23
Masalah kependudukan di Indonesia saat ini menjadi sangat rawan bila tidak ada usaha untuk mengelola ledakan penduduk dengan baik, yang merupakan bahaya besar. Jumlah penduduk yang tidak terkendali akan mendatangkan sejumlah persoalan, seperti pengangguran dan dampak sosial lain. Pernyataan ini mengemuka dalam Roundtable Discussion memperingati Hari Kependudukan Sedunia 11 Juli 2004 lalu di Hotel Borodudur Jakarta. Diskusi yang diselenggarakan Ikatan Peminat dan Ahli Demografi (IPADI) dihadiri ketua IPADI HM Rozy Munir, Sekretaris Wakil Presiden RI Prof Dr Prijono Tjiptoherijanto, Kepala BKKBN Dr Sumarjati Arjoso, Kepala BKKBN DKI Jakarta Dra Kasmiyati MSc dan sejumlah pakar bidang kependudukan. Menurut Prof Dr Prijono Tjiptoherijanto, krisis ekonomi telah mengendurkan perhatian orang terhadap program keluarga berencana. Karena, ketika krisis alat kontrasepsi menjadi barang mahal, banyak peserta KB yang tidak mampu lagi untuk mendapatkan alat dan obat kontrasepsi. “Alat kontrasepsi yang awalnya mudah didapatkan sekarang harus membeli sehingga banyak di antara peserta KB mandiri yang tidak dapat lagi menyediakan alat kontrasepsi. Untuk itu perhatian pemerintah harus menjadi bagian dari kebijakan yang menyeluruh. Political will menjadi sangat penting seiring dengan era otonomi daerah,” tegasnya sambil mengemukakan, calon presiden yang tampil tidak satupun yang mengedepankan visi dan misi kependudukan. Untuk itu pihaknya mendesak organisasi profesi untuk menyampaikan pokok pikiran berkaitan dengan kelembagaan kependudukan. Selama ini calon presiden hanya memperdebatkan masalah kemiskinan yang merupakan akibat dari persoalan kependudukan. Padahal, akar masalahnya berkaitan dengan kependudukan sehingga harus mencari solusi sejak dari akar permasalahannya. RW

Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Masalah kependudukan di Indonesia saat ini menjadi sangat rawan bila tidak ada usaha untuk mengelola ledakan penduduk dengan baik, yang merupakan bahaya besar. Jumlah penduduk yang tidak terkendali akan mendatangkan sejumlah persoalan, seperti pengangguran dan dampak sosial lain.Pernyataan ini mengemuka dalam Roundtable Discussion memperingati Hari Kependudukan Sedunia 11 Juli 2004 lalu di Hotel Borodudur Jakarta. Diskusi yang diselenggarakan Ikatan Peminat dan Ahli Demografi (IPADI) dihadiri ketua IPADI HM Rozy Munir, Sekretaris Wakil Presiden RI Prof Dr Prijono Tjiptoherijanto, Kepala BKKBN Dr Sumarjati Arjoso, Kepala BKKBN DKI Jakarta Dra Kasmiyati MSc dan sejumlah pakar bidang kependudukan.Menurut Prof Dr Prijono Tjiptoherijanto, krisis ekonomi telah mengendurkan perhatian orang terhadap program keluarga berencana. Karena, ketika krisis alat kontrasepsi menjadi barang mahal, banyak peserta KB yang tidak mampu lagi untuk mendapatkan alat dan obat kontrasepsi. “Alat kontrasepsi yang awalnya mudah didapatkan sekarang harus membeli sehingga banyak di antara peserta KB mandiri yang tidak dapat lagi menyediakan alat kontrasepsi. Untuk itu perhatian pemerintah harus menjadi bagian dari kebijakan yang menyeluruh. Political will menjadi sangat penting seiring dengan era otonomi daerah,” tegasnya sambil mengemukakan, calon presiden yang tampil tidak satupun yang mengedepankan visi dan misi kependudukan.Untuk itu pihaknya mendesak organisasi profesi untuk menyampaikan pokok pikiran berkaitan dengan kelembagaan kependudukan. Selama ini calon presiden hanya memperdebatkan masalah kemiskinan yang merupakan akibat dari persoalan kependudukan. Padahal, akar masalahnya berkaitan dengan kependudukan sehingga harus mencari solusi sejak dari akar permasalahannya. RW

Page 2: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

MASALAH KEPENDUDUKAN DITINJAU DARI SISI FERTILITAS, PENGATURAN KELAHIRAN, KESEHATAN REPRODUKSI21 Januari 2009oleh mangkutak

Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang

tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan

angka mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari sisi

pembangunan ekonomi.. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih

rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan.

Logika seperti itu secara makro digunakan sebagai landasan kebijakan untuk mengendalikan laju

pertumbuhan penduduk Secara mikro hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi

mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.

Pada awalnya masalah fertilitas lebih dipandang sebagai masalah kependudukan, dan treatment

terhadapnya dilakukan dalam rangka untuk mencapai sasaran kuantitatif. Hal ini sangat jelas dari

target atau sasaran di awal program keluarga berencana dilaksanakan di Indonesia yaitu

menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi separuhnya sebelum tahun 2000. Oleh karena

itu, tidaklah aneh apabila program keluarga berencana di Indonesia lebih diwarnai oleh target-

target kuantitatif. Dari sisi ini tidak dapat diragukan lagi keberhasilannya.

Indikasi keberhasilan tersebut sangat jelas, misalnya terjadinya penurunan TFR yang signifikan

selama periode 1967 – 1970 sampai dengan 1994 – 1997 . Selama periode tersebut TFR

mengalami penurunan dari 5,605 menjadi 2,788 (SDKI 1997). Atau dengan kata lain selama

periode tersebut TFR menurun hingga lima puluh persen. Bahkan pada tahun 1998 angka TFR

tersebut masih menunjukkan penurunan, yaitu menjadi 2,6

Page 3: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Penurunan fertilitas tersebut terkait dengan (keberhasilan) pembangunan sosial dan ekonomi,

yang juga sering diklaim sebagai salah satu bentuk keberhasilan kependudukan, khususnya di

bidang keluarga berencana di Indonesia.

Namun kritik tajam yang sering dikemukakan berkaitan dengan program keluarga berencana

adalah masih rendahnya kualitas pelayanan KB (termasuk kesehatan), khususnya dalam level

operasional di lapangan. Kritik terhadap kualitas pelayanan (salah satunya tercermin dalam hal

cara pemerintah mempopulerkan alat kontrasepsi, misalnya melalui berbagai jenis safari) sejak

awal sudah muncul, tetapi hal itu dapat diredam sehingga tidak meluas melalui berbagai cara .

Dalam pespektif yang lebih luas, persoalan fertilitas tidak hanya berhubungan dengan jumlah

anak sebab aspek yang terkait di dalamnya sebenarnya sangat kompleks dan variatif, misalnya

menyangkut perilaku seksual, kehamilan tak dikehendaki, aborsi, PMS, kekerasan seksual, dan

lain sebagainya yang tercakup di dalam isu kesehatan reproduksi. Respons terhadap hal ini

sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh BKKBN dan Meneg

Kependudukan (lihat Country Report, 1998 dan Wilopo, 1997). Akan tetapi respons tersebut

masih belum menyentuh persoalan mendasar yang ada di dalamnya sehingga isu-isu tersebut

belum sepenuhnya tertangani dengan baik.

Kebijakan kependudukan pada masa Orde Baru meskipun dari sisi kuantitatif telah menunjukkan

kemajuan yang berarti, namun masih meninggalkan banyak persoalan yang mempunyai

kemungkinan meningkat secara signifikan setelah krisis ekonomi.

Indikasi kehamilan tak dikehendaki menjadi isu yang penting dalam fertilitas. Sebagai contoh,

ketika angka fertiliitas mencapai angka yang rendah sebagai akibat internalisasi norma keluarga

kecil di dalam masyarakat, maka setiap kehamilan besar kemungkinannya adalah kehamilan

yang tidak diinginkan. Biasanya kehamilan tersebut berkaitan dengan kegagalan kontrasepsi.

Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa insiden kehamilan yang tidak dikehendaki berkaitan

dengan pencapaian keluarga berencana. Dalam konteks inilah isu mengenai kualitas pelayanan

menjadi penting, khususnya berkaitan dengan pertanyaan siapakah yang bertanggung jawab

terhadap kegagalan alat kontrasepsi dan bagaimana menangani hal tersebut.

Page 4: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Penanganan kehamilan yang tidak dikehendaki bukanlah hal yang mudah sebab kehamilan tak

dikehendaki juga berkaitan dengan isu aborsi. Hal ini terjadi khususnya apabila kehamilan yang

tidak dikehendaki tersebut hanya mistiming dan terjadi pada wanita yang sudah menikah. Akan

tetapi banyak kasus menunjukkan bahwa kehamilan yang tidak dikehendaki sering terjadi pada

wanita yang belum menikah sebagai akibat dari hubungan seks pranikah. Dalam kasus ini maka

solusi yang sering muncul adalah yang kedua yaitu aborsi. Apabila solusi ini yang dipilih oleh si

wanita, penyelesaiannya dihadapkan pada undang-undang kesehatan yang tidak membolehkan

aborsi kecuali dengan alasan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Banyak kasus menunjukkan

bahwa aborsi masih menjadi pilihan untuk menyelesaikan kasus kehamilan yang tidak

dikehendaki, terutama bagi wanita lajang, meskipun hal itu bertentangan dengan undang-undang

yang berlaku. Akibatnya adalah bahwa terjadi aborsi illegal yang seringkali membahayakan

nyawa ibu karena dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai kompetensi. Hal ini menjadi

agenda penting yang perlu dicari pemecahannya dalam isu

kesehatan reproduksi.

Sementara itu, isu lain yang terkait dengan kesehatan reproduksi adalah kasus pemerkosaan yang

tidak hanya menjadi isu internal, tetapi juga internasional, misalnya pemerkosaan yang menimpa

TKI perempuan di luar negeri. Selain isu mengenai marital rape juga sudah muncul isu lain

mengenai jumlah penderita HIV/AIDS, yang cenderung meningkat secara tajam Situasi

HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan jumlah penderita HIV/AIDS pada tahun 1987 hanya 9

orang, namun pada akhir tahun 2005 meningkat tajam menjadi 9.370 orang (Sumber : Komisi

Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional). Illustrasi ini sekedar memberikan pemahaman bahwa

ada banyak masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi yang belum tertangani dengan

baik.

Pergeseran masalah fertilitas dari sekedar masalah kuantitatif ke masalah yang lebih mendasar

sekaligus merupakan cerminan dari pergeseran pemahaman terhadap fertilitas itu sendiri. Ketika

orang mendiskusikan fertilitas semata-mata mengenai jumlah anak, maka banyak aspek yang

berkaitan, dengan hasil dari perilaku reproduksi yang mempresentasikan lebih kepada faktor

internal daripada faktor eksternal. Sebab persoalan-persoalan yang muncul kemudian adalah

lebih banyak ke perilaku reproduksi itu sendiri, bukan pada hasil dari perilaku. Pada saat

Page 5: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

membicarakan perilaku reproduksi maka di dalamnya bekerja faktor eksternal dan internal secara

bersama-sama. Faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor yang berada di luar individu,

termasuk di dalamnya faktor-faktor ekonomi sosial dan politik yang dalam skala tertentu bahkan

telah melewati batas ruang dan waktu. Sebagai contoh, masalah berkembangnya kasus

HIV/AIDS tidak semata-mata hanya dapat dijelaskan dari perilaku individu, tetapi sudah

menyangkut liberalisasi pasar yang tercermin dengan semakin bebasnya arus barang dan

manusia antar negara. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap usaha untuk mengatasi

persoalan tersebut harus memperhatikan faktor eksternal (masalah struktural) Keterkaitan antara

masalah kependudukan dengan pembangunan sosial ekonomi terasa lebih kental ketika krisis

ekonomi mulai melanda negara-negara Asia. Krisis ekonomi yang telah menyebabkan kenaikan

harga barang dan menurunkan daya beli penduduk telah menggeser skala prioritas bagi

rumahtangga dalam membelanjakan uang.. Sebelum krisis karena proses internalisasi nilai

(value) mengenai keluarga berencana sudah sangat mendalam, kebutuhan alat kontrasepsi sudah

masuk kedalam prioritas dalam rumah tangga. Akan tetapi ketika krisis terjadi prioritas tersebut

bergeser karena harga alat kontrasepsi meningkat dengan tajam. Hal ini akan menyebabkan dua

kemungkinan, pertama adalah terjadinya peningkatan kasus drop out pemakai alat kontrasepsi,

dan kedua adalah perubahan penggunaan alat kontrasepsi dari yang efektif ke kurang efektif. Hal

ini ditunjang oleh ketidakmampuan pemerintah untuk memberikan subsidi terhadap harga

kontrasepsi karena keterbatasan dana, atau yang lebih kritis lagi adalah berkurangnya persediaan

alat kontrasepsi. Dalam jangka panjang hal ini bermuara pada efek yang sama, yaitu peningkatan

angka kelahiran. Dengan demikian, krisis ekonomi dikhawatirkan akan mengganggu kesuksesan

program keluarga berencana.

Bahasan tersebut menjelaskan bahwa krisis ekonomi telah menyebabkan keterbatasan akses

masyarakat terhadap alat kontrasepsi, padahal peningkatan akses tersebut merupakan salah satu

kesepakatan Konferensi Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan di Cairo

((ICPD) tahun 1994, dan Indonesia bersungguh-sungguh untuk melaksanakannya. Artinya usaha

Indonesia untuk memperluas akses masyarakat, salah satunya terhadap alat kontrasepsi, akan

terhambat.

Penjelasan tersebut hanya menyentuh salah satu sisi akibat dari krisis ekonomi, padahal akibat

menurunnya daya beli masyarakat juga telah menyebabkan begitu banyak anak yang kekurangan

Page 6: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

gizi, yang dalam jangka panjang dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas penduduk

Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan bahwa hal ini juga akan berdampak pada meningkatnya

risiko kematian, khususnya bayi dan anak.

Sementara itu kombinasi antara ketidakinginan mempunyai anak disertai ketidakmampuan

membeli alat kontrasepsi tidak mustahil akan menghasilkan lebih banyak lagi kasus kehamilan

yang tidak dikehendaki, pada umumnya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki terjadi pada ibu

yang berstatus sosial ekonomi rendah. Ini akan menimbulkan masalah tersendiri yang cukup

rumit. Sementara itu, sebagaimana telah disebutkan diatas, kasus kehamilan yang tidak

dikehendaki tidak hanya terbatas terjadi pada perempuan dengan status menikah, tetapi juga

perempuan yang tidak menikah. Untuk kasus terakhir ini besar kemungkinan menghasilkan

kasus aborsi. Hal ini akan menambah persoalan aborsi yang pada dasarnya sudah sangat serius di

Indonesia.

Aborsi merupakan problem yang serius karena di satu pihak aborsi adalah illegal, tetapi di pihak

lain demand terhadap aborsi cenderung meningkat. Akibatnya, banyak aborsi dilakukan secara

illegal di tempat-tempat yang (mungkin) mengandung risiko tinggi terhadap keselamatan ibu dan

anak. Bayi yang dilahirkan dari kehamilan yang tidak dikehendaki akan mengalami masalah

psikologis dalam perkembangannya, dan hal itu tidak hanya menjadi tanggung jawab

keluarga/orang tua, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat dan

pemerintah..

Page 7: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

PendudukDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Jalanan yang penuh sesak penduduk di Jepang, negara dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi

Proyeksi pertumbuhan penduduk di dunia abad ini

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

Orang yang tinggal di daerah tersebut

Page 8: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.

Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial.

Daftar isi[sembunyikan]

1 Kepadatan penduduk o 1.1 Piramida penduduk

2 Pengendalian jumlah penduduk 3 Penurunan jumlah penduduk 4 Transfer penduduk 5 Ledakan penduduk 6 Penduduk dunia 7 Referensi 8 Pranala luar

[sunting] Kepadatan penduduk

Laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi di negara berkembang (merah) dibanding dengan negara maju (biru)

Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal.

Page 9: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Beberapa pengamat masyarakat percaya bahwa konsep kapasitas muat juga berlaku pada penduduk bumi, yakni bahwa penduduk yang tak terkontrol dapat menyebabkan katastrofi Malthus. Beberapa menyangkal pendapat ini. Grafik berikut menunjukkan kenaikan logistik penduduk.

Negara-negara kecil biasanya memiliki kepadatan penduduk tertinggi, di antaranya: Monako, Singapura, Vatikan, dan Malta. Di antara negara besar yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Jepang dan Bangladesh.

[sunting] Piramida penduduk

Distribusi usia dan jenis kelamin penduduk dalam negara atau wilayah tertentu dapat digambarkan dengan suatu piramida penduduk. Grafik ini berbentuk segitiga, dimana jumlah penduduk pada sumbu X, sedang kelompok usia (cohort) pada sumbu Y. Penduduk lak-laki ditunjukkan pada bagian kiri sumbu vertikal, sedang penduduk perempuan di bagian kanan.

Piramida penduduk menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun waktu tertentu. Negara atau daerah dengan angka kematian bayi yang rendah dan memiliki usia harapan hidup tinggi, bentuk piramida penduduknya hampir menyerupai kotak, karena mayoritas penduduknya hidup hingga usia tua. Sebaliknya yang memiliki angka kematian bayi tinggi dan usia harapan hidup rendah, piramida penduduknya berbentuk menyerupai genta (lebar di tengah), yang menggambarkan tingginya angka kematian bayi dan tingginya risiko kematian.

[sunting] Pengendalian jumlah penduduk

Piramida penduduk yang menunjukkan tingkat mortalitas stabil dalam setiap kelompok usia

Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani Kuno telah membuktikan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan terjadi di Republik Rakyat Cina yang terkenal dengan kebijakannya 'satu anak cukup'; kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.

Page 10: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB), meski program ini cenderung bersifat persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia.

[sunting] Penurunan jumlah penduduk

Berkurangnya jumlah penduduk menyebabkan turunnya jumlah populasi pada sebuah daerah. Hal ini disebabkan oleh perpindahan daerah kesuburan atau oleh emigrasi besar-besaran. Juga oleh penyakit, kelaparan maupun perang. Namun seringkali oleh gabungan faktor-faktor tersebut. Di masa lampau penurunan jumlah penduduk disebabkan terutama sekali oleh penyakit. Pada tahun-tahun belakangan ini populasi penduduk Rusia dan tujuh belas bekas negara komunis lainnya mulai menurun (1995-2005). Kasus Black Death di Eropa atau datangnya penyakit-penyakit dari dunia lama ke Amerika merupakan faktor penyebab turunnya jumlah penduduk.

[sunting] Transfer penduduk

Transfer penduduk adalah istilah untuk kebijakan negara yang mewajibkan perpindahan sekelompok penduduk pindah dari kawasan tertentu, terutama dengan alasan etnisitas atau agama. Hal ini terjadi di India dan Pakistan, antara Turki dan Yunani, dan di Eropa Timur selama Perang Dunia Kedua. Kebijakan transmigrasi oleh pemerintah Indonesia selama orde baru bisa dikategorikan transfer penduduk. Perpindahan penduduk lainnya dapat pula karena imigrasi, seperti imigrasi dari Eropa ke koloni-koloni Eropa di Amerika, Afrika, Australia, dan tempat-tempat lainnya.

[sunting] Ledakan penduduk

Peta kepadatan penduduk dunia per 1994

Buku berjudul The Population Bomb (Ledakan Penduduk) pada tahun 1968 oleh Paul R. Ehrlich meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat terlalu banyaknya penduduk dan ledakan penduduk. Karya tersebut menggunakan argumen yang sama seperti yang dikemukakan Thomas Malthus dalam An Essay on the Principle of Population (1798), bahwa laju pertumbuhan penduduk mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan melampaui suplai makanan yang akan mengakibatkan kelaparan.

Page 11: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

[sunting] Penduduk dunia

Artikel utama untuk bagian ini adalah: populasi penduduk dunia

Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus Amerika Serikat, penduduk dunia mencapai 6,5 miliar jiwa pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Dari sekitar 6,5 miliar penduduk dunia, 4 miliar diantaranya tinggal di Asia. Tujuh dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia (meski Rusia juga terletak di Eropa).

Sejalan dengan proyeksi populasi, angka ini terus bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam sejarah. Diperkirakan seperlima dari seluruh manusia yang pernah hidup pada enam ribu tahun terakhir, hidup pada saat ini.

Pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 miliar jiwa. Badan Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999 sebagai tanggal dimana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa, sekitar 12 tahun setelah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa.

Berikut adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2005):

1. Republik Rakyat Cina (1.306.313.812 jiwa)2. India (1.103.600.000 jiwa)3. Amerika Serikat (298.186.698 jiwa)4. Indonesia (241.973.879 jiwa)5. Brasil (186.112.794 jiwa)6. Pakistan (162.419.946 jiwa)7. Bangladesh (144.319.628 jiwa)8. Rusia (143.420.309 jiwa)9. Nigeria (128.771.988 jiwa)10. Jepang (127.417.244 jiwa)

Populasi dunia 1950-2000

Kecepatan pertumbuhan 1950-2000

Page 12: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Kepadatan Penduduk dan Pencemaran   Lingkungan

A. Dinamika Penduduk

Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati suatu daerah. Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap satu kilometer persegi. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan jumlah penduduk di suatu daerah dengan luas daerah yang ditempati.

Jumlah Penduduk Luas Daerah

Kepadatan penduduk = ··············

Jumlah penduduk di suatu daerah atau negara mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini disebut dinamika penduduk. Perubahan penduduk ini meliputi kelahiran, kematian, dan migrasi. S edangkan, jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun disebut pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk dikatakan meningkat bila  kelahiran lebih tinggi daripada kematian. Selain itu, jumlah orang yang datang (bermigrasi) lebih banyak daripada kematian. Pertumbuhan penduduk dikatakan menurun bila kematian lebih ti nggi daripada kelahiran. Selain itu, jumlah orang yang keluar atau bermigrasi lebih sedikit daripada kematian.

1. Angka Kelahiran (Natalitas)

Angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan bayi yang lahir dari setiap 1000 penduduk per tahun. Angka kelahiran bayi dapat dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:

1) Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran > 30 per tahun.

2) A ngka kelahiran dikatakan sedang jika angka kelahiran 20-30 per tahun.

3) Angka  kelahiran dikatakan rendah jika angka kelahiran < 20 per tahun.

2. Angka Kematian (Mortalitas)

Mortalitas merupakan angka yang menunjukkan jumlah kematian dari setiap 1000 penduduk per tahun. Mortalitas dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu: 1) Mor talitas dikatakan tinggi jika angka kematian > 18 per tahun. 2) Mortalitas dikatakan sedang jika angka kematian antara 14-18

per tahun. 3) Mortalitas dikatakan rendah jika angka kematian antara 9-13 per

tahun.

1. Migrasi

Page 13: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain. Migrasi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: 1) Emigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. 2) Imigrasi adalah masuknya penduduk ke dalam suatu daerah negara

tertentu. 3) Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. 4) Transmigrasi adalah perpindahan penduduk antarpulau dalam suatu negara. 5) Remigrasi adalah kembalinya penduduk ke negara asal setelah beberapa lama berada di negara orang lain. Faktor-faktor pendorong adanya migrasi adalah: 1) Makin susah mendapatkan hasil pertanian daerah asal. 2) Makin terbatasnya lapangan kerja di daerah asal. 3) Alasan perkawinan dan pekerjaan. 4) Tidak adanya kecocokan budaya dan kepercayaan di daerah asal. 5) T erjadi bencana alam, seperti: gunung meletus, banjir, dan

gempa. Faktor-faktor pendorong terjadinya migrasi adalah: 1) Adanya harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan di tempat yang baru.2) Ada  rasa kebanggaan tersendiri berada di tempat yang baru. 3) Adanya kesempatan mendapatan pendidikan yang lebih tinggi. 4) Adanya kesempatan mendapatkan penghasilan yang lebih baik. 5) Adanya aktivitas, tempat hiburan yang menarik minat

seseorang.

P = (l

p =  pertumbuhan penduduk l = jumlah kelahiran m = jumlah kematian i = jumlah orang yang datang (imigran) e = jumlah orang yang pergi (emigran)

B. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Kehidupan

Jumlah manusia yang makin meningkat memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.

1. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Ekonomi

D ampak kepadatan penduduk terhadap ekonomi adalah pendapatan per kapita berkurang sehingga daya beli masyarakat menurun. Hal ini juga menyebabkan kemampuan menabung masyarakat menurun sehingga dana untuk pembangunan negara berkurang. Ak ibatnya, lapangan kerja menjadi berkurang dan pengangguran makin meningkat.

2. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Sosial

Jika lapangan pekerjaan berkurang, maka pengangguran akan men ingkat. Hal ini akan meningkatkan kejahatan. Selain itu, terjadinya urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang layak makin meningkatkan penduduk kota. Hal ini berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.

3. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Lingkungan

Page 14: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

J umlah penduduk yang makin meningkat menyebabkan kebutuhannya makin meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada lingkungan, yaitu:

1) M akin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan karena lahan tersebut dipakai untuk pemukiman.

2) M akin berkurangnya ketersediaan air bersih. Manusia membutuhkan air bersih untuk keperluan hidupnya. Pertambahan penduduk akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Hal ini menyebabkan persediaan air bersih menurun.

3) P ertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas meningkat. Akibatnya, kebutuhan alat tranportasi meningkat dan kebutuhan energi seperti minyak bumi meningkat pula. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran udara dan membuat persediaan minyak bumi makin menipis.

4) P ertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah tangga, seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

C. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran atau polusi adalah penambahan segala substansi ke lingkungan akibat aktivitas manusia. Sedangkan, polutan adalah segala sesuatu yang menyebabkan polusi. Semua zat dikategorikan sebagai polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada di tempat yang tidak semestinya, dan berada pada waktu yang tidak tepat.

Pencemaran atau polusi tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kepada lingkungannya.

1. Pencemaran Air

Penyebab pencemaran air adalah limbah pabrik atau limbah rumah tangga. Bahan pencemar berupa bahan kimia yang mengandung racun, mudah mengendap, mengandung radioaktif, panas, dan pembongkarannya banyak memerlukan oksigen. Polutan yang menyebabkan pencemaran air harus diuraikan. Penguraian polutan tersebut memerlukan banyak O  sehingga menyebabkan kekurangan O

dalam air yang berpengaruh terhadap kehidupan di air. Banyak ikan yang mati karena kekurangan oksigen. Pencemaran air menyebabkan air berwarna hitam, kotor, dan berbau busuk. Pencemaran nitrogen dalam perairan menyebabkan eutrofikasi, yaitu ledakan pertumbuhan tumbuhan air, seperti eceng gondok.  Air ya ng tercemar dapat dikurangi kadar pencemarannya dengan cara menyaring, mengencerkan, dan mengendapkan. Pabrik-pabrik diwajibkan menampung dan mengolah limbah, WC pada setiap rumah tangga perlu dilengkapi dengan septic tank.

1. Pencemaran Tanah

Page 15: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Bahan pencemar tanah berasal dari limbah pabrik, limbah rumah tangga, dan barang-barang rongsokan. Bahan pencemar yang sukar dihancurkan oleh mikroba adalah plastik, stiroform, kaca, dan lain-lain. Untuk mengurangi pencemaran ini banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendaur ulang bahan-bahan tersebut.

1. Pencemaran Udara

Bahan pencemar udara umumnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Dari pembakaran tersebut akan dihasilkan gas dan asap yang sangat membahayakan. Bahan-bahan yang dapat mencemari udara adalah oksida karbon (CO2 dan CO), oksida belerang (SO dan SO), senyawa hidrokarbon (CH4 dan C2), partikel cair (asam sulfat, asam nitrat), dan lain-lain.

Pencemaran udara dapat mengakibatkan beberapa hal, antara lain:

a. Jika kadar CO

tinggi, gas tersebut akan membentuk lapisan tersendiri di atmosfer, lapisan ini menyerap sinar matahari yang harusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa. Hal ini menyebabkan suhu di bumi meningkat, sehingga es di kutub mencair dan permukaan air laut naik. Akibatnya daratan bisa tenggelam. Peristiwa ini disebut „efek rumah kaca‰. 2

b. Gas CO merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna. Gas CO mempunyai daya ikat lebih tinggi terhadap hemoglobin dibandingkan gas O2  sehingga ikatan Hb dengan CO lebih stabil. Jika banyak hemoglobin  yang berikatan dengan gas CO akan menyebabkan tubuh kita kekurangan O2

Akibatnya, badanmu menjadi lemas.

c. Oksida belerang dan oksida nitrogen jika bereaksi dengan air akan membentuk senyawa sulfat dan nitrat yang bersifat asam. Zat asam tersebut jika turun bersama hujan akan menyebabkan hujan asam dan dapat merusak tumbuhan, mikroorganisme tanah serta kehidupan hewan air tawar.

d. Gas  CFC yang digunakan sebagai pendingin (AC, lemari es, dan dispenser) atau gas penyemprot akan merusak ozon sehingga meningkatkan radiasi sinar ultraviolet ke muka bumi dan dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit.

4. Pencemaran Suara

Pencemaran suara disebabkan oleh suara bising yang terus menerus.  Suara tersebut dapat ditimbulkan oleh mesin instalasi listrik pabrik, pesawat terbang, kereta api, dan lain-lain. Akibat pencemaran tersebut dapat menimbulkan gangguan pendengaran, tekanan darah, jantung, dan lain-lain.

D. Penyebab Pencemaran Lingkungan

Page 16: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Kepadatan manusia berdampak pada pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia.

1. Faktor Alam

Pencemaran lingkungan dapat terjadi secara alami, contohnya letusan gunung, gempa bumi, perubahan iklim, banjir, kekeringan, dan angin topan. Biasanya manusia hanya dapat memperkirakan dan mengurangi dampaknya.

1. Faktor Manusia

Manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya alam dari lingkungannya. Jika populasi manusia makin banyak, maka makin banyak sumber daya alam yang diambil dari lingkungannya. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran.

Ada beberapa  perilaku manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia secara global, antara lain: 1) Penebangan hutan hujan tropik di Indonesia dapat berpengaruh 180 pada perubahan iklim global karena hutan merupakan paru-paru dunia.

2) Uji coba senjata nuklir berpengaruh pada perubahan iklim global. hasil pembakaran dapat menimbulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat menyebabkan es mencair sehingga permukaan air laut meningkat dan dapat menenggelamkan daratan.

3) CO2

E. Peranan Manusia Mengatasi Pencemaran Lingkungan

Manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan manusia untuk mengatasi pencemaran lingkungan akan diuraikan berikut ini:

1. Melakukan Penghijauan Salah satu cara mengatasi pencemaran tanah adalah penghijauan kembali dengan cara memberi humus tanah, sehingga tanaman kembali subur.

2. Rotasi Tanaman Rotasi tanaman adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menanam jenis tanaman yang berbeda pada tempat yang sama secara bergantian.

3. Penggunaan Pupuk Seperlunya

Penggunaan pu puk buatan seperti urea, ZA, dan NSP yang berlebihan sangat merusak lingkungan karena dapat menyebabkan eutrofikasi dan dapat meningkatkan keasaman tanah.

Sebaiknya, petani menggunakan pupuk alami, seperti pupuk kompos dan pupuk kandang untuk mengurangi pencemaran tanah.

1. Pembuatan Sengkedan

Page 17: Masalah Kependudukan Di Indonesia Saat Ini Menjadi Sangat Rawan Bila Tidak Ada Usaha Untuk Mengelola Ledakan Penduduk Dengan Baik

Salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan tanah karena erosi adalah dengan pembuatan sengkedan di tanah berbidang miring, seperti lereng bukit dan pegunungan. Mengapa sengkedan ini dapat mengurangi erosi? Diskusikan dengan teman sekelompokmu.

1. Reboisasi

Reboisasi adalah  p enanaman kembali lahan-lahan yang gundul. Hal ini dilakukan untuk mengatasi erosi karena akar-akar pohon dapat menyerap air dan menahan tanah agar tidak terbawa air hujan.

1. Daur Ulang

Saat ini banyak sekali produk daur ulang yang bisa dipakai kembali.

Pendaur-ulangan sampah-sampah rumah tangga dan sampah dari pasar menjadi pupuk yang dapat dimanfaatkan petani. Biasanya sampah pasar berupa sayur-sayuran yang telah membusuk. Jika diolah kembali dan ditambah kotoran hewan akan menjadi pupuk alami yang sangat baik untuk tanaman.