39
MANAJEMEN PESERTA DIDIK Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Peserta Didik Dosen pengampu: Siddiq Premono M.Pd. Oleh: 1. Jeky Tresnawati (11670016) 2. Sugianti Khasanah (11670017) 3. Hendra Budi Gunawan (11670018) 4. Miftakhul Intan Naimah (11670026) 5. Adnin Arif Rizki (11670032) 6. Nasiatul Mubarokah (11670040) 7. Ahmad Nurkholis Majid (11670043) PENDIDIKAN KIMIA

Manajemen peserta didik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manejemen

Citation preview

Page 1: Manajemen peserta didik

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Peserta Didik

Dosen pengampu: Siddiq Premono M.Pd.

Oleh:

1. Jeky Tresnawati (11670016)

2. Sugianti Khasanah (11670017)

3. Hendra Budi Gunawan (11670018)

4. Miftakhul Intan Naimah (11670026)

5. Adnin Arif Rizki (11670032)

6. Nasiatul Mubarokah (11670040)

7. Ahmad Nurkholis Majid (11670043)

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2013/2014

Page 2: Manajemen peserta didik

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga makalah ini dapat disusun untuk melengkapi tugas makalah mata kuliah

Manajemen Pendidikan dengan dosen pembimbing Sidiq Premono M.Pd. Shalawat serta

salam semoga tercurah kepada Rasulullah, Muhammad SAW. Makalah ini disusun

berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber.

Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan berupa moral maupun

material.

2.Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Siddiq Premono

M.Pd.

3.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, karena

keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Demikian makalah ini penulis susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para

pembacanya.

Yogyakarta, 10 September 2013

Penulis

Page 3: Manajemen peserta didik

BAB I

PENDAHULUAN

Jika dicermati, peserta didik pada dasarnya memiliki kesamaan. Kesamaan itu

berdasarkan kenyataan bahwa mereka adalah sama-sama anak manusia. Oleh karena itu,

para peserta didik pun memiliki unsur kesamaan-kesamaan yaitu unsur manusia. Faktanya

menunjukkan bahwa tidak ada seorang anak pun yang lebih manusiawi dibandingkan

dengan anak lainnya, dan tidak ada anak yang kurang manusia dibandingkan dengan anak

lainnya. Adanya kesamaan-kesamaan dari anak inilah yang melahirkan konsekuensi yang

sama atas hak-hak yang mereka punya. Di antara hak-hak tersebut, salah satu yang penting

adalah hak memperoleh layanan pendidikan yang bermutu (Imron, 2012: 2).

Persamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak memunculkan layanan pendidikan yang

sama melalui sistem persekolahan. Pendidikan melalui sistem persekolahan dalam

kenyataannya memang bersifat massal daripada individual. Keterbatasan-keterbatasan yang

dimiliki oleh system persekolahan memang lebih memberi porsi bagi layanan atas

perbedaan. Adanya tuntutan untuk memberikan pelayanan yang sama dan berbeda akan

memunculkan pemikiran tentang pentingnya peraturan (Imron, 2012: 2).

Peserta didik, menurut ketentuan umum Undang-Undang RI tentang Sistem

Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya

melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik

ini juga memiliki sebutan-sebutan lain seperti murid, subjek didik, anak didik, pembelajar,

dan lain sebagainya (Imron, 2012: 5).

Berkaitan dengan peserta didik, kita juga perlu mengetahui suatu manajemen. Dalam

dunia pendidikan, manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas yang memadukan sumber-

sumber pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih manajemen sebagai aktivitas,

bukan sebagai individu agar konsisten dengan istilah administrasi dengan administrator

sebagai pelaksananya dan supervise dengan supervisor sebagai pelaksananya. Jika dari

pernyataan tersebut diambil contoh, maka yang mungkin sesuai adalah kepala sekolah di

mana kepala sekolah berperan sebagai administrator dalam mengemban misi atasan, sebagai

Page 4: Manajemen peserta didik

manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan dan sebagai supervisor dalam

membina guru-guru pada proses belajar mengajar (Pidarta, 1988: 4).

Manajemen yang baik adalah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari konsep,

dan yang sesuai dengan objek yang ditangani serta tempat organisasi itu berada. Manajemen

yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan kondisi disebut dengan

manajemen yang fleksibel. Manajemen ini tidak kaku, ia dapat berlangsung dalam kondisi

dan situasi yang berbeda-beda. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang baru, tuntutan-

tuntutan masyarakat yang berubah dari semula, perubahan-perubahan nilai masyarakat, dan

sebagainya tidak akan menghentikan aktivitas manajemen ini. Manajemen akan berjalan

terus dengan revisi di sana-sini. Hal ini menjamin kelangsungan hidup organisasi (Pidarta,

1988: 17).

Setelah dibahas sedikit tentang apa itu manajemen, tentunya hal tersebut dapat kita

kaitkan dengan peserta didik sehingga akan menimbulkan arti baru yaitu tentang manajemen

peserta didik. Lantas, apa yang dimaksud dengan manajemen peserta didik? Manajemen

peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik, mulai dari

peserta didik tersebut masuk sekolah sampai mereka lulus sekolah. Segala aktivitas dan

manajemen peserta didik yang dijalankan di sekolah, jika dirunut pasti bermuara di sentral

layanan pendidikan, yaitu peserta didik itu sendiri, sehingga di era otonomi daerah seperti

sekarang ini, manajemen peserta didik melalui sistem persekolahan menduduki posisi yang

sangat strategis (Imron, 2012: 6).

Page 5: Manajemen peserta didik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Peserta Didik

Banyak sekali definisi manajmeen itu sendiri, beberapa tokoh yang

mendefinisikan menejemen yaitu:

1. Sahertian (1982), berpendapat bahwa manajemen merupakan terjemahan kata

management yang berasal dari kata manage atau magiare yang memiliki arti melatih

kuda dalam melangkahkan kakinya. Manajemen memiliki dua makan yaitu kegiatan

pikir (Mind) dan kegiatan tindak laku (Action).

2. Terry (1953), manajemen sebagai pencapaian tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya melalui usaha orang lain (Management is the accomplishing of the

predertemined objective throug the effort of other people).

3. Siagian (1978), manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk emmperoleh

suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan.

4. The Liang Gie (1978), manajemen sebagai segenap perbuatan yang menggerakkan

sekelompok orang atau mengarahkan segala fasilitas dalam suatu usaha untuk

mencapai tujuan.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa manajemen merupakan suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh dua orang atau lebih dengan peraturan yang ditentukan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan bersama (Imron, 2011: 4).

Sedangkan untuk peserta didik, menurut ketentuan umum Undang-Undang RI

tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengeksplor dirinya melalui suatu proses pendidikan pada jalur, jenjang maupun jenis

pendidikan tertentu. Sebutan untuk peserta didik juga berbeda-beda, seperti:

a. Pasal 1 Peraturan Pemerintahan RI No. 27 Tahun 1990, pada TK disebut dengan anak

didik.

b. Pasal 1 Peraturan Pemerintahan RI No. 28 dan No. 29 Tahun 1990, pendidikan dasar

dan menengah disebut siswa.

c. Pasal 1 Peraturan Pemerintahan RI No. 30 Tahun 1990, pada perguruan tinggi disebut

mahasiswa.

Page 6: Manajemen peserta didik

Oleh karena itu, pengertian manajemen peserta didik yaitu usaha pengaturan yang

ditujukan secara khusus terhadap peserta didik yang berkaitan dengan kegiatan proses

belajar dan beraktivitas dari pertama masuk sekolah sampai lulus (Imron, 2011 : 6).

B. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

Sesuai dengan pengertian, bahwa MPDBS adalah suatu pengaturan terhadap

peserta didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus.

Ruang lingkup MPDBS meliputi pengaturan aktivitas-aktivitas peserta didik sejak ia

masuk ke sekolah hingga lulus, baik yang berkaitan dengan peserta didik secara langsung

maupun tidak langsung (tenaga kependidikan, sumber-sumber pendidikan, sarana dan

prasarana) (Imron, 2001: 17)

Secara rinci ruang lingkup peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan peserta didik, meliputi:

a) school census

b) school size

c) class size

d) efektive class

2. Penerimaan peserta didik, meliputi:

a) Penentuan kebijaksanaan penerimaan peserta didik

b) Penentuan sistem penerimaan peserta didik

c) Penentuan kriteria penerimaan peserta didik

d) Penentuan prosedur penerimaan peserta didik

e) Penentuan pemecahan problema-problema penerimaan peserta didik

3. Orientasi peserta didik baru, meliputi:

a) Pengaturan hari-hari pertama peserta didik di sekolah

b) Pengaturan pekan orientasi peserta didik

c) Pengaturan pendekatan yang dipergunakan dalam orientasi peserta didik

d) Pengaturan teknik-teknik orientasi peserta didik

4. Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah, meliputi:

a) Peserta didik yang membolos

b) Peserta didik yang terlambat datang

Page 7: Manajemen peserta didik

c) Peserta didik yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya

5. Mengatur pengelompokan peserta didik, baik berdasarkan fungsi persamaan maupun

perbedaan.

6. Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki proses belajar

mengajar, bimbingan dan penyuluhan maupun untuk kepentingan promosi peserta

didik.

7. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik

8. Mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out

9. Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta didik

(Imron, 2011: 18)

C. Penerimaan Peserta Didik

Peserta didik yang dimaksud disini merupakan peserta didik yang baru masuk di

suatu bangku pada tingkat pendidikan (sekolah) tertentu. Kegiatan ini sangat penting,

karena jika tidak ada peserta didik yang tidak diterima di sekolah, maka tidak ada yang

harus ditangani atau diatur (Imron, 2011: 41).

1. Kebijakan Penerimaan Peserta Didik

Peserta didik baru dapat diterima dalam suatu lembaga pendidikan seperti

sekolah , haruslah terlebih dahulu memiliki persyaratan-persyaratan yang lengkap

sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan oleh sekolah tersebut. Memang seperti

yang kta ketahui sebelumnya, bahwasannya setiap orag berhak memilih suatu

pendidikan yang diinginkan. Namun, tidak secara otomatis masuk begitu saja dalam

lembaga sekolah, tetai harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang bersangkutan,

seperti persyaratan-persyaratan pendaftaran (Imron, 2011: 41).

Kebijakan operasional pemerimaan peserta didik baru, memuat aturan mengenai hal-

hal sebagai berikut:

a. Jumlah peserta didik yang dapat diterima di suatu sekolah

Teknik dalam perencanaan jumlah daya tampung yang akan dilaksanakan

terdapat dalam buku Petunjuk Administrasi Sekolah. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam perecanaan daya tampung antara lain, yaitu:

Page 8: Manajemen peserta didik

1) Jika besar ruangan untuk proses pebelajaran brvariasi, berarti harus

diperhitungkan secara rinci daya tampung setiap kelas. Artinya, tidak

semua kelas memiliki kapasitas jumlah peserta diidk yang sama besarnya.

Karena jika luas ruangan kecil, tetapi jumlah peserta didiknya sama

dengan ruangan yang luas, itu sangat tidak efektif.

2) Dalam menghitung daya tampung, setiap kelas juga harus diperhatikan

kondisi belajar peserta didik. Sehingga dapat disesuaikan dengan aturan

yang berlaku untuk peserta didiknya. Hal ii bertujuan supaya, peraturan

yang dibuat sesuai dengan karakteristik peserta didik dalam sekolah

tersebut.

(Samani, dkk., 2009: 86)

Sehingga terdapat 5 hal pokok yang harus diperhatikan dalam

penerimaan kapasitas jumlah peserta didik baru antara lain, yaitu:

1) Daya tampung kelas baru

2) Kriteria mengenai siswa yang dapat diterima

3) Anggaran yang tersedia

4) Prasarana dan sarana yang ada

5) Tenaga kependidikan yang tersedia

b. Sistem pendaftaran

c. Penyeleksian

d. Waktu pendaftaran

1) Waktu dmulainya endaftaran

2) Waktu berakhirnya pendaftaran

e. Panitia pendaftaran peserta didik baru

Kebijaksanaan penenrimaan peserta didik baru ini didasarkan pada petunjuk-

petunjuk yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (Imron, 2011: 42).

2. Sistem Penerimaan Peserta Didik

Sebelum seorang peserta didik mengikuti jalannya proses pembelajaran dalam

suatu tingkat pendidikan, tentunya peserta didik harus melewati tahapan-tahapan

dalam memasuki suatu pendidikan atau sekolah.

Page 9: Manajemen peserta didik

Ada dua macam sistem penerimaan peserta didik baru, yakni:

a. Sistem Promosi

Sistem promosi ini merupakan penerimaan peserta didik tanpa adanya seleksi.

Sehingga peserta didik baru yanag mendaftar pada lembaga/sekolah yang

menggunakan sistem demikian, akan langsung diterima menjadi peserta didik

sekolah tersebut. Sistem pendaftaran semacam ini biasanya pada sekolah yang

kurang dari jatah atau daya tampung yang ditentukan sebelumnya (Imron, 2011:

43).

b. Sistem Seleksi

Sistem seleksi adalah penerimaan peserta didik baru tidak langsung diterima

begitu saja. Tetapi melewati tahapan penyeleksian. Sistem seleksi ini dapat

digolongkan menjadi 3, yaitu:

1) DANEM (Daftar Nilai Ebta Murni)

Pada masa sekarang, di sekolah-sekolah lanjutan pertama maupun

lanjutan atas sudah banyak yang menggunakan sistem ini. Sehingga, jika

dilihat dari rata-rata DANEM dapat diketahui yang jelas-jelas sudah

diterima dan mana yang tidak sesuai dengan rata-rata terendah sekolah

tersebut.

2) Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK)

Pada penyeleksian sistem ini, sekolah tujuan akan cenderung melihat

pada hasil raport yang didapatkan peserta didik baru dari mulai awal

masuk sampai lulus pada sekolah sebelumnya. Sehingga, sistem ini lebih

memberikan ruang yang cukup luas pada peserta didik yang memiliki

tingkat intelektual yang cukup tinggi. Namun, tetap sja tergantung pada

jumlah peserta didik yang mndaftar. Karena semakin banyak peserta

didik yang mendaftar, maka persainagn untuk masuk akan semakin ketat.

3) Tes Masuk

Pada sistem seleksi tes masuk ini, calon peserta didik mengerjakan soal-

soal yang telah dipersiapkan oleh pihak sekolah. Soal satu peserta didik

dengan peserta didik yang lain adalah sama. Hal ini bertujuan agar

panitia penerimaan peserta didik baru, mampu menyeleksi peserta didik

Page 10: Manajemen peserta didik

melalui hasil pekerjaannya terhadap soal. Peserta didik yang mampu

mengerjakan soal sesuai dengan skor minimal yang ditentukan oleh pihak

sekolah maka akan diterima. Begitupun sebaliknya, peserta didik yang

tidak mencukupi batas minimal maka tidak bisa menjadi peserta didik di

sekolah tersebut.

Sistem seleksi ini melalui dua tahapan, yakni:

a. Seleksi administratif

Seleksi administratif adalah seleksi atas kelengkapan-kelengkapan

administratif calon peserta didik.

b. Seleksi akademik

Seleksi akademik adalah suatu aktivitas yang beertujuan untuk

mengetahui kemampuan akademik dari calon peserta didik.

3. Kriteria Penenerimaan Peserta Didik Baru

Kriteria penerimaan peserta didik merupakan patokan-patokan yang dibuat

oleh sekolah dalam menentukan calon peserta didik yang bisa atau tidaknya diterima

di sekolah tersebut.

Ada 3 macam kriteria penerimaan peserta didik, antara lain:

a. Kriteria acuan patokan (Standard Criterian Referenced)

Kriteria ini merupakan suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan atas

patokan-patokan yang telah ditentukan oleh sekolah sebelumnya dalam hal

penerimaan calon peserta didik. Patokan-patokan ini dibuat standar minimal

kemampuan peserta didik. Sebagai konsekuensi kriteria ini, peserta didik yang

mendaftar dan memiliki standar minimum persyaratan yang diinginkan oleh

pihak sekolah, maka harus diterima menjadi peserta didik baru.

b. Kriteria acuan norma (Norm Criterian Referenced)

Kriteria acuan norma ini didasarkan pada prestasi yang dihasilkan oleh calon

peserta didik. Cara penyeleksiannya yaitu, semua prestasi yang diperoleh

peserta didik dijumlahkan dan kemudian dicari rata-ratanya. Nilai prestasi yang

melebihi rata-rata minimum akan diterima, dan sebaliknya.

Page 11: Manajemen peserta didik

c. Kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah

Kriteria ini ditentukan dengan cara menghitung terlebih dahulu daya tampung

siswa yang akan diterima. Kemudian merangking prestasi peserta didik dari

yang paling tinggi ke yang terendah. Sehingga terlihat peserta didik mana

yang akan diterima dan yang tidak diterima.

(Imron, 2011: 46).

4. Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru

Tahapan ini merupakan bagian yang terpenting. Karena dapat menentukan

input peserta didik yang akan masuk ke dalam suatu lembaga/sekolah.

a. Pembentukan panitia peserta didik baru

Susunan panitia penerimaan peserta didik baru, sebagaiberikut:

1) Ketua Umum : Kepala Sekolah

2) Ketua Pelaksana: Waka Kesiswaan

3) Sekretaris : Kepala TU

4) Bendahara : Bendaharawan Sekolah

5) Embantu Umum: Guru

6) Seksi-seksi:

- Kesekretariatan : Pegawai TU

- Publikasi : Guru

- Pendaftaran : Guru

- Seleksi : Guru

- Kepengawasan : Guru

(Imron, 2011: 49).

b. Rapat penerimaan peserta didik

Rapat ini dipimpin oleh waka kesiswaan dan memebahas tentang keseluruhan

penerimaan peserta didik baru. Rapat ini membuka ruang yang cukup luas bagi

panitia-paita lain yang bertugas dalam jalannya proses penenrimaan peserta

didik baru. Rapat ini dicatat dalam notulen rapat, yang terdiri dari; tanggal,

Page 12: Manajemen peserta didik

waktu, tempat, agenda, daftar hadir serta hal-hal yang menjadi keputusan rapat

(Imron, 2011: 51).

c. Pembuatan, pengiriman/pemasangan pengumuman

Hal-hal yang perlu dipublikasikan adalah sebagai berikut:

1) Gambaran singkat mengenai sekolah

2) Persyaratan pendaftaran

3) Cara pendaftaran

4) Waktu pendaftaran

5) Tempat pendaftaran

6) Tempat pendaftaran

7) Biaya pendaftaran

8) Waktu dan tempat untuk seleksi

9) Waktu Pengumuman seleksi

(Imron, 2011: 54)

d. Pendaftaran calon peserta didik baru

Hal-hal yang dibutuhkan pada saat pendaftaran anata lain:

1) Loket pendaftaran

2) Loket informasi

3) Formulir

(Imron, 2011: 57)

e. Seleksi peserta didik baru

1) DANEM

2) PMDK

3) Tes

(Imron, 2011: 60)

f. Penentuan peserta didik yang diterima

Setelah ditentukan peserta didik yang diterima dan tidak diterima, maka pihak

sekolah mengumumankannya melalui 2 cara, yakni:

1) Pegumuman tertutup

Page 13: Manajemen peserta didik

Contoh: melalui surat

2) Pengumuman terbuka

Contoh: ditempel di papan pengumuman sekolah yang terkait

(Imron, 2011: 65)

g. Pendaftaran ulang

Pendaftaran ulang diwajibkan bagi peserta didik baru yang dinyatakan diterima

dalam suatu sekolah. Peserta didik yang mendaftar ulang, dicatat data dirinya

dalam buku induk. Buku induk ialah buku yang memuat data diri penting

peserta didik yang bersekolah di sekolahya (Imron, 2011: 67).

5. Problema Penerimaan Peserta Didik Baru

a. DANEM atau pun nilai tes yang sama antar peserta didik yang mendaftar

dimana keduanya berada pada posisi batas bawah peserta didik baru

b. Adanya peserta didik yang kurang berprestasi namun mendapat kursi dari

pejabat daerah setempat

c. Terbatasnya daya tampung serta sarana dan prasarana

(Imron, 2011: 70)

D. Ketatausahaan Peserta Didik

Ketaatausahaan merupakan hal yang urgen dalam sekolah, karena mengatur

operasional yang ada disewkolah serta tempat pendataan dan pembukuan.Tata usaha

Sekolah (pendidikan) merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan

dilaksanakan/diusahakan secara sengaja dan bersungguh serta membina kegiatan-

kegiatan yang bersifat tulis-menulis (clericalwork) disekolah, agar PBM semakain efektif

dan efisien untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

(Gunawan :170). Dari pengertian tersebut tidak berlebihan jika saya katakan diatas bahwa

ketatausahaan mempunyai peranan urgen (penting) dalam satuan pendidikan (sekolah),

karena dengan adanya ketatausahan inilah yang akan membantu dalam mencapai cita-cita

serta tujuan yang telah dicanangkan oleh sekolah.Dalam ketatausahaan juga dikenal

dengan administrasi Tata Usaha, administrasi tata usaha yaitu serangkaian kegiatan

Page 14: Manajemen peserta didik

mencatat, menyimpan, menggandakan, menghimpun, mengolah, dan mengirim benda-

benda tertulis serta warkat yang pada hakikatnya menunjang seluruh garapan administrasi

sekolah/pendidikan.Jadi administrasi sekolah itu bergerak dalam hal pencatatan dan

pembukuan kegiatan dan operasional sekolah (Gunawan,1996: 170).

Kaitanya dengan peserta didik ketata usahaan bertugas antara lain dalam kegiatan

penerimaan siswa baru, mengisi buku induk dan buku Klaper, penataan siswa dalam

kelas, sampai siswa eksit dari sekolah, pembuatan presensi peserta didik, semuanya

banyak dilakukan kegiatan tulis menulis yang melancarkan seluruh kegiatan administrasi

siswa (Gunawan,1996 :170).

Penerimaan murid baru merupakan tradisi rutin tahunan yang diselenggarakan

oleh satuan pendidikan dimana saja, hal ini dilakukan agar roda pendidikan tidak

terputus.Dalam hal penerimaan murid tata usaha bertugas untuk mengatur jadwal,

menyiapkan brosur, menyiakan formulir pendaftaran, menyediakan buku pendaftaran dan

membuat hard copy pengumuman hasil seleksi penerimaan murid baru

(Subroto ,1986 :36)

Pencatatan Murid dalam buku induk merupakan salah satu tugas dari tata usaha,

catatan dalam buku induk harus lengkap meliputi data dan identitas murid, dimana

sebagian data bisa diambil dari formulir pendaftaran.Buku induk merupakan kumpulan

daftar nama murid sepanjang masa dari sekolah bersangkutan.Selain buku induk siswa,

ada juga yang dinamakan dengan buku klaper, buku ini berfungsi untuk membantu buku

induk, memuat data murid yang penting-penting.Untuk mengisi buku klaper datanya

dapat diambil dari buku induk namun tidak selengkap buku induk itu,daftar nilai juga

tercatat disini.Kegunaan utama buku klaper adalah untuk mencari data murid, apalagi

belum diketahui nomor induknya, hal ini mudah diketemukan dalam buku klaper, karena

nama murid disusun menurut abjad, jadi akan lebih mudah untuk ditemukan (Subroto,

1986 :41-42).

Tugas selanjutnya dari ketata usahaan yang berkaitan dengan peserta didik adalah

mengatur kelas, dalam hal ini disesuaikan dengan daya tampung setiap kelas yang ada

disekolah tersebut, setelah itu dicatat dalam buku induk.Sedangkan untuk pendataan

siswa masuk dan keluar sudah terdapat dalam buku klaper.

Page 15: Manajemen peserta didik

Daftar presensi merupakan tugas yang dikerjakan oleh tata usaha juga, daftar

presensi atau daftar hadir dimaksudkan untuk mengetahui frekuensi kehadiran murid

disekolah sekaligus untuk mengontrol kerajinan belajar mereka.Daftar hadir bisa dibuat

dengan format bulanan atau format mingguan, pada daftar hadir bulanan dicantumkan

nama murid pada sisi yang satu dan tanggal pada sisi yang lain, sedangkan untuk format

presensi mingguan, penekananya lebih pada hadir tidaknya seorang siswa dalam setiap

jam pelajaran dala satu minggu (Subroto, 1986 :46).

E. Layanan Bimbingan Konseling

1. Pengertian

Pengertian bimbingan

Banyak para ahli menyampaikan pendapatnya mengenai pengertian bimbingan .

Sebagai contoh sunaryo kartadinata (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai proses

untuk membantu individu atau peserta didik untuk mencapai proses perkembangan yang

optimal.

Sedangkan menurut rochman natawidjaja (1987:3) mengartikan bahwa bimbingan

proses membantu individu atau peserta didik yang diakukan secara terus menerus atau

berkesinambungan sehingga peserta didik dapat memahami dirinya sendiri dan dapat

bertindak secara wajar sesuai dengan keadaan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

bimbingan adalah suatu proses yang kegiatannya di lakukan secara terus menerus atau

berkesinambungan dan merupakan bantuan atau pertolongan dengan maksud bahwa

yang aktif untuk mengembangkan diri mengatasi masalah atau pengambilan keputusan

terletak pada diri individu atau peserta didik itu sendiri (Tim pengembangan Ilmu

Pendidikan FIP-UPI, Bag 1, 2007: 174).

Pengertian konseling.

Menurut ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa

pengertian konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, konselor

menggunakan pengetahuan dan ilmunya untuk membantu individu atau peserta didik

dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.

Page 16: Manajemen peserta didik

Tiadak ada para tokoh yang dapat mendefinisikan konseling secara komperhensis

dipakai oleh semua golongan dan dari berbagai jenis aliran. Namun berikut ini akan

dijelaskan generalisai yang menggambarkan ciri-ciri dari konseling itu sendiri. Konseling

adalah suatu bentuk hubungan yang bersifat saling membantu, dalam artian mampu

membantu orang lain atau peserta didik dalam memecahkan masalah yang di

hadapinyaserta mampu menghadapi krisis-krisis yang di alami dalam hidupnya. Salah

satu tugas dari knselor adalah menciptakan kondisi fasilitatif yang di perlukan oleh

peserta didik atau individu bagi pertumbuhan dan perkembangannya.hubungan dalam

konseling bersifat interpersonal, hubungan yang terjadi dalam bentuk wawancara secara

tatap muka, tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga memperlihatkan semua unsur

kepribadian antara konselor dan paserta didik. Dalam proses konseling kedua pihak harus

menunjukan sifat yang aslinya karena kegiatan konseling di lakukan secara pribadi dan

rahasia (Tim pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Bag 1, 2007: 176).

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Pengertian bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan yang diberikan

kepada peserta didik baik individu atau kelompak agar peserta didik itu mandiri dan

berkembang secara optimal.

2. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling:

a. Bimbingan konseling dapat di berikan ke semua peserta didik, baik yang

bermasalah ataupun yang tidak bermasalah.

b. Bimbingan dan konseling bersifat individu. Maksudnya adalah bimbingan

konseling memaksimalkan kelebihan yang dimiiki oleh masing-masing peserta

didik.

c. Bimbingan dan konseling menekankan hal yang positif, dengan kata lain bimbingan

konseling memberikan kekuatan dan kesuksesan sehingga dengan bimbingan dan

konseling dapat membangun pandangan, memberikan dorongan dan peluang

kepada peserta didik untuk berkembang.

Page 17: Manajemen peserta didik

d. Bimbingan dan konseing merupakan tugas bersama. Tugas-tugas ini deberikan

kepadakepla sekolah dan guru-guru lain, bukan hanya merupakan beban dari guru

yanag mengampu mata pelajaran bimbingan dan konseling.

e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan

konseling. Bimbingan dan konseling memiliki peran membarikan informasi dan

nasehat kepada peserta didik dalam pengambilan keputusan.

f. Bimbingan don konseling berlangsung dalam berbagai aktivitas kehidupan. Sehinga

bimbingan dan konseling dikatakan bersiifat multi aspek yaitu aspek pribadi, sosial,

pekerjaan dan belajar ( Bakar, Abu.2010 : 36).

3. Fungsi bimbingan dan konseling

Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari manfaat melalui pelayanan tersebut

antara lain:

a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi yang membantu peserta didik untuk mengenali

potensi yang dimiliki, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya.

b. Fungsi pencegahan. Fungsi ini berguna untuk mengantisipasi berbagai masalahyang

mungkin akan terjadi dan bagaimana cara pencegahannya.

c. Fungsi pengembangan. Konselor beserta guru yang lain bekerjasama dalam

merumuskan dan menjaankan program bimbingan sehingga peserta didik dapat

mencapai tugas perkembangannya.

d. Fungsi pengenasan. Tujuannya adalah memberikan bantuan kepada peserta didik

yang mengalami masalah yang menyangkut semua aspek.

e. Fungsi penyaluran. Salah satu tujuan dari fungsi ini adalah membantu peserta didik

dalam memilih ekstra kurikuler dan memilih jurusan.

f. Fungsi adaptasi. Fungsi ini membantu konselor, guru atau dosen dalam

mengadaptasikan program pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan,

minat, kemampuan dan keperluan peserta didik.

g. Fungsi penyesuaian. Fungsi ini membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan

diri terhadap program sekolah, peraturan sekolah secara dinamis dan konstruktif

(Bakar, Abu. 2010 : 38).

Page 18: Manajemen peserta didik

4. Tujuan bimbingan dan konseling

Tujuan dari bimbingan konseling menurut hamrin adalah membantu peserta

didik dalam membuat keputusan, penyesuaian dalam hubungannya dengan situasi

tertentu. Sedangakan tujuan bimbingan konseling menurut Myer adalah untuk

pengembangan yang mengarah pada perubahan positif pada diri peserta didik.Dari

beberapa rumusan tujuan bimbingan konseling di atas dapat dijelasan lebih rinci

sebagai berikut:

a. Pemahaman. Pemahaman disini lebih mengarah kepada bagaimana cara peserta

didik mengkontrol rasional daripada perasaan dan tindakan.

b. Berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini peserta didik dapat membentuk dan

mempertahankan hubungannya dengan orang lain baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

c. Kesadaran diri. Peserta didik diharapkan lebih peka terhadap perasaannya yang

selama ini di pendam.

d. Penerimaan diri. Tujuan ini bermaksud agar peserta didik mengambangkan sikap

positif terhadap diri yang ditandai dengan bagaimana cara menjelaskan kemampuan

yang menjadi subjek kritik atau penolakan.

e. Aktualisasi diri.

f. Pencerahan. Maksudnya dengan adanya pelayanan bimbingan dan konseling

diharapkan peserta didik memiliki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

g. Pemecahan masalah yaitu untuk memecahkan masalah yang tidak bisa di pecahkan

oleh peserta didik itu sendiri.

h. Memiliki keterampilan sosial, dan dapat mempelajari dan menguasai keterampilan

soaial.

i. Perubahan kognitif.

j. Perubahan tingkah laku. Misalnya mengganti pola tingkah laku yang dapat merusak

diri peserta didik.

k. Perubahan sistem.

l. Penguatan. Berhubungan dengan keterampilan, kesadarn dan pengetahuan yang

membat peserta didik mampu mengkontrol pola kehidupannya.

Page 19: Manajemen peserta didik

m. Restitusi. Membantu peserta didik untuk melakukan perubahan kecil dari perilaku

yang dapat merusaknya.

n. Reproduksi dan aksi soasial. Membantu peserta didik agar dapat peka dan peduli

terhadap orang lain di sekitarnya.

Dari keterangan diatas, tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah

untuk mebantu individu atau peserta didik memperkembangkan diri secara optimal

sesuai dengan tahap perkembangan yang di miliki dan sesuai dengan bakat, latar

belakang keluarga, serta setatus sosial ekonomi (Bakar, Abu. 2010: 40).

5. Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah Lanjutan

Model bimbingan dan konseling di sekolah memiliki asumsi sebagai berikut :

a. Program bimbingan dan konseling adalah suatu keutuhan yang dilakasanakan

secara terpadu dan bekerja sama antara personal bimbingan dan konseling dengan

parsonal sekolah lainnya serta keluarga dan masyarakat.

b. Layanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk semua siswa.

c. Tujuan dari adanya bimbingan dan konseling adalah unutk mengoptimalakan

potensi yang di miliki masing –masing siswa (Bakar, Abu . 2010 : 49).

6. Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling

Visi : edukatif, perkembanagan, dan outreach.

Misi : misi pendidikan, misi pengembangan dan misi pengentasan masalah.

7. Personel yang Terlibat dalam Program Bimbingan dan Konseling

Dalam program bimbingan dan konseling personel-personel yang terlibat

didalamnya antara lain : konseor, guru, kepala sekolah, masyarakat, siswa, orang tua

siswa dan masih banyak yang lainnya. Orang tua siswa dan anggota masyarakat

bertugas untuk mengusulkan dukungan kepada konselor. Staf sekolah diberi

kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Kegiatan bimbingan dan konseling

disaiakan dalam materi yang tepat sehingga posisi guru tidak digantikan oleh konselor

di kelas (Bakar, Abu. 2010 : 64).

Page 20: Manajemen peserta didik

8. Fasilitas yang Diperlukan dalam Bimbingan dan Konseling

Agar bimbingan dan konseling berjalan secara efektif diperlukan ruangan untuk

konseling secara individual. Kantor pusat bimbingan menyediakan perpustakaan dan

data base komputer yang dapat memberi informasi dan bahan perencanaan karir dan

serta kesempatan pendidikan (Bakar, Abu. 2010 : 65).

9. Implementasi Program Bimbingan dan Konseling

Tujuh langkah dalam mengimplementasikan bimbingan dan konseling :

a. Mendiskusikan program dengan konselor atau kepala sekolah serta kepada guru

pembimbing.

b. Mendukung dan mempersiapkan kemampuan yang di perlukan untuk

melaksanaknan program

c. Menyebar luaskan perubahan-perubahan yang di usulkan dalam program tersebut

kepada siswa, masyarakat dan personel yang lain.

d. Melakukan analisis dan pengkajian ulang mengenai keuangan, sumber manusia.

e. Melakukan analisis mengenai berbagai kebutuhan.

f. Mengidentifikasi kemampuan siswa untuk mengembangkan program bimbingan

dan konseling.

g. Membuat evaluasi untuk memilai siswa dan personel bimbingan konseling yang

lain tentang keberhasilan program yang di jalankan (Bakar, Abu . 2010 : 66).

10. Jenis Layanan Konseling Di Sekolah

a. Layanan pengenalan yang di tujukan kepada siswa baru untuk memberikan

pemahaman dan penyesuaian terhadap lingkungan sekolah yang baru

dimasukinya.

b. Layanan penguasaan konten yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman

kepada siswa mengenai sikap dan kebiasaan belajar yang baik serta kemampuan

yang berguna di dalam kehidupan dan perkembangannya.

c. Layanan konseling perorangan yang memungkinkan siswa dapat bercerita

mengenai masalah yang dihadapinya secara tatap muka langsung kapada

konselornya.

Page 21: Manajemen peserta didik

d. Layanan bimbingan kelompok yang dimaksudkan untuk memberikan bekal ilmu

yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari- hari secara bersama-sama

dengan mendengarkan satu orang narsumber.

e. Layanan konseling kelompok yang bertujuan untuk membantu siswa

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan dinamika kelompok,

f. Layanan konsultasi yang dimaksudkan untuk memberi pengetahuan kepada siswa

mengenai tata cara menyelesaikan masalah pihak ketiga.

g. Layanan mediasi yang dimaksudkan agar siswa yang satu dengan siswa yang lain

memiliki hubungan yang positif dan kondusif (Bakar, Abu. 2010 : 68).

11. Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi – Sosial.

Isi layanan dasar tersebut antara lain :

a. Macam-macam kaidah ajaran agama

b. Praktik menjalankan ajaran agama.

c. Contoh-contoh hubungan menurut ajaran agama.

d. Fakta perubahan fisik dan psikis pada remaja.

e. Konsep pola hidup sehat

f. Upaya mengembangkan kondisi hidup sehat.

g. Pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap hubungan sosial dengan orang

lain.

h. Pengembangan pengaruh positif dan menghindar pengaruh negatif terhadap

perubahan fisik dan psikis terhadap hubungan sosial dengan orang lain.

i. Konsep kemauan minat dan bakat.

j. Motivasi dan semangat untuk menguasai pengetahuan sesuai dengan program

sekolah, dll (Bakar, Abu.2010 : 77) .

12. Ketentuan, Aplikasi dan Pemasalahan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

a. Ketentuan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia di atur di dalam Undang-Undang

yang berlaku,baik yang tercantum maupun yang dirumuskan secara khusus,

misalnya dalam peraturan pemerintah dan keputusan menteri. Pada tahun 1989

Page 22: Manajemen peserta didik

diberlakukan undang-undang No.2/1989 tenteng sistem pendidikan Nasional.

Didalam peraturan tersebut salah satunya memuat peraturan tentang bimbingan

dan konseling yang adakan di sekolah.

Bimbingan dan konseling di sekolah berperan juga dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa melalui pelyanan-pelayanan yang di berikan kepada peserta

didik yang digunakan untuk mengembangkan pribadi positif pada dirinya serta

potensi yang dimilikinya.

UUD 1945 Bab XIII, Pasal 31 ayat :

1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran

yang diatur dengan undang-undang.

3) Pemerintah memajukan kebudayaan nasional.

Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, diselenggarakan oleh

pejabat fungsional secara resmi yang dinamakan konselor atau guru BK

(Bakar, Abu. 2010 : 83).

F. Sidang Kenaikan Kelas/Kelulusan dan Mutasi

1. Sidang Kenaikan Kelas

Sidang kenaikan kelas dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik

berhak untuk melanjutkan belajar ke tingkat yang lebih tinggi atau tetap.

Pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan kenaikan tingkat meliputi :

1. Prestasi Peserta didik.

Peserta didik dapat dinyatakan naik kelas apabila nilainya berada di atas

rata-rata kelas. Jika nilai peserta didik berada di bawah rata-rata kelas maka

peserta didik tidak dapat dinaikkan kecuali dengan pertimbangan-pertimbangan

tertentu yang membolehkan.

2. Waktu Kenaikan Tingkat

Peserta didik hanya akan dapat dinaikkan dengan waktu yang telah

ditentukan. Jika masa kenaikan tingkat belum pada waktunya, maka peserta didik

Page 23: Manajemen peserta didik

tidak dapat dinaikkkan dengan sendirinya. Hal ini merupakan konsekuensi dari

pengadaan pengajaran yang bersifat klasikal.

3. Persyaratan administratif Sekolah.

Persyaratan administratif sekoah merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam penentuan kenaikan kelas peserta didik. Persyaratan administrative

ini berupa presentase kehadiran peserta didik. Peserta didik dinyatakan naik kelas

jika memenuhi persyaratan berdasarkan kebijakan sekolah. Walaupun nilainya di

atas rata-rata, dan dari segi periode waktu memenuhi syarat untuk naik kelas,

namun peserta didik dapat dinyatakan tidak naik kelas/ lulus jika absensinya tidak

memenuhi syarat berdasarkan kebijakanaan sekolah, maka yang bersangkutan

juga perlu dipertimbangkan kenaikannya.

2. Mutasi Peserta Didik

Mutasi peserta didik adalah perpindahan peserta didik dari kelas satu ke kelas

yang lain yang berada pada satu tingkatan atau berpindah dari satu sekolah ke

sekolah yang lain yang sejajar. Peserta didik berhak untuk bermutasi atau berpindah

ke sekolah lain sesuai yang diminati dengan persyaratan tertentu sesuai dengan

kebijakan sekolah yang akan menerimanya. Hal ini dilakukan untuk mencegah

adanya penumpukan hanya pada sekolah tertentu saja (Imron, 2011: 153).

Macam-macam Mutasi

Mutasi Intern

Mutasi Intern adalah berpindahnya peserta didik dari satu kelas ke kelas lain

yang berada dalam satu tingkat, baik yang sama jurusannya atau yang

berbeda jurusannya.

Mutasi Ekstern

Mutasi Intern adalah berpindahnya peserta didik dari satu sekolah ke

sekolah yang lain dalam satu jenis, dan satu tingkatan. Hal ini dilakukan

banyak pada sekolah negeri. Namun pada sekolah swasta perpindahan

peserta didik ke sekolah lain dengan jenis sekolah yang berlainan sering

dilakukan sekolah swasta yang kekurangan peserta didik. Untuk sekolah

negeri, hal ini menjadi persoalan.

(Imron, 2001: 153)

Page 24: Manajemen peserta didik

Sebab-Sebab Peserta Didik mutasi :

Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:

Peserta didik tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah terebut

Malas

Tidak cocok dengan sekolah tersebut

Ketinggalan pelajaran

(Imron, 2011: 154)

Yang bersumber pada keluarga adalah:

Mengikuti orang tua pindah kerja

Orang tua meminta pindah

Mengikuti orang tua transmigrasi

(Imron, 2011: 154)

Yang bersumber dari sekolah adalah :

Guru sering tidak masuk

Jarak sekolah jauh dan susah dijangkau

Sekolah dibubarkan

Fasilitas sekolah tidak lengkap

(Imron, 2011: 155)

Yang bersumber dari teman sebaya

Bertengkar dengan teman

Diancam oleh teman

Tidak cocok dengan teman

Usia peserta didik sangat berbeda jauh dengan teman sebayanya.

(Imron, 2011: 155)

Yang yang bersumber dari lain-lain:

Sekolah dilanda banjir

Sekolah tiba-tiba ambruk karena sudah terlalu tua

Terjadinya bencana alam disekitar sekolah

Terjadi peperangan sehingga tidak memungkinkan adanya kegiatan

pembelajaran (Imron, 2011: 154)

BAB III

Page 25: Manajemen peserta didik

PENUTUP

manajemen merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih

dengan peraturan yang ditentukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Sedangkan untuk peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengeksplor

dirinya melalui suatu proses pendidikan pada jalur, jenjang maupun jenis pendidikan

tertentu. Oleh karena itu, pengertian manajemen peserta didik yaitu usaha pengaturan yang

ditujukan secara khusus terhadap peserta didik yang berkaitan dengan kegiatan proses

belajar dan beraktivitas dari pertama masuk sekolah sampai lulus.

Manajemen peserta didik ini merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan

pendidikan. Karena dengan adanya manajemen khususnya manajemen peserta didik, proses

pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan

yang diharapkan dari suatu lembaga/sekolah untuk peserta didiknya.

Manajemen peserta didik meliputi banyak hal, diantaranya yakni, mengatur tentang

penerimaan peserta didik baru dan mencakup pula tentang bimbingan konseling bagi peserta

didik. Selain itu, ketatausahaan peserta didik tersebut juga termasuk kedalam manajemen

peserta didik. Ada pula mengenai sidang kenaikan kelas dan mutasi peserta didik semuanya

dimasukkan kedalam manajemen peserta didik tersebut. Jika tidak ada manajemen pesrta

didik dalam sekolah, maka proses pendidikannya di sekolah tersebut tidak akan teratur dan

tidak tercapai tujuan yang diharapkan.

Page 26: Manajemen peserta didik

Daftar Pustaka

Bakar, Abu. 2010. Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktek. Bandung :

Citapustaka Media Perintis.

Gunawan, Ari H. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta :PT Rineka Cipta.

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang: Bumi Aksara.

Subroto, Suryo. 1988. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Jakara:PT Bina Aksara.

(Pidarta, 1988: 4).

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bag 1 FIP-UPI :

PT. Imperial Bhakti Utama