7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Sejak awal mula penerbangan, pilot selalu memakai tanda-tanda di darat sebagai alat bantu Navigasi ketika mengadakan approach ke sebuah lapangan terbang. Pilot sangat membutuhkan alat bantu visuil tadi pada malam hari sebaik dan seterang pada siang hari, juga pada cuaca jelek memerlukan sebaik cuaca terang. Pada siang hari, pemandangan terang, tanda-tanda di darat dengan mudah bisa dikenali, maka alat bantu yang digunakan dinamakan dengan sebutan MARKING. Namun demikian marking ini perlu jelas, kontras tehadap warna sekelilingnya, tetapi tidak boleh memantulkan cahaya, sehingga pilot dengan mudah mengenali bagian-bagian yang penting dari lapangan terbang, serta dia sendiri tau posisinya diudara ketika akan mendarat. Landasan-landasan bagi pesawat terbang konvensional, selalu tampak dalam bentuk strip sempit memanjang bila dipandang dari kejauha, dengan dua sisi lurus dan bebas berhalangan. Pengalaman dari pilot mengatakan bahwa element-element penting yang harus dilihat pilot ketika akan mendarat: Horizon, Tepi landasan, Threshold landasan, serta Sumbu landasan. Agar didapat tanda yang jelas serta mudah dikenalinya, landasan telah dibuat Standard Marking untuk landasan, taxiway oleh ICAO dan FAA. Unsur-unsur terpenting dari marking adalah threshold, sumbu dan tanda tepi, serta beberapa garis-garis sejajar untuk mempertegas permukaan perkerasan landasan. 1

MARKING Lapangan Terbang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MARKING Lapangan Terbang

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Umum

Sejak awal mula penerbangan, pilot selalu memakai tanda-tanda di darat sebagai alat bantu

Navigasi ketika mengadakan approach ke sebuah lapangan terbang.

Pilot sangat membutuhkan alat bantu visuil tadi pada malam hari sebaik dan seterang pada siang

hari, juga pada cuaca jelek memerlukan sebaik cuaca terang.

Pada siang hari, pemandangan terang, tanda-tanda di darat dengan mudah bisa dikenali, maka alat

bantu yang digunakan dinamakan dengan sebutan MARKING. Namun demikian marking ini perlu jelas,

kontras tehadap warna sekelilingnya, tetapi tidak boleh memantulkan cahaya, sehingga pilot dengan

mudah mengenali bagian-bagian yang penting dari lapangan terbang, serta dia sendiri tau posisinya

diudara ketika akan mendarat.

Landasan-landasan bagi pesawat terbang konvensional, selalu tampak dalam bentuk strip sempit

memanjang bila dipandang dari kejauha, dengan dua sisi lurus dan bebas berhalangan. Pengalaman dari

pilot mengatakan bahwa element-element penting yang harus dilihat pilot ketika akan mendarat:

Horizon, Tepi landasan, Threshold landasan, serta Sumbu landasan.

Agar didapat tanda yang jelas serta mudah dikenalinya, landasan telah dibuat Standard Marking

untuk landasan, taxiway oleh ICAO dan FAA. Unsur-unsur terpenting dari marking adalah threshold,

sumbu dan tanda tepi, serta beberapa garis-garis sejajar untuk mempertegas permukaan perkerasan

landasan.

1

Page 2: MARKING Lapangan Terbang

BAB IIMARKING

2.1 Marking ( Tanda-tanda Visuil )

Tanda-tanda garis dan nomor dibuat pada perkerasan landasan dan taxiway agar pilot mendapat

alat bantu dalam mengemudikan pesawatnya mendarat ke landasan serta menuju apron melalui taxiway,

marking ini hanya berguna pada siang hari saja, sedangkan malam hari fungsi marking digantikan oleh

sistem perlampuan.

Warna yang dipakai biasanya putih pada landasan yang mempunyai perkerasan aspal, sedangkan

warna kuning untuk taxiway dan apron. Pada dasarnya warnanya harus menyolok terhadap sekitarnya,

jadi kalau landasan berwarna putih (landasan beton), harus diberi warna lain untuk markingnya.

Kedua organisasi penerbangan telah membuat Standard marking, FAA dalam Advisory Circular

150/5340-1E edisi tanggal 11-4-1980 dan ICAO dalam Annex 14 Chapter 5,6,7 dipakai edisi 8-3-1983.

Ada 4 macam tipe marking :

a. Marking landasan.

b. Marking Taxiway.

c. Marking untuk daerah yang dibatasi.

d. Marking untuk objek tetap.

A. Marking Landasan

ICAO membagi marking landasan menjadi tiga :

1. Landasan approach presisi.

2. Landasan approach non presisi.

3. Landasa non instrument.

Macam-macam marking landasan sebagai alat bantu navigasi pendaratan sebagai berikut :

a. Nomor Landasan (Runway Designation Marking)

Ditempatkan di ujung landasan sebagai nomor pengenal landasan tersebut, terdiri dari dua angka,

pada landasan sejajar harus dilengkapi dengan huruf L atau R atau C. Dua angka tadi merupakan angka

persepuluhan terdekat dari utara magnetis dipandang dari arah approach, ketika pesawat akan mendarat.

Pada landasan sejajar diberi nomor landasan 09 – 27, dilengkapi dengan huruf L (Left) atau R (Right).

Tiga landasan sejajar yang ditengah ditambah huruf C (central). Standard ukuran huruf dan nomor dapat

dilihat pada lampiran.

2

Page 3: MARKING Lapangan Terbang

b. Marking Sumbu Landasan (Runway Centre Line Marking)

Ditempatkan sepanjang sumbu landasan berawal dan berakhir pada nomor landasan, kecuali pada

landasan yang bersilangan, landasan yang lebih dominan, sumbunya terus, yang kurang dominan

sumbunya diputus.

c. Marking Threshold

Ditempatkan di ujung landasan, sejauh 6 m dari tepi ujung landasan membujur landasan, panjang

paling kurang 30 m, lebar 1,8 m. Gambar dapat dilihat pada lampiran

d. Marking Untuk Jarak-Jarak Tetap (Fixed Distance Marking)

Berbentuk empat persegi panjang, berwarna mencolok biasanya orange. Ukuran panjangnya 45 m –

60 m, lebar 6 m – 10 m terletak simetris kanan kiri sumbu landasan, marking ini yang terujung berjarak

300 dari threshold. Gambar dapat dilihat pada lampiran.

e. Marking Touchdown Zone

Dipasang pada landasan dengan approach presisi, tapi bisa juga dipasang pada landasan non presisi

atau landasan non instrument, yang lebar landasannya lebih dari 23 m.

Terdiri dari pasangan-pasangan berbentuk segi empat di kanan kiri sumbu landasan lebar 3 m

dan panjang 22,5 m untuk strip-strip tunggal, untuk strip ganda ukuran 22,5 x 1,8 dengan jarak 1,5 m.

Gambar dapat dilihat pada lampiran.

f. Marking Tepi Landasan

Merupakan garis lurus di tepi landasan, memanjang sepanjang landasan dengan lebar strip 0,9 m,

bagi landasan yang lebarnya lebih dari 30 m atau lebar strip 0,45 m bagi landasan kurang dari 30 m.

Berfungsi sebagai batas landasan terutama apabila warna landasan hampir sama dengan warna

shouldernya. Gambar dapat dilihat pada lampiran.

B. Marking Taxiway

Marking sumbu taxiway adalah sebagai garis pedoman dari sumbu landasan masuk ke taxiway,

berbentuk garis selebar 15 cm berwarna kuning, lebih mendetail. Gambar dapat dilihat pada lampiran.

Marking posisi taxi holding sebagai tanda bahwa taxiway akan berpotongan dengan landasan.

Pesawat harus berhenti di sini sebelum mendapat perintah PLLU masuk ke landasan. Bagi landasan

approach presisi kategori II atau III tersedia marking taxi holding. Menurut FAA taxi holding disebut ILS

critical area (bagi landasan approach presisi). Di sini pesawat bisa berhenti bila perlu untuk menghindari

saling mengganggu dari alat bantu radio.

3

Page 4: MARKING Lapangan Terbang

C. Marking Untuk Area Yang Dibatasi

Menurut FAA AC 150/5340-1D marking untuk daerah yang dibatasi yaitu landasan atau taxiway

yang tidak digunakan, dan ditutup untuk kegiatan lalu lintas pesawat, diberi tanda silang berwarna kuning

sedangkan menurut ICAO adalah sebagai berikut :

1. Permukaan yang mampu menahan beban pesawat dan yang tidak mampu menahan berat pesawat

(taxiway dan bahunya) dipisahkan oleh taxiway side strip marking

2. Di landasan yang thresholdnya dipindahkan (displaced) secara permanen atau perkerasan di luar

threshold panjangnya lebih dari 60 m di buat marking yang disebut “Prethreshold”.

D. Marking Untuk Objek Tetap

Yang di maksud objek tetap misalnya menara air, antenna, gedung/bangunan yang diperkirakan

menjadi halaman pada flight path harus diberi tanda yang menyolok misalnya diberi warna putih orange

berganti-ganti kotak-kotak.

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: MARKING Lapangan Terbang

Basuki, Heru, “Merancang, Merencana Lapangan Terbang”, Alumni, 1990, Bandung.

Horonjef, Robert dan McKelvey, Francis X, “Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara”, Jilid 2,

Penerbit Erlangga, 1993.

Aerodrome ANNEX 14, “International Standards And Recommended Practice”, edisi kedelapan, ICAO

(International Civil Aviation Organization), 1983.

5