Masalah Program KIA Dan KB - Gio

Embed Size (px)

Citation preview

Masalah Program KIA dan KB

Giovani Anggasta102010223B1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat3 Juli [email protected]

PendahuluanUpaya pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan modal bagi perwujudan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu salah satu unsur dasar kesejahteraan keluarga adalah kesehatan ibu dan anak.1,2 Dengan keadaan ibu yang sehat dapat lebih mudah dicapai keluarga sehat karena kedudukan ibu sangat penting yaitu merupakan fungsi dan peran ganda yang disandangnya, meliputi fungsi reproduksi, fungsi pimpinan urusan rumah tangga dan distribusi kebutuhan dasar keluarga serta fungsi sebagai insan pembangunan. Perwujudan unsur dasar kesejahteraan keluarga harus mendahulukan upaya pelayanan kesehatan ibu sebelum dapat menjangkau seluruh anggota keluarga.

Program KIADi Indonesia masalah KIA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian balita yang masih tinggi, prevalensi Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil masih kurang, prevalensi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah dan prevalensi tetanus neonatorum masih cukup tinggi. Oleh karena itu dibentuk program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang merupakan salah satu upaya kesehatan wajib Puskesmas yang memberi pelayanan kesehatan pada ibu hamil, ibu melahirkan, ibu dalam masa nifas, ibu menyusui dan bayi serta anak balita.Tujuan umum dari program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan kesehatan ibu dan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan dasar bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan yang merupakan tujuan khusus dari program ini adalah sebagai berikut:1,31. Meningkatkan cakupan pemeriksaan ibu hamil dari 60% menjadi 90% dengan frekuensi pemeriksaan paling sedikit 4 kali per kehamilan dan sekaligus tercapai cakupan imunisasi TT2 ibu hamil dari 60% menjadi 85% serta pemberian tablet besi pada ibu hamil menjadi 90%.2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan di desa meningkat 2 kali lipat menjadi 45% di pedesaan dan 65% di perkotaan.3. Meningkatkan cakupan pemeliharaan pasca persalinan bagi ibu-ibu menyusui sampai 70%.4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada balita menjadi 80%.5. Meningkatkan cakupan anak TK terbina secara teratur.

Kematian ibu hamilMenurut Depkes tahun 2008, angka kematian ibu di Indonesia merupakan yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:41. Penyebab langsung, dikaitkan dengan penyebab obstetrik dan penyelenggaraan layanan kesehatan, misalnya perdarahan (khususnya post partum), eklampsia, infeksi, partus lama dan abortus. Penyebab langsung kematian ibu dapat diatasi dengan melaksanakan program ANC.2. Penyebab tidak langsung, dikaitkan dengan kondisi yang sudah dialami dan kematian bukan disebabkan oleh penyelenggara layanan kesehatan. Penyebab tidak langsung ini disebut juga dengan 4T dan 4K, yaitu:a. 4T adalah 4 Terlalu yang terjadi pada seorang ibu hamil, yaitu: Terlalu muda untuk hamil pertama kali Terlalu tua untuk hamil pertama kali Terlalu sering hamil (jarak kehamilan terlalu singkat) Terlalu banyak melahiran (multipara)4T ini dapat diatasi dengan melaksanakan program KB.b. 4K adalah 4 Keterlambatan yang terjadi pada saat kehamilan dan persalinan, yaitu: Keterlambatan untuk menyadari/mengetahui adanya kelainan atau penyulit pada kehamilan dan persalinan Keterlambatan mengambil keputusan untuk mencari pertolongan dari tenaga kesehatan Keterlambatan tiba di tempat pelayanan kesehatan Keterlambatan mendapatkan pertolongan oleh tenaga kesehatan4K ini dapat diatasi dengan GSI (Gerakan Sayang Ibu) atau saat ini lebih dipertajam dengan program MPS (Making Pregnancy Safer) yang merupakan program WHO yang khususnya ditujukan untuk menurunkan AKI di negara-negara sedang berkembang termasuk di Indonesia.

Kematian neonatalMenurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian bayi di Indonesia adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Penyebab dari tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan berbagai faktor, diantaranya adalah faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi adalah diare, tetanus, gangguan perinatal dan radang saluran nafas bagian bawah. Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti campak, tetanus dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memberikan imunisasi pada anak. Menurut WHO (2002), kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh trauma persalinan dan kelainan bawaan yang kemungkinan besar dapat disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.Upaya penurunan angka kematian bayi dapat dilakukan hal-hal seperti berikut:51. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan Meletakkan dasar pelayanan kesehatan melalui sektor pelayanan dasar yang dapat dilakukan di puskesmas, posyandu serta unit-unit yang terkait di masyarakat. Cakupan pelayanan diperluas dengan pemerataan pelayanan kesehatan untuk segala aspek dan lapisan masyarakat, seperti penyebaran bidan desa, perawat komunitas, fasilitas balai kesehatan, pos kesehatan desa dan puskesmas keliling. Berkaitan dengan kematian bayi akibat persalinan, maka upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki pelayanan kebidanan serta menyebarkan buku KIA, alat monitor kesehatan oleh tenaga kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien. 2. Meningkatkan status gizi masyarakatDengan pemberian gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan anak. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui program UPGK (Upaya Perbaikan Gizi Keluarga).3. Meningkatkan peran serta masyarakatUpaya atau program pelayanan kesehatan yang membutuhkan peran serta masyarakat antara lain pelaksanaan imunisasi, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan, perbaikan gizi dan lain-lain. Upaya masyarakat tersebut sangat menentukan keberhasilan program pemerintah sehingga mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan.4. Meningkatkan manajemen kesehatanUpaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan berhasil dengan baik bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini adalah peningkatan manajemen pelayanan kesehatan melalui pendayagunaan tenaga kesehatan profesional yang mampu secara langsung mengatasi masalah kesehatan anak. Tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain tenaga perawat, bidan serta dokter yang berada di puskesmas secara langsung berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Program KBSebagai negara yang sedang berkembang masalah pertambahan penduduk menjadi perhatian yang penting dan perlu adanya penanganan khusus agar tidak terjadi ledakan penduduk. Dalam pelaksanaan di lapangan, program KB ini tidak dapat berdiri sendiri dan bersifat lintas sektor dengan melibatkan berbagai instansi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat nasional maupun internasional, khususnya dengan bidang kesehatan yang merupakan mitra kerja utama.Tujuan keterpaduan KB-Kesehatan adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi dan balita serta angka kelahiran, dalam rangka mempercepat terwujudnya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera).6 Pada wilayah binaan puskesmas terdapat puskesmas pembantu dan posyandu yang melayani ibu, bayi dan balita yang berkunjung. Selain diberikan pelayanan dan penyuluhan kesehatan pada ibu dan pemberian imunisasi pada bayi, dapat juga diberikan penyuluhan tentang manfaat mengikuti program KB. Pada tempat dan waktu yang bersamaan terjadi penyatuan kegiatan dua program dalam satu lokasi untuk pencapaian tujuan bersama, yaitu penurunan angka kelahiran, kematian bayi dan balita.

PosyanduPos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan profesional dan non profesional. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan balita, pos imunisasi, pos keluarga berencana desa, pos kesehatan dan pos lainnya yang dibentuk baru. Pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu antara lain:31. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balitaa. Penimbangan bulananb. Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang c. Imunisasi bayi 3-14 buland. Pemberian oralit untuk menanggulangi diaree. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subura. Pemeriksaan kesehatan umumb. Pemeriksaan kehamilan dan nifasc. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darahd. Imunisasi TT untuk ibu hamile. Penyuluhan kesehatan dan KBf. Pemberian alat kontrasepsi KBg. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diareh. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertamai. Pertolongan pertama pada kecelakaan

PersalinanPertolongan persalinan dapat dilakukan oleh tenaga medis maupun tenaga non medis. Di Indonesia sekitar 70% persalinan dilakukan di rumah dan 40% diantaranya ditolong oleh dukun bersalin (SKRT 2001). Peran dukun beranak/bersalin sulit ditiadakan karena mereka masih mendapat kepercayaan masyarakat dan tenaga terlatih masih belum mencukupi. Dukun beranak masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memberikan pertolongan persalinan. Kerja sama bidan di desa dengan dukun beranak perlu dijalin dengan baik melalui:71. Pendidikan dukun yang berkaitan dengan:a. Tanda bahaya kehamilan, persalinan serta post partumb. Teknik pertolongan persalinan sederhana tetapi bersih dan lege artisc. Perawatan dan pemotongan tali pusatd. Perawatan neonatuse. Perawatan ibu post partumf. Peningkatan kerjasama dalam bentuk rujukan ke bidan atau puskesmas2. Diikutsertakan dalam gerakan keluarga berencanaa. Membagikan kondomb. Membagikan pil KBc. Melakukan rujukan KB3. Memberikan kesempatan untuk melakukan pertolongan persalinan dengan resiko rendah.4. Sistem rujukan yang mantap

Dengan penempatan bidan di desa, diharapkan peranan dukun akan makin berkurang sejalan dengan makin tingginya pendidikan dan pengetahuan masyarakat dan semakin baiknya fasililitas kesehatan. Ante natal care (ANC)Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4.8Cakupan K1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Pada kunjungan diperiksa hal-hal berikut:11. Periksa 5T + 1K, yaitu:a. Timbang berat badanb. Tekanan darahc. Tinggi fundus uterid. Tetanus Toksoid 2 dosise. Tablet tambah darahf. Konseling dan pemecahan masalah klien2. Pemeriksaan Hb dan urin (atas indikasi)3. Kemoprofilaksis malaria (pada daerah endemis)4. Perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan dan nasehat perbaikan kualitas makan ibu hamil di rumah5. Perawatan payudara pada trimester 1 6. Deteksi dini kehamilan resiko tinggi dengan menggunakan KMS ibu hamil dan penatalaksanaannya7. Penatalaksanaan penyulit dan komplikasi kehamilan, persalinan dan gawat janin serta memanfaatkan pengunaan KMS ibu hamil dan partogram8. Penyuluhan ibu hamil dan keluarganya mengenai kesehatan ibu dan bayinya serta tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan

KesimpulanMasalah kesehatan ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, meliputi angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang masih tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan dilakukannya upaya pelayanan masyarakat disertai dengan kesadaran diri dari masyarakat sendiri untuk ikut berperan serta dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang ada. Selain itu diperlukan juga upaya peningkatan manajemen pelayanan kesehatan agar mendukung kinerja dari pelayanan kesehatan.

Daftar pustaka1. Balai Pelatihan Kesehatan. Pedoman praktis pelaksanaan kerja di puskesmas. Magelang: Podorejo offset, 2000: 151-5.2. Picket G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. Edisi ke-9. Jakarta: EGC, 2008: 396, 412-21.3. Effendy N. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2003: 163-4.4. Timmreck TC. Epidemiologi suatu pengantar. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2004: 114-5.5. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2008: 2-3. 6. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC, 2009: 244-8.7. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC, 2007: 19.8. Depkes RI. 2005. Situasi upaya kesehatan. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kalteng/narasi_profil05/narasi_profil05/BAB%20IV_profil.doc, 1 Juli 2013.