Click here to load reader
View
113
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Prinsip-Prinsip Jaminan Mutu
Mutu tidak akan pernah dicapai dalam jangka waktu yang singkat. Hal tersebut memerlukan
waktu yang sangat bervariasi tergantung dari pada standar mutu yang dinginkan. Pengertian tentang
program jaminan mutu mungkin sudah sering kita ketahui dari berbagai sumber yang sangat bervariasi.
Secara singkat disebutkan bahwa program jaminan mutu melibatkan setiap orang yang berada
dalam organisasi untuk peningkatan pelayanan yang terus menerus dimana mereka akan memenuhi
kebutuhan standar dan harapan dari pada pelanggan baik pelanggan intern ataupun pelanggan ekstern. Hal
ini adalah suatu metode yang mengkombinasikan teknik manajemen, keterampilan teknik, dan
pemanfaatan penuh potensi sumber daya manusia dalam organisasi Puskesmas dan Rumah Sakit.
Program Jaminan Mutu dapat dibedakan dengan bentuk manajemen yang lain, dimana
jaminan mutu didasarkan pada prinsip prinsip sebagai berikut :
a.
Setiap orang didalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan , pengertian dan peningkatan proses
yang berkelanjutan dengan masing masing kontrol dan bertanggung jawab dalam setiap mutu yang
dihasilkan oleh masing masing orang.
b. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing masing pelanggan, baik pelanggan eksternal maupun pelanggan internal. c.
Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan menggunakan data
untuk pengambilan keputusan, penggunaan alat alat statistik dan keterlibatan setiap orang yang terkait.
d. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami. e. Pembentukan teamwork. Baik itu dalam part time teamwork, fulltime teamwork ataupun cross functional team . f. Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan (development of employees ) melalui keterlibatan didalam pengambilan keputusan. g. Partisipasi dari pada setiap orang dalam kegitatan merupakan dorongan yang positif dan harus dilaksanakan. h. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investment/modal dalam rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mencapai potensi mereka harapkan. i. Supliers dan Customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.
1). Orientasi pada pelanggan ( Customer Focus ).
Dalam pandangan tradisional, pelanggan berarti orang yang membeli dan menggunakan produk
suatu perusahaan/organisasi. Dalam hal ini pelanggan tersebut berinteraksi dengan perusahaan setelah
proses menghasilkan produk. Sedangkan pihak pihak yang berhu-bungan dengan organisasi/perusahaan
sebe-lum tahap proses disebut sebagai pemasok.
Dalam konsep quality manajemen pelanggan dan pemasok ada didalam dan diluar organi-sasi.
Pelanggan dikenal sebagai pelanggan eksternal dn pelanggan internal. Pelanggan eksternal adalah orang
yang menggunakan produk atau jasa perusahaan. Pemasok eksternal adalah orang diluar organisasi yang
menjual bahan mentah/bahan baku, informasi atau jasa lain kepada organisasi. Sedangkan didalam
organisasi juga ada pelanggan internal dan pemasok internal. Misalnya dalam pelayan-an pasien di
Puskesmas. Dalam pemeriksaan laboratorium misalnya, dokter dan tenaga paramedis merupakan
pelanggan internal dari pada petugas laboratorium, sedangkan bagian logistik yang menyediakan bahan
bahan pemeriksaan dan peralatan lainnya merupakan pemasok internal. Oleh karena itu kualitas pekerjaan
dari bagian logistik akan mempe-ngaruhi kualitas pekerjaan petugas laboratorium dan sekaligus akan
mempengaruhi kualitas pekerjaan dari pada tenaga medis.
Pada hakikatnya tujuan dari pada bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para
pelanggan. Demikian pula dalam kegiatan pelayanan kesehatan target utamanya adalah untuk kepuasan
pelanggan dalam hal ini kesembuhan dari penyakit. Oleh karena itu hanya dengan memahami proses dan
pelang-gan maka organisasi dapat memahami dan menghargai makna dari pada kualitas. Semua usaha
manajemen dalam jaminan mutu diarahkan pada satu tujuan utama yaitu terciptanya kepuasan pelanggan.
Apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila akhirnya tidak menghasilkan peningkatan
kepuasan pelanggan. Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan manfaat diantaranya :
a. Hubungan antara Puskesmas dengan para pasien menjadi harmonis. b. Memberikan dasar yang baik bagi kunjung-an ulang. c. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of nouth) yang
menguntung-kan bagi Puskesmas.
d. Reputasi Puskesmas menjadi baik dimata pelanggan/pasien dan keluarga.
e. Penghasilan Puskesmas meningkat.
2). Perbaikan Berkesinambungan (Continuous Improvement).
Persaingan global dan perubahan yang terjadi pada setiap pelanggan merupakan alasan perlunya
dilakukan berbaikan yang berkesinam-bungan. Untuk mencapai perbaikan yang berkesinambungan para
manajer Puskesmas tidak cukup hanya menerima ide perbaikan, akan tetapi juga secara aktif mendorong
setiap orang untuk mengidentifikasi dan menggunakan kesempatan perbaikan. Pelaksanaan proses
berkesinambungan meliputi penentuan masalah dan pemecahan yang memungkinkan, pemilih-an dan
implementasi pemecahan yang paling efektif dn efisien, serta evaluasi ulang, standari-sasi dan
pengulangan proses.
Proses pembelajaran merupakan elemen yang penting dalam perbaikan. Pembelajaran mem-
berikan dasar rasional untuk bertindak yang merupakan elemen penting yang kedua dalam perbaikan.
Tingkat dan luasnya perbaikan dapat ditingkatkan dengan membuat perbaikan proses dan sistem sebagai
bagian dari strategi organi-sasi serta menciptakan suatu sistem untuk perbaikan. Sistem tersebut haruslah
mendu-kung pengembangan keterampilan dan penge-tahuan anggota organisasi untuk melaksa-nakan
perbaikan. Hal hal yang harus diper-hatikan dalam merancang sistem perbaikan antara lain, Pendidikan,
Teladan manajer, tanggung jawab yang jelas, Perbaikan diiden-tifikasi sebagai strategi yang penting,
Identifikasi dan prioritas tindakan perbaikan, metode sistematis untuk perbaikan, dan lain lain.
Perbaikan terhadap mutu yang berkesinam-bungan memerlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan diantaranya adalah : a. Perbaikan tersebut haruslah berdasarkan pada visi dan misi dari pada puskesmas.
Didalam implementasi jaminan mutu di Puskesmas, visi dan misi haruslah ditentukan yang merupakan
dasar dan sentra yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan seluruh kegiatan. Visi dan Misi Puskesmas
haruslah kemudian diinformasikan kepada semua karyawan dari tingkat Manajer puncak sampai dengan
pelaksana ditingkat front line. Dengan harapan apabila setiap orang yang terlibat di rumah sakit tersebut
sudah mengetahui visi dan misi Puskesmas dan Rumah Sakit maka mereka akan bekerja dengan suatu arah
yang telah tertentu dan terencana dengan baik.
b. Mengikuti Tahap Strategi Perbaikan. Didalam menerapkan perbaikan, dikenal berbagai proses. Tidak ada satu satunya cara yang paling tepat untuk memperbaiki proses perbaikan, baik itu dalam bidang
manufaktur ataupun dalam bidang jasa. Meskipun demikian ada beberapa strategi standar yang biasanya digunakan. Strategi tersebut antara lain :Menggambarkan proses yang adaMembakukan proses
Menghilangkan kesalahan pada prosesMerampingkan prosesMengurangi sumber sumber terjadinya variasiMenerapkan pengendalian proses statistikalMemperbaiki rancangan
3). Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach).
Pendekatan ilmiah merupakan langkah sistematis bagi setiap individu maupun Tim dalam proses pemecahan masalah dan per-baikan proses. Hal ini berarti bahwa dalam pengambilan keputusan haruslah selalu berda-sarkan pada data, dan bukanlah merupakan perkiraan saja. Disamping itu harus pula melihat pada akar permasalahan dan bukan hanya berdasarkan gejala gejala yang terlihat pada permukaan. Demikian juga dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah yang dipilih haruslah betul merupakan alternatif solusi yang baik jangan lah merupakan solusi yang setiap saat harus diperbaiki.
Fokus pada pendekatan ilmiah adalah pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan data. Dalam
proses pengumpulan dan peman-faatan data tersebut tidak dianjurkan untuk menggunakan ilmu statistik
yang rumit. Dengan hanya menggunakan alat alat statistik yang sederhana seperti Grafik, Bar Chart,
Perenca-naan waktu (Time Plot) dapat membantu para manajer atau petugas kesehatan untuk
menghasilkan suatu peningkatan mutu secara terus menerus dan dengan demikian, selan-jutnya akan
mengatasi seluruh permasalahan yang ada.
Banyak diantara kita telah bekerja selama bertahun tahun tanpa menggunakan data. Kita datang
dengan berbagai ide untuk peningkatan kinerja organisasi kita. Akan tetapi kita hanya berangkat hanya
berdasarkan pengalaman yang diterapkan dalam pekerjaan sehari hari atau hanya berdasarkan pembicaraan
informal dengan para pasien atau pelanggan lainnya. Akibatnya adalah apabila terjadi masalah dikemudian
hari, kita akan menggunakan pengalaman tersebut untuk mencari pemecah-an masalahnya, maka
kemungkinannya adalah bahwa masalah tersebut mungkin diatasi atau masalah sama sekali tidak teratasi.
Tidak ada yang menyalahkan pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan penga-laman,
pengetahuan, perkiraan ataupun dengan intuisi seperti diatas. Kalau demikian halnya mengapa ditekankan
tentang pemanfaatan data?. Alasannya adalah sangat sederhana sekali yaitu bahwa pemanfaatan data
adalah alat yang sangat tangguh yang dapat diikutkan atau diperhitungkan dalam proses pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan. Peman-faatan data tidak dapat menggantikan penga-laman ataupun
pengetahuan dalam peningkat-an proses ataupun dalam pengambilan keputusan, akan tetapi pengalaman
dan penge-tahuan tidaklah cukup untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat.
Apabila kita diperhadapkan dengan masalah masalah-masalah yang baru, biasanya kita
membentuk suatu teori tentang apa yang telah terjadi berdasarkan pengalaman. Hal ini adalah suatu
keadaaan yang normal. Akan tetapi kecenderungan yang sering terjadi adalah bahwa kita sering kali hanya
melihat terhadap kesamaan dari pada kedua kejadian tersebut dan kita tidak begitu melihat terhadap
berbedaannya. Dengan menggunakan data kita dapat menghindarkan perangkap-perangkap yang demikian.
Penggunaan data dapat menolong kita untuk mengerti lebih dalam apa yang telah terjadi pada proses,
service maupun produk.
Dengan menggunakan data akan dapat mem-bantu kita memfokuskan permasalahan kita terhadap
faktor-faktor yang betul-betul mem-buat suatu perbedaan atau variasi. Disamping itu pemanfaatan data
dapat membantu kita menghemat waktu, energi dan penggunaan sumber daya yang lebih efektif.
4). Kerjasama Team ( Team Work ).
Sekarang ini kita sudah memasuki lingkungan atau keadaan dimana goncangan- goncangan atau
gangguan menjadi sesuatu hal yang biasa dan perubahan merupakan suatu yang tetap terjadi. Banyak
faktor-faktor yang memaksa pengelola suatu Puskesmas dan Rumah Sakit mencari jalan untuk memenuhi
kebutuhan pasar/pelanggan dengan cara efektif dan efisien. Faktor-faktor ini diantaranya adalah termasuk
kebutuhan untuk merespon perubahan teknologi yang begitu cepat dan luas, kecenderungan globalisasi
disemua sektor dan tekanan-tekanan pengertian pasar terma-suk keinginan dari pad pasien.
Untuk dapat menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan, penga-laman dan perspektif yang luas dan dilakukan secara bersama-sama dengan orang orang yang bekerja atau berkaitan dengan rumah sakit. Hanya dengan demikian setiap rumah sakit dapat diharapkan mengatasi masalah yang dihadapi, membuat keputusan yang baik dan menyampaikan solusi tersebut terhadap para costumer (pelanggan).
Dalam perkataan lain dibutuhkan kerja sama dalam bentuk tim. Tim akan menciptakan suatu
kondisi dimana para anggota akan tetap mempertahankan perubahan, mempelajari lebih banyak tentang
kebutuhan dan memperoleh ketrampilan dalam kerja sama.
Dalam suatu organisasi, Team dibutuhkan apabila :
Tugas-tugas yang diemban sangat kompleks.
Kreatifitas dibutuhkan
Jalan yang harus ditempuh belum jelas
Penggunaan sumber daya yang lebih efisien dibutuhkan
Dibutuhkan belajar lebih cepat
Mengerjakan komitmen yang tinggi
Pelaksanaan dari rencana membutuhkan kerja sama dengan orang lain
Tugas-tugas atau proses bersifat cross fungsional
Semakin banyak tugas-tugas yang berhubungan dengan hal diatas, maka organisasi akan mem-bentuk tim untuk mengatasi tantangan tersebut. Perusahaan/Organisasi akan lebih tergantung pada tim bila mereka menemukan bahwa metode pemecahan masalah yang tradisional, pengambilan keputusan, komunikasi dan kompetensi tidak cepat atau cukup flkesible untuk merespon terhadap perubahan yang ada. Tim-tim yang dibentuk akan digunakan dibuat banyak bentuk, seperti Manajemen Team On going work team, Improvment Team, Gugus Kendali Mutu, Forum Manajemen Menengah dll.
Puskesmas menggunakan / memanfaatkan team untuk mencapai tujuan-tujuan dengan perbedaan yang luas, mengurangi peng-gunaan waktu yang tidak perlu, menambah siklus, mengurangi kesalahan pelayanan pada pasien dan melaksanakan pekerjaan sehari-hari, meningkat-kan transaksi, merancang kembali sistem yang ada, lebih mengerti tentang kebutuhan pasien dan pelanggan lainnya.
Tahap-Tahap Program Jaminan Mutu Pada umumnya program jaminan mutu tidak dilaksanakan secara terburu buru. Program jaminan mutu biasanya dilaksanakan secara bertahap mulai dari pada penyiapan sumber daya sampai dengan pemilihan metoda atau kegiatan kegiatan yang dianggap sesuai dengan program tersebut. Pada pedoman ini, tahap tahap program jaminan mutu yang dipergunakan adalah tahap tahap sebagai berikut : 1). Fase Inisiasi.
Fase ini adalah merupakan fase permulaan yang harus dilalui. Dalam fase ini berbagai kegiatan
yang harus dilaksanakan sebagai persiapan program jaminan mutu adalah berupa pengembangan kesadaran
tentang perlunya mutu diantara semua karyawan baik dari manajemen puncak sampai dengan tingkat
pelaksanan. Disamping itu perlu pula dikembangkan kepemimpinan yang mem-punyai komitmen tentang
mutu dan perubahan, menetapkan dan konsisten terhadap tujuan peningkatan mutu yang menjadi visi
organisasi, menyu-sun rencana stratejik dan rencana operasional masing masing kegiatan serta
mempersiapkan infrastruktur untuk penerapan proses perbaikan yang berkesinambungan.
2). Fase Transformasi.
Langkah berikutnya setelah langkah diatas adalah fase transformasi. Fase ini merupakan fase
pemilihan proses proses prioritas yang akan ditingkatkan dalam bentuk proyek percontohan, pembentukan
kelompok kelompok kerja yang kompeten terhadap proses proses tersebut. Pada fase ini perbaikan yang
berkesinambungan oleh kelompok kelompok kerja sudah dilakukan dengan menggunakan siklus PDCA.
3). Fase Integrasi.
Fase ini merupakan aplikasi pelaksanaan program jaminan mutu pada seluruh jajaran organisasi
termasuk didalamnya adalah pembentukan dan mempertahankan komit-men terhadap mutu melalui
optimalisasi dan proses perbaikan yang berkesinambungan, pelatihan pada seluruh karyawan, penetap-an
indikator, mengembangkan evaluasi dan monitoring terhadap mutu serta penerapan proses perbaikan mutu
yang berkesinam- bungan pada semua unit dan lintas unit denganpembentukan kelompok kelompok kerja
yang mandiri.
A. Fase Inisiasi 1. Training Need Assessment (TNA)
Proses pelatihan dimulai dengan pengumpulan data dan informasi yang dapat menggambarkan
jenis keterampilan yang dimiliki karyawan saat ini, dan keterapilan apa yang mereka perlukan untuk
mencapai rencana jangka pendek dan jangka panjang
yang telah ditetapkan, memuaskan pelanggan dan memperbaiki kualitas. Setelah data tersebut sudah
terkumpul , kemudian dianalisa dan akhirnya kebutuhan akan pelatihan dapat ditentukan.
Pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan adalah sebagai berikut :
Menentukan keterampilan karyawan yang diperlukan untuk mencapai strategi kualitasyang
ditentukan oleh Puskesmas. Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh para manajer untuk
menentukan kebutuhan pelatihan, diantaranya adalah :
a. Observasi.
Manajer Puskesmas dapat melakukan observasi terhadap beberapa aspek pokok. Misalnya apakah terdapat
masalah masalah yang spesifik dalam masing masing bagian? Apakah karyawan menghadapi masalah
dalam melaksanakan tugas tugas tertentu Apakah pekerjaan pekerjaan secara konsisten mendukung
proses ?
b. Wawancara
Manajer dapat mewawancarai para karyawan agar mereka mengungkapkan kebutuhan mereka berdasarkan
ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Karyawan mengetahui tugas yang harus mereka kerjakan
setiap hari. Mereka juga harus mengetahui tugas mana yang dapat mereka kerjakan dengan baik, mana
yang tidak dan pekerjaan mana yang tidak dapat dikerjakan sama sekali. Brainstroming sangat efektif
dalam proses perbaikan yang berkesinam-bungan bila karyawan bersedia mengemu-kakan pikiran dan
pendapatnya.
c. Survei Job - Task Analysis
Dalam tahap ini dilakukan analisis terhadap dua aspek utama. Pertama terhadap aspek pekerjaan secara
keseluruhan dan kedua terhadap aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap yang dibutuhkan untuk
melaksa-nakan pekerjaan tersebut. Berdasarkan informasi dari hasil analisis tersebut, maka intrumen survei
dikembangkan dan disebar-kan kepada para karyawan yang akan diteliti. Dalam mengembangkan
instrumen ada baiknya melibatkan karyawan yang kan disurvei agar informasi yang diperoleh lengkap dan
tidak mengabaikan kriteria kriteria seperti keterampilan kerja sama tim, sensitivitas terhadap umpan balik
pelanggan terutama pelanggan internal dan keterampil-an interpersonal.
d. Diskusi Focus Group. Dalam metode ini kelompok karyawan tertentu diminta untuk membicarakan siklus mutu yang berkaitan dengan pelatihan. Rapat yang dilakukan tanpa manajer atau penyelia tersebut akan menjadi lebih terbuka untuk menyadari bahwa mereka memerlu-kan pelatihan. e. Sistem saran
Sistem saran organisasi (baik melalui kotak saran, maupun saran yang diajukan secara langsung) juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan.
1. Melakukan penilaian kebutuhan secara periodik untuk mengidentifikasi topik topik yang baru.
2. Menggunakan proses identifikasi kebu-tuhan berkelanjutan yang meliputi eva- luasi terhadap pelatihan yang
telah diikuti karyawan dan saran dari unit bisnis maupun para manajer akan diperlukannya suatu pelatihan
baru.
3. Melakukan Benchmarking (patok duga) terhadap Puskesmas lain untuk menentukan apa yang mereka lakukan
dan dimana mereka melakukan program pelatihan bagi para karyawannya.
2. Seminar Tentang Sadar Mutu (Quality Awareness Workshop).
Kegiatan ini sangat penting dilaksanakan sebelum kegiatan program jaminan mutu dilakukan
pada suatu tempat. Adapun tujuan dari pada kegiatan ini adalah untuk membangun suatu komitmen yang
tinggi dari pada petugas kesehatan terutama petugas Puskesmas dan Rumah Sakit beserta instansi terkait
dari tingkat manajemen atas sampai dengan tingkat pelaksana mutu itu sendiri.
Adapun topik topik yang diberikan dalam seminar ini adalah : Pengertian mutu, Jaminan Mutu,
Budaya Mutu, Konsep Pelanggan, Manfaat Mutu dll, tergantung dari pada waktu yang disediakan dalam
workshop tersebut.
3. Mengembangkan Kepemimpinan Mutu.
Kepemimpinan yang berwawasan mutu merupakan kemampuan untuk membang-kitkan
semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab menyeluruh terhadp usaha mencapai
tujuan.
Fungsi kepemimpinan mutu adalah sebagai berikut : 1) Perencanaan Mutu :
Fungsi ini meliputi identifikasi pelanggan dan kebutuhannya, mengembangkan produk sesuai kebutuhan
pelanggan, mengembangkan metode dan proses kerja dan mengubah hasil perencanaan keda-lam tindakan.
2) Pengendalian Mutu :
Fungsi ini mencakup langkah langkah evaluasi kinerja aktual, membandingkan kinerja dengan tujuan,
melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang ada.
3) Perbaikan Mutu.
Fungsi ini meliputi penyediaan prasarana untuk perbaikan mutu secara berkesinambungan, identifikasi
proses dan metoda yang membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggung jawab atas program
perbaikan mutu, menyediakan sumber daya serta pelatihan yang dibutuh-kan oleh tim dalam memecahkan
masalah.
4. Menetapkan Tujuan Peningkatan Mutu
Pada langkah ini perlu dirumuskan secara tepat dan benar tentang tingkat kesenjangan kinerja
yang terjadi, sehingga akan semakin jelas dan tepat kearah mana tujuan yang ingin dicapai dalam
peningkatan mutu.
Tujuan digambarkan dalam bentuk kuantitas yang harus dicapai ketika program sudah selesai.
Beberapa petunjuk yang perlu untuk menuliskan tujuan adalah sebagai berikut :
a. Spesifik.
Tujuan haruslah bersifat spesifik, dan tidak terlalu mengambang. Spesifik berarti bahwa target yang akan
kita capai itu sudah menjurus atau terfokus pada sesuatu issue/topik.
b. Measurable. Tujuan yang akan kita capai sedapat mungkin haruslah dapat diukur melalui indikator tertentu. c. Achievable. Tujuan yang telah ditetapkan sedapat mungkin harus dapat dicapai d. Realistis. Tujuan yang diinginkan sifatnya realis, tidak muluk muluk. e. Time Bound. Untuk mencapai tujuan tersebut haruslah dalam batas waktu tertentu. 5. Menyusun Rencana Stratejik dan Operasional Penyusunan rencana stratejik dan rencana operasional dari masing masing Puskesmas sebaiknya berdasarkan analisa SWOT dengan memperhitungkan faktor
faktor eksternal dan internal dari pada puskesmas. Dari kesenjangan nilai yang ditemukan berdasarkan
analisa tersebut, disusun sutau rencana aksi yang kegiatannya berfokus pada visi dan misi organisasi.
B. Fase Transformasi Pada fase ini beberapa strategi yang sarankan adalah sebagai berikut : · Pemilihan proses proses prioritas yang akan ditingkatkan dalam bentuk proyek percontohan. · Pembentukan kelompok kelompok kerja yang kompeten terhadap proses proses tersebut. · Identifikasi anggota untuk masing masing kelompok kerja · Proses dalam kelompok kerja untuk melakukan perbaikan yang berkesinambungan dengan siklus PDCA atau PDSA · Evaluasi C. Fase Integrasi
Pada fase ini strategi yang disarankan adalah :
· Mengintegrasikan pelaksanaan CQI pada seluruh jajaran organisasi
· Membentuk dan mempertahankan komitmen terhadap mutu melalui optimalisasi dan
proses perbaikan yang berkesinambungan
· Pelatihan pada seluruh karyawan
· Penetapan indikator mutu
· Pengembangan sistem surveillance dan evaluasi mutu yang tepat
· Penerapan proses perbaikan mutu yang berkesinambungan pada semua unit dan lintas
unit dengan pembentukan kelompok-kelompok kerja yang mandiri