41
 EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN TERPADU (MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS) BERBANTUAN MODUL TERHADAP KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS RSBI Oleh : MARVEL G. MAUKAR 07 310 066 UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA 2011

Marvel Proposal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 1/41

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN TERPADU (MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS)

BERBANTUAN MODUL TERHADAP

KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS DAN HASIL BELAJAR SISWA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS RSBI

Oleh :

M A RV E L G . M A U K A R

0 7 3 1 0 0 6 6

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

2011

Page 2: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 2/41

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan yang bermutu sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi era

globalisasi dan informasi. Oleh karenanya Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan

kualitas pendidikan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menyelenggarakan

pendidikan yang bermutu adalah dengan pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional sesuai

dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada pasal 50 ayat 3 yakni “Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerahmenyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang

pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf internasional” .

Mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan dan daya saing bangsa Indonesia di forum Internasional.

Memperhatikan hal tersebut di atas, sekitar tahun 2005- 2006, di beberapa kota atau

daerah bermunculan sekolah-sekolah yang membuka kelas bilingual, kelas internasional,

maupun Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) atau Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI).

Adapun sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar

Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya

saing internasional.

Direktorat Pembinaan SMA menentukan beberapa kriteria bagi SMA BI untuk

memberlakukan standart Internasional salah satu diantaranya yaitu dengan bahasa

Internasional (Inggris) disebut Bilingual System digunakan sebagai bahasa pengantar

dalam pembelajaran pada sekelompok mata pelajaran yang termasuk hard science . Dalam

hal ini proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika.

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan dalam bahasa Inggris pada

Sekolah Bertaraf Internasinal. Menurut The National Council of Teacher Of Mathematics

Page 3: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 3/41

(NCTM: 1996), standar pemikiran dalam matematika yaitu pemecahan masalah, penalaran,

komunikasi dan aplikasi.

Depdiknas (2003), merumuskan tujuan dari pembelajaran matematika adalah meliputi

(1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan (2) mengembangkan

kreatifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan

pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-

coba (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (4) mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan.

Di dalam proses pembelajaran tercakup komponen, pendekatan dengan berbagai metode

pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama diselenggarakannya proses

belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru berperan sebagai pengajar atau

fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-

usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan khusus dan

tujuan umum proses belajar tercapai. (Al. Krismanto,2003)

Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Pembelajaran Matematika dengan

menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pegantarnya. Akan tetapi tidak sedikit pula peserta

didik yang mengeluh ketika menemui bahwa proses pembelajaran matematika menggunakanbahasa Inggris. Kesulitan mentransfer bahasa inggris menjadi bahasa matematika yang

komunikatif adalah masalah utama yang dihadapi oleh peserta didik. Hal ini diakibatkan salah

satunya oleh kemampuan bahasa Inggris siswa terutama yang berkaitan dengan pemahaman

bahasa Inggris untuk matematika itu sendiri yang kadang memiliki perbedaan tersendiri

dibandingkan dengan bahasa Inggris pada umumnya. Di sisi lain berkaitan dengan penggunaan

pengantar bahasa Inggris dalam pembelajaran matematika maka pemahaman konsep matematika

dari siswa juga rendah.

Mengatasi hal tersebut diperlukan adanya inovasi dalam proses pembelajaran dalam

hal ini untuk membantu ketidak pahaman siswa khususnya karena pembelajaran

mengunakan pengantar bahasa Inggris. Salah satunya yakni dengan model pembelajaran

yang baik dalam hal ini model yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam

Page 4: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 4/41

bidang studi dan dalam bahasa Inggris dan keduanya diberi perhatian proporsional.

Pembelajaran yang dapat dikatakan memenuhi hal tersebut adalah pembelajaran terpadu

(Integrated). (Zainal, 2010)

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan

pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar

yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan pembelajaran

yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses

mempunyai beberapa ciri yaitu : (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) proses

pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta (3) pemisahan antar bidang

studi tidak terlihat jelas.

Untuk mendukung proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran, diperlukansuatu media yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Syaiful Bahri

(1995:136) menjelaskan didalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang

disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan

pelajaran dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang

mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat.

Di sekolah RSBI itu sendiri penggunaan media yang dalam hal ini diidentikan dengan

bahan ajar memiliki peranan yang cukup tinggi. Menurut Zainal (2010) bahan ajar ini dapat

dikembangkan dalam berbagai bentuk diantaranya adalah modul.

Modul sendiri merupakan suatu unit lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu

rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang

dirumuskan secara khusus dan jelas.(Nasution, 2010)

Dalam hal ini penggunaan modul dimaksudkan untuk membantu perserta didik dalam

memahami berbagai materi yang diajarkan, di lain pihak juga membantu pengajar untuk

menyampaikan materi yang telah diajarkan mengingat juga pembelajaran menggunakan

pengantar bahasa Inggris.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Page 5: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 5/41

Berdasarkan Latar belakang masalah di atas, maka beberapa masalah yang dapat

diidentifikasikan :

1. Siswa mengalami permasalahan pada pembelajaran Matematika yang menggunakan Bahasa

Inggris

2. Pembelajaran kadang tidak memperhatikan kesulitan siswa untuk beradaptasi menggunakan

bahasa inggris dalam pembelajaran

3. Kemampuan Bahasa Inggris yang rendah menjadi penghambat dalam proses pembelajaran

4. Rendahnya Pemahaman Konsep Matematika pada pembelajaran yang menggunakan

pengantar Bahasa Inggris

5. Penggunaan media yang kadang tidak bersesuaian dengan masalah yang dialami siswa

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada Pengaruh

pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa inggris) berbantuan modul terhadap kemampuan

Bahasa Inggris terutama dalam hal memahami makna kalimat atau kata khususnya Bahasa

Inggris untuk Matematika dan pemahaman konsep matematika siswa di sekolah menengah atas

RSBI pada materi STATISTIKA.

D. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan bahasa inggris antara siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa inggris) berbantuan modul dan pembelajaran

konvensional di RSBI?

2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep matematika antara siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa inggris) berbantuan modul dan

pembelajaran konvensional di RSBI ?

Page 6: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 6/41

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan bahasa inggris dan pemahaman konsep matematika

antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa inggris)

berbantuan modul dan pembelajaran konvensional di RSBI ?

E. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan bahasa inggris antara siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa inggris) berbantuan modul dan pembelajaran

konvensional dengan pengantar bahasa inggris.

2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep matematika antara siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa inggris) berbantuan modul dan

pembelajaran konvensional dengan pengantar bahasa inggris.

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan bahasa inggris dan pemahaman konsep matematika

antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa inggris)

berbantuan modul dan pembelajaran konvensional dengan pengantar bahasa inggris.

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat:

1. Di jadikan bahan masukan pertimbangkan salah satu pendekatan dalam pembelajaran

matematika di SMA RSBI tempat penelitian.

2. Membantu Siswa untuk dapat beradaptasi dengan pembelajaran matematika di sekolah RSBI

yang menggunakan bahasa inggris

3. Siswa menjadi termotivasi mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa

Inggris

Page 7: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 7/41

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. HAKIKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada diri seseorang di sepanjang hidupnya

dalam hal ini berlangsung sejak manusia lahir sampai akhir hayatnya . Melalui belajar sesorang

bisa mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan serta sikap.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti ― berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu‖. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah

sebuah kegiatan untuk mecapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian

atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau

kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Menurut Fudyartan, (Baharudin dan Wahyuni,

2007:13) dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan

memiliki tentang sesuatu.

Sedangkan menurut Hilgard dan Bower , (Baharudin dan Wahyuni, 2007:13), belajar ( to

learn ) memiliki arti: 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or

study; 2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become

in forme of to find out. Menurut defines tersebut belajar memiliki pengertian memperoleh

pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai

pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan suatu aktivitas atau kegiatan untuk menguasai sesuatu.

Secara terminologis terdapat beberapa pendapat para ahli berkaitan dengan definisi

belajar itu salah satu diantaranya adala h Cronbach (1954). Menurut Cronbach, ― Learning isshown by change in behavior as result of experience‖. Belajar yang terbaik adalah melalui

pengalaman. Dengan pengalaman tersebut pelajar menggunakan seluruh pancaindranya.

Sedangkan menurut Morgan(1986), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap

dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Adapun Woolfolk (1955) menyatakan bahwa ―

learning occurs when experience causes a relatively permanent change in an individual‘s

Page 8: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 8/41

knowledge or behav ior‖. Kualitas belajar seseorang ditentukan oleh pengalaman -pengalaman

yang diperoleh saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Karena itu, kadang belajar itu

menghasilkan perubahan yang sederhana, tetapi juga kadang menghasilkan perubahan yang

kompleks (Baharudin dan Wahyuni, 2007:13).

Belajar merupakan proses pembahan yang dialami seseorang, yang melibatkan salah satu

atau keseluruhan dimensi kepribadiannya. Perubahan itu dapat terjadi dalam segi intelek atau

kemampuan berpikir. Hal itu terbentuk dan berkembang karena di dalam peristiwa belajar itu

dimensi intelek mendapat masukan baru, rangsangan, dan pengertian atau pengetahuan dan

bahan pelajaran. Perubahan dalam cara berpikir juga dapat berlangsung sebagai akibat dan

interaksi di antara sesama peserta didik atau dan contoh-contoh serta uraian yang dikemukakan

pengajar. Selain itu, perubahan dapat terjadi dengan melibatkan dimensi rohani atau spiritual,

dimensi perasaan atau emosi, aspek tingkah laku, dan keterampilan — juga mencakup segi fisik atau jasmani (Sidjabat,2009).

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program

belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal

dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja

direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan

sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di

masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan

kondusif yang sengaja diciptakan.

Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup

persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa

dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa (Tim

MKPBM, 2003).

Prof. M. Surya mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai ―... suatu proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingk ungannya‖. Dan definisi itu, Surya mengemukakan lima prinsip penting di dalam kegiatan

Page 9: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 9/41

pembelajaran. Pertama, pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan perilaku.

Kedua, hasil pembelajaran ditandai oleh perubahan perilaku secara keseluruhan (holistik).

Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses berkesinambungan. Keempat, tujuan yang akan

dicapai menjadi daya pendorong bagi proses pembelajaran. Kelima, pembelajaran merupakan

sebuah pengalaman(Sidjabat,2009).

Pandangan senada juga dituliskan oleh Qemar Hamalik, yaitu bahwa ―pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran‖.

Menurutnya, unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran itu mencakup guru,

siswa, dan tenaga pendidikan lainnya, seperti petugas laboratorium. Unsur material itu meliputi

buku pelajaran, alat-alat tulis, dan alat peraga. Unsur fasilitas itu mencakup ruangan dan media

belajar. Adapun unsur prosedur meliputi jadwal kegiatan belajar, pendekatan dan metode, sertapraktik kegiatan mengajar dan belajar yang berlangsung (Sidjabat,2009).

Melalui hal-hal di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan merupakan

proses komunikasi dua arah, mengajar oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh anak didik atau murid.

c. Hakikat Matematika

Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis),

matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari

perkataan latin mathematika (μαθηματικά) yang mulanya diambil dari perkataan Yunani,

mathematike , yang berarti ―relating to learning ‖. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema

yang berarti pengetahuan atau ilmu ( knowledge, science ). Kata mathematike berhubungan pula

dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar

(berpikir) (TIM MKPBM, 2001).

Jadi secara etimologis matematika diartikan sebagai ―ilmu pengetahuan yang diperoleh

dengan bernalar‖. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran,

akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran),

sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping

penalaran. Karakteristik matematika yang dapat merangkum pengertian matematika secara

umum seperti yang dikemukakan oleh TIM MKPBM (2001), yaitu:

Page 10: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 10/41

Memiliki objek kajian abstrak

Bertumpu pada kesepakatan

Berpola pikir deduktif

Memiliki simbol yang kosong dari arti

Memperhatikan semesta pembicaraan

Konsisten dalam isinya

Terdapat berbagai pendapat yang muncul tentang pengertian matematika dipandang dari

pengetahuan pengalaman masing-masing yang berbeda. Johnson dan Rising (1972) dalam

bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,

pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang

didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih

berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Reys, dkk. (1984) sendiri dalam

bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang dan hubungan, suatu jalan atau

pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Kemudian Kline (1973) dalam bukunya

mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna

karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam

memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (TIM MKPBM, 2001).

d. Pembelajaran MatematikaKegunaan matematika tidak hanya tertuju pada peningkatan kemampuan untuk

perhitungan kuantitatif, tetapi juga untuk penataan cara berpikir dan khususnya dalam hal

pembentukan kemampuan analitis, membuat sintesis, serta evaluasi hingga kemampuan

memecahkan masalah. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila matematika dikatakan

memiliki peran ganda, yakni sebagai ‗ratu‘ dan sebagai ‗pelayan‘ (Suhito, 2003:2 -3).

Berdasarkan kegunaan-kegunaan matematika yang telah dikemukakan inilah, matematika

perlu diberikan kepada peserta didik pada setiap jenjang pendidikan. Untuk keperluan

penyampaian objek-objek matematika yang abstrak kepada peserta didik diperlukan sistem

penyampaian objek matematika. Sistem ini harus mempertimbangkan kesiapan, kemampuan

serta tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Sistem yang dimaksud ini dikenal dengan

sebutan pembelajaran matematika.

Page 11: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 11/41

Pembelajaran matematika itu sendiri adalah suatu proses yang diselengarakan oleh guru

untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika.

Melalui pembelajaran matematika diharapkan dapat dicapai dua sasaran pembelajaran,

yakni sasaran yang berkaitan dengan efek pembelajaran (instructional effect) dan sasaran yang

berkaitan dengan efek sampingan (nurturan effect) (Suhito, 2003:4). Kedua sasaran tersebut

dapat dicapai apabila peserta didik diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar

matematika (doing math) secara holistik dan komprehensif.

Belajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan

menjadi learning to do, learning to be, hingga learning to live together. Menurut TIM MKPBM

(2001) mengemukakan bahwa filosofi pengajaran matematika perlu diperbarui menjadi

pembelajaran matematika sehingga terjadi pergeseran paradigma dalam proses belajar mengajar

matematika, yaitu:a. dari teacher centered menjadi learner centered;

b. dari teaching centered menjadi learning centered;

c. dari content based menjadi competency based;

d. dari product of learning menjadi process of learning;

e. dari summative evaluation menjadi formative evaluation.

Dalam Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2006 disebutkan tujuan pembelajaran

matematika agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah.

Page 12: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 12/41

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya

diri dalam pemecahan masalah.

2. Karekteristik Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas serta daya saing pendidikan baik di dalam

maupun luar negeri maka diadakanlah program Sekolah Bertaraf Internasional. Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI) sendiri menurut Zainal Aqib (2010) adalah suatu sekolah yang telah

memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada tiap aspeknya meliputi kompetensi lulus,

isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan,

dan penilaian serta telah menyelenggarakan dan menghasilkan lulusan dengan ciri

keinternasionalan. Di samping itu menurut Zainal, SBI juga mampu mengembangkan budayasekolah dan lingkungan sekolah yang mendukung ketercapaian standar internasional dari

berbagai aspek tersebut.

Untuk menuju kepada satuan pendidikan yang bertaraf internasional (SBI), maka

pemerintah sejak tahun 2007 telah melaksanakan pembinaan kepada sekolah atau satuan

pendidikan untuk dikembangkan menjaadi satuan pendidikan bertaraf internasional atau RSBI,

yang berasal dari sekolah-sekolah yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai sekolah standar

nasional (Aqib, 2007).

Zainal Aqib (2010) selanjutnya menyebutkan bahwa penyelenggaraan satuan pendidikan

untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional yang selanjutnya disebut

dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (disingkat dengan RSBI) dilatarbelakangi oleh

alasan-alasan sebagai berikut:

1) Era Globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan

sumber daya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi,

meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan meningkatkan

mutu produk. Keunggulan manajemen dapat mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya

kinerja sekolah, dan keunggulan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi pada

tingkat internasional, akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisasi ini.

2) Dalam upaya peningkatan mutu, efisien, relevan, dan memiliki daya saing kuat, maka dalam

penyelenggaraan SBI pemerintah memberikan beberapa landasan yang kuat yaitu : (a)

Page 13: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 13/41

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN

20/2003) Pasal 50 ayat (3 ) dinyatakan bahwa ― pemerintah dan/atau pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang

pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”; (b)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

(disingkat SNP) ; (c) UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025 menetapkan tahapan skala prioritas utama dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan

kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Demikian pula dalam Renstra

2010-2014 bahwa pemerintnah mentargetkan pada tahun 2014 minimal 50% kabupaten/kota

di Indonesia telah ada SBI.

3) Penyelenggaraan RSBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus

menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui

fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan

(kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan

kemampuan peserta didik. Jadi, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk

mengaktualkan potensi intelektual, emosional, dan spiritualnya. Para peserta didik tersebut

merupakan aset bangsa yan sangat berharga dan merupakan salah satu faktor daya saing yang

kuat, yang secara potensial mampu merespon tantangan globalisasi. Filosof esensialisme

menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik

kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya,

baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan

harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara

internasional.

4) Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu learning to

know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan

berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai

dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai

penilaiannya. Maksudnya adalah pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai

(learning to know), tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong

Page 14: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 14/41

menerapkan nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning

to live together) dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai dirinya (learning

to be).

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

(2007) menegaskan bahwa penyelenggaran RSBI sendiri berlandaskan pada beberapa hal,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 50

menyatakan bahwa :

a. Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan Standar Nasional Pendidikan

untuk menjamin mutu pendidikan nasional.

b. Ayat (3): Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya

satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan

pendidikan bertaraf internasional.

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005 – 2025 mengatur perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai

arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap

untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam

pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa : Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah

menyelengarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan

sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan

menjadi sekolah bertaraf internasional.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan.

6) Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 menyatakan bahwa

untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional

pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan

pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Page 15: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 15/41

7) Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 tentang Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, antara lain pada

halaman 10 disebutkan “ …..diharapkan se luruh pemangku kepentingan untuk menjabarkan

secara operasional sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah bertaraf

internasionanal...”

8) Permendiknas Nomor 22,23,24 Tahun 2005 dan Nomor 6 Tahun 2007; Nomor 12, 13, 16, 19,

20, 24, dan 41 Tahun 2007.

9) Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf

Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 25 menyebutkan: ―

Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan

pendidikan bertaraf internasional‖.

10) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan PenyelenggaraanPendidikan

11) Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kepesertadidikan.

Menurut Sungkowo (2009) tujuan penyelenggaraan RSBI diantaranhya adalah sebagai

berikut:

a. Untuk membina sekolah yang secara bertahap ditingkatkan dan dikembangkan komponen,

aspek, dan indikator SNP dan sekaligus keinternasionalannya;

b. Untuk menghasilkan suatu sekolah yang memenuhi IKKM (SNP) dan memenuhi IKKT

sekaligus, sehingga dapat menjadi SBI;

c. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memilki kompetensi lulusan dan

diperkaya dengan standar kompetensi pada salah satu sekolah terakreditasi di negara anggota

OECD atau negara maju lainnya;

d. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memilki daya saing komparatif tinggi

yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan unggulan lokal di tingkat internasional;

e. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing dalam

berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak,

perunggu dan bentuk penghargaan internasional lainnya;

f. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memilki kemampuan bersaing kerja di

luar negeri terutama bagi lulusan sekolah menengah kejuruan;

Page 16: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 16/41

g. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memilki kemampuan berperan aktif

secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan dunia dari

perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup;

h. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan menggunakan dan

mengnembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara profesional.

Pada umumnya sekolah disebut sebagai sekolah internasional antara lain memilki ciri-

ciri: (a) sebagai anggota atau termasuk dalam komunitas sekolah dari negara-negara/lembaga

pendidikan internsional yang ada di negara-negara OECD dan/atau negara maju lainnya, (b)

terdapat guru-guru dari negara tersebut, (c) dapat menerima peserta didik dari negara asing, dan

(d) terdapat kegiatan-kegiatan kultur sekolah atau pengembangan karakter peserta didik yang

menghargai atau menghormati negara/bangsa lain di dunia, toleransi beragama, menghormatidan saling menghargai budaya tiap bangsa, menghormati keragaman etnis/ras/suku, mampu

berkomunikasi berbasis TIK dan berbahasa inggris/asing lainnya, dan sebagainya.

3. Pembelajaran Matematika Di RSBI

Dalam Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menurut Zainal Aqib (2010)

pengembangan proses pembelajarannya lebih menekankan kepada proses pembelajaran untuk

mencapai Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi serta Kompetensi dasar yang telah

ditetapkan. Hal tersebut membuat mau tidak mau proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif,

menyenangkan, dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif.

Dalam hal ini proses pembelajaran memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik agar

memiliki akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa

entrepreneurship, jiwa patriot, jiwa inovator, prakarsa, kreativitas, kemandirian berdasarkan

bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologisnya secara optimal yang terintegrasi

pada keseluruhan kegiatan pembelajaran (Sungkowo, 2009).

Pendidik harus dapat mengembangkan proses pembelajaran yang membangun

pengalaman belajar siswa melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang efektif dan

efisien.

Adapun mutu proses pembelajaran pada RSBI menurut Sungkowo (2009) harus

ditingkatkan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang secara nyata telah berhasil

Page 17: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 17/41

diterapkan dengan baik pada sekolah unggul dari negara maju (seperti : penerapan standar

belajar, standar mengajar: persiapan pembelajaran, penentuan indikator hasil belajar, pemilihan

bahan ajar, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat peraga pembelajaran, dan

pemilihan sumber belajar).

Selain memenuhi Standar Isi, memenuhi SKL, dan menerapkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), serta menerapkan sistem satuan kredit semester di, model

kurrikulum SBI yang melandasai proses pembelajaran di RSBI menurut Pusat Kurikulum Badan

Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2007) harus memenuhi

beberapa hal berikut:

1) sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana

setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing;

2) muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama padasekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan

3) menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi

Lulusan. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik yang memenuhi Standar Proses.

Selain itu, proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci

tambahan sebagai berikut:

1) proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/madrasah

lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul,

kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator;

2) diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD

dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang

pendidikan;

3) menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;

4) pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan

bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa

asing, harus menggunakan bahasa Indonesia; dan

Page 18: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 18/41

5) pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains dan matematika

untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV. (Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional,2007)

Melalui hal di atas dapat dilihat bahwa sebagai RSBI, sekolah diwajibkan

mengembangkan mengembangkan proses pembelajaran kepada standar Internasional,

diantaranya harus menerapkan pembelajaran bilingual (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia)

baik dalam kelasa (teori), eksperimen(praktek) maupun dalam bentuk pembelajaran lainnya

(diskusi, Tanya jawab, penugasan dan sebagainya) terutama dalam pelajaran Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam dimana bahasa pengantar dalam proses pembelajaran tersebut adalah

bahasa Inggris.

4. Konsep Pembelajaran Matematika dalam Bahasa Inggris

a. Pengertian

Yang dimaksud dengan pembelajaran Matematika dalam bahasa Inggris adalah

pembelajaran yang materi pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya disampaikan

dalam bahasa Inggris. Pembelajaran Matematika dalam bahasa Inggris ini tetap menggunakan

kurikulum nasional yang berlaku Zainal Aqib (2010). Kurikulum nasional yang dimaksud adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jadi, pengembangan silabus dan pengembangan

sistem penilaiannya juga mengacu pada kurikulum tersebut. Namun demikian, meskipun

Kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digunakan sebagai acuannya, sekolah

dapat menambah, memperluas, dan memperdalam kurikulum yang berlaku sesuai dengan

perkembangan internasional dalam bidang Matematika dengan tetap memperhatikan nilai-nilai

dan budaya Indonesia yang ada.

b. Tujuan

Depdiknas (2004) melalui Pedoman Pembelajaran Matematika Dan Sains Dalam Bahasa

Inggris mengemukakan bahwa Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam

bahasa Inggris bertujuan untuk:

1) menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu tersebut;

Page 19: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 19/41

2) menghasilkan lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris yang tinggi;

3) meningkatkan penguasaan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris

sesuai dengan perkembangan internasional;

4) meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional tentang Ilmu Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu dasar bagi perkembangan teknologi (manufaktur,

komunikasi, transportasi, konstruksi, bio dan energi);

5) meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam bahasa Inggris, artinya siswa

memiliki kemahiran bahasa Inggris yang baik; dan

6) Menghubungkan Indonesia dalam perkembangan internasional di bidang Matematika, Ilmu

Pengetahuan Alam, Informasi, dan Teknologi.

c. Fokus Pengembangan pada Sekolah Penyelenggara Pembelajaran Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris

Untuk mencapai tujuan seperti yang tertuang pada butir B, sekolah-sekolah

penyelenggara program pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa

Inggris diharapkan memfokuskan kegiatannya pada aspek-aspek berikut.

1) Pengembangan Materi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris

Materi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris perlu dikembangkan

sesuai dengan perkembangan internasional. Oleh karena itu, sekolah-sekolah yang

melaksanakan program yang dimaksud harus membangun jaringan nasional dan internasional

dalam kerangka untuk memutakhirkan materi-materi yang dimaksud. Misalnya, melakukan

kerjasama dengan fakultas MIPA di universitas terdekat sebagai salah satu upaya untuk

memperoleh informasi/sumber-sumber terkini dalam hal literatur/buku teks MIPA. Hal yang

sama dapat juga ditempuh dengan melakukan kerjasama dengan jurusan bahasa Inggris

fakultas sastra, dalam upaya peningkatan kemampuan dalam bahasa Inggris. Untuk lebih

jelasnya bagaimana membangun jaringan nasional dan internasional lihat suplemen pada

buku panduan pengembangan sekolah koalisi.

2) Pengembangan Media Pembelajaran

Mengingat pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris

adalah hal baru dan memiliki taraf kesulitan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

pembelajaran reguler yang menggunakan medium bahasa Indonesia, maka diperlukan media-

Page 20: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 20/41

Page 21: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 21/41

Program pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris

dapat diimplementasikan dengan tingkat pencapaian yang tinggi dalam kompetensi bidang studi

maupun kompetensi dalam bahasa Inggris (Depdiknas, 2004). Tingkat pencapaian kompetensi

yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa Inggris yang lancar

dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan (Depdiknas, 2004).

Perlu diketahui bahwa program semacam ini disebut juga program imersi (immersion

program). Sebagai catatan, di beberapa negara yang telah mengimplementasikan program

semacam ini (misalnya Canada, Australia, Hongaria, Finlandia, dan Hongkong) dengan guru

yang kompetensinya dalam bahasa target tinggi (bahkan dengan penutur asli) dan sarana

pendukung yang memadai pada umumnya melaporkan hasil bahwa:

1) Capaian kompetensi dalam bidang studi di kelas tersebut sebanding dengan kelas reguler.

2) Penguasaan yang tinggi dan seimbang dalam bahasa target (bahasa yang hendak dikuasai)dan bidang studi biasanya sulit dicapai secara bersamaan. Artinya, pencapaian yang tinggi

dalam satu aspek cenderung dibarengi oleh pencapaian yang agak rendah dalam aspek

lainnya. Apabila pencapaian kompetensi dalam bahasa target tinggi, pencapaian kompetensi

dalam bidang studi tidak setinggi pencapaiannya dalam bahasa target dan sebaliknya.

3) Penguasaan bahasa lulusan/siswa dalam bahasa target jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

lulusan/siswa yang mengikuti kelas reguler, tetapi tidak sepadan dengan kemampuan penutur

asli karena diwarnai oleh sejumlah kesalahan tatabahasa dan ucapan.

Agar pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan seimbang,

perlu upaya pengembangan program-program pendukung secara nyata seperti:

1) Penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung

2) Penyelenggaraan Bridging Course bahasa Inggris

3) Penyediaan Self-Access Learning Centre

4) Dsb.

Selain itu perlu dikembangkan model pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter yang ada pada sekolah

pelaksana program. Berikut ini diuraikan beberapa contoh model pembelajaran

dimaksud.

Page 22: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 22/41

Model pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang baik adalah model

yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam bahasa

Inggris (subject matter and language) dan keduanya diberi perhatian secara proporsional. Focus

on language sangat penting untuk menghindarkan siswa dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa

yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa

Inggris.

Contoh model pembelajaran:

1) Terpisah (parallel) : perkembangan bahasa siswa difasilitasi melalui kegiatan penunjang di

luar pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris yang

diikuti siswa di sekolah.

a) Siswa menerima pelajaran tambahan berupa English for Mathematics and Science yang

dilakukan oleh guru bahasa Inggris dan/atau guru MIPA. Materi pelajaran tambahan inididasarkan pada kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema pelajaran yang ada pada

pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Idealnya sebelum siswa mempelajari pokok

bahasan tertentu, siswa sudah diperkenalkan dengan bahasa (kosa kata, tata bahasa,

ekspresi, dsb.) yang akan dipergunakan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut.

Fasilitasi pemerolehan English for Mathematics and Science melalui pelajaran bahasa

Inggris reguler sebetulnya dimungkinkan, tetapi diperkirakan waktu yang disediakan

untuk itu tidak mencukupi karena pelajaran bahasa Inggris reguler perlu mengikuti

Kurikulum 2004 yang tidak kompatibel dengan kebutuhan English for Mathematics and

Science.

b) Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki pengetahuan kebahasaan

yang terbatas dan team-teaching antara guru bahasa Inggris dan guru MIPA tidak dapat

berjalan dengan baik.

c) Dalam model ini pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris berlangsung dengan tahapan-

tahapan pembelajaran seperti pada pembelajaran MIPA pada umumnya.

d) Model ini agak mahal dan memerlukan waktu cukup banyak tetapi efektif dalam

pencapaian tujuan (peningkatan kemahiran berbahasa Inggris).

2) Terpadu (integrated): perkembangan bahasa siswa difasilitasi secara terpadu dalam

pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Artinya, siswa

menerima materi English for Mathematics and Science bersamaan ketika mereka menerima

Page 23: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 23/41

pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Model ini

cocok/sesuai untuk guru MIPA dengan pengetahuan kebahasaan tinggi.(Aqib, 2010 )

5. Bahasa Inggris Untuk Matematika

Suatu tantangan tersendiri bagi guru untuk dapat mengajarkan matematika dalam bahasa

inggris, dimana bahasa tersebut merupakan bahasa asing bagi siswa. Kersaint (2009) menyatakan

bahwa untuk dapat mengajarkan matematika secara efektif dalam bahasa asing, guru harus

mempunyai kemampuan komunikasi yang komprehensif dalam bahasa asing tersebut, yang

meliputi kemampuan berbicara (speaking), mendengarkan (listening), membaca (reading), dan

menulis (writing). Walaupun matematika sendiri dianggap sebagai suatu bahasa (Usiskin, 1996),

namun bahasa matematika berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-

hari. Bahasa matematika lebih komplek karena merupakan perpaduan antara kata-kata yangdigunakan sehari-hari dengan kata-kata (istilah) khusus dalam matematika misalnya hypotenuse ,

dan parallelogram. Selain itu, bahasa matematika mempunyai sintak dan sematik yang berbeda

dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Sebagai contoh sederhana persoalan sintak dan

semantik dalam bahasa matematika adalah:

Sintak: ―The number a is 5 more than the number b ‖ manakah arti pernyataan tersebut a + 5 = b

atau a = b + 5 ?

Semantik:

1) ― 8 times a number is 30 more than 6 times the number ‖ apakah ―a number ‖ dan ― the

number ‖ dalam pernyataan tersebut sama?

2) A geometric figure that is a ―The square of the number 4 indicated by 4²=16 ‖ dan ―

squar e ‖ Apakah kata ― square ‖ pada kedua pernyataan tersebut mempunyai arti yang

sama?

Selain itu, perbedaan arti keseharian dan arti matematika suatu kata dalam bahasa inggris

juga merupakan persoalantersendiri. Sebagai contoh kata ― difference ‖, dalam baha sa keseharian

kata tersebut di artikan perbedaan. Sedangkan dalam matematika kata tersebut juga dapat berarti

selisih. (Kersaint, dkk, 2009)

Page 24: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 24/41

6. Pembelajaran Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan model implementasi kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang atau tingkat pendidikan.

Pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 2006:2). Adapun

menurut T.R Joni (Trianto, 2007) pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran

yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali

dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik.

Menurut Indrawati (2009:26) pembelajaran terpadu merujuk pada dua pengertian sebagai

berikut :1). Pembelajaran terpadu sebagai bentuk aktivitas belajar-mengajar yang secara struktursama dengan program satuan pembelajaran untuk satu pokok bahasan/materi pokok dalam

silabus,hanya muatan materinya dan konteksnya berbeda, yaitu berasal dari beberapa pokok

bahasan untuk satu mata pelajaran atau bahkan antar pokok bahasan untuk dua atau lebih mata

pelajaran. 2). Pembelajaran terpadu berfungsi sebagai wadah, ajang, atau muara penyatupaduan

konsep-konsep yang dikandung beberapa pokok bahasan dan atau beberapa mata pelajaran yang

seharusnya memiliki keterkaitan dan keterpaduan pemahamannya.

Pembelajaran terpadu dapat dikemas dan diawali dengan tema atau topik tentang suatu

wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami

dan dikenal oleh siswa yang bersangkutan. Dalam pembelajaran terpadu, suatu konsep atau

tema dibahas dari berbagai aspek mata pelajaran dalam bidang kajian.

Robin Fogarty dan Collins and Dixon (Hakiim, 2008) mengemukakan pendapatanya

berkaitan dengan pembelajaran terpadu. Menurut Robin Fogarty ada tiga dimensi dalam

pembelajaran terpadu, yaitu:

1) Vertical Spiral, yaitu mengembangkan materi pembelajaran dan kurikulum yang terintegrasi

secara vertikal dari kelas rendah ke kelas tinggi, dengan pengembangan tema dan

pendalaman materi pembelajaran sesuai dengan karakteristik, latar belakang, minat dan

usia siswa pada setiap kelas.

2) Horizontal Band yaitu pengembangan materi pembelajaran, baik ruang lingkup dan

kedalamannya (scope/width and depthness) yang disesuaikan dengan tujuan mata

Page 25: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 25/41

pelajaran yang dipadukan. Dengan demikian, ada integrasi pengalaman belajar dalam suatu

mata pelajaran (within discipline), dan pada hal yang sama juga bisa dikembangkan

pengalaman belajar yang terpadu dengan melibatkan berbagai mata pelajaran (across several

disciplines).

3) Circle, yaitu pengintegrasian berbagai pengalaman belajar yang menyangkut kemampuan,

konsep, dan topik berbagai mata pelajaran (Integration ofskills, themes, concepts, and

topics across disciplines).

Collins and Dixon (Hakim, 2008) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu

(integrated learning) didasarkan pada kaidah pembelajaran yang berbasis inkuiri (inquiry

learning approach). Dalam pembelajaran yang terintegrasi, siswa dilibatkan semenjak

perencanaan, implementasi, termasuk di dalamnya eksplorasi proses dan hasil

pembelajaran. Oleh karena itu, mereka merinci beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilanpembelajaran terpadu adalah minat siswa dan guru, kebutuhan siswa, kolaborasi antara guru

dengan siswa, waktu yang tersedia, pengetahuan siswa yang terdahulu, harapan kurikulum

sekolah dan masyarakat, serta ketersediaan sumber belajar.

b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti menurut Hilda Karli

dan Margaretha (Indrawati,2009:22) mengungkapkan bahwa:

Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, diantaranya:

1) Berpusat pada anak (student centered).

2) Memberi pengalaman langsung pada anak.

3) Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.

4) Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.

5) Bersifat luwes.

6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

7) Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran

terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut

pandang yang terkotak-kotak.

8) Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek

memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.

Page 26: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 26/41

9) Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi otentik.

10) Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari

perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.

Wujud lain dari implementasi terpadu yang bertolak pada tema, yakni kegiatan

pembelajaran yang dikenal dengan berbagai nama seperti pembelajaran proyek, pembelajaran

unit, pembelajaran tematik dan sebagainya.

Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan

anak.

2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak pada minat dan kebutuhan anak.

3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat

bertahan lebih lama.4) Pembelajaran Terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.

5) Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering

ditemui dalam lingklungan anak.

6) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi,

komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.

Selain kelebihan pembelajaran terpadu juga memiliki keterbatasan terutama pada

pelaksanaannya, terutama pada aspek evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk

melakukan evaluasi tidak hanya terhadap hasil tetapi juga terhadap proses.

c. Tujuan Pembelajaran Terpadu

Tujuan pembelajaran terpadu adalah:

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

2) Meningkatkan minat dan motivasi .

3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus

d. Pemaduan Konsep dalam Pembelajaran

Pembelajaran terpadu yang terdin atas beberapa mata pelajaran, menyediakan lingkungan

belajar yang menempatkan siswa mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkan

atau mehgkaitkan konsep-konsep dari berbagai submata-pelajaran atau berbagai mata

Page 27: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 27/41

pelajaran.

Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan tema yang akan membantu siswa dalam

beberapa aspek yaitu:

a) bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan

mandiri.

b) lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar jika mereka berhasil menerapkan apa

yang telah dipelajarinya dan pembelajarannya bermakna (meaningful).

c) lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka mendengar, berbicara,

membaca, menulis dan melakukan kegiatan menyelidiki masalah yang sedang

dipelajarinya.

d) memperkuat kemampuan berbahasa siswa.

e) belajar akan lebih baik jika siswa terlibat secara aktif melalui tugas proyek,kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata. (Hakiim,2008)

e. Pembelajaran Terpadu Tipe Integrated

Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang

studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan

prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih

didalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang ingin dicari dan dipilih oleh guru

dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan

dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih

beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan erat dan tumpang tindih

di antara berbagai bidang studi misalnya, matematika dan bahasa inggris. Jadi pembelajaran

terpadu tipe Integrated adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar

bidang studi menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan

menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidangstudi (Trianto,2007:47).

Di bawah ini disajikan diagram yang menggambarkan pembelajaran terpadu tipe

integrated

Page 28: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 28/41

Perusahaan

Keuntungn atau kerugian

Surat isian pajak

Pengupahan

Penemuan-penemuan :

Bola lampu, telepon,phonograph, morse, listrik,

pengungkit katrol, derek

Permintaan danPenawaran

Kreatifitas :

Keahlian menemukan

sesuatu yang baru

(masyarakat dan hasil-

hasil) melalui

Analisis Penemuan-penemuan

Riset :

Pencatatan

Koreksi

Hasil percobaan

Riset

Penemu :

Bell

Edison

Pengaruh kuat

Telepon

Bahasa dan seni Ilmu sosial

Matematika Sains

(Sumber : Trianto 2007 : 48)

Gambar 2

Peta Integrasi Materi dan Keterampilan Berpikir, Keterampilan Sosial, dan Keterampilan

Mengorganisasi.

7. Pembelajaran yang mengintegrasikan Matematika dan Bahasa Inggris

Definisi dari belajar matematika telah berkembang. Belajar matematika bukan sekedar

mengembangkan kompetensi dalam melakukan prosedur matematika ataupun memecahkan

masalah konteksual, tetapi juga mengembangkan kemampuan komunikasi matematika (

Page 29: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 29/41

communicating mathematically) (Lampert, 1990). Oleh karena itu, proses pembelajaran

matematika seharusnya mengajak siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran

baik secara lisan maupun tertulis, misalnya dalam pembejaran siswa diminta untuk menjelaskan

proses atau langkah dalam menyelesaikan soal, menarik kesimpulan, dan mengekspresikan dan

mempertahankan pendapat mereka (Moschkovich, 2002). Jadi belajar matematika bukan hanya

sekedar belajar berhitung dan memecahkan soal cerita tetapi juga belajar bagaimana

berkomunikasi secara matematika.

Adapun pembelajaran Bahasa Krashen (1985) dan Swain (2000) berpendapat bahwa

mempelajari bahasa akan lebih mudah jika dipelajari atau disajikan dalam suatu konteks atau

dalam situasi yang nyata. Dong (2007) menyatakan secara spesifik konteks disini dapat berupa

materi pelajaran non-bahasa sehingga diharapkan siswa akan mempunyai tujuan nyata dalam

mempelajari bahasa tersebut dan pelajaran bahasa menjadi bermakna. Hasil penelitian jugamenunjukkan bahwa belajar bahasa akan lebih effektif jika penyajian materi pelajaran bahasa

dan materi pelajaran lain non-bahasa saling berkaitan dan diberikan secara terintegral, tidak

dipecah-pecah atau dipisah-pisah seakan-akan antra materi pelajaran tidak ada kaitannya

(Adamson, 1990). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar bahasa

kedua (second language) atau bahasa asing (foreign language) akan lebih efektif jika materi

disampaikan dalam situasi yang nyata dan dalam kontek atau diintegrasikan dengan materi

pelajaran non-bahasa. Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran suatu materi tidak bisa lepas dari bahasa ataupun sebaliknya, dalam pembelajaran

diperlukan suatu integrasi antara pengajaran bahasa dan isi (materi pelajaran non-bahasa).

Sehingga disini bahasa dan isi merupakan tujuan dalam suatu pembelajaran di kelas. Jika

dikaitkan dengan pembelajaran matematika dalam bahasa inggris, berarti tujuan pembelajaran

matematika tidak hanya siswa memahami konsep matematika tetapi juga siswa dapat

meningkatkan kompetensi bahasa inggris serta kemampuan komunikasi mereka.

Menyikapi hal tersebut pembelajaran Integrasi antara Matematematika yang telah dibahas

sebelumnya, dapat dikatakan sebagai metode yang tepat untuk mengajarkan matematika dalam

bahasa Inggris sebagaimana program SBI atau RSBI. Beberapa hal yang menjadi alasan adalah:

1) Mengintegrasikan pembelajaran matematika dalam pembelajaran bahasa inggris dan juga

sebaliknya.

Page 30: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 30/41

2) Integrasi antara materi matematika dan bahasa inggris akan memberikan kontek yang

bermakna bagi siswa dan siswa akan mendapatkan input (bahasa dan materi) yang

berkesinambungan.

3) Dengan terintegrasinya bahasa dengan materi pelajaran, kompetensi siswa dalam

menggunakan bahasa juga meningkat, mereka tidak hanya memahami konsep dan istilah

matematika tetapi juga dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka ketika mereka

berdiskusi dengan siswa lain. Selian itu, siswa juga akan lebih berhati-hati dalam

menggunakan kata-kata atau istilah karena beberapa kata-kata atau istilah matematika

mempunyai arti yang berbeda dengan istilah sehari- hari. Sebagai contoh kata ― prime‖, yang

dapat mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung kapan, dimana dan atau bagaimana

kata tersebut digunakan misalnya kata ― prime number ‖ atau ― prime time‖ . Contoh lain

misalnya kata ―right‖ dalam matematika ada kata ― right angle‖ yang merupakan sudut siku -siku, sedangkan dalam bahasa keseharian dapat kata ― right ‖ dapat diartikan benar atau juga

kanan.

Menurut Bianco (2009) pembangunan konsep siswa dalam pembelajaran dengan

mengintegrasikan Konten (dalam hal ini matematika) dan bahasa Inggris meliputi tahap

persiapan bahasa dan materi (co-preparation), pemberian bantuan secara terstruktur

(scaffolding), pembentukan konsep berdasarkan konsep yang telah ada (concept building),

prediksi dan keberartian (prediction and meaning first), penggunaan konsep dan kata-kata yang

sudah digunakan ketika memahami konsep (recycling), dan pemberian nama pada konsep yang

baru saja dipelajari (relabeling content).

Perencanaan pembelajaran untuk pengintegrasian antara matematika dan bahasa sendiri

setidaknya memuat profil kelas antara lain meliputi: tingkat pendidikan (kelas), bahasa sasaran

(dalam RSBI/SBI adalah bahasa inggris), bahasa pertama siswa, dll); pengetahuan awal yang

arus dimiliki siswa untuk bias mempelajari materi yang akan diajarkan, pengetahuan awal ini

meliputi: materi prasyarat, keterampilan belajar, dan kemampuan bahasa; latar belakang memilih

topic yang akan diajarkan; outcome pembelajaran yang diharapkan meliputi outcome bahasa dan

outcome materi; kebermaknaan materi yang dapat diwujudkan dengan mengkaitkan dengan

pelajaran lain; prosedur dalam pembelajaran di kelas yang meliputi: tahap-tahap pembelajaran,

Page 31: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 31/41

dan rincian kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran di kelas; dan

evaluasi dan prosedur penilaian.

8. Modul

a. Pengertian Modul

Menurut Goldschmid and Goldshmid, modul adalah ―A self -contained, independent unit

of a planned of learning activities design to help the student accomplish certain well-defined

objectives‖. (dikutip dari buku Russel, p.12)

R.M.Thomas memberikan dua macam batasan tentang modul, pertama batasan modul

yang bersifat umum, dan kedua batasan modul secara terperinci. Menurut R.M.Thomas, secara

umum ―A module is a p acket of suggestions for teachers and learning materials for students that

can be used for pursuing specified goals for a period of time that may be as short as fifteenminutes or as long as six or eight class periods distributed over a series of three or four weeks‖.

Batasan modul secara terperinci, menurut beliau, sebagai berikut berikut : ―………an

instructional module in the Indonesia setting is a packet of materials containing the following

items :

1. A description of specific learning objectives

2. A teacher’ s guide pamphlet , explaining to the teacher the way that the lesson can be most

efficiently taught

3. Reading materials for the students.

4. Worksheets for the pupils.

5. Answer sheets for worksheet problems.

6. Evaluation devices – tests and rating scales.

Definisi terperinci yang dikembangkan oleh R.M. Thomas tersebut di atas sejalan

dengan batasan mengenai modul yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan Pendidikan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang memberikan batasan tentang modul sebagai

berikut : yang dimaksud dengan modul adalah ―Satu unit program mengajar terkecil yang secara

terperinci menggariskan :

a. Tujuan-tujuan pembelajaran umum yang akan ditunjang pencapaiannya;

b. Topik yang dijadikan pangkal proses belajar-mengajar;

c. Tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai oleh siswa;

Page 32: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 32/41

d. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan;

e. Kedudukan dan fungsi satuan (modul) dalam kesatuan program yang lebih luas.

f. Peranan guru didalam proses belajar mengajar;

g. Alat-alat dan sumber yang akan dipakai;

h. Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berturutan;

i. Lembaran-lembaran kerja yang harus diisi anak;

j. Program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses belajar ini;

Dari beberapa definisi tersebut di atas, yang tentunya masih jauh daripada lengkap,

dapatlah disimpulkan sifat-sifat khas dari pada modul, yaitu :

1. Modul itu merupakan unit (paket) pembelajaran terkecil dan lengkap;

2. Modul itu memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik;3. Modul memuat tujuan belajar (pembelajaran) yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik;

4. Modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent), modul memuat bahan yang

bersifat self-instructional;

5. Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual, merupakan salah satu

perwujudan pembelajaran individual.

a. Langkah – Langkah Penyusunan Modul

Suatu modul yang digunakan di sekolah ini, disusun atau ditulis (―dibuat‖) dengan melalui

langkah-langkah seperti berikut :

1) Menyusun Kerangka Modul

i. Menetapkan (menggariskan) Tujuan Pembelajaran Khusus (TIU) yang akan dicapai

dengan mempelajari modul tersebut

ii. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TIK) yang merupakan perincian atau

pengkhususan dari Tujuan Pembelajaran Umum tadi

iii. Menyusun soal-soal penilaian untuk mengukur sejauh mana Tujuan Pembelajaran

Khusus bisa dicapai.

iv. Identifikasi pokok-pokok materi pelajaran yang sesuai dengan Tujuan Pembelajaran

Khusus.

Page 33: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 33/41

v. Mengatur/menyusun pokok-pokok materi tersebut di dalam urutan yang logis dan

fungsional

vi. Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar murid.

vii. Pemeriksaan sejauh mana langkah-langkah kegiatan belajar telah diarahkan untuk

mencapai semua tujuan yang telah dirumuskan

viii. Identifikasi alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan modul

itu.

2) Menyusun (menulis) program secara terperinci meliputi pembuatan semua unsur modul

yakni Petunjuk Guru, Lembar Kegiatan Murid, Lembar Kerja Murid, Lembar Jawaban,

Lembar Penilaian (tes) dan Lembar Jawaban Tes.

b. Unsur-unsur ModulBerdasar dari batasan pengertian tentang modul, kiranya dapat diuraikan secara terperinci unsur-

unsur modul atau komponen-komponen modul. Perlu diketahui bahwa modul yang dikembangkan

melalui Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) di Indonesia dewaasa ini berbentuk buku kecil

(booklet). Dari satu berkas buku kecil yang disebut modul itu terdiri atas unsur-unsru sebagai berikut :

1) Pedoman Guru

Pedoman Guru berisi petunjuk-petunjuk guru agar pengajaran dapat diselenggarakan secara

efisien. Juga memberi penjelasan tentang :i. Macam-macam kegiatan yang harus dilakukan oleh kelas

ii. Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul itu

iii. Alat-alat pelajaran yang harus digunakan

iv. Petunjuk-petunjuk evaluasi.

2) Lembaran Kerja Siswa

Lembaran Kegiatan ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam

lembaran kegiatan tercantum pula kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa, misalnya

mengadakan percobaan, membaca kamus, dan sebagainya. Mungkin pula dicantumkan buku-

buku yang harus dipelajari siswa sebagai pelengkap materi yang terdapat dalam modul.

3) Lembaran Kerja

Lembaran kerja ini menyertai Lembar Kegiatan Siswa digunakan untuk menjawab atau

mengerjakan soal-soal, tugas-tugas atau masalah-masalah yang harus dipecahkan. Lembar

Page 34: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 34/41

kegiatan siswa itu sendiri harus dijaga supaya tetap bersih tidak boleh ada coretan apapun di

dalamnya, sebab buku modul ini akan digunakan lagi untuk siswa-siswa yang lain pada

tahun-tahun berikutnya.

4) Kunci Lembaran Kerja

Maksud diberikannya Kunci Lembaran Kerja ialah agar siswa dapat mengevaluasi

(mengoreksi) sendiri hasil pekerjaannya. Apabila siswa membuat kesalahan-kesalahan dalam

pekerjaannya maka ia dapat meninjau kembali pekerjaannya.

5) Lembaran Tes

Tiap modul disertai Lembaran Tes, yakni alat evaluasi yang digunakan sebagai pengukur

keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan dalam modul itu. .

6) Kunci Lembaran Tes

Tes ini disusun oleh penulis modul yang bersangkutan, sehingga kunci tes ini pun juga dibuat

oleh penulis modul.

d. Pemanfaatan Modul dalam Pembelajaran di Kelas

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pada dasarnya menggunakan

sistem belajar secara individual. Namun dapat pula digunakan pada sistem pembelajaran

klasikal. Jika pembelajaran bersifat individual maka siswa akan belajar dari modul satu ke

modul berikutnya sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Mengingat kecepatan masing-masing siswa tidak sama, maka dalam perjalanan belajarnya dari hari ke hari, jarak antara siswa

yang pandai dengan siswa yang lamban makin lama makin besar. Teknik ini akan mudah bila di

suatu kelas siswanya sedikit, namun jika jumlah siswa dalam suatu kelas jumlahnya banyak, dan

juga mata pelajaran yang dipelajarinya jumlahnya banyak maka pelaksanaan pembelajarannya

menjadi lebih rumit.

Pembelajaran dengan sistem modul jika diterapkan untuk pembelajaran secara klasikal,

maka siswa akan belajar dalam waktu bersamaan dan untuk melanjutkan ke modul berikutnya

juga dapat bersamaan. Kepada siswa-siswa yang selesainya lebih cepat dari pada teman-

temannya, maka siswa tersebut akan memperoleh modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam

sisa waktu yang tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi yang dapat dikerjakan secara

individual maupun secara klasikal.

Page 35: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 35/41

9. Pendekatan Konvensional

Kata konvensional berasal dari kata konvensi. Istilah konvensi awalnya digunakan untuk

menyatakan atau mengkomunikasikan segala sesuatu yang didasarkan kepada kesepakatan.

Selanjutnya sebutan konvesional adalah untuk menyatakan segala sesuatu kegiatan atau tindakanberdasarkan konvensi. Artinya setiap konsep yang akan dikerjakan pelaksanaannya harus

berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Biasanya setiap orang yang terkait

dengannya telah memahaminya, sehingga proses dapat berjalan dengan baik (Jalius. HR, 2009) .

Secara harafiah kata ‗konvensional‘ berasal dari kata convention yang berarti kesepakatan.

Namun bila ‗ditafsir‘ berdasarkan substansi dan kronologisnya, kata tersebut sudah berkonotasi

menjadi beberapa pengertian, bisa berarti konvensional sebagai lawan dari mutakhir, atau

konvensional yang berarti ‗yang biasa‘ sebagai lawan ‗yang luar biasa‘, bahkan konvensional

bisa diartikan lebih sinis lagi sebagai sesuatu yang ‗ketinggalan‘ sebagai lawan dari uptode

(http://feuntan.wordpress.com , di akses 18 April 2011 pukul 19.11).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa konvensional adalah

kegiatan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan, yang menjadi suatu kebiasaan

pada suatu kalangan tertentu.

Jadi pendekatan konvensional dalam konteks pembelajaran dapat diarikan sebagai suatu

kesepakatan pendekatan pembelajaran yang berlaku di suatu sekolah tertentu yang telah menjadi

kebiasaan di sekolah tersebut. Contohnya, bila di suatu sekolah kebiasaan pembelajarannyaadalah pembelajaran yang lebih terpusat kepada guru, maka pendekatan konvensional yang

dimaksudkan di sekolah tersebut adalah pendekatan pembelajaran yang lebih terpusat kepada

guru. Sedangkan bila kebiasaan pembelajarannya adalah pembelajaran dengan menggunakan

media komputer, maka pendekatan konvensional yang dimaksudkan di sekolah itu adalah

pendekatan pembelajaran dengan menggunakan media komputer.

B. KERANGKA BERPIKIR

Salah satu upaya demi peningktan kualitas yang tengah digalakkan pemerintah saat ini

adalah dikembangkannhya Sekolah Bertaraf Internasional. Hal ini dimulai dengan membuka

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Adapun proses pembelajaran Matematika di Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional adalah menggunakan pengantar Bahasa Inggris.

Page 36: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 36/41

Bahasa Inggris untuk matematika lebih komplek karena merupakan perpaduan antara

kata-kata yang digunakan sehari-hari dengan kata-kata (istilah) khusus dalam matematika itu

sendiri, dan kadang memiliki perbedaan arti dengan yang bahasa Inggris yang digunakan sehari-

hari.

Pembelajaran terpadu merupakan salah satu alternative yang dapat digunakan di Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional khususnya dalam pembelajaran Matematika yang diajarkan

dengan pengantar Bahasa Inggris. Pembelajaran terpadu dalam hal ini merupakan suatu

pembelajaran yang menggabungkan beberapa materi di dalam satu bidang studi atau antar bidang

studi melalui satu tema tertentu. Pembelajaran terpadu dalam hal ini, siswa menerima materi

Bahasa Inggris Untuk Matematika/English for Mathematics bersamaan ketika mereka menerima

pelajaran Matematika. Pemberian materi Inggris untuk Matematika yang proporsional dengan

Matematika dapat membantu siswa memahami Matematika yang disajikan dengan BahasaInggris disamping meningkatkan pemahaman Bahasa Inggris dari siswa yang bersangkutan.

Dalam pembelajaran terpadu ini yang mengintegrasikan Matematika dan Bahasa Inggris

diperlukan suatu media guna membantu perserta didik dalam memahami berbagai materi yang

diajarkan, di lain pihak juga membantu pengajar untuk menyampaikan materi yang telah

diajarkan mengingat juga pembelajaran menggunakan pengantar bahasa Inggris. Salah satu

media yang bisa digunakan adalah modul. Modul sendiri merupakan suatu unit lengkap yang

berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu

siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

Berkaitan dengan hal di atas melalui Pembelajaran terpadu yang menintegrasikan Bahasa

Inggris dengan Matematika dengan menggunakan bantuan modul pada siswa di Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional dapat meningkatkan pemahaman konsep akan matematika itu sendiri serta

bahasa Inggrisnya.

Page 37: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 37/41

C. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

terpadu (matematika dan bahasa inggris) berbantuan modul dan pembelajaran konvensional di

RSBI

2. Terdapat perbedaan kemampuan bahasa inggris antara siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa inggris) berbantuan modul dan pembelajaran

konvensional di RSBI?

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan bahasa inggris dan hasil belajar

matematika antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa

inggris) berbantuan modul dan pembelajaran konvensional di RSBI

Page 38: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 38/41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang akan

dilakukan adalah penelitian eksperimen.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di SMA N 1 Tondano. Waktu penelitian akan disesuaikan

dengan jadwal di sekolah tersebut.

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA N 1 Tondano.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas homogen yang diambil secara acak.

D. VARIABEL PENELITIAN

1. Bebas

a. Variabel Perlakuan, yaitu Pembelajaran Terpadu (Matematika Dan Bahasa Inggris)

Berbantuan Modul untuk kelas eksperimen dan pendekatan konvensional pada kelas

kontrol.

b. Variabel terkontrol, yaitu:

Materi yang diajar pada kedua kelas dan alokasi waktu pembelajaran adalah sama.

Pengajar pada kedua kelas adalah peneliti.

c. Variabel tidak terkontrol, yaitu cara belajar

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu:

Page 39: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 39/41

a. Skor hasil belajar siswa

b. Skor kemampuan bahasa akan penguasaan kalimat dan kosakata khususnya Bahasa Inggris

Untuk Matematika

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan :

Tes untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa, yaitu tes akhir (posttest) yang

akan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tes untuk mendapatkan data mengenai kemampuan bahasa inggris siswa, yaitu tes akhir

(posttest) yang akan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

F. RANCANGAN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Kelas Pretest

Matematika

Pretest

Bahasa

Inggris

Perlakuan Posttest

Matematika

Pretest

Bahasa

Inggris

E Y E1 Z E1 X E Y E2 Z E2

C Y C1 Z C1 X C Y C2 Z C2

Ket

E : Kelas eksperimen

C : Kelas kontrolY E1 : Nilai tes awal matematika (pre-test) kelas eksperimen

Y C1 : Nilai tes-awal bahasa Inggris (pre-test) kelas kontrol

Z E1 : Nilai tes awal Matematika (pre-test) kelas eksperimen

ZY C1 : Nilai tes-awal Bahasa Inggris (pre-test) kelas kontrol

X E : Kegiatan pembelajaran terpadu (matematika dan bahasa Inggris) dengan berbantuan modul

Page 40: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 40/41

XC : Kegiatan pembelajaran konvensional

Y E2 : Nilai tes akhir Matematika ( post-test) kelas eksperimen

Y C2 : Nilai tes akhir Matematika ( post-test) kelas kontrol

Z E2 : Nilai tes akhir bahasa Inggris ( post-test) kelas eksperimen

Z C2 : Nilai tes akhir bahasa Inggris ( post-test) kelas kontrol

G. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis pebedaan hasil belajar matematika serta kemampuan bahasa Inggris

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, akan digunakan uji-t (t-test) sedangkan untuk

menganalisis hubungan antara hasil belajar matematika serta kemampuan bahasa Inggris, akan

digunakan analisis regresi.

Page 41: Marvel Proposal

8/6/2019 Marvel Proposal

http://slidepdf.com/reader/full/marvel-proposal 41/41

DAFTAR PUSTAKA