Upload
hoangthien
View
235
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN KURIKULUM PONDOK PENSANTREN
MADINATUNNAJAH JOMBANG TANGERAGN SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Mr. Nawawee Maeroh
NIM. 1111018200044
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ABSTRAKSI
Nama : Mr. Nawawee Maeroh (1111018200044) Judul: Manajemen
Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang
Tangerang Selatan. Skripsi ini di bawah bimbingan Dr. Jejen
Musfah, MA Jurusan Manajen Pendidikan. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syafir
Hidayatullah Jakarta 2016.
Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang
tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar dan mempunyai kekhasan
tersendiri, dimana kiai sebagai figure pemimpin dan santri sebagai
objek yang diberikan ilmu agama dan asrama sebagi tempat tinggal
para santri. Pendidikan ini bertujuan untuk membina warga negara agar
berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan
menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua aspek kehidupannya
serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, bangsa dan negara.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen
kurikulum pondok pesantren madinatunnajah. Ada 3 hal yang
dideskripsikan sehubungan dengan manajemen kurikulum pondok
pesantren madinatunnajah, yaitu: perencanaan kurikulum, pelaksanaan
kurikulum dan evaluasi kurikulum. Untuk mengetahui bagaimana
manajemen kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang
Tangerang Selatan ini, penulis menggunakan metode penelitian
lapangan seperti observasi, studi dokumen dan wawancara. Analisis
yang digunakan adalah analisi kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kurikulum Pondok Pesantren
Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan menggunakan kurikulum
perpaduan antara kurikulum pesantren dengan kurikulum pemerintah
(Kementerian Agama). Manajemen kurikulum pondok pesantren
berjalan cukup baik dan sistematis, dimana kurikulum dirumuskan oleh
tim penyusun kurikulum untuk menentukan arah kebijakan pendidikan
atau tujuan kurikulum, mulai dari; perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Dengan didukung oleh sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran, serta
dukungan masyarakat yang tinggi. Namun demikian penulis
memberikan saran bagi pesantren agar lebih meningkatkan efektivitas
manajemen kurikulum, agar pesantren lebih meningkat dan unggul
dalam bidang pendidikan.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji hanya bagi Allah,
Tuhan semesta alam, yang telah memberikan limpahan nikmat dan
karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat teriringai salam semoga tercurah kepada junjungan besar
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya yang
senantiasa menjadi suri tauladan bagi ummat manusai menuju jalan
yang benar hingga akhir zaman.
Dengan penuh keinsafan dan kelemah yang dimiliki oleh penulis
dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillaah dengan
barokah do‟a, bantuan, bimbingan, motivasi serta dukungan dari
berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan selesai skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
2. Dr. Jejen Musfah, MA. dan Dr. Mua‟rif SAM, M.Pd, selaku
Dosen Pembimbing yang tak henti-henti memberi bimbingan,
masukan, pengarahan serta meluangkan waktu banyak untuk
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Pendidikan atas ilmu
dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis belajar di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. KH. M. Agus Abdul Ghofur Rochim, M.Pd, selaku Pimpinan
Pondok Pesantren , EkoTristiono, S.Pd.I, MM, selaku Sekretasi,
Muhammad Sukron, S.TAh.I, MM, selaku Kepala Biro
Pendidikan Pondok Pesantren Madinatunnajah dan para Ustadz-
ii
ustadz yang telah mengizinkan serta membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku tercinta ibunda Robiyah dan ayahanda Hj.
Abdullah yang telah berjuang tak kenal lelah untuk do‟a,
mengasuh, mendidik, membimbing, kasih sayang dengan segala
pengorbanan beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
7. Adik-adikku tercinta, Suhaimi, Toyibah dan Fakhruddin serta
seluruh saudara-saudaraku sekalian, yang selalu memberi
motivasi dan selalu mendo‟akan sehingga penulis dapat
menyelesiakan skripsi ini.
8. Semua temam-teman Jurusan Manajemen Pendidikan Angkatan
2011, Zulfahmi, Saefullah, Saeful Bahri, Uswatun Hasanah dan
yang lain, yang penulis tidak bisa disebutkan, terimakasih atas
motivasinya untuk penulis.
9. Rekan-rekan seperjuangan senasib sebangsa Melayu Patani serta
rekan-rekan Organisasi Himpunan Pelajar Patani di Indonesia
(HIPPI-JAKARTA) yang selalu memberi semangat dan motivasi
tak terhingga kepada penulis.
Terimakasih atas segalanya. Hanya Allah yang bisa membalas
segala kebaikan yang telah diberikan semua pihak.
Akhir ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum
senpurna oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu
pembuatan yang penulis miliki, oleh sebab itu penulis mengharap kritik
dan saran yang dapat dijadikan bahan untuk melengkapi dan
memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi
semua. Aamiiin.
Jakarta, 23 Oktober 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATAPENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6
D. Perumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Pondok Pesantren ........................................................................ 9
1. Pengertian Pondok Pesantren ................................................ 9
2. Tipologi Pondok Pesantren .................................................... 10
3. Elemen Pondok Pesantren ..................................................... 11
4. Tujuan Pondok Pesantren ...................................................... 12
5. Fungsi Pondok Pesantren ...................................................... 14
6. Kurikulum Pondok Pesantren ................................................ 15
7. Pelaksanaan Kurikulum Pondok Pesantren ........................... 19
B. Manajemen Kurikulum ................................................................ 21
1) Pengertian Manajemen Kurikulum ....................................... 21
2) Ruanglingkup Manajemen Kurikulum ................................. 25
3) Pedoman Pelaksanaan Kurikulum ........................................ 26
4) Komponen-Komponen Kurikulum ....................................... 28
5) Fungsi-Fungsi Manajemen Kurikulum ................................. 30
6) Pengembangan Kurikulum Pesantren .................................... 34
iv
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Waktu dan Penelitian ...................................................... 36
B. Sumber Data ............................................................................... 36
C. Metode Penelitian ....................................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrutmen .................................. 37
E. Teknik Analisa Data ................................................................... 39
BAB IV: HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Madinatunnajah ................ 41
1) Letak Geografi ...................................................................... 41
2) Sejarah Singkat ..................................................................... 41
3) Visi dan Misi serta Motto dan Prinsip .................................... 42
4) Keadaan Guru dan Siswa ....................................................... 43
5) Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................... 44
6) Profil Kurikulum ................................................................... 45
B. Analisa Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren ..................... 46
1) Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren ............................. 46
a. Perencanaan Kurikulum ................................................... 46
b. Pelaksanaan Kurikulum ................................................... 48
c. Evaluasi Kurikulum ......................................................... 61
C. Faktor Pendukung dan Penghambat ............................................ 62
1) Faktor Pendukung .................................................................. 62
2) Faktor Penghambat ................................................................ 62
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 64
B. Saran-saran ................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Lembar Pengesahan Revisi Proposal Skripsi
LAMPIRAN 2 : Surat Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian
LAMPIRAN 4 : Keadaan Sarana dan Prasarana
LAMPIRAN 5 : Pedoman Wawancara dan Instrutmen Penelitian
LAMPIRAN 6 : Susunan Pengurus Harian Pondok Pesantren
LAMPIRAN 7 : Job Deskripsi Pondok Pesantren
LAMPIRAN 8 : Poto Kegiatan Penunjang Pembelajaran
LAMPIRAN 9 : Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN 10 : Daftar Referensi
vi
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 : Instrutmen Penelitian
TABEL 3.2 : Instrutmen Observasi
TABEL 3.3 : Jenis Dokumen
TABEL 4.4 : Jumlah Santri Tahun Pelajaran 2015-2016
TABEL 4.5 : Jumlah Guru Tahun Pelajaran 2015-2016
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang memiliki karakter
tersendiri yang merupakan fenomena unik khas Indonesia dan telah
teruji eksistensi dan peranannya dalam sejarah perjalanan bangsa
Indonesai. Keberadaan pesantren pun telah lebih dulu ada sebelum
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia karena pesantren
didirikan oleh masyarakat (Ulama/Kiai) dengan asas kemandirian dan
keikhlasan. Pada awalnya pesantren adalah lembaga pendidikan dan
penyiaran Islam yang berbasis masyarakat, namun sejalan dengan
perubahan dan dinamika yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat, pesantren pun dituntut harus mampu menjadi jembatan
tranformasi sosial budaya bagi masyarakat dimana pesantren berada
dalam segala bidang pendidikan dan kehidupan.
Pesantren dengan berbagai macam karakter sebagai miniatur Islam
lagir untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Islam
secara menyeluruh. Baik melalui peran pendidikan, dakwah, sosial,
budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Meskipun sebagian orang
berangapan bahwa pesantren merupakan benteng tradisionalisme yang
sangat tidak kreatif dan inovatif, namun lembaga pendidikan pesantren
memiliki peran yang ideal dalam melakukan transformasi kultural
meskipun berjalan dalam jangka waktu sangat panjang.1
Pada masa sebelum Indonesia merdeka pesantren telah berperan
besar dalam melahirkan pejuang-pejuang yang tangguh dalam
memperjuangkan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan pesantren juga
terus berperan dalam mencerdaskan anak bangsa, hal ini sangat senada
dengan tujuan pendidikan nasional sendiri, yaitu mencerdaskan
1 Rohinah M. Noor, MA, KH.Hasyim Asy‟ari Memodernisasi NU & Pendidikan Islam,
(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2012), Cet. I, h. 88
1
kehidupan bangsa, sedangkan pesantren di era globalisasi walaupun
sudah mendapat legitimasi dari pemerintah, namun ada juga pandangan
dari kalangan masyarakat bahwa lulusan pesantren hanya bisa shalat
dan mengaji.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki karakter
khusus dalam perspektif wacana pendidikan nasional sekarang ini,
sistem pesantren mendukung spekulasi yang bermacam-macam.
Minimal ada tujuh teori yang mengungkap spekulasi tersebut. Teori
pertama menyebutkan bahwa pesantren merupakan bentuk tiruan
terhadap pendidikan Hindu dan Budha sebelum Islam datang di
Indonesia. Teori kedua mengklaim berasal dari India. Teori ketiga
menyatakan bahwa pesantren ditemukan di Baghdad. Teori keempat
sumber dari perpaduan Hindu dengan Budha (pra Muslim di Indonesia).
Teori kelima mengungkapkan dari kebudayaan Hindu-Budha dan Arab.
Teori keenam menegaskan dari India dan orang Islam Indonesia. Teori
ketujuh menilai dari India, Timur Tengah dan tradisi lokal yang lebih
tua.2
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang tertua di
Indonesia, pesantren memiliki akar sejarah yang jelas. Menurut para
ahli sejarah orang yang pertama kali mendirikan pesantren terdapat
perselisihan pendapat, sehingga mareka menyebutkan Syaikh Maulana
Malik Ibrahim, yang dikenal dengan Syaikh Maghribi, dari Gurajat,
India, sebagai pendiri pesantren yang pertama di jawa. Pesantren bukan
hanya menekan misi pendidikan saja, melaikan juga dakwah, justeru
misi kedua ini lebih menonjol. Lembaga pendidikan tertua ini selalu
mencari lokasi untuk menyalur dakwah tersebut tepat sasaran sehingga
terjadi benturan antara nilai-nilai yang dibawanya dengan nilai-nilai
yang telah mengakar di masyarakat setempat.3
2 Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju
Demokratisasi Institusi, (Jakarta: PT Glora Aksara Pertama, 2005), h. 10 3 Ibid., h. 8
2
Pengembangan yang mendesak untuk dilakukan di pesantren
adalah pembaharuan yang bersifat horizontal, pembaharuan ini meliputi
sistem pendidikan dan manajemen pesantren. Pembaharuan sistem
pendidikan ini meliputi; jenis, jenjang dan sumberdaya pendidikan.
Pembaharuan jenis pendidikan adalah dengan memasukan jenis
pendidikan lain disamping pendidikan agama seperti pendidikan
akademik atau pendidikan kejuruan (keterampilan). Jenis pendidikan
akademik dimaksud untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan di luar dunia pesantren, sehingga diperlukan sebuah
pendekatan yang bersifat religius-dokteriner dalam menyampaikan misi
pesantren, sedangkan pembaharuan pendidikan kejuruan adalah untuk
menciptakan relevansi antara dunia pendidikan pesantren dengan
kebutuhan masyarakat. Adapun pembaharuan jenjang pendidikan
tingkat tinggi, pengembangan ini juga erat kaitnya dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan di luar pesantren, sebagian pesantren
sejak lama sudah mengadakan pembaharuan ini. Namun masih terbatas
dengan pendidikan tinggi “keagamaan”, sedangkan pembaharuan
sumber daya manusia adalah pengembangan pendukung dan penunjang
pelaksanaan pendidikan, baik manusia, dana, sarana prasarana.
Pembaharuan ini erat kaitnya degnan kelangsungan hidup pesantren
dimasa depan.4
Dalam manajemen pendidikan nasional, ada tiga faktor dalam
sistem manajemen yaitu manajemen sebagai faktor upaya, organisasi
sebagai faktor sarana, dan administrasi sebagai faktor karsa. Tiga
kategori ini dapat diberikan arah dan perpaduan dalam merumuskan,
mengendalikan pelaksanaan, mengawasi serta menilai pelaksanaan
kebijakan-kebijakan dalam upaya mencapai suatu tujuan, kebutuhan
pesantren akan kebutuhan manajemen yang mendukung dapat
dikatakan cukup mendesak terutama bagi pesantren yang besar dan
4 M. Ali Hasan-Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2009), Cet. II, h. 104
3
memiliki jenis pendidikan yang beragam dengan jumlah santri yang
besar pula. Untuk kategori ini dipandang perlunya menejer yang handal
dan sangat mungkin seorang kiai dalam satu saat bertindak sebagai
menejer. Karena ditangannyalah terletak tanggung jawab, wewenang,
dan kiai harus bertanggu jawab terhadap setiap tindakan dan hasil yang
dibuat oleh satuan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.5
Perkembangan dalam dunia pendidikan yang sangat memberi
pengaruh besar tidak terlepas dengan kurikulum di dalam satuan
pendidikan itu sendiri, karena kurikulum merupakan alat yang penting
dalam keberhasilan suatu pendidikan, tanpa kurikulum yang baik dan
tepat maka akan sulit dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan
yang telah dicita-cita oleh suatu lembaga pendidikan, karena segala hal
harus ada manajemennya bila ingin menghasilkan sesuatu yang baik,
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka hal yang menjadi tolak ukur
paling berpengaruh di antaranya adalah kurikulum yang dikelola
dengan baik, dimana kurikulum senantiasa mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman.
Berkaitkan dengan pesantren sebagai lembaga pendidikan, konsep
kurikulum yang digunakan dalam pesantren tidak hanya mengacu
kepada pengertian kurikulum sebagai materi semata-mata, malaikan
jauh lebih luas dari itu, yakni menyangkut keseluruhan pengalaman
belajar santri yang masih berada dalam tanggung jawab pesantren,
sehingga misi dan cita-cita pesantren dapat berperan dalam
pembangunan masyarakat.
Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren Madinatunnajah
Jombang Tangerang Selatan adalah kurikulum perpaduan antara
kurikulum pemerintah (Kementerian Agama) dengan kurikulum
pendidikan pesatren, yang tentunya hal ini akan banyak mata pelajaran
yang diambil oleh santri sehingga manajemen kurikulum harus
dipersiapkan secara tepat dan memberikan kenyamanan dalam belajar
5 Ibid., h. 105
4
para santri, sehingga lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luas negeri.
Manajemen kurikulum dengan sistem Tarbiyatul Mu‟alimin wal
Mu‟alimat Al-Islamiyah (TMI) harus bisa merubah cara pandang
masyarakat yang keliru, hal ini juga harus didukung dengan prestasi
yang dikuasai para santri, sehingga pandangan masyarakat terhadap
pendidikan yang diterapkan di pondok pesatren pada akhirnya bisa
memberi kontribusi besar kepada masyarakat.
Dari gambaran di atas tentunya tidak terlepas dengan peran seorang
pimpinan atau tim penyusun kurikulum pesantren dalam manajemen
kurikulum yang sangat berpengaruh bagi kemajuan lembaganya serta
mempunyai kebijakan strategis untuk mendukung program pemerintah
dalam hal mencerdaskan anak bangsa agar mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia. Hal yang perlu
dipertimbangkan atau yang menjadi tolak ukur dalam menyusun
kurikulum diantaranya adalah; guru, siswa (santri), sarana prasarana,
dan tenaga kependidikan.
Perpaduan kurikulum pemerintah (Kementerian Agama) dengan
kurikulum pendidikan pesantren pasti akan mempengaruhi proses
pembelajaran yang berlangsung selama 24 (dua puluh empat) jam baik
kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler, diantara progam ekstra
kurikuler adalah sperti program Praktik Pengabdian Masyarakat (PPM),
Keterampilan Wirausaha (Koperasi), Tahfiz al-qur‟an dan Pidato Tiga
Bahasa (Arab, Inggeris dan Indonesai) dll, agar terbentuk karakter
kepemimpinan, mental, dan kecekapan hidup kepada setiap santri.
Proses pembelajaran yang efektif, mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaulasi pembelajaran, karena pembelajaran yang
dikelola dengan manajemen yang efektif diharapkan dapat
mengembangkan potensi santri sehingga memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terlekat pada santri dan dapat
5
membantu santri untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Dari uraian di atas, manajemen dan kurikulum yang baik sangat
penting dilakukan oleh pondok pesantren, maka peneliti merasa tertarik
dan terpanggil untuk melakukan penelitian dengan judul “Manajemen
Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang
Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Manajemen kurikulum dan sistem pembelajaran pondok
pesantren kurang efektif.
2. Banyaknya mata pelajaran yang harus diambil oleh peserta
didik.
3. Sarana dan prasarana kurang menunjang kegiatan pembelajaran.
4. Masih adanya masyarakat yang belum mengakui pendidikan
pesantren.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, banyak
variabel yang memengaruhi menejemen kurikulum pesantren. Namun
keterbatasan pada waktu, biaya, tenaga dan sebagainya maka penelitian
ini penulis membatasi pada masalah Manajemen Kurikulum Pondok
Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen kurikulum pondok pesantren
madinatunnajah jombang tangerang selatan.?
6
2. Faktor apa saja sebagai pendukung dan penghambat dalam
manajemen kurikulum pondok pesantren madinatunnajah
jombang tangerang selatan.?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui bagaimana manajemen kurikulum pondok
pesantren madinatunnajah jombang tangerang selatan.
b. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan faktor
pengambat dalam manajemen kurikulum pondok pesantren
madinatunnajah jombang tangerang selatan.
2. Manfaat Penelitian
a. Akademis
1. Penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu
bahan kajian dalam upaya untuk mendalami manajemen
kurikulum di suatu lembaga pendidikan, khususnya di
Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang
Selatan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui manajemen
kurikulum pondok pesantren mu‟adalah, khusunya
Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang
Selatan.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
studi perbandingan bagi penelitian lain yang sejenis.
b. Praktis
1. Sebagai bahan masukan kepada pengelola madrasah di
Pondok pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang
Selatan, khususnya manajemen kurikulum, sehingga
dapat dijadikan bahan tolak ukur untuk mengetahui
7
dengan jelas berhasil tidaknya dalam melaksanakan
manajemen kurikulum pondok pesantren.
2. Untuk memperbanyak tetang teori dan konsep
manajemen kurikulum di pondok pesantren. Disamping
itu agar dapat dijadikan suatu perbaikan bila dalam
pelaksanaannya masih terdapat kekurangan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Kata pesantren yang berasal dan kata santri dengan mendapat
awalan “pe” dan akhiran “an”, yang artinya tempat tinggal para santri
atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya, istilah santri
berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengajar. Sumber lain
menyebut bahwa kata itu berasal dari kata India Chasti dari akar kata
Shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku
tentang lmu pengetahuan.6
Istilah pesantren sering disebut dalam bahasa sehari-hari dengan
tambahan kata “pondok” menjadi “pondok pesantren”. Dari segi
bahasa, kata pondok dengan kata pesantren tidak ada perbedaan yang
mendasar karena kata pondok berasal dari bahasa Arab Funduq yang
artinya hotel atau pesantren. Dalam pemahaman masyarakat Indonesia
dapat diartikan sebagai tempat berlangsungnya suatu pendidikan agama
Islam yang telah melembaga sejak zaman dahulu, jadi pada hakikatnya
pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam.7
Dalam buku berjudul Pedoman Pembina Pondok Pesantren yang di
keluar oleh Departemen Agama mendefinisikan pondok pesantren
adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada
umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara
non-klasikal di mana seorang kiai mengajar santri-santri berdasarkan
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar
sejak abad pertengahan, sedangkan para santri biasanya tinggal dalam
pondok pesantren tersebut.8
6 Iskandar Engku, M.A & Siti Zubaidah, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: PT
Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 172 7 Ibid., h. 172
8 Ibid., h. 172
9
Secara umum pesantren dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu
pesantren salaf (tradisional) dan pesantren khalaf atau modern.
Pesantren salaf adalah pendidikannya semata-mata berdasarkan pada
pola pengajaran klasikal atau lama, yakni berupa pengajian kitab
kuning dengan metode klasikal serta belum dikombinasikan dengan
pola pendidikan modern, jenis pesantren ini pun bisa meningkat dengan
membuat kurikulum tersendiri. Pesantren khalaf adalah pesantren yang
disamping tetap dilestarikan unsur-unsur utama pesantren, juga
memasukan kedalamnya unsur-unsur modern yang ditadai dengan
sistem klasikal atau sekolah yang adanya ilmu-ilmu umum yang
digabung dengan pola pedidikan pesantren klasikal.
Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan yang
diperbarui pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem
sekolah. Pesantren ini menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan dan
kegiatan pendidikan formal, baik itu jalur umum (SD, SMP dan SMA)
maupun jalur berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA, MAK).
Biasanya kegiatan pembelajaran kepesantrenan pada pondok pesantren
yang ini memiliki kurikulum pondok pesantren yang klasikal dan
berjenjang.9
Dengan demikian dapat dikatakan, pondok pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri,
dimana seorang kiai sebagai figure pemimpin dan santri sebagai objek
yang diberikan ilmu agama dan asrama sebagi tempat tinggal para
santri.
2. Tipologi Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalamai
perkembangan bentuk sesuia dengan perubahan zaman, terutama
adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan
bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah
9 Ibid., h. 173
10
hilang keikhlasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap menjadi
lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat
untuk masyarakat.
Secara umum masyarakat mengelompokan pondok pesantren
dalam dua kategori yaitu: (1) pondok pesantren salaf dan (2) pondok
pesantren modern. Sebenarnya ada tiga betuk pondok pesantren yaitu:
(1) bentuk salaf murni, dengan karakteristik yaitu: hanya
menyelenggarakan kajian kitab-kitab kuning yang dikategorikan
sebagai mu‟tabarah dengan sistem bejalar seorang dan badongan, (2)
bentuk salaf yang dikombinasikan dengan sistem lain yaitu
menyelenggarakan pengajian kitab kuning dan membuka sistem
madrasi (klasika) dan (3) Bentuk non-salaf yaitu pesantren yang
menyelenggarakan sistem klasikal dan tidak membuka pengajian kitab
kuning sebagai materi utamanya.10
3. Elemen Pondok Pesantren
Setidaknya pesantren memiliki lima elemen dasar, yaitu: kiai,
santri, masjid, pondok, dan kitab kuning sebagai elemen unik yang
membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan
liannya. Secara rinci kelima elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kiai
Kiai memiliki peran yang sangat esensial dalam pendirian,
pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan pondok pesantren.
Sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan pesantren banyak
bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karisma dan
wibawa, serta keterampilan seorang Kiai.
2. Masjid
Hubungan antara pendidikan Islam dan masjid sangat erat dalam
tradisi Islam di seluruh dunia. Masjid sebagai pusat pendidikan
10
Ibid., h. 175
11
rohani, sosial, politik, dan pendidikan Islam, masjid memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat. Dalam konteks pesantren, masjid diangap sebagai
“tempat praktek solat lima waktu, khutbah, pengajaran kitab-kitab
Islam klasik dan solat jum‟at”
3. Santri
Santri merupakan unsur yang penting dalam perkembangan sebuah
pesantren, karena langkah pertama dalam membangun pesantren
adalah harus ada murid yang datang belajar dari seorang alim.
Sanrti biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu: santri kalong dan
santri mukim. Santri kalong adalah santri yang tidak menetap
dalam pondok pesantren. Sedangkan santri mukim adalah santri
yang menetap dalam pondok pesantren.
4. Pondok
Pondok adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal
kiai bersama para santri. Selain sebagai asrama para santri, pondok
juga digunakan untuk tempat mengembangkan keterampilan
kemandiriannya agar mareka siap hidup mendiri dalam masyarakat
sesudah tamat dari pesantren.
5. Kitab Kuning
Kitab Islam klasik yang dikarang oleh para ulama dahulu.
Dikalangan pesantren kitab Islam klasik sering disebut kitab
kuning. Pada zaman dahulu pengajaran kitab kuning merupakan
satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan
pesantren.11
4. Tujuan Pondok Pesantren
Tujuan umum pondok pesantren adalah membina warga negara
agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam
dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua aspek
11
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kiai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Nasional, 2011), h. 79
12
kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi
agama, masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun tujuan khusus pondok pesantren adalah sebagai berikut:
a. Mendidik santri anggota masyarakat untuk menjadi orang muslim
yang bertakwa kepada Allah SWT, berkhlak mulia, memiliki
kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga
negara yang berpancasila.
b. Mendidik santri untuk menjadi manusia muslim selaku kader-kader
ulama yang mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah tangguh,
wiraswasta dalam mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan
dinamis.
c. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam
berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental
spiritual.
d. Mendidik santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan
masyarakat bangsa.12
Menurut M. Arifin bahwa tujuan didirikannya pendidikan
pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu:
a. Tujuan Khusus
Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam
ilmu agama yang diajarkan oleh Kiai yang bersangkutan serta
mengamalkannya dalam masyarakat.
b. Tujuan Umum
Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya
menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui
ilmu dan amalnya.
Dari beberapa tujuan di atas dapat disimplkan bahwa tujuan
pondok pesantren berfungsi sebagai alat Islamisasi sekaligus
12
Mujamil Qomar, M.Ag. Op. Cit.,h. 7
13
memadukan tiga unsur pendidikan yakni: 1) ibadah untuk menanamkan
iman, 2) tabligh untuk menyebarkan ilmu, dan 3) amal untuk
mewujudkan kegiatan masyarakat sehari-hari.
5. Fungsi Pondok Pesantren
Dari waktu ke waktu fungsi pesantren berjalan secara dinamis,
berubah dan berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat global.
Pada awalnya lembaga tradisional ini mengembangkan fungsi sebagai
lembaga sosial dan penyiaran agama. Azyumardi Azra menyebut ada
tiga fungsi utama pesantren, yaitu 1) transmisi dan transfer ilmu-ilmu
Islam, 2) pemeliharaan tradisi Islam, dan 3) reproduksi ulama.
Dalam perjalannya hingga sekarang pesantren sudah
menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum,
madrasah dan perguruan tinggi. Disamping itu pesantren sudah
menyelenggarakan pendidikan non formal berupa madrasah diniyah
yang mengajarkan bidang ilmu-ilmu agama saja. Pesantern juga
mengembangkan pendidikan fungsinya sebagai lembaga solidaritas
sosial dengan melayani semua lapisan masyarakat muslim tanpa
membedakan sosial ekonomi mareka.13
Fungsi dan peran pesantren dalam kaitan dengan arus perubahan
adalah memproyeksikan nilai-nilai transendental dalam dataran praksis
sebagai nilai yang hidup dan dipraktikan melalui proses pembinaan
yang dilakukan secara sistematis dan simultan.14
Pondok pesantren
memiliki fungsi yang sesuai dengan fungsi pendidikan nasional sebagai
pencetak generasi bangsa yang intelek yang dilandasi nilai-nilai
keislaman dan integritas. Pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan yang berperan terhadap perubahan dan pembangunan
nasional.
13
Sulthon & Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005),
h. 91. 14
Muin, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat, (Jakarta: CV Prasati, 2007), h. 23
14
Dengan demikian pesantren telah terlibat dalam menegakan negara
dan mengisi pembangunan sebagai pusat perhatian pemerintah. Hanya
saja dalam kiatan dengan peran tradisional, sering diidentifikasi
memiliki tiga peran penting dalam masyarakat Indonesia; 1) Sebagai
pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional, 2) Sebagai
penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam tradisional, dan 3)
Sebagai pusat reproduksi ulama. Lebih dari itu pesantren tidak hanya
memainkan tiga peran tersebut, tetapi juga menjadi pusat penyuluh
kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat
pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan
hidup dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi
masyarakat di sekitarnya.15
6. Kurikulum Pondok Pesantren
Kurikulum pesantren senantiasa mengacu pada pengertian yang
luas, sehingga bisa meliputi kegiatan-kegiatan intra-kurikuler maupun
ekstra-kurikuler, dan bisa melibatkan di samping aktivitas yang
diperankan oleh santri juga diperankan oleh kiai. Demikian juga
kegiatan-kegiatan yang memiliki bobot wajib diikuti maupun sekadar
anjuran termasuk liputan kurikulum.16
Pemaknaan kurikulum dalam pandangan para ahli pendidikan telah
mengalami pergeseran secara horizontal. Kurikulum dipahami sebagai
sejumlah mata pelajaran di sekolah yang harus ditempuh untuk
mendapat ijazah atau tingkat, maka sekarang pengertian tersebut
berusaha diperluaskan. Kurikulum yang dimaksudkan adalah segala
sesuatu usaha yang ditempuh sekolah untuk memengaruhi belajar, baik
berlangsung di dalam kelas dan di halaman sekolah, maupun di luar
kelas. Kurikulum pesantren dalam wacana selanjutnya senantiasa
mengacu kepada pengertian yang luas, sehinga bisa meliputi kegiatan-
15
Mujamil Qomar, M.Ag, Op. Cit., h. 25 16
Ibid., h. 108
15
kegiatan intra-kurikuler maunpun ekstra-kurikuler, dan bisa melibakan
disamping aktivitas yang diperankan santri juga diperankan kiai.17
Dengan variasinya kurikulum, maka ada lembaga pendidikan
pesantren yang lebih mengkhususkan diri pada bidang fikih, ada pula
yang mengkhususkan nahwu shoraf dan lain sebagainya. Bahkan pada
perkembangan selajutnya terdapat beberapa pesantren yang khusus
muncul keahlian tidak hanya dibidang keagamaan, misalnya pertanian,
koperasi dan sebagainya.
Kurikulum yang dikembangakan di pesantren pada saat ini dapat
dibedakan menjadi dua jenis sesuai dengan jenis pola pesantren itu
sendiri, yaitu:
1. Pesantren Salaf (tradisional)
Kurikulum pesantren salaf yang statusnya sebagai lembaga
pendidikan non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik yang
meliputi: Tauhid, Tafsir, Hadis, Usul Fiqh, Tasawuf, Bahasa Arab
(Nahwu, Shoraf, Balaghoh Dan Tajuwid), Mantik, Akhlak.
Pelaksanaan kurikulum pesantren ini berdasarkan kemudahan dan
kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab. Jadi ada
tingkat awal, menengah, dan lanjutan.
Itulah gambaran sekilas isi kurikulum pesantren salafi yang
umumnya keilmuan Islam digali dari kitab-kitab klasik dan
pemberian keterampilan yang bersifat pragmatis dan sederhana.
2. Pesantren Modern
Pesantren jenis ini yang mengkombinasikan antara pesantren
salafi dengan medel pendidikan formal dengan mendirikan satuan
pendidikan semacam SD/MI,SMP/MTs, SMA/SMK/MA bahkan
sampai pada perguruan tinggi. Kurikulum yang digunakan adalah
kurikulum pesantren salaf yang diadaptasikan dengan kurikulum
pendidikan Islam yang disponsori oleh pemerintah (Kementrian
Agama) dalam sekolah (Madrasah), sedangkan kurikulum khusus
17
Ibid., h. 108
16
pesantren dialokasikan dalam muatan lokal atau diterapkan malalui
kebijaksanaan sendiri.
Gambaran kurikulum lainnya adalah pada pembagian waktu
belajar, yaitu mareka belajar keilmuan sesuai dengan kurikulum
yang ada di perguruan tinggi (madrasah) pada waktu kuliah,
sedangkan waktu selebihnya dengan jam pelajaran yang dapat dari
pagi sampai malam untuk mengkaji keilmuan Islam khas pesantren
(pengajian kitab klasik).18
Kurikulum pondok pesantren yang setara (mu‟adalah) dengan
pemerintah penulis akan uraikan sebagai mana berikut:
a. Landasan Filosofi
Kurikulum Satuan Pendidikan Mu‟adalah dikembangkan dengan
landasan filosofi yang berdasarkan nilai-nilai kepesantrenan untuk
mengembangkan memberikan dasar bagi upaya mengembangkan
kapasitas peserta didik menjadi manusia muslim Indonesia yang
berkualitas yang mengenai ilmu-ilmu agama Islam dan mampu
berkontribusi dalam kehidupan sosial. Landasan filosofi yang dijadikan
pijakan dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah
seperti berikut:
1) Pendidikan Mu‟adalah berakar pada tradisi pesantren dalam rangka
membentuk manusia seutuhnya yang mampu menjalankan peran
kekhalifahan di muka bumi dan sekaligus sebagai hamba Allah
yang harus mengabdikan dirinya semata-mata kepada Allah dalam
menjalankan peran tersebut.
2) Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan dalam
rangka dasar yang menempatkan peserta didik sebagai subjek
pengetahuan. Kurikulum diarahkan untuk dapat mengembangkan
kapasitas peserta didik sebagai pribadi yang bukan hanya sekadar
mendapatkan pengetahuan keagamaan dari kyai atau ustad, tetapi
18
Ridwan Abawihda, Kurikulum Pendidikan Pesantren dan Tentangan Perubahan
Global, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 117
17
juga dapat memperoleh dan mengembang pengetahuan melalui
interaksi dengan sesama santri, masyarakat atau sumber belajar
lain.
b. Landasan Sosiologi
Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan atas dasar
pengakuan adanya praktik pendidikan yang sangat baik yang
berlangsung di pesantren dalam rangka mengembang potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggujawab sebagaimana
termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Praktik pendidikan yang
sangat baik ini mengkristal pada tradiri kultural yang ada di pesantren.
Pendidikan di pesantren tidak bertujuan untuk mengajar materi,
kekuasaan dan keagungan duniawi, tetapi dilakukan semata-mata
merupakan pengamalan atas kewajiban dan pengabdian kepada Allah
SWT.
Pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan mu‟adalah juga
didasarkan atas tradisi yang berorientasi pada pengauasaan kitab kuning
yang merupakan salah satu karakteristik pesantren di tanah air dalam
upaya mencetak kader ulama yang mutafaqqih fid din yang bertumpu
pada nilai-nilai kultural yang mederat (tasamuh). Kegiatan penguasaan
kitab kuning ini dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di luar
kelas, dengan masjid sebagai sentral berbagai kegiatan pesantren.
c. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dikembangkan atas dasar
tradisi epistemologi Islam yang meyakini bahwa ilmu tidak hanya
diperoleh melalui kajian eksperimen yang dikalukan secara rasional,
tetapi juga merupakan nur Allah yang terpacar kedalam hati manusia
yang meniscayakan adanya kesucian. Seiring dengan itu maka
pembelajaran dalam kurikulum satuan pendidikan mu‟adalah dipahami
bukan sekadar sebagai proses capaian rasional secara kasbi, tetapi juga
18
merupakan suatu proses intuitif suci secara ladunni dari Allah SWT
kepada peserta didik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran satuan
pendidikan mu‟adalah perlu dibarengi dengan proses penyucian hati
yang dilakukan melalui berbagai kegiatan ubudiyah, mujahadah dan
riyadhah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bukan untuk
mencari kemegahan dan kedudukan.19
d. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pengembangan kurikulum pada satuan
pendidikan mu‟adalah adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Ungang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah dua kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2015 tentang
perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan keagamaan;
5. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 13 tahun
2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam;
6. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2014 tentang Satuan Pendidikan Mu‟adalah dapa Pondok
Pesantren.20
7. Pelaksanaan Kurikulum Pondok Pesantren
Terkait dengan pelaksanaan kurikulum pesantren, seorang guru
dalam melaksanakan pembelajaran untuk dapat mengadopsi atau
19
Kementerian Agama RI, Kerangka Dasar Dan Strutur Kurikulum Satuan Pendidikan
Mu‟adalah Salafiyah Setingkat Madrasah Aliyah, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren
Tahun 2015. h. 7-9 20
Kementerian Agama RI, Pedoman Pendidikan Diniyah Formal, Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pesantren, Tahun 2015. h. 157
19
mengadaptasi teori-teori pembelajaran dari teori yang digunakan
dengan teori yang baru, yang salah satunya sebagaimana tertuang dalam
peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi (SI) sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kurikulun didasarkan pada kompetensi,
perkembangan dan kondisi santri untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini santri harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara
bebas, dinamis dan menyenangkan.
2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar
belajar, yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa; (2) belajar untuk memahami dan
menghayati; (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif; (4) belajar untuk hidup bersama dan
berguna bagi orang lain; dan (5) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang efektif,
aktif, kreatif, dan menyenangkan.
3. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan santri mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan
kondisi santri dengan tetap memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi santri yang berdimensi ketuhanan,
keindividuan, kesosialan, dan moral.
4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan santri dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka,
dan hangat dengan prinsip tut wuri handayani, ing madyo
mangun karso, ing ngarso sung tulodo (di belakang memberikan
daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan
prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
20
5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar.
6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7. Kurikulum dilaksanakan mencakup seluruh komponen
kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan
diri, diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antara kelas dan jenis
serta jenjang pendidikan.21
Dengan demikian dapat katakan bahwa ketujuh prinsip tersebut
harus diperhatikan, karena pembelajaran merupakan proses
menciptakan santri belajar. Untuk itu, pembelajaran harus dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan (proses) dan penilaian hasil belajar. Evaluasi
proses pembelajaran dengan kata lain, pelaksanaan kurikulum
merupakan proses pembelajaran atau interaksi edukatif antara guru
yang menciptakan suasana belajar dan santri yang merespon terhadap
usaha guru tersebut.
B. Manajemen Kurikulum
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum
yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematis dalam rangka
mewujudkan tercapainya kurikulum. Dalam pelaksanaannya
manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan kepada
lembaga pendidikan dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan
21
Permendiknas No 22/2006, Lampiran, 3 (Jakarta: Depdinas, 2006), h. 5-6.
21
memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi misi
lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengambil kebijakan nasional
yang telah ditetapkan.22
Manajemen kurikulum mencakup kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Dalam manajemen kurikulum
kegiatan dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar di
sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Kegiatan manajemen
kurukulum di antaranya sebagai berikut:
a. Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-
kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa
kearah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai
sampai mana perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa.
Di dalam perencanaan kurikulum minimal ada lima hal yang
memengaruhi perencanaan dan pembuat keputusan, yaitu
filosopis, materi, manajemen pembelajaran, pelatihan guru, dan
sistem pembelajaran.
b. Pelaksanaan kurikulum
Pembelajaran di kelas merupakan tempat melaksanakan
kurikulum dan menguji kurikulum. Dalam kaitan pembelajaran
semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat dan
kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan
mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata. Oleh karena itu guru
adalah kunci pemegang pelaksanaan dan keberhasilan
kurikulum. Guru bertindak sebagai perencana, pelaksana dan
penilai serta pengembang kurikulum yang sebenarnya.
c. Evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum yang efektif lebih bersifat komprehensif
yang di dalamnya meliputi pengukuran. Di samping itu evaluasi
pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan
22
Rusman, M.Pd., Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafino Persada, 2009), h. 3
22
tentang nilai suatu objek. Keputusan evaluasi tidak hanya
didasarkan pada hasil pengukuran saja, dapat pula didasarkan
pada hasil pengamatan. Baik yang didasarkan pada hasil
pengukuran maupun bukan pengukuran, pada akhirnya
menghasilkan keputusan nilai tentang suatu program atau
kurikulum.23
Terdapat lima prinspi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
manajemen kurikulum, yaitu:
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum
merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen
kurikulum. Pertimbangan bagaimana peserta didik dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum yang harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus
berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksanaan
dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan
tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai kurikulum.
3. Koopratif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam
kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang
positif dari berbagai pehak yang terlibat.
4. Efektifitas dan efisiansi, rangkaian manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektifitas dan efisiansi untuk mencapai tujuan
kurikulum sehingga kegiatan kurikulum tersebut memberi hasil
yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.
5. Mengarahkan visi mivi dan tujuan, yang ditetapkan dalam
kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat
dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.24
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen
kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum
23
Ibid., h. 21 24
Ibid., h. 4
23
berjalan lebih efektif, efisian dan optimal dalam memberdayakan
berbagi sumber belajr, pengalaman belajr, maupun komponen
kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di
antaranya sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiansi pemanfaatan sumberdaya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat
ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat
dicapai oleh peserta didik tidak hanya melaui kegiatan
instrakurikuler, tapi juga ekstrakurikuler dan kokurikuler yang
dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum
yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan
hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkuangan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa
dalam mencapai tujuan pembelajran, pengelolaan kurikulum yang
profesional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada
kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiansi dan efektifitas proses belajar mengajar,
proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat
konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian ketidaksesuaian
antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara
profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi
24
bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas
kebutuhan pembangunan daerah setempat.25
Keberhasilan manajemen kurikulum sangat dipengaruhi oleh faktor
manusianya, mulai dari tingkat tpo leader (ditingkat pusat) sampai
dengan tingkat pelaksana dilapangan (guru). Tentu dalam
pelaksanaannya, orang tersebut harus didukung oleh sumber-sumber
lian, seperti sarana dan prasarana, biaya, waktu, teknologi, termasuk
kemampuan manajerialnya.26
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen kurikulum adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk
memudahkan mengelola pendidikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar yang di awali dari tahap perencanaan dan di akhiri dengan
evaluasi program, agar kegiatan belajar mengajar dapat terarah dengan
baik.
2. Runglingkup Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan manajemen berbasis sekolah
(MBS). Runglingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat
satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk
merealisasikan dan merelevansikan kebutuhan daerah dan kondisi di
sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan
kurikulum yang intergritas dengan peserta didik maupun dengan
lingkungan sekolah.27
Pokok kegiatan utama studi manajemen kurikulum adalah meliputi
bidang perencanaan dan pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan
kurikulum. Manajemen perencanaan dan pengembangan kurikulum
berdasarkan asumsi bahwa: telah tersedia informasi dan data tentang
25
Ibid., h. 5 26
Zainal Arifin, M.Pd, Konsep dan Model Perkembangan Kurikulum, (Bandung :PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 23-26. 27
Rusman, M.Pd, Manajemen Kurikulum, Op. Cit., h. 4
25
masalah-masalah dan kebutuhan yang mendasari disusunnya
perencanaan yang tepat. Manajemen pelaksanaan kurikulum
berdasarkan asumsi bahwa kurikulum telah direncanakan sebelumnya
dan siap dioprasionalkan. Manajemen perbaikan kurikulum berdasarkan
asumsi bahwa, perbaikan kurikulum di sekolah perlu diperbaiki dan
dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Evaluasi kurikulum berdasarkan asumsi bahwa perbaikan, perencanan
dan pengembangan, pelaksanaan, pengadministrasian, evaluasi dan
perbaikan kurikulum bergerak dalam satuan sistem dalam siklus yang
berkesinambungan dalam lingkaran proses sistem pendidikan
menyeluruh.28
3. Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
Di samping perencanaan yang merupakan tujuan pendidikan dan
susunan bahan pelajaran, pemerintah pusat mengeluarkan pedoman-
pedoman umum yang harus diikuti oleh sekolah untuk menyusun
perencanaan yang sifatnya operasional di sekolah, pedoman-pedoman
tersebut antara lain berupa: struktur program, program penyusunan
akademik, pedoman penyusunan program pelajaran, pedoman program
rencana mengajar, pedoman penyusunan program satuan pelajaran,
pembagian tugas guru, pengaturan siswa ke dalam kelas.
a. Struktur Program
Struktur program adalah susunan bidang pelajaran yang harus
dijadikan pedoman pelaksanaan kurikulum disuatu jenis dan
jenjang pendidikan. Berdasarkan struktur sekolah dapat menyusun
jadual pelaksanaan pelajaran disesuaikan dengan kondisi sekolah
asal tidak menyimpang dari ketentuan yang ada
b. Penyusunan Jadual Pelajaran
Penyusunan Jadual Pelajaran adalah urutan mata pelajaran sebagai
pedoman yang harus diikuti dalam pelaksanaan pembagian
28
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. XII, h. 20
26
pelajaran. Jadual bermanfaat sebagai pedoman bagi guru, siswa
maupun kepala sekolah
c. Penyusunan kalender pendidikan
Menyusun rencana kerja sekolah untuk kegiatan selama satu tahun
merupakan bagian manajemen kurikulum terpenting yang harus
sudah tersusun sebelum ajaran baru
d. Pembagian tugas guru
Prinsip manajemen yang sering di kehendaki dilaksanakan di
Indonesia adalah “bottom up policy” bukan “top down policy” yaitu
menampung pendapat bawahan sebelum pimpinan memutuskan
suatu kebijakan, atau keputusan didasarkan atas musyawarah
bersama. Oleh karena itu maka mengadakan pembagian tugas guru,
kepala sekolah tidak main perintah atau main tunjuk tetapi
dibicarakan dalam rapat meja guru sebelum tahun ajaran dimulai.
e. Pengaturan atau penempatan siswa dalam kelas
Pengaturan siswa dalam kelas sebaiknya sudah dilakukan bersama
waktu dengan pendaftaran ulang siswa tersebut. Hal ini akan
mempermudah siswa baru pada peristiwa hari baru masuk ke
sekolah. Oleh karena kemampuan siswa belum kenal, maka yang di
pakai untuk pertimbangan penempatan ke kelas antara lain: jenis
kelamin, asal sekolah, dll.
f. Penyusunan rencana mengajar
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru setelah
menerima tugas untuk tahun ajaran yang akan datang adalah
mempersiapkan segala sesuatu agar apabila sudah sampai saat
melaksanakan mengajar tinggal memusatkan perhatian pada
lingkup yang khusus yaitu interaksi belajar mengajar.29
29
Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogjakarta: Aditya
Media, 2008), h. 133-138
27
4. Komponen-Komponen Kurikulum
Mengingat bahwa fungsi kurikulum dalam proses pendidikan
adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini
berarti bahwa sebagai alat pendidikan, kurikulum memiliki bahgian-
bahgian penting dan penunjang yang dapat mendukung oprasinya
dengan baik. Bahgian-bagian ini disebut komponen yang saling
berkaitan, berintraksi dalam berupaya mencapai tujuan.
a. Menurut Hasan Langgulung ada 4 komponen utama kurikulum
yaitu:
1) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan
lebih tegas lagi orang yang bagaimana yang ingin kita bentuk
dengan kurikulum tersebut.
2) Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data,
aktifitas-aktifitas dan pengalaman-pengalaman dari mana
terbentuk kurikulum itu. Bagian inilah yang disebut mata
pelajaran.
3) Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru
untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mareka
ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum.
4) Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur
dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang
direncanakan kurikulum tersebut.
b. Menurut Penulis komponen kurikulum itu meliputi:
1) Tujuan yang ingin dicapai meliputi: (a) tujuan akhir, (b) tujuan
umum, (c) tujuan khusus, (d) tujuan sementara. Di dalam
kurikulum berbasis kompetensi seorang pendidik harus pula
dapat merumuskan kompetensi yang ingin dicapai yaitu: (1)
kompetensi lulusan, (2) kompetensi lintas kurikulum, (3)
kompetensi mata pelajaran, (4) kompetensi dasar.
28
2) Isi kurikulum
Berupa materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Materi tersebut disusun
kedalam silabus, dan dalam mengaplikasikannya dicantumkan
pula dalam satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran.
3) Media (sarana dan prasarana)
Media sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk
menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh
peserta didik. Media tersebut berupa benda (materi) dan bukan
benda (non materi).
4) Strategi
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik
mengajar yang digunakan. Dalam strategi termasuk juga
komponen penunjang lain seperti : (a) sistem administrasi, (b)
pelayanan BK, (c) remedial, (d) pengayaan, dsb.
5) Proses pembelajaran
Komponen ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses
pembelajaran ini akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri
peserta didik sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan
kurikulum. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran dituntut
sarana pembelajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan
dan mendorong kreativitas peserta didik dengan panduan
pendidik.
6) Evaluasi
Dengan evaluasi (penilaian) dapat di ketahui cara pencapaian
tujuan.30
Evaluasi ditunjukan untuk menilai pencapaian tujuan
yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar
secara keseluruhan.
30
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 153-155
29
5. Fungsi-Fungsi Manajemen Kurikulum
Paradigma baru pendidikan tersebut akan berpengaruh terhadap
tatanan manajemen kurikulum, khususnya pada perecanaan kurikulum,
pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Secara garis besar
terdapat beberapa kegiatan berkenaan dengan fungsi manajemen
kurikulum dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar
yang dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan
tingkah laku yang diinginkan dan penilaian hingga mana
perubahan-perubahan telah terjadi dapa diri siswa.
a. Fungsi perencanaan kurikulum
Pimpinan perlu menyusun rencana kurikulum secara cermat, teliti,
menyeluruh dan rinci, karena memiliki multi fungsi sebagai
berikut:
1. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber
peserta yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan
yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang
diperlukan, sistem kontrol dan evaluasi, peran dan unsur-
unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen
operasional.
2. Perencanaan kurikulum sebagai penggerak roda organisasi
untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai
dengan tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang
matang besar sumbangannya terhadap pembuatan keputusan
oleh pimpinan, dan oleh karenanya perlu memuat informasi
kebijakan yang relevan, disamping seni kepemimpinan dan
pengetahuan yang telah dimilikinya.
30
3. Perencanaan kuruikulum berfungsi sebagai motivasi untuk
melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil
optimal.31
2. Pelaksanaan kurikulum
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkat yaitu
pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam
tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah, dan pada
tingkat kelas yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan
tugas kepala sekolah dengan guru dalam pelaksanaan kurikulum
serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi,
yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun dalam pelaksanaan
administrasi kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan
bersama-sama bertanggungjawab melaksanakan proses
administrasi kurikulum.
a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
Pada tingkat ini kepala sekolah bertanggung jawab untuk
malaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang
dipimpinnya. Kepala sekolah wajib melakukan kegiatan-
kegiatan yakni menyusun rencana tahunan, menyusun jadual
pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan membuat notula
rapat, membuat statistik dan menyusun laporan.
Pada umumnya pimpinan harus memiliki sikap/tingkah laku
tertentu yang justru merupakan kelebihan dibandingkan dengan
bawahannya yang dipimpin sikap/tingkah laku tersebut antara lain:
1) Mampu mengelola sekolah, 2) Kemampuan profesional atau
keahlian dalam jabatannya, 3) Bersikap rendah hati dan sederhana,
4) Bsersikap menolong, 5) Sabar dan memiliki kestabialan emosi.
(6) Percaya diri, 7) Berfikir kritis.
31
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op. Cit., h. 125
31
b. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum di lingkungan
kelas. Pembagian tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan
administrasi yaitu: 1) Pembagian tugas mengajar, 2)
Pembagian tugas pembinaan ekstra kurikulum, 3) Pembagian
tugas bimbingan belajar.
3. Penilain kurikulum
Sistem penialaian kurikulum adalah proses pembuatan
pertimbangan berdasarkan seperangakt kriteria yang disepakati dan
dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat keputusan mengenai
kurikulum. Ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan
antaranya adalah:
1. Pertimbangan adalah pangkal pembuatan keputusan yang
menentukan hasil penilaian untuk ini dibutuhkan informasi
yang akurat, releven dan dapat dipercayai, sehingga
pertimbangan yang dilakukan dan keputusan yang
dihasilkan efektif.
2. Deskripsi objek penilaian adalah perubahan yang terjadi
sebagai produk suatu kurikulum pendidikan. Produk itu
perlu dirinci agar lebih jelas, dapat diamati dan terukur.
3. Kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan adalah ukuran-
ukuran yang digunakan untuk menilai suatu objek, dalam
hal ini adalah kurikulum diklat tenaga program.
a. Fungsi penilaian kurikulum
1) Edukatif, untuk mengetahui kedayagunaan dan keberhasilan
kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan
latihan.
2) Intruksional, untuk mengetahui pendayagunaan dan
keterlaksanaan kurikulum dalam rangka pelaksanaan proses
belajar mengajar dan proses diklat.
32
3) Diagnosis, untuk memperoleh informasi masukan dalam
rangka perbikan kurikulum diklat.
4) Administratif, untuk memperoleh informasi masukan dalam
rangka pengelolaan program diklat.
Penilaian kurikulum diklat berdasarkan asas-asas sebagai
berikut: 1) Rasional, artinya berdasarkan pertimbangan yang
mendasarkan objektif, 2) Spesifikasi, artinya mengandung tujuan
yang jelas dan khusus, 3) Manfaat, artinya bermanfaat sesuai
dengan hakikat peserta yang mempelajari kurikulum tersebut, 4)
Efektivitas, artinya mengacu kepada ciri-ciri dan kondisi yang
perlu untuk menentukan dampak kurikulum, 5) Kondisi, artinya
persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan kurikulum, 6)
Praktis, artinya mengacu kepada faktor-faktor dasar yang
menunjang kurikulum, 7) Desiminasi, artinya berhubungan
dengan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
b. Tujuan penilaian kurikulum
Untuk memperoleh informasi yang akurat sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang kurikulum
yang meliputi:
1) Keputusan tentang perencanaan kurikulum yang mengarah ke
pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus.
2) Keputusan tentang komponen masukan kurikulum, seperti
ketenagaan, sarana prasarana, waktu dan biaya.
3) Keputusan tentang implementasi kurikulum yang
mengarahkan kegiatan-kegiatan pengajaran dan latihan.
4) Keputusan tentang produk kurikulum yang menyangkut efek
dan dampak program pendidikan.32
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, lebih banyak memfokuskan
diri kepada kegiatan akademik. Visi sekolah merupakan sebuah janji
sekolah kepada manyarakat yang harus dicapai melalui berbagai
32
Ibid., h. 238-239
33
kegiatan sekolah, terutama kegiatan dalam bidang akademik yang
merupakan bagian besar dalam sistem manajemen sekolah
merencanakan suatu kegiatan akademik, yang mana rencana tersebut
kemudian dituangkan dalam suatu dokumen yang disebut kurikulum.
6. Pengembangan Kurikulum Pesantren
Pengembangan kurikulum pesantren pada dasarnya tidak terlepas
dari visi pembangunan nasional yang berupaya menyelamatkan dan
memperbaiki kehidupan nasional yang tertera dalam garis besar hukum
Negara. Oleh karena itu pengembangan tersebut hendaknya
mengakomodasi tuntutan-tuntutan sistematik (Depdiknas, Depag).
Secara konseptual, sebenarnya lembaga pesantren potimis akan
mampu memenuhi tuntutan reformasi pembangunan nasional di atas
dapat dibangun melalui perubahan kurikulum pesantren yang berusaha
membekali peserta didik untuk menjadi subjek pembangunan yang
mampu menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif dan
profesional pada bidangnya masing-masing.
Realitas menunjukan pada saat ini lembaga pesantren telah
berkembang secara bervariasi baik dilihat dari segi isi (kurikulum) dan
bentuk/manajemen/struktur organisasi. Hasan Basri (Dalam Nata,
2001:120-121) mengembangkan lembaga non formatif ini kedalam lima
pola, yakni: 1) pesantren yang hanya terdiri dari masjid dan rumah kiai;
2) pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, dan asrama atau
pondok; 3) pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok, dan
madrasah; 4) pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kiai, pondok,
madrasah dan tempat keterampilan; dan 5) pesantren yang terdiri dari
masjid, rumah kiai, pondok, madrasah, tempat keterampilan,
universitas, gedung pertemuan, tempat olahraga dan sekolah umum.33
Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam,
maka rung lingkup studi dikembangkan manajemen kurikulum dalam
33
Sulthon & Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren,Op. Cit., h. 74
34
tulisan ini, terdiri pada: 1) Manajemen perencanaan dan pengembangan
kurikulum, 2) Manajemen pelaksanaan kurikulum, 3) Supervisi
pelaksanaan kurikulum, 4) Pemamtauan dan penilaian kurikulum, 5)
Perbaikan kurikulum, 6) Disentralisasi dan sentralisasi pengembangan
kurikulum.34
Sebenarnya tidak terhitung prinsip yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum, tetapi prinsip-prinsip tersebut dapat
dikelompokkan dua jenis, yaitu prisip umum dan khusus. Prinsip
pengembangan kurikulum secara umum antara lain adalah: 1) Prinsip
berorientasi kepada tujuan dan kompetensi, 2) Relevensi, 3) Efisiansi,
4) Keefektifan, 5) Fleksibilitan, 6) Integritas, 7) Kontinuitas, 8)
Sinkronitas, 9) Objektivitas, 10) Demokrasi. Adapun prinsip
pengembangan kurikulum secara khusus antara lain adalah: 1) Prinsip
tujuan kurikulum, 2) Isi kurikulum, 3) Ditaktik-metodik, 4) Media dan
sumber belajar, 5) Evaluasi.35
Dari keterangan tersebut dampak sangat jelas sekali bahwa ruang
lingkup manajemen kurikulum itu ada prinsip dari proses manajemen
itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan kurikulum
mempunyai titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen, sehingga
di dalam pelaksanaan kurikulum harus mengadakan pendekatan dengan
ilmu manajemen.
34
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Op. Cit., h. 21 35
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Op. Cit., h. 31-38
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Madinatunnajah
Jombang Tangerang Selatan, sedangkan untuk waktu penelitiannya
mulai pada bulan Mei sampai bulan Juni 2016 dengan guna waktunya
satu bulan.
B. Sumber Data
Penelitian ini yang menjadi sumber data adalah pimpinan
pesantren, ketua bidang kurikulum, ustadz-ustadz dan sumber lain
seperti dokumen-dokumen dan peristiwa yang terjadi di pesantren
Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.
Penelitian kualitatif bersifat induktif: peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data untuk interpretasi. Data
dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi
dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara
yang mendalam serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama,
menggambarkan dan mengukapkan (to describe and explore) dan kedua
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).
Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Bebrapa penelitian
36
memberikan deskripsi tentang situasi yang kompleks dan arah bagi
penelitian selanjutnya.36
D. Teknik Pengambilan Data dan Instrutmen
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan secara langsung
di lapangan dengan tiknik pengambilam data yang menggunakan adalah
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari teknik
pengambilan data tersebut penjelasannya dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara yang dilakukan untuk menggali
informasi secara langsung dari informan/sumber informasi. Dengan
mengadakan tanya jawab antara peneliti dengan pimpinan
pesantren, ketua bidang kurikulum dan ustadz-ustadz, dalam
penelitian ini peneliti wawancara langsung dengan pimpinan
pesantren, ketua bidang kurikulum dan ustadz-ustadz. Untuk
memperoleh informasi secara langsung dari pihak yang
bersangkutan dan hasilnya digunakan untuk melengkapi
pembahasan. Karena wawancara adalah teknik yang sangat primer
dalam metode penelitian pendekatan kualitatif.
Tabel 3.1
Instrutmen Wawancara
No Butir Kajian
1 Sejarah berdiri pesantren
2 Keberadaan siswa dan guru
3 Keberadaan sarana prasarana
4 Keberadaan pesantren
5 Kurikulum pesantren
36
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. IX h. 54
37
2. Obeservasi/pengamatan
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
menggunakan perkataan atau tidak disertai dengan komunikasi
lisan. Pada umumnya teknik observasi melibatkan panca indra
penglihatan terhadap data visual, ataupun panca indra lain seperti
pendengaran, sentuhan, serta penciuman.37
Dalam pengamatan
penelitian ini berjenis non-partisipatif yaitu peneliti tidak
melibatkan diri dalam kondisi objek yang diamati. Setelah
instrument observasi dibuat, peneliti mulai datang ke lokasi
penelitian untuk melihat fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi
tersebut.
Tabel 3.2
Instrutmen Observasi
No Objek Observasi
1 Kegiatan pembelajaran
2 Tata bangunan pesantren
3 Sarana dan fasilitas pesantren
4 Situasi dan dondisi pesantren
5 Kegiatan ekstra kurikuler
3. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah cara untuk mencari informasi dari data-
data yang sudah berlalu untuk menguatkan hasil dari observasi dan
pengamatan. Bentuk dokumen bisa berupa gambar, catatan tertulis
baik yang diarsipkan oleh Pondok Pesantren Madinatunnajah
Jombang Tangerang Selatan sendiri, atau dari media cetak dan dari
internet. Setelah instrumen dokumentasi dibuat, maka peneliti
datang ke lokasi penelitian untuk melakukan pencatatan data
37 Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 199
38
dokumentasi yang diperlukan sebagai penunjang validitas
informasi atau data yang diperoleh peneliti.
Tabel 3.3
Jenis Dokumen
No Jenis data Ada Tdk Ket.
1 SK pendiri pesantren Sedia
2 Surat keterangan Kemenag Sedia
3 Profil pesantren Sedia
4 Buku pedoman guru Sedia
5 Silabus dan RPP Sedia
6 Kitab rujukan pesantren Sedia
7 Kalender akademik Sedia
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengaturan urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam satu pola kategori, dan satuan urutan
data. Secara rinci langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini,
peneliti melakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan dan verifikasi.
1) Reduksi data
Reduksi adalah cara yang dilakukan untuk merangkum,
memilih data-data pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting
dan membuang hal-hal yang tidak penting, sehingga data lebih
jelas. Dengan cara ini data penelitian yang sangat banyak dipilih
sesuai keterkaitan dengan pembahasan. Kegiatan reduksi data
bukanlah suatu hal yang terpisah dan berdiri sendiri dari proses
analisis data, akan tetapi merupakan bagian dari proses itu sendiri.
2) Penyajian data
Penyajian data dalam metode kualitatif adalah teks yang
bersifat naratif. Dengan penyajian tersebut diharapkan data akan
39
tersaji secara terorganisai, sistematis sehingga mudah difahami.
Dengan penyajian data tersebut diharapkan dapat menguasai data
dan tidak tenggelam dalam data yang begitu banyak.
3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verivikasi merupakan langkah
ketiga dalam proses analisis data. Penarikan kesimpulan ini,
peneliti menemukan hal-hal baru hasil dari penelitian yang
dilakukan. Kemudian dari kesimpulan harus diverifikasi supaya
data yang didapatkan benar apa adanya baik dari deskripsi atau
objek gambar yang kurang jelas menjadi jelas.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Madinatunnajah
1. Letak Geografis
Pondok Pesantren Madinatunnajah terletak di Jl. Jombang-BSD
No. 97 Jombang Raya Lele, Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan,
Banten 15414. Pondok Pesantren Madinatunnajah terletak lebih kurang
11 km dari Kampung Utan Ciputat. Adapun batas-batas Pesantren
Madinatunnajah yaitu:
1. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk
2. Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk
3. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya
4. Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk
Pondok Pesantren Madinatunnajah yang dipinggir desa ini dengan
ladang yang luas memberikan keuntungan yang sangat besar bagi
pendidikan yaitu santri dapat belajar dengan tenang dan konsentrasi
dalam mendalami ilmu. Posisi masjid dan bangunan rumah kyai ada di
tengan pesantren sehingga mudah untuk mengadakan kegiatan
pendidikan.38
2. Sejarah Singkat
Pondok Pesantren Madinatunnajah didirikan pada tanggal 14
Febuari 1997 oleh Almukarram Drs. KH Mahrus Amin, sebagai Ketua
Yayasan Pendidikan dan Wakaf Islamiyah Annajah (YPWIA).
Dibangun di atas lahan milik pribadinya seluas 2 hekter (sekarang
berkembang menjadi dua setengah hekter) terletak di Jombang Ciputat
Tnggerang Selatan. Kemudian diresmikan oleh KH. Shoiman
Lukmanul Hakim salah satu pimpinan Pondok Modern Darussalam
Gontor pada tanggal 20 September 1997.
38
Ustad Eko Tristiano, Wawancara pada Tanggal 26 Mei 2016
41
Pendiri Pondok Pesantren Drs. KH. Mahrus Amin bercita-cita
untuk mendirikan 1000 (seribu) pesantren di Indonesia, sesuai yang
diamanatkan ileh KH. Imam Zarkasyi Pendiri Pondok Modern Gontor.
Maka ketika mendapat kesempatan untuk berdoa di dalam Ka‟bah,
beliau memohon agar diberikan kemampuan untuk mewujudkan cita-
citanya tersebut melalui Darunnajah sebagai lambang perjuangan
Rasulullah SAW di Makkah, dan Madinatunnajah sebagai lambang
perjuangan di Madinah.
Oleh karena itu, keberadaan Pondok Pesantren Madinatunnajah di
setiap daerah diharapkan memberi manfaát sebesar-besarnya bagi
masyarakat Indonesia, dengan memberikan kesempatan pendidikan
kepada anak-anak bangsa dan memberikan beasiswa untuk anak-anak
yatim dan dhu‟afa serta kader-kader daerah.
Proses pendidikan dan pengajaran di Pesantren Madinatunnajah
berlangsung selama dua puluh empat jam, baik di dalam dan di luar
kelas, agar terbentuk karakter kepemimpinan, mental dan kecakapan
hidup (life skill) pada diri setiap santri yang berasal dari seluruh
nusantara dan luar negeri.39
3. Visi dan Misi serta Motto dan Prinsip
Visi
“Mendidik dan menyiapkan kader-kader pemimpin ummat dan
bangsa yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, berpengetahuan
luas, terampil dan ulet”
Misi
a. Menyelenggarakan pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan
kader pemimpin ummat dan bangsa.
b. Mendidik para santri agar memiliki imam dan taqwa dan akhlak
mulia serta berpengetahuan luas.
c. Membina para santri agar terampil dan ulet dalam kehidupannya.
39
Studi Dokumen pada Tanggal 14, 24 dan 26 Mei 2016 (2016 : 1)
42
d. Menyiapkan santri yang berguna dan kembali ke masyarakat.
Moto
a. Berakhlak mulia
b. Berwawasan cendekia
c. Berbudaya madani
Prinsip
“Berdiri di atas dan untuk semua golongan”.40
4. Keadaan Guru dan Siswa (Santri)
a. Jumlah santri Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-
Islamiyah (TMI)
Tabel 4.4
Jumlah Santri Tahun Pelajaran 2015-2016
No Jenjang Pendidikan L P Jumlah
1 Madrasah Diniyah /TPQ 64 52 116
2 Raudhatul Athfal 35 38 73
3 Madrasah Ibtidaiyah 87 88 175
4 Madrasah Tsanawiyah 108 105 113
5 Madrasah Aliyah 82 50 132
6 Ma‟had Aly 36 11 47
JUMLAH 412 344 756
Julam santri pada umum mengalami peningkatan pada setiap
tanuh, hal ini tidak terlepas dengan peran dukungan dan kepercayaan
masyarakat kepada pesantren. Menurut hasil wawancara dengan
pimpinan dan para ustadz, jumlah santri pada setiap tahun selalu
40
Studi Dokumen pada Tanggal 14, 24 dan 26 Mei 2016 (2016 : 1)
43
meningkat, dikarenakan ada beberapa faktor yang mendukung seperti
peran lulusan (alumni) pesantren dan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler
seperti khitanan masal, pemeriksaan umum, majlis taklim Pesan Ulama
(Pengajian dan Silaturrohim Awal Bulan Bersama Ulama) serta
kegiatan sosial keagamaan lainnya, sehingga bermanfaat dan bisa
memberi kontribusi kepada masyarakat.
b. Jumlah guru Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-
Islamiyah (TMI)
Tabel 4.5
Jumlah Guru Tahun Pelajaran 2015-2016
No Jenjang Pendidikan L P Jumlah
1 Madrasah Diniyah /TPQ - 10 116
2 Raudhatul Athfal - 7 73
3 Madrasah Ibtidaiyah 9 11 175
4 Madrasah Tsanawiyah 16 15 113
5 Madrasah Aliyah 12 12 132
6 Ma‟had Aly 10 - 47
JUMLAH 47 55 102
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan sangatlah penting dan bermanfaat
untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran karena meskipun
kegiatan pembelajaran sudah baik, namun tidak didukung dengan alat-
alat atau sarana prasarana pendidikan maka hasil yang diperoleh tidak
akan sempurna sesuai yang diharapkan. Menurut hasil observasi
penulis, sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pendidikan
dan pembinaan santri Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-
44
Islamiyah (TMI) cukup memadai, terdiri dari sarana prasarana yang
menunjang kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas,
sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan bisa
mengembangakan minat dan bakat para santri melalui berbagai kegiatan
intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Sarana prasarana yang dimiliki oleh
pesantren di antaranya adala: 1) Ruang kelas yang berfungsi sebagai
tempat kegiatan pembelajaran teori. 2) Ruang perpustakaan yang
berfungsi tempat kegiatan santri dan guru mendapat informasi dari
berbagai bahan jenis buku yang tersedia. 3) Laboraturium komputer
yang berfungsi sebagai tempat praktik pembelajaran komputer. 4)
Ruang pimpinan yang berfungsi sebagai tempat melakukan kegitan
pengelolaan pesantren. 5) Ruang guru yang berfungsi sebagai tempat
guru bekerja dan istirehat serta bisa juga sebagai tempat menerima tamu
dari luar. dll
6. Profil Kurikulum
Hasil pengamatan penulis, kurikulum yang berlaku di Pondok
Pesantren Madinatunnajah adalah perpaduan antara kurikulum
pendidikan pesantren dengan kurikulum pemerintah (Kementerian
Agama), sehingga lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Tarbiyatul al-
Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah (TMI), dapat ketahui bahwa
TMI Pondok Pesantren Madinatunnajah adalah jenjang pendidikan
selama 6 (enam) tahun yaitu, I, II dan III yang setara dengan kelas I, II,
III SMP dan kelas IV, V dan VI yang setara degnan kelas I, II dan III
SMA dengan menggunakan kurikulum yang berkolaborasi, sesuai
dengan nama Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah
(TMI), mendidik santrinya untuk mampu mendidik, memimpin dan
mampu berdakwah dengan harapan ketika kembali ke daerah masing-
masing dengan konsep Islam, agar agama Islam tetap tegak.41
41
Wawancara dengan Pimpinan Pesantren pada Tanggal 26 Mei 2016
45
Pesantren Madinatunnajah menyelenggarakan program pendidikan
yang berjenjang mulai dari pra-sekolah sampai ke perguruan tinggi,
yaitu:
1. Madrasah Diniyah Taklimiyah/Taman pendidikan Al-qur‟an
2. Raudhatul Athfal/Taman Kanak-Kanak
3. Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar
4. Tarbiyatu Al-Muallimin Al-Islamiyah yaitu, setingkat dengan
MTs/SLTP dan MA/SLTA
5. Ma‟had Aly/Perguruan Tinggi
Kurikulum Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah
(TMI) yang bersifat integratif, komprehensif, dan mandiri, memadukan
intra kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra kurikuler dalam satu kesatuan
sistem pendidikan pesantren yang mampu memadukan tri pusat
pendidikan, pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pola seperti
ini memungkinkan untuk terjadinya integrasi antara iman, ilmu, dan
amal, antara teori dan praktik dalam satu kesatuan. Hal ini didukung
oleh keberadaan siswa di dalam pesantren selama 24 jam.42
B. Analisis Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah
1. Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Madinatunnajah
a. Perencanaan Kurikulum
Perancanaan kurikulum yang terdiri dari, intra kurikuler, ko
kurikuler dan ekstra kurikuler. Intra kurikuler berisi tentang ulum
Islamiyah, ulum lughawiyah dan ulum aaamma. Ko kurikuler berisi
tentang praktik ibadah, praktik pengembangan bahasa, pengembangan
sain dan teknologi, dan bimbingan dan pengembangan minat dan bakat
yang diimplementasikan dalam kegiatan keterampilan, kesenian,
olahraga, dan keilmuan. Ekstra kurikuler berisi tentang latihan
berorganisasi, pengembangan minat dan bakat. Tujuan pendidikan
Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah (TMI) adalah
42
Studi Dokumen pada Tanggal, 16, 24 dan 26 Mei 2016
46
menciptakan kader-kader masyarakat yang shaleh, berakhlak mulia,
berbudaya madani, berwawasan luas. Ini merupakan mimpi kita dan
semua pesantren, bahwa pesantren itu wadah pertahanan ummat
Islam.43
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003 PP nomor 19
tahun 2005). Secara yuridis, kurikulum TMI Pondok Pesantren
Madinatunnajah Jobang didasarkan kepada aturan perundang-undangan
yang berlaku. Diantara aturan dan peraturan yang menjadi dasar
penyusunan dan pengembangan kurikulum adalah undang-ungang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah RI nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan keagamaan, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam, Peraturan
Menteri Agama nomor 18 tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan
Mu‟adalah dapa Pondok Pesantren dan Statuta TMI Pondok Pesantren
Madinatunnajah Jombang, menerangkan bahwa TMI Pondok Pesantren
Madinatunnajah Jombang menyelenggarakan kurikulum Dirosah
Islamiyah dengan pola Muallimin dan mempunyai kedudukan sama
sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dalam pendidikan.44
Secara filosofis apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dialami
oleh siswa (santri) sehari-hari dalam kehidupan di pesantren adalah
unsur yang mendidik. Selajutnya nilai-nilai dan falsafah pendidikan
tersebut diwujudkan dalam rumusan-rumusan visi TMI Pondok
Pesantren Madinatunnajah Jombang sebagai lembaga pendidikan
pencetak kader-kader pemimpin ummat, menjadi tempat ibadah
thalabul „ilmi, dan menjadi pusat pengetahuan Islam, bahasa Alquran,
43
Wawancara dengan Pimpinan Pesantren pada Tanggal 26 Mei 2016 44
Studi Dokumen pada Tanggal, 16, 24 dan 26 Mei 2016
47
dan ilimu pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pesantren. Prinsip-
prinsip dasar seperti itulah yang menjadi acuan dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum TMI Pondok Pesantren Madinatunnajah
Jombang.
Pada aspek teoritis, kurikulum TMI Pondok Pesantren
Madinatunnajah Jombang dikembangkan atas dasar teori pendidikan
berdasarkan tradisi budaya pesantren secara berkesinambungan.
Karakterristik kurikulum TMI dikembangkan pada kompetensi ini yang
merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang. Kurikulum ini
membidik kompetensi siswa (santri) pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dalam proses pembelajaran yang didasarkan pada upaya
mengenai kompetensi dapa tingkat yang menekankan karakter siswa.45
Dari hasil pengamatan penulis, kurikulum pendidikan TMI di
Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang berjalan secara tertulis.
Dimana kurikulum dirumuskan oleh tim penyusun kurikulum untuk
menentukan arah kebijakan pendidikan, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan hingga sampai dengan evaluasi pendidikan. Beberapa
data yang dapat diperolehkan di antaranya adalah profil pondok
pesantren, silabus, kitab rujukan sebagai pegangan dan jadual kegiatan
harian.
b. Pelaksanaan Kurikulum
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pelaksanaan kurikulum
terbagi menjadi dua tingkatan yaitu, pelaksanaan kurikulum tingkat
sekolah dan tingkat kelas. Dalam pelakasanaan kurikulum di tingkat
sekolah pimpinnan pesantren bertanggung jawab atas pelaksanaannya,
sedangkan di tingkat kelas guru yang bertanggung jawab. Pendidikan
Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah (TMI)
dilaksanakan 24 (dua puluh empat) jam, dimana proses belajar
45
Ibid.
48
mengajar yang mengedepankan aspek akademis dilaksanakan mulai
pukul 08.00 sampai pukul 11.30, selain waktu tersebut siswa
mengalami proses pendidikan dengan sekian banyaknya kegiatan yang
mendukung intra kurikuler dan ekstra kurikuler.
Strategi pembelajaran, menurut Pemimpin Pesantren dan para
ustadz lebih ditekankan pada kebutuhan santri memahami ilmu-ilmu
keagamaan, bagaimana santri dapat memahami materi pembelajaran
yang diperolehnya dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan lainnya diperoleh dengan pengalaman bagaimana dapat
mengerjakan sesuatu, dan pembelajaran secara khusus.46
1. Proses Pembelejaran
Secara umum metode pendidikan Tarbiyatul al-Muallimin wa al-
Muallimin al-Islamiyah (TMI) dilaksanakan dengan keteladanan,
pengarahan, penugasan, pembiasaan, dan penciptaan lingkungan.
a. Keteladanan
Keteladanan dicontohkan oleh kyai, guru, dan siswa (santri).
Metode ini sangat efektif dalam mendidik karakter, karena
sebaik-baik pendidikan adalah dengan perbuatan, bukan
sekadar dipidatokan.
b. Pengarahan
Setiap pekerjaaan selalu diawali dengan pengarahan. Hal itulah
yang diterapkan dalam proses pendidikan, sehingga
memungkinkan siswa (santri) untuk memahami nilai-niali
filosofis dari setiap apa yang dikerjakan, dan bukan hanya
sekadar mengerjakan tugas dan kewajibannya.
c. Penugasan
Diantara metode yang benar dalam mendidik adalah dengan
penugasan. Siswa (santri) dapat menghayati nilai-nilai
pendidikan setelah mengerjakan tugas yang diberikan, siswa
diberi tanggung jawab untuk mengerjakan tugas dalam jumlah
46
Wawancara dengan Pimpinan Pesantren dan Para Ustad pada Tanggal 26 Mei 2016
49
yang cukup banyak, hal tersebut melatih siswa mampu
memecahkan problem yang dihadapinya.
d. Pembiasaan
Metode pembiasaan yang diterapkan cukup efektif di dalam
melatih siswa (santri) untuk melakukan hal-hal yang positif,
karena siswa dibiasakan berdisiplin bahkan dengan sedikit
paksaan.
e. Pencipta Lingkungan
Lingkungan yang kondusif mutlak ada dalam sistem
pendidikan asrama, karena kondisi tersebut mendukung
terciptanya miliu belajar yang sehat, segala apa yang didengar,
dilihat, dan dirasakan oleh siswa adalah merupakan unsur-
unsur yang mendidik.47
Menurut hasil observasi dan wawancara penulis, metode klasikal
yang digunakan adalah wetonan. Metode wetonan cara penyampaian
materi pelajaran yaitu ustatz membaca dan menjelaskan materi/kitab
tersebut, sementara santri mendengarkan, memaknai dan menerima.
Namun dalam beberapa kesempatan, karena sesuatu dan lain hal
digunakan pula metode sorongan yaitu beberapa santri datang kepada
ustadz dengan kitab yang dikajinya. Ustadz membaca berulang-ulang
dan diikuti oleh santri seorang demi seorang sampai hafal. Lalu ustadz
memberi penjelasan dan contoh-contoh. Selanjutnya diikuti dengan
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan mareti yang
dikajinya.
Dalam beberapa kesempatan ustadz dapat memberi kepercayaan
pembelajaran kepada santri yang dipilih dari para santri senior sebagai
upaya latihan bagi para santri senior, namun tetap dibawah pengawasan
ustadz yang bersangkutan, metode ini diberikan kepada mareka yang
belajar kitab kuning yang hanya berlaku pada bulan Ramadhan saja.
Namun metode ini dianggap cukup efektif karena dengan cara ini
47
Studi Dokumen pada Tanggal 16, 24, dan 26 Mei 2016
50
pengajaran maupun pelimpahan nilai-nilai sebagai “delivery culture”
berlangsung dengan cukup intensif.48
2. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-
Islamiyah (TMI) terdiri dari Intra Kurikuler, Ko Kurikuler dan Ekstra
Kurikuler.
a. Intra Kurikuler
Kegiatan intra-kurikuler merupakan kegiatan utama yang
dilakukan oleh setiap sekolah atau pesantren yang sudah teratur,
jelas dan terjadual. Kegiatan ini terdiri dari beberapa mata pelajaran
yang harus ditempuh oleh setiap peserta didik (santri) sesuai
dengan jenjang masing-masing. Adapun struktur intra-kurikuler di
Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah (TMI)
terbagi menjadi beberapa bagian di antaranya sebagai berikut:
Pertama, struktur Ulum Islamiyah. Struktur ini berisi mata
pelajaran yaitu:
a) Al-Qur‟an
b) Tajwid
c) Tafsir
d) Hadits
e) Musthalahul Hadist
f) Ushul Fiqh
g) Fiqih
h) Aqidah Akhlak
i) Tarikh Islam
j) Sejarah Kebudayaan Islam
Kedua, struktur Ulum Lugha. Struktur ini berisi mata pelajaran
yaitu:
a) Tarbiyah
48
Wawancara dengan Pimpinan pesantren pada Tanggal 26 Mei 2016
51
b) Qowaidul Fiqhiyah
c) Imla‟
d) Insya‟
e) Muthala‟ah
f) Nahwu
g) Sharaf
h) Balaghah
i) Mahfuzhat
j) Khath
k) Bahasa Inggris
l) Bahasa Indonesia
Ketiga, struktur Ulum Ammah. Struktur ini berisi mata pelajaran
yaitu:
a) Matematika
b) Biologi
c) Geografi
d) Ilmu Pengetahuan Alam
e) Ilmu Pengetahuan Sosial
f) Sejarah
g) Akuntansi
h) Kewarganegaraan
i) Kepribadian
j) Sosiologi
k) Teknologi Informasi Komunikasi.49
Struktur kegiatan intra-kurikuler merupakan pola susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh setiap peserta didik (santri) dalam
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jenjang masing-masing.
Struktur intra-kurikuler di Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-
Islamiyah (TMI) terdiri atas kelompok mata pelajaran keagamaan
Islam, kelompok mata pelajaran pendidikan umum, dan muatan lokal.
49
Studi Dokumen pada Tanggal 16, 24, dan 26 Mei 2016.
52
Menurut Ustad Eko Tristiono, materi di dalam kelas harus menunjang
kegiatan di luar kelas.
b. Ko Kurikuler
Kegiatan ko-kurikuler merupakan kegiatan yang sangat erat
sekali dan menunjang serta membantu kegitan intra-kurikuler yang
dilaksanakan di luar jam pelajaran yang bertujuan agar peserta
didik (santri) lebih memahami materi yang sudah diajar dalam
kelas. Adapun struktur kegiatan ko-kurikuler yang dilaksanakan di
Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah (TMI) di
antaranya sebagai berikut:
Pertama, Penunjukan Praktik Ibadah. Struktur ini berisi
beberapa masalah di antaranya adalah:
a) Thaharah
b) Solat
c) Infaq dan Sodakah
d) Puasa
e) Membaca Al-qur‟an
f) Dzikir Wirid dan Doa
g) Kajian Kitab Klasik
h) Manasik Haji
i) Mengurus Jenazah
j) Imamah dan Khutbah Jum‟at (santri kelas 6)
k) Hafalan Surat-surat Pendek dan Ayat-ayat Pilihan
l) Ibadah Qurban
Kedua, Praktik Pengembangan Bahasa. Struktur ini berisi
beberapa kegiatan di antaranya adalah:
a) Krusus Bahasa Arab dan Inggris
b) Latihan pidato 3 bahasa (Arab, Inggris, Indonesia)
c) Language Encouragement
d) Arabic and English Week
53
e) Hadiitsu al-Arbi'a
f) Syahru al-Lughah untuk (Siswa Kelas 6)
Ketiga, Pengembangan Sains dan Teknologi. Struktur ini berisi
beberapa kegiatan di antaranya adalah:
a) Laboratorium Sains
b) Pelatihan Multimedia
c) Kursus Komputer
Keempat, Bimbingan dan Pengembangan Belajar. Struktur ini
berisi beberapa kegiatan di antaranya adalah:
a) Tahfizul‟ Al-Qur‟an
b) Belajar Terbimbing (al-ta‟allum al-muwajjah)
c) Diskusi dan Seminar
d) Latihan Mengajar Kursus Sore
e) Menulis Karya Ilmiyah.50
c. Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstra-kurikuler merupakan kegiatan yang
dilaksanakan di luar jam pelajaran atau kegiatan tambahan yang
harus ada disetiap sekolah atau pesantren, karena kegiatan ekstra
kurikuler juga sangat berpengaruh besar dangan kelulusan dan
prestasi peserta didik (santri). Selain dari kegiatan intra-kurikuler,
kegiatan ekstra-kurikuler juga merupakan kegiatan tambahan di
luar struktur program pelajaran yang berfungsi agar memperbanyak
dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan serta
mengembang minat, bakat dan keterampilan para santri. Ada
beberapa kegiatan ekstra-kurikuler yang dilaksanakan di Tarbiyatul
al-Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah (TMI) antara lain
adalah:
Pertama, Latihan Berorganisasi. Struktur ini berisi beberapa
kegiatan di antaranya adalah:
50
Studi Dokumen pada Tanggal 16, 24, dan 26 Mei 2016.
54
1) Organisasi Santri Madinatunnajah (OSMN), Panitia Bulan
Ramadhan (PBR) dan Panitia Bulan Syawwal (PBS).
Teknik, waktu dan tempat pelaksanaan
OSMN, PBR dan PBS merupakan wadah resmi pendidikan
keorganisasian di pesantren sekaligus sebagai penopang
kreatifitas santri. Pengurus OSMN, PBR, dan PBS adalah santri
senior kelas 6 yang dipilih dan disetujui oleh pimpinan
pesantren setahun sekali.
Organisasi Santri Madinatunnajah (OSMN), dipilih dan
dikukuhkan pada tahun ajaran kedua, dan bertugas selama 1
tahun. Dalam menjalankan tugasnya organisasi ini dibagi dalam
beberapa bagian untuk mengurus dan mengatur totalitas
kehidupan siswa (santri) di bawah bimbingan pengasuh
pesantren dengan bantuan staf pengasuhan santri.
PBR dipilih dan diangkat menjelang bulan Ramadhan yang
bertugas memenej seluruh kegiatan pada bulan Ramadhan
meliputi; pelaksanaan ibadah shalat tarawih, tadarrus,
musyawarah kerja OSMN dan Koordinator, kegiatan nuzulu al-
qur‟an, pembekalan bahasa, dan kegiatan ekstra lainnya.
PBS dipilih dan dikukuhkan pada pertengahan bulan
Ramadhan yang bertugas memenej seluruh kegiatan pada bulan
Syawwal meliputi; pelaksanaan ibadah shalat Ied, penerimaan
santri baru, penyambutan dan penempatan tamu-tamu yang
berkunjung ke pesantren, persiapan penyambutan siswa lama
setelah berlibur, silaturrahim wali santri dengan bapak pimpinan
pesantren, dan pelaksanaan pekan perkenalan khutbatu al-„arsy.
2) Organisasi Gerakan Pramuka Madinatunnjah (GPMN)
Teknik, waktu dan tempat pelaksanaan
Organisasi Gerakan Pramuka Madinatunnjah (GPMN)
bertanggung jawab dalam mengatur seluruh kegiatan
kepramukaan di Pondok Pesantren Madinatunnajah. Penentuan
55
ketua pengurus organisasi ini diadakan setiap bulan Jumada
Tsani bertempat di setiap gugus depan.
Setiap gugus depan mengutus 5-10 pembina yang telah
memenuhi syarat (kelas dan nilai awal tahun) untuk dipilih
menjadi ketua Koordnator dan ketua Pembina gugus depan. Dari
kandidat yang ada kemudian dipilih secara langsung oleh
seluruh anggota gugus depannya sehingga menyisakan 2
kandidat ketua dan 2 kandidat Pembina gugus depan.
Setiap kandidat yang lolos kemudian diseleksi kembali oleh
pimpinan pondok sehingga tersisa 10 kandidat ketua koordinator
dari seluruh gugus depan yang berjumlah 10. Para kandidat
kemudian memberikan suaranya untuk memilih 2 diantara
mereka untuk menjadi ketua dan wakil ketua koordinator. Untuk
kandidat Pembina gugusdepan dipilih langsung oleh pimpinan
pondok.
Ketua dan wakil ketua yang terpilih kemudian membuat
formatir kepengurusan organisasi dengan 7 bagian, yaitu; Ketua
dan wakil ketua, Sekretaris, Keuangan, Kedai pramuka, Latihan,
Perpustakaan, dan Perlengkapan. Dengan jumlah personil
menyesuaikan.
3) Organisasi Asrama.
Teknik, waktu dan tempat pelaksanaan
Ciri khas dunia pondok pesantren adalah adanya asrama
untuk tempat tinggal santri yang dikelola oleh pengurus asrama.
Secara struktural organisasi asrama ini dibawah pengawasan dan
manajemen Organisasi Santri Madinatunnajah (OSMN). Jika
OSMN ditangani oleh siswa kelas 6, organisasi asrama diurus
oleh siswa kelas 5 dengan dibantu oleh santri-santri kelas
dibawahnya (kelas 4 dan kelas 3).
Mekanisme pemilihan pengurus asrama meliputi; pertama
pengurus harian OSMN memilih 3 calon kandidat untuk
56
ditetapkan sebagai ketua, wakil ketua, dan ketua keamanan
asrama atas bimbingan staf pengasuhan santri. Kedua, pengurus
terpilih menyusun formasi pengurus asrama yang terdiri dari
sekretaris, bendahara, bagian keamanan, penggerak bahasa,
bagian olahraga, bagian kesenian dan bagian kesehatan.
Program kerja pengurus asrama dirancang dalam
musyawarah kerja asrama yang diadakan secara serentak pada
malam puasa Arafah. Dengan adanya organisasi asrama ini
seluruh siswa mendapatkan pengawalan secara langsung dalam
menjalankan disiplin.
Kegiatan asrama meliputi; Mahkamah keamanan dan
bahasa, absensi kehadiran di asrama, piket kebersihan asrama,
piket malam, petugas pemukul bel, lari pagi dan pembersih
pondok mingguan.
4) Organisasi Konsulat.
Teknik, waktu dan tempat pelaksanaan
Organisasi konsulat memiliki peran yang sangat penting
dalam membantu lancarnya pelaksanaan program kerja
Organisasi Santri Madinatunnajah (OSMN). Secara struktural
organisasi ini dibawah Organisasi Santri Madinatunnajah
(OSMN) Organisasi konsulat ini diurus oleh siswa kelas 5.
Mekanisme pemilihan pengurus konsulat melalui beberapa
tahapan; pertama, seluruh anggota konsulat memilih calon ketua
konsulat dari siswa kelas 5 yang ada di konsulat masing-masing
dengan pengawasan pembimbing konsulat. Kedua, calon yang
terpilih diajukan kepada staf pengasuhan untuk mendapatkan
pengesahan dari pimpinan pesantren. Ketiga, ketua konsulat
terpilih menyusun formasi pengurus konsulat yang terdiri dari
sekretaris, bendahara, humas, dan perlengkapan.
5) Klub-klub olahraga, kesenian dan keterampilan.
57
Teknik, waktu dan tempat pelaksanaan
Club olah raga di Pondok Pesantren Madinatunnajah
merupakan wadah pengembangan minat dan bakat siswa dalam
bidang olah raga dan seni.
Anggota club terdiri dari siswa yang telah diseleksi oleh
pengurus yang kemudian mendapatkan bimbingan dan pelatihan
secara rutin oleh para pembimbing di bawah pengawasan
Bagian Olah Raga (BAGOR).
Jadwal latihan masing-masing club, diatur oleh BAGOR
sesuai dengan batas waktu olah raga, yaitu pukul 15.45 sampai
16.30. Anggota club yang berprestasi akan direkrut sebagai
pemain inti pondok (Timnas) dan akan mendapatkan bimbingan
dan pelatihan yang lebih intensif.
Sebagai upaya peningkatan prestasi siswa (santri) maka
BAGOR mengadakan kegiatan kompetisi antar club yaitu;
Madinatunnajah Olympiad.
Kedua, Pengembangan Minat dan Bakat. Struktur ini berisi
beberapa kegiatan di antaranya adalah:
1) Kepramukaan (Mengguan)
Teknik, waktu dan tempat pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali pada hari kamis
dengan durasi latihan 120 menit di kampus pesantren.
Latihan kepramukaan mingguan diikuti oleh seluruh siswa
pesantren dari kelas 1 sampai kelas 4 sebagai peserta didik,
kelas 5 sebagai pembantu Pembina, kelas 6 sebagai Pembina
dan pengurus Koordinator Gerakan Pramuka, dan sebagian guru
sebagai majelis pembimbing gugus depan dan majelis
pembimbing koordinator.
Kegiatan ini diawali dengan upacara pembukaan oleh
seluruh peserta didik di Gudep masing-masing yang dipimpin
oleh pembinanya, dilanjutkan dengan latihan kepramukaan dari
58
pukul 14.00 sampai 15.30 di tempat-tempat yang telah
ditentukan, dan ditutup dengan upacara penutupan latihan.
2) Keterampilan
Keterampilan santri terdiri dari;
a. Tata boga
b. Kaligrafi
c. Komputer
d. Las, dll.
3) Kesenian
Kesenian santri terdiri dari;
a. Musik
b. Beladiri
c. Taeter
d. Lukis
e. Hadroh
f. Marawis
g. Tari daerah
4) Olahraga
Olahraga santri terdiri dari;
a. Sepak bola
b. Futsal
c. Basket
d. Badminton
e. Voli
f. Tenis meja, dll.
5) Wira Usaha
Teknik, waktu dan tempat pelaksanaan
Koperasi pelajar adalah merupakan bagian Organisasi
Santri Madinatunnajah (OSMN). Bersamaan dengan proses
penentuan dan pemilihan formasi pengurus OSMN, pengurus
bagian koperasi pelajar terlebih dahulu dipilih dan disaring atas
59
kemampuan dasar dan kecakapan siswa (santri) dalam
bidangnya. Pengurus koperasi melaksanakan tugas dengan
secara bergantian sesuai jadual piket yang ditentukan masing-
masing. Pengurus koperasi bertanggungjawab penuh terhadap
kelengkapan dan ketersediaan kebutuhan primer dan sekunder
santri. Secara administrasi pengurus koperasi wajib melaporkan
ke staf pengasuh yang bersifat harian, mingguan, bulanan dan
tahunan.
Untuk ketertiban administrasi dan jalannya unit usaha ini,
maka dibentuk pembimbing dari dewan guru yang bertugas
mengarah, mengontrol dan mengevaluasi.
6) Keilmuan
Teknik, waktu dan tempat pelaksanaan
Kegiatan harian Forum Pengembangan Potensi dan
Wawasan Santri (FP2WS) meliputi penyusunan karya ilmiah,
diskusi, debat dan sidang redaksi penerbitan majalah dinding.
Adapun kegiatan mingguannya meliputi penerbitan majalah
dinding dan halaqoh keilmuwan.
Kegiatan harian diikuti oleh siswa kelas 2 sampai kelas 4
yang dibimbing oleh siswa kelas 5 sebagai pengurus dan diawasi
oleh siswa kelas 6. Setelah maghrib kegiatan dilaksanakan mulai
pukul 18.30 sampai pukul 19.30 di kamar bagian. Pengurus
memulai kegiatan dengan memberikan sebuah pengantar tentang
materi yang akan dibahas kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan lebih lanjut oleh petugas kegiatan yang telah
ditentukan. Materi-materi dan petugas dalam kegiatan ini telah
dijadwal oleh pengurus siswa kelas 5. Adapun kegiatan
mingguan dilaksanakan setelah shalat Jum‟at di masjid dengan
60
mengundang guru-guru sebagai nara sumber dan diikuti oleh
seluruh pengurus.51
c. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan sistem penilaian yang sistematis
tetang manfaat, kesesuaian efektifitas dari kurikulum yang diterapkan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakupi keseluruhan kurikulum atau
komponen-komponen yang ada dalam kurikulum seperti tujuan, materi,
metode pembelajaran Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-
Islamiyah (TMI) Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang
Tangerang Selatan, penilaian atas prestasi santri dilakukan dengan
prinsip objektif, adil, transparan, terpadu, dan menyeluruh. Semua
pengalaman yang dialami oleh santri tidak luput dari penilaian, baik
yang bersifat akademis maupun non akademis. Penilaian meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Secara garis bersar penilaian hasil belajar dilaksanakan 2 kali
dalam setahun melalui pertengahan tahun dan akhir tahun. Di samping
itu ada bentuk penilain yang lain berupa ulangan umum dan ulangan
harian. Menurut Pimpinan Pesantren, penilaian yang diterapkan
Tarbiyatul al-Muallimin wa al-Muallimin al-Islamiyah (TMI) Pondok
Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan, dibagi menjadi
2 macam, yaitu penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif. Penilaian
kuantitatif dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan tes praktik terhadap
aspek intra kurikuler. Sedangkan pada aspek ko kurikuler dan ekstra
kurikuler penilaian dilakukan melalui pengamatan, penugasan, dan
penilaian hasil karya siswa dalam bentuk rapot mental.52
51
Studi Dokumen pada Tanggal 16, 24, dan 26 Mei 2016 52
Wawancara dengan Pimpinan Pesantren dan Para Ustad pada Tanggal 26 Mei 2016
61
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Kurikulum
Untuk mewujudkan sebuah Pondok Pesantren yang berkualitas,
tentu akan memerluka faktor pendukung dan mempertimbangkan faktor
penghambatnya dan sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap sesuatu
yang akan menegakan kebenaran dan kemajuan tidak terlepas dari
adanya dukungan dan hambatan. Demikian dengan Pondok Pesantren
Madinatunnajah juga ada faktor-faktor dalam pengelolaan kurikulum
itu sendiri, baik itu datang dari guru, santri, sarana prasarana dan
lingkungan. Hasil penulis dapat dari wawancara dengan Pimpinan dan
para ustad-ustad sebagai berikut:53
a. Faktor Pendukung
1. Panduan kurikulum Pondok Pesantren Gontor sebagai monitor
implementasi di lapangan, sehingga dapat menjadi bahan
perencanaan dan pengembangan kurikulum selanjutnya.
2. Pembentukan tim penyusunan yang bertugas sebagai perumus
konsep dasar dan garis-garis besar kebijakan pendidikan dan
tujuan kurikulum. Tim ini dapat terlibat juga pihak pesantren
dan tokoh masyarakat.
3. Kurikulum satuan pendidikan pesantren berpaduan dengan
kurikulum pemerintah (Kementrian Agama).
4. Pondok pesantren ini sudah memiliki sarana dan prasarana yang
memadai dan ruang permanen yang cukup baik untuk
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
b. Faktor Penghambat
1. Tenaga kependidikan belum semuanya memahami secara
mendalam dengan kurikulum mu‟adalah ini, karena pemerintah
(Kementerian Agama) baru saja memutuskan pada tahun 2015.
2. Tidak semuanya santri berprestasi sesuai dengan tujuan
kurikulum mu‟adalah (Kementerian Agama) sehingga tenaga
53
Ibid.
62
kependidikan di pondok pesantren madinatunnajah ini harus
membuat kebijakan tersendiri.
3. Kementerian Agama pasa saat ini belum sepenuhnya dapat
melakukan pembinaan secara terencana dan berkesinambungan,
termasuk didalamnya manajemen kurikulum, yang selama ini
kurang sering tersentuh dalam pembinaan.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukan beberapa
temuan sebagai berikut:
1. Kurikulum TarbiyatulMu‟allimin wal Mu‟allimat al-Islamiyah
(TMI) menggunakan kurikulum perpaduan (mu‟adalah) yakni
mengkombinasikan kurikulum pemerintah (Kementrian Agama)
dengan kurikulum pendidikan pondok pensantren.
2. Adanya tim penyusunan dan perumusan kurikulum sebagai
pengelola dalam menentukan arah kebijakan dan tujuan
kurikulum pondok pesantren.
3. Adanya beberapa faktor sebagai pendukung dan penghambat
dalam pengelolaan kurikulum pondok pesantren.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan kurikulum pada Pondok Pesantren Madinatunnajah
Jombang Tangerang Selatan telah berjalan dengan baik dan sistematis,
hal ini dibuktikan adanya:
1. Manajemen kurikulum TarbiyatulMu‟allimin wal Mu‟allimat al-
Islamiyah (TMI) dirumuskan oleh tim penyusun dan perumusan
kurikulum untuk menentukan arah kebijakan pendidikan atau
tujuan kurikulum, mulai dari: (1) Perencanaan kurikulum yaitu
terbentuknya tim penyusunan dan perumusan kurikulum dalam
menentukan tujuan pendidikan. (2) Pelaksanaan kurikulum yaitu
kurikulum terbagi menjadi dua bagian yakni kurikulum di
tingkat sekolah dan di tingkat kelas, kurikulum di tingkat
sekolah akan dipertanggungjawakan oleh pimpinan pesantren,
sedangkan kurikulum di tingkat kelas guru sebagai penanggung
jawabnya. (3) Evaluasi kurikulum yakni secara garis bersar
penilaian hasil belajar dilaksanakan 2 kali dalam setahun
64
melalui pertengahan tahun dan akhir tahun. Di samping itu ada
bentuk penilain yang lain berupa ulangan umum dan ulangan
harian (Intra Kurikuler), sedangkan pada aspek ko kurikuler dan
ekstra kurikuler penilaian dilakukan melalui pengamatan,
penugasan, dan penilaian hasil karya siswa dalam bentuk rapot
mental.
2. Faktor pendukung dalam pengelolaan kurikulum di antaranya
adalah: (a) Panduan kurikulum Pondok Pesantern Gontor
sebagai monitor implementasi di lapangan, sehingga dapat
menjadi bahan perencanaan dan pengembangan kurikulum
selanjutnya. (b) Pembentukan tim penyusunan yang bertugas
sebagai perumus konsep dasar dan garis-garis besar kebijakan
pendidikan dan tujuan kurikulum, tim ini dapat terlibat juga
pihak pesantren dan tokoh masyarakat. (c) Kurikulum satuan
pendidikan pesantren berpaduan dengan kurikulum pemerintah
(Kementrian Agama) (d) Pondok pesantren ini sudah memiliki
sarana dan prasarana yang memadai dan ruang permanen yang
cukup baik untuk pelaksanaan pendidikan dan pengajaran,
sedangkan faktor penghambat dalam penglolaan kurikulum di
antaranya adalah: (a) Tenaga kependidikan belum semuanya
memahami secara mendalam dengan kurikulum mu‟adalah ini,
karena pemerintah (Kementerian Agama) baru saja memutuskan
pada tahun 2015. (b) Tidak semuanya santri berprestasi sesuai
dengan tujuan kurikulum mu‟adalah (Kementerian Agama)
sehingga tenaga kependidikan di pondok pesantren
madinatunnajah ini harus membuat kebijakan tersendiri. (c)
Kementerian Agama pasa saat ini belum sepenuhnya dapat
melakukan pembinaan secara terencana dan berkesinambungan,
termasuk didalamnya manajemen kurikulum, yang selama ini
kurang sering tersentuh dalam pembinaan.
65
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang manajemen kurikulum Pondok
Pesantren Madinatunnajah Jombang Tangerang Selatan, maka dapat
penulis sarankan sebagai berikut:
1. Kepada pimpinan pesantren disarankan untuk memiliki
pengetahuan kepemimpinan, perencanaan dan pandangan yang
luas tentang pengelolaan kurikulum, melakukan fungsinya
sebagai menejer pesantren dalam meningkatakan proses
pembelajaran serta melakukan studi banding antar pesantren
untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari pimpinan
pesantren.
2. Kepada guru/ustdaz disarankan untuk lebih memperdalam dan
menguasai konsep kurikulum perpaduan ini, sehingga
kurikulum pesantren bisa menyesuaikan dengan kondisi
masyarakat saat ini, termasuk model pembelajaran, mata
pelajaran, sistem evaluasi yang cocok akan lebih menukil pada
tatanan operasional.
3. Kepada komite atau masyarakat disarankan untuk lebih aktif
dalam penyusunan program kegiatan di pesantren dan selalu
ikut serta dalam mengambil kebijakan dan keputusan di
pesantren dalam pelaksanaan manajemen kurikulum.
4. Kepada pemerintah (Kementrian Agama) disarankan agar lebih
bertanggung jawab dalam perkembangan dan pembinaan
kurikulum secara terencana dan berkesinambungan, termasuk di
dalamnya manajemen kurikulum, yang selama ini kurang sering
tersentuh dalam pembinaan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006.
Iskandar Engku, M.A & Siti Zubaidah, M.Ag, Sejarah Pendidikan
Islam, Bandung: PT Rosdakarya, 2012.
Kementerian Agama RI, Kerangka Dasar Dan Strutur Kurikulum
Satuan Pendidikan Mu‟adalah Salafiyah Setingkat Madrasah Aliyah,
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren Tahun 2015.
Kementerian Agama RI, Pedoman Pendidikan Diniyah Formal,
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pesantren, Tahun 2015.
Mujamil Qomar, M.Ag, Pesantren dari Transformasi Metodelogi
Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: PT Glora Aksara Pertama,
2005.
M. Ali Hasan-Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2009.
Muin, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat, Jakarta: CV
Prasati, 2007.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012.
Permendiknas No 22/2006, Lampiran 3, Jakarta: Depdinas, 2006.
Rusman, M.Pd., Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT Raja Grafino
Persada, 2009.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Ridwan Abawihda, Kurikulum Pendidikan Pesantren dan Tentangan
Perubahan Global, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Rohinah M. Noor, MA, KH.Hasyim Asy‟ari Memodernisasi NU &
Pendidikan Islam, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2012.
Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan,
Yogjakarta: Aditya Media, 2008.
Sulthon & Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva
Pustaka, 2005.
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kiai
dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: Pustaka
Nasional, 2011.
Zainal Arifin, M.Pd, Konsep dan Model Perkembangan Kurikulum,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Hasil Wawancara dengan Pimpinan Pesantren, Ketua Bidang kurikulum
dan para Ustadz pada tanggal 26 Mei 2016 di Pondok Pesantren
Madinatunnajah Jombang Tnggerang Selatan.
LAMPIRAN
KEADAAN SARANA DAN PRASARANA
No Agenda Jumlah
1 Masjit 1 unit
2 Asrama santri putra 4 gedung
3 Asrama santri putri 4 gedung
4 Kamar mandi putra 18 unit
5 Kamar mandi putri 54 unit
6 Tempat jemuran putra 3 unit
7 Tempat jemuran putri 3 unit
8 Kantor 8 unit
9 Ruang belajar 8 gedung
10 Sarana olahraga (futsal, voli, basket, dll)
11 Ruang pimpinan 1 unit
12 Perumahan guru keluarga 20 unit
13 Laboratorium computer 1 unit
14 Laboratorium bahasa 1 unit
15 Perpustakaan 1 unit
16 Tokoh santri 2 uint
17 Kanten santri 4 unit
18 Minimarket 1 unit
19 Laundry 2 unit
20 Dapur umum 1 unit
21 Ruang makan putra 1 unit
22 Pos jaga 2 unit
23 Rung kesehatan 1 unit
24 Lahan pakir 3 unit
PEDOMAN WAWANCARA DAN INSTRUTMRN PENELITIAN
1. Bagaimana sejarah/latar belakang berdiri pesantren?
a. Tanggal, bulan dan tahun
b. Pendiri pertama
c. Organisasi yang menaungi (Yayasan)
d. Tempat pertama berdiri
2. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pesantren?
3. Bagaimana visi dan misi pesantren sebagai tanggung jawab masyarakat?
4. Bagaimana tingkatan satuan pendidikan yang dikembangkan di pesantren?
5. Bagaimana tujuan pendidikan di pesantren sebagai pengembang tujuan
pendidikan Islam dan nasional?
6. Bagaimana kurikulum yang berlaku di pesantren?
a. Tim pembuat/penyusun kurikulum
b. Standar kurikulum di pesantren
c. Pemahaman ustaz terhadap kurikulum
7. Bagiamana profil kurikulum pesantren pada umumnya?
8. Bagaimana manajemen kurikulum pesantren?
a. Perencanaan kurikulum
b. Pelaksanna kurikulum
c. Evaluasi kurikulum
9. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam manajemen
kurikulum?
10. Bagaimana program pembelajaran di pesantren?
a. Program jangka panjang
b. Program tahunan
c. Strategi pembelajaran
11. Bagaimana kebijakan operasional pengembangan kurikulum pesantren?
12. Apa faktor yang paling berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum?
a. Faktor internal
b. Faktor eksternal
PEDOMAN OBSERVASI
1. Kegiatan pembelajaran
2. Tata bangunan pesantren
3. Sarana dan fasilitas pesantren
4. Situasi dan dondisi pesantren
SUMBER DOKUMENTASI
1. Profil Pesantren
2. Buku pedoman guru
3. Silabus, RPP mengajar
4. Kitab rujukan pesantren
5. Kitab dan buku pegangan para ustadz
SUSUNAN PENGURUS HARIAN
PONDOK PESANTREN MADINATUNNAJAH
TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016
1. PENDIRI DAN PIMPINAN UMUM : Drs. KH. Mahrus Amin
2. PIMPINAN & DIREKTUR TMI : KH. M. Agus Gofurur, M.Pd.
Sekretaris : Eko Tristiono, S.Pd.I, MM
3. Ka. BIRO ADMINISTRASI & KEUANGAN : Diana Zahra, S.Pd.I, SE,Sy
3a. Sekretariat : Nurjaya
Mz. Habibi
3b. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) : 1. Fajar Soleh
2. Abdul Kholik
3. Shofa Marwa
3c. Panitia Penerimaan Santri Baru (PPSB) : Muplihudin, S.Pd.I
4. Ka. BIRO PENDIDIKAN : Muhammad Sukron, S.Th.I, MM
4a. Ka. Bagian Pendidikan Dasar : Hj. Nana Rusydianah, S.Th.I, MM
4a.1 Kepala MDT : Nur Azizah, S.Pd.I, Lc
Tata Usaha : Adwiani Aisyah
4a.2. Kepala RA : Syarifah, S.Pd.I
Wakil Kepala RA : Suzanti, S.Pd.I
Tata Usaha : 1. Khostianah
2. Maftuhah
4a.3. Kepala MI : Mansyur, S.Pd.I
Wakil Kepala MI : H. Abdul Qodir Al-Amin, S.Pd.I
Tata Usaha : 1. Nur Arifin
2. Naskarlina
4a.4 Pengasuh Ma‟had Tahfizh : Ahmad Fahrurrozi, S.Pd.I
Staf Pengasuh Asrama : 1. Fathonah, S.Pd.I
2. Jumadil Awal, S.Pd.I
3. Mar‟atul Ismah, S.Kom.I
4b. Ka. Bagian Pendidikan TMI : Syaefullah, S.Pd.I, Lc
4b.1a. Staf Bagian Pendidikan TMI : 1. Lingga Mohammad Cung
2. Deden Abdillah
3. Anis Fikri, Lc
4. Irnawati, Lc
4b.1b. Bimbingan dan Konseling : Muplihudin, S.Pd.I
Ika Elvandary, S.Psi.I
4b.2. Kepala MTs : Abdul Rohim, S.Pd.I, MM
Wakil Kepala MTs : Eko Tristiono, S.Pd.I, MM
Tata Usaha : 1. Muhammad Abdullah
2. Adwiani Aisyah
4b.3. Kepala MA : Syaefullah, S.Pd.I, Lc
Wakil Kepala MA : Abdul Majid, S.Pd.I
Tata Usaha : 1. Nachrowi, S.Pd
2. St. Ramlah
4b.4. Ka. Laboratorium Madinatunnajah : Abdul Majid, S.Pd.I
Staf Laboratorium Komputer & : 1. Abdul Kholil
Bahasa 2. Nur Arifin
3. Rohmat Maulana
Staf Laboratorium IPA TMI : Ir. Sirwanti Destari
Staf Perpustakaan : Ambarwati
4c. Ka. Bagian Pendidikan Tinggi : Drs. Ramadhanus MH,M.Ph
Wakil Kabag. Pendidikan Tinggi Syamsul Rahmat
Ewinoviyanti
5. Ka. BIRO PENGASUHAN PUTRA : Subchi Japar, S.Pd.I
5a. Bagian Penegakan Disiplin : 1. Sobar, S.Pd.I
2. Muhammad Ilham
3. Abdul Kholil
4. Ahmad Yani
5. Ahmad Irfa‟i
5b. Bagian Kepramukaan : Muhammad Yusuf Sangaji
M. Maulana Sakti
5c. Bagian Seni Bela Diri : Nur Arifin
5d. Bagian Kesehatan : Ahmad Irfa‟i
Ka. BIRO PENGASUHAN PUTRI : Ita Iskarima, Lc
5e. Bagian Penegakan Disiplin : 1. Masitoh, S.Pd.I, Lc
2. Rohayatun, S.Pd.I
3. Sri Dewi, S.Sos.I
4. Ida Yosepa, S.Pd.I
5. Neli Nuzulul Fikri
5f. Bagian Kepramukaan : Mika Aulia
Devi Eka Putri
5g. Bagian Seni Bela Diri : Sarah Azizah
5h. Bagian Kesehatan : Erni Indrawati
6. Ka. BIRO USAHA DAN KOPERASI : Hamdi, S.Pd.I
6a. Manajer SMEsCO Madinatunnajah : Ridwan Zaelani, S.Pd.I
Staf SMEsCO Madinatunnajah : 1. Wahyu
2. Fajri Maulana
3. Hamdan Hadi
4. Khoirunnisa
6b. Manajer Usaha : Hamdi, S.Pd.I
Staf Usaha Grosir : Syamsul Rahmat
Samsul Bahri
Staf Usaha Toko Pelajar Putra : 1. Azhari
2. Zulhadi
Staf Usaha Toko Pelajar Putri : 1. Fitrotul Inayah
2. Ewinoviyanti, S.Pd.I
3. Saniah
2. Ida Meida Al-Qorni
3. Nurhayati
Staf Usaha Las : 1. Iye‟ Hidayatullah
2. Ahmad Fauzi
3. Sumarno
4. Al A‟la Imaduddin
5. Syahrul Leukaki
Staf Usaha Jahit : Agus Lubis
6c. Manajer TPKU : Fajar Soleh
Staf TPKU : 1. Ade Agam Pajri
2. Lalu Zaimul Umam
3. Mujitahidin
4. Saeful
5. M. Zuhri
6d. Ketua KOPPONTREN : Hamdi, S.Pd.I
7. Ka. BIRO PEMBANGUNAN : Andri Irawan, SE
7a. Bagian Rumah Tangga : Arsan, S.Pd.I
M. Maulana Sakti
Bagian Pembangunan : Nasrullah
7b. Bagian Sound System : Yusuf Khoiru Fadlilah
7c. Bagian Belanja Dapur : Samsul Hijjah
Hamdan Hadi
7c. Bagian Distribusi Logistik : 1. Solehah
2. Syamsiah
3. Mujunah
4. Halimah
8. Ka. BIRO KEMASYARAKATAN : H. Ahmad Subhan, Lc
9a. DKM Utsman bin Affan : Ahmad Yani
9b. Hubungan Masyarakat (HUMAS) : Mansyur, S.Pd.I
9c. Ketua Majelis PESAN ULAMA : Sobar, S.Pd.I
9d. Penelitian dan Pengembangan : Ir. Asep Wahyu Setia
(LITBANG) A. Solahuddin, S.Ag
Ditetapkan di : Tangerang Selatan
Pada tanggal : 01 Juli 2015
Ketua YPPMN,
KH. M. Agus Gofurur Rochim, M.Pd
JOB DESKRIPSI
PONDOK PESANTRENMADINATUNNAJAH
1. BIRO PENGASUHAN SANTRI (BPS)
1. Bertanggung jawab kepada pimpinan
2. Mengkoordinasikan dan mensinergikan lembaga-lembaga di bawahnya.
3. Menjalankan fungsi-fungsi pengawasan dan pengamanan terhadap
santri.
4. Melakukan fungsi-fungsi pengawasan dan bimbingan terhadap
perilaku, sikap dan akhlaq santri
5. Menjalin komunikasi yang baik dengan wali santri
6. Membangun dan menjaga citra Pesantren yang baik
7. Mewujudkan ketertiban kehidupan santri di Pesantren
8. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan lembaga lain di
Madinatunnajah untuk mensukseskan program Pesantren
9. Menjalin kerja sama dengan Pesantren lain untuk
mengembangkan dan memperluas pengalaman santri
10. Membentuk, mengarahkan dan membiasakan sikap dan perilaku
santri berdasarkan syari'at Islam
11. Memotivasi santri untuk selalu berdisiplin
2. BIRO PENDIDIKAN DASAR (BPD)
1. Bertanggung jawab kepada pimpinan
2. Mengkoordinasikan dan mensinergikan lembaga-iembaga di
bawahnya
3. Melakukan fungsi pengawasan dan bimbingan terhadap
lembaga di bawahnya
4. Meningkatkan kompetensi guru dan tenaga administrasi
5. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan lembaga lain di
Madinatunnajah untuk mensukseskan program Pesantren.
6. Mendistribusikan jam rnengajar
2.1 Kepala RAT/PG
1. Bertanggung jawab kepada Kepala Biro Pendidikan Dasar
2. Melakukan supervisi terhadap guru dan tenaga kependidikan
RAT dan PG
3. Menjalin kerjasama dengan TK/RA lain dalam
mengembangkan program RAT di Madiinatunnajah
4. Meiakukan fungsi-fungsi administrasi dan komunikasi
dengan pihak-pihak atau dinas terkait
5. Menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan
orang tua/wali murid RAT Madinatunnajah (POMG).
6. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan lembaga lain di
Madinatunnajah untuk mensukseskan program pesantren
7. Menyusun kalender pendidikan
8. Menyusun rencana program kegiatan'
9. Menyusun rencana anggaran kegiatan
2.2 Kepala MIT
1. Bertanggung jawab kepada Kepala Biro Pendidikan Dasar
2. Melakukan supervisi terhadap guru dan tenaga kependidikan
MIT
3. Menjalin kerjasama dengan SD/MI lain dalam
mengembangkan program MIT Madinatunnajah
4. Melakukan fungsi-fungsi administrasi dan komunikasi
dengan pihak-pihak atau dinas terkait.
5. Menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan
orang tua /wali murid MIT Madinatunnajah (POMG)
6. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan lembaga lain di
Madinatunnajah untuk mensukseskan program Pesantren
7. Menyusun kalender pendidikan
8. Menyusun rencana program kegiatan
9. Menyusun rencana anggaran kegiatan MIT
10. Mengangkat kepanitiaan dalam kegiatan intern MIT
3. BIRO PENDIDIKAN TMl
1. Bertanggung jawab kepada pimpinan Pesantren
2. Mengkoordinasikan dan mensinergikan lembaga-lembaga di
bawahnya
3. Melakukan fjngsi pengawasan dan bimbingan terhadap
lembaga di bawahnya
4. Meningkatkan kompetensi guru dan tenaga administrasi
5. Melakukan fungsi pengawasan dan bimbingan akademik terhadap
santri
6. Melakukan funysi pengawasan dan bimbingan ibadah
amaliyah terhadap santri
7. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan lembaga lain di
Pesantren Madinatunnajah untuk mensukseskan program
Pesantren
8. Mendistribuskan jam mengajar
9. Membuat kalender pendidikan TMI
10. Menyusun kurikulum TMl
11. Menyusun RAPB TMl
12. Mengangkat kepanitiaan TMl
Mid Semester
Ujian Akhir Semester (UAS)
UAS dan Ujjian Akhir Nasional (UAN)
3.1 Kepala MTs dan Aliyah (TMl)
1. Bertanggung jawab kepada kepala Bro Pendidikan TMl,
2. Melakukan supervisi terhadap guru dan tenaga kependidikan
TMl
3. Menjalin kerjasama dengan MTs, MA atau lernbaga lain
yang dianggap pertu dalam mengembangkan program TMl
Madinatunnajah
4. Melakukan fungsi-fungsi administrasi dan komunikasi
dengan pihak-pihak atau dinas terkait
5. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan atasan
6. Membangun hubungan baik dengan orang tua murid
7. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan biro dan
iembaga lain di Madinatunnajah untuk mensukseskan
program Pesantren
8. Bekerjasama dengan Biro Pengasuhan dalam
mengawasi dan membimbing santri dalam beiajar
9. Menyususn kalender pendidikan
10. Menyusun rencana program kegiatan
4. BIRO KEUANGAN
1. Bertanggung jawab kepada Pimpinan
2. Mengkoordinasikan dan mensinergikan lembaga-iembaga di
bawahnya
3. Melakukan fungsi pengawasan terhadap lembaga-iembaga di
bawahnya
4. Berkoodinasi dan bekerjasama dengan biro lain
5. Melakukan pencatatan keuangan Pesantren
6. Menyiapkan skema administrasi keuangan bagi lembaga-
iembaga di Madinatunnajah
7. Menyusun rencana potensi anggaran pendapatan dan belanja
Pesantren
5. BIRO PENGEMBANGAN DAN USAHA (BPU)
1. Bertanggung jawab kepada pimpinan
2. Bertanggung jawab atas keseluruhan kerja dibidang
pengembangan dan usaha
3. Mengkoordinasikan dan mensinergikan lembaga-iembaga di
bawahnya
4. Berkoordinasi dengan kepala biro lainnya yang berkaitan
dengan pengembangan dan usaha
5. Menjalin komunikasi dan membangun kerjasama dengan pinak-
pihak terkait dengan pembangunan dan penggalian dana, baik
kepada Pemerintah,
swasta maupun perorangan
6. Menyusun program kerja Biro Pembangunan dan Usaha dan
bertanggung jawab terhadap implementasinya
7. Mengembangkan strategi pengembangan Pesantren dan usaha
penggalian dana
8. Melakukan fungsi pengawasan terhadap Iembaga di bawahnya
6. BIRO RUMAH TANGGA (BRT)
1. Bertanggung jawab kepada Pimpinan
2. Mengkoordinasikan dan mensinergikan lembaga-iembaga di
bawahnya
3. Melakukan fungsi pengawasan terhadap Iembaga di bawahnya
4. Melakukan fungsi pengawasan dan perawatan terhadap barang-
barang milik Pesantren
5. Menciptakan terobosan atau program dalam mernbantu
meningkatkan kesejahteraan asatidzah dan karyawan Pesantren
Madinatunnajah
6. Melakukan inventarisasi barang-barang milik Pesantren
7. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan biro lain dalam
mensukseskan program pesantren
8. Menciptakan suasana tertib, nyaman dan indah
9. Menyediakan peralatan kerumah tanggaan
7. BIRO KEMASYARAKATAN (BKM)
1. Bertanggung jawab kepada pimpinan Pesantren
2. Mengkoordinasikan dan mensinergikan lembaga-lembaga dt
bawahnya
3. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan biro lain dalam
mensukseskan program pesantren
4. Melakukan fungsi pengawasan dan bimbingan terhadap
lembaga di bawahnya
5. Melakukan terobosan atau program daiam membangun komunikasi
yang baik dengan masyarakat
6. Menjalin silaturrohim antara keluarga Pesantren
7. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan biro lain dalam
menyukseskan program pesantren
8. Menjalin komunikasi melalui keikutsertaan secara pro aktif
dalam kegtatan-kegiatan kemasyarakatan
POTO-POTO KEGIATAN PENUNJANG BELAJAR
Ms.Namji Steinamann, Director of Asia
Pasific.Ed Of East West Center
berdialog dengan santriwati di Laboratorium
Bahasa pada kunjungan di Pesantren
Madinatunnajah, 11 Nopember 2008
Kunjungan Santri MIT Ke
Dinas Pemadam Kebakaran
Jakarta Selatan
Para santri sedang berlatih
kegiatan Pramuka
Pertandingan Seni Bela diri
Pencak Silat
Antar santri
PESAN ULAMA,
pengajian rutin awal bulan
Pembagian daging Qurban
Kegiatan penyembelihan
Hewan Qurban yang melibatkan
santri dan masyarakat sekita
Tabligh Akbar Bersama KH. Zainuddin Mz dan Menteri Negara
Koperasi dan UKM.
DAFTAR REFERENSI
No. No Footnote Halaman
Skripsi
Halaman
Referensi
Paraf
Pembimbing
1 1. Rohinah M. Noor, MA,
KH.Hasyim Asy‟ari
Memodernisasi NU &
Pendidikan Islam, (Jakarta:
Grafindo Khazanah Ilmu,
2012)
BAB 1
1
88
2 2. Mujamil Qomar, M.Ag,
Pesantren dari Transformasi
Metodelogi Menuju
Demokratisasi Institusi,
(Jakarta: PT Glora Aksara
Pertama, 2005)
2 10
3 4. M. Ali Hasan-Mukti Ali,
Kapita Selekta Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2009)
3 104
4 6. Iskandar Engku, M.A & Siti
Zubaidah, M.Ag, Sejarah
Pendidikan Islam, (Bandung:
PT Rosdakarya, 2012)
BAB 2
8
172
5 11. Zamakhsyari Dhofier,
Tradisi Pesantren : Studi
Pandangan Hidup Kiai dan
Visinya Mengenai Masa Depan
Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Nasional, 2011)
11 79
6 13. Sulthon & Khusnurdilo,
Manajemen Pondok Pesantren,
13 91
(Jakarta: Diva Pustaka, 2005)
7 14. Muin, Pesantren dan
Pengembangan Ekonomi
Umat, (Jakarta: CV Prasati,
2007)
13 23
8 18. Ridwan Abawihda,
Kurikulum Pendidikan
Pesantren dan Tentangan
Perubahan Global, (Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2012)
16 117
9 19. Kementerian Agama RI,
Kerangka Dasar Dan Strutur
Kurikulum Satuan Pendidikan
Mu‟adalah Salafiyah Setingkat
Madrasah Aliyah, Direktorat
Pendidikan Diniyah dan
Pesantren Tahun 2015.
18 7-9
10 20. Kementerian Agama RI,
Pedoman Pendidikan Diniyah
Formal, Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pesantren, Tahun
2015.
18 157
11 21. Permendiknas No 22/2006,
Lampiran, 3 (Jakarta:
Depdinas, 2006)
20 5-6
12 22. Rusman, M.Pd.,
Manajemen Kurikulum,
(Jakarta: PT Raja Grafino
Persada, 2009)
21 3
13 26. Zainal Arifin, M.Pd, 24
Konsep dan Model
Perkembangan Kurikulum,
(Bandung :PT Remaja
Rosdakarya, 2011)
14 28. Oemar Hamalik,
Manajemen Pengembangan
Kurikulum, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012)
25 20
15 29. Suharsimi Arikunto & Lia
Yuliana, Manajemen
Pendidikan, (Yogjakarta:
Aditya Media, 2008)
26 133-138
16 30. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002)
28 153-155
17 36. Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan,
(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010)
BAB 3
34
54
18 37. Djuju, Evaluasi Program
Pendidikan Luar Sekolah,
(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006)
35 199
Jakarta, 16 November 2015
Dr. Jejen Musfah, MA
NIP. 197706022000511004