. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
IV.1. Menurut kedalaman luka bakar
Gambar 2. Kedalaman luka bakar (Gallagher, 2007)
Derajat I
Kerusakan hanya terbatas di epidermis. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan
luka nyeri, berwarna merah, kering saat disentuh. Luka akan sembuh spontan
dan sempurna dalam 2-7 hari. Contohnya adalah luka sunburn. Terapi yang
dapat diberikan hanya obat topikal dan NSAID oral (Gallagher, 2007).
Derajat II
Luka bakar derajat II dibagi menjadi dua, bergantung kedalaman kerusakan pada
dermisnya (Gallagher, 2007).
10
o Luka bakar derajat II A (Superficial dermal burns)
Luka bakar derajat II A kedalaman luka sampai papila dermis, apendiks
kulit masih utuh. Luka ditandai dengan berwarna kemerahan, nyeri,
lembab saat di sentuh, dan sering terdapat bula. Kesembuhan dapat terjadi
dalam 7-14 hari. Setelah sembuh, mungkin terdapat diskolorisasi kulit
dalam jangka waktu lama (Gallagher, 2007).
o Luka bakar derajat II B (Deep dermal burns)
Luka sampai retikular dermis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka
tampak pucat dengan area eritema, lembab, terdapat bula, dan sensasi
berkurang. Luka sembuh dalam 14-35 hari dengan skar hipertropik karena
sebagian apendiks kulit hilang (Gallagher, 2007).
Derajat III
Terjadi kehilangan seluruh epidermis dan dermis. Karakteristik luka berwarna
coklat atau putih keabuan, kering dengan perabaan, terdapat eskar, tidak nyeri,
tidak terdapat bula. Sembuh dalam 3-5 bulan dengan skar. Skin grafting
dibutuhkan untuk penyembuhan secara kosmetik (Gallagher, 2007).
Derajat IV
Organ lain di bawah kulit itu terkena seperti otot, tulang, maupun otak
(Gallagher, 2007).
IV.2. Menurut luas luka bakar
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas
telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh (Gallagher, 2007).
Untuk dewasa menggunakan rule of nine. Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’,
yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas
atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan,
serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia
(Gallagher, 2007).
11
Gambar 3. Rule of nine untuk luas luka bakar (Gallagher, 2007)
Untuk anak-anak menggunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk
anak atau diagram dari Berkow untuk estimasi lebih tepat. Apabila tidak tersedia
tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan
‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia: Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala
18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan
turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa. (Gallagher,
2007)
12
Gambar 4. Rumus 10 dan Rumus 10-15-20 untuk anak
Gambar 5. Tabel Berkow untuk luas luka bakar
IV.3. Menurut keparahan luka bakar
Luka bakar berat (major burn)
Derajat II dengan luas luka bakar > 20 % pada pasien berusia di bawah 10
tahun atau di atas usia 50 tahun
Derajat II > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
Derajat III > 10%
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, genitalia, persendian sekitar
ketiak dan perineum
Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
Luka bakar listrik tegangan tinggi
Disertai trauma lainnya (seperti fraktur)
Pasien-pasien dengan resiko tinggi (seperti DM)
Luka bakar sedang (moderate burn)
Derajat II dengan luas 15 – 25 % pada dewasa
Derajat II dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun
Derajat III kurang dari 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
Luka bakar ringan
13
Derajat I
Derajat II dengan luas < 15 % pada dewasa
Derajat II dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
Derajat III dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum (Gallagher, 2007)
V. TATALAKSANA LUKA BAKAR
V.1. Pertolongan pertama
Hilangkan dan padamkan api dari baju
Dinginkan luka dengan air mengalir yang dingin (15-25oC) sampai nyeri hilang
Jangan diberikan es karena akan menyebabkan iskemik jaringan
Bula ditutup dengan kassa steril dan dibiarkan intak (Edlich, 2013)
V.2. Prehospital
Airway
Hati-hati trauma inhalasi. Tanda trauma inhalasi:
o Dahak kehitaman
o Muka terbakar
o Bulu hidung/ alis terbakar
o Timbunan karbon kehitaman di sekitar mulut dan hidung
o Riwayat terbakar di ruang tertutup
o Riwayat ledakan di depan wajah, leher, dada
o COHb >10%
Jika curiga trauma inhalasi, pasang orotrakeal tube
Breathing
Terutama pada trauma inhalasi, SaO2 diusahakan 100% dengan O2 10-12
liter/menit
Circulation
Pasang infus line, hati-hati tanda-tanda syok (Edlich, 2013)
V.3. Emergency Care
Airway
14
Jika ada trauma inhalasi:
o Pasang ET, jika tidak bisa dilakukan trakeostomi
o Hisap sekret secara berkala
o Berikan bronkodilator untuk menghilangkan sekret
o Bilasan bronkoalveolar
o O2
Breathing
O2 100% dengan target SaO2 > 92%
Circulation
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa
cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
o Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
o Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
o Cara Galveston
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) x2
2. Kebutuhan cairan fisiologis (< 1 tahun: 100xBB, 1-3
tahun: 75xBB, 3-5 tahun: 50xBB)
Digunakan untuk resusitasi anak-anak. Separuh dari jumlah 1+2 diberikan dalam
8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua. Cairan yang digunakan adalah RL ditambah
15
D5% dengan perbandingan 17:3.
Penggantian protein
Menggunakan Albumin 5% dengan rumus 0,5 x BB x Luas luka bakar (%)
Monitoring
Vital sign
Produksi urin dengan target dewasa 0,5-1 ml/kg/ jam dan anak 1 ml/kg/jam
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan
sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka
pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan
sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
Urinalisis
Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
Analisis gas darah
Radiologi – jika ada indikasi ARDS
Indikasi Rawat Inap
Luka bakar derajat III > 5% pada anak dan >10% pada dewasa
Luka bakar derajat II > 10% pada anak dan >15% pada dewasa
Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir
Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki,
genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama)
Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
Adanya trauma mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah
ada sebelumnya
Adanya trauma inhalasi (Edlich, 2013)
16
V.4. Perawatan Luka
Bersihkan dengan NaCl
Hilangkan debris atau jaringan nekrotik
Analgesik
Antibiotik topikal (Silver Sulfadiazin). Antibiotik sistemik jika kemungkinan
infeksi besar
Booster TT atau ATS jika perlu
Anti stress ulcer
Luka dapat dirawat secara terbuka atau tertutup
o Perawatan luka terbuka
Perawatan luka terbuka diindikasikan pada luka yang besar dengan eksudat.
Luka dibersihkan setiap hari kemudian diberi antibiotik topikal ( lini 1: silver
sulfadiazine; lini 2: mefenide; lini 3: bacitracin, neomicin, mupirocin). Luka
ditutup dengan kassa steril dan dibersihkan tiap hari
o Perawatan luka tertutup
Diindikasikan pada luka dengan eksudat minimal dan <24 jam. Caranya dengan
kassa steril yang dberi obat topikal kemudian biarkan selama 1 minggu. Ganti
kassa steril jika basah, berwarna, dan berbau. (Edlich, 2013)
V.5. Manajemen Nyeri
Non farmakologi menggunakan air dingin atau balut dingin
Farmakologi menggunakan oral (Asetaminofen 1000 mg tiap 4-6 jam, Ibuprofen
400-800 mg tiap 6-8 jam) maupun parenteral (Morfin 2-4 mg/ kali, Phentanyl 0,5-
1 μg/kg, Lidokain) (Edlich, 2013).
V.6. Tindakan Operatif
Eskarektomi berfungsi untuk menghilangkan konstriksi karena eskar dengan
skalpel. Eskar di kulit bersifat keras sehingga mengganggu gerakan otot nafas dan
gangguan aliran darah sehingga bisa terjadi sindrom kompartemen. (Edlich, 2013)
Eksisi dini
17
o Tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement) yang
dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca
cedera termis.
o Tujuan:
Membuang jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi
terhenti dan segera dilanjutkan proses fibroplasia
Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi
komplikasi luka bakar.
Menghindari perdarahan saat operasi karena menunda eksisi akan
memperbanyak proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi
di sekitar luka.
Menghindari resiko kolonisasi mikroorganisme patogen.
o Indikasi eksisi dini:
Derajat III
Derajat II yang kemungkinan tidak membaik dalam 3 minggu
o Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
1. Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka
lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah
(endpoint). Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi
25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat
dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau
pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi.
Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan
keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan
dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.
2. Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai
lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan
penuh (full thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam.
Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong
“electrocautery”. Adapun keuntungan dari teknik ini adalah lebih mudah
dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak, endpoint yang lebih mudah
18
ditentukan. Kerugian teknik ini kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko
cedera pada saraf-saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian
distal dari eksisi (Hasibuan et al., 2010)
Skin grafting
Skin grafting adalah tindakan memindahkan sebagian (split thickness skin graft)
atau keseluruhan tebal kulit (full thickness skin graft) dan untuk menjamin kehidupan
jaringan tersebut bergantung pada vaskularisasi di jaringan resipien. Skin grafting
dilakukan pada saat penutupan luka primer tidak mungkin dilakukan, jaringan di
sekitar luka tidak cukup baik untuk penutup dan luka pascareseksi tumor ganas. Kulit
donor bisa didapatkan dari individu yang sama (autograf) maupun individu lain
(homograf). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft
adalah paha, bokong dan perut.
Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split
thickness skin graft atau full thickness skin graft. Split thickness skin graft
menggunakan kulit bebas yang terdiri dari epidermis dan sebagian besar dermis.
Sedangkan full thickness skin graft menggunakan epidermis dan keseluruhan dermis.
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar
pasien. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan
grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor
sebelumnya. Semakin tebal skin graft, semakin kecil keberhasilan transplantasi, tetapi
semakin sedikit pengerutan dan perubahan warna kulit. Untuk memaksimalkan
penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat
lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu,
sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting. (Hasibuan
et al., 2010)
19
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, et.al., 2010., Luka, Buku ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta
Edlich, R.F., 2013. Thermal Burns, http://emedicine.medscape.com/, diakses pada
tanggal 5 Januari 2013
Gallagher, et al., 2007, Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed, Saunders, Philldelphia.
20