4
Masalah Gizi di Indonesia Saptawati Bardosono Departemen llmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pendahuluan Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pemah tuntas ditanggulangi di dunia. Selagi penanggulangan masalah gizi kurang belum dapat dietasi timbul era transisi giziyang meningkatkan kejadian obesitas dan penyakit kronis sehingga masalah gizi menjadi makinrumit. Bila suatu negara berkembang secara ekonomi dan kcersediaan makanan meningkat, biasanya kejadian kurang gizi akan menurun sedangkan masalah kesehatan kronis $Eperti penyakit jantung, diabetes dan hipertensi cenderung Peningkatan tersebut tampaknya berkorelasi erat dengan obesitas, tingginya asupan asam lemak jenuh, p'adahnya asupan sayur dan buah, rendahnya tingkat &ivitas fisik, serta diadopsinya pola hidup dan kebiasaan nakan ala negara Barat. Negara yang mengalami transisi rrqsalqh gizi sering mengalami peningkatan masalah obesitas. Amk-anak yang dilahirkan oleh perempuan dengan masalah brmg g;zi dapat secara biologis terprogram saat dalam kendungau untuk menghemat energi. Kemudian, bila upqlar dengan ketersediaan pangan yang berlebihan maka nEreka akan mengalami kenaikan massa lemak dibanding pcmmbuhan tinggi. Akumulasi massa lemak yang berlebihan pcda masa lanjut kehidupannya akan menempatkan anak *{ hcdokt Indon, Volum: 59, Nomor: l, Januari 2009 tersebut pada peningkatan risiko terjadinya hipertensi, dia- betes, penyakit jantung, dan lainnya. Walaupun penyakit infeksi seperti malaria dan tuberkulosis masih dominan sampai tahun 2025, kejadian penyakit kronis terkait pola hidup Barat akan terus berkembang.L Indikator Kunci Status Kesehatan Gizi Masalah kurang gizitetap menjadi fokus utama saat ini karena sangat terkait dengan kualitas hidup manusia. Selama ini ada beberapa indikator kunci yang sering digunakan untuk mengukur status kesehatan-gizi penduduk antara lain angka keberhasilan kehamilan, pertumbuhan anak, praktik pemberian ASI dan akses terhadap air bersih. Apabila di suatu negara ditemukan tingginya angka bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan balita kurang berat, rendahnya angka praktik pemberian ASI dan akses terhadap air bersih, maka hampir dapat dipastikan akan ditemukan masalah gizi fturang gizi), masalah infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Berkaitan dengan itu, seharusnya dengan perbaikan indikator kunci tersebut akan memperbaiki status kesehatan dan usia harapan hidup populasi.2 Bagaimana di Indonesia? Indonesia merupakan salah satu dari l13 negara yang sedang berkembang, yang masih mempunyai masalah umum seperti masalah kecukupan pangan, masalah ketersediaan

Masalah Gizi di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

masalah gizi dan penyebabnya yang terjadi di indonesia. Majalah kedokteran indonesia tahun 2009

Citation preview

Page 1: Masalah Gizi di Indonesia

Masalah Gizi di Indonesia

Saptawati Bardosono

Departemen llmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Pendahuluan

Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatanmasyarakat yang belum pemah tuntas ditanggulangi di dunia.Selagi penanggulangan masalah gizi kurang belum dapatdietasi timbul era transisi giziyang meningkatkan kejadianobesitas dan penyakit kronis sehingga masalah gizi menjadimakinrumit.

Bila suatu negara berkembang secara ekonomi dankcersediaan makanan meningkat, biasanya kejadian kuranggizi akan menurun sedangkan masalah kesehatan kronis$Eperti penyakit jantung, diabetes dan hipertensi cenderung

Peningkatan tersebut tampaknya berkorelasi eratdengan obesitas, tingginya asupan asam lemak jenuh,p'adahnya asupan sayur dan buah, rendahnya tingkat&ivitas fisik, serta diadopsinya pola hidup dan kebiasaannakan ala negara Barat. Negara yang mengalami transisirrqsalqh gizi sering mengalami peningkatan masalah obesitas.Amk-anak yang dilahirkan oleh perempuan dengan masalahbrmg g;zi dapat secara biologis terprogram saat dalamkendungau untuk menghemat energi. Kemudian, bilaupqlar dengan ketersediaan pangan yang berlebihan makanEreka akan mengalami kenaikan massa lemak dibandingpcmmbuhan tinggi. Akumulasi massa lemak yang berlebihanpcda masa lanjut kehidupannya akan menempatkan anak

*{ hcdokt Indon, Volum: 59, Nomor: l, Januari 2009

tersebut pada peningkatan risiko terjadinya hipertensi, dia-betes, penyakit jantung, dan lainnya. Walaupun penyakitinfeksi seperti malaria dan tuberkulosis masih dominan sampaitahun 2025, kejadian penyakit kronis terkait pola hidup Baratakan terus berkembang.L

Indikator Kunci Status Kesehatan Gizi

Masalah kurang gizitetap menjadi fokus utama saat inikarena sangat terkait dengan kualitas hidup manusia. Selamaini ada beberapa indikator kunci yang sering digunakan untukmengukur status kesehatan-gizi penduduk antara lain angkakeberhasilan kehamilan, pertumbuhan anak, praktikpemberian ASI dan akses terhadap air bersih. Apabila di suatu

negara ditemukan tingginya angka bayi dengan berat lahirrendah (BBLR) dan balita kurang berat, rendahnya angkapraktik pemberian ASI dan akses terhadap air bersih, makahampir dapat dipastikan akan ditemukan masalah gizi fturanggizi), masalah infeksi dan masalah kesehatan lainnya.Berkaitan dengan itu, seharusnya dengan perbaikan indikatorkunci tersebut akan memperbaiki status kesehatan dan usiaharapan hidup populasi.2 Bagaimana di Indonesia?

Indonesia merupakan salah satu dari l13 negara yangsedang berkembang, yang masih mempunyai masalah umumseperti masalah kecukupan pangan, masalah ketersediaan

Page 2: Masalah Gizi di Indonesia

Masalqh Gizi di Indonesia

layanan kesehatan, masalah pendidikan, dan masalahketersediaan air benih. Ditambah lagi, lrdonesia masih belumterbebas dari masalah ekonomi, masalah kepadatan penduduk

dan masalah politik yang akan berdampak pada statuskesehatan dan usia harapan hidup penduduk.t

PenyebabMasalahGizi

Rasanya sudah umum diketahui bahwa penyebabmasalah gizi adalah multifaktor, yang utamanya melibatkanfaktor pendidikan, ekonomi, keamanan, pengendalianpertumbuhan penduduk, perbaikan sanitasi, keadilan sosial

bagi perempuan dan anak-anak, kebijakan dan praktik yangbenar terhadap lingkungan dan produktivitas pertanian.Sehubungan dengan itu, unhrk dapat menuntaskan masalahgizi tentunya dibutuhkan satu program terintegrasi yangterkait dengan semua faktor tersebut.2

Masalah gizi sering merupakan kelanjutan dari masalahkelaparan. Kelaparan sering membuat orang menjadimemikirkan dirinya sendiri terkait kebuhrhan akan makanan

untuk melangsungkan kehidupan, sehingga seringmenyebabkan perilaku yang tidak etis seperti mencuri danmelukai orang lain hanya unhrk mendapatkan makanan. DiIndonesia, masalah kelaparan memang tidak separah di So-malia, Sudan, ataupun Bangladesh, namun masih ditemukanmasalah kurang kalori-protein (KKP) terutama pada anakbalita, kurang zat besi terutama pada perempuan dewasa,

kurang yodium dan kurang vitamin A serta kekurangan zatgizi lainnya seperti zink. Akibat terkait dari masalah tersebutadalah anak-anak di Indonesia berisiko untuk sering terkenapenyakit infeksi yang berut, mengalami gangguan per-tumbuhan atau gagal tumbuh dan mengalami kebutaan.3-6

Mengapa kelaparan dan masalah gizi-kurang dapattedadi? Kelaparan dan masalah gizi, utamanya masalahkurang kalori-protein sebetulnya tidak perlu terjadi di negaramanapun. Sistem pertanian yang baik harusnya memilikikapasitas unhrk menghasilkan makanan yang cukup untuksetiap individu. Orang akan kelaparan dan kurang gizi karenamiskin. Kemiskinan itu dibuat oleh manusia sendiri, antaralain praktik diskriminasi terhadap perempuan terutama dalamkesempatan rmtuk pendidikan dan peluang kerj4 wabah HIV/AIDS, mempermasalalrkan perbedaan rasial, pernerintatr yangkorupsi. Fktor-faktor lainnya adalah sumber air yang tidakaman, tingkat pendidikan yang rendah, distribusi bahanpangan yang tidak merata, tidak adanya kesempatan untukbekerja dan produktivitas pertanian yang rendah sehinggapada akhirnya akan berkontribusi terhadap masalah kuranggizi.ta Apa dampak masalah gizi kurang?

Hubungan Kurang Gizi dan Kualitas GenerasiPenerus

Ada hubungan erat antara kurang gizi dengan kualitassumber daya generasi penerus. Pembentukan otak anakberlangsung sejak dalam kandungan (masa janin) sampaianak berusia dua tahun. Kurang gaiyangterjadi pada anaksebelum otaknya terbentuk secara lengkap (masa janin

492

sampai usia 2 tahun) akan memberi efek negatif dalamperkembangan fungsinya secara menetap. Pemberianmakanan untuk penanggulangan masalah gizi yangdialaminya tersebut hanya dapat memperbaiki pertumbuhan

fisik dan kesehatan anak saja.r'3

Selain itu, ada hubungan erat antara kurang gizi denganinfeksi. Kurang gizi akan memperlemah sistem kekebalantubuh serta meningkatkan kemungkinan dan keparahanterkena infeksi. Secara simultan, infeksi yang berulang (yang

tersering adalah diare) akan menyebabkan dan/ataumemperparah masalah kurang gizi. Kondisi sanitasi yangburuk, tercemafnya sumber air dan tidak tersedianya tempatpenyimpanan makanan yang aman akan meningkatkanpenyebaran penyakit infelsi yang akan mengakibatkan kuranggizi. Banyak kematian balita terkait dengan kurang kalori-protein dan infeksi secara bersamaan. Disamping itu,rendahnya praktik pemberian ASI akan meningkatkanpenyebaran infeksi terutama karena kontaminasi air yangdigunakan untuk mempersiapkan susu formula. Selainmengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi, ASI jugamengandung zat yang melindungi bayi dari terkena infeksi.2'3

Sebaliknya, kurang vitaminA(KvA) dan KKPpada anak

berperan penting dalam penyebaran dan keparahan infeksi.Anak dengan KVA akan lebih mudah meninggal misalnyakarena campak dibandingkan dengan anak yang cukup vita-min A. Infeksi HIV berjalan lebih cepat untuk menjadi AIDSpada individu dewasa dengan kurang kalori-protein sehinggaakan memperpendek waktunya sebagai orangtua untukbekerja dan membiayai keluarganya. Sebagai contoh, usiaharapan hidup di Botswana, dampak HIV/AIDS menurunkan

usiaharapanhidup dari 65 tahunpadatahun 1995 menjadi 39tahun pada tahun 2001.14

Dari aspek kelompok dalam penduduk, perempuandewasa dan anak-anak perempuan merupakan kelompok yang

berisiko terkena kurang gizi karena pada masyarakat tertentusecara kultural lebih mementingkan alokasi makanan lebihpada laki-laki dewasa dan anak laki-laki. Bila hanya sedikitmakanan yang tersedia dalam rumah tangga, maka sisamakanan yang diperuntukkan bagi perempuan dewasa dananakperempuan mungkin tidakmencukupi untuk mendukungkesehatan dan pertumbuhannya. Di banyak negara yangsedang berkembang, diskriminasi terhadap perempuan dalambidang pendidikan dan pekerjaa4 keluarga berencana, dankekerasan terhadap perempuan telah menempatkan perem-puan dalam risiko tinggi untuk mengalami kurang gizi danmemiliki kualitas hidup yang rendah.2,3

MengatasiMasalah Gizi

Cara mengakhiri masalah gizi kurang adalah denganpenanggulangan kurang Stzi jartCka panjang. Cara tersebutakan bergantung pada kemampuan manusia untuk bekerjasama untuk terwujudnya perkembangan pendidikan danekonomi, kedamaian, pengendalian pertumbuhan penduduk,

perbaikan sanitasi, keadilan sosial bagi perempuan dan anak-

Maj Kedokt trndon, Volum: 58, Nomor: 1, Januari 2009

Page 3: Masalah Gizi di Indonesia

Mqsalah Gizi di Indonesia

r.ak Faktor lain adalah kebijakan dan praktik yang benari.r+radap lingkungan dan produktivitas pertanian. Kelompok)'atrg sangat terpengaruh oleh kurang gizi harus aktifherpartisipasi dalam proses perencanaan dan implementasiprogram perbaikan gizi-kesehatan.2

Terdapat program yang telah berhasil mengurangirnasalah kurang gizi di berbagai negara di dunia yang dapatdiadopsi. Program yang sering didengungkan adalahperbaikan ekonomi, pendidikan, gizi dan sanitasi akanmgatasi masalah kurang gizi dan penyakit infeksi sertarrsringkatkan usia harapan hidup di negara maju sekitar 100rahm silam. Selain itu, kurang zat gizitertentu secara nyata

@ar diatasi melalui fortifrkasi makanan dan program edukasieizi, contohnya:

l- Program suplementasi vitamin A dan edukasi tentangmakanan kaya kandungan vitamin A dikaitkan denganpemrmnan drastis kasus kurang vitamin A sedang danberat serta infeksi pada anak-anak di Indonesia1 Suplementasi makanan pada kelompok bayi di Rusia,Brazll, Afrika Selatan dan Cina dikaitkan denganpeningkatan skor IQ pada usia 8 tahun

-i Yo'disasi garam dapat mengatasi masalah kurang yodiumdi Bolivia dan Ekuador

4- Kernatianpadaanakbalitaakibatkurang gizi danpenyakitterkait turun secara nyata di negara yang mempraktikkanpernberianASl

5. Status kesehatan masyarakat di negara yang sedangberkembang mengalami perbaikan dengan penggunaancairan oralityang melindungi anak dari kekurangancakanakibat diare dan program vaksinasi yang melindungi anakdari berbagai penyakit infeksi.

Konferensi tingkat tinggi pangan dunia pada tahun 1996telah menetapkan bahwa pada tahun 2015 negara akanrrenunnkan angka kelaparan dan kurang gizisebarryak50Yo,namun karena lambatnya pencapaian tersebut makadbutuhkan waktu sampai tahun 2030.1

Di Indonesia, sampai saat ini masalah gizi terutamamasalah gizi buruk belum terselesaikan secara tuntas. Seringdipertanyakan, mengapa hal itu dapat terjadi, padahal sudahbanyak program diupayakan dan jumlah pakar gizi dai'berbagai tingkatan dan jalur pendidikan gizi sudah cukup,baik dari dalam maupun luarnegeri.

Untuk program gizi masyarakat dengan tujuanpenanggulangan masalah gizi, sudah banyak program yangdiluncurkan, antara lain program edukasi gizi, programr4lementasi gizi melalui pernberian makanan maupun produkar Crzi seperti pil besi dan vitamin A, program fortifikasibahan makanan seperti fortifikasi yodium pada garammaupun fortifikasi besi pada tepung. Meskipun demikian,mgka kurang gizi di masyarakat terutama pada kelompokrentan masalah gizi seperti bayi,balita,anak sekolah, remaja,r-bu hamil dan menyusui serta lanjut usia masih tetap menjadima*alah. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Apakah

IIlj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 1 Januari 2009

masih ada yang harus diperbaiki dalam penyusunan kebijakanpenyusunan progmm penanggulangan masalah gizi ini?

Secara klasik, penanggulangan masalah gizi dilakukanmengikuti kegiatan siklus gizi kesehatan masyarakat, yangdimulai dengan:

l. Mengenal faktorrisikoutamaterkaitmasalah gizi2. Menyusun hasil akhir yang diharapkan3. Menyusun tujuan khusus program4. Menyusun indikator keberhasilan program5. Menyusun kegiatan program6. Melaksanakan kegiatan program7. Melakukanevaluasiprogram

Selain itu perlu dipertimbangkan pula bahwa suatukebijakan atau program seyogyanya disusun secara dinamiskarena akan bergantung pada berbagai faktor terkait sepertifaktor sosial, ekonomi, politik, kelompok produk pangan,kelompok sasaran, kelompok pedagang produk pangan.Faktor yang tidak kalah penting adalah kelompok pakar yangakan memberikan bukti ilmiah terkait program tersebut.Singkabrya, ada beberapa kelompok kunci dalam penyusunansuatu kebijakan yaitu: pemegang kebijakan (biasanyapemerintah dan politisi), kelompok berpengaruh (biasanyakelompok yang mempunyai kepentingan), publik, dan media.Kelompok dominan dalam penyusunan kebijakan tersebutterutama suasana politik negara. Para praktisi politikpenyusun kebijakan akan mempertimbangkan apakahkebijakan yang disusun akan mencapai hasil sesuai denganyang mereka harapkan sehingga akan memberi kredit positifkepada kinerja mereka. Tanpa komitmen di tingkat politiktersebut maka akan sulit memperoleh dukunganpelaksanaanprogram dan dukungan dalam pencapaian hasil yangdiharapkan sesuai tujuan program.2

Khusus terkait dengan tenaga pakar gizi, dari jalurpendidikan vokasional gizi, sudah banyak lulusan Ahli MadyaGizi yang dihasilkan untuk tingkatan D3 dan D4. Dari jalurpendidikan akademik, sudah banyak dihasilkan lulusan S1,52 dan bahkan 53 gizi. Darijalur pendidikan profesi, sudahtersedia tenaga dietisien dan dokter spesialis gizi klinik.Meskipun demikian jumlah dan jenis pakar yang tersedia(yang digabung sebagai kelompokacademic) tentunya tidakdapat menanggulangi masalah gizi hanya dengan ber-modalkan kepakaran masing-masing. Harus ditunjang dengansarana dan prasarana, yaitu dana yang dapat diperoleh dariberbagai institusi baik industri maupun non-industri pangan(yang digabung sebagai kelomp ok business) melalui programCSR-nya (corporate social responsibility) dan berbagaisektor di pemerintah (yang digabung sebagai kelompokg'ov-ernment) serta senantiasa melibatkan parti-sipasi masyarakatsebagai sasaran kegiatan (yang digabrurg sebagai kelompokcommunity) atau disingkat menjadi istilah konsep kerjasamaABGcom.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah selama ini pro-gram penanggulangan masalah gizi sudah dilaksanakan

493

Page 4: Masalah Gizi di Indonesia

Mqsalah Gizi di Indonesia

dengankonsep ABGcom'l Atau. apakah selama ini kitamasih

bekerja secara individual atau terkotak-kotak sehingga

penanganan dan pencegahan masalah gizi buruk belum

terselesaikan secara tuntas?

Penutup

Di masamendatang, perbaikan status gizipopulasi akan

memberikan manfaat yang besar sekali. Kecukupan gizi

merupakan landasan kuat agar generasi muda saat ini aman

akan masa depannya sendiri dan masa depan generasi

selanjutnya. Orang yang cukup gizi akan lebih produktif'

lebihiahagia, membufirhkan sedikit layanan medis, dan lebih

mandiri dibandingkan dengan orang yang kurang gizi' Bila

kita ingin menjadi bagian dari rantai pemecahan masalah

ketahanan Pmgm, masalah kelaparan ataupun kurang gizi,

maka kita harus mulai turut serta sebagai sukarelawan dalam

berbagai program terkait, misalnya pemberian makanan,

memberikan kursus keterampilan mandiri, atau program

layanan masyarakat lainnya. Kalau bukan kita, siapa lagi,

dan kalau bukan sekarang, kapan lagi.'.........

DaftarPustaka1. Brown JE. Nutrition now. 5s ed. Califomia: Thomson Wadsworth;

2008.2. Margetts BM. An overview of public health nutrition: ?"1u1'

Gibiey MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L' Public health

nutrition. Oxford: Blackwell Publ; 2004.

3. Manary MJ, Solomon NW. Public health aspects of undernutri-

tion. ialam: Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM' Arab L'Public health nutrition. Oxford: Blackwell Publ; 2004'

4. Akhmed F, Darnton-Hill. Vitamin A deficiency' Dalam: Gibney

MJ, Margetts BM, Keamey JM, Arab L' Public health nutrition'

Oxford: Blackwell Publ; 2004.

5. Vijayaraghavan K. Iron deficiency anemia' Dalam: Gibney MJ'

Vtargetts nfr{, Kearney JM, Arab L. Public health nutrition' Ox-

ford: Blackwell Publ; 2004.

6. West CE, Jooste PL, Pandav CS. Iodine and iodine deficiency

disorders. Dalam: Gibney MJ, Margetts BM, Keamey JM, Arab L'

Public health nutrition. Oxford: Blackwell Publ; 2004'

@rt

494Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 1, Januari 2009