12
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2011 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Perah dan laboratorium Terpadu, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Materi Bahan Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah susu kambing segar, bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli 25922, media Plate Count Agar (PCA), media Buffer Pepton Water (BPW), media Natrium Agar (NA), media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), media Beird Park Agar (BPA), telurit, kuning telur (egg yolk), NaCl fisilogis 0,85%, kristal violet, iodium gram, lugol, safranin, H 2 O 2, alkohol 70%, alkohol 95%, spirtus, aquades, alumunium foil, plastik wrap, plastik HDPE, dan kapas. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat HPEF dengan koil sebagai pembangkit tegangan tinggi dan 3 buah UV dengan spesifikasi dosis 2,27 kGy. Dimensi chamber HPEF mempunyai lebar, tinggi dan jarak antar elektroda berturut-turut adalah 15 mm, 60 mm dan 3 mm dengan bahan stainless steel ST 316. Alat pendukung lainnya adalah milkotester, pH meter, conduktivity meter, labu separating funnel, vortex, mikroskop, spektrofotometer, inkubator, tabung ulir, tabung reaksi, botol schott, termometer, pipet tetes, labu erlenmeyer, gelas piala, pipet volumetrik, pipet mikro, penangas listrik (water bath), autoclave, bunsen, cawan petri, lemari es, tip, stick hockey, hot plate, hitter, oven, kaca objek, jarum ose, sentrifuge, tabung eppendorf, dan botol pengemas. Prosedur Persiapan Rangkaian Peralatan UV dan HPEF Tipe UV yang digunakan dalam penelitian ini adalah UV tipe C dengan spektrum panjang gelombang elektromagnetik 253,7 nm. Ultraviolet yang digunakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi · Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah susu kambing segar, bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia

  • Upload
    hoangtu

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2011 di

Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Perah dan laboratorium Terpadu, Ilmu

Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Materi

Bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah susu kambing

segar, bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli

25922, media Plate Count Agar (PCA), media Buffer Pepton Water (BPW), media

Natrium Agar (NA), media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), media Beird Park

Agar (BPA), telurit, kuning telur (egg yolk), NaCl fisilogis 0,85%, kristal violet,

iodium gram, lugol, safranin, H2O2, alkohol 70%, alkohol 95%, spirtus, aquades,

alumunium foil, plastik wrap, plastik HDPE, dan kapas.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat HPEF

dengan koil sebagai pembangkit tegangan tinggi dan 3 buah UV dengan spesifikasi

dosis 2,27 kGy. Dimensi chamber HPEF mempunyai lebar, tinggi dan jarak antar

elektroda berturut-turut adalah 15 mm, 60 mm dan 3 mm dengan bahan stainless

steel ST 316. Alat pendukung lainnya adalah milkotester, pH meter, conduktivity

meter, labu separating funnel, vortex, mikroskop, spektrofotometer, inkubator,

tabung ulir, tabung reaksi, botol schott, termometer, pipet tetes, labu erlenmeyer,

gelas piala, pipet volumetrik, pipet mikro, penangas listrik (water bath), autoclave,

bunsen, cawan petri, lemari es, tip, stick hockey, hot plate, hitter, oven, kaca objek,

jarum ose, sentrifuge, tabung eppendorf, dan botol pengemas.

Prosedur

Persiapan Rangkaian Peralatan UV dan HPEF

Tipe UV yang digunakan dalam penelitian ini adalah UV tipe C dengan

spektrum panjang gelombang elektromagnetik 253,7 nm. Ultraviolet yang digunakan

14

sebanyak 3 buah dengan spesifikasi dosis 2,27 kGy. Reaktor UV ini disusun secara

seri sesuai dengan taraf perlakuan yaitu penggunaan 1, 2, dan 3 tabung reaktor UV.

Alat HPEF menggunakan koil sebagai sumber tegangannya. Peralatan HPEF

menggunakan chamber tipe kontinyu dengan dimensi treatment chamber panjang,

lebar dan jarak elektrode berturut-turut 60 mm, 15 mm dan 3 mm dan terbuat dari

bahan stainless steel (ST 316) tipe parallel plate dengan volume 2,7 ml. Pengukuran

tegangan, frekuensi dan bentuk pulsa dilakukan dengan menggunakan osiloskop

Merk Atten tipe ADS 1022 C, sedangkan pengukuran arus listrik menggunakan

multimeter Merk Sanwa DMM CD 771. Hasil pengukuran terhadap kuat arus dan

tegangan puncak (Vmaks) berturut-turut adalah 0.11 mA dan 9.5 kV, sehingga

menghasilkan kuat medan listrik untuk jarak elektrode 3 mm sebesar 31.67 kV/cm.

Rangkaian alat HPEF dan treatment chamber dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 7. Rangkaian Alat HPEF (a) dan Treatment Chamber (b)

Hasil pengamatan menggunakan oscilloscope pada alat HPEF menunjukkan

bentuk pulsa osilatory dengan lebar pulsa 50 µs. Bentuk pulsa dari frekuensi yang

digunakan sebagai perlakuan sebesar 10, 15 dan 20 Hz dapat dilihat pada Gambar 8.

(a)

(a) (b) (c)

Gambar 8. Bentuk Pulsa Frekuensi 10 Hz (a), 15 Hz (b) dan 20 Hz (c)

15

Kombinasi rangkaian UV dan peralatan HPEF yang digunakan dapat dilihat

pada Gambar 9.

Gambar 9. Kombinasi Rangkaian UV dan Peralatan HPEF

Persiapan Bakteri Uji

Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus ATCC 25923

sebagai Gram positif dan Escherichia coli ATCC 25922 sebagai Gram negatif yang

diperoleh dari koleksi laboratorium THT Fakultas Peternakan IPB. Persiapan bakteri

uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli meliputi pemeriksaan kemurnian

bakteri dengan metode pewarnaan Gram untuk penentuan keseragaman sel dan

ketiadaan kontaminan dan penyegaran bakteri yang akan digunakan untuk

mendapatkan bakteri berumur 24 jam.

Pewarnaan Gram. Keseragaman koloni bakteri diperiksa dengan metode

pewarnaan Gram. Sampel bakteri dari koloni yang homogen ditumbuhkan pada

media Natrium Agar selama 24 jam. Koloni yang terdapat pada natrium agar diambil

1 ose dan diolesi pada kaca objek lalu difiksasi panas. Olesan bakteri ditetesi dengan

kristal violet dan didiamkan selama satu menit kemudian dibilas dengan aquades.

Setelah kering, olesan bakteri ditetesi iodium Gram dan didiamkan dua menit lalu

dibilas aquades dan ditiriskan. Preparat ditetesi dengan alkohol 95%, kemudian

dicuci segera dengan aquades dan ditiriskan. Selanjutnya preparat ditetesi dengan

safranin selama 30 detik lalu dibilas aquades. Preparat dikeringkan lalu diamati di

bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Sel bakteri Staphylococcus aureus

16

yang merupakan Gram positif menghasilkan sel berwarna biru (kristal violet),

sedangkan sel bakteri Escherichia coli yang merupakan Gram negatif berwarna

merah (safranin).

Penyegaran Bakteri Uji. Penyegaran bakteri bertujuan untuk mendapatkan bakteri

uji dengan umur 24 jam. Sebanyak 1 ml bakteri stok yang ditumbuhkan dalam media

Nutrien Broth dibiakkan ke dalam tabung berisi 9 ml media Nutrien Broth baru,

kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Standardisasi populasi bakteri

dilakukan dengan cara mengukur nilai optical density (OD) menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 620 nm untuk mengetahui populasi

bakteri dalam setiap ml kultur.

Persiapan dan Rekontaminasi Susu Kambing

Susu kambing sebanyak 1000 ml disterilisasi menggunakan autoclave dengan

suhu 115 °C selama 3 menit. Sampel susu yang telah steril direkontaminasi dengan

bakteri uji yang telah dibiakkan sebelumnya sampai populasi bakteri di dalam susu

setara dengan 105 cfu/ml.

Tahapan Pengujian

Penelitian ini terbagi atas penelitian pendahuluan dan penelitian utama.

Penelitian pendahuluan meliputi penentuan jumlah dosis UV yang optimal. Hasil

terbaik dari perlakuan ini akan diambil sebagai metode yang dilanjutkan dengan

aplikasi HPEF. Penelitian pendahuluan dilanjutkan dengan penentuan jumlah

frekuensi tegangan listrik yang akan diambil sebagai frekuensi yang digunakan pada

penelitian utama.

Penelitian Pendahuluan

a. Penentuan Optimasi UV

Penelitian ini bertujuan untuk mencari jumlah dosis UV yang optimal dalam

menekan jumlah mikroorganisme. Susu segar dialirkan di dalam tabung UV

dengan taraf perlakuan 1, 2, dan 3 tabung reaktor UV yang disusun secara seri.

Masing-masing hasil dari perlakuan ini diambil untuk kemudian diuji

karakteristik fisik dan kimianya, serta reduksi mikroba. Karakteristik fisik dan

kimia diukur dengan milkotester, pH Meter, conductivity meter, dan viscometer,

sedangkan tingkat reduksi mikroba diukur dengan menghitung jumlah lempeng

17

total mikroba (Total Plate Count). Diagram alir proses penentuan optimasi UV

dapat dilihat pada Gambar 10.

b. Penentuan Jumlah Frekuensi HPEF

Hasil terbaik dari perlakuan UV diambil sebagai metode yang dilanjutkan

dengan aplikasi HPEF. Susu segar dialirkan ke dalam reaktor UV (dengan

jumlah reaktor terbaik) yang telah dihubungkan dengan rangkaian alat HPEF

dan diberi taraf perlakuan berbeda yaitu frekuensi 10 Hz, 15 Hz, dan 20 Hz.

Masing-masing hasil dari perlakuan ini diambil untuk kemudian diuji

karakteristik fisik dan kimianya, serta dilihat tingkat reduksi mikroba.

Karakteristik fisik dan kimia diukur dengan milkotester, pH Meter, conductivity

meter dan viscometer, sedangkan tingkat reduksi mikroba diukur dengan

menghitung jumlah lempeng total mikroba (Total Plate Count). Diagram alir

proses penentuan frekuensi HPEF dapat dilihat pada Gambar 11.

Penelitian Utama

Penelitian utama meliputi aplikasi kombinasi metode UV dan HPEF dalam

menginaktivasi bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan

Escherichia coli ATCC 25922 yang direkontaminasi pada susu segar yang telah

disterilisasi. Hasil terbaik dari perlakuan UV dan HPEF diambil sebagai metode

dalam tahap ini. Diagram alir aplikasi kombinasi metode UV dan HPEF dapat

dilihat pada Gambar 12.

a. Aplikasi Kombinasi Jumlah Reaktor UV dan Frekuensi HPEF dalam

Mereduksi Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923

Susu kambing sebanyak 1000 ml yang telah disterilisasi, kemudian

direkontaminasi dengan bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang

berumur 24 jam sampai populasi bakteri di dalam susu setara dengan 105 cfu/ml.

Susu kambing yang telah direkontaminasi dengan Staphylococcus aureus

dialirkan sebanyak ± 900 ml ke dalam reaktor UV (dengan jumlah reaktor

terbaik) dan rangkaian alat HPEF dengan frekuensi terbaik dari hasil penelitian

pendahuluan. Bagian susu yang tidak mendapatkan perlakuan UV dan HPEF

dianggap sebagai sampel kontrol. Hasil dari perlakuan ini diambil untuk diuji

kualitas mikrobiologisnya dan dibandingkan denagn sampel kontrol.

18

b. Aplikasi Kombinasi Jumlah Reaktor UV dan Frekuensi HPEF dalam

Mereduksi Bakteri Escherichia coli ATCC 25922

Susu kambing sebanyak 1000 ml yang telah disterilisasi, kemudian

direkontaminasi dengan bakteri uji Escherichia coli ATCC 25922 yang berumur

24 jam sampai populasi bakteri di dalam susu setara dengan 105 cfu/ml. Susu

kambing yang telah direkontaminasi dengan Escherichia coli dialirkan sebanyak

± 900 ml ke dalam reaktor UV (dengan jumlah reaktor terbaik) dan rangkaian

alat HPEF dengan frekuensi terbaik dari hasil penelitian pendahuluan. Bagian

susu yang tidak mendapatkan perlakuan UV dan HPEF dianggap sebagai sampel

kontrol. Hasil dari perlakuan ini diambil untuk diuji kualitas mikrobiologisnya

dan dibandingkan dengan sampel kontrol.

Perhitungan Jumlah Bakteri

Jumlah Lempeng Total Bakteri (Total Plate Count) (BSN, 1998)

Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan

menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi

9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh (P-1

). Hasil pengenceran ini

dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai

pengenceran seperseratus (P-2

). Pengenceran ini dilakukan hingga P-5

. Pemupukan

dilakukan dari pengenceran P-3

sampai P-5

secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing-

masing pengenceran P-5

sampai P-3

dipipet ke dalam cawan petri steril dan

dipupukkan dengan media Plate Count Agar (PCA) yang bersuhu ± 37 °C sebanyak

12-15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan petri digerakkan

dengan arah membentuk angka delapan. Setelah agar memadat, cawan petri

diinkubasi pada suhu 37+1 oC dengan posisi terbalik selama 24 jam. Analisis

perhitungan jumlah bakteri menggunakan Standard Plate Count (SPC) yang

mengacu pada Bacteriological Analytical Manual (BAM).

Jumlah Bakteri Staphylococcus aureus (BSN, 1998)

Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan

menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi

9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh (P-1

). Hasil pengenceran ini

dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai

pengenceran seperseratus (P-2

). Pengenceran ini dilakukan hingga P-5

. Pemupukan

19

dilakukan dari pengenceran P-3

sampai P-5

secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing-

masing pengenceran P-5

sampai P-3

dipupukkan ke dalam cawan petri steril yang

telah berisi media BPA - Egg Yolk Tellurite sebanyak 12-15 ml yang telah memadat.

Sampel tersebut disebar menggunakan stick hockey steril. Setelah sampel mengering,

cawan petri diinkubasi pada suhu 37+1 °C dengan posisi terbalik selama 24 jam. Hal

yang sama dilakukan pada sampel kontrol. Analisis perhitungan jumlah bakteri

menggunakan Standard Plate Count (SPC) yang mengacu pada Bacteriological

Analytical Manual (BAM).

Jumlah Bakteri Escherichia coli (BSN, 1998)

Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan

menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi

9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh (P-1

). Hasil pengenceran ini

dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai

pengenceran seperseratus (P-2

). Pengenceran ini dilakukan hingga P-5

. Pemupukan

dilakukan dari pengenceran P-3

sampai P-5

secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing-

masing pengenceran P-5

sampai P-3

dipipet ke dalam cawan petri steril dan

dipupukkan dengan media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) yang bersuhu ± 37 oC

sebanyak 12-15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan petri

digerakkan dengan arah membentuk angka delapan. Setelah agar memadat, cawan

petri diinkubasi pada suhu 37+1 °C dengan posisi terbalik selama 24 jam. Hal yang

sama dilakukan pada sampel kontrol. Analisis perhitungan jumlah bakteri

menggunakan Standard Plate Count (SPC) yang mengacu pada Bacteriological

Analytical Manual (BAM).

Analisis Karakteristik Fisik dan Kimia Susu Kambing

Karakteristik fisik dan kimia susu dianalisis secara kuantitatif menggunakan

pH meter, conductivity meter, viscometer, dan milkotester dengan parameter

pengamatan meliputi berat jenis, titik beku, kadar protein, kadar lemak dan kadar

laktosa. Pengujian juga dilakukan terhadap bilangan peroksida dan perubahan

komponen protein menggunakan metode elektroforesis. Analisis karakteristik fisik

dan kimia ini dilakukan pada sampel susu segar sebelum dan setelah diberikan

aplikasi UV, serta kombinasi UV dan HPEF. Hasil analisis mengacu pada Thai

Agricultural Standard TAS 6006-2008.

20

Pengujian Bilangan Peroksida (Metode Titrimetri) (BSN, 1998)

Susu yang akan diukur bilangan peroksidanya, lemaknya terlebih dahulu

diekstraksi menggunakan pelarut heksana. Susu dimaserasi dengan heksana selama

24 jam. Filtrat yang ada ditampung dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Residu

dimaserasi lagi sampai fltrat yang tertampung berwarna jernih. Ekstrak pekat yang

diperoleh dikumpulkan dan ditimbang untuk mengetahui rendemen ekstrak.

Ekstrak lemak susu sebanyak 3-5 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 ml.

Campuran larutan dari 20 ml asam asetat glasial, 25 ml metanol 95% dan 55 ml

kloroform ditambahkan sebanyak 30 ml, kemudian ditambahkan 1 g kristal kalium

iodida, larutan dihomogenkan dengan cara digoyang dan disimpan ditempat gelap

selama 30 menit. Air suling bebas CO2 (aquades) ditambahkan sebanyak 50 ml,

dihomogenkan kembali, kemudian dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat

0,02 N. Larutan kanji yang digunakan sebagai indikator ditambahkan ketika warna

kuning larutan hampir hilang dan titrasi dilanjutkan hingga warna biru menghilang.

Jumlah (ml) larutan natrium tiosulfat yang terpakai untuk menitar dicatat. Titrasi

juga dilakukan terhadap blanko. Nilai peroksida yang terdapat di dalam sampel

dihitung dengan rumus:

(

)

( )

Keterangan:

V1 = volume natrium tiosulfat untuk titrasi sampel (ml)

V0 = volume natrium tiosulfat untuk titrasi blanko (ml)

T = normaslitas natrium tiosulfat (N)

m = bobot sampel (g)

Elektroforesis

Metode elektroforesis yang digunakan mengacu pada metode Laemmli

(1970). Tahapan proses terbagi atas pembuatan gel dan pewarnaan.

a. Pembuatan gel.

Pembuatan gel diawali dengan pembuatan larutan stok SDS-PAGE.

Larutan A yaitu larutan stok akrilamid yang terdiri dari 75 g akrilamid 30%

w/v, 2 g bis dan 250 ml H2O. Larutan A ini ditaruh di botol gelap dan

disimpan pada suhu 4 °C. Bahan pembuat gel yang digunakan adalah

21

Amonium Peroksodisulfat (APS) sebanyak 1 g yang dilarutkan dalam 10 ml

H2O. Pembuatan buffer reservoir yang terdiri dari 28,8 g glisin 0,192 M, 6 g

tris buffer 0,025 M, lalu ditambahkan HCl hingga dicapai pH 8,3, kemudian

ditambahkan 2 g SDS 0,1% w/v, dan ditepatkan volumenya hingga 2 liter.

Pembuatan larutan B yaitu stok buffer gel pemisah yang terdiri dari 1 g SDS

dan 45,5 g tris buffer 1,4 M, kedua campuran ini dilarutkan dan dtepatkan

pHnya hingga 8,8 menggunakan HCl, dan ditambahkan aquades hingga

volumenya 250 ml. Stok buffer gel pengumpul yang digunakan terdiri dari

15,1 g tris bufer 1,4 M dan dilarutkan dengan HCl hingga pH 6,8, kemudian

ditambahkan 1 g SDS dan ditepatkan volumenya hingga 250 ml.

Persiapan dilanjutkan dengan pembuatan stok (double strength) buffer

sampel yang terdiri dari 2 ml mercapto, 4 ml gliserol, 0,3 g tris buffer, 2 ml

Bromfenol Blue (0,1% w/v dalam air), kemudian campuran ini dilarutkan

dengan aquades pada volume kurang dari 20 ml, ditambahkan HCl hingga pH

menjadi 6,8, kemudian ditambahkan 0,92 g SDS dan ditepatkan volumenya

hingga 20 ml. Gel dibuat dengan cara mengombinasikan larutan stok yang

telah dibuat sebelumnya. Kombinasi larutan dalam pembuatan gel meliputi

6,25 ml larutan stok akrilamid, 4,1 ml buffer gel pemisah, 4,4 ml aquades,

0,15 ml SDS 10% (w/v), 10 ml APS 10% (w/v) dan 25 ml TEMED.

b. Pewarnaan

Larutan pewarna yang digunakan adalah pewarna perak (silver

staining). Bahan pembuat pewarna perak ini terdiri dari larutan fiksasi

(fixation solution), larutan pencuci (washing solution), larutan pemeka

(sensitizing solution) untuk membuat lebih sensitif, larutan pewarna (staining

solution) dan larutan pengembang (developing solution) untuk memunculkan

pita protein. Larutan fiksasi terdiri dari 125 ml metanol 50%, 30 ml asam

asetat 12%, 0,125 ml formalin 0,05%, dan dilarutkan dengan 95 ml aquabides,

kemudian disimpan pada suhu ruang. Larutan pencuci terdiri dari 100 ml

etanol 20% dan 400 ml aquabides, disimpan pada suhu ruang. Larutan

pemeka (sensitizing solution) yang digunakan adalah 0,05 g Na2S2O3 yang

dilarutkan dalam 250 ml aquabides, disimpan pada suhu ruang. Larutan

pewarna terdiri dari 0,1 g AgNO3 dilarutkan dengan 50 ml aquabides dan

22

ditambahkan 38 ml formalin, kemudian disimpan pada suhu 4 °C. Larutan

pengembang terdiri dari 3 g Na2CO3, 25 ml formalin, 1 ml Na2S2O3 dan

dilarutkan dalam 50 ml aquabides. Khusus untuk larutan pewarna dan larutan

pengembang harus dalam keadaan segar.

Pembuatan gel yang telah selesai dilakukan, dilanjutkan dengan

pewarnaan (staining). Gel direndam dalam larutan fiksasi selama 2 jam

sambil diagitasi pelan-pelan dan didiamkan sampai semalam. Gel kemudian

dicuci dengan larutan pencuci (washing solution) selama 20 menit tanpa

diagitasi, pencucian ini diulang hingga 3 kali. Gel dibilas dengan aquabides

selama 10 detik, lalu direndam dalam larutan pemeka (sensitizing solution)

selama 1 menit, dan dibilas kembali dengan aquabides sampai tiga kali

dengan masing-masing selama 20 detik. Gel direndam dalam AgNO3 0,1%

dan diinkubasi di dalam refrigerator selama 20 menit. Gel dicuci kembali

dengan aquabides selama 20 detik dan diulang 2 kali. Gel dipindahkan ke

wadah lain dan dicuci kembali dengan aquabides selama 10 detik. Gel

direndam dalam larutan pengembang (developing solution) hingga pewarnaan

cukup. Gel diangkat dan didiamkan selama 5 menit, kemudian dicuci kembali

dengan aquabides. Hasil dari gel yang telah selesai mendapatkan perlakuan

pewarnaan kemudian discanning.

Diagram Alir Proses Penelitian

Penelitian Pendahuluan

a. Penentuan Optimasi UV

Gambar 10. Diagram Alir Proses Penentuan Optimasi UV

Susu kambing

segar

Diberi perlakuan ultraviolet

dengan taraf perlakuan 1, 2,

dan 3 tabung reaktor UV

Diuji karakteristik fisik dan kimia,

serta kualitas mikrobiologinya

(jumlah lempeng total mikroba)

Diuji karakteristik fisik dan kimia,

serta kualitas mikrobiologinya

(jumlah lempeng total mikroba)

Hasil yang terbaik diambil untuk

dikombinasikan dengan metode HPEF

23

b. Penentuan Frekuensi HPEF

Gambar 11. Diagram Alir Proses Penentuan Frekuensi HPEF

Penelitian Utama

Gambar 12. Diagram Alir Aplikasi Kombinasi Metode UV dan HPEF

Susu kambing

segar

Diberi perlakuan ultraviolet

(berdasarkan hasil dari

penelitian sebelumnya)

Diuji karakteristik fisik dan kimia,

serta kualitas mikrobiologinya

(jumlah lempeng total mikroba)

Diuji karakteristik fisik dan kimia,

serta kualitas mikrobiologinya

(jumlah lempeng total mikroba)

Diberi perlakuan HPEF dengan

taraf frekuensi 10, 15 dan 20 Hz

Hasil yang terbaik diambil sebagai

metode dalam penelitian utama

Susu kambing

segar

Direkontaminasi dengan bakteri

uji Staphylococcus aureus

hingga populasi 105 cfu/ml susu

Disterilisasi menggunakan

autoclave (115 °C selama 3 menit)

Direkontaminasi dengan bakteri

uji Escherichia coli hingga

populasi 105cfu/ml susu

Diberi perlakuan UV

(berdasarkan hasil dari

penelitian sebelumnya)

Diberi perlakuan HPEF

(berdasarkan hasil dari

penelitian sebelumnya)

Diuji mikrobiologis

Diberi perlakuan UV

(berdasarkan hasil dari

penelitian sebelumnya)

Diberi perlakuan HPEF

(berdasarkan hasil dari

penelitian sebelumnya)

Diuji mikrobiologis

24

Rancangan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) untuk melihat pengaruh dari aplikasi jumlah reaktor UV yang

berbeda dan frekuensi HPEF yang berbeda terhadap karakteristik fisik dan kimia

susu kambing, sedangkan penilaian pengaruh aplikasi UV dan HPEF terhadap

kualitas mikroorganisme dilakukan secara deskriptif. Adapun model matematika

rancangan ini menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000) sebagai berikut:

Yij = μ + δi + εij

Keterangan :

Yij = nilai hasil pengamatan dari taraf perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai rataan umum dari pengamatan

δi = pengaruh perlakuan taraf ke-i

εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

Peubah

Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik susu (berat jenis, pH,

viskositas, konduktivitas, titik beku, panas spesifik) dan kimia susu (kadar berat

kering, protein, lemak, laktosa, dan BKTL)

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA),

sedangkan apabila tidak memenuhi uji asumsi maka dianalisis dengan Kruskal Wallis.

Jika pada hasil sidik ragam didapatkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui

perbedaan diantara perlakuan tersebut (Steel dan Torrie, 1995).