Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    1/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    152

    BAGIAN KE-14

    Metamorfosis

    Sesudah mempelajari materi ke-14 ini mahasiswa diharapkan

    dapat :

    Mengenal dan memahami proses dan aspek-aspek

    perkembangan pasca-embrional berupa metamorfosis.

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    2/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    153

    Pada umumnya metamorfosis diartikan sebagai perubahan bentuk dan struktur dari

    larva ke dewasa. Proses perbuahan tersebut terjadi karena perubahan fungsi. Pada tingkat

    sel, metamorfosis terjadi pada spermiogenesis. Pada tingkat organisme terjadi padaAvertebrata maupun Vertebrata. Yang menarik perhatian pada insekta dan Ampfibia.

    Gambar 14.1. Bentuk Metamorfosis yang Terjadi pada Insekta.

    Contoh bentuk-bentuk larva pada berbagai jenis binatang adalah sebagai berikut :

    Nama larva Jenis binatang ( phylum / Classis)

    1. Amphi blastula Porifera

    2. Planula Coelenterata

    3. Larva Muller Cacing pipih

    4. Trochophore Mollusca

    5. Nauplius Crustacea

    6. Ulat / nympha Insekta

    7. Pluteus / Bipinaria Echinodermata

    8. Tornaria Hemi chordata

    9. Lepto cephalus Pisces

    10. Berudu Amphibia

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    3/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    154

    Pada Amphibia (Urodela) dikenal metamorfosis sekunder yang pada musim

    reproduksi Salimandra masuk ke air untuk bertelur. Pada serangga dikenal

    hipermetamorfosis yang perubahan bentuk dan struktur yang disesuaikan dengan perilaku.

    Contoh hipermetamorfosis pada larva yang biasa menjadi larva yang parasit pada

    Hemiptera.Proses metamorfosis menyangkut perubahan struktural (perubahan populasi

    organela), kemudian sel, pergantian / resorbsi sel, penyusunan kembali sel / jaringan,

    pergantian organ. Antara metamorfosis serangga dengan Vertabrata terdapat perbedaan

    prinsip. Sel dan jaringan serangga mengalami reorganisasi dan membentuk zat baru seperti

    pada kulit Chitin. Sel dan jaringan / organ Vertabrata sebagian mengalami pergantian

    misalnya pada kulit anak katak merupakan derivat dari lapis germinativum, bukan

    merupakan proliferasi dari sel epitel kulit berudu. Baik metamorfosis serangga maupun

    Amphibia distimulasi oleh hormon atau enzim-enzim yang terbentuk pada waktu

    metamorfosis. 

    14.1. Metamorfosis serangga

    Perkembangan pada embrio insekta ada 3 pase yaitu Ametabola pada insekta tidak

    bersayap; hemimetabola  (metamorfosis tak sempurna, lewat pase nympha) dan

    holometabola (metamorfosis sempurna,). Pada hemimetabola terjadi perkembangan sayap

    dan gonade pada ekdisis 1-5. Contoh pada Orthoptera,  Hemiptera  dan  Homoptera.

     Holometabola  terjadi kepompong yaitu pada Lepidoptera dan Diptera, lalat buah ;

    Drosophyla.

    14.1.1. Pengendaian hormon pada metamorfosis serangga

    Antara sistem saraf dan hormon terjadi koordinasi dalam proses metamorfosis. Otak

    atau ganglion mengeluarkan neurosekresi untuk memacu kelenjar sehingga menghasilkan

    hormon atau enzim yang akhirnya mempengaruhi sel/organ target, sistem yang tersangkut

    yaitu otak ganglion ventral (penghasil prothoracicotropic hormon / brain hormone) dan

    corpus cardiaca (organ neuro-humoral), corpus allatum penghasil hormon juvenil, kelenjar

     prothorax  penghasil ecdyson (moulting hormone). Kerangka sistem dapat dikaji pada

    gambar halaman berikut.

    Mekanisme kerja dari sistem yang terkait diperankan oleh hormon dari otak.

    Hormon juvenil mempertahankan kehidupan larva. Sekresi hormon otak dapat

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    4/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    155

    mempengaruhi kelenjar prothorax sehingga menghasilkan ecdyson. Sementara itu kadar

    hormon juvenil menurun.

    Gambar 14.2. Gambar Skema Pengaturan Hormonal pada Metamorfosis Serangga.

    Hormon ecdyson dapat mempengaruhi sel epidermis di bawah khitin menghasilkan

    enzim yang melisiskan lapisan chitin (apolisis). Oleh karena itu terjadi pemisahan antara

    chitin dan sel epidermis, kemudian sel epidermis mensintesis chitin baru yang masih lunak

    sebagai pengganti chitin yang sudah rapuh. Tekanan hidrostatik cairan tubuh menyebabkan

    chitin lama pecah di bagian dorsal kepala. Pecah makin memanjang di bagian dorsal, badan

    yang baru muncul sedikit demi sedikit akhirnya muncul sampai duri-duri baru pada kaki.

    14.2. Metamorfosis pada Amphibia

    Metamorfosis Amphibia dikenal sebagai perubahan bentuk berudu menjadi anak

    katak. Yang dapat diamati secara langsung yaitu pertumbuhan kaki dan hilangnya ekor.

    Lama kehidupan larva Amphibia bervariasi dari satu bulan sampai dua tahun. Larva  Bufo 

    selama 1 bulan,  Hyela 2 bulan,  Rana cancrivora 3 bulan,  Rana clamitara 1 tahun,  Rana

    catesbiena 2 tahun.

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    5/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    156

    Metamorfosis terjadi karena penyesuaian lingkungan hidup dari air ke darat. Oleh

    karena itu terjadi perubahan sistem organ tubuh untuk menyesuaikan terhadap

    lingkungannya. Antara lain terjadi perubahan sistem pernafasan dari insang ke paru-paru,

    ekskresi dari pronefros ke mesonefros, sistem saraf: linea lateralis kemudian hilang; sistem

    pencernaan : dari herbivora menjadi carnivora dan sebagainya.Proses metamorfosis secara bertahap yaitu premetamorfosis, prometamorfosis,

    metamorfosis dan postmetamorfosis. Kecepatan metamorfosis dipengaruhi oleh

    temperatur, makanan dan pengaruh hormon.

    Gambar 14.3. Metamorfosis pada Katak yang Ditandai dengan Perubahan Bentuk Luar

    Tubuh dan Struktur Internalnya

    14.3. Pengendalian hormon pada metamorfosis Amfibia.

    Pemacu (trigger ) metamorfosis Amfibia adalah hormon tiroksin. Besar kecilnya

    kadar troksin diekspresikan dalam tahapan metamorfosis. Pengaturan skresi tiroksin

    dilakukan oleh poros hipothalamus-hipofisis-kelenjar tiroid.

    Thyrotropin Releasing Hormon  (TRH) dari hipothalamus mempengaruhi sekresi

    Thyroid Stimulating Hormon  (TSH) dari hipofise. TSH mempengaruhi pertumbuhan dan

    sekresi kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroksin. Kadar tiroksin paling kecil

    menstimulasi pembentukan kaki belakang. Bila kadar tiroksin meningkat sedikit

    mempengaruhi resorbsi intestinum. Kadar meningkat lagi mempengaruhi pembentukan

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    6/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    157

    kaki depan. Kadar paling tinggi menyebabkan pembentukan resorbsi ekor (lihat gambar

    halaman berikut).

    Percobaan untuk membuktikan peranan tiroid yaitu dilakukan thyroidectomi; maka

    metamorfosis tidak terjadi.

    Sebaliknya bila larva dipelihara dalam lingkungan tiroksin, maka metamorfisislebih cepat, tetapi tidak sempurna karena pertumbuhan kaki tertinggal. Selain tiroksin,

    hormon yang terkait dalam metamorfosis yaitu prolaktin dari adenohipofisis. Prolaktin

    sebagai imbangan tiroksin. Bila pengaruh tiroksi terlalu kuat maka ditahan oleh  prolaktin 

    (sebagai antimetamorfosis). Tiroksin tinggi menyebabkan banyak kehilangan air,

    sedangkan prolaktin menghambat kehilangan air. Interaksi tiroksin-prolaktin menyebabkan

    metamorfosis sekunder pada salamandra.

    14.4. Perubahan struktur organ pada metamorfosis.

    Pada metamorfosis terjadi regresi organ larva dan perkembangan organ dewasa.

    Organ yang mengalami regresi antara lain : insang, intestinum dan ekor; yang mengalami

    perkembangan yaitu : paru-paru, anggota badan, kulit dan alat ekskresi. Serum

    (hemoglobin) mengalami perubahan dari fungsi pengikat O2  terlarut dalam air menjadi

    pengikat O2 dari udara. Regresi jaringan dengan cara antolesis, sedangkan perkembangan

    terjadi secara diferensiasi.

    Sistem pencernaan

    Sebagai herbivora, berudu bergigi tanduk, intestinum panjang, pancreas sebagai

    eksokrin. Pada waktu metamorfosis gigi tanduk tanggal. Intestinum menjadi lebih

    pendek karena sebagian besar sel-selnya mengalami resorbsi. Sel baru berasal dari

    lapisan basal menggantikan sel yang sudah degenerasi.

    Sistem integumentum

    Kulit berudu terdiri dari lapisan epitel yang sederhana, tidak banyak sel yang

    menyusun. Setelah metamorfosis sel-sel yang menyusun kulit menjadi kompleks

    dan banyak jenis sel yang menyusun, diantaranya sebagai sel kelenjar.

    Sistem pernafasan

    Insang mengalami degenerasi karena pengaruh tiroksin. Sedangkan kuntum paru-

    paru mengalami proliferasi dan diferensiasi membentuk alveolus. Ada kalanya saat

    pergantian sistem ini sebagai masa kritis bila yang mengalami regresi sudah lanjut

    tetapi alat baru belum berkembang.

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    7/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    158

    Sistem ekskresi

    Alat ekskresi larva semua sebagai pronefros dan mengalami degenerasi.

    Mesonefros berkembang menggantikan prenefros.

    Anggota badan

    Kaki terbentuk dan berkembang karena stimulasi dari tiroksin. Diferensiasikuntum kaki dipengaruhi oleh kadar tiroksin yang tidak terlalu tinggi.

    Daftar Bacaan

    Balinsky. (1976).  An Introduction to Embryology. Fourth Edition. W.B. Saunders

    Company. Philadelphia.

    Carlson, Bruce M. (1988). Patten's Foundations of Embryology.  Fifth Edition. Mc

    Graw Hill Book Company. New York.

    Gilbert, S. F. (1991).  Developmental Biology. 4-th. Edition. Sinauer Association Inc.,

    Massachusetts.

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    8/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    159

    BAGIAN KE-15

    Regenerasi

    Sesudah mempelajari materi ke-15 ini mahasiswa diharapkan

    dapat :

    Mengenal dan memahami aspek dan prinsip-prinsip di dalam

    perkembangan berupa regenerasi .

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    9/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    160

    Regenerasi adalah memperbaiki kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas,

    kembali seperti keadaan semua. Hal tersebut berarti bahwa kemampuan tumbuh dan

    berdiferensiasi tidak terbatas pada embrionya saja tetapi juga sampai dewasa bahkan

    sampai seumur hidup organisme tersebut. Dalam proses regenerasi polaritas akan selalu

    dipertahankan. Daya regenerasi pada berbagai organisme tidak sama. Daya regenerasi padaberbagai organisme tidak sama. Umumnya pada Avertebrata lebih tinggi, kemampuannya

    dari pada Vertebrata, dan pada Mammalia biasanya hanya terbatas pada penyembuhan

    luka, bagian tubuh yang lepas/hilang tidak dapat tumbuh kembali.

    Gambar 15.1. Bentuk-bentuk Regenerasi pada Hewan.

    (Planaria, yang dipotong bagian tengah badannya akan menghasilkan regenerasi bagian

    badan dengan dua kepala).

    Gambar 15.2. Bentuk Regenerasi pada Jaringan yang Rusak atau Terpotong.

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    10/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    161

    Pada Avertebrata, daya regenerasi tertinggi pada Coelenterata dan Planaria, oleh

    karena bila tubuhnya dipotong sampai ukuran kecilpun dapat membentuk individu baru.

    Sedangkan pada Vertebrata, daya regenerasi biasanya banyak dipakai sebagai eksperimen,

    misalnya dengan mata, insang, ekor, rahang atau anggota badan. Pada Anura, regenerasi

    terbatas pada tingkat larva yaitu pada ekor dan anggota badan. Pada Reptilia terbatas padaekor saja. Pelepasan ekor dari tubuhnya tersebut dikenal sebagai peristiwa autotomi. Pada

    Mamalia daya regenerasi terbatas pada jaringan tidak sampai tingkat organ. Regenerasi

     jaringan sering setara dengan penyembuhan luka. Jaringan yang tinggi daya regenerasi

    adalah tulang dan jaringan ikat.

    Pada prinsipnya regenerasi berlangsung melalui 2 cara, yaitu :

    a. epimorfosis (epimorfosis), bila perbaikan disebabkan oleh proliferasi jaringan baru

    yang disebut blastama di atas jaringan lama.

    b. morfalaksis (morfolaksis), bila perbaikan disebabkan karena terjadi reorganisasi

     jaringan lama.

    Regenerasi pada umumnya berlangsung melalui dua cara di atas. Pada jaringan

    luka, sel-sel akan mengalami dediferensiasi sehingga menjadi muda kembali dan bersifat

     pluripoten untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Dengan demikian maka wilayah

    tersebut sel-selnya tidak dapat dibedakan dari mana asalnya. Kemudian akan terbentuk

    blastema  sebagai tunas regenerasi pada permukaan bebas. Dari luka yang terbentuk.

     Blastema ini berasal dari penimbunan sel-sel yang telah mengalami defirensiasi.  Blastema 

    kemudian mengadakan proliferasi, yang akhirnya akan berhenti jika blastema mencapai

    ukuran maksimal. Proses berikutnya akan terjadi rediferensiasi sel-sel secara serentak dan

    dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut.

    Telah dikemukakan bahwa pada Mammalia daya regenerasi sangat rendah dan

    terbatas pada tingkat jaringan yaitu tulang, tulang rawan, otot, saraf, jaringan ikat dan juga

    beberapa kelenjar. Tulang merupakan jaringan yang paling mudah mengadakan regenerasi

    terutama kalau terjadi patah tulang. Mula-mula darah membeku di tempat patahan

    ( fraktur ), disusul dengan hancurnya matrix tulang dan osteosit di tempat itu mati.

    Periosteum dan endosteum sekitar patahan bereaksi dengan terjadinya proliferasi fibroblast.

    Hasilnya akan terjadi penumpukan sel-sel di celah patahan. Tulang rawan hialin akan

    tumbuh di tempat itu, kemudian terjadi osifikasi. Trabekula akan terbentuk di celah

    patahan, yang menghubungkan kedua ujung patahan disebut kalus. Osifikasi berjalan terus

  • 8/17/2019 Materi E-Learning REH Bagian XIV-XV 2009

    11/11

     

    Materi E-learning Reproduksi dan Embriologi Hewan

    Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2009

    162

    sampai celah terisi kembali dengan bahan tulang. Jika kerusakan tulang itu besar maka sel

    fibroblast di tempat patahan akan membentuk.

    Regenerasi pada sel otot lurik dilakukan oleh sel satelit yang tersebar pada lamina

    basalis yang membungkus serabut otot. Ketika terjadi kerusakan, sel-sel satelit di

    sekitarnya menjadi aktif dan berproliferasi membentuk sel otot lurik baru. Sel otot polosdapat beregenerasi sendiri dengan melakukan mitosis berulang-ulang untuk menggantikan

    yang rusak. Eksperimen pada larva  Ambystoma maculatum menunjukan bahwa blastema

    bersifat mosaik, sehingga perkembangannya akan tergantung pada bagian-bagian yang

    mana dari blastema berasal.

    Daftar Bacaan

    Balinsky. (1976).  An Introduction to Embryology. Fourth Edition. W.B. Saunders

    Company. Philadelphia.

    Carlson, Bruce M. (1988). Patten's Foundations of Embryology.  Fifth Edition. Mc

    Graw Hill Book Company. New York.

    Gilbert, S. F. (1991).  Developmental Biology. 4-th. Edition. Sinauer Association Inc.,

    Massachusetts.