Upload
mizell
View
114
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MASALAH EKONOMI NASIONAL-DAERAH DAN MP3EI. Didik J. RAchbini. I. Pengantar. Ekonomi nasional dan daerah, meskipun tumbuh tetapi mengidap banyak penyakit inefisiensi, kekurangan infrastruktur, kesenjangan, kemiskinan, indeks pembangunan manusia rendah, dan sebagainya - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
MASALAH EKONOMI NASIONAL-DAERAH DAN MP3EI
DIDIK J. RACHBINI
I. PENGANTAR
• Ekonomi nasional dan daerah, meskipun tumbuh tetapi mengidap banyak penyakit inefisiensi, kekurangan infrastruktur, kesenjangan, kemiskinan, indeks pembangunan manusia rendah, dan sebagainya
• Kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air semakin besar dan masih belum dapat dipenuhi dari pajak sehingga menarik peranan swasta dan luar negeri untuk mendukungnya
• Bagaimana masa depan MP3EI, yang merencanakan program dalam jangka panjang dan rentang 25 tahun pada saat umum regim tinggal 2 tahun saja
• Fondasi legal apa yang bisa dipakai ?
MP3EI: KORIDOR EKONOMIKoridor Sumatera: sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional
Koridor Jawa: pendorong industri dan jasa nasional
Koridor Kalimantan: pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional
Koridor Sulawesi: pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan pertambangan nasional
Koridor Bali dan Nusa Tenggara: pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional
Koridor Papua dan Maluku: pusat pengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan
Source: Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembanguan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2011 - 2025
II. FAKTOR GLOBAL• Faktor global adalah yang pertama harus dicatat karena
pengaruhnya terhadap ekonomi, perdagangan, arus modal sangat signifikan
• Krisis berulang dengan frekuensi semakin pendek mulai pada kisaran 10 tahunan, sekarang setiap 3-4 tahun muncul krisis baru
• Perekonomian global menurun, diikutinoleh penurunan pertumbuhan ekonomi regional, negara maju dan negara berkembang
TABEL 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA DAN ASEAN
Jun-11 Sep-11 Jun-11 Sep-11Dunia 4.3 4.0 4.5 4.0Negara Maju 2.2 1.6 2.6 1.9Negara Berkembang 6.6 6.4 6.4 6.1ASEAN 5 5.4 5.3 5.7 5.6
20122011Kawasan
TABEL 2. PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 1994-2010
7,5 8,2 7,8
4,7
-13,1
0,8
4,93,6
4,5 4,8 5 5,7 5,56,3 6
4,66,1
-15
-10
-5
0
5
10
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
III. FAKTOR ANGGARAN• Faktor anggaran sebenarnya relatif baik dengan
perkembangan penerimaan pajak kurang dari 500 trilyun rupiah lima tahun lalu sekarang mencapai 1000 trilyun rupiah
• Penerimaan dari pertambangan umum bukan migas masih sangat kecil
• Masalah APBN terletak pada strategi fiskal yang tidak memadai atau bahkan bisa dikatakan tidak strategis sama sekali
• Aspek pengeluaran sangat kacau dan tidak menyisakan anggaran yang cukup untuk infrastruktur
TABEL 3. RAPBN 20122011
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 1.169,9 1.292,9 1.311,4 18,5 141,5
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 1.165,3 1.292,1 1.310,6 18,5 145,31. PENERIMAAN PERPAJAKAN 878,7 1.019,3 1.032,6 13,2 153,9
Tax Ratio (% thd PDB IHK) 12,2 12,55 12,72 0,16 0,56
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 286,6 272,7 278,0 5,3 (8,6)
II. PENERIMAAN HIBAH 4,7 0,8 0,8 0,0 (3,8)
B. BELANJA NEGARA 1.320,8 1.418,5 1.435,4 16,9 114,7
I BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) 908,2 954,1 965,0 10,9 56,8
A. Belanja K/L 461,5 476,6 508,4 31,7 46,9
B. Belanja Non K/L 446,7 477,5 456,6 (20,9) 9,9
Tambahan Anggaran 0,0 0,0 12,5 12,5 12,5- Non Pendidikan 0,0 0,0 9,1 9,1 9,1- Pendidikan untuk K/L 0,0 0,0 3,4 3,4 3,4
II. TRANSFER KE DAERAH 412,5 464,4 470,4 6,0 57,91. Dana Perimbangan 347,5 394,1 400,0 5,8 52,4
a. Dana Bagi Hasil 96,8 98,5 100,1 1,6 3,3b. Dana Alokasi Umum 225,5 269,5 273,8 4,3 48,3
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 65,0 70,2 70,4 0,2 5,5
C. DEFISIT ANGGARAN (A - B) (150,8) (125,6) (124,0) 1,6 26,8
% Defisit Terhadap PDB - IHK (2,1) (1,55) (1,53) 0,02 0,56
D. PEMBIAYAAN (I + II) 150,8 125,6 124,0 (1,6) (26,8)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 153,6 125,9 125,9 0,0 (27,7)
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (2,8) (0,3) (1,9) (1,6) 0,9
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 56,2 56,0 54,3 (1,7) (1,9)
a.l Pinjaman Program 19,2 16,9 15,3 (1,6) (3,9)2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN (47,2) (47,3) (47,3) 0,0 (0,0)
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN 0,0 0,0 (0,0) (0,0) (0,0)
Selisih thd APBN-P 2011
2012
URAIANAPBN-P RAPBN APBN
Selisih thd RAPBN
IV. FAKTOR INVESTASI DAN PERDAGANGAN• Pasar, swasta, dunia usaha, arus modal sebenarnya
berkembang dengan baik
• Bahkan peranan modal asing sangat tinggi masuk ke Indonesia karena krisis di belahan bumi lainnya dan kepercayaan
• Perdagangan, ekspor dan ekspor juga meningkat, tetapi akan mengalami masalah ketika krisis Eropa terus berlanjut tanpa ada solusi cepat
• Perdagangan global menurun meskipun tidak seberat krisis tahun 1998
GAMBAR 2. SEKTOR SWASTA : REALISASI INVESTASI MELAJU KENCANG
INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE (INDEF)
11
GAMBAR 3. KETIMPANGAN ANTARA INVESTASI ASING DAN DOMESTIK (PMA VS PMDN)
12
GAMBAR 4. PERDAGANGAN GLOBAL
2,9
-10,4
12,8
7,36,1
3,1
-11,0
12,8
7,75,43,0
-10,7
12,8
7,55,8
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
2008 2009 2010 2011* 2012*
Perkembangan Volume Perdagangan Dunia (%, yoy)
Ekspor Impor Total Perdagangan
IV. MASALAH DI DAERAH• Permasalahan di daerah lain lagi meskipun transmisinya
dengan global melewati ekonomi nasional
• Ekonomi politik di daerah tidak kondusif untuk usaha sehingga gantungan kepercayaan hanya pada pemerintah pusat
• Desentralisasi fiskal yang mencapai 400 trilyun rupiah gagal, birokrasi daerah melayani dirinya sendiri
• Sekitar 80 persen anggaran daerah dipakai untuk belanja rutin pegawai dan belanja nuntuk kebutuhan birokrasi
• Rasio elektrifikasi pinjang
• Infrastruktur jalan juga tidak seimbang
Pemanfaatan APBD (DAU) didominasi untuk gaji pegawai dan cenderung meningkat proporsinya. Alokasi belanja modal pembangunan untuk usaha produktif kecil.
Rata-rata pertumbuhan belanja gaji pegawai sebesar 29%, sementara belanja barang sebesar 20%, belanja modal sebesar 9% dan belanja lainnya sebesar 19%.
Gambar 5. Postur Belanja APBD, 2007-2011 (%)
Sumber: Kementerian Keuangan, diolah
GAMBAR 6. DAERAH-DAERAH YANG BOROS BELANJA PEGAWAI
GAMBAR 7. RASIO PANJANG JALAN TERHADAP LUAS WILAYAH
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
2000 2008 2000 2008 2000 2008 2000 2008
Sumatera Jabalnustra Kalimantan Sulampua
%
GAMBAR 8. RASIO ELEKTRIFIKASINo. Provinsi Rasio Elektrifikasi
1 Jakarta 100,00%2 DIY 84,48%3 NAD 76,98%4 Bali 74,98%5 Babel 72,88%6 Kalsel 72,29%7 Jatim 71,55%8 Jateng 71,24%9 Sumut 69,68%
10 Sumbar 69,37%11 Kaltim 68,56%12 Jabar 67,40%13 Sulut 66,87%14 Banten 63,90%15 Riau 55,84%16 Kepri 55,84%17 Sulbar 55,20%18 Sulsel 55,20%19 Maluku 54,51%20 Bengkulu 51,46%21 Jambi 51,41%22 Sumsel 50,30%23 Gorontalo 49,79%24 Malut 49,44%25 Lampung 48,82%26 Sulteng 48,30%27 Kalbar 45,83%28 Kalteng 45,22%29 Sultra 38,09%30 NTB 32,51%31 Papua 32,35%32 Irian Jaya Barat 32,35%33 NTT 24,55%
. Gula pasir=
. Rp 300 rb/ton dgn kontainer. Rp 225 rb/ton dg truk
. Gula pasir= Rp 150 rb/ton dg truk
Gula=Rp 280-300rb/ton
Gula pasir=Rp 500-600rb/ton
Gula pasir=Rp 500-600rb/ton
Gula pasir=Rp 210 rb/ton
Gula pasir=Rp 310 rb/ton
. Gula pasir=
. Rp 550-600 rb/ton
Gula pasir= Rp 3-4 jt/ton
Sumber: Kementerian Pertanian
GAMBAR 9. GAMBAR 9. INEFISIENSI DISTRIBUSI BARANG:INEFISIENSI DISTRIBUSI BARANG:
Ilustrasi faktor biaya distribusi dalam komoditas gula pasir …..
V. MASALAH IMPLEMENTASI
Implementasi quick wins (2011-2015): penyiapan infrastruktur kegiatan (pembentukan institusi pelaksana, penyusunan rencana aksi, penguatan lembaga litbang, dll)
Memperkuat basis ekonomi dan investasi (2016-2020): pembangunan infrastruktur, percepatan investasi, penguatan tata kelola, dll
Melaksanakan pertumbuhan berkelanjutan (2021-2025): keberlanjutan daya saing dan penerapan teknologi tinggi
• Fase awal terlalu lama dan masih jauh dari implementasi, sementara pemerintahan sudah selesai
• Proyek MP3EI sangat banyak dengan jumlah ratusan dengan skala besar
• Satu hal kecil UU pengadaan tanah yang ditengarai sebagai kendala tidak bisa diselesaikan dengan baik
• Rencana ini terlalu muluk dan tidak berpijak di bumi
FAKTOR PENGHAMBAT
• Kesinambangunan program
• Masalah pembebasan lahan
• Masalah birokrasi
• Kepemimpinan dan koordinasi di setiap level
• Dana
• Ketimpangan daerah
• Sumberdaya manusia