Upload
agustine-carolina
View
3
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
AbstractSei Gohong is a sub-district that the community in here are still respect the values of their tradition was they always made as the life guidance in their societal life. Besides the societal hierarchy that still guidance by its tradition, the values of local wisdom which followed by the local community also succeed to keep the ecological condition in this area. This area was located in District of Bukit Batu, Palangka Raya. It was famous as an Urban Village area which has a beautiful nature that really potential to be a tourism destination so that it will push the increasing of local-government’s income and it also can give impulse to development of the local-community income in Sei Gohong if the potential can be managed. But, behind the beautiful nature of Sei Gohong, it was hide a fact that its status as Tourism Village (Kampung Wisata) are still yet can make the local community will be prosperous because in this area the field of jobs are not available.From perspective of Resource Curse theory, Sei Gohong that full of potentials from the beautiful nature, exactly inversely proportional to condition of the local-community’s life that are too far away from prosperous condition. The facts if Sei Gohong is a ‘abounded land’ but destitute of the field of jobs finally make some of company from the outside of Borneo Island (Kalimantan) comes to this area to ‘offering some help’ for the local-community with buy some hectare of local-community's land in this area to build some factories so that it can make the field of jobs for local-community are available. However, because between of the local-community and the companies are not make good communication which the companies are not explaining their purpose to build some factories in this area with clearly to the local-community. From interactionism symbolic perspective, the local-community have some felling if the companies in the future will destroy the societal hierarchy and ecology in Sei Gohong. So this reason that make Sei Gohong’s community appeal against to the companies, but in other side the companies are still make some effort to make the local-community will be calm-down with their ‘sweet’ agreement if the societal hierarchy and their nature-continuity will be kept by the companies.Keywords :Ecology, Resource Curse, Colonized, Interactionism Symbolic.
Citation preview
Masyarakat Sei Gohong dalam Keterjajahan Lingkungan
Sei Gohongs Community in Environmental Colonized
Agustine Carolina*, Bahtiar Edy Faisal, Cut Irva Dianita, Rastika Purba
*E-mail: [email protected]
(Sei Gohong)
Bukit BatuPalangka Raya
(Kampung Wisata)
(Offering some help) (Abounded Land)
Kalimantan
(sweet agreement)
Abstract
Sei Gohong is a sub-district that the community in here are still respect the values of
their tradition was they always made as the life guidance in their societal life. Besides the
societal hierarchy that still guidance by its tradition, the values of local wisdom which
followed by the local community also succeed to keep the ecological condition in this area.
This area was located in District of Bukit Batu, Palangka Raya. It was famous as an Urban
Village area which has a beautiful nature that really potential to be a tourism destination
so that it will push the increasing of local-governments income and it also can give
impulse to development of the local-community income in Sei Gohong if the potential can
be managed. But, behind the beautiful nature of Sei Gohong, it was hide a fact that its
status as Tourism Village (Kampung Wisata) are still yet can make the local community
will be prosperous because in this area the field of jobs are not available.
From perspective of Resource Curse theory, Sei Gohong that full of potentials from the
beautiful nature, exactly inversely proportional to condition of the local-communitys life
that are too far away from prosperous condition. The facts if Sei Gohong is a abounded
land but destitute of the field of jobs finally make some of company from the outside of
Borneo Island (Kalimantan) comes to this area to offering some help for the local-
community with buy some hectare of local-community's land in this area to build some
factories so that it can make the field of jobs for local-community are available. However,
because between of the local-community and the companies are not make good
communication which the companies are not explaining their purpose to build some
factories in this area with clearly to the local-community. From interactionism symbolic
perspective, the local-community have some felling if the companies in the future will
destroy the societal hierarchy and ecology in Sei Gohong. So this reason that make Sei
Gohongs community appeal against to the companies, but in other side the companies are
still make some effort to make the local-community will be calm-down with their sweet
agreement if the societal hierarchy and their nature-continuity will be kept by the
companies.
Keywords :Ecology, Resource Curse, Colonized, Interactionism Symbolic.
Abstrak
Sei Gohong merupakan sebuah kelurahan yang mana masyarakat di wilayah ini masih
menjunjung tinggi nilai adat istiadat yang selalu dijadikan pedoman dalam kehidupan
bermasyarakatnya. Selain tatanan masyarakatnya yang masih berpedomankan adat
istiadat, nilai-nilai kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat diwilayah ini pun berhasil
membuat kondisi ekologi Sei Gohong masih terjaga. Kelurahan ini sendiri terletak di
wilayah Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Kelurahan ini terkenal sebagai wilayah
yang memiliki keindahan alam yang potensial untuk dijadikan destinasi pariwisata
sehingga dapat mendorong naiknya pendapatan daerah dan bisa memberikan dorongan
yang besar bagi berkembangnya pendapatan masyarakat di Sei Gohong bila hal tersebut
dikelola dengan baik. Namun, dibalik keindahan alam potensial Sei Gohong tersebut
tersimpan sebuah fakta bahwa statusnya sebagai Kampung Wisata tersebut masih belum
bisa membuat sebagian masyarakat Sei Gohong hidup sejahtera, karena masih belum
adanya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi mereka di wilayah tersebut.
Jika ditinjau dari teori kutukan sumber daya alam (Resource Curse Theory), Sei Gohong
yang penuh dengan potensi kekayaan alamnya, justru berbanding terbalik dengan kondisi
hidup masyarakatnya yang masih jauh dari kata sejahtera. Fakta bahwa Sei Gohong adalah
daerah ladang uang potensial namun miskin lapangan pekerjaan inilah yang akhirnya
mendorong beberapa perusahaan dari luar Pulau Kalimantan datang ke wilayah ini untuk
menolong masyarakat sekitar dengan membeli beberapa hektare tanah di wilayah
tersebut untuk dijadikan Pabrik sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada
masyarakat sekitar. Akan tetapi, karena tidak terjadinya interaksi yang baik antara
masyarakat dengan perusahaan yang mana perusahaan sama sekali tidak menjelaskan
secara jelas tujuannya untuk mendirikan pabrik di wilayah tersebut. Dari sisi
interaksionisme simbolik, masyarakat merasakan bahwa perusahaan-perusahaan itu suatu
hari nanti akan merusak tatanan masyarakat serta ekologi di wilayah mereka. Inilah yang
membuat banyak masyarakat di Sei Gohong protes akan kehadiran perusahaan tersebut di
wilayah mereka, namun di lain pihak perusahaan-perusahaan itu tetap saja berusaha untuk
menenangkan masyarakat dengan janji manis bahwa tatanan masyarakat serta
kelestarian lingkungan mereka akan tetap terjaga.
Kata Kunci :Ekologi, Kutukan Sumber Daya Alam, Keterjajahan, Interaksionisme
Simbolik.
Pendahuluan
Sei Gohong merupakan sebuah kelurahan yang unik dan memiliki kekhasan
tersendiri.Alasan kelurahan ini terasa unik adalah karena disebabkan masyarakat di
wilayah ini masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat yang selalu dijadikan pedoman
dalam kehidupan bermasyarakatnya.Kelurahan ini sendiri terletak di wilayah Kecamatan
Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Letaknya yang berada di pinggiran kota membuat wilayah
ini masih aman dari dampak negatif modernisasi dan hedonisme yang biasanya sering
menjadi ciri khas penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan. Hal ini pula yang
membuat Sei Gohong disebut sebagai Urban Village atau Desa yang terletak di wilayah
perkotaan.
Selain itu, wilayah ini pun terkenal sebagai wilayah yang memiliki keindahan alam
yang potensial untuk dijadikan destinasi pariwisata sehingga dapat mendorong naiknya
pendapatan daerah dan salah satu contohnya adalah Telok Kaja yang sebenarnya sangat
menjanjikan untuk bisa memberikan dorongan yang besar bagi berkembangnya
pendapatan masyarakat di Sei Gohong bila hal tersebut dikelola dengan baik. Namun,
dibalik keindahan alam potensial Sei Gohong tersebut tersimpan sebuah fakta bahwa
masih banyak masyarakatnya yang belum sejahtera meskipun status Sei Gohong sendiri
telah ditetapkan sebagai Kampung Wisata oleh Pemerintah Kota Palangka Raya. Status
sebagai Kampung Wisata tersebut masih belum bisa membuat sebagian masyarakat Sei
Gohong hidup sejahtera, karena masih belum adanya lapangan kerja yang tersedia bagi
mereka di wilayah tersebut. Fakta bahwa Sei Gohong adalah daerah ladang uang potensial
namun miskin lapangan pekerjaan inilah yang akhirnya mendorong beberapa perusahaan
dari luar Pulau Kalimantan datang ke wilayah ini untuk menolong masyarakat sekitar
dengan membeli beberapa hektare tanah di wilayah tersebut untuk dijadikan Pabrik
sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar. Akan tetapi,
masyarakat merasakan bahwa perusahaan-perusahaan itu suatu hari nanti akan merusak
tatanan masyarakat serta ekologi di wilayah mereka. Inilah yang membuat banyak
masyarakat di Sei Gohong protes akan kehadiran perusahaan tersebut di wilayah mereka,
namun di lain pihak perusahaan-perusahaan itu tetap saja berusaha untuk menenangkan
masyarakat dengan janji manis bahwa tatanan masyarakat serta kelestarian lingkungan
mereka akan tetap terjaga.
Pembahasan
Kekhawatiran masyarakat Sei Gohong sendiri akan dampak kerusakkan lingkungan
dari kehadiran Pabrik di wilayah mereka cukup beralasan karena pada saat perusahaan-
perusahaan tersebut membeli tanah masyarakat, perusahaan tidak melakukan pendekatan
personal kepada masyarakat. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa
masyarakat setempat, menunjukkan bahwa perusahaan itu hanya mensosialisasikan
kehadiran mereka kepada orang-orang tertentu saja. Selain itu, ada banyaknya kabar
simpang siur di masyarakat mengenai tujuan perusahaan tersebut mendirikan pabrik di Sei
Gohong semakin mempertegas kecurigaan masyarakat akan bahaya laten dari kehadiran
pabrik tersebut. Ketidakjelasan jenis pabrik yang akan didirikan di wilayah tersebut juga
membuat resistensi masyarakat terhadap perusahaan semakin kuat dan membuat lebar
jurang pemisah antara perusahaan dan masyarakat Sei Gohong.
Sumber Daya Alam Berlimpah, Berkat atau . . .?
Dari sudut teori kutukan sumber daya alam (resource curse theory)1, dapat dilihat
bahwa Sei Gohong sendiri merupakan sebuah kawasan yang memiliki beragam potensi
1Macartan Humpreys, et.al: Escaping The Resource Curse.(New York: Columbia University Press, 2007),
21.
ekologis yang jika dikembangkan dengan baik dapat memberikan manfaat yang besar
untuk kesejahteraan masyarakatnya. Namun, potensi ekologis tersebut belum mampu
untuk membuat masyarakat Sei Gohong sejahtera. Dari fakta lapangan yang ditemukan,
banyak sekali masyarakat Sei Gohong yang tidak memiliki pekerjaan dan gaji tetap. Ini
merupakan sebuah ironi, bila kita melihat status dari kelurahan Sei Gohong yang dijadikan
sebagai Kampung Wisata yang mana seharusnya dengan status tersebut dapat membuat
masyarakatnya sejahtera namun malah menjadikan hidup mereka termaginalkan akibat
lapangan pekerjaan yang tidak tersedia di wilayah ini.
Pemaknaan Rencana Pendirian Pabrik Bagi Kehidupan Masyarakat Sei Gohong
Dari sudut teori interaksionisme simbolik, kekhawatiran masyarakat sekitar terhadap
keterusakkan lingkungannya suatu saat sebagai akibat hadirnya pabrik perusahaan di
wilayah tersebut karena pemahaman di masyarakat luas sendiri terutama di Indonesia
seringkali kehadiran pabrik-pabrik tersebut bukannya memberikan keuntungan bagi
masyarakat sekitar namun malah justru memberikan kutukan kepada keberlangsungan
lingkungan hidup di wilayah yang dijadikan lokasi pabrik tersebut. Hal-hal seperti limbah
buangan pabrik yang mencemari lingkungan masyarakat sekitar pabrik sudah menjadi hal
yang lumrah sebagai dampak dari kemunculannya di suatu wilayah masyarakat.Di
Indonesia sendiri, teknologi untuk pengolahan limbah hasil buangan pabrik dapat
dikatakan belum semua pabrik menyediakan teknologi tersebut. Kebanyakkan pabrik-
pabrik tersebut enggan untuk menyediakan teknologi pengolahan limbah pabrik
dikarenakan biaya untuk membeli peralatan tersebut yang terbilang cukup tinggi, selain
itu meskipun sebagian perusahaan-perusahaan pemilik pabrik di Indonesia ini sebenarnya
mampu untuk membeli peralatan tersebut namun karena mereka lebih memikirkan laba
perusahaan sehingga hal-hal yang dianggap tidak menguntungkan (un-profitable) seperti
penyediaan teknologi pengolahan limbah yang memerlukan biaya fantastis seringkali
diabaikan oleh pemilik perusahaan.
William Thomas2 salah satu teoritisi interaksionisme simbolik berpendapat bahwa ada
3 pokok pemikiran dari teori interaksionisme simbolik tersebut dan bila kita kaitkan
dengan permasalahan di Sei Gohong dapat terlihat alasan logis dari penolakkan
masyarakat terhadap berdirinya pabrik di daerah tersebut. Pemikiran yang pertama adalah
bahwa perilaku seseorang tergantung pada definisi situasi yang diberikan. Jika kita lihat
kembali dari uraian singkat di bagian pendahuluan dan paragraf pertama tulisan ini, dapat
terlihat bahwa resistensi masyarakat Sei Gohong terhadap perusahaan yang ingin
mendirikan pabrik disebabkan karena definisi situasi dari tujuan berdirinya pabrik di
wilayah tersebut yang masih belum jelas. Pemikiran Thomas yang kedua adalah relativisme
adalah situasi yang berbeda memiliki makna yang berbeda bagi individu yang berbeda pula
pemikirannya. Dari permasalahan masyarakat Sei Gohong versus Perusahaan, terlihat
2William Thomas dalam Alfitri.2009. Kerusakkan Lingkungan dan Masalah Sampah dari Perspektif Teori
Sosiologi. Diakses melalui: http://eprints.unsri.ac.id/726/
bahwa adanya lack of communication diantara kedua belah pihak tersebut telah
memberikan makna yang berbeda baik bagi masyarakat sekitar maupun perusahaan. Di
sisi masyarakat sendiri, tujuan didirikannya pabrik tersebut lebih dimaknai sebagai bahaya
laten bagi kelestarian lingkungan hidup di Sei Gohong sedangkan bagi perusahaan dengan
berdirinya pabrik nanti diharapkan dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar yang saat ini masih belum sejahtera karena tidak tersedianya lapangan
pekerjaan di wilayah mereka. Pemikiran yang ketiga adalah definisi situasi itu subyektif
dan berubah. Jika dikaitkan permasalahan Sei Gohong tersebut dengan pemikiran ketiga
bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap dampak kerusakkan lingkungan yang akan
ditimbulkan oleh kemunculan pabrik perusahaan di wilayah mereka adalah karena
banyakknya berita di media massa tentang pencemaran lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh berdirinya pabrik-pabrik. Definisi situasi tersebut dapat dikatakan
subyektif apabila masyarakat hanya berpikiran negatif karena berita-berita yang beredar di
media massa, tanpa berusaha mencari tahu terlebih dahulu seperti apa sistem pabrik yang
diterapkan oleh perusahaan tersebut. Bisa saja kemungkinannya perusahaan tersebut
memiliki peralatan pengolahan limbah pabrik yang bagus sehingga tidak akan mencemari
lingkungan hidup disekitar.
Penutup
Sei Gohong menyimpan beragam potensi ekologis yang sebenarnya sangat bisa untuk
dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya, dengan menggunakan kearifan lokal
(local wisdom) yang dimiliki oleh masyarakat Sei Gohong potensi ekologis tersebut dapat
dimanfaatkan secara bijaksana namun disisi lain potensi ekologis tersebut juga
memberikan efek domino bagi masyarakatnya. Kurangnya sumber daya manusia yang
mampu mengolah potensi ekologis tersebut menyebabkan perkembangan perekonomian
di masyarakat terasa belum berkembang. Disisi lain, banyak perusahaan-perusahaan dari
luar yang ingin mengembangkan potensi dari Sei Gohong tersebut namun mereka malah
mendapatkan resistensi dan penolakkan dari masyarakat sekitar. Mereka menganggap
bahwa kehadiran perusahaan tersebut dikhawatirkan akan mengganggu keberlangsungan
lingkungan hidup mereka.
Daftar Pustaka
Humpreys, Macartan et.al. 2007. Escaping The Resource Curse. New York: Columbia
University Press
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern Edisi ke-6. Jakarta:
Kencana.
Wawancara dengan masyarakat Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu Kota
Palangka Raya pada tanggal 25 April 2015.
Sumber Internet
Alfitri.2009. Kerusakkan Lingkungan dan Masalah Sampah dari Perspektif Teori
Sosiologi.Diakses melalui: http://eprints.unsri.ac.id/726/ pada tanggal 26 April 2015
Tolo, Emilianus Yakub Sese. 2014. Ironi REDD+ di Indonesia: Cerita dari Kalimantan
Tengah. Diakses melalui: http://www.indoprogress.com/2014/02/ironi-redd-di-indonesia-
cerita-dari-kalimantan-tengah. pada tanggal 26 April 2015.
LAMPIRAN
Gbr. Papan nama perusahaan yang ingin mendirikan Pabrik di Sei Gohong
Gbr. Tanah yang akan menjadi lokasi pendirian Pabrik
Gbr.Warga masyarakat yang sedang menjelaskan alasan penolakkan masyarakat Sei
Gohong terhadap berdirinya Pabrik di wilayah itu.
Gbr. Observasi lokasi Pabrik oleh Penulis.