Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TAHUN 2019
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata II
pada Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Sekolah
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh
Sumarwanto
NIM. Q100160215
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
MANAJEMEN PENINGKATAN KARAKTER KEMANDIRIAN
BERBASIS NILAI-NILAI PESANTERN DI SMP MUHAMMADIYAH
DARUL ARQOM KARANGANYAR TAHUN 2019
i
ii
1
MANAJEMEN PENINGKATAN KARAKTER KEMANDIRIAN
BERBASIS NILAI-NILAI PESANTERN DI SMP MUHAMMADIYAH
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persiapan Peningkatan Karakter
Kemandirian Berbasis Nilai-nilai Pesantren di SMP Muhammadiyah Darul
Arqom, untuk mengetahui pelaksanaan Peningkatan Karakter Kemandirian
Berbasis Nilai-nilai Pesantren di SMP Muhammadiyah Darul Arqom dan Untuk
mengetahui hasil Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-nilai
Pesantren di SMP Muhammadiyah Darul Arqom. Penelitian Kualitatif ini
menggunakan desain penelitian etnografi dengan teknik pengumpulan data
observasi langsung. Wawancara dilakukan secara mendalam dan tehnik serta
analisis data menggunakan model analisis interaktif Miles Huberman. Untuk
mendapatkan data tentang perencanaan Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-nilai
Pesantren dalam rangka membentuk siswa mandiri, maka dilakukan Observasi
dengan teknik secara langsung. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa kajian
tentang catatan tertulis atau arsip tentang perencanaan dan pelaksanaan yang
dilakukan terkait fokus penelitian. Teknik Pengumpulan Data dilakukan dalam 3
kali wawancara dan observasi. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah
siswa kelas VII SMP Muhammadiyah Darul Arqom tahun pelajaran 2019/2020.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan wawancara dan observasi
terhadap aktivitas siswa pada wawancara diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas
siswa dalam kegiatan Upaya Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-
Nilai Pesantren Di SMP Muhammadiyah baik untuk diterapkan karena dapat
membentuk karakter kemandirian siswa, seperti siswa bersama guru karyawan
selalu melaksanakan sholat berjamaah , siswa siswi banyak yang hafis Al Qur’an ,
berpidato bahasa asing baik arab maupun inggris , keaktifan belajar dan motivasi
belajar siswa meningkat.
Kata Kunci: manajemen, peningkatan karakter kemandirian,nilai nilai pesantren
DARUL ARQOM KARANGANYAR TAHUN 2019
2
This research is to find out the Preparation of Independent Character Advancing
Based on Pesantren Values at Darul Arqom Muhammadiyah Junior High School,
to find out the implementation of the Independent Character Advancing Based on
Pesantren Values in Darul Arqom Muhammadiyah Junior High School and to
find out the result of the Independent Character Advancing Based on Pesantren
Values in Darul Arqom Muhammadiyah Junior High School. This qualitative
research utilized etnographic research design with direct observation data
collection technique. In-depth interview and interactive analysis model of Miles
Huberman was utilized in this research. To obtain the data concerning the
Preparations for Advancing the Independent Character based on Pesantren Values
in order to build independency on the students, observation with direct technique
was performed. The documentation in this research was review on written
notation or archieve about the preparation and the implementation of the method
concerning the topic of research. Data Collection Techniques were 3 times
interviews and observations. The subjects of the study were the seventh grade
students of Darul Arqom Muhammadiyah Junior High School in the academic
year 2019/2020.
Based on the results of interviews and observations of student activities, it was
concluded that the activities of students to build the Independent character based
on Pesantren values at Muhammadiyah Junior High School were good to be
implemented because they could build the Independent character of students.
Keywords: Management, Advancing Independent Character,
ABSTRACT
3
Sistem pendidikan pesantren sejalan dengan sistem pendidikan yang
dicanangkan pemerintah untuk dapat merespon perkembangan zaman, ada
nilai plus yang melekat pada pesantren yaitu tetap mempertahankan kekhasan
sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki orientasi utama
menanamkan nilai-nilai spiritual keagamaan sebagai modal utama
pembentukan aklak dan moral generasi bangsa. Dengan begitu, implementasi
manajemen peserta didik dengan basis pesantren akan membantu peserta didik
dalam menyerap ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral sekaligus, karena
tersedianya wadah berupa iklim pembelajaran yang memungkinkan mereka
untuk mengembangkan kedua aspek tersebut. Terkait dengan pentingnya
manajemen peserta didik berbasis pesantren sebagai alternatif dalam mencetak
output pendidikan yang cerdas intelektualitas dan moralitasnya, salah satu
lembaga pendidikan yang mengimplementasikan manajemen tersebut adalah
SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar. Dalam memberdayakan
peserta didik, SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar berusaha
memacu perkembangan intelektual (akal), jasmani, dan rohani peserta didik.
Karakter yang dipahami sebagai sebuah sifat utama yang terukir,
baik pikiran, sikap, perilaku, dan tindakan, yang melekat dan menyatu kuat
pada diri seseorang yang membedakannya dengan orang lain bukanlah sesuatu
yang terbentuk dengan sendirinya. Ada empat faktor yang berpengaruh dalam
pembentukan karakter seseorang yaitu : faktor hereditas, faktor lingkungan,
faktor kebebasan, faktor hidayah Tuhan. Dari penjelasan tersebut dapat
dijelaskan bahwa karakter adalah sesuatu yang bisa dibentuk sejak usia dini.
4
Menurut Zubaedi, proses pembentukan karakter terbagi menjadi empat
tahapan: pertama, pada usia dini disebut dengan tahap pembentukan karakter,
kedua, pada usia remaja disebut dengan tahap pengembangan, ketiga, pada
usia dewasa disebut dengan tahap pemantapan, keempat, pada usia tua disebut
dengan tahap pembijaksanaan. Dan pengembangan dalam setiap tahapan
tersebut harus melalui tiga tahapan yaitu knowing (pengetahuan), acting
(pelaksanaan), dan habit (kebiasaan).
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang
mempunyai aneka kebudayaan dan memiliki nilai-nilai budaya yang beragam
pula. Dengan keanekaragaman tersebut tentunya bukan menjadi penghalang
bagi masyarakat Indonesia untuk bersatu sesuai semboyan bangsa Indonesia
“Bhinneka Tunggal Ika”. Namun seolah-olah persatuan dan kesatuan bangsa
ini sedang mengalami kemerosotan. Terjadinya perselisihan antar suku,
agama, organisasi, terjadinya tawuran antar warga bahkan tawuran antar
pelajar, menurunnya kepercayaan publik terhadap pejabat karena tindakan
korupsinya, prostitusi yang sudah menjalar sampai kepada peserta didik,
pencabulan terhadap anak-anak disertai dengan pembunuhan, dan tindakan
negatif lainnya. Tanpa kita sadari perilaku diatas merupakan merosotnya nilai
moral dan karakter yang terjadi di bangsa Indonesia.
Terjadinya pelemahan karakter masyarakat Indonesia menjadi salah
satu faktor bahwa Indonesia masih mengalami ketertinggalan dengan bangsa
lain, baik itu bangsa yang sudah maju ataupun dengan sesama bangsa yang
sedang berkembang. Dalam pendidikan contohnya, pendidikan yang
5
seharusnya sebagai modal untuk meningkatkan derajat hidup dan bersaing
dengan bangsa lain tetapi pendidikan di Indonesia masih mengalami
permasalahan. Berdasarkan laporan Education For All (EFA) Global
Monitoring Report dari UNESCO 2011 peringkat pendidikan Indonesia di
Asia berada pada level 34 (disdikpora.palangkaraya.go.id). Hal ini merupakan
dampak dari rendahnya karakter bangsa sekarang ini.
Pendidikan karakter merupakan upaya pemerintah untuk merubah
perilaku peserta didik kearah yang lebih baik, lebih mulia, yang
mencerminkan sebagai seorang pelajar. Harapan masyarakat Indonesia
melalui pendidikan karakter dapat terwujud masyarakat yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan
Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratanperwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 4).
Pendidikan karakter di Indonesia bergulir kurang lebih pada tahun
2008, sehingga sebelas tahun sudah Indonesia mengimplementasikan
pendidikan karakter. Namun harapan masyarakat masih belum tercapai,
bahkan perilaku pelajar semakin memprihatinkan. Hal tersebut menjadi salah
satu faktor melemahnya karakter bangsa.
Perilaku melemahnya karakter bangsa bisa dilihat dari jumlah
pengguna narkoba di Indonesia. Ternyata pelajar menjadi pasar terbesar bagi
pengedar narkoba di Indonesia, laporan dari Direktorat Tindak Pidana
Narkoba (Dit. TPN) Mabes Polri dan BNN (2013), pada tahun 2012 jumlah
6
kasus narkoba dengan tersangka pelajar sebanyak 32.743 jiwa dengan rincian:
pelajar SD sebanyak 4.624, pelajar SMP 8.806, pelajar SMA 18.314, dan
mahasiswa 999. Sungguh angka yang sangat fantastis, dimana jumlah pelajar
yang terjerumus kedalam dunia narkoba sangat banyak. Hal ini karena kurang
maksimalnya pendidikan dalam membentuk karakter kepada peserta didik dan
pengawasan dari keluarga yang tidak begitu maksimal, sehingga hal ini
menjadi celah kepada peserta didik untuk berbuat negatif.
Berdasarkan laporan akhir survei nasional perkembangan
penyalahgunaan narkoba pada tahun 2015 data dari BNN (Badan Narkotika
Nasional) bekerjasama dengan Puslitkes Universitas Indonesia (UI) jumlah
tersebut terus meningkat bahkan tembus angka 5,8 juta jiwa (kompasiana.com,
2015).
Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN) M Masri Muadz
pada tahun 2008 survey yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia sebanyak
63% remaja sudah melakukan hubungan seks sebelum nikah. Pada tahun 2015
terdapat 135 anak dibawah umur tersangkut hokum untuk wilayah Gunung
Kidul dan Bantul, 103 diantaranya mendapat hukuman berupa kurungan dan
32 anak mendapat pembinaan dari Balai Pemasyarakatan Anak (BAPAS).
Kurniawan (Harian Jogja, 8 Januari 2015).
Beberapa data diatas menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang
sudah berjalan lebih kurang selama 8 tahun belum menunjukkan hasil yang
signifikan. Oleh karena itu semua elemen masyarakat juga harus saling
7
bekerjasama agar pelaksanaan pendidikan karakter ini dapat menunjukkan
hasil sesuai degnan yang diharapkan.
Nurdin (2015), dalam penelitiannya tentang “The Policy on Civic
Education in Developing National Character in Indonesia” menyimpulkan
bahwa penanaman karakter nasional melalui Pendidikan Kewarganegaraa
masih terdapat kendala, dimana metode pembelajaran yang diterapkan belum
sesuai dengan tujuan pengembangan nilai karakter nasional.
Zulnuraini (2012), penelitian tentang “Pendidikan Karakter: Konsep,
Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu”
menyimpulkan bahwa masih terdapat kendala dala pemahaman dan
penguasaan guru terhadap konsep pendidikan karakter dan juga guru belum
memahami tentang hakikat pendidikan karakter.
Berdasarkan hasil penelitian diatas ternyata pengembangan
pendidikan karakter disekolah masih terdapat berbagai kendala, padahal
pendidikan karakter di Indonesia dibutuhkan secara mendesak agar generasi
muda tidak mudah terjerumus ke perbuatan yang negatif. Terlebih lagi
sekolah, sebagai tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan juga
tempat dimana peserta didik dibimbing, dimotivasi dan diarahkan ke hal yang
bersifat mendidik tentunya sekolah harus memiliki berbagai strategi yang baik
dalam pengembangan nilai karakter kepada peserta didik.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mempergunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian
yang dilakukan pada kondisi yang alamiah, sampel yang digunakan adalah
8
tehnik probality sampling yaitu simple rondom sampling,dimana sampel
diambil dari populasi yang dilakukan secara acak, dalam hal ini tehnik
pengumpulan data menggunakan observasi, inteview atau wawancara.
Penelitian ini mempergunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang bersifat terbuka,
kontekstual, secara social yang meliputi persepsi dan pandangan individu dan
kolektif, diteliti dengan menggunakan manusia sebagai instrument (Sutama,
2015: 32). Sedangkan desain dalam penelitian menggunakan desain penelitian.
Studi fenomenologi (phenomenological studies) mencoba mencariapa arti dari
pengalaman dalam kehidupan dan tujuan dari penelitian fenomenologi ialah
mencari atau menemukan makna dari hal-hal esensial atau mendasar dari
pengalaman hidup tersebut (Sukmadinata, 2013: 63).
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan pembelajaran Peningkatan Karakter Kemandirian
Berbasis Nilai-nilai Pesantren, tidak jauh berbeda dengan pengelolaan
pembelajaran yang lainnya. Oleh karena itu pengelolaan pembelajaran itu
diawali dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian atau evaluasi. Temuan awal menunjukkan bahwa proses belajar
mengajar Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-nilai Pesantren
belum menerapkan pendekatan kontekstual. Dengan demikian proses
pembelajaran masih menggunakan atau menerapkan metode tradisional.
9
Nilai-nilai Pesantrendi SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar.
Kegiatan diawali dengan pembuatan rencana pembelajaran atau
penyusunan Satuan Pembelajaran. Perencanaan ini dibuat dan persiapkan
sebelum pelajaran disajikan. Dengan demikian guru sudah ada persiapan
tentang apa yang akan diajarkan kepada siswa. Persiapan mengajar
pembiasaan Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-nilai
Pesantrenpesantren di SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar
disusun sekolah sendiri.Pengorganisasian pembelajaran.
Berbasis Nilai-nilai Pesantren di SMP Muhammadiyah Darul Arqom
Karanganyar tidak berbeda dengan sekolah yang lain karena semua
telah diserahkan pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran berbasis
Pesantren.
Pelaksanaan pembelajaran Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-
nilai Pesantren tidak didahului dengan pretes atau appersepsi, guru setelah
mengucap salam langsung masuk pada materi atau pokok permasalahan.
Entah karena lupa atau memang hal ini biasa dilakukan. yang jelas selama
pengamatan penulis hal ini memang tidak dilakukan. Kegiatan
pembelajaran Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-nilai
Pesantren meliputi empat hal pokok yaitu: pidato(muhadatsah); membaca
3.1 Perencanaan pembelajaran Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis
3.2 Pengorganisasian pembelajaran Peningkatan Karakter Kemandirian
3.3 Pelaksanaan Pembelajaran.
10
(qiroah); menulis (kitabah) dan mendengarkan/menyimak (istimak).
Dengan demikian setiap topik mengandung empat unsur tersebut. Dengan
adanya perbedaan unsur itu, maka penggunaan metode dalam
pembelajaran juga berbeda. Sebagaimana pembelajaran bahasa asing
lainnya, guru Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-nilai
Pesantren menggunakan metode konvensional seperti ceramah, membaca,
tugas dan latihan. Metode tanya jawab jarang digunakan, kecuali tanya
jawab antara guru dengan siswa. Tanya jawab antara siswa dengan siswa
jarang terjadi.
Nilai-nilai pesantren di SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar
Sejalan dengan penelitian penelitian ini sesuai teori yang
dikemukakan Allen dalam Hasibuan (2009: 92)Bentuk pengendalian dan
perencanaan pembelajaran Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis
Nilai-nilai Pesantren adalah adanya kegiatan evaluasi hasil belajar siswa.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran
telah dikuasai siswa. Dalam istilah sekarang adalah uji kompetensi.
Dengan demikian evaluasi adalah untuk mengetahui sejauhmana
kompetensi anak terhadap mata pelajaran yang telah diterangkan. Model
evaluasi yang dilaksanakan SMP Muhammadiyah Darul Arqom
Karanganyar mengacu pada uji kompetensi yang tercantum dalam
lembar kerja siswa. Evalusi dilakukan secara klasikal. Bahkan pemberian
tugaspun juga secara klasikal, artinya guru tidak memperhatikan tingkat
3.4 Pengendalian pembelajaran Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis
11
kemajuan siswa, namun siswa diberi tugas yang sama. Rata-rata guru
mengadakan evaluasi sebanyak empat kali tiap semester. Walau kadang-
kadang sampai lima atau enam kali. Evaluasi itu baik melalui ulangan
tengah semester, ulangan harian, maupun ulangan semester.
Penggunaan pendekatan kontekstual baru dijalankan setelah adanya
kerja sama antara guru mata pelajaran dengan peneliti. Sehingga ada
perubahan cara-cara mengajar Peningkatan Karakter Kemandirian
Berbasis Nilai-nilai Pesantren yaitu dengan meninggalkan metode lama
dan menerapkan metode yang baru.
Keberhasilan suatu program akan terukur melalui proses evaluasi.
Pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan melalui proses kegiatan
pembiasaan akan terukur keberhasilan dan tidaknya melalui evaluasi
program dan monitoring. Kesimpulan tersebut didasarkan atas hasil
pengamatan, catatan anekdotal, tugas dan laporan. Demikian pula evaluasi
pelaksanaan pendidikan karakter melalui pembiasaan di SMP
Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar, evaluasi tentang proses
pendidikan karakter dapat dilakukan oleh kepala sekolah, komite sekolah
dan orang tua siswa. Kepala sekolalah akan menilai bagaimanakah
keterlaksanaan pendidikan karakter meggunakan data-data tentang:
laporan kegiatan, jadwal kegiatan, petugas pelaksana maupun dengan
melihat pertanggungjawaban penggunaan keuangan dalam membiayai
kegiatan. Dengan melihat data tersebut kepala sekolah akan mengetahui
bagaimanakah kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik. Laporan
12
kegiatan dapat dilihat dari bentuk-bentuk pertanggungjawaban yang dibuat
oleh guru atau unsur pelaksana tugas kegiatan, dapat pula dilihat dari
mobilitas siswa dalam melaksanakan kegiatan, serta beberapa jadwal
kegiatan yang menjadi pedoman kegiatan. Pihak orang tua dan komite
sekolahpun dapat melakukan evaluasi dan menanggapi keterlaksanaan
program sekolah dengan mengundang rapat bersama dewan guru, untuk
memberikan saran kritik dan tanggapan penilaian kegiatan yang
dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar.
Evaluasi sering juga disebut penilaian atau pengendalian, tujuan
agar dapat menjamin pencapaian kinerja yang sesuai tujuan dan rencana
yang ditetapkan. Menurut Nuriyatun (2016: 179) evaluasi pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan guru dengan menilai
kebiasaan perilaku siswa, dengan dilakukan evaluasi akan ditemukan
kendala atau faktor yang menghambat pelaksanaan program.
Secara garis besar dari data pelaksanaan kegiatan dapat diketahui
bahwa pelaksanaan kegiatan pembiasaan di SMP Muhammadiyah Darul
Arqom Karanganyar telah tercapai dan dapat berjalan dengan optimal.
Satu temuan yang mendukung keberhasilan kegiatan pendidikan di
sekolah ini adalah adanya kualitas lulusan siswa yang memperoleh nilai
baik dan berkarakter baik, juga satu indikator yang lebih penting dan tidak
terelekkan adalah adanya antusias wali siswa yang ingin menyekolahkan
putra-putrinya di sekolah ini. Terbukti bahwa setiap awal tahun pelajaran
13
sekolah ini akan selalu menolak jumlah murid karena banyaknya peminat
dan terbatasnya jumlah siswa yang diterima.
Setelah berbagai elemen melakukan evaluasi akan dijadikan
sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut dari pendidikan karakter
melalui pembiasaan oleh pihak otoritas sekolah. Berbagai kehgiatan yang
belum dilaksanakan akan segera dilaksanakan, dan ditingkatkan,
sedangkan yang telah terlaksana akan selalu dioptimalkan. Dari hasil
evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan dan pemberian pendidikan
karakter akan terwujud melalui kegiatan pembiasaan di SMP
Muhammadiyah Darul Arqom Karanganyar.
Hasil penelitian ini mendukung riset Oktarina et al. (2015) tentang
“Character Education Evaluation Model Based on School Culture for
Elementary School”bahwa evaluasi pelaksanaa pendidikan karakter
berbasis budaya di sekolah dasar penting dilakukan. Model evaluasi
menggunakan instrumen yang disusun guru, pertemuan dan diskusi yang
melibatkan seluruh unsur personil sekolah serta membahas pencapaian
perkembangan karakter siswa.
Riset Lee (2009) tentang “The planning, implementation and
evaluation of a character-based school culture project in Taiwan”
mendukung temuan ini bahwa hasil evaluasi pelaksanaan program BSBC
(Character-Based School-Culture) di sekolah-sekolah Taiwan mampu
mencapai budaya sekolah yang efektif dan berkualitas tinggi.Riset Sze
14
(2014) tentang “Evaluation of a Moral and Character Education Group
for Primary School Students” mendukung temuan ini bahwa hasil
evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Hong Kong
melalui stategi kerja kelompok mampu mengembangkan nilai-nilai moral
yang menghasilkan perilaku positif pada siswa seperti adanya peningkatan
pemahaman diri dan hubungan interpersonal yang baik antara anggota
kelompok diskusi.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan dan refleksi dalam penelitian ini, maka
dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Rencana yang dapat dijadikan kerangka kerja dan pedoman penyelesaian
untuk menentukan proses yang paling efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan yang dapat diukur dan dibandingkan hasil yang seharusnya dicapai,
dan mencegah pemborosan uang, tenaga dan waktu adalah:
a. Mengadakan studi banding ke sekolah lain untuk mencari informasi
karakter kemandirian sebanyak-banyaknya.
b. Mengadakan rapat dewan guru untuk :
a) Mencari informasi karakter kemandirian sebanyak-banyaknya.
b) Menyususn jadwal kegiatan.
c) Mencari materi yang berkaitan dengan karakter siwa.
2. Pelaksanaan karakter kemandirian di SMP Muhammadiyah darul arqom
adalah data yaitu:
15
Siswa bersama guru dan karyawan sekolah melaksanakan sholat Dhuha,
Saholat Dhuhur dan Sholat Asar secara berjamah pada ruang Mushola
SMP Muhammadiyah Darul Arqom, Hafalan Surat-surat Al-Quran
(Tahfidz), Membaca Al-Ma’Surot (dzikir pagi), Dzikir pagi dilaksanakan
sebelum sholat dhuha.Untuk menunggu bel masuk pagi, siswa membaca
surat-surat pendek. Pidato bahasa Arab/bahasa Inggris dan hafalan hadits
Arbain menjelang/menunggu sholat Asar. Pembiasaan berkomunikasi
menggunakan Peningkatan Karakter Kemandirian Berbasis Nilai-nilai
pesantren (Arabic Area) dan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris
(Engglis Area). Setiap siswa yang memasuki kawasan Arabic Area wajib
berkomunikasi menggunakan bahasa arab, jika siswa memasuki kawasan
Engglis Area maka juga wajib menggunakan bahasa Inggris, Catering
sekolah untuk mengantisipasi siswa jajan di luar sekolah dan pembiasaan
memakai peci.
Namun masih ada sebagian besar siswa kurang bersemangat untuk
mengikuti pembiasaan tersebut di atas. Misalnya pada waktu dzikir pagi
dia ketiduran “saya sering ketiduran pada saat dzikir pagi, karena jam-jam
itu badan mulai lelah dan jam-jam ngantuk, ha.. ha.. ha.. “ kata salah
seorang siswa laki-laki yang saya tanyai.
3. Hasil pembelajaran pembiasaan PeningkatanKarakter Kemandirian
Berbasis Nilai-nilai Pesantren pada siswa kelas VII Semester gasal SMP
Muhammadiyah Darul ArqomKaranganyar tahun pelajaran 2019/2020
16
adalah meningkatnya keaktifan belajar dan motivasi belajar siswa pada
setiap pelajaran Sebagai berikut :
a. Keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap akhir
semester. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kemandirian
belajar siswa.
b. Motivasi belajar siswa meningkat pada setiap akhir semester. Hal ini
ditunjukkan dengan skor rata-rata motivasi belajar pada tahap awal
semester meningkat di akhir semester.
4.2 Saran
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru dan sekolah sebagai
salah satu alternatif pembiasaan PeningkatanKarakter Kemandirian
Berbasis Nilai-nilai Pesantren pada SMP Muhammadiyah Darul
ArqomKaranganyar dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
menyampaikan materi pembiasaan serta penggunaan media pembelajaran
yang cukup variatif yang sudah tersedia disekitar lingkungan peserta
didik.
menemukan sendiri sehingga timbul rasa kepuasan dan bangga dengan
apa yang telah dipelajarinya.
2. Selama berlangsungnya proses pembiasaan diharapkan mampu
1. Kreatifitas guru sangat diperlukan guna memperbarui cara-cara
4.2.1 Saran bagi guru dan sekolah
17
diperlukan guna saling tukar pengalaman dan pengetahuan, sehingga
timbul interaksi timbal balik
Bagi kepala sekolah penulis menyarankan agar hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu
pembelajaran pembiasaan PeningkatanKarakter Kemandirian Berbasis
Nilai-nilai Pesantren dengan memperhatikan :
6.1 Membina guru khusunya agar senantiasa menggunakan pendekatan
pembiasaan dalam setiap pembelajarannya di kelas.
6.2 Meningkatkan sarana dan prasarana pembelajaran dengan menambah
buku-buku di perpustakaan sebagai tambahan wawasan dan
pengetahuan, baik bagi guru maupun bagi siswa.
Bagi peneliti lain hendaknya juga mengadakan penelitian yang
serupa agar menelaah, mengkaji dan memperdalam pengelolaan
pembelajaran pembiasaan PeningkatanKarakter Kemandirian Berbasis
Nilai-nilai Pesantren, serta mengadakan pengamatan pembelajaran kelas
agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan harapan.
Penulis merasa penelitian ini jauh dari sempurna, karena baru sampai pada
pembiasaan siswa, maka untuk penelitian berikutnya kami sarankan
kepada peneliti berikutnya untuk menyempurnakannya.
3. Keaktifan dan kekompakan sesama kelompok dan individu sangat
4.2.2 Saran bagi kepala sekolah
4.2.3 Saran bagi peneliti lanjutan
18
PERSANTUNAN
Terima kasih kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya. Saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.H.Bambang Sumardjoko,M.Pd
dan ibu Dr.Wafrotur Rohmah,M.M atas bimbingan yang selama ini diberikan,
bapak dan ibu, keluarga, serta teman-teman yang senantiasa memberikan
dukungan. Saya benar-benar bersyukur.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Rifki. 2011. Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPS di
Sekolah Dasar. Pedagogia Vol. 1, No.
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan Yogyakarta:
Aditya Media.
Buchori dan Tulus. 2014. Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMP.
Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, No. 3
Budiyanto, Agus Ririn. 2014. Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah
Dasar Ta’mirul Islam Kecamatan Laweyan Surakarta. Tesis Manajemen
Pendidikan UMS
Benninga, S. Jacques, Marvin, Phylls, dan Karen. 2003. The Relationship of
Character Education Implementation and Academic Achievement in
Elementary School. Journal of Research in Character Education, 1 (1), 19-
23
19
Chapman, M. Alicia. 2011. Implementing Character Education into School
Curriculum. ESSAI. Vol. 9
Gray, Tiffany. 2010. Character Education in Schools. ESSAI. Vol. 7
Karmidah. 2014. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan
Melalui Pembelajaran dan Budaya Sekolah (Studi Kasus Di SD Palian 2,
Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY). Jurnal Penelitian Kebijakan
Pendidikan Volume 7 Nomor 1
Khairudin. Moh, dan Susiwi. 2013. Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan
Budaya Sekolah Di Sekolah Islam Terpadu Salman Al Farisi Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Karakter Tahun III Nomor 1.
Khalidy, Shodiq. 2013. Pengelolaan Pendidikan Karakter Berbasis Boarding
School di SMP Putra Harapan Purwokerto. Tesis Manajemen Pendidikan
UMS.
Lee, Chi-Ming. 2009. The planning, Implementation and Evaluation of a
Character‐ Based School Culture Project in Taiwan. Journal of Moral
Education. Vol. 38 No. 2 p165-184. http://eric.ed.gov/?id=EJ865640.
Diakses 4 Februari 2016
Lee, Guang-Lea. 2013. Re-emphasizing Character Education in Early Childhood
Programs: Korean Children's Experiences. Childhood Education journal, 89
(2), 315-322
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi
20
Nurdin, Encep Syarif 2015. The Policy on Civic Education in Developing
National Character in Indonesia. International Education Studies; Vol. 8,
No. 8; 2015.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa 2010-2025.
Samino. 2010. Manajemen Pendidikan Spirit Keislaman dan Ke-Indonesiaan.
Kartasura: Fairuz Media
Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter (Wawasan, Strategi, dan
Langkah Praktis). Jakarta: Esensi
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. 2014. Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Remaja Rosdakarya: Bandung
Sudjana. 2004. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah
Productionhttps://adityaramadhanim.wordpress.com/2013/06/22/character-
building/ diakses 09 januari 2019
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Sutama. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Fairuz Media: Surakarta
Uliani, Pipit dan Nanik Setyowati. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter
Melalui Kultur Sekolah Pada Kelas XII di SMA Negeri Gedangan Sidoarjo.
Kajian Moral dan Kewarganegaraan No. 1 Vol. 1
21
Zulnuraini. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi Dan
Pengembangannya di SekolahDasar di Kota Palu. Jurnal DIKDAS No. 1
Vol1