Manajemen Permodalan Bank Syariah

Embed Size (px)

Citation preview

MANAJEMEN PERMODALAN BANK SYARIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Perbankan Syariah

Disusun oleh: Dewi Pratami 0901270 Taufik Pradita 0901391 Ibnu Pratama 0906204 Maya Rimayanti 0901774 Nurul Hendriyani 0901567 Yanyan Suryana 0906731 Ruth debora 0906340 Zizi Fauziah 0905976

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011

i

DAFTAR ISIPEMBAHASAN ..................................................................................................................... 1 A. B. C. D. E. F. G. H. Fungsi Modal Bank .................................................................................................. 1 Sumber Permodalan Bank Syariah .......................................................................... 1 Kecukupan Modal Bank Syariah .............................................................................. 6 Penerapan CAR Untuk Perbankan Indonesia .......................................................... 7 Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) bank syariah.................................... 10 Pelaporan Hasil Kecukupan Bank ............................................................................ 1 Implikasi .................................................................................................................. 7 Kondisi Bank Syariah di Indonesia........................................................................... 9

PEMBAHASANA. Fungsi Modal Bank Menurut Johnson dan Johnson, modal bank mempunyai tiga fungsi. Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan. Kedua, sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai regulator, untuk membatasi pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur. Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan pasar membandingkan return on investment di antara bank-bank yang ada. Sementara itu Brenton C. Leavitt, staf Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika, menekankan empat fungsi modal bank yaitu : 1. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan insolvable dan likuidasi. 2. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi. 3. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan guna menawarkan pelayanan bank. 4. Sebagai alat pelaksana peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.

B. Sumber Permodalan Bank Syariah Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar1

dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari pemilik bank itu sendiri, tapi berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada satu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun secara berangsur-angsur. George H. Hempel membagi modal bank dalam tiga bentuk utama, yaitu pinjaman subordinasi, saham preferen, dan saham biasa. Beberapa jenis pinjaman subordinasi dan saham preferen dapat dikonversikan menjadi saham biasa, dan saham biasa dapat dikembangkan, baik secara eksternal maupun internal. Pinjaman subordinasi terdiri dari semua bentuk kewajiban berbunga yang dibayar kembali dalam jumlah yang pasti dalam jangka waktu tertentu. Bentuk pinjaman subordinasi bervariasi dari capital notes sampai debenture dengan jangka waktu yang lebih panjang. Surat utang dalam jumlah kecil dapat diterbitkan dan dijual langsung kepada nasabah bank. Capital notes lain dan beberapa debenture kecil dapat diterbitkan dan dijual kepada bank koresponden. Pengkategorian modal pinjaman sebagai salah satu sumber permodalan bank. Dalam pandangan syariah, modal pinjaman itu termasuk dalam kategori qard, yaitu pinjaman harta yang dapat diminta kembali. Pemberi pinjaan tidak boleh minta imbalan atas pemberian pinjaman tersebut, karena setiap pemberian pinjaman yang disertai dengan permintaan imbalan termasuk kategori riba. Oleh karena itu qard mempunyai derajat preferensi yang tinggi, setara dengan kewajiban atau utang lainnya. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tidak beralasan bagi qard untuk ikut menanggung risiko atau memberikan proteksi terhadap kegagalan atau kerugian bank ataupun memberikan proteksi terhadap kepentingan deposan. Dengan demikian pinjaman subordinasi tidak dapat dipertimbangkan untuk diperhitungkan sebagai modal bagi bank syariah. Sumber dana bank syariah terdiri dari:

1. Modal inti Adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Modal inti terdiri dari: Modal yang disetor oleh para pemegang saham, hal ini dikarenakan sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnya resiko kerugian dikemudian hari. Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri (melalui rapat umum pemegang saham) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.

2. Quasi ekuitas (mudharabah account) Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama antara pemilik dana dengan pengusaha untuk melakukan suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antar keduanya dengan perbandingan yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan. Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai pengusaha, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa: Rekening investasi umum Rekening investasi khusus Rekening tabungan mudharabah

3. Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Motivasi utama orang menitipkan dana

3

pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu. Sumber utama modal bank syariah adalah modal inti dan kuasi ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-rekening bagi hasil. Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan atau kerugian bank dan melindungi kepentingan para pemegang rekening titipan atau pinjaman, terutama atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan dana-dana titipan atau pinjaman. Sebenarnya dana-dana rekening bagi hasil dapat juga dikategorikan sebagai modal, yang oleh karenanya disebut kuasi ekuitas. Namun demikian rekening ini hanya dapat menanggung risiko atas aktiva yang dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu sendiri. Selain itu, pemilik rekening bagi hasil dapat menolak untuk menanggung risiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa risiko tersebut timbul akibat salah urus, kelalaian atau kecuranngan yang dilakukan oleh manajemen bank. Dengan demikian sumber dana ini tidak dapat sepenuhnya berperan dalam fungsi permodalan bank namun demikian tetap merupakan unsur yang dapat diperhitungkan dalam pengukuran rasio kecukupan modal.

4. Sumber Pendapatan & Biaya Bank Syariah Sumber pendapatan Bank Syariah sedikit berbeda dengan bank umum konvensional. Pendapatan ini berasal dari hasil penyaluran dana, tetapi bukan bunga. Sumber pendapatan berasal dari: 1. Margin keuntungan (prinsip jual-beli/bai); 2. Pendapatan sewa (prinsip sewa beli); 3. Bagi hasil (prinsip syirkah); & 4. Fee atas jasa perbankan. Jasa perbankan yang ditawarkan oleh bank syariah dan menghasilkan fee meliputi:

1. Wakalah (arranger, agency): 2. Sharf (jual beli valas): 3. Kafalah (garansi bank): 4. Ijarah (sewa): 5. Wadiah amanah (titipan)

5. Sumber dana Selain modal sendiri dan ekuitas, bank-bank Islam mengandalkan dua sumber utama dana, a) deposito transaksi, yang bebas resiko tapi menghasilkan kembali lagi dan, b) deposito investasi, yang membawa resiko kehilangan modal untuk janji variabel. In all, there are four main types of accounts: Dalam semua, ada empat jenis utama account: a) Giro Giro didasarkan pada prinsip al-wadi'ah, dimana deposan dijamin pembayaran dana mereka. Pada saat yang sama, deposan tidak menerima remunerasi untuk menyimpan dana di rekening giro, karena dana dijamin tidak akan digunakan untuk usaha. Sebaliknya, dana terakumulasi di account tersebut hanya dapat digunakan untuk menyeimbangkan kebutuhan likuiditas bank dan untuk transaksi jangka pendek pada tanggung jawab bank. b) Rekening tabungan Tabungan juga beroperasi di bawah prinsip al-wadi'ah. Rekening tabungan berbeda dari deposito saat ini dalam bahwa mereka mendapatkan pendapatan deposan: tergantung pada hasil keuangan, bank Islam mungkin memutuskan untuk membayar premi, Hiba, atas kebijakannya, untuk pemegang rekening tabungan. c) Rekening investasi Sebuah rekening investasi beroperasi di bawah prinsip al-mudharabah mutlaqa, di mana mudharib (mitra aktif) harus memiliki kebebasan mutlak dalam pengelolaan investasi dari modal ditempatkan. Kondisi akun ini berbeda dari orang-orang dari rekening tabungan berdasarkan: a) jumlah

5

minimum yang lebih tinggi tetap, b) durasi yang lebih lama dari deposito, dan c) yang paling penting, deposan bisa kehilangan sebagian atau seluruh dananya dalam Acara bank merugi. d) Khusus rekening investasi Rekening investasi khusus juga beroperasi di bawah prinsip mudharabah, dan biasanya diarahkan investor besar dan lembaga. Perbedaan antara rekening dan rekening investasi adalah bahwa rekening investasi khusus berhubungan dengan suatu proyek tertentu, dan investor memiliki pilihan untuk berinvestasi secara langsung dalam proyek yang lebih disukai dilakukan oleh bank.

C. Kecukupan Modal Bank Syariah Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan rasio teertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara : 1. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga 2. Membandingkan modal dengan aktiva berisiko

Dengan penjelasan sebagai berikut : 1) Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan, perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada bank. Perhitugannya merupakan rasio modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro,deposito dan tabungan) sebagai berikut :

Modal dan Cadangan _____________________________ = 10% Giro + Deposito + Tabungan

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa rasio modal atas simpanan cukup dengan 10% dan dengan rasio itu permodalan bank dianggap sehat. Rasio antara modal dan simpanan masyarakat harus dipadukan dengan memperhitungkan aktiva yang mengandung risiko. Oleh karena itu modal harus dilengkapi dengan berbagai cadangan sebagai penyangga modal, sehingga secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. 2) Membandingkan modal dengan aktiva berisiko Ukuran kedua inilah yang dewasa ini menjadi kesepakatan BIS (Bank for International Settlements), yaitu organisasi bank sentral dari Negaranegara maju yang disponsori oleh Amerika Serikat, Kanada, Negaranegara Eropa Barat dan Jepang. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan itu dicapai pada tahun 1988, dengan menetapkan CAR, yaitu rasio minimum yang didasarkan pada perbandingan antara modal dengan aktiva berisiko.

D. Penerapan CAR Untuk Perbankan Indonesia Baik perbankan nasional maupun internasional harus memenuhi kecukupan modalnya. Sebagaimana disinggung sebelumnya, CAR merupakan aspek penting bagi dunia perbankan.

Pengertian Modal Modal bank dibagi ke dalam modal inti dan modal pelengkap. a. Modal inti, terdiri dari : 1. Modal setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. Bagi bank milikkoperasi, modal setor terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya. 2. Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham.

7

3. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebut dijual). 4. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS. 5. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS. 6. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan. 7. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yzng belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS; jumlah laba tahun lalu hanya diperhitungkan sebesar 50% sebagai modal inti. Bila tahu lalu rugi harus dikurangkan terhadap modal inti. 8. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan. Laba ini diperhitungkan hanya 50% sebagai odal inti. Bila tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti. 9. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah

dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.

Bila dalam pembukuan bank terdapat goodwill, maka jumlah modal inti harus dikurangkan dengan nilai goodwill tersebut. Bank syariah dapat mengikuti sepenuhnya pengkategorian unsure-unsur tersebut diatas sebagaimodal inti, karena tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

b. Modal pelengkap, dapat berupa : Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa : 1. Cadangan revaluasi aktiva tetap

2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan 3. Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri : Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul kerugian bank Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila bank dalam keadaan rugi 4. Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat berikut: Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank. Mendapat persetujuan dari BI. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan. Minimal berjangka waktu 5 tahun. Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI. Hak tagih dalam hal terjadi berlaku paling akhir (kedudukannya sama dengan modal) Modal pelengkap ini hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggitingginya 100% dari jumlah modal inti. Khusus menyagkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi, bank syariah tidak dapat mengkategorikannya

sebagaimodal, karena sebagaimana di uraikan di atas, pinjaman harus tunduk pada prinsip qard dan qard tidak boleh diberikan syarat-syarat sepeerti cirri-ciri di atas atau syarat-syarat yang diharuskan dalam ketentuan tersebut.

Tata cara Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagipihak ketiga. Terhadap masing-masing jenisaktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya9

didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.

E. Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) bank syariahResiko atas modal berkaitan dengan dana yang diinvestasikan pada aktiva beresiko, baik yang beresiko rendah ataupun yang resikonya lebih tinggi dari yang lain. ATMR adalah faktor pembagi (denominator) dari CAR sedangkan modal adalah faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal menanggung resiko atas aktiva tersebut. Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus dipertimbangkan , bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas: Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/atau kewajiban atau hutang (wadiah atau qard dan sejenisnya) dan Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss Sharing Investment Account) yaitu mudharabah (baik General Investment Account/mudharabah mutlaqah yang tercatat pada neraca/on balance sheet maupun Restricted Investment Account/mudharabah muqayyadah yang dicatat pada rekening administratif/off balance sheet). Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan kewajiban atau hutang, resikonya ditanggung oleh modal sendiri, sedangkan aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil, resikonya ditanggung oleh dana rekening bagi hasil itu sendiri. Namun demikian, sebagaimana telah diuraikan di atas, pemilik rekening bagi hasil dapat menolak untuk menanggung resiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa resiko tersebut timbul akibat salah urus (mis management), kalalaian atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudharib. Oleh karenanya tetap ada potensi resiko, (katakanlah dengan probability 50 %), yang harus ditanggung oleh modal bank sendiri. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa atas aktiva ini harus pula dibentuk PPAP. Berdasarkan pembagian jenis aktiva tersebut di atas, maka pada prinsipnya bobot resiko bank syariah atas :

Aktiva yang dibiaya oleh modal bank sendiri dan / atau dana pinjaman (wadiah, card dan sejenisnya) adalah 100 %. Sedangkan Aktiva yang dibiaya oleh pemegang rekening bagi hasil (baik general ataupun restricted investment account) adalah 50 %Penggolongan lebih lanjut (berdasarkan rating pihak-pihak yang dibiayai / pengelola dana investasi atau penjaminnya) dapat mengkuti ketentuan Bank Indonesia ataupun Busle commitee yang ada.Pada prisipnya bank syariah dalam memperhitungkan kecukupan modalnya mengikuti metodologi Basle , kecuali beberapa unsur sebagaimana diuraikan di atas. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan. Berdasarkan prinsip tersebut di atas, maka rincian bobot risiko dan ATMR untuk semua aktiva adalah seperti contoh formulir perhitungan penyediaan modal minimum sebagai berikut :

11

contoh formulir perhitungan penyediaan modal minimum BOBOT KETERANGAN NOMINAL RISIKO (%) ATMR

I.

AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR)

1. AKTIVA NERACA (rupiah dan valas) -xxx 1. Kas 2. Emas dan mata uang emas 3. Giro pada Bank Indonesia 4. Tagihan pada bank lain 1. pada bank sentral negara lain 2. pada bank lain 3. pada bank lain yang dijamin oleh pemerintah pusat atau bank sentral 1. Surat berharga yang dimiliki 1. SBI 2. Treasury bill negara lain 3. Sertifikat bank sentral negara lain 4. SBPU

0 0 0

0 0 0

-xxx -xxx

-xxx -xxx

0 20

0 -xxx

-xxx

0

0

-xxx -xxx -xxx

0 0 0

0 0 0

Yang diterbitkan atau dijamin oleh Bank sentral dan Pemerintah Pusat

-xxx

0

0

yang diterbitkan dan dijamin dengan uang kas, uang kertas asing, emas, serta giro, deposito dan tab. Pada bank ybs. Sebesar nilai jaminan tersebut. -xxx 0 0

yang diterbitkan atau dijamin oleh bank lain, pemerintah daerah, lembaga non

1

departemen di Indonesia, dan bank pembangunan multilateral.

-xxx

20

-xxx

yang diterbitkan atau dijamin oleh BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain -xxx 50 -xxx

yang diterbitkan atau dijamin oleh pihak swasta lainnya.

-xxx

100

-xxx

5. Saham dan Obligasi

-xxx

20

-xxx

yang diterbitkan oleh bank lain yang diterbitkan oleh BUMN dan pemerintah milik pemerintah ousat negara lain -xxx -xxx 50 100 -xxx -xxx

yang diterbitkan oleh pihak swasta lainnya -xxx -xxx bank sentral pemerintah pusat uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank ybs. sebesar nilai dari jaminan tersebut -xxx -xxx 50 100 -xxx -xxx -xxx 20 -xxx -xxx 0 0 0 0 0 0

1.6. a. Kredit yang diberikan kepada atau dijamin oleh

bank lain, pemda, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral

BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat Negara lain. -xxx -xxx -xxx -xxx 50 100 100 100 100 -xxx -xxx -xxx -xxx -xxx =====

Pihak-pihak lainnya

b. KPR yang dijamin oleh hipotek pertama dengan tujuan untuk dihuni 1.7. Penyertaan

-xxx

1.8. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) 1.9. Antar kantor aktiva (netto) 1.10. Rupa-rupa aktiva 1.11. Jumlah ATMR aktiva neraca

2. REKENING ADMINISTRATIF (rupiah dan valas) -xxx 2.1.a. Fasilitas kredit yang belum dipergunakan yang disediakan sampai dengan akhir tahun takwim berjalan yang disediakan bagi atau dijamin oleh/dengan, atau dijamin surat-berharga yang diterbitkan oleh :

0 0

0 0

-xxx

-xxx

0

0

Bank Sentral Pemerintah Pusat Uang kas, uang kertas asing, emas, mata uang emas, serta giro, deposito dan tabungan pada bank yang bersangkutan sebesar nilai dari jaminan tersebut.

-xxx

10

-xxx

-xxx -xxx

25 50

-xxx -xxx

-xxx

25

-xxx

bank lain, pemda, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral

BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain.

Pihak-pihak lainnya.

-xxx

0

0

2.1.b. Yang disediakan dalam rangka KPR yang dijamin hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni. -xxx 50 -xxx -xxx 20 -xxx

3

2.2. Jaminan bank 1. Dalam rangka pemberian kredit termasuk Standby L/C dan risk sharing serta endosemen atau aval atas surat-surat berharga yang diberikan atas permintaan :

-xxx

100

-xxx

-xxx

0

0

Bank sentral dan pemerintah pusat Bank lain, pemda, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral.

-xxx

10

-xxx

-xxx -xxx

25 50

-xxx -xxx

BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain

Pihak-pihak lainnya

2. Bukan dalam rangka pemberian kredit, seperti bid bonds, performance bonds, dan advance payment bonds, yang diberikan atas pertintaan :

-xxx

0

0

-xxx

4

-xxx

bank sentral dan pemerintah pusat bank lain, pemda, lembaga non departemen di Indonesia, bank pembangunan multilateral.

-xxx -xxx

10 20

-xxx -xxx

BUMN dan perusahaan milik pemerintah pusat negara lain

Pihak-pihak lain.

-xxx

100

-xxx

3. c. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk standby 4. L/C) yang diberikan atas permintaan : 5. - bank sentral dan pemerinta pusat

-xxx

4

-xxx

6. - bank lain, pemda, lembaga non departemen di 7. Indonesia, bank pembangunan multilateral 8. - BUMN dan perusahaan milikpemerintah pusat 9. negara lain 10. - pihak-pihak lain

=====

2.3. Kewajiban membeli kembali aktiva bank dengan syarat repurchase sgreement 2.4. Posisi netto kontrak berjangka valuta asing dan swap bunga (forward exchange contract and interest rate swap contract) 5. Jumlah ATMR rekening administratif

2. JUMLAH ATMR (1.1.11 + 2.2.5.)

Jumlah keterangan Setiap Komponen II. MODAL 1. Modal Inti 1. Modal disetor 2. Agio saham -xxx jumlah

5

3. Cadangan Umum 4. Cadangan tujuan 5. Laba ditahan 6. Laba tahun-tahun lalu (50%) 7. Rugi tahun-tahun lalu (100%) -/8. Laba tahun berjalan (50%) 9. Rugi tahun brjalan (100%) 10. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasi kan 11. Sub total 12. Good will -/13. Jumlah Modal Inti

-xxx -xxx -xxx -xxx -xxx -xxx -xxx -xxx

-xxx -xxx -xxx

2. Modal Pelengkap 1. Cadangan revaluasi aktiva tetap 2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikaskan (1.25% ATMR) 3. Modal kuasi 4. Pinjaman Subordinasi (maksimal 50% dari modal inti) 5. Jumlah Modal pelengkap 6. Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan (maksimal 100 % dari modal inti) 3. Jumlah modal (1.13 + 2.6.)

=====

-xxx

-xxx -xxx

-xxx -xxxx

-xxxx III. IV. V. Modal minimum (8% x 1.3.) Kelebihan atau kekurangan modal (II.3 III) Ratio Modal (II.3 : 1.3.)

-xxxxx

-xxx -xxx xx %

ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal items neraca tersebut dengan bobot risiko. Misalnya kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar Rp.1 milyar dengan bobot risiko 50 % maka ATMR adalah Rp. 500 juta. ATMR aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal dengan bobot risiko aktiva administratif tersebut. Midalnya Jaminan bank yang diberikan atas permintaan Pemda sebesar Rp.1 milyar dengan bobot risiko 20 % maka ATMR adalah Rp.200 juta. Setelah angka ATMR diperoleh maka kebutuhan modal minimum atau CAR bank sedikit-dikitnya adalah 8 % dari ATMR. Dengan membandingkan ratio modal dengan kewajiban penyediaaan modal minimum, maka akan diketahui apakah bank telah memenuhi ketentuan CAR atau tidak.

7

F. Pelaporan Hasil Kecukupan BankBerikut ini adalah beberapa contoh pelaporan hasil kecukupan bank dari beberapa bank syariah di Indonesia :

1. Bank Syariah Bukopin Keterangan Modal Inti (Tier I) Modal Pelengkap (Tier II) 2009 103,164 64,791 2008 98,890 3,439 ITEM Main capital (Tier I) Complementary capital (Tier II) Total Capital (Tier I and II)

Jumlah Modal (Tier I dan II)

167,955

102,32 9 275,15 1 37.19% 8.00%

Jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

1,285,88 7 13.06% 8.00%

Risk Weighted Assets

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang Tersedia Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang Diwajibkan

Capital Adequacy Ratio Required Capital Adequacy Ratio

2. BANK MEGA SYARIAH PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM AUDITED Tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 (Jutaan Rupiah) Keterangan 2010 2009 I. KOMPONEN MODAL A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan Tambahan Modal a. Agio Saham -b. Disagio (-/-) -c. Modal Sumbangan --

1

d. Cadangan Umum dan Tujuan e. Laba Tahun-tahun Lalu setelah diperhitungkan Pajak 57 108.381 f. Rugi Tahun-tahun Lalu (-/-) g. Laba Tahun Berjalan setelah diperhitungkan Pajak (50%) 30.511 29.622 h. Rugi Tahun Berjalan (-/-) i. Selisih penjabaran laporan keuangan Kantor Cabang Luar Negeri 1) Selisih Lebih 2) Selisih Kurang (-/-) j. Dana Setoran Modal k. Penurunan nilai Penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual (-/-) 3. Goodwill (-/-) B. MODAL PELENGKAP (Maks. 100% dari Modal Inti) 1. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 2. Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif/PPAP (maks.1,25% dari ATMR) 3. Modal Pinjaman 4. Investasi Subordinasi (maks.50% dari Modal Inti) 5. Peningkatan nilai saham pada portofolio tersedia untuk dijual (45%) C. MODAL PELENGKAP TAMBAHAN - 1. Modal Inti yang dialokasikan untuk Risiko Pasar. 2. Modal Pelengkap yang tidak digunakan untuk Risiko 3. Investasi Subordinasi untuk Risiko Pasar. 4. Jumlah Modal Pelengkap Tambahan (1 s/d. 3) 5. Jumlah Modal Pelengkap Tambahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar. II. TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A+B) III. TOTAL MODAL INTI, MODAL PELENGKAP, DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN. IV. PENYERTAAN (-/-) V. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO

-57 30.511 -

108.381 29.622 -

-

-

29.020 29.020

29.977 29.977

-

-

-

-

378.452 378.452 378.452

318.040 318.040 318.040

PEMBIAYAAN ( II-IV) VI. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO PEMBIAYAAN DAN VII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO ( ATMR ) PEMBIAYAAN VIII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO ( ATMR ) PASAR IX. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO ( ATMR ) PEMBIAYAAN DAN RISIKO PASAR X. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO PEMBIAYAAN (V : VII) XI. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO PEMBIAYAAN DAN RISIKO PASAR (VI : IX) XII. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG DIWAJIBKAN

8,00% 2.879.917 2.879.917 13,14%

8,00% 2.901.523 2.901.523 10,96%

13,14%

10,96%

8,00%

8,00%

3. Bank BRI Syariah PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM Tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) KETERANGAN I. KOMPONRN MODAL A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan tambahan modal (diclosed reserves) a. Agio saham b. Disagio c. Modal Sumbangan d. Cadangan umum dan tujuan e. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak f. Rugi tahun-tahun lalu g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak (50%) h. Rugi tahun berjalan i. Selisih penjabaran laporan keungan kantor cabang luar negeri 1) Selisih lebih 2008 432,481 150.00 190 (15.427) (35.657) 2007 84,633 40.00 190 (20.949) (4.608)

-

-

3

2) Selisih kurang j. Dana setoran modal k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual 3. Goodwill B. MODAL PELENGKAP 1. Selisih penilaian kembali aset tetap 2. Cadangan umum penyelisihan penghapusan aktiva produktif/PPAP (maks, 1,25% dari modal ATMR) 3. Modal pinjaman 4. Investasi subordinasi (maks 50% dari modal inti) 5. Peningkatan nilai saham pada portofolio tersedia untuk dijual (45%) C. MODAL PELENGKAP TAMBAHAN 1. Modal ini yang dialokasikan untuk resiko pasar 2. Modal pelengkap yang tidak digunakan untuk risiko penyaluran dana 3. Investasi subordinasi untuk resiko penyaluran dana 4. Jumlah modal pelengkap tambahan (1 s/d 3) 5. Jumlah modal pelengkap tambahan yang memenuhi kriteria untuk risiko pasar II. TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELEENGKAP (A+B) III. TOTAL MODAL INTI,MODAL PELENGAP,DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN (A+B+C ) IV. PENYERTAAN V. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO PEMBIAYAAN (II-IV) VI. TOTAL MODAL UNTUK RISIKO PEMBIAYAAN DAN RISIKO PASAR (III-IV) VII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) PEMBIAYAAN VIII. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISKO (ATMR) PASAR IX. AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) PEMBIAYAAN DAN RISIKO PASAR X. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO PEMBIAYAAN (V : VII) XI. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO PEMBIAYAAN (V : VII) XII. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG DIWAJIBKAN

333.375 1,019 1,019 433,500 433,500 433,500 433,500 85.235 85.235

70.000 9,472 8.523 949 94,105 94,105 94,105 94,105 156.591 156.591

508,59% 60,10%

508,59% 60,10%

8,00%

8,00%

4. Bank Muamalat N o 1 Komponen Modal A. MODAL INTI 1. Modal disetor 2. Cadangan Tambahan Modal (Disclosed Reserves) a. Agio Saham b. Disagio c. Modal sumbangan d. Cadangan umum dan tujuan e. Laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak (50%) f. Rugi tahun-tahun lalu g. Laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak (50%) h. Rugi tahun berjalan i. Selisih penjabaran Laporan Keuangan Kantor Cabang Luar Negeri 1) Selisih lebih 2) Selisih kurang j. Dana setoran modal k. Penurunan nilai penyertaan pada portofolio tersedia untuk dijual 3. Goodwill B. MODAL PELENGKAP (Maks. 100% Dari Modal Inti) 1. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 2. Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan Aktiva 150.475 Produktif 3. PPAP (Maks. 1.25 % dari ATMR) 150.475 107.710 85.470 25.096 245.300 27.445 240.411 7.235 513.731 132.498 782.667 492.791 Pos - Pos 2010 2009

5

107.710 4. Modal Pinjaman 5. Investasi Subordinasi (Maks. 50 % dari Modal Inti) 313.115 312.776 6. Peningkatan Nilai Penyertaan Pada Portofolio Tersedia 7. Untuk Dijual (45 %) C. MODAL PELENGKAP TAMBAHAN 1. Modal Inti Yang Dialokasikan Untuk Risiko Pasar 2. Modal Pelengkap Yang Tidak Digunakan Untuk Risiko Penyaluran Dana 3. Investasi Subordinasi Untuk Risiko Pasar 4. Jumlah Modal Pelengkap Tambahan TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP 2.127.277 1.318.517 9.074 313.115 312.776

TOTAL MODAL INTI, MODAL PELENGKAP DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN

2.127.277

1.318.517

(47.180) PENYERTAAN (-/-) 2.080.097 TOTAL MODAL UNTUK RESIKO KREDIT 2.080.097 TOTAL MODAL UNTUK RESIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR 15.610.76 AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) KREDIT 2

(45.366)

1.273.151

1.273.151

11.419.02 6

AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) PASAR

75.030

48.196

AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) KREDIT DAN RISIKO PASAR 15.685.79 2 11.467.22 2

RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT (%) 13,32 11,15

RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG TERSEDIA UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO PASAR ( %) 13,26 11,10

RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM YANG DIWAJIBKAN (%)

8,00

8,00

G. ImplikasiDari beberapa contoh pelaporan hasil perhitungan kecukupan modal bank syariah kita dapat mengetahui bahwa setiap bank syariah selalu mengatur permodalannya setiap tahunnya. Salah satu contohnya Bnak Syariah Bukopin dari sisi permodalan, hingga 31 Desember 2009, posisi modal Bank Syariah Bukopin (BSB) mengalami peningkatan. Modal inti BSB pada 31 Desember 2008 tercatat sebesar Rp98,89 miliar naik menjadi Rp103,16 miliar di akhir 2009. Pada akhir Desember 2009, dengan adanya pinjaman subordinasi dari pemegang saham mayoritas, modal pelengkap BSB meningkat dari Rp3,4 miliar pada 31 Desember 2008 menjadi Rp64,79 miliar pada 31 Desember 2009. Dengan demikian, pada

7

akhir 2009 jumlah modal BSB mencapai Rp167,95 miliar, meningkat Rp65,63 miliar atau tumbuh 64,14% dari Rp102,32 miliar di akhir periode 2008. Dengan melakukan pengaturan/manajemen permodalan maka bank syariah bisa mendapatkan keuntungan yang optimal dari modal yang ada, selain itu dengan melihat pelaporan perhitungan kecukupan modal bank syariah tersebut kita bisa mengetahui bahwa bank syariah melakukan manajemen permodalannya untuk : 1. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan insolvable dan likuidasi. 2. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi. 3. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan guna menawarkan pelayanan bank. 4. Sebagai alat pelaksana peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.

H. Kondisi Bank Syariah di IndonesiaMasalah Permodalan Bank Syariah di Indonesia Modal merupakan masalah yang senantiasa dihadapi badan usaha, seperti yang dialami Bank Muamalat Indonesia, yang sudah memiliki izin usaha sejak 1 November 1990, namun baru mulai beroperasi sejak Mei 1992. Demikian pula, kinerja bank syariah yang baik pada masa krisis, telah menumbuhkan minat sejumlah kalangan untuk mendirikan bank syariah, namun tidak segera terealisasi karena keterbatasan modal. Masih dalam kaitan dengan permodalan, kalangan perbankan syariah menyarankan agar Bank Indonesia membedakan cara perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio)24 untuk bank konvensional dan syariah, karena adanya perbedaan antara kedua bank tersebut. Di kalangan perbankan syariah, CAR yang berlaku saat ini dinilai cukup tinggi.25 Alasannya, dari sisi syariah, terutama dari sisi sumber dana, banyak account bank syariah yang bukan merupakan liabilitas bank. Selain itu, dana pihak ketiga dalam bank syariah merupakan investasi dan bukan utang bank kepada deposan atau penabung. Sebagai investasi, tentunya risiko ditanggung bersama, dan tidak semata-mata ditanggung bank syariah.26 Secara sederhana, tampaknya ingin dinyatakan bahwa perhitungan CAR bagi bank syariah sebaiknya tidak sama dengan perhitungan CAR untuk bank konvensional, karena kewajiban bank untuk membayar imbalan terhadap sumber dana (misalnya tabungan atau deposito) dalam prinsip syariah tidak sama dengan tabungan dan deposito dalam bank konvensional, di mana pemilik dana dalam bank syariah turut menanggung risiko atas kemungkinan besarnya hasil yang diperoleh dari investasi. Demikian pula, pembiayaan dalam bank syariah tidak sama dengan kredit dalam bank konvensional, karena bank turut menanggung risiko atas investasi atau kegiatan usaha nasabahnya. Wacana tentang CAR bank syariah ini sempat memunculkan pemahaman yang keliru, sehingga menghasilkan anggapan bahwa bank syariah bisa dijadikan exit policy bagi bank konvensional yang CAR-nya di bawah 8% (pada akhir 2001). Halnya, saat itu wacana yang berkembang tentang kemungkinan bank syariah dapat memiliki CAR di bawah 8% seakanakan telah diberlakukan melalui ketentuan resmi.27 Padahal, seperti klarifikasi yang dilakukan oleh Pejabat Bank Indonesia, ketentuan tentang CAR bank syariah sejauh ini tetap mengacu pada ketentuan bank umum. Bahkan, diberlakukan sejumlah persyaratan untuk konversi bank konvensional ke bank syariah, antara lain kemampuan bank, termasuk tingkat kesehatan, tingkat persaingan yang sehat antar bank syariah. Bank konvensional yang

9

mempunyai permasalahan di bidang permodalan, tidak akan dapat dikonversi menjadi bank syariah sepanjang permodalan bank tersebut belum memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku. Sekalipun demikian, nantinya perhitungan CAR bank konvensional tidak dapat diterapkan pada bank syariah, melainkan ketentuan tersebut harus disesuaikan dengan nature bank syariah. Dalam memperhitungkan kecukupan modalnya, pada prisipnya bank syariah mengikuti metodologi Basle, kecuali beberapa unsur.29 Dalam hal ini, terlebih dahulu harus dipertimbangkan, bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas: Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/atau kewajiban atau hutang (wadi'ah atau qard dan sejenisnya) dan Aktiva yang didanai oleh rekening bagi-hasil (profit and loss sharing investment account), yaitu mudharabah, baik general investment account/mudharabah mutlaqah yang tercatat pada neraca (on balance-sheet) maupun restricted investment account/ mudharabah muqayyadah yang dicatat di rekening administratif (off balance-sheet). Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan kewajiban atau hutang, risikonya ditanggung oleh modal sendiri, sedangkan aktiva yang didanai oleh rekening bagi-hasil, risikonya ditanggung oleh dana rekening bagi-hasil itu sendiri. Namun demikian, pemilik rekening bagi-hasil dapat menolak untuk menanggung risiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa risiko tersebut timbul akibat salah urus, kelalaian atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank. Karenanya tetap ada potensi risiko (katakanlah dengan probability 50%), yang harus ditanggung oleh modal bank sendiri. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa atas aktiva ini harus pula dibentuk PPAP. Berdasarkan pembagian jenis aktiva tersebut, maka pada prinsipnya bobot risiko bank syariah atas: (i) Aktiva yang dibiaya oleh modal bank sendiri dan/atau dana pinjaman (wadi'ah, qard dan sejenisnya) adalah 100%; sedangkan (ii) Aktiva yang dibiaya oleh pemegang rekening bagi-hasil (baik general ataupun restricted investment account) adalah 50%. Penggolongan lebih lanjut (berdasarkan rating pihak-pihak yang dibiayai/pengelola dana investasi atau penjaminnya) dapat mengikuti ketentuan Bank Indonesia ataupun Basel commitee. Dari paparan di atas, tampaklah bahwa selain dengan ATMR, perhitungan CAR juga terkait dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), sehingga tak terhindarkan pada gilirannya sangat berhubungan dengan kualitas dan nilai agunan. Dalam hal ini, bank syariah kembali dihadapkan dengan ketentuan perbankan konvensional: Apabila jumlah PPAP yang dimiliki bank lebih kecil dari ketentuan, maka jumlah kekurangan tersebut diperhitungkan sebagai pengurang modal inti dalam perhitungan kewajiban penyediaan

modal minimum. Padahal bank syariah lebih mengutamakan kelayakan proyek (hanya proyek terbaik yang dibiayai), dan bukannya besarnya nilai agunan. Akibatnya, tak terhindarkan, PPAP akan menggerogoti CAR. Saat ini, Bank Indonesia tengah membahas prudential regulation untuk perbankan syariah, antara lain menyangkut CAR dan KAP (Kualitas Aktiva Produktif). Penyesuaian perhitungan CAR (dan KAP tersebut) sangat diharapkan dapat segera diselesaikan karena jika CAR dihitung berdasarkan sifat kredit dan sifat sumber dana bank syariah, maka kemampuan bank syariah untuk memberikan pembiayaan, dengan tetap melakukan prinsip kehati-hatian, akan lebih besar daripada yang dapat dilakukannya pada saat ini. Selanjutnya, karena pembiayaan bank syariah lebih fokus pada UKM, maka rekonstruksi atas perhitungan CAR bank syariah, akan turut mendukung pembiayaan bagi UKM.

11