21
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya, lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Lingkungan hidup tidak bisa di pisahkan dari ekosistem atau sistem ekologi. Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati membentuk suatu system. Lingkungan hidup pada dasarnya adalah suatu sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Manusia adalah bagian dari ekosistem.. Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan fisik. Sedangkan lingkungan nonfisik adalah lingkungan sosial budaya dimana manusia itu berada. Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karna lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perkehidupan manusia dan makhuk hidup lainya arti penting lingkungan bagi 1

Manusia Dan Lingkungan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Citation preview

Page 1: Manusia Dan Lingkungan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya,

lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi

kebutuhan dan kesejahteraan. Lingkungan hidup tidak bisa di pisahkan dari

ekosistem atau sistem ekologi. Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri

atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda

mati membentuk suatu system. Lingkungan hidup pada dasarnya adalah suatu

sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan

ekosistem. Manusia adalah bagian dari ekosistem..

Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan nonfisik.

Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan fisik. Sedangkan lingkungan

nonfisik adalah lingkungan sosial budaya dimana manusia itu berada. Lingkungan

amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat

dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karna

lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk

mendukung perkehidupan manusia dan makhuk hidup lainya arti penting

lingkungan bagi manusia karena lingkungan merupakan tempat hidup manusia,

Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia, Lingkungan

memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.

Menurut undang-undang No. 23 tentang pengelolaan lingkungan hidup,

lingkungan hidup adalah sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang

dengan segenap pengada, baik pengada ragawi abiotik atau benda (materi) ,

maupaun pengada insani, abiotik atau mahluk hidup termasuk manusia dengan

perilakunya, keadaan (tatanan alma baca kosmologi), daya (peluang tatanan dan

harapan) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kejateraan

manusia serta kesejahteraan mahluk hidup lainnya. Oleh karena itu, dalam

makalah ini akan dibahas tentang “Hubungan antara Manusia dan Lingkungannya.

1

Page 2: Manusia Dan Lingkungan

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah manusia dan lingkungan adalah:

1. Apa hakekat lingkungan sosial dan alam bagi manusia?

2. Apa hubungan ekologi dan manusia?

3. Bagaimana pandangan manusia terhadap lingkungan?

4. Bagaimana keseimbangan pemanfaatan dengan pemeliharaan?

5. Bagaimana pembangunan dan lingkungan?

6. Bagaimana terjadinya transmigrasi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah manusia dan lingkungan adalah:

1. Mengetahui hakekat lingkungan sosial dan alam bagi manusia.

2. Mengetahui hubungan ekologi dan manusia

3. Mengetahui pandangan manusia terhadap lingkungan

4. Mengetahui keseimbangan pemanfaatan dengan pemeliharaan

5. Mengetahui pembangunan dan lingkungan

6. Mengetahui terjadinya transmigrasi

2

Page 3: Manusia Dan Lingkungan

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Lingkungan Sosial Dan Alam Bagi Manusia

Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik menempati suatu

ruang tertentu. Dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti udara,

tanah, dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

benda hidup dan tak hidup didalamnya disebut lingkungan hidup makhluk

tersebut.

Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam faktor. Pertama,

jenis dan jumlah unsur lingkungan hidup tersebut. Kedua, hubungan atau interaksi

antara unsur dalam lingkungan hidup itu. Misalnya dalam ruangan terdapat

delapan kursi, empat meja, dan empat pot tanaman bunga. Ketiga, kelakuan atau

kondisi unsur lingkungan hidup, misalnya suatu kota yang penduduknya aktif dan

bekerja keras merupakan lingkungan hidup yang berbeda dari kota yang serupa

tetapi penduduknya santai dan malas. Keempat, faktor non materiil suhu, cahaya,

dan kebisingan. Lingkungan yang panas, silau dan bising. Sangatlah berbeda

dengan lingkungan yang sejuk, cahaya cukup, tapi tidak silau dan tenang.

1. Lingkungan alam adalah kondisi alamiah baik biotik ( tumbuhan, hewan ),

maupun lingkungan abiotik (tanah, air, mineral, udara) belum dipengaruhi

oleh tangan manusia, dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

2. Lingkungan sosial yaitu suatu keadaan yang memungkinkan terjadinya

hubungan interaksi individu dengan individu, individu dengan kelompok,

maupun kelompok dengan kelompok.

3. Lingkungan budaya adalah segala kondisi, baik yang berupa materi

maupun nonmateri, yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas,

kreatifitas, dan penciptaan yang berpengaruh terhadap lingkungan alam.

Lingkungan budaya yang berupa materi meliputi bangunan, peralatan,

senjata, pakaian, dan lain-lain. Sedangkan yang nonmateri berupa tata

nilai, norma, pranata, peraturan, hukum, sistem politik, sistem ekonomi,

dan sistem pemerintahan.

3

Page 4: Manusia Dan Lingkungan

2.2 Ekologi dan Manusia

Kata ‘eko’ dalam ekologi berasal dari bahasa Yunani Oikos, yang berarti

rumah tempat tinggal : tempat tinggal semua manusia, hewan, tumbuhan, air,

tanah, udara, dan matahari. Ekologi mempelajari hubungan antara manusia dan

lingkungan hidup; mengkaitkan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam-bersifat

interdisipliner. Kesadaran ekologi hendak melihat kenyataan dunia ini secara

integral holistik, bahwa dunia yang satu itu ternyata mengandung banyak

keanekaragaman. Ia sekaligus merupakan reaksi kritis atas pandangan terhadap

dunia yang dualistis, dikotomis. Usaha pelestarian lingkungan dimengerti sebagai

kesediaan manusia mengakui keterbatasannya, bahwa ia tidak pernah dapat

memahami sepenuhnya kerja dunia dan semua unsurnya. Maka ia mau

bekerjasama dengan alam lingkungan untuk mengarahkan hidup ini secara

bersama-sama kepada kesejahteraan seluruh anggota komunitas dunia ini.itu

berarti mengakui dan menghargai hak hidup setiap makhluk sebagai subyek yang

mandiri dan bermartabat dalam dunia yang kongret integral.

2.3 Pandangan Manusia Terhadap Lingkungan

1. Hubungan Manusia dengan Lingkungan, dan Sumber Daya Alam

Manusia tergantung pada lingkungan dalam aktivitas seharian-hari, salah

satunya sumber daya alam. Sumber daya alam yang ada sangat berpengaruh pada

kehidupan manusia. Sumber daya alam dapat dimanfaatkan oleh manusia, untuk

kebutuhan sandang, papan, dan pangan. Dalam pengelolaan sumber daya alam

dibutuhkan tenaga yang handal dan bertanggungjawab. Sehingga, sumber daya

alam tidak dieksploitasi berlebihan, dan cepat habis. Jika sumber daya alam

dikelola secara berlebihan juga berpengaruh bagi kerusakan alam sekitar,

misalnya terjadi global warming. Kemudian pemanfaatan sumber daya alam

tidak dapat dirasakan oleh umat manusia hingga generasi berikutnya.

4

Page 5: Manusia Dan Lingkungan

2. Keseimbangan pemanfaatan dengan pemeliharaan

Penerapan teknologi bagi peningkatan kesejahteraan umat manusia selain

secara jelas berdampak positif juga membawa dampak negative. Penerapannya

merupakan tekanan terhadap lingkungan. Eksploitasi hutan, sungai, laut, dan

lainnya yang diluar daya kemampuan lingkungan yang bersangkutan, merupakan

tekanan yang megubah keseimbangan sehingga menimbulkan masalah

lingkungan.

Demikian juga lingkungan sosial budaya, prestasi yang gemilang manusia

dalam IPTEK telah merubah pola piker, pola hidup dan perilaku yang berbudaya

menuju budaya baru yang didasari oleh hawa nafsunya sehingga terjadi

pergeseran nilai ditengah masyarakat.

1. Peranan manusia secara ekologis dalam lingkungan :

- Manusia sebagai mahkluk yang dominant secara ekologi

- Manusia sebagai makhluk pembuat alat

- Manusia sebagai makhluk preampok

- Manusia sebagai makhluk penyebab evolusi

- Manusia sebagai makhluk pengotor

2. Lingkungan yang ideal bagi manusia

Setiap makhluk hidup ingin agar tempat hidupnya memberikan rasa

nyaman, aman dan menyenangkan untuk kelangsungan hidup individu dan

makhluk sejenisnya. Suatu ekosistem mempunyai stabilitas lingkungan tertentu.

Semakin besar keanekaragaman ekosistem, makin besar pula stabilitasnya.

Hutan hujan tropis yang terdiri dari banyak tumbuhan dan binatang

walaupun tanpa perawatan tetap akan dapat melangsungkan hidupnya. Sebaliknya

lading atau sawah yang hanya terdiri dari satu jenis tumbuhan saja akan memiliki

stabilitas yang kecil.

2.4 Pembangunan dan Lingkungan

Sebagian belahan bumi yang sangat luas telah berubah menjadi medan

peperangan dahsyat. Jutaan spesies sedang dimusnahkan di planet kecil ini.

Sementara orang-orang miskin dicerabut dari tempat asalnya dan dipindahkan

5

Page 6: Manusia Dan Lingkungan

secara paksa. Lebih dari itu, lebih dari satu setengah juta orang disisihkan demi

kelancaran proyek-proyek pembangunan yang didanai oleh Bank Dunia. Bahkan,

di atas kertas telah ada beberapa rencana proyek semacam itu yang mungkin akan

menggusur orang-orang miskin, setidak-tidaknya satu setengah juta manusia lagi

(gambaran yang mengerikan itu didapat dari catatan kemiskinan Bank Dunia

dalam kaitannya dengan masalah pemukiman kembali orang-orang yang terkena

proyek pembangunan). Di India, pembangunan yang disponsori Bank Dunia telah

menggusur lebih dari 20 juta orang dari tanah dan tempat tinggal mereka.

Penggusuran itu sering tanpa disertai kompensasi. Dan jika dirunut sejak masa

kemerdekaan pada tahun 1947, orang-orang yang tergusur telah mencapai 2,5

persen dari jumlah penduduk India saat ini (1993). Demikianlah, kaum tergusur

yang memainkan tokoh "penentang" semakin banyak bermunculan dalam drama

yang berpanggungkan bumi, sementara Bank Dunia tetap menjadi aktor utama

yang memainkan tokoh "protagonis" tentunya.

Pada awal tahun 1990-an, perusakan hutan telah menjadikan hutan-hutan

itu tinggal separuhnya saja bila dibandingkan dengan kondisi hutan pada tahun

1980-an (antara tahun 1978 dan 1988 telah terjadi penggundulan. Setiap tahun,

lahan hutan seluas 22.000 meter persegi digunduli. Luas itu sama dengan luas

wilayah Massachusetts). Meski demikian, perusakan hutan itu belum merupakan

tragedi sosial dan lingkungan dalam dimensi global. (Penggundulan itu masih

sangat mungkin terjadi lagi. Seorang ilmuwan pemerintah Brasil Philip M.

Fearnside mengatakan, "Penggundulan itu untuk membayar krisis ekonomi Brasil.

Sepanjang tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an penggundulan terjadi

sangat intens di dua wilayah hutan utama, yaitu di sebelah barat laut Brasil

(Rondonia di utara Mato Grosso) dan wilayah hutan di sebelah tenggara hutan

Amazon, yaitu di negara bagian Para. Namun, bukan kebetulan bahwa hampir

semua aktivitas perusakan hutan di wilayah-wilayah tersebut berkaitan erat

dengan dana proyek raksasa yang didanai Bank Dunia, yaitu proyek pembangunan

infrastruktur Polonoroeste dan Carajas. Proyek Polonoroeste berupa pembangunan

jalan dan pengembangan permukiman untuk pekerja perkebunan, sedangkan

proyek Carajas adalah pembangunan jaringan transportasi kereta api dan

6

Page 7: Manusia Dan Lingkungan

pembangunan daerah pertambangan. Kedua proyek itu benar-benar telah menjadi

pemicu malapetaka kemanusiaan dan ekologis yang masih saja berlanjut, bahkan

setelah pinjaman bertahap Bank Dunia selesai diberikan.

Proyek Polonoroeste telah mengubah Rondonia -- wilayah yang luasnya

kira-kira sama dengan luas Oregon atau Inggris -- menjadi wilayah dengan

kerusakan hutan terluas di Amazon. Sejak beroperasinya Proyek Polonoroeste,

kerusakan hutan terus meningkat, yaitu dari 1,7 persen pada tahun 1978 menjadi

16,1 persen pada tahun 1991.6 Pada pertengahan tahun 1980-an, kebakaran hutan

Rondonia menjadi fokus utama riset NASA. Sedemikian luas kebakaran hutan itu,

yang disebabkan ulah manusia, sehingga areal yang rusak dapat dilihat dari

angkasa luar.

2.5 Transmigrasi

Proyek pemindahan penduduk sebagai bagian dari proyek pertanian yang

dibiayai Bank Dunia tidak hanya terjadi di Brasil. Antara tahun 1976 dan 1986,

Bank Dunia mengucurkan pinjaman 630 juta dolar AS) untuk menopang proyek

pemindahan penduduk yang paling ambisius di dunia: transmigrasi di Indonesia.

Tujuannya sederhana, yaitu memindahkan jutaan orang miskin dari daerah

berpenduduk padat -- Jawa, Lombok, Bali, dan Madura (yang selanjutnya disebut

"daerah asal") ke pulau-pulau seperti Kalimantan, Irian Jaya, dan Sumatra

(selanjutnya dipakai istilah "daerah tujuan"). Di daerah tujuan terdapat 10 persen

hutan hujan dunia. Selain itu, di daerah-daerah tersebut juga berdiam berbagai

suku asli non-Jawa.

Program transmigrasi di Indonesia mempunyai banyak kesamaan dengan

proyek Polonoroeste. Pada mulanya, proyek pemindahan penduduk itu

(diharapkan) dilakukan secara sukarela. Mereka yang bersedia pindah -- paling

tidak dalam proyek berikutnya -- menerima bantuan fasilitas pertanian dan

pelayanan-pelayanan lain, terutama untuk menanam tanaman perkebunan seperti

cokelat, kopi, dan minyak kelapa sawit untuk diekspor. Pinjaman Bank Dunia

sebesar 630 juta dolar AS itu ternyata merupakan "pancingan" bagi donor lainnya,

7

Page 8: Manusia Dan Lingkungan

baik dari pemerintah negara lain maupun lembaga keuangan internasional.

Pemerintah Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Asian Development Bank (ADB),

UNDP, dan Food and Agriculture Organization (FAO) pun turut memberikan

bantuan. Sepanjang tahun 1983, tambahan bantuan dana itu mencapai 743 juta

dolar AS. Dana itu digunakan untuk pengembangan proyek perkebunan inti rakyat

(nucleus astate project), yang merupakan bagian dari program pemindahan

penduduk ke hutan tropis di Indonesia.

Menurut Bank Dunia, transmigrasi di Indonesia bertujuan untuk mengatasi

ledakan penduduk dan pengangguran di Jawa dan pulau-pulau padat lainnya.

Transmigrasi juga menjadi alasan untuk memacu pembangunan ekonomi di

daerah tujuan. Dan memang, Pulau Jawa yang luasnya sama dengan luas wilayah

negara bagian New York telah menjadi salah satu tempat terpadat di bumi karena

dihuni sekitar 105 juta jiwa (1993).

Di Indonesia, 90 persen tanahnya telah dihuni oleh penduduk non-Jawa.

Kondisi populasi yang demikian, bagi pemerintahan Soeharto dianggap tidak bisa

diandalkan. Oleh karena itu dibuatlah program transmigrasi. Namun program itu

mendapat reaksi keras di daerah-daerah tujuan. Di Irian Jaya, banyak suku asli

telah bergerilya selama lebih dari 20 tahun, sebagai bentuk penolakan mereka

terhadap kebijakan aneksasi Indonesia sejak tahun 1969 di wilayah mereka.

Sebagai bentuk penolakan lainnnya, suku-suku asli tetap menyebut wilayahnya

dengan nama Papua Barat, sementara pemerintah Indonesia menggunakan nama

Irian Jaya. Transmigrasi di Indonesia, salah satu sistem "pengamanan" negara

yang dilakukan pemerintah Indonesia, telah menjadi proyek perang bintang

Jenderal Soeharto.

Program transmigrasi di Indonesia telah mewariskan kerusakan

lingkungan. Bahkan, dokumen Bank Dunia pun menyatakan, sejak awal

keterlibatan mereka pada akhir tahun 1970-an, program tersebut telah

mengorbankan 15.000 sampai 20.000 kilometer persegi hutan tropis. Pada

kenyataannya, paling tidak 40.000 sampai 50.000 kilometer persegi hutan tropis

yang menjadi korban (4 persen dari hutan di Indonesia dan 3 persen dari hutan

tropis yang tersisa di dunia).

8

Page 9: Manusia Dan Lingkungan

Menurut laporan Bank Dunia, tahun 1986, 50 persen keluarga transmigran

hidup di bawah garis kemiskinan. Diperkirakan, pada tahun itu pendapatan

mereka 540 dolar AS per tahun, sementara 20 persen transmigran lainnya berada

di bawah garis subsisten (sangat miskin). Fakta itu jelas mengherankan, karena

sebenarnya biaya rata-rata untuk merelokasi sebuah keluarga transmigran dapat

menjamin kehidupan keluarga tersebut di atas garis kemiskinan selama paling

tidak 13 tahun. Pada akhir tahun 1980-an, survei yang dilakukan oleh pemerintah

Prancis menyatakan bahwa 80 persen dari daerah transmigrasi di Indonesia gagal

memperbaiki standar kehidupan transmigran.

Kondisi paling buruk terjadi di Irian Jaya. Bantuan yang kelima dari Bank

Dunia telah dimanfaatkan untuk memindahkan sekitar 15.000 keluarga atau lebih

dari 75.000 orang ke Pulau Cendrawasih. Dalam program transmigrasi itu,

pemerintah Indonesia berharap dapat merekrut "transmigran yang mendapat

sponsor" yang sama jumlahnya dengan "transmigran swakarsa". Dan sampai

tahun 1990, lebih dari 300.000 orang Jawa telah pindah ke Irian Jaya. Irian Jaya

sebenarnya merupakan cagar alam terluas di dunia, tempat keanekaragaman

hayati berkembang biak dengan bebas. Seluas 417.000 kilometer persegi

wilayahnya merupakan tanah basah dan hutan hujan. Irian Jaya berpendukuk 1,2

juta jiwa yang menggunakan 224 bahasa, dan 800.000 penduduknya merupakan

suku Melanisia.

2.6 Revolusi Hijau

Dampak revolusi hijau menurut Vandana shiva “ revolusi hijau telah

menyebabkan berkurangnya keanekaragaman genetika, meningkatnya kerawanan

terhadap hama, terjadinya erosi tanah, kekurangan sumber air, menurunnya

kesuburan tanah, terkontaminasinya lapisan tanah, kurangnya makanan bergizi

bagi penduduk setempat, penggusuran secara besar-besaran petani gurem dari

lahan pertanian, terjadinya kemiskinan di daerah pedesaan, meningkatkan

kecemburuan sosial dan konflik. Yang mendapatkan keuntungan dari revolusi

hijau ini adalah industri agrokimia, perusahaan-perusahaan petrokimia, pembuat

9

Page 10: Manusia Dan Lingkungan

mesin-mesin pertanian, pembuat bendungan dan para tuan tanah” (Ecology for

beginners, Croall and Williams)

Khususnya di Indonesia kebijakan pangan pada fase produksi meminta

perluasan lahan pertanian. Korban pertama adalah hutan yang dialihfungsikan

menjadi lahan pertanian, bahkan rawa-rawa. Akibatnya jelas kerusakan ekosistem

disertai punahnya ribuan spesies endemik di wilayah tersebut.

Selain itu fakta menunjukkan FAO melarang penggunaan 57 jenis

pestisida karena membahayakan kesehatan. Namun, ternyata sebagian besar

pestisida tersebut beredar di Indonesia dan digunakan oleh petani. Beberapa

pestisida berbasis klorin atau organoklorin seperti DDT, dioxin, aldrin, dieldrin,

endrin, chlordane, heptachlor, mirex, hexachlorobenzen, toxaphene, furans adalah

pestisida atau polutan yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Zat-zat kimia

tersebut juga mempengaruhi sistem metabolisme, kekebalan tubuh, dan

mempengaruhi fungsi otak manusia.

Menurut laporan UNDP tahun 1998, sebanyak 2,7 juta orang setiap tahun

meninggal akibat pencemaran lingkungan lewat polusi udara karena emisi-emisi

industri, gas buang kendaraan bermotor dan bahan bakar fosil yang dibakar di

rumah-rumah. Karenanya, manusia menderita kerusakan pernafasan, penyakit

jantung dan paru-paru serta kanker. Sebanyak 2,2 juta manusia yang meninggal

berada di pedesaan terkena polusi udara di ruangan karena pembakaran bahan

baker tradisional. Laporan UNDP ini semakin mengerikan lagi manakala

ditemukan sebanyak 2 juta anak pertahun meninggal akibat air kotor.

Aliran-aliran beracun seperti dioksin, pestisida, organoklorin, minyak,

asam, alkali, dan logam-logam berat seperti cadmium dan timbale dari pabrik,

pertambangan dan pabrik kimia telah mengkontaminasi saluran air utama di

seluruh bagian dunia. Eksploitasi alam dan degradasi sumber daya alam sangat

memprihatinkan. Sebagai contoh, kebakaran dan penebangan hutan besar-besaran

di Indonesia di tahun-tahun silam telah mengakibatkan degradasi tanah, sehingga

menempatkan berjuta-juta rakyat miskin dalam resiko kelaparan.

Beberapa puluh tahun silam, masyarakat agraris di tepi Bengawan Solo

mulai Jawa Tengah hingga Jawa Timur mengenal musim Pladu (ikan mabuk

10

Page 11: Manusia Dan Lingkungan

akrena air keruh akibat hujan) sebagai andalan menutupi kebutuhan gizi keluarga

sekaligus rezeki. Panen alami ikan ramai-ramai itu merupakan kearifan tradisional

yang kini tidak dikenal lagi. Berkah pladu tidak lagi mereka nikmati karena sungi

berubah fungsi menjadi saluran limbah ribuan industri. Ladang tepi bengawan

yang mengharap kesuburan Lumpur kiriman tidak lagi produktif dan ikut

menghitam mengeluatkan bau limbah.

Situasi di luar Jawa juga tidak jauh berbeda. Sungi tidak lagi menghasilkan

ikan, hutan tidak lagi menjadi penopang hidup karena telah menjadi padang

ilalang. Pohon terus ditebang, baik secara legal maupun illegal. Sebagian tanah

dikeruk secara sewenang-wenang untuk diambil hasil tambangnya, dan tidak

direklamasi, karena itu bencana terjadi dimana-mana.

Data Forest Watch Indonesia (2001) menyatakan bahwa dalam 50 tahun

terakhir, Indonesia telah kehilangan hutan seluas 60 juta hektar. Pada tahun 1985-

1997, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,4 juta hektar pertahun. Muhtadi

(2003) menyatakan bahwa di Jawa, tingkat kerusakan kawasan hutan yang

dikelola oleh PT Perhutani, sampai tahun 2001 sudah mencapai 350.000 hektar.

Diperkirakan tingkat kerusakan hutan di Jawa akan meningkat hingga

500.000 hektar pada tahun 2002. Kerusakan ini tidak hanya terbatas pada kawasan

hutan produksi, tetapi juga hutan lindung dan hutan alam. Sabarnudin (2001)

menyatakan pula bahwa eksploitasi berlebih (over exploitation), pembalakan tak

leggal (illegal logging) dan merebaknya perambahan kawasan melengkapi proses

destrukturisasi hutan di Indonesia. Keadaan ini makin diperparah pula oleh adanya

tabrakan kebijakan-kebijakan perekonomian, sosial dan politik menyangkut

sumberdaya hutan hasil rumusan berbagai pihak berdasarkan kebutuhan masing-

masing, yang pada akhirnya memicu adanya persoalan kemiskinan dan ketidak

adilan yang dirasakan oleh masyarakat desa hutan.

Forest Watch Indonesia juga memprediksikan hutan hujan dataran rendah

Kalimantan akan hilang tahun 2010. hutan-hutan lain di Sulawesi dan Sumatera

diyakini akan lebih dulu hilang. Sisa-sisa hutan pegunungan dan hutan rawa-rawa

di pulau-pulau akan lenyap tidak terlalu lama. Hanya Irian Jaya diperkirakan

masih memiliki hutan tersisa. Setelah sungai menjadi saluran limbah, dan hutan

11

Page 12: Manusia Dan Lingkungan

hanya tinggal nama, baru disadari terjadi kesenjangan dan ketidakadilan. Picu

konflik horisontal pun tersulut diam-diam di hampir seluruh wilayah Indonesia

yang kaya sumber daya alam.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan

untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi

kelangsungan hidup sejenisnya. Manusia mempunyai pengaruh penting dalam

kelangsungan ekosistem habitat manusia itu sendiri, tindakan-tindakan yang

diambil atau kebijakan-kebijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan

berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri. Kemampuan kita untuk

menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai

manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat

membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan.

3.2 Saran

Manusia perlu mengambil kebijakan-kebijakan terhadap lingkungan

sebagai usaha untuk memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber alam dan

lingkungan. Kita sebagai manusia wajib menyadari bahwa kita saling terkait

dengan lingkungan yang mengitari kita. Kemampuan kita untuk menyadari hal

tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan

lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita

menyadari hubungan manusia dengan lingkungan.

12

Page 13: Manusia Dan Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA 

Aiulfah.2011.Manusia dan Lingkungan ISBD.[Serial online].http://makalah

ISBD/ilmu sosial budaya dasar.htm. [4 September 2015].

Drs.Sujarwo.2011. Ilmu Sosial & Budaya Dasar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moh. Soerjani, dkk. 1987. Lingkungan : Sumber Daya Alam dan Kependudukan

dalam Pembangunan. Jakarta : UI Press.

Setiadi, M.Si. dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.  Jakarta: Kencana

Prenada Media.

Siutompul.1993.Manusia dan Budaya.Jakarta: Gunung Mulia

13