3
1. Manifestasi Klinis Luka Bakar a. Takikardia b. Tekanan darah turun c. Ekstremitas dingin dan perfusi buruk d. Perubahan tingkat kesadaran e. Dehidrasi (Penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin, lidah dan kulit kering) f. Peningkatan frekuensi nafas g. Pucat (tidak ada pada luka bakar derajat kedua dan ketiga) Manifestasi luka bakar berdasarkan derajat luka, sebagai berikut: a. Derajat Satu (Superfisial): tersengat matahari, terkena api dengan intensitas rendah - Bagian Kulit Yang Terkena: Epidermis - Gejala: Kesemutan, hiperestesia (supersensivitas), rasa nyeri mereda jika didinginkan - Penampilan luka: Memerah, menjadi putih ketika ditekan minimal atau tanpa edema - Waktu kesembuhan: Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu, terjadi pengelupasan kulit b. Derajat Dua (Partial-Thickness): tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api - Bagian kulit yang terkena: Epidermis dan bagian dermis - Gejala: Nyeri, hiperestesia, sensitif terhadap udara yang dingin - Penampilan luka: Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka basah, terdapat edema - Waktu kesembuhan: Kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu, pembentukan parut dan depigmentasi, infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat-tiga c. Derajat Tiga (Full-Thickness): terbakar nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama, tersengat arus listrik - Bagian kulit yang terkena: Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan

Manifestasi Klinis Luka Bakar

  • Upload
    yuni

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Manifestasi Klinis Luka Bakar

Citation preview

Page 1: Manifestasi Klinis Luka Bakar

1. Manifestasi Klinis Luka Bakara. Takikardiab. Tekanan darah turunc. Ekstremitas dingin dan perfusi burukd. Perubahan tingkat kesadarane. Dehidrasi (Penurunan turgor kulit, penurunan haluaran urin, lidah dan kulit kering)f. Peningkatan frekuensi nafasg. Pucat (tidak ada pada luka bakar derajat kedua dan ketiga)

Manifestasi luka bakar berdasarkan derajat luka, sebagai berikut:a. Derajat Satu (Superfisial): tersengat matahari, terkena api dengan intensitas rendah

- Bagian Kulit Yang Terkena: Epidermis- Gejala: Kesemutan, hiperestesia (supersensivitas), rasa nyeri mereda jika didinginkan- Penampilan luka: Memerah, menjadi putih ketika ditekan minimal atau tanpa edema- Waktu kesembuhan: Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu, terjadi

pengelupasan kulit

b. Derajat Dua (Partial-Thickness): tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api- Bagian kulit yang terkena: Epidermis dan bagian dermis- Gejala: Nyeri, hiperestesia, sensitif terhadap udara yang dingin- Penampilan luka: Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak,

permukaan luka basah, terdapat edema- Waktu kesembuhan: Kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu, pembentukan parut dan

depigmentasi, infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat-tiga

c. Derajat Tiga (Full-Thickness): terbakar nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama, tersengat arus listrik- Bagian kulit yang terkena: Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan

subkutan- Gejala: Tidak terasa nyeri, syok, hematuria (adanya darah dalam urin) dan kemungkinan

pula hemolisis (destruksi sel darah merah), kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik)

- Penampilan luka: Kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong, kulit retak dengan bagian lemak yang tampak, terdapat edema

- Waktu kesembuhan: Pembentukan eskar, diperlukan pencangkokan, pembentukan parut dan hilangnya kontur serta fungsi kulit, hilangnya jari tangan atau ekstrenitas dapat terjadi

2. Pemekrisaan Diagnostik

1) Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/ kehilangan cairan.

Page 2: Manifestasi Klinis Luka Bakar

2) Nilai analisis gas darah arteri-asidosis metabolik (pH turun, tekanan parsial karbondioksida [Pco2] naik, dan tekanan parsial oksigen [Po2] turun)

3) Kadar elektrolit serum- menurun karena menghilang ke daerah trauma dan ruang interstisial4) Kadar glukosa serum- meningkat karena glikoneogenesis atau pemecahan glikogen akibat

stress5) Nitrogen urea darah (BUN)- meningkat karena kerusakan jaringan dan oliguria6) Klirens kreatinin- meningkat karena kerusakan jaringan dan oliguria7) Kadar protein serum-menurun disebabkan oleh pemecahan protein karena kebutuhan

energi yang meningkat. (Cecily Lyn Betz & Linda A. Sowden, 2009)8) Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/ gangguan

pompa natrium.9) Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan

kehilangan protein.10) Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi11) Skan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi12) EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.13) BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.14) Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

(Doenges, 2000, 804)

3. Fase Penyembuhan Luka

1. Fase inflamasi

Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, mulai timbul epitelisasi.

2. Fase proliferasi

Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses pematangan.

3. Fase maturasi

Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.