18

Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia
Page 2: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

Manusia Dalam Perjalanan

Menjumpai Allah Yang Kudus

Suatu Pemikiran Eklesiologi dan

Eskhatologi Kontekstual di Indonesia

Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Satya Wacana University Press

2013

Page 3: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

Katalog Dalam Terbitan

232

Tim Nuban Timo, Ebenhaizer I

m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang

kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi

kontekstual di Indonesia / Ebenhaizer I Nuban Timo.--

Salatiga : Satya Wacana University Press, 2013.

247 p. ; 21 cm.

ISBN 978-979-8154-53-9

1. Eschatology 2. Doctrinal theology 3. Indonesia--

Church history I. Title

Cetakan pertama: 2013

ISBN 978-979-8154-53-9

Setting/Layout: Raras

© Ebenhaizer I Nuban Timo

All rights reserved. Save Exception stated by the law, no part of this

publication may be reproduced, sotred in a retrieval system of any nature, or

transmitted in any form or by any means electronic, mechanical,

photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial

transcription, without the prior written permission of the author, application

for which should be addressed to author.

Diterbitkan oleh:

Satya Wacana University Press

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

Telp. (0298) 321212 Ext. 229, Fax. (0298) 311995

Page 4: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

i

Komentar Pembaca

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum PGI 2004-2014)

Suatu buku yang baik, usaha yang patut

didukung sekaligus untuk melengkapi buku-buku

dogmatika di Indonesia yang sudah ada dan ditulis oleh

para teolog Indonesia (Kupang, 28 Januari 2013).

Pdt. Dr. Solarso Sopater (Ketua Umum Persekutuan

Gereja-Gereja di Indonesia 1999)

Saya menyatakan penghargaan tinggi untuk

usaha Sdr. Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo menulis buku

Dogmatika baru, sebagai pengayaan terhadap khazanah

buku Dogmatika yang telah ditulis lebih dulu. Usaha

yang mulia dari seorang warga generasi penerus, sudah

dimulai dan patut didukung kelanjutannya. Saya juga

ikut bergembira, karena usaha penulisan Saudara dipicu

oleh suatu dorongan yang muncul dalam Festschrift 70

tahun usia saya.

Mengenai isi karangan, saya menghormati

authentisitas karya pengarangnya, yang tentu telah

bergumul lama dalam persiapan penulisannya.

Penggunaan kata kontekstual, juga menariknya pada

ranah method berteologi. Sebagai methode yang lahir

paling akhir, nampaknya tidak terlalu mudah

Page 5: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

ii

melakukan kombinasi antara Teologi Sistematika (yang

mempunyai perspektif menyeluruh dan universal)

dengan dengan Teologi Kontekstual (yang mempunyai

perspektif khusus: lokal atau partikular).

Mengenai Indonesia dengan keanekaagaman

etnis, budaya dan agama. Khusus di kalangan Kristen

keanekaragaman denominasi! Saya kira akan ada

”beberapa” teologia kontekstual di Indonesia. Usaha

yang dilakukan Pdt. Nuban Timo karena itu adalah

salah satu ”Dogmatika Kontekstual di Indonesia.”

Semoga ada dogmatika-dogmatika kontekstual lain yang

menyusul. (Jakarta, 6 Juni 2012).

Pdt. Lis Sigilipun (Dosen dogmatika di STT Tentena –

Sulawesi Tengah)

Buku ini membalik paradigma klasik tentang

dogmatika sebagai buku yang berat, tidak menarik,

kaku, berisi ajaran-ajaran yang tidak bisa diubah, gaya

bertutur naratif, sederhana, dengan contoh-contoh

konkret, keibuan karena kebanyakan dogmatika sangat

kebapakan, mendorong saya terus membaca sampai

selesai.

Penulis mencerna persoalan-persoalan teologi

yang mendalam dalam kemasan yang sederhana dan

menarik. Bagian tulisan singkat, Allah sekaligus ibu dan

bapa dan gereja sebagai ibu orang-orang percaya

memuaskan dahaga saya tentang kebenaran-kebenaran

teologi yang selalu terkubur dalam baju dogma laki-laki.

Page 6: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

iii

Gambaran Allah sebagai ibu dan bapa serta

gereja yang ditekankan dengan kuat dalam buku ini

membuat luka lama yang masih membekas dalam kalbu

saya disapu bersih dan hilang dalam sekejap. Seusai studi

S1 di UKSW saya berkhotbah dalam persidangan sinode

tentang Allah sebagai ibu dan bapa. Banyak laki-laki

dalam gereja yang mengecam saya sebagai pembawa

ajaran sesat.

Saya menyimpan tuduhan itu dengan rapih

dalam laci-laci iman dan terus dihantui rasa bersalah.

Lama sesudah itu ada tulisan tentang itu, dengan jelas

dan meyakinkan. Lucunya tulisan itu muncul dari

seorang pendeta laki-laki, (Tentena, 12 Maret 2013).

Pdt. Salu (dosen Dogmatik di Fak. Teologi GPI Papua di

Fak-Fak).

Selama ini buku-buku dogmatika di Indonesia

kebanyakan hanya menggumuli masalah-masalah

kemasyarakatan dan kegerejaan di Jawa dan Sumatra.

Penulis memperlihatkan bahwa masalah

kemasyarakatan, kebudayaan dan kegerejaan di daerah-

daerah bagian Timur Indonesia juga dapat menjadi

bahan diskursus dogmatika (Tomohon, 29 Nopember 2013).

Page 7: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

iv

Yosafat Manu, M.Si (Pendeta Jemaat GMIT Oenali –

TTS).

Setelah membaca buku ini saya mendapat kesan

bahwa ada corak baru dari wajah dogma selama ini,

terutama ketika penulis menggunakan pengalaman iman

komunitas sebagai referensi dalam merumuskan dogma.

Dalam buku ini ada banyak hal baru yang menambah

pemahaman.

Saya senang dengan buku ini juga karena

melunturkan pemahaman saya selama ini yang

beranggapan bahwa dogmatika itu ilmu yang kaku.

Ternyata tidak ketika mulai membaca buku ini. – (So‟e 20 Agustus 2012).

Drs. Aleks Babys (Pensiunan PNS - Warga GMIT

Kupang).

Selaku warga gereja yang awam dalam teologi

buku ini membuat saya mengerti dan memahami

banyak hal mengenai iman saya. Saya menemukan

jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sudah lama

menggelisahkan hati saya. Hal yang kurang memuaskan

saya, dan memang pak pedenta tidak memberikan

kejelasan tentangnya, adalah mengenai neraka. Saya

harap hal itu bisa diperjelas (Percakapan per telepon, 7 Maret 2013).

Page 8: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

v

Kata Pengantar dari

Dr. Sri Damayanty Manullang

Bidang Ilmu Competitive Intelligence adalah

bidang Ilmu “actionable knowledge” di mana konsep,

metoda, dan tools modern yang dipergunakan memiliki

objectif final pembangunan ekonomi untuk

kesejahteraan rakyat. Ilmu pluridisiplin, transdisiplin ini

telah menjadi ilmu yang dipergunakan di oleh berbagai

negara untuk menghadapi era globalisasi.

Buku yang ditulis oleh Pendeta Dr. Ebenhaizer I

Nuban Timo dalam beberapa bab membahas tentang

umat keselamatan sebagai komunitas berbagi makanan

bersama-sama adalah merupakan ilmu actionable knowledge. Apa yang telah dibahas di dalamnya

merupakan pemikiran dan analisis yang mendalam,

sesuai dengan cara berpikir dan pribadi penulis yang

berpenampilan bersahaja, rendah hati dan demokratis,

melalui pengalaman, pengamatan dan praktek, buku ini

merupakan hasil pemikiran tentang bagaimana

pembangunan perekonomian rakyat adalah suatu

prioritas.

Saya telah banyak bertukar pikiran dengan

penulis, dua aktor yang berbeda bidang ilmu, ahli

Teologia dan ahli Competitive Intelligence, tapi dua

bidang yang mempunyai tujuan dan visi yang sama

Page 9: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

vi

“pembangunan ekonomi, pemikiran yang modern pada

era modern. Ilmu Theologia dan Competitive Intelligence adalah ilmu aplikasi, actionable knowledge

yang bekerja dengan otak dan hati. Pemikiran untuk

pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat,

bagaimana melalui kearifan local, aktor-aktor local

bersatu untuk memikirkan perekonomian daerah “ your feet in your region and your eyes turn to the world.”

Mengenali kekayaan yang ada di daerah,

mengembangkannya dengan dan mengunakan

kemampuan yang ada dibantu dan ditambah dengan

kemampuan yang ada di dunia internasional.

Saya mengucapkan terima kasih mendapat

kesempatan berpartisipasi untuk memberikan kata

sambutan dalam buku ini. Semoga buku ini

mengingatkan kita kembali kepada nilai-nilai iman,

agama dan kultur bangsa kita untuk mengembangkan

etos kehidupan berbagi makanan dengan sesama anak

bangsa demi terwujudnya cita-cita Keadilan Sosial bagi

Seluruh Rakyat Indonesia

Dr. Sri Damayanty Manullang

Peneliti dan Pengajar Universitas Aix Marseille

Marseille - Perancis

Page 10: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

vii

Kata Pengantar

Ini buku ketiga dari trilogi dogmatika kontekstual di Indonesia (buku pertama dan kedua

berjudul: Allah Yang Mengulang Diri Tiga Kali dan

Allah Dalam Perjalanan Menjumpai Manusia Berdosa).

Kami patut bersyukur kepada Tuhan karena berkat

pemeliharaanNya, setidak-tidaknya karena kehidupan,

kesehatan dan kecukupan makan dan minum yang

dikaruniakanNya kami berhasil menyelesaikan buku

ketiga ini. Kami memberi judul untuk buku ini: Manusia

Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus. Sesuai

dengan judul itu, isi buku ini memfokuskan perhatian

kepada manusia yang menjadi penerima karya

pendamaian Allah, yakni bagaimana keselamatan itu

diterima dan dirayakan manusia.

Buku ini terdiri atas empat bab. Pendamaian

yang dikerjakan Allah dalam Kristus, sebagaimana yang

kami uraikan dalam buku yang kedua dari trilogi ini

adalah inisiatif Allah. Itulah yang dimaksud dengan sisi

obyektif dari karya Allah. Allah mengerjakan itu bagi

manusia, tetapi tanpa persetujuan manusia. Tentu saja

itu tidak Allah maksudkan untuk mengabaikan manusia.

Tidak!

Sisi obyektif ini dikerjakan Allah bagi manusia

tanpa persetujuan manusia karena karya itu adalah porsi

yang dilakukan Allah untuk mematahkan kuasa dan dan

Page 11: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

viii

menebus kembali manusia dari belenggu maut yang

menjadi upah manusia akibat pemberontakan terhadap

Allah yang dibuatnya. Karya ini sama sekali tidak

dimaksud untuk mengabaikan karya dan peran manusia.

Terbukti, pendamaian yang sudah sempurna dikerjakan

Allah dalam Kristus, ternyata belum selesai jika manusia

belum menyatakan persetujuan dan penerimaan

terhadap karya itu. Persetujuan dan penerimaan

manusia inilah yang menjadi pokok bahasa dalam buku

ketiga dari trilogi ini, yang kami beri judul di atas.

Dalam bab satu buku ketiga ini kami mengajak

pembaca melihat bagaimana pendamaian yang

disediakan Allah di dalam hidup dan karya Yesus

Kristus disambut oleh manusia. Menjadi nyata bahwa

sambutan manusia terhadap keselamatan itu ternyata

tidak berlangsung secara acak atau serampangan. Ada

orde yang ditetapkan Allah, maksudnya supaya

keselamatan itu benar-benar menjadi milik manusia.

Orde itu kami gambarkan dalam skema berikut: Allah –

Persekutuan dan Individu.

Orde ini adalah ketetapan dari Allah. Memang

manusia adalah pribadi yang mau dirangkul Allah,

tetapi supaya hal itu menjadi nyata, maka manusia itu

harus lebih dahulu ditarik masuk ke dalam persekutuan.

Roh Kuduslah yang melakukan itu. Dialah yang

menarik manusia masuk ke dalam persekutuan

keselamatan itu.

Jadi, pada buku ketiga ini kita mulai masuk pada

domain kerja Roh Kudus, pribadi ketiga dari Allah

Tritunggal. Dialah yang memimpin manusia ambil

Page 12: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

ix

bagian dalam keselamatan, yakni menarik masuk

manusia ke dalam persekutuan. Tanpa hidup dalam

persekutuan, manusia tidak dapat ambil bagian di dalam

keselamatan. Jadi individu adalah penting, tetapi

individu itu bukanlah pribadi yang bebas. Ia baru

menjadi individu yang penuh kalau ia hidup di dalam

persekutuan.

Dalam bab pertama kami memberi perhatian

pada ajaran tentang keselamatan, yang tidak lain adalah

sisi subyetif dari pendamaian. Kami mulai dengan

membahas persoalan klasik mengenai dogma

keselamatan. Bab kedua dan ketiga buku ini membahas

aspek pertama dari perayaan keselamatan (aspek

persekutuan) dan aspek keduanya (aspek individu).

Dalam dogmatika klasis, Israel dan Gereja ditunjuk

sebagai persekutuan yang dimaksudkan sebagai tempat

manusia menerima keselamatan. Dengan tetap

menghargai paham tradisional ini, karena prinsip

berpikir thinking together our fellow believers, kami

toh mengatakan hal-hal yang melampaui pemahaman

klasik ini. Hal itu kami buat dengan memperhatikan

juga prinsip berpikir thinking after the Bible dan

thinking inside-out our cultural context.

Aspek yang kami sebut sebagai melampuai

pemahaman klasik dalam dogmatika tradisional gereja

ialah tekanan yang kami berikan kepada pemahaman

Israel dan Gereja bukan pertama-tama sebagai sebuah

pengertian institusional melainkan dalam pengertian

ethos kehidupan. Ethos hidup yang kami maksudkan

adalah persekutuan makan bersama, kesediaan berbagi

Page 13: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

x

roti di antara sesama orang percaya, sebagaimana yang

disinyalir dengan kuat dalam kesaksian Alkitab baik

mengenai Israel maupun Gereja perdana. Ethos

kehidupan berbagi makanan adalah tanda dari orang-

orang yang merayakan pendamaian yang dikerjakan

Allah di dalam Kristus.

Kondisi terkini kehidupan bersama yang

ditandai dengan praktek korupsi yang tergolong pada

extra ordinary crime merupakan salah satu latar

belakang dari upaya pemaknaan baru dari ethos

kehidupan orang-orang yang menyetujui dan menerima

kaselamatan Allah. Latar belakang lain dari pemaknaan

baru ini adalah ritus-ritus makan bersama sebagaimana

yang diperagakan secara kasat mata dalam berbagai

liturgi keagamaan masyarakat pra-kristen yang ada di

Indonesia.

Pemaknaan baru ini membuka cakrawala kita

bagi satu pemahaman yang lebih luas, komprehensi

bahkan juga kosmis mengenai hakikat Israel dan gereja.

Kedua persekutuan ini bukan sekedar sebuah organisasi

yang statis yang kita definisikan dalam pengertian

agama Yahudi dan agama Kristen. Keduanya, Israel dan

Gereja lebih dilihat sebagai sebuah ethos hidup lintas

agama. Pemaknaan baru ini juga memberi ruang bagi

penemuan Israel dan Gereja dalam agama-agama

berkitab lainnya.

Jadi umat yang memberikan persetujuan dan

menerima karya keselamatan Allah yang kami namakan

Israel dan Gereja ternyata lebih luas dari agama Yahudi

dan Agama Kristen. Ini berarti juga individu-individu

Page 14: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

xi

penerima keselamatan Allah tidak melulu orang-orang

yang secara statistik dan nominal tersebut sebagai

pemeluk agama Yahudi atau Kristen. Mereka bisa saja

berada dalam agama-agama selain dua agama ini, tetapi

yang laku hidup pribadi dan laku sosialnya menerapkan

ethos berbagi makanan dengan sesama sebagai respons

atas keselamatan yang sudah dikaruniakan Allah kepada

mereka.

Bab empat dari buku ini mengajak pembaca

beranjangsana ke dalam ajaran dogma atau ajaran

Kristen mengenai eskatologi. Kami lebih memilih

memaknai ajaran ini bukan sebagai ajaran Kristen

mengenai hal-hal terakhir, melainkan mengenai tujuan

dari semua karya Allah dalam sejarah dan respons

manusia terhadap karya itu. Berbagai tema kami

bicarakan secara mendalam dan menantang, seperti: arti

sejarah, wujud akhir dunia dan manusia, asal usul,

keberadaan dan nasib yang akan diterimanya di akhir

sejarah, transformasi dunia, penghakiman manusia sorga

dan neraka.

Kalau judul-judul dari tiap buku trilogi ini

sekarang kita satukan, buku pertama: Allah Yang Mengulang DiriNya Tiga Kali, buku kedua: Allah Dalam Perjalanan Menjumpai Manusia Berdosa, dan buku

ketiga: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus, beberapa hal menjadi jelas. Pertama,

dogmatika adalah sebuah percakapan yang dinamis dan

aktual. Dogmatika bukan kumpulan ajaran usang yang

tanpa relevansi apapun dengan pergumulan sehari-hari

gereja dan orang percaya, bahkan manusia.

Page 15: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

xii

Kedua, dogmatika sebagaimana kami nyatakan

melalui pemberian judul untuk tiap buku dari trilogi ini

tidak lagi adalah karya dari umat yang berada dalam

perjalanan mengikuti Allah yang menjadi pemimpin

rombongan, atau panglima dari orang-orang yang

melakukan ziarah itu. Panglima itu tidak selalu berada

di depan, di kepala barisan. Ada kalanya dia tidak

terlihat karena berada di antara, di tengah-tengah

rombongan dan ada juga ketika di mana dia undur ke

belakang atau menyingkir ke sisi kiri atau kanan dari

kawanan yang sedang bergerak maju. Hal-hal yang

dikatakan dalam dogmatika tidak lain dari refleksi iman

atas hal-hal yang dilihat sepanjang perjalanan itu, tentu

saja sambil berusaha menemukan di mana beradanya

Allah pada saat refleksi itu dilakukan.

Ketiga, dogmatika bukan saja berbicara tentang

credenda, yakni hal-hal yang kita yakini dan imani. Ia

juga berbicara tentang agenda, hal-hal yang harus kita

lakukan bertolak dari yang kita yakini. Dogmatika

bukan sekedar sebuah orthodoksi tetapi juga adalah

orthopraksis.

Salatiga, Paskah 2013

Page 16: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

xiii

Daftar Isi

Komentar Pembaca i

Kata Pengantar dari Dr. Sri Damayanty Manullang v

Kata Pengantar vii

Bab I

Dogma Tentang Penyelamatan 1

Isi Subyektif dari Karya Pendamaian 1

Tempat Dogma Keselamatan dalam Credo 3

Partisipasi Manusia dalam Pendamaian 6

Roh Kudus Sebagai yang Mempersekutukan 10

Jalan Masuk kepada Keselamatan 14

Orde Keselamatan 17

Persekutuan dan Individu 21

Kerajaan Allah: Persekutuan Keselamatan 25

Gereja dan Israel: Perwujudan Sementara dari

Kerajaan Allah 30

Israel Tersembunyi dalam Gereja 34

Gereja sebagai Ibu Orang-Orang Percaya 37

Keselamatan Juga Ada di Luar Gereja? 41

Bab II

Aspek Pertama Perayaan Keselamatan 49

Pengantar 49

Aspek Persekutuan 49

Tafelgemeenschap 51

Tafelgemeenschap dan Bruiloftmaal 65

Page 17: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

xiv

Persekutuan yang Inklusif 68

Sakramen Perjamuan Kudus 72

Yesus Menampakkan Diri Sebagai yang Hidup 79

Penutup 83

Bab III

Aspek Kedua Perayaan Keselamatan 85

Aspek Individual 85

Pengampunan Dosa 87

Kebangkitan Daging 92

Pandangan Kristen tentang Kematian 96

Keberadaan Manusia Pada Saat Kematian 104

Alkitab Tentang Jiwa Pada Saat Kematian 116

Wujud Kehidupan Baru Pada Saat Kematian 124

Tempat Tinggal Jiwa Sebelum Kebangkitan 128

Perang Terhadap Penyembahan Roh Leluhur 131

Penghormatan Kepada Si Mati 135

Kesurupan Roh Si Mati 142

Pengalaman Berjumpa Si Mati 146

Kesimpulan 147

Hidup Yang Kekal 149

Arti Etika Ajaran Pendamaian dan Penyelamatan 152

Bab IV

Dogma Tentang Hal-Hal Terakhir 157

Nama Eskatologi 157

Allah Selalu di Depan Kita 160

Tiga Periodisasi Waktu 163

Konstruksi Dogmatis terhadap Waktu 166

Tiga Babakan Eskatologi 170

Penundaan Eskatologi 172

Page 18: Manusia Dalam Perjalanan Menjumpai Allah Yang Kudus · m Manusia dalam perjalanan menjumpai Allah yang kudus : suatu pemikiran eklesiologi dan eskhatologi kontekstual di Indonesia

xv

Corporate dan Personal Eskatologi 174

Iblis Jatuh dari Langit 175

Arti Sejarah 182

Wujud Akhir Israel dan Gereja 188

Transformasi Dunia 191

Penghakiman Manusia 197

Proses Penghakiman Terakhir 202

Sorga dan Neraka 205

Keberatan Terhadap Neraka 214

Protologi dan Eskatologi 218

Eskatologi dan Primal History 219

Arti Etis Dogma Eskatologi 222

Catatan Penutup 225

Daftar Pustaka 231

Curriculum vitae 247