Marketing Mix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhh

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

    Pemasaran mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mencapai

    keberhasilan perusahaan. Dalam mencapai keberhasilan pemasaran, setiap

    perusahaan perlu menyusun strategi pemasaran yanag efektif dengan

    mengkombinasikan elemen-elemen dalam bauran pemasaran.

    Bauran pemasaran menurut Kotler (2008:62) bauran pemasaran adalah

    kumpulan alat pemasaran taktis terkendali produk, harga, tempat, dan promosi

    yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di

    pasar sasaran. Ada empat variabel dalam bauran pemasaran, yaitu:

    1. Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan

    kepada pasar sasaran.

    2. Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk

    memperoleh produk.

    3. Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia

    bagi pelanggan sasaran.

    4. Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan

    membujuk pelanggan membelinya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari penjelasan diatas dapat digambarkan empat variabel bauran

    pemasaran dalam Gambar 2.1 berikut:

    Sumber: Kotler (2008:62)

    Gambar 2.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

    2.1.1 Harga

    Harga merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran (marketing

    mix) yang penting dalam pemasaran produk. Menurut Tjiptono (1997:151) agar

    dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus

    menetapkan harganya secara tepat.

    2.1.1.1 Pengertian Harga

    Pengertian harga menurut Kotler (2008:62) harga adalah jumlah

    uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh produk. Tjiptono

    (1997:151) juga menyatakan bahwa harga merupakan satu-satunya bauran

    Produk Ragam Kualitas Desain Fitur Nama Merek Kemasan Layanan

    Harga Daftar harga Diskon Potongan Harga Periode pembayaran Persyaratan kredit

    Promosi Iklan Penjualan pribadi Promosi penjualan Hubungan masyarakat

    Tempat Saluran Cakupan Pemilahan Lokasi Persediaan Transportasi Logistik

    Pelanggan Sasaran

    Positioning

    yang diharapkan

    Universitas Sumatera Utara

  • pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan,

    sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi)

    menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran).

    Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa

    barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah

    produk dan pelayanan yang menyertainya yang dikemukakan oleh Stanton

    dalam Angiopora (1999:174). Dan menurut Carthy harga (price) adalah

    apa yang dibebankan untuk sesuatu.

    Tjiptono (1997:147) menyatakan bahwa Dari sudut pandang

    konsumen, harga sering kali digunakan sebagi indikator nilai bagaimana

    harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu

    barang atau jasa.

    2.1.1.2 Peranan Harga

    Menurut Tjiptono (1997:152) harga memiliki dua peranan utama

    dalam proses pengamilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi

    dan peranan informasi.

    1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi dari harga dalam membantu

    para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau

    utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan

    demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk

    memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis

    barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai

    Universitas Sumatera Utara

  • alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang

    dikehendaki.

    2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik

    konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini

    terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami

    kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif.

    Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal

    mencerminkan kualitas yang tinggi.

    2.1.1.3 Tujuan Penetapan Harga

    Tujuan penetapan harga menurut Situmorang (2011:163) , yaitu :

    1. Tujuan berorientasi pada laba Tujuan ini mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan

    harga para pesaing. Pilihan ini cocok dalam tiga kondisi yaitu, tidak ada pesaing, perusahaan beroperasi pada kapasitas maksimum, harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi pembeli.

    2. Tujuan berorientasi pada volume Tujuan ini dilandaskan pada strategi mengalahkan atau mengalahkan

    pesaing. Pada tujuan ini perusahaan akan melihat harga yang dipatok oleh kompetitor kemudian menetapkan harga diatas atau dibawahnya.

    3. Tujuan berorientasi pada citra (Image) Dalam tujuan ini, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan

    jalan melakukan diferensiasi produk atau melayani pasar khusus. Biasanya perusahaan memiliki value tinggi akan menerapkan premium pricing.

    4. Tujuan stabilisasi harga Tujuan ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk

    mempertahankan hubungan yang stabil antara harga satu perusahaan dan harga pemimpin industri.

    5. Tujuan-tujuan lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,

    mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.1.4 Indikator Harga

    Dalam penelitian ini menggunakan tiga indikator yang mencirikan

    harga yaitu (Stanton, 1996) :

    1. Keterjangkauan harga

    2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk

    3. Kesesuaian harga dengan manfaat

    2.1.2 Kualitas Produk

    2.1.2.1 Pengertian Kualitas

    Menurut Goetsch dan Davis (1994, p.4) dalam Tjiptono, dkk.

    (2003:4) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

    dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau

    melebihi harapan. Garvin dalam Tjiptono, dkk. (2003:24)

    mengidentifikasikan adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa

    digunakan, yaitu:

    1. Transcendental Approach, kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefenisikan dan dioperasionalkan.

    2. Product-based Approach, pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur.

    3. User-based Approach, pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

    4. Manufacturing-based Approach, perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefenisikan kualitas sebagai sama dengan persyaratannya (conformance to requirements).

    5. Value-based Approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.2.2 Pengertian Produk

    Menurut Kotler (2008 : 266) produk adalah segala sesuatu yang

    ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akusisi, penggunaan,

    atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.

    Tjiptono (1997: 95) juga menyatakan bahwa secara konseptual, produk

    adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa

    ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui

    pemahaman kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan

    kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Situmorang

    (2011:170) juga menyatakan bahwa produk adalah apa saja yang dapat

    ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau

    dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan ataupun kebutuhan.

    Dalam mencari strategi pemasaran untuk tiap produk, pemasar

    mengembangkan beberapa susunan klasifikasi produk yang didasarkan

    pada karakteristik produk. Karakteristik produk tersebut adalah sebagai

    berikut:

    1. Barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa

    Barang tahan lama adalah barang konsumsi yang digunakan selama

    kurun waktu yang panjang dan yang biasanya tetap bertahan hingga

    banyak kali penggunaan. Barang tidak tahan lama adalah barang

    konsumsi yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali

    penggunaan. Dan jasa adalah kegiatan, manfaat, atau kepuasan yang

    ditawarkan untuk dijual.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Barang konsumsi

    Barang konsumsi adalah barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk

    konsumsi pribadi. Yang termasuk barang konsumsi adalah barang

    konveniens, barang toko, barang spesial, dan barang yang tidak dicari.

    3. Barang industrial

    Barang industrial adalah barang yang dibeli oleh individu dan

    organisasi untuk diolah lebih lanjut atau digunakan dalam menjalankan

    suatu bisnis. Terdapat tiga kelompok barang industrial, yakni bahan

    dan suku cadang, barang modal, serta suplais dan jasa.

    2.1.2.3 Pengertian Kualitas Produk

    Kualitas produk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian di

    perusahaan, karena kualitas produk berkaitan dengan kepuasan konsumen.

    Pengertian kualitas produk menurut Kotler (2008 : 272) adalah

    karakteristik produk atau jasa yang tergantung pada kemampuannya untuk

    memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan.

    Laksana (2008:89) menyatakan bahwa kualitas terdiri dari dari

    sejumlah keistimewaan produk, yang memenuhi keinginan pelanggan,

    dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk. Produk

    dibuat atau dihasilkan untuk memenuhi keinginan pelanggan sehingga

    suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan

    pelanggan. Garvin (Lovelock, 1987:367) dalam Laksana (2008:89)

    menemukan 8 dimensi kualitas produk yang terdiri dari:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Performance (Performansi) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk, yaitu meliputi Faster (lebih cepat) berkaitan dengan dimensi waktu yang menggambarkan kecepatan dan kemudahan atau bagaimana untuk memperoleh produk ini, dan aspek Cheaper (lebih murah) berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh pelanggan.

    2. Feature (keistimewaan tambahan) merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

    3. Reliability (kehandalan) berkaitan dengan tingkat probabilitas atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu, dengan demikian kehandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan atau probabilitas tingkat keberhasilan dalam penggunaan produk itu.

    4. Conformance (konformansi) berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan, konformansi merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta sering didefenisikan sebagai konformansi terhadap kebutuhan (Conformance of Requirements).

    5. Durability (daya tahan) merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan produk itu.

    6. Service Ability (kemampuan pelayanan) merupakan karakteristik yang berkaitan dengan dengan kecepatan, keramahan / kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan.

    7. Aesthetics (estetika) merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari referensi atau pilihan individual. Dengan demikian estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu.

    8. Perceived Quality (kualitas yang dirasakan) bersifat subyektif berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk.

    2.1.3 Citra Merek

    2.1.3.1 Pengertian Merek

    Menurut Kotler (2008 : 375) merek adalah sebuah nama, istilah,

    tanda, lambang, atau desain, atau kombinasi semua ini yang menunjukkan

    identitas pembuat atau penjual produk dan jasa. Dan menurut Keegan

    Universitas Sumatera Utara

  • (1995:318) dalam Ferrinadewi (2008:137) merek adalah sejumlah citra

    dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan

    manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu.

    Adapun elemenelemen Merek menurut Durianto,dkk (2004 : 165)

    dalam Manurung (2012), memiliki tiga bagian penting, yaitu:

    1. Brand Platform Brand Platform adalah suatu blue print perencanaan merek yang strategis yang meliputi visi dan misi merek, serta wilayah kekuasaan dari suatu merek dan lain-lain.

    2. Identitas merek (Brand identity and naming) Brand identity mengidentifikasikan keunikan dan differensiasi suatu merek, sehingga suatu merek akan diidentifikasikan berbeda dengan merek pesaing. Berikut adalah tugas penting dalam mengelola brand identity: a. Mengembangkan nama merek yang tepat dan berbeda dan

    mencerminkan strategi. b. Mengembangkan sistem identifikasi visual yang komprehensif yang

    meliputi grafik, lingkungan dan produk. c. Mengembangkan brand identity dalam proses pembedaan dengan

    merek pesaing terutama dikaitkan dengan brand association. 3. Komunikasi merek (Brand Communication)

    Suatu merek harus dapat dikomunikasikan dengan terencana dan stratejik, artinya bahwa seluruh aspek kreatif dalam komunikasi harus disesuaikan dengan platform merek, sehingga komunikasi merek in-line dengan platform mereknya. Jadi, komunikasi harus diarahkan untuk melayani merek, bukan produknya sehingga tercipta brand differentiation, bukan product differentiation.

    2.1.3.2 Manfaat Merek

    Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah

    menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan kepada

    konsumen. Situmorang (2011:192) juga menyatakan bahwa selain

    sebagai pembeda dan identitas sebuah produk di tengah - tengah lautan

    Universitas Sumatera Utara

  • produk sejenis, sebuah brand mempunyai makna psikologis dan simbolis

    yang istimewa di mata konsumen.

    Beberapa faktor yang membuat merek menjadi sangat penting saat

    ini menurut Durianto,dkk (2004 : 2) adalah sebagai berikut :

    1. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji

    emosi menjadi konsisten dan stabil.

    2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar.

    3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.

    4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen.

    5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh

    konsumen.

    6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.

    Kotler (2008 : 375) menyatakan bahwa pemberian merek

    membawa manfaat besar bagi pembeli, penjual, dan masyarakat sebagai

    keseluruhannya.

    1. Manfaat bagi pembeli

    Nama merek menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu

    produk. Pembeli yang selalu merek yang sama akan tahu bahwa pada

    setiap kali mereka membeli, mereka akan memperoleh mutu yang sama

    pula. Nama merek membantu menarik perhatian konsumen terhadap

    produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Manfaat bagi penjual

    Nama merek memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri

    masalah-masalah yang timbul. Nama merek dan merek dagang penjual

    memberikan perlindungan hokum atas keistimewaan (cirri khas)

    produk yang unik yang tanpa perlindungan hokum akan mudah ditiru

    oleh para pesaing.

    3. Manfaat bagi masyarakat

    Mereka yang menyukai pemberian merek mengemukakan bahwa

    pemberian merek memungkinkan mutu produk akan lebih tinggi dan

    lebih konsisten. Pemberian merek akan meningkatkan efisiensi pembeli

    karena hal itu dapat menyediakan informasi lebih banyak tentang

    produk dan tempat untuk memperolehnya.

    2.1.3.3 Membangun Merek Yang Kuat

    Situmorang (2011:193) menyatakan bahwa dari sebuah produk

    dapat lahir sebuah brand jika produk itu menurut persepsi konsumen

    mempunyai keunggulan fungsi (functional brand), menimbulkan asosiasi

    dan citra yang diinginkan konsumen (image brand), serta membangkitkan

    pengalaman tertentu ketika konsumen berinteraksi dengannya (experiental

    brand). Rangkuti (2002:222) juga menyatakan suatu merek disebut kuat

    apabila merek tersebut memiliki brand equity yang tinggi, seperti brand

    preference, brand loyalty, brand assosiation dan brand assets yang

    Universitas Sumatera Utara

  • didukung oleh brand value yang bersifat khusus serta sesuai dengan nilai

    nilai yang terdapat dalam diri pelanggan.

    Ada sepuluh pedoman membangun merek yang dinyatakan oleh

    Rangkuti (2002:229), yaitu:

    1. Brand Identity Identitas merek merupakan seperangkat asosiasi merek yang sering digunakan oleh ahli strategi merek. Asosiasi asosiasi ini mewakili arti dari suatu merek dan secara tidak langsung merupakan janji kepada para konsumen.

    2. Value Proposition Nilai proposisi merek adalah sebuah pertanyaan secara fungsional, emosional dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan.

    3. Brand Position Posisi merek adalah bagian dari identitas merek dan nilai proposisi yang selalu aktif dikomunikasikan kepada pasar sasaran, sehingga dapat memperoleh keuntungan melalui persaingan merek.

    4. Execution Pelaksanaan program komunikasi, yang tidak hanya ditargetkan pada identitas dan positioning, tetapi juga sampai memperoleh kecemerlangan secara terus-menerus.

    5. Consistency Over Time Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk tetap memiliki merek yang kuat.

    6. Brand System Sebuah brand system dapat digunakan sebagai panggung peluncuran bagi produk-produk baru atau merek bary.

    7. Brand Leverage Satu resep agar ahli strategi berhasil adalah menciptakan dan mengembangkan aset-aset yang ada. Mengidentifikasi jarak antarmerek, serta membangun identitas masing-masing merek sesuai dengan perbedaan produk.

    8. Tracking Brand Equity Mengamati secara terus-menerus brand equity, termasuk brand awarness, perceived quality, brand loyalty dan khususnya brand association.

    9. Brand Responsibility Mempunyai seseorang yang bertanggung jawab atas merek, sehingga ia dapat selalu memelihara, menciptakan, dan menjaga identitas dari posisi merek serta mengkoordinasikan keputusan-

    Universitas Sumatera Utara

  • keputusan yang akan dilakukan oleh masing-masing fungsi manajemen.

    10. Invest in Brands Tetap secara konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun tujuan finansial perusahaan belum terpenuhi.

    2.1.3.4 Asosiasi Merek (Brand Association)

    Asosiasi Merek (Brand Association) adalah segala kesan yang

    muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu

    merek. Menurut Durianto,dkk (2004:69) berbagai asosiasi merek yang

    saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut

    brand image. Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya

    dihubungkan dengan berbagai hal berikut:

    1. Atribut Produk (Product attributes) Mengembangkan asosiasi atribut produk ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna.

    2. Atribut tak berwujud (Intangibles attributes) Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif.

    3. Manfaat bagi pelanggan (Customers benefits) Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antarkeduanya.

    4. Harga relatif (Relative price) Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga.

    5. Penggunaan (Application) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu

    6. Pengguna/pelanggan (User/customer) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.

    7. Orang terkenal/khalayak (Celebrity/person) Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8. Gaya hidup/kepribadian (Life style/personality) Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

    9. Kelas produk (Product class) Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya.

    10. Para pesaing (Competitors) Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing.

    11. Negara/wilayah geografis (Country/geographic are) Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.

    2.1.3.5 Pengertian Citra Merek

    Feldwick dalam Tjiptono (2005:49) menyatakan bahwa Brand

    image atau brand description, yakni deskripsi tentang asosiasi dan

    keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Kotler dan Keller

    (2009:346) dalam Dewi (2011:32) juga menyatakan bahwa citra merek

    adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti

    yang tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam ingatan konsumen. Dari

    kedua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra merek

    adalah sekumpulan asosiasi merek yang terjadi dalam ingatan konsumen.

    2.1.3.6 Pengukuran Citra Merek

    Menurut Aaker dalam Dewi (2011:33), terdapat 4 hal pokok yang

    harus diperhatikan dalam membentuk sebuah brand yaitu:

    1. Recognition, tingkat dikenalnya sebuah merek (brand) oleh konsumen.

    2. Reputattion, tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek

    (brand) karena lebih terbukti mempunyai track record yang baik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Affinity, semacam emotional relationship yang timbul antar sebuah

    merek (brand) dengan konsumennya.

    4. Brand loyalty, ukuran dari kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek.

    2.1.4 Keputusan Pembelian

    Keputusan pembelian merupakan suatu tindakan yang dilakukan

    konsumen dikarenakan adanya dorongan-dorongan atau motif-motif yang

    dirasakan sehingga menimbulkan minat atau dorongan untuk memenuhi

    kebutuhan. Dalam memenuhi kebutuhan konsumen, maka pemasar harus

    mengetahui apa saja yang diinginkan dan dibutuhkan. Dengan mengetahui hal-hal

    tersebut perusahaan dapat menciptakan produk seperti yang diinginkan dan

    dibutuhkan oleh konsumen, dengen begitu konsumen itu nantinya akan terdorong

    untuk membeli produk kita. Karena konsumen memiliki arti yang penting bagi

    suatu perusahaan yaitu sebagai pembeli.

    Pemahaman mengenai perilaku konsumen ini meliputi bagaimana

    individu, kelompok dan organisasi, memilih, membeli, menggunakan dan tidak

    menggunakan barang dan jasa. Tidaklah mudah dalam memahami perilaku

    konsumen, karena konsumen memutuskan pembelian tertentu yang berbeda setiap

    hari, dan sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, tingkat pendidikan, dan selera.

    Setiadi (2010:332) menyatakan bahwa inti dari pengambilan keputusan

    konsumen (cunsumer decision making) adalah proses pengintegrasian yang

    mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku

    alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Pemasar juga perlu mengetahui

    Universitas Sumatera Utara

  • apa saja yang menjadi bahan pertimbangan orang dalam keputusan pembelian dan

    peran apa yang dimainkan masing-masing orang. Peran-peran pembelian

    konsumen tersebut, yaitu:

    1. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama-tama memberikan pendapat

    atau pikiran untuk membeli produk atau jasa tertentu.

    2. Pemberi pengaruh (influencer), yaitu orang yang pandangan/nasihatnya

    memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

    3. Pengambil keputusan (decider), yaitu orang yang sangat menentukan sebagian

    atau keseluruhan keputusan pembelian, misalnya apakah membeli, apa yang

    akan dibeli, kapan hendak membeli, dengan cara bagaimana membeli, atau di

    mana akan membeli.

    4. Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian nyata.

    5. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk

    atau jasa.

    2.1.4.1 Karakteristik Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

    Kotler (2008 : 159) menyatakan bahwa pembelian konsumen

    sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan

    psikologis.

    1. Faktor Budaya

    Faktor Budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan mendalam

    pada perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang

    dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pribadi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Mengenali kebutuhan

    Pencarian informasi

    Evaluasi alternatif

    Keputusan membeli

    Perilaku pasca-pembelian

    2. Faktor sosial

    Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti

    kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen. Oleh

    karena faktor-faktor ini sangat mempengaruhi tanggapan konsumen,

    manajer harus benar-benar memperhitungkannya tatkala merancang

    strategi pemasaran perusahaannya.

    3. Faktor pribadi

    Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti

    usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya

    hidup, serta kepribadian dan konsep diri.

    4. Faktor psikologis

    Pilihan pembeli seseorang juga dipengaruhi oleh empat faktor

    psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta

    keyakinan dan sikap.

    2.1.4.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

    Menurut Setiadi (2010:14) proses pembelian yang spesifik terdiri

    dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah, pencarian informasi,

    evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca-pembelian.

    Seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.2 berikut ini:

    Sumber: Setiadi (2003:14)

    Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan

    Universitas Sumatera Utara

  • Secara perinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Pengenalan masalah

    Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan.

    Pembeli menyadari adanya perbedaan antara kondisi yang

    sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini

    dapat berasal dari rangsangan internal ataupun rangsangan eksternal.

    2. Pencarian informasi

    Seseorang yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari

    informasi lebih banyak. Pencarian informasi dapat dibedakan atas dua

    tingkatan yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang biasabiasa

    saja yang disebut perhatian yang meningkat. Proses pencarian

    informasi aktif dimana ia akan mencari bahan-bahan bacaan,

    menelepon teman-temannya, dan melakukan kegiatan untuk

    mempelajari yang lain.

    3. Evaluasi alternatif

    Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merek

    untuk membuat keputusan akhir. Ada beberapa proses evaluasi

    keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang

    bersifat kognitif.

    4. Keputusan membeli

    Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-

    merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga

    membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai.

    Universitas Sumatera Utara

  • Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor

    seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan,

    dan manfaat produk yang diharapkan.

    5. Perilaku sesudah pembelian

    Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen

    akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.

    Konsumen tersebut juga akan terlihat dalam tindakan sesudah

    pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar.

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Manurung (2012) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Harga,

    Kualitas, dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Notebook Acer Pada

    Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera. Metode penelitian yang

    dilakukan adalah penelitian survei, dimana variabel diukur dengan skala likert dan

    pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 16. Alat analisisnya

    menggunakan analisis deskriptif dan pengujian hipotesisi analisis regresi linear

    berganda. Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linier berganda

    menunjukkan bahwa variabel Harga, Kualitas, danCitra Merek berpengaruh

    positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian notebook Acer pada

    Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan secara Parsial

    Variabel Citra Merek mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keputusan

    pembelian notebook Acer pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

    Sumatera Utara.

    Universitas Sumatera Utara

  • Indriyani (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-

    Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda (Studi

    Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Ekstensi

    Universitas Sumatera Utara). Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian

    kuantitatif, dimana variabel diukur dengan skala likert. Pengolahan data

    menggunakan perangkat lunak SPSS versi 16, dengan analisis deskriptif dan

    pengujian hipotesis analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan,

    bahwa (1) secara serempak kualitas produk, harga dan iklan berpengaruh

    signifikan terhadap keputusan pembelian pada mahasiswa program studi

    Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara; (2) secara parsial kualitas

    produk, harga dan iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

    pada mahasiswa program studi Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara.

    Iklan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan pembelian

    pada mahasiswa program studi Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara.

    Dewi melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kemasan Terhadap

    Citra Merek Sabun Mandi Cair Biore : Survei Pada Siswi Pengguna Sabun Mandi

    Cair Biore di SMKN 7 Garut. Metode penelitian yang dilakukan adalah

    penelitian survey explanatory. Alat analisisnya menggunakan analisis deskriptif

    dan pengujian hipotesis analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa kemasan dan citra merek berada dalam kategori tinggi.

    Kemasan berpengaruh signifikan terhadap citra merek. Dimensi kemasan yang

    memiliki pengaruh terbesar terhadap citra merek adalah bentuk, kemudian diikuti

    oleh ukuran, tanda merek, bahan dasar, tulisan dan warna.

    Universitas Sumatera Utara

  • Dinawan melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor

    Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada Konsumen

    Yamaha Mio PT Harpindo Jaya Semarangs). Metode penelitian yang dilakukan

    adalah penelitian expalanatory, dimana variabel diukur dengan skala likert.

    Pengolahan data menggunakan perangkat lunak. Alat analisisnya menggunakan

    analisis deskriptif dan pengujian hipotesis analisis regresi linear berganda. Hasil

    penelitian menunjukkan, bahwa variabel Citra Merek, Kualitas, dan Harga Kompetitif

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Yamaha Mio pada

    konsumen PT Harpindo Jaya Semarang dan secara Parsial Variabel Citra Merek

    mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keputusan pembelian Yamaha Mio pada

    konsumen PT Harpindo Jaya.

    2.3 Kerangka Konseptual

    Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi

    kebutuhan manusia dan masyarakat. Pemasaran memiliki fungsi lebih dari fungsi

    bisnis lainnya karena berhubungan dengan pelanggan. Oleh karena itu pemasar

    harus mempelajari perilaku konsumen untuk membantunya memahami keputusan

    pembelian konsumen.

    2.3.1 Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian

    Menurut penelitian Rao dan Monroe (1989) dalam Dinawan (2010),

    menyatakan bahwa konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang

    positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan

    membandingkan antara produk yang satu dengan yang lainnya dan barulah

    konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Terdapat tiga

    Universitas Sumatera Utara

  • indikator mencirikan harga, yaitu keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan

    kualitas produk, dan kesesuaian harga dengan manfaat (Stanton, 1996).

    2.3.2 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

    Kualitas produk juga memiliki hubungan yang positif terhadap keputusan

    pembelian seperti yang dinyatakan Rao dan Monroe (1989) dalam penelitiannya. Ada

    delapan dimensi kualitas produk yang ditemukan oleh David Garvin (Lovelock,

    1987:367) dalam Laksana (2008:89), yaitu performance (Performansi), Feature

    (keistimewaan tambahan), Reliability (kehandalan), Conformance (konformansi),

    Durability (daya tahan), Service Ability (kemampuan pelayanan), Aesthetics (estetika),

    dan Perceived Quality (kualitas yang dirasakan).

    2.3.3 Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian

    Selain kualitas produk dan harga, faktor yang mempengaruhi keputusan

    pembelian konsumen salah satunya adalah citra merek. Kaitan antara citra merek

    dengan minat beli dikemukakan Habul (1991) dalam Dinawan (2010) bahwa citra

    merek akan berpengaruh langsung terhadap tingginya minat beli terhadap suatu

    perkembangan produk. Hal tersebut didukung oleh pendapat Gaeff (1996) yang

    menyatakan bahwa perkembangan pasar yang demikian pesat mendorong

    konsumen untuk lebih memperhatikan citra merek dibandingkan karakteristik

    fisik suatu produk dalam memutuskan pembelian.

    Menurut Aaker dalam Dewi (2011:33), terdapat 4 hal pokok yang harus

    diperhatikan dalam membentuk sebuah brand, yaitu recognition,

    reputation,affinity, dan brand loyalty.

    Berdasarkan pemikiran diatas maka kerangka konseptual dapat dibuat

    secara sistematis sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • Harga (X1)

    Kualitas Produk (X2)

    Citra Merek (X3)

    Keputusan Pembelian (Y)

    Sumber: Rao dan Monroe (1989) dan Habul (1991) dalam Dinawan (2010) Gambar 2.3

    Kerangka Konseptual

    2.3 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah harga,

    kualitas produk, dan citra merek berpengaruh signifikan dan positif terhadap

    keputusan pembelian kecap manis merek Bango pada ibu rumah tangga di

    Komplek Villa Mutiara Johor II dan Taman Johor Mas.

    Universitas Sumatera Utara