Upload
anisah-mahmudah
View
100
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Buku petunjuk pembibitan dan pengembangan mikoriza pada akar untuk kesuburan tanaman
Citation preview
BOOKLETTEKNIK PRODUKSI BIBIT
BERMIKORIZA
BOOKLETTEKNIK PRODUKSI BIBIT
BERMIKORIZA
DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA
Sumedang, Desember 2006
Sumedang, Desember 2006
DEPARTEMEN KEHUTANANDIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTANJAWA DAN MADURA
Jl. Raya Tanjungsari Km.22, Sumedang,Jawa Barat. Tlp. (022) 7911343, 7912525
BOOKLETTEKNIK PRODUKSI BIBIT
BERMIKORIZA
Booklet Teknik Produksi Bibit Bermikorizaditerbitkan oleh:Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan MaduraJl. Raya Tanjungsari Km 22 SumedangTELP. 022 7911343, 7912525Jawa Barat
Editor :1 Ir. Harijoko, Sp. MM.2. Ir. Sumarjo, MSi.3. Ir. Iman Budiman4. Eman Suherman,S Hut.5.Tocin
Sampul dan tata letak(layout) : Agung Suwondo.
Desember 2006
Buku ini diterbitkan untuk umum dan bukan untuk diperdagangkan
KATA PENGANTAR
Booklet Teknik Produksi Bibit Bermikoriza ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan salah satu dari teknik memproduksi bibit bermikoriza dalam rangka menyediakan bibit berkualitas untuk mendukung program rehabilitasi hutan dan lahan kritis. Bibit bermikoriza memiliki beberapa keunggulan untuk ditanam pada lahan merginal yang telah terdegradasi. Di dalam Booklet ini dijelaskan secara rinci mengenai pengertian mikoriza, macam-macam tipe mikoriza, perkembangan mikoriza dan diakhiri dengan teknik isolasi dan inokulasi mikoriza. Dengan memahami isi tulisan ini maka akan dapat memperoduksi bibit bermikoriza yang berkualitas.Demikian Booklet ini disusun dengan harapan dapat berguna bagi para pihak yang berminat untuk memproduksi bibit berkualitas dalam rangka meningkatkan produktivitas hutan.
Sumedang, Desember 2006Kepala Balai BPTH Jawa dan Madura
Ir. Harijoko SP, MMNIP. 080 056 541
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
DAFTAR ISI
halamanKATA PENGANTAR ------------------------------ iDAFTAR ISI -----------------------------------------iiiDAFTAR TABEL -----------------------------------ivDAFTAR GAMBAR -------------------------------iv
PENDAHULUAN ---------------------------------- 1
PENGERTIAN MIKORIZA ---------------------- 5Definisi Mikoriza--------------------------------- 5Tipe-tipe Asosiasi Mikoriza --------------------- 5
MANFAAT MIKORIZA -------------------------- 13
PERKEMBANGAN MIKORIZA --------------- 19Struktur dan Tahap Perkembangan
Mikoriza ------------------------------------ 19Faktor-faktor yang Mempangaruhi Perkem-
bangan Mikoriza ----------------------------- 23
TEKNIK ISOLASI DAN INOKULASI MIKORIZA ------------------------------------- 27Teknik Isolasi VA Mikoriza --------------------- 27Teknik inokulasi Mikoriza ---------------------- 28
DAFTAR PUSTAKA-------------------------------- 45
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza iii
DAFTAR TABEL
No Teks halaman
Tabel 1. Ringkasan kunci perbedaan antara tipe-tipe asosiasi mikoriza (Harley & Smith, 1983).......................11
DAFTAR GAMBAR
No Teks halaman
Gambar 1. Struktur Vasikula, arbuskula dan spora Endomikoriza ........................10
Gambar 2. Struktur hyfa dan tubuh buah ektomikoriza ..................................10
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikorizaiv
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza 1
PENDAHULUAN
Mikoriza merupakan asosiasi mutualisme antara
cendawan di tanah dan akar tanaman. Bibit
bermikoriza memiliki keunggulan untuk mampu
bertahan hidup pada kondisi lahan marginal. Oleh
karena itu bibit bermikoriza sangat baik untuk
ditanam dalam rangka rehabilitasi lahan kritis, yang
pada umumnya lahannya sudah marginal.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit
bermikoriza memiliki pertumbuhan yang lebih
optimal daripada bibit non mikoriza. Kelebihan
bibit bermikoriza antara lain:
1. Bibit bermikoriza lebih tahan terhadap
kekeringan
Bibit yang bermikoriza akarnya diselimuti oleh
hifa-hifa eksternal yang menyebar luas disekitar
zona rhizosfer. Hifa tersebut memiliki sifat
seperti kapas yang memiliki daya absorpsi air
yang sangat tinggi. Ukuran diameter hifa
sangat kecil sehingga mampu menerobos pori-
pori mikro tanah dan menambah daerah jelajah
serapan air di tanah. Dengan demikian bibit
bermikoriza mampu menyerap air dalam
kapasitas yang tinggi serta efisiensi dalam
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
2
penyerapannya. Daerah sekitar rhizosfer pada
bbit yang bermikoriza biasanya lebih lembab
karena banyak eksudat yang dipertukarkan.
Ingkungan tersebut memberikan keuntungan
bagi mikroorganisme tanah yang bermanfaat
untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
2. Bibit bermikoriza lebih tahan terhadap serangan
patogen akar
Akar bibit yang berasosiasi dengan cendawan
ME memiliki pelindung berupa mantel dan
jaring hartig dipermukaan akar. Akar yang
terinfeksi mikoriza mengalami pembengkakan
membentuk struktur monokotom, dikotom
bahkan trikotom. Selain itu hifa cendawan
mikoriza ada yang mengeluarkan eksudat yang
bersifat toksik bagi patogen akar. Dengan
demikian akar bermikoriza memiliki
kemampuan perlindungan dari gangguan luar
baik secara fisik maupun secara kemis.
3. Bibit bermikoriza memiliki efeiensi dalam
penyerapan unsur Phospor
Bibit bermikoriza sangat efektif dalam
penyerapan unsur phospor (P) tanah, apalagi
dalam keadaan P tanah kurang tersedia karena
diikat oleh unsur lain. Unsur P ini menjadi faktor
pembatas pada lahan-lahan marginal. Dengan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
absorpsi unsur P yang cukup , maka
pertumbuhan tanaman menjadi optimal.
4. Bibit bermikoriza memiliki pertumbuhan yang
lebih cepat
Daya jelajah absorpsi unsur hara oleh bibit
bermikoriza menjadi lebih luas dikarenakan
bibit tersebut mendapat perpanjangan saluran
melalui hifa eksternal. Ketersediaan unsur
fosfor di tanah sering menjadi faktor pembatas
pertumbuhan bibit. Mikoriza dapat membantu
penyerapan unsur fosfor secara efektif dan
efisien. Disamping itu mikoriza dapat memacu
produksi hormon seperti auksin untuk memacu
pertumbuhannya.
Isolat mikoriza banyak tersedia di alam, di bawah
tegakan hutan, pada lapisan tanah top soil. Jenis
ektomikoriza sering ditemukan dalam tanah di
bawah tegakan pinus dan meranti, sedangkan untuk
jenis endomikoriza (CMA) sering ditemukan
dibawah tegakan leguminosae seperti sengon,
sesang, kemelandingan, plamboyan dan sebagainya.
Dengan mengetahui teknik eksplorasi dan isolasi
serta inokulasi mikoriza, maka spora mikoriza dapat
diperbanyak agar tetap tersedia untuk digunakan.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
3
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
4
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
PENGERTIAN MIKORIZA
DEFINISI MIKORIZA
Mikoriza merupakan asosiasi mutualisme antara
cendawan di tanah dan akar tanaman. Pasangan pada
asosiasi ini adalah anggota kerajaan cendawan
(Basidiomycetes, Ascomysetes dan zygomycetes)
dan sebagian besar tanaman berpembuluh (Harley &
Smith 1983, Kendrick 1992, Brundett 1991). Kata
mikoriza berasal dari kata mykes yang berarti
cendawan dan Rhiza yang berarti akar. Mikoriza
merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualisme
antara cendawan dengan akar tanaman. Hubungan
m u t u a l i s m e t e r s e b u t s a n g a t t i n g g i
ketergantungannya yaitu tanaman inang menerima
hara mineral sementara cendawan menerima
senyawa karbon hasil fotosisntesis. Asosiasi
mikoriza melibatkan interaksi tiga komponen yatu
tanaman inang, cendawan mutualistik dan tanah.
TIPE-TIPE ASOSIASI MIKORIZA
Secara umum terdapat tujuh tipe mikoriza yang telah
dikenal, melibatkan banyak kelompok cendawan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
5
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
dan tanaman inang. Tipe-tipe asosiasi tersebut antara
lain:
1. Mikoriza vesikula-arbuskula
>Mikoriza vasikula arbuskula (MVA/VAM)
sering disebut Endomikoriza. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa tidak semua MVA memiliki
vasikula sehingga muncul sebutan Cendawan
Mikoriza arbuskula (CMA). Endomikoriza ini
merupakan asosiasi dari cendawan Zygomycetes
anggota Glomales yang menghasilkan arbuskula,
hifa dan vesikula di dalam akar.Spora dibentuk di
tanah dan akar. Asosiasi ini didefinisikan dengan
kehadiran arbuskula (Gambar 1). Cendawan dalam
akar tersebar berupa hifa lurus atau koil. Beberap
karakteristik yang bisa dikenali untuk cendawan
endomikoriza adalah sebagai berikut:
>Perakaran yang kena infeksi tidak membesar
>Cendawan membentuk struktur lapisan hifa
tipis pada permukaan akar, tetapi tidak
setebal mantel pada ektomikoriza
>Hifa menyerang masuk ke dalam individu sel
jaringan korteks
>Adanya struktur khusus berbentuk oval yang
disebut arbuscules
Sampai saat ini telah diketahui ada enam genus yang
menghasilkan VA mikoriza yaitu Glomus dan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
6
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Sclerocystis (famili Glomaceae), Gigaspora,
Scutellospora (Famili Gigasporaceae), Acaulaspora
dan Entropospora (famili Acaulosporaceae). Jenis
yang diketahui mampu berasosiasi antara laian
famili leguminosae.
2. Ektomikoriza
Ektomikoriza sering disebut Mikoriza Ekto
(ME), merupakan asosiasi dari cendawan
Basidiomycetes dan lainnya yang membentuk
bengkalan pada akar lateral pendek yang
diselubungi oleh mantel hifa (Gambar 2). Pada
akar terdapat jaring Hartig yaitu hifa yang
mengitari sel epidermis atau korteks. Beberapa
karakteristik yang dapat dilihat pada
ektomikoriza adalah (Setiadi, 1989):
>Akar yang kena infeksi biasanya membesar
dan bercabang serta rambut-rambut akar
tidak ada
>Dalam suatu penampang melintang, nampak
permukaan akar ditutupi secara lengkap oleh
miselia yang biasa disebut dengan fungal
sheat
>Nampaknya beberap hifa yang menjorok
keluar yang disebut sebagai rhizomorphs.
Hifa ini berfungsi sebagai alat yang efektif
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
7
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
untuk penyerapan unsur hara
>Nampak hifa membentuk struktur seperti net
(jala) diantara dinding sel-sel jaringan
korteks, biasa disebut sebagai hartig net
>Hifa tidak menyerang (masuk) ke dalam sel,
tetapi haya berkembang di antara dinding-
dinding sel jaringan korteks.
Beberapa genera cendawan pembentuk
ektomikoriza diantaranya amanita, Boletellus,
Boletinus, Boletus, Clitocybe, Collybia,
Laccaria, Lactarius, Rhizopogon, Pisolithus,
Scleroderma dan Suillus ( De La Cruz 1979).
Jenis yang diketahui mampu berasosiasi anata
laian Dipterocarpaceae, eucaliptus, dan pinus.
3. Ektendomikoriza
Ektendomikoriza merupakan suatu bentuk
intermediate antara ekto dan endomikoriza.
Mikola (1965) dan Laiho (1976) memberikan
ciri-ciri ektendomikoriza sebagai berikut:
! Adanya selubung tipis berupa jaring hartig
! Terdapat hifa tebal intraseluler yang
menggelembung
! Kadang-kadang selubung tersebut hilang
! Hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks
dan juga sel-sel korteksnya.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
8
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
4. Arbutroid
Asosiasi ini sama seperti ektomikoriza
karakteristiknya, sering ditemukan pada
tanaman Ericales.
5. Monotroid
Asosiasi ini sama seperti ektomikoriza
karakteristiknya, sering ditemukan pada
tanaman monotropaceae.
6. Ericoid
Asosiasi ini memiliki gulungan hifa di sel
bagian dalam dari “akar rambut” sempit
tanaman ordo Ericales. Asosiasi ini juga
d i temukan pada akar tebal anggota
Epacridaceae.
7. Orchid
Memiliki hifa koil di dalam akar atau batang
tanaman famili Orchidaceae. Semai anggrek
muda dan beberapa tanaman dewasa yang
kehilangan klorofilnya, semuanya tergantung
pada cendawan mikoriza untuk kelangsungan
hidupnya.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
9
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Gambar 1. Struktur Vasikula, arbuskula dan spora
Endomikoriza
Gambar 2. Struktur hyfa dan tubuh buah ektomikoriza
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
10
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Perbedaan tiap sosiasi tersebut, secara ringkas dapat dilihat
pada Tabel 1.Tabel 1. Ringkasan kunci perbedaan antara
tipe-tipe asosiasi mikoriza (Harley & Smith, 1983)
Ket
eran
gan.
-=
tidak
ada,
+=ad
a,(+
)=ka
dang
ada,
(-)
=ka
dang
tidak
ada,
+-=
adak
atau
tidak
ada,
Bas
id+
basi
diom
ycet
es,A
sco
=A
scom
ycet
es,Z
ygo
=Z
ygom
ycet
es
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
11
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
12
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
MANFAAT MIKORIZA
Secara umum mikoriza memiliki fungsi sebagai (1)
membantu meningkatkan suplai hara kepada
tanaman,terutama unsur P, (2) melindungi akar
tanaman dari serangan patogen akar, (3)
meningkatkan ketahanan terhadapo kekeringan dan
(4) Memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh.
Beberapa penelitian terkait melaporkan mengenai
manfaat dari mikroriza, sebagai berikut:
a. Manfaat bagi tanaman
1. Meningkatkan suplai hara tanaman dengan
menambah luas daerah serapan pada tanah
yang bisa dijangkau oleh tanaman
2. Meningkatkan suplai haea tanaman dengan
menyerap bentuk hara yang secara normal
tidak tersedia bagi tanaman.
3. Beberapa cendawan ME dan erikoid
memiliki kemampuan memecahkan
senyawa fenol di tanah yang dapat
menghambat pengambilan hara (Bending &
Read 1997).
4. Kolonisasi akar oleh cendawan ME dan
MVA dapat terlindung dari cendawan parasit
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
13
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
dan nematoda ( Duchesne et all 1989,
Grandmaison et all 1993, Newsham et all
1995, Little & Maun 1996, Cordier et all
1998, Morin et all 1999).
5. Manfaat nonhara bagi tanaman disebabkan
adanya perubahan status air, tingkat
fitohormon, asimilasi karbon dsb, telah
dilaporkan namun sulit dimengerti
(Brundrett 1991, Smith & Read 1997).
6. Manfaat mikoriza meliputi peningkatan
hasil, akumulasi hara, dan/atau keberhasilan
reproduksi (Lewis & Koide 1990, Stanley et
all 1993).
7. Mikoriza dapat menyebabkan perubahan
pertumbuhan arsitektur akar dan jaringan
pembuluh dsb. (Daniels Hetrick et all, 1988,
Miller et all 1997)
8. Penekanan terhadap kompetisi dari tanaman
bukan inang oleh cendawan mikoriza telah
diamati (Allen et all, 1989).
9. Jumlah transfer karbon yang significant
melalui miselia cendawan ME yang
menghubungkan beberapa jenis tanaman
telah diukur (Simard et all, 1997),Hal ini
dapat menurunkan kompetisi di antara
tanaman dan berkontribusi terhadap
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
14
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
stabilitas dan keragaman ekosistem.
10. Jaringan hifa yang dibangun oleh pohon
dominan dapat menolong anakan untuk bisa
mapan atau berkontribusi terhadap
pertumbuhan tanaman yang ada di bawah
naungan (Hogberg et all, 1999, Horton Iet
all, 1999)
11.Transfer hara dari tanaman yang mati ke
tanaman yang hidup dapat terjadi (Eason et
all, 1991).
b. Manfaat bagi ekosistem
1. Hifa hara nampaknya memiliki peranan
penting dalam siklus hara yang mencegah
hilang dari sitem, terutama bila akar tidak
aktif
2. Hifa merupakan saluran yang dapat
mentransport karbon dari akar tanaman ke
organisme tanah lainnya yang terlibat dalam
proses siklus hara- yang bekerja sama
dengan anggota pendekomposisi tanah
lainnya dalam jaringan-jaringan makanan.
3. Hifa tanah juga berperan penting dalam
siklus hara dengan penyerapan hara dari
cendawan saprofit (Lindahl et all, 1999).
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
15
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
4. Sporocarf epigeous dan hypogeous
cendawan ME dan MVA merupakan sumber
makanan penting bagi mamlia berplacenta
dan berkantung (Claridge & May 1994,
McGree & Baczocha 1994, Janos et all 1995,
Mcilwee & Johnson 1998).
5. Akar bermikoriza dan tubuh buah cendawan
penting sebagai sumber makanan dan habitat
bagi invertebrata (Fogel & Peck 1975,
Rabatin & Stiner 1989, Lawrence & Milner
1996).
6. Hifa cendawan bermikoriza merupakan
sumber makanan penting bagi invertebrata
tanah (Setala 1995, Ingham & Massicotte
1994).
7. Mikoriza mempengaruhi populasi mikroba
tanah dan mengeluarkan eksudat ke
mikorizosfer dan hifosfer (Ames at all, 1984,
Bansal & Mukerji 1994, Olsson et all, 1996,
Andrade et all. 1998.)
8. Hifa cendawan MVA dapat mempengaruhi
struktur tanah. Peranannya mengagregasi
secara mekanik telah dipertanyakan (Degens
et all. 1994), namun sekresi zat semacam
glomalin akan lebih penting (Wright &
Upadhaya 1998). Jalinan hifa yang
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
16
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
dihasilkan cendawan ME dapat mengubah
struktur tanah (Griffiths et all, 1992).
9. Cendawan mikoriza berkontribusi terhadap
penyimpanan karbon dalam tanah dengan
mengubah bahan organik tanah, baik kulaitas
maupun kuantitasnya (Ryglewicz &
Andersen, 1994).
C. Manfaat bagi masyarakat
1. Cendawan ME penting secara ekonomi dan
nutrisi sebagai sumber makanan manusia
(Arora 1991, Kalotas 1996).
2. Cendawan juga dapat digunakan sebagai
obat dan pewarna alami (Arora 1991,
Morgan 1995).
3. Cendawan memiliki nilai estetis sebagai
bagian dari keindahan alam (Findlay. 1982,
Morgan 1995).
4. Keragaman cendawan merupakan
bioindikator kualitas lingkungan.
5. Cendawan yang telah teradaftasi dengan
kondisi tanah lokal dibutuhkan bagi
pertanian, hortikultura dan kehutanan.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
17
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
18
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
PERKEMBANGAN MIKORIZA
STRUKTUR DAN TAHAP
PERKEMBANGAN MIKORIZA
1. Tahap perkembangan Mikoriza arbuskula
Asosiasi mikoriza arbuskula ini akan terbentuk
ketika akar tanaman inang dan cendawan yang
cocok keduanya aktif saling mendekati pada
kondisi tanah yang sesuai. Asosiasi mikoriza
arbuskula dimulai oleh dengan perkecambahan
spora, yang kemudian menhasilkan hifa. Hifa
yang dihasilkan dari perkecambahan spora
mikoriza memiliki kemampuan terbatas untuk
tumbuh dan berkembang dan akan mati bila
tidak bertemu akar tanaman yang sesuai dalam
waktu satu minggu. Hifa yang lebih tahan adalah
hifa yang berasal dari tanah atau dari potongan
akar yang disebut dengan hifa eksternal atau
ekstraradik.
Hifa tanah ini kan tumbuh dan berkembang
mendekati akar baru yang cocok, membangun
kontak dan tumbuh sepanjang permukaannya.
Satu atau lebih hifa yang menempel di
permukaan akar akan menghasilkan bengkakan
yang disebut appresoria diantara sel epidermis.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
19
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Selanjutnya hifa dan appresoria ini
mempenetrasi ke dalam sel epidermis atau
korteks untuk masuk ke dalam akar. Hifa ini
melewati hifodermis dan mulai bercabang di
korteks bagian luar.
Dijelaskan oleh Mark dan Kozlowski (1977),
bahwa proses penetrasi interseluler di dalam
akar dapat terjadi secara fisik dan kimia. Secara
fisik dapat dilakukan apabila ukuran diameter
hifa lebih kecil daripada diameter celah antara
dinding sel dan secara kimia terjadi apabila
diameter hifa sama atau lebih besar dari
diameter ruang antar dinding sel, sehingga
cendawan akan mengeluarkan suatu enzim yang
berfungsi untuk menghncurkan dinding sel agar
hifa dapat masuk di antara sel.
Selanjutnya hifa tak bersepta menyebar
sepanjang korteks dalam dua arah dari titik
masuk membentuk koloni. Selanjutnya akan
terbentuk struktur arbuskula di dalam sel
korteks akar. Arbuskula ini dibentu oleh
percabangan dikotomi yang berulang dengan
lebar hifa yang mengecil, yang dimulai dari
tangkai hifa awal (berdiameter 5-10 µm) dan
berakhir pada cabang hifa halus (diameter < 1
µm).
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
20
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Arbuskula mulai terbentuk kira-kira 2 hari
setelah masuk ke akar, yang tumbuh di dalam
masing-masing sel korteks akar, namun
menyisakan sitoplasma di bagian luar.
Arbuskula merupakan tempat utama terjadinya
pertukaran antara cendwan dan tanaman inang.
Pembentukan arbuskula di ikut i oleh
pertumbuhan hifa progresif dari titik masuk ke
arah luar. Arbuskula hidup singkat dan mulai
koleps stelah beberapa hari, namun hifa dan
vesikula dapat bertahan dalam berbulan-bulan
atau bertahun-tahun.
Vesikula kan segera terbentuki setelah
pembentukan arbuskula pertama. Dan
melanjutkan perkembangannya setelah
arbuskula matiVesikula merupakan bengkakan
hifa dalam korteks akar yang berisi lipid dan
sitoplasma berfuingsi untuk penyimpanan atau
propagul (Biermann & Linderman 1983).
2. Tahap perkembangan mikoriza ekto
Proses awal perkembangan mikoriza ekto
hampir sama dengan mikoriza arbuskula, hanya
saja hifa cendawan ME tidak masuk ke dalam
sel korteks akar. Hifa ME mulai kontak dan
menempel ke sel epidermis akar dekat apikal
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
21
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
dari akar lateral orde tinggi, yang tumbuh aktif
dan masih muda. Akar yang ditempeli hifa ini
disebut akar pendek karena pertumbuhannya
lambat sebagai respon untuk membiarkan
cendawan ME membentuk asosiasi. Setelah
asosiasi ME terbentuk, akar pendek bermikoriza
melanjutkan pertumbuhannya dengan
pemanjangan dan percabangan.
Selanjutnya setelah 2-4 hari setelah cendawan
tersebut kontak dengan akar tanaman inang akan
membentuk mantel dan jaring hartig. Hifa
berpenetrasi di antara sel inang dan bercabang
untuk membentuk labirin yang disebut jaring
hartig. Inang berrespon termasuk memproduksi
polyphenol di dalam sel, mengakumulasi
phenylpropanoid dan menyimpan metabolit
sekunder pada dinding(Weis et all 1997, Ling et
all 1977, Brundrett et all 1990). Zona mikoriza
aktif terdapat beberapa mm di belakang ujung
akar, namun jaring hartig mati pada daerah lebih
tua. Aktifitas jaring hartig tergantung pada umur
dan pertumbuhan akar. Mantel pada akar yang
lebih tua umumnya bertahan lama setelah
asosiasi menjadi tidak aktif. Akar ber ME yang
lebih tua berfungsi sebagai struktur penyimpan
dan propagul.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
22
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Jaringan hifa yang saling menghubungkan
strukturnya dihasilkan oleh cendawan ME pada
tanah juga menghasilkan tubuh buah, yang
digunakan untuk reproduksi. Tubuh buah
tumbuh dari primordia yang secara khusus
hanya dibentuk pada waktu tertentu pada tahun
tersebut, saat kondisi lingkungan cocok.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
MIKORIZA
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan
mikoriza di lapangan, beberapa diantaranya akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Kondisi Inokulum mikoriza
Carrier mikoriza bisa berupa tanah (soil
inokulm) atau zeolith dan sebagainya. Inokulm
mikoriza yang baik adalah inokulum yang
bersih dari farasit dan bahan-bahan kontaminan
(steril) dan mikroorganisme pengganggu.
Penggunakan zeolith menghasilkan struktur
spora CMA yang lebih bersih dibandingkan
dengan inokulum tanah saat dilihat dimikroskop
binokuler.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
23
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
2. Kondisi tempat tumbuh
Kondisi tempat tumbuh sangat mempengaruhi
kebrhasilan infeksi dan asosiasi mikoriza
dengan tanaman inangnya. Peningkatan unsur
fosfor dalam tanah akan meurunkan tingkat
asosiasi mikoriza dengan tanaman (Bougher et
al, 1990; Jones et al, 1990; Schweiger et al,
1995). Laju yang tinggi dari pemupukan N dan P
akan menekan perkembangan ektomikoriza di
lapang (Menge et al, 1977; Newton dan Pigott
1991). Konsentrasi yang tinggi dari N tanah
dapat mempengaruhi kelimpahan tipe ME
(Alexander & Fairley (1983).
K e r u s a k a n l a h a n a k i b a t s a l i n i t a s ,
penggenangan, kebakaran dan erosi juga
menghambat perkembangan mikoriza. Kadar
NaCl berlebih di dalam tanah dapat
menghambat pembentukan mikoriza dan
membatasi aktivitas kebanyakan cendawan
mikoriza (Malajczuk et al, 1989, Juniper &
Abbott 1993) Cendawan ME sangat sensitif
terhadap penggenangan tanah, sementara
cendawan MVA kurang sensitif (Theorou 1978;
Lodge, 1989; bougher & Malajcuk, 1990).
Asosiasi mikoriza juga berkurang pada habitat
yang mengalami gangguan berat seperti di lahan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
24
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
bekas tambang, telah diketahui mengurangi
kandungan propagul mikoriza (Danielson 1985;
Jaspert et al, 1992, Brundrett et all 1996).
3. Kondisi suhu yang ekstrim
Kondisi suhu yang terlalu panas (misalnya pada
peristiwa kebakaran hutan) akan mengurangi
pertumbuhan mikoriza dan merusak hifa serta
spora yang ada di tanah.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
25
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
26
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
TEKNIK ISOLASI DAN
INOKULASI MIKORIZA
Teknik Isolasi VA Mikoriza
Beberapa teknik ini telah digunakan untuk
mengisolasi spora VA mikoriza, namun sebagai
dasar dari semua teknik yang digunakan adalah
teknik penyaringan basah dari Gardemann dan
Nicholson (1963). Teknik penyaringan basah
dimaksudkan untuk memisahkan pasir, liat dan
bahan organik lain yang menempel pada spora
melalui berbagai macam saringan. Teknik ini relatif
cepat, namun apabila spora dalam tanah jumlahnya
sedikit dipertlukan pemurnian lebih lanjut. Bahan
yang digunakan adalah : contoh tanah, air, larutan
sukrosa. Sedangkan alat yang digunakan adalah :
blender, gelas beker, satu set saringan, pengaduk,
stopwatch, sentrifus, cawan Petri, syringe,
mikroskop stereo.
Prosedur teknik penyaringan basah dari Nicholson
dan Gardemann (1963), adalah sebagai berikut:
1. Campurkanlah contoh tanah sebanyak ± 250 ml
di dalam satu liter air dan aduklah sampai
merata. Biarkan;ah beberapa menit sampai
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
27
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
partikel-partikel yang besar mengendap.
2. Tuanglah cairan tadi ke dalam saringan yang
berukuran (500-800 µm) untuk memisahkan
partikel-partikel bahan organik yang berukuran
besar. Tampunglah cairan yang keluar dan
basuhilah saringan yang tadi untuk menjamin
bahwa semua partikel yang kecil sudah terbawa.
3. Buatlah suspensi kembali dari cairan yang telah
ditampung tadi dan biarkan untuk beberapa
menit agar partikel-partikel mengendap.
4. Tuangkanlah cairan tadi ke dalam saringan yang
berukuran 38-250 µm.
5. Cucilah semua bahan yang menempel pada
saringan agar menjamin keluar dari saringan.
6. Pindahkan semua tanah sisa yang tertinggal
pada saringan ke dalam cawan petri dan lihatlah
di dalam mikroskop.
Teknik Inokulasi Mikoriza
Untuk dapat memproduksi bibit bermikoriza maka
harus dikuasai teknik inokulasi mikoriza ke akar
tanaman. Periode waktu yang tepat untuk inokulasi
mikoriza adalah (1) sebelum benih disemai, (pada
saat benih disemai dan (3) sesudah bibit tumbuh.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
28
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Berdasrkan pertimbangan ekonomi dan ekologi
point (1) dan (2) adalah saat yang paling baik untuk
inokulasi mikoriza. Disamping itu perakaran bibit
akan berkembang sempurna.
Inokulasi cendawan dapat dilakukan melalui tanah,
anakan, dan bagian vegetatif (miselia) maupun
bagian generatif dari cendawan. Keberhasilan
produksi bibit bermikoriza tergantung pada spesies
dan umur inokulum yang digunakan, waktu
inokulasi yang tepat , kepadatan inokulum,
penempatan inokulum pada media tumbuh dan
sejumlah interaksi inang dengan cendawannya.
a. Inokulasi melalui tanah
1. Pada sistem pesemaian dengan bedengan :
- Tebarkan inokulum tanah setebal 1 2 cm
pada permukaan atas bedengan,
kemudian campurkan dengan lapisan
tanah bagian atas, atau
- Tebarkan 2 4 kg atau 8 10 L inokulum 2
tanah untuk tiap 1 m bedengan,
kemudian dibenamkan merata pada
kedalaman 10 cm dari permukaan tanah
bedengan.
2. Pada sistem persemaian dengan pot/wadah:
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
29
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
- Buat campuran inokulum tanah dengan
media pot/wadah dengan konsentrasi 10-
25 % inokulum tanah.
3. Tebarkan inokulum dalam alur sedalam 0.5
1. cm di sekeliling batang anakan muda.
4. Suspensikan 1 kg inokulum dalam 20 L air,
kemudian siramkan pada anakan.
Berkaitan dengan penggunaan tanah/humus
sebagai sumber inokulum hal-hal yang harus
diperhatikan adalah : (a) tanah harus dijaga
tetap lembab dan terlindung dari sinar
matahari langsung selama pengangkutan
dan penyimpanan, (b) inokulum tanah harus
digunakan sesegera mungkin, jangan
disimpan lebih dari 1 (satu) bulan, dan (c)
tanah yang berasal dari persemaian atau
tegakan yang telah diketahui terserang
patogen, sebaiknya tidak digunakan sebagai
sumber inokulum.
b. Inokulasi Melalui Anakan
Melalui teknik ini, anakan bermikoriza
merupakan sumber inokulum yang digunakan,
yang diharapkan dapat menginfeksi akar-akar
yang baru muncul.
Prosedur :
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
30
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
1. Siapkan bedengan-bedengan persemaian.
2. Tanam anakan bermikoriza berumur sekitar
1 tahun tiap jarak 1 atau 2 m dengan jarak
dalam baris sesuai kebutuhan.
3. Tanam anakan-anakan muda beumur 6 8
minggu di sekitar anakan sumber inokulum
dengan jarak tanam 10 x 10 cm.
Anakan yang tumbuh sehat, pertumbuhannya
baik dengan warna yang hijau merupakan
indikasi telah terjadinya infeksi yang berasal
dari sumber inokulum dibanding inokulasi
melalui tanah, teknik ini memilki kelebihan
karena dapat dihindari kesukaran pengangkutan
inokulum tanah dalam jumlah besar dan jarak
yang jauh, dan resiko penularan patogen akar
dapat dikurangi. Kelemahan teknik ini adalah
lambatnya infeksi dari anakan bermikoriza
sebagai sumber inokulum.
c. Inokulasi Melalui Bagian Generatif dari
Cendawan Mikoriza (Spora)
Inokulasi melalui spora dapat dilakukan dengan
teknik-teknik penaburan spora, suspensi spora,
benih berlapis spora, kapsul spora dan tablet
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
31
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
spora. Spora sebagai sumber inokulum dalam
teknik ini dapat diproses melalui prosedur
berikut :
1. Kumpulkan sporokarp tubuh buah cendawan
yang sudah tua (telah berwarna hitam atau
cokelat)
2. Hancurkan sporokarp dalam blender kering.
3. Saring hancuran sporokarp menggunakan
saringan 25 30 mesh agar spora matang
yang kering dapat menembus saringan.
4. Spora yang diperoleh dikering udarakan atau 0 dikeringkan dalam oven dengan suhu 28 C
hingga mencapai bobot yang konstan.
5. Tampung spora tersebut dalam kantong-
kantong plastik, kemudian disimpan dalam 0
lemari pendingin pada suhu 5 C.
a. Penaburan Spora
Prosedur :
1. Taburkan 1 2 mg spora secara merata
disekeliling batang tiap anakan.
2. Tutup dengan selapis tipis tanah.
3. Siram dengan air secukupnya agar spora
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
32
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
tercuci mencapai lapisan perakaran anakan.
b. Suspensi Spora
Prosedur :
1. Suspensikan 2 gram spora kering dalam 1 L
air, dan tambahkan beberapa tetes larutan
Tween 20.
2. Kocok suspensi agar spora merata.
3. Ambil dua tetes suspensi, inokulasikan pada
b i b i t u m u r d u a m i n g g u d e n g a n
meneteskannya ± 2 cm dari batang anakan
pada kedalaman 2 -3 cm atau
4. Celupkan akar anakan berumur dua minggu
kedalam suspensi kemudian anakan ditanam
pada tempat yang telah disediakan.
c. Benih Berlapis Spora
Spora disuspensikan ke dalam larutan kimia
tertentu, kemudian benih diaduk di dalam
larutan tersebut sehingga permukaan benih
terlapis spora. Pada waktu benih berkecambah
diharapkan spora akan menempel pada akar,
selanjutnya spora akan berkecambah dan
membentuk mikoriza.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
33
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
d. Kapsul Spora
Prosedur :
1. Spora yang telah dicampur dengan tepung
kayu dan arang sebagai pembawa dalam
perbandingan tertentu sehingga diperoleh
kepadatan inokulum tertentu, dimasukan ke
dalam kapsul gelatin untuk membentuk
kapsul spora.
2. Inokulasikan kapsul ke anakan pada saat
penyapihan dengan cara membenamkam
kapsul sedalam 2-3 cm dengan jarak ± 1 2
cm dari batang anakan.
e. Tablet Spora
Prosedur :
1. Spora kering yang telah dicampurkan
dengan pembawa yang cocok (liat, kapur)
ditekan dan dicetak membentuk tablet spora.
2. Inokulasikan tablet spora pada saat
p e n y a p i h a n a k a n a n d e n g a n c a r a
membenamkan sedalam 2 - 3 cm dengan
jarak ± 1 - 2 cm dari batang anakan.
Dibanding biakan murni miselia, penggunaan
spora sebagai sumber inokulum memiliki
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
34
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
kelebihan antara lain : (a) berbeda dengan
inokulum vegetatif, spora tidak memerlukan
perpanjangan fase pertumbuhan dalam kondisi
aseptik, (b) inokulum spora sangat ringan,
misalnya 1 gr basidiospore Rhizopogon atau
pisolithus mengandung lebih dari satu milyar
basidiospore yang efektif, (c) penyediaannya
dalam jumlah besar mudah dilakukan melalui
pengumpulan sporokarp, dan (d) spora dapat
disimpan dan dipertahankan viabilitasnya
dalam rentang waktu yang cukup lama.
Meskipun demikian kekurangannya dibanding
inokulum miselia antara lain : (a) kurangnya
standar laboratorim untuk menentukan
viabilitas spora, (b) kurang terjaminnya
kebenaran identitas genetik dari spora, (c)
struktur mikoriza terbentuk 3 4 minggu lebih
lama, dibanding dengan inokulannya miselia
sehingga cendawan mikoriza lain dapat lebih
dahulu menginfeksi akar yang berakibat
turunnya efektifitas spora inokulan dan (D)
spora dari sporokarp yang berasal dari tegakan
lokas i yang berbeda dapat berbeda
viabilitasnya, dan (e) tidak ada jaminan bahwa
s p o r o k a r p d a r i c e n d a w a n - c e n d a w a
ektomikoriza yang dibutuhkan tersedia dalam
jumlah yang cukup sepanjang tahun bila
35
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
mengandalkan hanya pada pengkoleksian
sporokarp di lapang.
d. Inokulasi Melalui Bagian Vegetatif
Cendawan (Miselia/Hifa)
Sumber inokulum yang digunakan melalui cara
ini dapat berupa potongan akar yang
bermikoriza atau biakan murni miselia.
a. Potongan Akar Bermikoriza Sebagai
Sumber Inokulum
Teknik ini terutama digunakan dalam skala
kecil, seperti pada penelitian-penelitian di
laboratorium. Kesulitan mendapatkan akar
bermikoriza dalam jumlah banyak
merupakan kendala penerapan teknik ini
untuk skala besar. Diharapkan dengan
teknik ini hifa/miselia akan membentuk
mikoriza dengan anakan yang disemaikan
dalam wadah/pot bersangkutan.
Prosedur :
1. Campurkan 1 kg akar bermikoriza 3dengan 1 m tanah kemudian campuran
tersebut dimasukkan ke dalam pot/wadah
untuk ditanami anakan muda, atau
2. Campurkan secukupnya potongan akar
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
36
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
bermikoriza tersebut dengan media
dalam masing-masing pot/wadah, dan
anakan muda siap ditanam pada wadah
bersangkutan.
Kelemahan teknik ini adalah “bulky”.
Disamping i tu spes ies cendawan
ektomikoriza yang menginfeksi tidak
diketahui, kecuali bila digunakan potongan
a k a r y a n g t e r i n f e k s i c e n d a w a n
ektomikoriza yang telah diketahui jenisnya.
b. Biakan Murni Miselia Sebagai Inokulum
Prosedur :
1. B u a t b i a k a n m u r n i c e n d a w a n
ektomikoriza dalam media spesifik yang
sesuai untuk cendawan bersangkutan
(lazimnya MMN atau Hagem-Modess)
2. Setelah miselia tumbuh memenuhi
media, campurkan biakan murni tersebut
dengan tanah steril yang akan digunakan
untuk menyemai benih atau anakan.
Metode ini terutama lebih ditujukan bagi
penelitian-penelitian di laboratorium
dengan kondisi aseptik dalam skala terbatas.
Meskipun demikian karena kebanyakan
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
37
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
cendawan ektomikoriza tidak menghasilkan
spora dalam jumlah yang cukup untuk
keperluan inokulasi komersial maka
inokulasi langsung di lapang dalam kondisi
non aseptik dengan inokulum biakan murni
miselia tidak dapat dihindari. Keuntungan
inokulasi dengan biakan murni miselia ini
adalah : (a) resiko penularan penyakit dapat
dihindarkan, dan (b) jenis cendawan
ektomikoriza yang di inokulasikan
diketahui, sehingga dapat dipilih spesies
cendawan yang paling efisien bagi tanaman
inangnya pada tapak yang dikehendaki.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
38
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
DAFTAR PUSTAKA
Allen MF, Allen BE & Friese CF. 1989. Responses
of the non-mycotrophic plant Salsola kali to
invasion by vesicular-arbuscular mycorrhizal
fungi. New Phytologist 111: 45-49.
Bjorkman, E. 1942. on the Conditions for The
Formation of Mycorrhizae in pine. Simbol
Botan Tidskr. 38(1): 1-9
Brundrett M, Bougher N, Dell B, Grove T &
Malajczuk, N. 1996. Working with
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture.
ACIAR Monograph 32. Australian Centre for
International Agricultural Research, Canberra.
Brundrett MC & Abbott LK. 1991. Roots of jarrah
forest plants. I. Mycorrhizal associations of
shrubs and herbaceous plants. Australian
Journal of Botany 39: 445-457.
Brundrett MC. 1991. Mycorrhizas in natural
ecosystems. In: Macfayden A, Begon M &
Fitter AH (eds) Advances in Ecological
Research, Vol. 21. Academic Press, London.
pp. 171-313.
De La Cruz, R.E. 1979. Mycorrhizae : Their
Biology and Significance. Unplubished.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
39
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Duchesne et all 1989, Grandmaison et all 1993,
Newsham et all 1995, Little & Maun 1996,
Cordier et all 1998, Morin et all 1999)
Harley JL & Smith SE. 1983. Mycorrhizae
Symbiosis. Academic Press. London.
Hatch, A. 1973. The Physical Basis of Mycorrhizae
in Pinus. Black Rock For. Bull. No. 6
Cornwall-on-The hudson, New York.
Hodberg P, Plamboeck AH, Taylor AFS & Fransson
PMA. 1999. Natural C-13 abundance revels
trophic status of fungi and host-origin of
carbon in mycorrhizal fungi in mixed forets.
Proceedings of the National Academy of
Sciences of the United States of America
96:8534-8539
Juniper S & Abbott L. 1993. Vesicular-arbuscular
mycorrhizas and soil salinity. Mycorrhiza 4:
45-57.
Laiho, O. 1976. Further studies on The
Ectendotrophic Mycorrhizae. Acta Forest.
Fenn. 79:1-35
Lewis JD & Koide RT. 1990. Phosphorus supply,
mycorrhizal infection and plant offspring
vigour. Functional Ecology 4: 695-702.
Menge JA, Grand LF & Haines LW. 1977. The effect
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
40
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
of fertilization on growth and mycorrhizae
numbers in 11-year-old loblolly pine
plantations. Forest Science 23: 37-44.
Mikola, P . 1965. Studies on the Ectendotrophic
Mycorrhizae of Pine. Acta Forest. Fenn. 79:1-
56
Miller RM. Hetrick BAD & Wilson GWT. 1997.
Mycorrhizal fungi affect root stele tissue in
grasses. Canadian Journal of Botany 75: 1778-
1784.
Morin C, Samson J & Dessureault M. 1999.
Protection of black spruce seedlings against
Cylindrocladium root rot with ectomycorrhizal
fungi. Canadian Journal of Botany 77: 169-
174.
Schweiger PF, Robson AD & Barrow NJ. 1995. Root
hair length determines beneficial effect of a
Glomus species on shoot growth of some
pasture species. New Phytologist 131: 247-
254.
Setiadi, Y, Irdika Mansur, Sri Wilarso B dan
Achmad. 1992. Mikrobiologi Tanah Hutan.
Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Intitut
Pertanian Bogor. Bogor.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
41
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
42
Manual Teknik Produksi Bibit Bermikoriza
Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme
dalam Kehutanan. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Stanley MR, Koide RT & Shumway DL. 1993.
Mycorrhizal symbiosis increases growth,
reproduction and recruitment of Abutilon
theophrasti Medic. in the field. Oecologia 94:
30-35.
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
ISBN 978 - 979 - 16185 - 5 - 7BPTH
JAWA DAN MADURA
BOOKLET TEKNIKPRODUKSI BIBIT BERMIKORIZA