19
Ma’rifatullah dalam keseharian A. Pengertian Ma’fatulloh Ma’rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya). B. Pentingnya Mengenal Allah 1. Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS 51:56) dan tidak tertipu oleh dunia . Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122). 2. Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang [6:122] . 3. Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena: a. Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.

ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

Ma’rifatullah dalam keseharian

A. Pengertian Ma’fatulloh

Ma’rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti

mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi

mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya).

B. Pentingnya Mengenal Allah

1. Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS

51:56) dan tidak tertipu oleh dunia . Ma’rifatullah merupakan ilmu yang

tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122).

2. Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya.

Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan

keyakinan mendalam. Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan

manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang

[6:122] .

3. Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena:

a. Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.

b. Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh

keberuntungan dan kemenangan.

Jalan untuk mengenal Allah

1. Lewat akal:

o Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:

a. Fenomena terjadinya alam (52:35)

b. Fenomena kehendak yang tinggi(67:3)

Page 2: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

c. Fenomena kehidupan (24:45)

d. Fenomena petunjuk dan ilham (20:50)

e. Fenomena pengabulan doa (6:63)

o Ayat Qur’aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:

a. Keindahan Al-Qur’ an (2:23)

b. Pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]

c. Pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)

2.Lewat memahami Asma’ul Husna:

a. Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)

b. Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)

c. Allah sebagai pemilik (2:284)

d. dll. (59:22-24)

C. Hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah

a. Kesombongan (QS 7:146; 25:21).

b. Dzalim (QS 4:153) .

c. Bersandar pada panca indera (QS 2:55) .

d . Dusta (QS 7:176) .

e. Membatalkan janji dengan Allah (QS 2:2&-27) .

f. Berbuat kerusakan/Fasad .

g. Lalai (QS 21:1-3) .

h. Banyak berbuat ma’siyat .

i. Ragu-ragu (QS 6:109-110)

Semua sifat diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus

dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci

mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka. (QS

2:6-7)

Page 3: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

Berbagai usaha dilakukan para ulama dari berbagai zaman untuk menggali

dan merumuskan manhaj Rasulullah serta tahap-tahapnya mandidik muslim

generasi pertama menjadi manusia-manusia unggulan sepanjang masa. diantara

para ulama agung itu adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyah (lahir di Damaskus 691 H)

Hasan bin Ali Hasan al-Hijasy merangkum pemikiran Ibnu Qayyim yang tersebar

itu dalam sebuah disertasi doktornya di fakultas ilmu-ilmu sosial jurusan tarbiyah

Universitas Imam Muhammad bin Su’ud, Arab Saudi (Manhaj Tarbiyah Ibnu

Qayyim, penerbit al-Kautsar, Jakarta Februari 2001)

            Dibawah ini adalah tips untuk melakukan 9 jenis tarbiyah yang digali Ibnu

Qayyim rangkuman DR Hasan al-Hijazy.

1.     Tarbiyah Imaniyah (mendidik iman)

Ada tiga sarana (wasilah) untuk mendidik iman kita yaitu;

             Pertama, selalu mentadaburi (mengamati, mempelajari, menghayati)

tanda-tanda kekuasaan Allah Dzat Pencipta serta keluasan rahmat dan hikmah

perbuatan-Nya. Tadabur itu bisa dilakukan dengan penglihatan biasa (bashirah),

bisa juga denga penalaran akal sehat, dengan mentadabur kekuasaan Allah, hasil-

hasil ciptaan-Nya, gejala-gejala alam, kesempurnaan manusia, juga ayat-ayat al-

qur’an.

              Kedua, selalu mengingat kematian yang penuh kepastian. Hendaknya kita

harus bisa menempatkan kapan harus ingat mati, agar tibul keshusyukan dalam

diri  kita.

             Ketiga, mendalami fungsi semua jenis ibadah sebagai salah satu cara

mendidik iman. Caranya denga banyak mengerjakan amal shalih yang sendi

utamanya adalah keikhlasan; juga memperbanyak do’a dan harapan kepada Allah

semata, menghindari riya’ dalam berbakti dan bertindak, mencintai firman Allah,

Page 4: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

berkeyakinan bahwa kelak akan berjumpa langsung dengan Allah, dan terakhir

melanggengkan ridlo dan rasa syukur dalam keadaan apapun serta dalam keadaan

bagaimanapun.

2.     Tarbiyah Ruhiyah (mendidik ruhani)

                 Ibnu Qayyim mencatat 7 cara melakukan tarbiyah ruhiyah, yaitu:

memperdalam iman kepada hal-hal (ghaib) yang dikabarkan Allah seperti azab

kubur, alam barzah, akhirat, hari perhitungan; memperbanyak dzikir dan sholat;

melakukan muhasabah (intropeksi diri) setiap hari sebelum tidur; mentadaburi

makhluk Allah yang banyak menyimpan bukti-bukti kekuasaan, ketauhidan, dan

kesempurnaan sifat Allah; serta mengagungkan, menghormati, dan mengindahkan

seluruh perintah dan larangan Allah.

3.     Tarbiyah Fikriyah (mendidik pikiran)

                 Kegiatan tafakkur (merenung/berkonsentrasi) menurut Ibnu Qayyim

adalah menyingkap beberapa perkara da membedakan tingkatannya dalam

timbangan kebaikan dan keburukan. dengan tafakkur, seseorang bisa

memebedakan antara yang hina dan yagn mulia, dan antara yg lebih buruk dari

yang buruk. kata Imam Syafi’i “Minta tolonglah atas pembicaraan mu dengan

diam dan atas analisamu dengan tafakur .” Ibnu Qayyim mengomentari kalimat

itu dengan berkata “yang demikian itu dikarenakan tafakur adalah amalan hati,

dan ibadah adalah amalan juwariyah(fisik), sedang kedudukan hati itu lebih muia

daripada jawariyah, maka amal hati lebih mulia dari pada jawariya. disamping

itu, tafakur bisa membawa seseorang pada keimanan yagn tak bisa diraih oleh

amal semata.” Sebaik-baik tafakur adalah saat membaca Al-qur’an, yang akan

mengantar manusia kepada ma’rifatullah (menganal Allah).

4.     Tarbiyah ‘Athifiyah (mendidik perasaan)

                 Naluri (insting), kesediahan, kegambiraan, kemarahan, ketakutan, dan

cinta merupakan perasaan-perasaan utama yagn selalu mendera manusia.

Page 5: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

sedangkan cinta adalah perasaan yang bisa menjadi motivasi paling kuat untuk

menggerakkan manusia malakukan apapun. Maka Ibnu Qayyim memberi 11 resep

menundukan perasaan cinta, yaitu: menanamkan perasaan yang kuat bahwa

seorang hamba sangat buth Allah, bukan yagn lain; meyakinkan diri sendiri

bahwa satu hati yang menjadi milik manusia harus dipenuhi hanya oleh satu cinta;

mengokohkan perasaan bahwapemilik segala sesuatu di dunia ini hanya Allah

semata; beribadah kepada Allah dengan nama-nama Yang Maha Awal, Maha

Akhir, Maha Zhahir, dan Maha Batin demi menumbuhkan rasa fakir (butuh)

kepada Allah; bersikap tegas bahwa tak ada yang lebih tinggi dan mulia

kedudukannya sesudah Allah; menanamkan ma’rifat tentang betapa banyak

nikmat Allah dan batapa banyak kelemahan kita; menanamkan ma’rifat bahwa

Allah lah yang telah yang telah menciptakan semua perbuatan hambanya dan telah

menanamkan iman didalam hatinya; menanamkan perasaan butuh pada hidayah

Allah dalam setiap detik kehidupannya; serius memanjatkaqn do’a-do’a yagn

meminta pertolongan Allah dalam menghadapi apapun; mananakan kesadaran

penuh akan nikmat dan karunia-Nya yagn begitu banyak; serta, menanamkan ilmu

bahwa cinta kepada Allah merupakan tuntutan iman.

5.     Tarbiyah Khuluqiyah (mendidik akhlaq)

                 Misi utama Rasulullah dimuka bumi untuk menyempurnakan akhlaq

manusia. contoh-contoh utama akhlak mulia yang diharapkan dari seorang

manusia adalah sabar, syaja’ah(keberanian), al-itsar (mendahulukan kepentingan

orang lain), syukur, jujur, dan amanah. Cara mendidikkan akhlaq yang mulia itu

adalah:

       Pertama, mengosongkan hati dari itikad dan kecintaan kepada segala hal

yang bathil.

      Kedua mengaktifkandan menyertakan seseorang dalam perbuatan baik (al-

birr) serta melatih dan membiasakan seseorang dalam perbuatan baik itu

Page 6: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

      ketiga, memberi gambaran yagn buruk tentang akhlaq tercela. Dan

menunjukan bukti-bukti nyata sebagai buah dari akhlaq yang mulia.

6.     Tarbiyah Ijtimaiyah (mendidik bermasyarakat)

                  Pendidikan kemasyarakatan yang baik adalah yang selalu

memperhatikan perasaan orang lain. Seorang muslim dalam masyarakat tidak

dibenarkan menyakiti saudaranya walaupun hanya dengan menebar bau yang

tidak enak. Ibnu Qayyim berpendapat, tidak cukup hanya tidak menyakiti

perasaan, seorang muslim harus mampu membahagiakan dan menyenangkan hati

saudara-saudara di sekiarnya.

7.     Tarbiyah Iradiyah (mendidik cita-cita)

                 Tarbiyah Iradiyah berfungsi mendidik setiap muslim untuk memiliku

kecintaan terhadap sesuatu yang dicita-citakan, tegar menanggung erita di jalanny,

sabar dalam menempuhnya mengingat hasil yang kelak akan diraihnya serta

melatih jiwa dengan kesungguhan dalam beramal. Tanda-tanda iradah yang sehat

adalah kegelisahan hati dalam mencari keridhaan Allah dan persiapan untuk

bertemu dengan-Nya. seseorang yang iradahnya sehat juga aka bersedih karena

menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak diRidhai Allah. sedangkan iradah

yang rusak akan lahir dalam bentuk penyakit ilmu, pengetahuan, dan keahlian

yang berlawanan dengan syari’at Allah.

8.     Tarbiyah Badaniyah (mendidik jasmani)

                 Seorang muslim harus secara terprogram memeperhatikan unsur badan

menjaganya dan memnuhi hak-haknya secara sempurna. Perhatikan yag demikian

akan mengantarkan seseorang pada ketaatan penuh dan kesempurnaan dalam

menjalankan semua yang diwajibkan Allah kepadanya. Tarbiyah badaniyah ini

meliputi: pembinaan badan di waktu sehat; pengobatan di waktu sakit; pemenuhan

kebutuhan gizi; serta olah raga (Tarbiyah riyadhah).

Page 7: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

9.     Tarbiyah Jinsiyah (pendidikan seks)

                 Insting seks merupakan sesuatu yang diciptakan Allah, yan gsegera

diwadahi ielh satu-satunya lembaga halal yaitu pernikahan. Faedah dari seks

(jima’) menurut Ibnu Qayyim adalah: pertama, menjaga dan melestarikan

kehidupan manusia; kedua, mengeluarkan sperma yang jika tertimbun terlalu lama

dalam tubuh akan membahayakan kesehatan manusia; ketiga, wasilah untuk

memenuhi hajat seksual dan untuk meraih kenikmatan batin dan biologis.

                Tarbiyah Jinsiyah bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

memperbanyak pembicaraan tentang bahaya zinaq dan berbagai kerusakan yang

ditimbulkan nya, termasuk ancaman terhadap dosa zina; menyebarluaskan

peringatan dan penjelasan tentang bahaya serta kerusakan-kerusakan yang

ditimbulkan perilaku homoseksual; menjadikan kebiasaan untuk membatasi

pandangan mata sebagai kebudayaan di tengah masyarakat; tidak berkata-kata

maupun melangkahkan kaki kecuali kepada hal-hal yang pasti mendapat pahala

Allah; menyatakan perang terhadap semua bentuk nafsu dan keinginan yang

buruk; meniadakan waktu yang kosong; memerbanyak ibadah sunnah; melarang

anak-anak bergaul dengan teman yang buruk akhlaknya; melarang anak-anak

dengan keras untuk mendekati khamr (minuman keras); serta melindungi anak-

anak dari penyimpangan fitrah kelaminnya.

                  Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup dan menetap

secara bersama. Di dalam kesatuan sebuah masyarakat, terdapat sistem yang

senantiasa berjalan atas dasar konsesnsus masing-masing “aktor”, sehingga

dengan demikian diperlukan sebuah keselerasan bagi tiap-tiap individu dalam hal

menjalankan peranannya masing-masing. Seperti halnya sistem yang ada ditubuh

manusia, ketika terdapat salah satu organ yang tidak lagi berfungsi,  maka akan

terjadi kemandegan didalam saluran tertentu. Begitu juga dengan masyarakat,

apabila setiap individu tidak mampu lagi untuk menjalankan peranannya, maka

sistem yang ada tadi akan rusak. Hambatan-hambatan tersebut merupakan sebuah

bukti bahwa masyarakat bukanlah sebuah komunitas yang statis. Masyarakat

Page 8: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

memiliki dinamika dari waktu ke waktu yang pada akhirnya menyimbolkan sifat

dinamis bagi setiap aktor didalamnya, dan yang perlu diingat adalah dinamika tadi

juga mampu membawa masyarakat ke dalam malapetaka yang justru akan

memecahbelahkan mereka.

Konsepsi Masyarakat Islami

Menurunkan kembali apa yang telah kita pamahami tentang kosep sebuah

masyarakat sebagai kesatuan individu, maka konsep masyarakat islam dapat

diartikan sebagai sebuah kondisi yang merujuk kepada penerapan nilai-nilai islam

disetiap tindak tanduk individunya. Dalam hal ini berarti masyarakat islami adalah

masyarakat yang menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup

mereka dan senantiasa selalu menjaga nilai-nilai keislaman bagi tiap-tiap individu

dalam hal menjalankan peranannya didalam struktur masyarakat. Lebih sempit

lagi konsepsi terkait masyarakat islami dapat pula merujuk kepada sebuah kondisi

di dalam kehidupan masyarakat yang menempatkan syariat islam sebagai aturan

tertinggi dalam tata kehidupan duniawi yang mana sepenuhnya memiliki orientasi

kepada kehidupan akhirat. Nampaknya ini merupakan sebuah penegasan tentang

apa yang kita sebut dengan dinamika kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu

tadi. Bahwa dalam memandang sebuah perubahan, masyarakat islam selalu

berhati-hati dalam memilih, karena tujuan utamanya bukanlah dunia melainkan

kehidupan yang abadi setelah dunia.

Urgensi Meyakini Hidup Sebagai  Ibadah

Umat muslim harus meyakini bahwa setiap jengkal kehidupannya adalah wujud

dari ibadah. Ketika semua telah yakin akan hal itu, maka pada waktu itu pulalah

Allah SWT mengangkat derajat umatnya. Menyamakan hidup dengan ibadah

bukanlah suatu hal yang kolot atau kuno jika diwujudkan dalam bentuk perbuatan.

Justru inilah yang menjadi turning point perbedaan umat muslim dengan umat

lainnya. Bahwa hidup mereka adalah pengabdian kepada Sang Pencipta,

Page 9: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

pengabdian yang tercermin dari aktivitas-aktivitas dalam kesehariannya guna

mencari ridho dari Allah semata.

Ibadah secara etimologis berasal dari kata ‘abada yang berarti menyembah atau

mengabdi. Secara garis besar kita dapat mengartikan ibadah sebagai segala bentuk

perbuatan yang diridhoi oleh Allah. Konsep ini sangat perlu dimatangkan oleh

setiap umat muslim karena pada dasaranya Allah telah menegaskan didalam

AlQur’an bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah

kepada Allah SWT (51:56). Berangkat darisanalah, betapa pentingnya setiap

muslim untuk mengerti betul bahwa hidupnya adalah ibadah. Ketika aktivitas

duniawinya bukan merupakan wujud pengabdian kepada Allah maka disanalah

letak kedzaliman dan behih-benih kemaksiatan yang sesungguhnya. Astagfirullah.

Ibadah secara umum terdiri atas Ibadah Maghdah (ritual) dan Ibadah ‘Amah

(Non-Ritual) atau muamalah. Keduanya dibedakan dari sudut pandang

keterikatannya dengan syarat dan rukun yang berlaku. Ibadah Magdhah

merupakan ibadah khusus yang pelaksanaannya sangat terikat dengan rukun dan

syarat seperti sholat, puasa, zakat dan haji. Sementara Ibadah ‘Amah adalah

ibadah dalam arti umum, yaitu segala bentuk perbuatan baik yang dilakukan

manusia. Namun dalam uraian singkat ini, kita akan lebih banyak

memperbincangkan keterkaitan Ibadah Maghdah atau ibadah yang bersifat ritual

dalam membentuk karakter masyarakat islami.

Penting bagi umat muslim dalam menjaga kualitas ibadah wajibnya, karena

ibadah tidak akan bernilai sebagai bentuk pengabdian kepada Allah jika

dilaksanakan dengan asal-asalan atau justru terdapat hal-hal yang merusak

didalam pelaksanaan  ibadah tersebut. Banyak diantara kita ketika mengerjakan

ibadah wajib justru tidak diniatkan tulus karena Allah, atau terjadi sebuah

pergeseran niat yang bukan lagi karena Allah tapi justru karena makhluk-Nya.

(Astagfirullah). Seperti halnya sholat sebagai Ibadah utama yang nantinya akan

ditanyakan pertama kali didalam alam kubur, ketika sendirian kita begitu cepat

dalam melaksanakannya, namun disaat ada orang lain kita seolah-olah

Page 10: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

melaksanakan sholat dengan kusyuk dan lama. Hal tersebut mendefinisikan

bahwa ibadah sholat yang kita kerjakan adalah untuk orang lain dan bukan semata

karena Allah lillahit’ala. Bukan lagi  pahala yang kita harapkan datang

menghampiri, tapi justru benih-benih dosalah yang mulai muncul dan mengotori

ruang hati kita. Contoh ini tidak bisa kita elakkan dalam realita kehidupan yang

kita lalui, bahkan mungkin kita sendiri pernah berada dalam kesesatan tadi.

Semoga Allah mengampuninya.

Inilah yang dikatakan diawal sebagai orientasi seorang muslim terhadap kualitas

ritual rutin yang dikerjakannya. Mengapa disebuah negri yang penduduknya rajin

dalam beribadah wajib, namun justru malapetaka tak pernah lepas dari masyarakat

itu. Salah satu jawabannya adalah karena penduduk di negeri tadi lupa bahkan

tidak tahu sama sekali akan kualitas ibadah yang ia kerjakan. Mereka melakukan

ibadah bukan lagi karena Allah, atau disatu sisi ia ta’at dalam beribadah namun

disisi lain mereka tidak menjaga hubungan baik dengan sesama umat muslim,

mereka saling hasut, iri dan saling mencurigai satu sama lain. Oleh karena itu

merupakan sebuah keperluan mendesak bagi pribadi seorang muslim untuk

mengetahui hal-hal yang mampu merusak ibadahnya.

Sungguh ibadah adalah praktik bagaimana ikhlas dilakukan. Melalui keikhlasan

dalam beribadah, seorang hamba dapat membebaskan diri dari Tuhannya dan

membuatnya memperoleh cinta dan ridha-Nya. Jadi sesungguhnya ketika

pelaksanaan ibadah jauh dari representasi sifat ikhlas yang dilakukan seorang

hamba Allah maka aktivitas yang ia lakukan tersebut tidak bernialai apa-apa bagi

Allah SWT. Amat sangat bertolak belakang dengan fungsi ibadah yang masing-

masingnya telah jelas di dalam AlQur’an. Bahwa ibadah wajib seperti shalat, haji

dan zakat dapat membersihkan dan menyucikan jiwa serta membeningkan hati

dan menyiapkannya untuk menerima musyahadah (penampakan keagungan) Allah

berupa cahaya, hidayah dan hikmah (Najati : 2002). Jadi pada intinya niat yang

ikhlas merupakan syarat dasar bagi setiap muslim dalam menjaga kualitas ibadah

wajibnya.

Page 11: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

Kualitas pelaksanaan ibadah juga sangat ditentukan oleh sejauh mana kita dalam

konteks masyarakat islam mengenal Allah SWT (Ma’rifatullah). Ma’rifatullah

merupakan hal utama yang harus dismpurnakan oleh setiap muslim. Harus

tertanam di dalam hati sanubari bahwa Allah adalah Rabb sekalian alam. Walau

setiap manusia telah bersaksi bahwa Allah sebagai Rabb (7:172) dan hadist nabi

yang megatakan bahwa jiwa manusia adalah fitrah. Keyakinan ini harus bersandar

kepada berbagai dalil dan bukti kut agar menghasilkan peningkatan kwalitas iman

dan takwa, juga pribadi merdeka dan bebas. Ketika hal ini telah tertanam kuat

dalam hati seorang muslim maka segala bentuk pengabdian yang di lakukan pasti

semata karena Allah SWT. Hal ini terwujud dari bagaimana masyarakat tadi

menempatkan ibadah sebagai satu-satunya jalan untuk mendekatkan diri dengan

sang kholiknya.

Wujud Cinta Kepada Allah (Mahabatullah)

Kecintaan kepada Allah sebagai dasar utuk menjadikan amal yang saleh dan

ibadah yang sahih. Amal dan ibadah tanpa didasari rasa cinta akan merusak amal

yang dikerjakannya, tetapi sebaliknya apabila ibadah yang dikerjakan berdasarkan

cinta, maka akan menghasilkan sebuah amal yang saleh yang akan dihayati

dengan mendalam. Ibadah kepada Allah perlu didasari rasa kecintaan.

(Prayitno:2003) Cinta kepada Allah maka akan rela dan ikhlas melaksanakan

segala perintahNya. Bahkan denga cinta, rela mengorbankan jiwa jiwa dan harta

untuk mengikuti perintah yang kita cintai. Banyak ayat Al Qur’an yang

menjelaskan bahwa dibutuhkan sebuah pengorbanan  untuk melaksanakan nilai-

nilai islam seperti yang telah dijelaskan dalam surat 49:15 dan surat 9:111.

Didalam Islam, ibadah merupkan puncak ketundukan dan pengakuan atas

keagungan dzat yang diibadahi. Ibadah adalah suatu tangga penghubung antara

Al-Kholik dengan makhlukNya. Ibadah juga memiliki dampak yang besar

terhadap masyarakat islam dalam berinteraksi dengan sesama makhlukNya. Utuk

mewujudkannya, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan seorang muslim

dalam rangka meningkatkan kualitas ibadahnya tadi. Pertama, Menjadikan Ibadah

Page 12: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

tersebut hidup dan bersambung dengan Al-Ma’bud (Allah). Dan ini merupakan

taraf ihsan dalam beribadah. Kedua Menjadikan ibadah penuh dengan

kekusyu’kan sehingga kita dapat merasakan hangatnya hubungan dan mesranya

buah kekusyu’kan tadi. Ketiga, Beribadahlah dengan hati yang hadhir (penuh

kesadaran) dan menjauhkan pemikiran tentang kesibukan dunia dan probelamatik

yang terjadi disekitar. Keempat, janganlah merasa puas dan kenyang dalam

beribadah. Haruslah kita sebagai seorang muslim untuk terus mendekatkan diri

kepada Allah dengan ibadah-ibadah nafilah. Kelima, dengan memilhara

Qiyamullail dan melatih diri agar terbiasa melakukannya, karena sungguh

Qiyamullail itu salah satu pembangkit iman yang paling kuat. Dan yang keenam

adalah menjadikan do’a sebagai mi’roj kepada Allah dalam setiap unsur

kehidupan, karean sesungguhnya do’a adalah sum-sum dari Ibadah (Yakan:1999)

Dalam konteks masyarakat islami, ibadah yang dilakukan dengan penuh

keikhlasan dan beorientasi pada kualitas pelaksanan merupakan sebuah proses

yang merujuk kepada aktivitas  menghapus segala bentuk dosa dan

membangkitkan harapan mendapat ampunan Allah dalam diri masyarakat

tersebut. Abu Hurairah meriwayatkan, ada seorang laki laki datang kepada Nabi

Saw dan bertanya “Ya Rasulullah tunjukan padaku sebuah amal yang jika

kukerjakan aku masuk surga”. Jawab beliau; “Kau menyembah Allah dan tidak

menyekutukanNya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat yang diwajibkan dan

berpuasa di bulan Ramadhan”. Ia berkata; “Demi diriku yang ada di tanganNya,

aku tidak akan menambah hal ini”. Ketika ia pergi, Nabi bersaba: “Barang siapa

ingin melihat laki-laki penghuni syurga, lihatlah dia”(HR Bukhari, Muslim dan

Al-Nasai)

Page 13: ma'rifatulloh dalam keseharian.doc

Daftar pustaka

Said Hawwa, Allah Jalla Jalaluhu, 2009

Aqidah Seorang Muslim 1, Al-Umma, 2009

Hoeda Salam, Ma'had 'Aly Hasyim Asy'ari PP. Tebuireng, 2005

Vandy  Yoga Swara

Kepala Pusat Litbang  LDK Jama'ah Shalahuddin UGM,2009