Upload
nadiya-afifah
View
44
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Penyakit dan ManusiaSebuah studi memahami patologi
penyakit (Bagian 2)
Dr. Ismet M. Nur, SpPA(K),MM
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN PATOLOGIPatologi Anatomi terdiri dari :Patologi Umum dan Patologi Khusus (Sistem Organ)
.
Patologi Umum/General Pathology(GP) dasar dari Patologi Anatomi terutama fokus terhadap mekanisme yang mendasari suatu penyakit, yaitu dalam bentuk patogenesis dan perubahan morfologi.
Patologi Khusus (Sistem Organ) mempelajari pathologi dari organ seperti pada sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem retikular, sistem saraf pusat, dll
Patologi merupakan gabungan ilmu dasar dan klinis
yang mempelajari mengenai struktur dan fungsi dari sel, jaringan dan organ dari suatu penyakit, berdasarkan dari molekular, mikrobiologi, imunologi dan teknik morfologi.
Empat aspek proses penyakit, formula yang baik dalam diagnosis bagi patologi :
1. Etiologi atau PenyebabPada terminologi modern, etiologi
dibedakan menjadi 2 kelompok mayor : Intrinsik atau genetik dan Ekstrinsik atau di dapat (contoh : infeksi, nutrisi, zat kimia dan fisik)
Konsep bahwa satu penyebab khusus untuk satu penyakit, kini sudah tidak memadai.
Faktor genetik diketahui turut dipengaruhi oleh lingkungan dan dapat menstimulus penyakit seperti, arteriosklerosis dan kanker.
2. PatogenesisPatogenesis mengacu pada
urutan peristiwa dari respon sel atau jaringan terhadap agen etiologi, mulai dari stimulus awal hingga gejala akhir dari suatu penyakit.
Patogenesis merupakan salah satu bagian dari Patologi. Bahkan ketika tahap awal infeksi penyakit ataupun penyebab secara molekular telah diketahui, masih banyak tahapan-tahapan yang harus dipelajari untuk memahami suatu penyakit.
Sebagai contoh : Untuk memahami Cystic fibrosis, tidak cukup untuk mengetahui suatu gen yang rusak atau hasil dari gen tersebut, tapi juga perlu pemahaman mengenai biokimia, imunologi dan morfologi yang menyebabkan cystic fibrosis pada paru, pankreas dan organ lainnya.
3. Perubahan MorfologiPerubahan morfologi mengacu pada
perubahan struktural dari suatu sel atau jaringan, baik karakteristik, diagnosis maupun etiologi suatu penyakit.
4. Perubahan Fungsi dan Gejala KlinisPerubahan sifat morfologi dan
pendistribusian nya ke organ lain atau jaringan, mempengaruhi fungsi normal dan menentukan gejala klinis serta prognosis dari suatu penyakit.
Pada abad ke-19, Rudolf Virchow dikenal sebagai Bapak “Patologi Modern”. Konsepnya adalah bahwa seluruh bentuk kelainan organ, di mulai dengan perubahan pada molekular dan struktur dari sel.
Trauma selular : Jika telah melewati batas respon adaptasi terhadap stimulus atau ketika tidak dapat beradaptasi.
Perubahan seluler dapat berupa Reversibel atau ireversibel
CELL INJURY
CELL DEATHADAPTATION
NORMAL CELL
(homeostasis)
Inability to adapt
Injurious stimulusCellular
stress
Cellular response to stress and injurious stimuli
Penyebab dari trauma sel
1. Oxygen deprivation Hipoksia penyebab terpenting serta paling sering
dari kerusakan sel dan kematian sel, berhubungan dengan respirasi oxidatif aerobik.
Hipoksia harus dibedakan dari Iskemia, yaitu berkurangnya suplai darah karena aliran arteri yang terganggu atau karena penurunan drainase vena dalam jaringan. Iskemia cenderung menyebabkan kerusakan jaringan lebih cepat dari hipoksia.
Hipoksia: misalnya gagal jantung paru (akibat tida adekuat oksigenasi dan anemia, menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen akibat CO, carbon monoxyhemoglobin menghambat mengangkutan oksigen)
Tergantung berat dari hipoksia, kemungkinan masih daat di adaptasi, dapat terjadi trauma sel atau kematian.
2. Agen Fisik Termasuk trauma mekanikTemperatur yang ekstrim (terbakar
atau sangat dingin) Perubahan tekanan atmosfir yang
mendadakRadiasi dan syok elektrik
3. Agen Kimia dan obat Glukosa atau kadar garam dengan konsentrasi
hipertonik dapat menyebabkan trauma sel secara langsung
Oksigen dengan konsentrasi yang tinggi juga dapat berakibat toksik.
Keracunan seperti arsenik, sianida atau garam merkuri dapat menyebabkan kerusakan sel dalam jumlah besar dalam hitungan menit hingga jam yang mengakibatkan kematian.
Substansi lain, seperti lingkungan dan polusi udara, insektisida dan herbisida, limbah industri dan lingkungan, asbestos, CO, stimulus sosial seperti alkohol,narkotika dan peningkatan obat-obatan terapi lainnya.
4. Agen infeksi ; Virus hingga cacing pita5. Reaksi Imunologi
Sekalipun sistem imun berperan sebagai pertahanan terhadap agen biologi, pada kenyataannya dapat juga menyebabkan kerusakan sel.
Reaksi anafilaktik terhadap protein asing atau obat adalah contoh paling sering, dan reaksi terhadap antigen endogen dari tubuh sendiri bertanggungjawab terhadap terjadinya berbagai penyakit autoimun.
6. Kelainan Genetik Kelainan Genetik sebagai penyebab kerusakan sel
merupakan hal utama yang diteliti pada masa kini. Kerusakan genetik dapat menimbulkan kelainan
seperti malformasi kongenital Hemoglobin S pada sickle cell anemia. Banyak gangguan metabolisme pada saat lahir muncul akibat abnormalitas dari enzim, biasanya defisiensi enzim. Hal ini merupakan contoh dari kerusakan sel akibat perubahan yang tidak terdeteksi pada tingkat DNA.
7. Ketidakseimbangan NutrisiSampai saat ini pun,
ketidakseimbangan nutrisi masih menjadi salah satu penyebab kerusakan sel, misalnya defisiensi kalori protein, defisiensi vitamin tertentu. Kelebihan lemak dapat menjadi predisposisi terbentuknya arteriosklerosis (endemik di U.S) dan obesitas.
Cellular response to stress and injury
Type of Stimuli Cellular Response
Physiological stimuli Cell adaptation: Hyperplasia, hypertrophy, Atrophy, Metaplasia
Chemical injury, microbial infection
•Reversible injury• Irreversible injury: cell death, necrosis, apoptosis
Metabolic, genetic alteration
Calcification, intracellular accumulation
PADA BAGIAN INI, AKAN DIJELASKAN KELAINAN SECARA GARIS BESAR MENGENAI HEMODINAMIK DAN SISTEM ALIRAN DARAH, TERMASUK EDEMA, HEMORAGIK, TROMBOSIS, EMBOLI, INFARK DAN SYOK.
HOMEOSTASIS CAIRAN NORMAL MENCAKUP KEMAMPUAN UNTUK MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN DINDING PEMBULUH DARAH SERTA TEKANAN INTRAVASKULAR DAN OSMOLARITAS DALAM KONDISI FISIOLOGIS.
EDEMA: EKSTRAVASASI CAIRAN KE RONGGA INTERSTITIAL
TROMBOSIS: HOMEOSTASIS CAIRAN NORMAL JUGA BERARTI MEMPERTAHANKAN KEKENTALAN DARAH HINGGA PADA KONDISI TERTENTU SEPERTI TRAUMA MEMBUTUHKAN PEMBENTUKAN TROMBUS
EMBOLI : TROMBOSIS PADA DAERAH YANG TIDAK SEHARUSNYA ATAU MIGRASI DARI TROMBUS
INFARK : OBSTRUKSI PADA ALIRAN DARAH KE JARINGAN DAN MENYEBABKAN KEMATIAN SEL
HEMORAGIK: KEGAGALAN PEMBEKUAN SETELAH TRAUMA PADA PEMBULUH DARAH
SYOK : PERDARAHAN LOKAL DAPAT MEMPENGARUHI PERFUSI JARINGAN REGIONAL, JIKA PERDARAHAN MASIF DAPAT MENGAKIBATKAN HIPOTENSI (SYOK) DAN KEMATIAN
Kelainan genetik terdiri dari: Mutasi Kelainan Mendelian Kelainan multifaktor akibat diturunkan Kelainan sitogenetikCytogenetic disorders Kelainan gen tunggal
MutasiMutasi adalah perubahan permanen pada DNA
selTiga kategori mutasi: Mutasi genomik Mutasi kromosom Mutasi gen
Kelainan MendelianKelainan mendelian akibat ekspresi mutasi gen
tunggal yang menyebabkan efek yang besar. Contoh: Sickle cell anemia Ketulian pada anak Diabetes mellitus
Kelainan gen tunggal
Kelainan gen tunggal dibagi menjadi:1. Autosomal Dominant Disorders
(Huntington disease, Polycystic Kidney Disease, Marfan syndrome)
2. Autosomal Recessive Disorders (Cystic fibrosis, Sickle cell anemia, Thalasemia).
Sistem Imunitas Manusia
Fungsi sistem imun adalah melindungi individu dari patogen infeksius.
Mekanisme yang mendasari:1. Kekebalan bawaan2. Kekebalan adaptif
Sistem imunitas tubuh
Kekebalan bawaan Disebut juga kekebalan alamiah. Merupakan mekanisme pertahanan yang
telah ada sebelum adanya infeksi. Dapat berkembang secara khusus
mengenali mikroba dan melindungi dari infeksi.
Kekebalan bawaan merupakan mekanisme pertahanan pertama.
Komponen kekebalan bawaan:
Barier epitel. Sel fagosi : neutrofil, dan makrofag. Sel Natural Killer (NK) cells Sistem komplemen pada protein plasma.
Komponen kekebalan adaptif Terdiri dari limfosit dan antibodi yang
dihasilkannya. Komponen utama kekebalan adaptif
adalah kekebalan seluler dan humoral Kekebalan selular (atau cell mediated
immunity) bertanggung jawab untuk pertahanan melawan mikroba intraseluler
Kekebalan humoral melindungi mikroba ekstraseluler dan toksinnya.
Kelainan sistem imun
Reaksi hipersensitivitas Penyakit otoimun Sindrom defisiensi imunologik Amiloidosis
Reaksi Hipersensitivitas
Penyakit hipersensitivitas diklasifikasikan menjadi: Tipe 1 atau hipersensitivitas segera Tipe 2 atau kelainan yang dimediasi oleh
antibodi Tipe 3 atau kelainan yang disebabkan
ikatan kompleks imun Tipe 4 atau kelainan kekebalan yang
dimediasi sel
Penyakit sistem imun
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) Rheumatoid Arthritis Sjorgren Syndrome Scleroderma
Sindrom defisiensi imunologi
X-linked Agammaglobulinaemia Brutton Isolated IgA Deficiency Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS)
Terminologi yang berhubungan dengan Neoplasma
Neoplasma diterjemahkan secara bebas “pertumbuhan baru”
Neoplasia adalah proses perkembangan pertumbuhan baru
Terminologi tumor mirip dengan neoplasma Onkologi ilmu yang mempelajari tumor
atau neoplasma Kanker merupakan istilah umum untuk
semua tumor ganas
Contoh Neoplasma jinak
Fibroma – berasal dari sel fibroblastik Fibro adenoma mammae Chondroma – tumor dari jaringan tulang
rawan (kartilago) Osteoma tumor yang berasal dari
osteoblas Adenoma tumor yang berasal dari
kelenjar atau membentuk struktur seperti kelenjar
Contoh Neoplasma Ganas
Sarcoma – berasal dari jaringan mesenkim
Carcinoma – berasal dari lapisan germinal
Teratoma – terbentuk dari lebih dari 1 lapisan germinal (biasanya 3)
Melanoma - karsinoma dari melanositSquamous cell carcinoma
Kategori agen infeksi
I. PRIONS:
terdiri dari protein host yang dimodifikasi dapat menyebabkan transmisi spongioform
encephalopathies: kuru, berhubungan dengan manusia
kanibalisme di Papua Creutzfeldt-Jakob disease, berhubungan
dengan transplantasi kornea Bovine spongioform encephalopathy (BSE) juga dikenal sebagai penyakit sapi gila
(mad cow disease) atypical C-J penyakit ditransmisikan ke manusia melalui BSE
Kategori agen infeksi
II. VIRUS:
Seluruh virus bergantung pada metabolisme sel host untuk replikasinya Parasit obligat intraseluler
Diklasifikasikan berdasarnan asam nukleat yang ada di inti (DNA atau RNA dan bentuk mantelnya atau capsid (coat or capsid)
Lebih dari 400 spesies diam dalam tubuh manusia, tetapi hanya beberapa saja yang menyebabkab penyakit akut pada manusia : common colds atau influenza.
Yang lain mampu hidup dalam massa laten dan dengan massa reaktivasi yang panjang (Herpes viruses) atau menyebabkan penyakit kronis (Hepatitis viruses)
II. VIRUS (lanjutan):
III BAKTERIOFAG, PLASMID DAN TRANSPON
Elemen genetik mobil yang mengode faktor virulensi bakteri :
adhesin, toksin atau enzim yang merubah resistan antibiotik
Kemampuan menginfeksi bakteri dan menggabungkan diri ke dalam genom nya, contoh :
gen toksin Vibrio cholerae dan Shigella flexneri.
Perubahan elemen antara strain bakteri dan spesies membantu kemampuan survival atau kemampuan menyebabkan penyakit
IV. BAKTERI
• Sel bakteri tidak memiliki inti dan retikulum endoplasma
• Dinding sel rigid, terdiri dari 2 phospholipid bilayer dengan lapisan peptidoglycan di antaranya (spesies Gram negatif) atau 1 phospholipid bilayer dilapisis peptidoglycan (bakteri gram positif)
• Bakteri menyintesis DNA, RNA dan proteinnya masing-masing tetapi bergantung pada host untuk kondisi pertumbuhannya.
• Beberapa tumbuh hanya pada lapisan permukaan tubuh (kulit), meliputi staphylococcus dan propioni bacteriums, agen yang menyebabkan adolescent pimples
• Sejumlah besar diam di traktus gastrointestinal dan 99% nya adalah anaerob.
IV. BAKTERI (lanjutan)
V. CHLAMYDIA, RICKETTSIA DAN MYCOPLASMA
CHLAMYDIA memiliki kesamaan dengan bakteri memperbanyak diri dengan membelah dua rentan terhadap antibodi tetapi tidak memiliki struktur tertentu: tidak memiliki dinding dan tidak bisa bermetabolisme tertentu (sintesis ATP)
RICKETTSIA Kebanyakan rickettsia diransmisikan oleh vektor serangga (kutu dan tungau) dan merupakan agen obligat intraselular, bereplikasi pada sitoplasma sel endotel menyebabkan hemorrhagic vasculitis sering tampak seperti skin rash, transient pneumonia, hepatitis, kerusakan CNS dan kematian.
V. CHLAMYDIA, RICKETTSIA DAN MYCOPLASMA (lanjutan)
MYCOPLASMAS Mycoplasma pneumoniae menyebar melalui aerosol, berikatan pada permukaan sel epitel saluran nafas dengan adanya adhesin (P1) dan menyebabkan atypical pneumonia.
VI. JAMUR
Jamur memiliki dinding yang tebal yang mengandung ergosterol dan bentuk reproduksi seksual sempurna pada in vitro, pada in vivo berbentuk tidak sempurna meliputi bentuk ragi, hifa dan konidia.
Kelompol jamur Tinea terbatas pada lapisan superfisial kulit (“athlete’s foot”).
Dermatofita yang lain dapat merusak batang rambut, atau kuku. Beberapa spesies jamur menginvasi jaringan subkutan membentuk granuloma atau menyebar secara sistemik merusak organ pada host imunokompromais
VI. JAMUR (lanjutan)
VII. PROTOZOA
Parasit protozoa merupakan organisme sel tunggal dapat bergerak, membran plasma yang lentur dan organel sitoplasma yang kompleks.
Trichomonas vaginalis merupakan organisme yang ditularkan melalui transmisi seksual.
Protozoa usus menyebar melalui rute fecal-oral: Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia.
Blood-borne protozoa (Plasmodium, Tryponema dan Leishmania species) ditransmisikan melalui serangga penghisap darah sehingga dapat mencapai are transmitted by blood-sucking insects, di mana mencapai taraf suksesi kehidupan sebelum berpindah pada host baru.
Toxoplasma gondii didapat melalui kontak dengan anak kucing yang mengandung ookista atau makan daging setengah matang yang mengandung kista
VII. PROTOZOA (Lanjutan)
VIII. CACING
Parasit cacing merupakan organisme multiselular yang berdiferensiasi tinggi dengan siklus kehidupan yang kompleks: perubahan reproduksi seksual pada host definitif dan multiplikasi aseksual pada host intermediat atau vektor.
Jadi, tergantung spesies parasit, manusia mungkin tempat yang baik bagi cacing (Ascaris) dewasa atau stadium imatur (Toxocara canis) atau bentuk larva askesual (Echino coccus).
VIII. CACING (Lanjutan)
Cacing dewasa, sekali berada di manusia, tidak berkembang biak dalam jumlah tapi menghasilkan telur atau larva untuk fase selanjutnya.
Konsekuensi penting akibat ketidakmampuan bereplikasi cacing dewasa penyakit sering disebabkan oleh respon inflamasi dari telur atau larva dibandingkan dengan bentuk cacing dewasa penyakit sebanding dengan jumlah organisme yang menginfeksi.
VIII. CACING (Lanjutan)
Parasit cacing dibagi 3 kelas: [1] Kelas 1: Nematoda (roundworm) Usus: Ascaris
dan Strongyloides. Menginvasi jaringan: Filaria dan Trichinella [2] Kelas 2: Cestodes (flat worm) Cacing pita dan
larva bentuk kista dari cacing pita: Cysticerci dan kista hydatid [3] Kelas 3: Trematodes (flukes) oriental liver
dan lung flukes
IX. EKTOPARASIT
Ektoparasit merupakan arthropoda (lalat, kutu busuk, kutu (lice, ticks, bedbugs and fleas) yang menempel dan hidup pada kulit.
Scabies: contoh dari dermatitis berat disebabkan oleh tungau membuat terowongan pada stratum korneum.
Arthropoda dapat menjadi vektor bagi patogen lain: Penyakit Lyme disebabkan oleh spirocheta (Borrelia burgdorferi) ditransmisikan oleh kutu rusa