84
MENANAM BAKTERI PADA PERBENIHAN Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi keadaan lingkungannya, misalnya suhu, pH, tekanan osmotik, kandungan oksigen serta nutrisi sebagai sumber energi. Untuk menumbuhkan bakjteri-bakteri di laboratorium diperlukan media buatan yang telah disesuaikan dengan keadaan alami dari bakteri tersebut. Selain itu untuk uji-uji di laboratorium dalam mempelajari suatu jenis bakteri agar mendapatkan hasil yang baik harus menggunakan prosedut yang benar. Hal ini terutama untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri, yaitu kontaminasi bakteri lingkungan ke dalam perbenihan yang akan ditanami atau kontaminasi bakteri yang ditanam ke dalam lingkungan sekitar. Kontaminasi ke lingkungan sekitar ini akan berbahaya apabila bakteri yang digunakan adalah patogen. Tujuan Praktikum : - Mempelajari cara menanam bakteri (biakan murni) ke dalam berbagai perbenihan lain yang sesuai, secara steril tanpa kontaminasi dari luar. - Melatih cara menanam untuk mendapatkan koloni pertumbuhan bakteri yang terpisah agar memperoleh biakan yang murni. Bahan dan Alat yang disediakan : 1. Biakan Murni Umur 24 jam dalam kaldu alkasli (biakan cair) a. Staphylococcus sp. b. Escherichia coli Biakan Murni Umur 24 jam dalam agar plat alkalis (biakan padat) a. Staphylococcus sp. b. Escherichia coli 2. Perbenihan media steril yang disediakan :

MATERI GABUNGAN

Embed Size (px)

Citation preview

MENANAM BAKTERI PADA PERBENIHAN

Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi keadaan lingkungannya, misalnya suhu, pH, tekanan osmotik, kandungan oksigen serta nutrisi sebagai sumber energi. Untuk menumbuhkan bakjteri-bakteri di laboratorium diperlukan media buatan yang telah disesuaikan dengan keadaan alami dari bakteri tersebut. Selain itu untuk uji-uji di laboratorium dalam mempelajari suatu jenis bakteri agar mendapatkan hasil yang baik harus menggunakan prosedut yang benar. Hal ini terutama untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri, yaitu kontaminasi bakteri lingkungan ke dalam perbenihan yang akan ditanami atau kontaminasi bakteri yang ditanam ke dalam lingkungan sekitar. Kontaminasi ke lingkungan sekitar ini akan berbahaya apabila bakteri yang digunakan adalah patogen.

Tujuan Praktikum :- Mempelajari cara menanam bakteri (biakan murni) ke dalam berbagai perbenihan

lain yang sesuai, secara steril tanpa kontaminasi dari luar.- Melatih cara menanam untuk mendapatkan koloni pertumbuhan bakteri yang

terpisah agar memperoleh biakan yang murni.

Bahan dan Alat yang disediakan :1. Biakan Murni Umur 24 jam dalam kaldu alkasli (biakan cair)

a. Staphylococcus sp.b. Escherichia coliBiakan Murni Umur 24 jam dalam agar plat alkalis (biakan padat)a. Staphylococcus sp.b. Escherichia coli

2. Perbenihan media steril yang disediakan :a. Kaldu alkalis dalam tabungb. Agar miring alkalis c. Agar tegak alkalis d. Agar plat alkalise. Agar alkalis yang sedang mencari dalam tabung

3. Cawan petri steril4. Usa dengan tungkai panjang

a. Lurus : untuk tusukan pada agar tegakb. Bengkok : untuk agar plat atau agar miring

5. Penangas air panas6. Lampu spiritus7. Rak

Buatlah etiket pada semua perbenihan :

- Nama bakteri

- Tanggal penanaman

- Kelompok praktikum

Pemberian etiket pada cawan petri ditulis pada dasar cawan, sedangkan pada tabung ditulis dibagian sebelah bawah mulut tabung.

1. Menanam pada perbenihan kaldu (media cair)Cara Kerja :a. Pegang dengan tangan kiri :- Biakan murni sebelah kiri

- Perbenihan kaldu steril sebelah kananb. Putar tutup tabung percobaan tersebut setengah keluarc. Dengan tangan kanan ambil usa dan kemudian sterilkan di atas nyala lampu

spiritus, dari ujung sampai pangkal usa, terutama mata usa, dibiarkan sampai merah pijar di atas nyala api tersebut.

d. Ambil semata usa dari biakan murni : Jika mengambil dari biakan cair (kaldu) :

- Dengan jari kelingking tangan kanan, ambil tutup biakan murni.

- Sterilkan mulut tabung biakan murni yang telah dibuka diatas nyala api spiritus untuk menjaga kontaminasi dari luar.

- Ambil biak cair dengan usa steril dengan cara menyentuhkan pada biakan lalu ditanam pada media steril. Pengambilan tidak boleh tergesa-gesa sebab bila usa masih terllau panas, maka bakteri akan mati, dan tidak akan tumbuh sekalipun dipupuk pada perbenihan yang sesuai.

- Mulut tabung disterilkan lagi dan disumbat kembali. Jika mengambil dari biakan padat (alkalis agar miring) :

- Ambil tutup biakan murni

- Sterilkan mulut tabung

- Usa yang sudah disterilkan dimasukkan dalam tabung biakan murni seperti di atas, disentuhkan pada dinding tabung sebelah atas dan kemudian pada kondensasi air dibawah supaya menjadi dingin.

- Ambil satu mata usa biakan dengan tidak merusak permukaan perbenihan

- Mulut tabung disterilkan dan disumbat kembali

- Dengan jari kelingking tangan kanan ambil sumbat kapas dari kaldu steril

- Mulut tabung disterilkan

- Usa yang sudah dibebani bakteri tersebut di aras ditanamkan pada kaldu steril

- Mulut tabung disterilkan lagi dan disumbat kembalie. Usa disterilkan seperti di atas dan diletakkan pada tempatnya dengan mata usa

disebelah atas sedangkan pangkalnya dibawah.2. Menanam pada perbenihan agar miring (nutrient agar slant)

Fungsi : untuk media penyimpanan (stock media)a. Pindahkan semata usa biak cair Escherchia colib. Ulangi prosedur itu dengan biak padat Staphylococcus sp.

Cara kerja :

Sama seperti di atas, hanya pada waktu memupuk bakteri, usa dimasukkan ke dalam dasartabung perbenihan sampai mengenai kondensasi air, lewat atas permukaan perbenihan miring dengan tanpa merusak medium. Dengan tidak ditekan, goyangkan sedikit sambil ditarik ke arah luar buatlah garis zig-zag. Batang ataupun tungkai usa tidak boleh menyentuh medium atau yang lain. Mulut tabung disterilkan ditutup kembali dan usa disterilkan.

3. Menanam pada perbenihan agar tegaka. Pindahkan semata usa dari biak padat Escherichia coli ke dalam agar tegak sterilb. Ulangi prosedur di atas dengan biak padat Staphylococcus sp.

Cara Kerja:

Sama seperti di atas, hanya pada waktu memupuk bakteri, usa yang telah dibebani bakteri itu ditusukkan tegak lurus pada perbenihan agar, dan tangkai usatidak boleh sampai mengenai medium.

4. Isolasi menurut cara lempeng tuangCara kerja :a. Dua tabung percobaan yang steril setengah penuh dengan perbenihan agar padat

steril, dipanaskan sampai agar itu mencair seluruhnya. Pekerjaan ini dapat dilakukan di dalam penangas air (water bath) atau autoclave.

b. Perbenihan agar dalam tabung yang telah mencair tersebut didinginkan sampai 48-50°C dan dibiarkan pada suhu itu.

c. Perbenihan agar cair tersebut ditanami dengan seusabiakan dari Staphylococcus albus dalam kaldu yang disediakan. Tabung digoyang diantara telapak tangan untuk meratakan bakteri diseluruh perbenihan.

d. Perbenihan kemudian dituangkan pada cawan petri yang steril dengan menyikap tutupnya sekedar untuk memungkinkan ujung tabung masuk ke dalamnya. Cawan petri kemudian digerak-gerakkan dengan perlahan-lahan untuk meratakan perbenihan dan sesudah itu dibiarkan dingin.

e. Prosedur itu diulangi dengan biakan murni Escherichia coli.

5. Isolasi menurut cara lempeng garis ( T-Method)Tujuan : mencari koloni terpisah Cara Kerja :a. Usa disterilkan dengan lampu spiritusb. Dengan mata usa, pindahkan biak cair Staphylococcus sp. ke perbenihan agar

dalam cawan petri dengan digoreskan di suatu daerah kecil di tepi plat, selanjutnya usa disterilkan lalu buatlah goresan melintang dari bagian goresan pertama dan dilanjutkan dengan goresan melintang dari goresan ke-2 dan begitu seterusnya.

c. Ulangi prosedur di atas dengan biak Escherichia coli.

Gambar Teknik Isolasi :

A. B.

C. D.

Inkubasi/Pengeraman Perbenihan yang Ditanam

Semua perbenihan yang telah dimasukkan dalam inkubator dengan suhu 37°C. Cawan petri harus diletakkan terbalik untuk menghindarkan kondensasi air pada tutupnya sehingga tidak terjadi penetesan air pada perbenihan yang ditanami. Periksalah hasilnya setelah 24 jam kemudian catat hasilnya.

MATERI PERBENIHAN BAKTERI

Bakteri termasuk dalam golongan prokariot. Sel prokariot memiliki ukuran yang sangat kecil. Rata-rata ukuran bakteri yaitu 0,2 mikrometer sampai 10 mikrometer, sedangkan bakteri yang berbentuk spiral dapat mencapai 100 mikrometer.

Bakteri memiliki struktur yang lebih sederhana dibandingkan dengan eukariot. Susunan struktur sel bakteri :

a. Inti /nukleusb. Membran sitoplasmac. Dinding sel bakteri

Staphylococcussp.adalah bakteri kelompok gram positif yang memiliki bentukcoccus atau berbentuk

bulat. Staphylococcus sp. bersifat gram positif, dan fakultatif anaerob. Kebanyakan adalah mikroflora yang normal hidup pada manusia. Sering ditemukan di kulit dan selaput mukosa seperti usus & mulut.

Escherichia coliEscherichia coli biasanya hidup di dalam intestinum pada manusia ataupun hewan,

memiliki gram negative, dan fakultatif anaerob. Merupakan makhluk prokariot. Pada kondisi tertentu bisa menjadi pathogen atau dapat menyebabkan penyakit. Dan bakteri ini juga dapat menyebabkan keracunan makanan, dan yang paling sering adalah dapatmenyebabkan diare serta beberapa penyakit yang sejenis.

Teknik AseptikSebelum benar-benar dilakukan proses kultur mikroorganisme, pertama kali kita harus

mempertimbangkan bagaimana agar tidak terjadi kontaminasi. Mikroorganisme adadimana-mana. Karena ukurannya yang sangat kecil, mereka mudah lepas dalam udara danpermukaan.

Beberapa cara yang digunakan saat praktikum:- Setiap perlakuan diusahakan dilakuan secara aseptis (di dekat api bunsen dengan

posisi memeluk)  berfungsi agar saat inokulasi, bahan serta alat gelas yang digunakan tetap steril

- Di panaskan jarum ose hingga membara berfungsi untuk mensterilisasi jarum sebelum digunakan dari mikroorganisme lain.

- Dipanaskan bibir tabung berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme lain.

Macam-macam media perbenihan:a. Mixed culture : berisi dua atau lebih spesies mikroorganismeb. Plate culture : media padat dalam petridishc. Slant culture : media padat dalam tabung reaksid. Stap culture : media padat dalam tabung reaksi, tetapi penanamannya dengan cara

penusukane. Liquid culture : media cair dalam tabung reaksif. Shake culture : media cair dalam tabung reaksi yang penanamannya dikocok

Perbenihan (media steril) yang digunakan pada praktikum:1. Kaldu alkalis (media cair)

Media kaldu biasanya terdiri dari air, kaldu (daging sapi), dan pepton.Tanda bakteri tumbuh pada media ini :- Warna kaldu menjadi keruh- Terdapat massa (seperti kapas melayang)- Terdapat endapan pada dasar tabung

2. Agar miring alkalis (nutrient agar slant)Medium agar miring adalah medium yang dibuat dalam tabung reaksi yang diletakkan miring pada waktu pendinginan. Biasanya digunakan usa bengkok dan digoreskan dengan membentuk garis zig-zag. Digunakan arah zig – zag agar memungkinkan koloni yang terbentuk tersebar merata dan tampak jelas serta tidak bertumpuk dari koloni yang akan terbentukKeuntungan :

- kontaminasi rendah- memperluas bidang dan digunakan sebagai media penyimpanan (stock

media)Kerugian :

- hanya memuat sedikit mikroorganisme

3. Agar tegak alkalisPada media ini digunakan use lurus yang dimasukkan dengan cara menusukkan (metode tusuk). Media agar tegak juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan Oksigen.

4. Agar plat alkalis yang sedang mencairPada medium ini digunakan cara isolasi lempeng tuang. Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (48-50oC) untuk dituang bersama suspense bakteri ke dalam cawan petri lalu dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam dalam agar sehingga terdapat sel yang tumbuh di permukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak begitu banyak mengandung oksigen.

5. Agar plat alkalisMedium ini menggunakan cara isolasi lempeng garis. Teknik penanaman dengan goresan bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya (mendapatkan koloni yang terpisah) agar memperoleh biakan yang murni. Ada 3 teknik penanaman dengan goresan (streak):a. Goresan sinambung :

Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar· Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.

b. Goresan T (yang digunakan pada praktikum)Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker. Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag. Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna. Lakukan hal yang sama pada daerah 3

c. Goresan KuadranHampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

MORFOLOGI KOLONI, MORFOLOGI BAKTERI DAN MOTILITAS BAKTERI

Untuk identifikasi sifat-sifat suatu bakteri, bakteri yang digunakan haruslah bakteri yang murni. Beberapa langkah awal dalam mempelajari sifat-sifat bakteri antara lain dengan cara mempelajari morfologi koloni, morfologi bakteri, dan motilitas bakteri serta dengan mepelajari sifat Gram. Tipe-tipe morfologi koloni antara lain:

1. Bentuk koloni : circular, irregular, spindle, filamentous, rhizoid, punctiform 2. Sudut batas koloni : flat, raised, convex, umbonate, pulvinate3. Tepi koloni : entire, undulate, lobate, erose4. Bagian dalam koloni : curled, filamentous, granular

Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi ke dalam 3 golongan besar, yaitu:

1. Kokus (coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:

Micrococcus : jika kecil dan tunggal Diplococcus : jika berganda dua-dua Tetracoccus : jika bergandengan empat Sacrina : jika bergerombol membentuk kubus

Stapyhlococcus : bergerombol seperti buah anggur Streptococcus : bergandengan membentuk rantai

2. Basil (bacillus) adalah bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:

Diplobacillus : bergandengan dua-dua Streptobacillus : bergandengan membentuk rantai

3. Spiril (spirilum) adalah bakteri berbentuk lengkung, dan mempunyai variasi sebagai berikut:

Vibrio : lengkung kurang dari setengah lingkaran Spiral : lengkung lebih dari setengah lingkaran

Bentuk tubuh/ morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu, untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.

Motilitas bakteri dapat dipelajari dengan beberapa cara, antara lain dengan cara melihat flagella bakteri melalui pengecatan flagella, dengan cara membuat preparat tetes bergantung (hanging drop), atau dengan cara menanam bakteri pada perbenihan.

Motilitas bakteri adalah pergerakan bakteri yang biasanya dipengaruhi oleh ada tidaknya flagella (bulu cambuk). Flagella merupakan rambut tipis mencuat menembus dinding sel dan bermula dari tubuh dasar. Flagella terdiri dari tiga bagian: tubuh dasar, struktur seperti kait, dan sehelai filamen panjang. Panjang flagella biasanya beberapa kali lebih panjang dari selnya dan lebih kecil diameternya daripada diameter selnya. Bukti untuk mengetahui ada tidaknya flagella dapat diperoleh dengan cara memeriksa bakteri untuk melihat adanya pergerakan. Bakteri menurut flagellanya dapat dibedakan menjadi:

Monotrikus : flagella hanya satu diujung salah satu sisi Amphitrikus : flagella di tiap sisi hanya satu Lepotrikus : pada kedua ujung banyak terdapat flagella Peritrikus : flagella terdapat di seluruh permukaaan bakteri Atrikus : tidak memiliki flagella

Beberapa contoh morfologi bakteri:

1. B.subtilis Bentuk koloni : irregular Tepi koloni : undulate Basil Gram (+), motil, α-hemolitik Sudut batas : raised

2. Staphylococcus Bentuk koloni : circular Tepi koloni : entire Sudut batas : convex Gram (+), non-motil

3. Streptococcus Bentuk koloni : punctiform Tepi koloni : entire Sudut batas : convex

Gram (+), non-motil

Staphylococcus mempnyai 3 jenis hemolisis, yaitu :

1. Alfa : complete (menghemolisis sempurna) dapat menghemolisis sel darah merah kelinci, kambing, domba namun tidak dapat menghemolisis darah manusia. Dalam dosis yang cukup besar dapat menghancurkan trombosit dan sel darah putih kelinci namun tidak dapat melakukan pada darah manusia. Timbul zona terang pada plat agar darah disekeliling koloni.

2. Beta : incomplete (menghemolisis tidak sempurna) dapat menyebabkan terjadinya hot-cold lysis pada sel darah merah domba dan sapi. Timbul zona kehijauan disekeliling koloni pada plat agar darah.

3. Gamma : non-hemolisa, tidak terlihat zona terang.

Streptococcus mempunyai 3 jenis hemolisis, yaitu :

1. α-hemolisis : menimbulkan hemolisis sel darah merah yang mengakibatkan pemudaran warna hijau disekitar koloni yang disebabkan oleh pembentukan hemoglobin. Ex : Streptococcus viridans

2. β-hemolisis : menghemolisis sel darah merah dengan menghasilkan warna yang sepenuhnya bening yang didalamnya tidak tersisa warna lain. Terjadi karena sekresi 2 hemolisisn yang berlawanan yaitu Streptolisisn S dan streptolisin O.

3. γ-hemolisis : organisme ini tidak hemolitik sehingga tidak mempunyai pengaruh pada sel darah merah dalam medium agar (tidak terlihat zona terang)

Tujuan praktikum:

Mempelajari beberapa sifat bakteri berdasarkan morfologi koloni, morfologi sel bakteri serta motilitasnya. Sifat-sifat tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu bakteri.

Bahan yang disediakan:

A. Biak murni umur 24 jam dari: - B. subtilis dalam kaldu

- B. subtilis dalam plat agar alkalis

- Staphylococcus sp. Dalam kaldu darah

- Staphylococcus sp. Dalam plat agar darah

- Streptococcus sp. Dalam kaldu darah

- Streptococcus sp. Dalam plat agar darahB. kaca benda khusus untuk preparat tetes bergantungC. kaca tutup, vaselinD. usa, lampu spiritus, kaca pembesarE. mikroskop

untuk pengamatan hasil penanaman bakteri yang perlu diperhatikan adalah:

1. Amati pertumbuhan bakteri pada masing-masing teknik penanaman pada media tersebut. Untuk mempelajari dan mengidentifikasi bakteri perlu diperhatikan morfologi koloni, morfologi sel, dan motilitas.

2. Amati morfologi koloni pada pelat agar alkalis dan pelat agar darah. Pada pelat agar darah amati juga sifat hemolitik dari bakteri tersebut, menghemolisa darah atau tidak. Masing-masing bakteri mempunyai morfologi koloni yang berbeda-beda.

3. Amati motilitas bakteri.

Percobaan yang dilakukan :

Membuat dan mengamati preparat tetes bergantung untuk melihat morfologi sel dan motilitas bakteri (dari biak murni dalam perbenihan cair tersebut diatas).

Cara kerja:

- Ambil kaca tutup. Beri vaselin pada sudut-sudutnya.

- Tempelkan seusa perbenihan cair yang mengandung biak murni bakteri di atas dan ditengah-tengah kaca tutup. Mengambilnya medium tidak terlalu banyak, sebab bila terlalu banyak nanti akan tumpah pada waktu dibalikkan.

- Ambillah kaca benda (khusus untuk preparat tetes bergantung). Tempatkan sedemikian rupa diatas kaca tutup sehingga kaca benda kaca tutup saling melekat dan tetesan medium yang mengandung bakteri tersebut terletak ditengah-tengah cekungan kaca benda. Dengan cepat kaca benda dibalikkan tanpa mengganggu tetesan.

- Tempatkan kaca benda itu dibawah mikroskop. Periksalah dengan menggunakan perbesaran lemah. Jika tetesan sudah nyata tempatnya dan bakteri sudah ditemukan, maka pergunakanlah minyak emersi dan periksalah baik-baik. Keadaan yang lebih detail dapat dilihat jika cahaya dikurangi sampai bidang penglihatan seluruhnya menjadi abu-abu.

- Amati mengenai: bentuk bakteri, persamaan besarnya, aturan letak, motilitasnya.

- Gambarlah apa yang saudara amati.

PENGECATAN BAKTERI

Pengecatan juga merupakan langkah awal dalam mengidentifikasi suatu bakteri. Dengan pengecatan, selain dapat mengetahui sifat bakteri, dapat juga untuk mengetahui bentuk bakteri dan kapsulanya. Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang baik, selain harus melakukan prosedur yang telah baku, juga harus dilakukan latihan yang berulang-ulang.

Tujuan praktikum:

Mempelajari cara-cara melakukan pengecatan terhadap bakteri yang meliputi pembuatan preparat apus yang baik serta pengecatan gram, pengecatan sederhana, pengecatan spora, pengecatan tahan asam, dan pengecatan Giemsa.

I. Bahan yang disediakan:1. Biak murni umur 24 jam dalam kaldu alkalis

a. Escherichia colib. B.subtilisc. Staphylococcus spd. Streptocococcus sp

2. Biak murni umur 24 jam dalam agar miring alkalisa. Escherichia colib. B.subtilisc. Staphylococcus spd. Streptocococcus sp

3. Kaca benda4. Larutan NaCl fisiologis5. Bahan pengecatan6. Usa, lampu spiritus, rak7. Mikroskop

II. Percobaan yang dilakukan:A. Membuat preparat apus1. Langsung dari sampel penderita

Untuk membuat preparat apus bisa secara langsung dari sampel penderita maupun dari biak bakteri. Sampel dari penderita misalnya: pus (leleran dari telinga, hidung, urine). Preparat yang dibuat langsung dari sampel penderita kemungkinan akan ditemukan bakteri dengan morfologi sel yang bermacam-macam berarti bakteri tersebut tidak murni. Bila preparat dibuat dari biak yang sudah dimurnikan akan tampak bakteri dengan morfologi sel yang sama/seragam.

Cara:-apuskan sampel pada objek glass secara tipis, keringkan, kemudian fiksasi dengan cara melewatkan objek glass tersebut di atas nyala api.2. dari biak murni dalam kaldu alkalis/biak cair-tempatkan seusa biak murni tersebut pada kaca benda yang bersih, apuskan diatasnya kira-kira seluas ±2 cm2

-tempatkan kaca benda tersebut pada posisi miring pada rak bagian yang dibebani bakteri di sebelah dalam, dan biarkan sampai kering.-sesudah kering, preparat apus tersebut difiksasi pada kaca benda dengan melewatkan di atas nyala api 3-4 kali.

3. Dari biak murni dalam agar alkalis/biak padat

-tempatkan seusa NaCl fisiologis di atas kaca benda yang bersih

Dengan usa diambil sedikit biakan dari perbenihan padat, kemudian dicampurkan dengan larutan NaCl fisiologis yang ada di kaca benda tersebut di atas.

-tempatkan pada rak (seperti butir 1)

-sesudah preparat apus kering, lakukan fiksasi (seperti pada butir 1). Preparat apus yang telah dibuat tersebut siap diwarnai/dicat.

B. Melakukan pengecatan

1. Pengecatan sederhana

-warnai preparat apus tersebut dengan air fuchsin selama 1-2menit

-cat dibuang, dicuci di bawah kran sampai warna tidak keluar lagi.

-keringkan, amati dan gambarlah

2. Pengecatan gram

-preparat diwarnai dengan gentian violet ……………………………....................2 menit

-cat dibuang, jangan dicuci

-beri larutan lugol (Gram’s Iodine)…………………………………………………..1 menit

-Tambahkan dengan alkohol 95%.........................................................................1 menit

-alkohol dibuang, dicuci di bawah kran sampai warna tidak keluar lagi

-keringkan, amati dan gambarlah

Gram (+) sel berwarna violet, background kemerahan

Gram (-) sel berwarna merah, background kemerahan

Selain dengan pengecatan gram untuk mengetahui bakteri gram positif atau negative dapat dilakukan dengan 3%KOH. Caranya : campurkan 1 usa biak murni bakteri dengan 3%KOH pada objek glass. Gram negative akan terjadi lendir, gram positif tidak terjadi lendir.

3. Pengecatan Giemsa (terhadap preparat film darah)

Cara cepat:

-buat preparat film darah dan fiksasi dengan methanol

-tetesi preparat film darah dengan larutan giemsa selama ±30 menit

-cuci di bawah kran

-keringkan, amati dan gambarlah

4. Pengecatan spora (terhadap preparat apus dari biak Escherichia coli dan B.subtilis)

Terdapat 2 metode, yaitu : Ziehl Neelsen’s dan Wirtz

a. Ziehl Neelsen’s -warnai preparat apus dengan carbol fuchsin yang menguap di atas api kecil......................................................................................................3-5 menit-cat dibuang-tambahkan dengan asam cuka 5%.........................................................30 detik-cuci di bawah kran-warnai dengan methylene blue…………………………………………….5 menit-cat dibuang, cuci di bawah kran sampai tidak keluar warna lagi-keringkan, periksa, dan gambarlah

b. Wirtz

-warnai preparat apus dengan Malachite green yang menguap di atas api kecil……3-5 menit

-cuci di bawah kran

-warnai dengan safranin………………………………………………………………..3-5 menit

-cat dibuang, cuci di bawah kran sampai tidak keluar warna lagi

-keringkan, periksa, dan gambarlah

5. pengecatan Tahan Asam Ziehl Neelsen’s (terhadap preparat apus dari Mycobacterium sp.)

Teknik pewarnaan:

1. Preparat ditutup dengan cat carbol fuchsin. Dipanasi dengan lampu spiritus sampai menguap. Tidak boleh sampai mendidih selama…………………………….5 menit

2. Cat dibuang, tidak dicuci3. Tambahkan dengan zoutzuur alkohol (3% HCL dalam alkohol 95%)

selama…………………………………………………………………………..5 detik4. Cuci di bawah kran5. Warnai dengan methylene blue………………………………………………...2-3

menit6. Cat dibuang, cuci di bawah kran7. Keringkan, periksa, dan gambarlah

Pengecatan Bakteri

Materi Tambahan

Langkah awal dalam : mengetahui sifat bakteri, mengetahui bentk bakteri dan kapsulnya, mengidentifikasi suatu bakteri.

Biak murni diperoleh dari kaldu alkalis dan agar miring alkalis.

Fiksasi dialakukan dengan dua cara kimia yaitu dengan Methanol dan Fisik yaitu dengan melewatkan diatas nyala api

Fiksasi dengan nyala api bertujuan untuk mematikan mikrooorganisme dan menempatkannya pada kaca benda.

Fiksasi dengan methanol bertujuan untuk memperkuat pewarnaan dan melekatkan pada glass object.

Fungsi dari NaCl Fisiologis adalah untuk mengencerkan agar bakteri dapat merata tersebar dan tidak saling menumpuk.

Banyak mikroorganisme yang tampak tidak berwarna dan sulit dilihat melalui mikroskop cahaya. Pengecatan bakteri secara umum dibagi menjadi 2, yaitu pengecatan sederhana dan pengecatan diferensial.

Pengecatan sederhanaPengecatan yang digunakan untuk mewarnai sel keseluruhan secara merata disebut dengan pengecatan sederhana. Kegunaan pengecatan ini untuk melihat bentuk (morfologi) dan susunan sel. Zat warna yang biasanya digunakan adalah methylene blue dan crystal violet (Kratz, 2005). Zat warna yang digunakan bersfat alkalin (komponen kromosomiknya bermuatan +).

Pada praktikum digunakan air fuchsin untuk mengetahui morfologi sel bakteri.

Pengecatan diferensialBeberapa pengecatan akan bereaksi secara berbeda pada suatu tipe sel daripada sel lainnya. Pengecatan ini dinamakan pengecatan diferensial. Karena pengecatan ini bereaksi secara berbeda dengan tipe sel yang berbeda, pengecatan ini dapat mengidentifikasi kunci karakteristik suatu sel (Kratz, 2005).

Pengecatan diferensial dibagi lagi atas:1. Pengecatan gram

Berdasarkan pengecatan gram, bakteri dibagi menjadi 2 golongan, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau Kristal violet. Utamanya, pengecatan ini mendeteksi peptidoglikan yang berupa lapisan tebal (50-90% dari dinding sel) pada bakteri gram positif, sedangkan bakteri gram negative hanya mempunyai peptidoglikan yang tipis (10% dari dinding sel) (James et al, 2008) .

Ada beberapa langkah dalam pengecatan. Setelah apusan bakteri disiapkan, zat warna ungu atau crystal violet/gentian violet diteteskan ke dalam apusan dan dibiarkan agar sel mengikat zat warna. Karena digunakan pertama kali maka zat warna tersebut disebut dengan cat primer (primary stain/initial stain). Crystal violet kemudian dibuang dan larutan iodine diteteskan. Iodine mengikat zat warna dari crystal violet sehingga tidak mudah hilang dari sel ketika dicuci. Karena iodine membantu mengikat zat warna ke sel, maka disebut dengan mordan. Setelah iodine dibersihkan, larutan aseton dan alcohol sebagai decoloryzer dapat diberikan. Larutan ini disebut dengan mordan karena larutan ini membuang warna ungu pada bakteri gram negative. Larutan ini kemudian dibuang, dan kemudian zat warna pink yang kedua, safranin/air fuchsin diberikan. Zat warna ini disebut dengan counterstain atau pewarna tandingan. Pada bakteri gram positif , counterstain yang berwarna pink berikatan pada sel, tetapi tidak terlihat karena cat primer ungu yang lebih gelap.

Maka dari itu, bakteri gram positif akan tampak berwarna ungu pada akhir pengecatan dengan background berwarna kemerahan. Pada bakteri gram negative, decolorizer akan membuang membrane terluar sel dan membuat crystal violet dan zat iodine terbuang dari dinding sel yang tipis, sehingga membuat sel menjadi tak terwarnai. Ketika counterstain pink diberikan , ini akan tampak berwarna pink/merah pada sel (Kratz, 2005).

Bakteri yang tetap berwarna ungu dengan pewarnaan oleh Kristal violet disebut bakteri gram positif, misalnya Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus. Karena gram + tahan terhadap alcohol, sedangkan bakteri yang warna ungunya hilang jika dibilas dengan alkohol, tetapi tetap berwarna merah muda karena menahan warna merah safranin disebut bakteri gram negatif, misalnya Escherichia coli, pseudomonas aeruginosa. Dan tidak tahan terhadap alcohol. Beberapa bakteri tidak terwarnai dengan pewarnaan gram, misalnya Mycobacterium sp karena dinding selnya mengandung banyak lipid, sehingga digunakan pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasinya (James et al, 2008).

2. Pengecatan giemsa

Untuk melihat bakteri dalam darah. Untuk identifikasi jenis protozoa al. Tripanosoma, Leismaniae, Plasmodia, Bartomeliae. Tidak menggunakan pengecatan tahan asam karena preparat bisa rusak akibat fiksasi diatas nyala api.

Akan terlihat eritrosit warna merah muda, nucleus warna ungu kebiruan, sitoplasma leukosit warna ungu muda, granula lekosit eusinofil warna ungu tua, neutrofil warna ungu muda, basofil warna ungu muda.

Menggunakan bakteri pasteurellae. Menggunakan larutan giemsa absolute.

3. Pengecatan spora

Spora bakteri berfungsi untukmelindungi diri dari lingkungan yang tidak egutungkan, mis: panas, pengaruh obat-obatan. Spora yang dibentuk disebut endospora karena spora yang dibentuk didalam sel. Dinding spora relative tidak tembus, ini yang mencegah hilangnya zat warna spora . dapat dilakukan dengan 2 cara :

- Metode Ziehl-neelsenKarbol fuchsin yang dipanaskan agar dnding bisa tembus zat warna (merah), asam cuka 5% sebagai decoloryzer,methylene blue sebagai zat warna kedua untuk mewarnai sel vegetatifnya.Jika tidak tahan asam setelah ditambah asam cuka 5% spora tidak akan berwarna .

- Metode writzMenggunakan Malachite green/ carbool fuchsin (dipanaskan agar cat menguap bertujuan untuk mengintensifikasi pengecatan) dan safranin (sebagai pewarna sel vegetatifenya)Genus bakteri spora : Bacillus, sporolactobacillus, clostridium, sporosarcina.Letak spora bakteri : 1. Terminal, diujung

2. equarotial, ditengah3. sub terminal, diantara ujung dan tengah4. bebas

4. Pengecatan tahan asamPada praktikum menggunakan mycobacterium tuberculosis karena mempunyai lapisan lipid yang tebal. Dinding sel mengandung peptidoglikan, arabinogalaktan, lipid.Zoutzur alcohol sebagai decoloryzer. BTA (Bakteri Tahan Asam) = merahBTTA (Bakteri Tidak Tahan Asam)= biruPengecatan ini digunakan untuk mengetahui apakah bakteri mempunyai dinding sel yang lunak. Hal ini penting untuk mendeteksi agen penyebab lepra (Mycobacterium leprae) dan tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis). Mycobacterium mempunyai material lilin (asam mikolat) pada dinding selnya. Zat warna yang biasanya digunakan adalah crystal violet dan safranin. Pada pengecatan ini sel bakteri akan berwarna merah muda tetapi sel jaringan akan berwarna hijau (James et al, 2008). Bakteri Tahan Asam (BTA) positif artinya setelah diberi warna kemerahan yang sangat asam, bakteri tersebut masih bertahan dan tampak sebagai batang-batang berkelompok berwarna kemerahan (Achmadi, 2006).

Pada pengecatan ini, decolorizer nya adalah larutan asam-alkohol. Karena dinding selnya yang mengandung lilin, mycobacteria akan tahan terhadap decolorizer dan menjaga warna pink pada cat primer (Kratz, 2005).

Daftar Pustaka

Achmadi, Umar Fahmi. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

James, Joyce; Baker,Colin;Swain, Helen. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Kratz, Rene Fater, 2005. Barron’s E-Z Microbiology. USA: Barron’s Educational Series inc.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI STAPHYLOCOCCUS DAN STREPTOCOCCUS

Tujuan Praktikum

Belajar cara – cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Staphylococcus dan Streptococcus

Mengetahui sifat – sifat biokimia bakteri Staphylococcus dan Streptococcus Membedakan bakteri Staphylococcus dan Streptococcus

Cara :

Uji Katalase

- 1 usa biak + H2O2

- Lihat ada atau tidaknya gelembung

Isolasi Staphylococcus

1. Uji Coagulasea. Uji Slide

- Letakkan setetes aquadest atau NaCl fisiologis steril pada kaca benda, kemudian ambillah dengan usa biakan tersebut di atas.

- Letakkan setetes plasma di dekat suspensi biakan tersebut.

- Campurkan suspensi biakan dan plasma dengan usa dan di goyang – goyangkan.

- Lihat ada atau tidaknya presipitat granuler.

b. Uji Tabung- Masukkan 0,5 ml plasma secara aseptis ke dasar tabung reaksi steril.

- Tambahkan 0,5 ml biakan Staphylococcus sp. dan dicampur dengan hati – hati.

- Masukkan dalam penangas air suhu 370 C .

- 4 jam pertama, amati tiap 30 menit.

- Bila negatif, amati lagi setelah 18 – 24 jam.

- Lihat ada atau tidaknya Clot atau gel di dasar tabung.

2. Uji O/ F- Tanam 1 usa bakteri pada kedua tabung untuk media O/F.

- Amati setelah di inkubasi selama 24 jam.

3. Uji DNAse - Goresan tipis koloni kuman diinokulasi pada agar DNAse.

- Inkubasi pada suhu 350 C selama 18 – 24 jam.

- Setelah di inkubasi, genangi dengan 1 M HCl.

- Lihat ada atau tidaknya daerah jernih di sekitar koloni kuman.

4. Uji Mannitol- 1 koloni kuman diinokulasi pada agar mannitol dengan menusuk ke bawah sepanjang

tabung.- Inkubasi pada suhu 350 C dan periksa setelah 2 hari.

- Perhatikan perubahan warna pada agar mannitol yang terjadi.

5. Gelatin- 1 koloni kuman diinokulasi pada media gelatin.

- Inkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam.

- Masukkan ke dalam kulkas selama 15 menit, 30 menit, dan 2 jam.

- Perhatikan ada atau tidaknya perubahan wujud menjadi padat.

Isolasi Streptococcus

Menurut Sherman ( 1937 ), Streptococcus diklasifikasikan dalam 4 kelompok berdasarkan pada kemampuan tumbuh di media di bawah ini :

Kelompok Mac Conkey BHI ( 450 C) NaCl 6,5 % Meth – Blue 1%

Piogenik - - - -

Viridans - + - -

Laktik - - - +

Enterokokus + + + +

1. Agar darah plat- Biak Streptococcus diinokulasi pada media agar darah plat.

- Inkubasi pada suhu 370 C selama ±24 jam.

- Setelah di inkubasi, lalu diamati

2. Agar NaCl 6,5 %.- Biak Streptococcus diinokulasi pada media agar NaCl 6,5 %.

- Inkubasi pada suhu 370 C selama ±24 jam.

- Setelah di inkubasi, lalu diamati

3. Agar Mac Conkey- Biak Streptococcus diinokulasi pada media agar Mac Conkey.

- Inkubasi pada suhu 370 C selama ±24 jam.

- Setelah di inkubasi, lalu diamati

4. Air susu Litmus- Biak Streptococcus diinokulasi pada media air susu Litmus.

- Inkubasi pada suhu 370 C selama ±24 jam.

- Setelah di inkubasi, lalu diamati

5. Air susu methylene blue 0,1 %- Biak Streptococcus diinokulasi pada media air susu methylene blue 0,1 %.

- Inkubasi pada suhu 370 C selama ±24 jam.

- Setelah di inkubasi, lalu diamati

6. Gula – gula - Biak Streptococcus diinokulasi pada media gula – gula ( trehalose, mannitol, salicin,

lactose, inulin, sorbitol)- Inkubasi pada suhu 370 C selama ±24 jam.

- Setelah di inkubasi, lalu diamati7. Kaldu BHI- Biak Streptococcus diinokulasi pada media air kaldu BHI.

- Inkubasi pada suhu 450 C selama ±24 jam.

- Setelah di inkubasi, lalu diamati

MATERI

Staphylococcus

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus saprophyticus

(Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994 )

Staphylococcus berasal dari bahasa yunani “staphyle” ( sekumpulan buah anggur) dan coccus (benih atau buah beri)

( Ichhpujani, 2003 )

Bakteri Staphylococcus sp. merupakan bakteri Gram positif, tidak berspora, tidak motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, dengan dua pernapasan dan metabolisme fermentatif. Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan kadang-kadang kuning keorange – orangean.

( Feliatra, 2004 )

Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan diameter 1 µm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur.

( Brooks, 2005 )

Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana anaerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 370 C, namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar (20 – 35 0 C). Koloni pada media yang padat berbentuk bulat, lembut, dan mengkilap.

( Brooks, 2005 )

Staphylococcus menghasilkan enzim katalase, yang membedakannya dengan streptococcus. Meragikan banyak karbohidrat secara lambat, menghasilkan asam laktat tetapi tidak menghasilkan gas.

(Bagian Mikrobiologi Fakultas KG UGM, 1997 )

Enzim katalase mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.

( Brooks, 2005 )

Uji katalase dapat dilakukan dengan meneteskan hidrogen peroksida pada gelas alas ditambah pertumbuhan kuman. Tes dinyatakan positif bila terjadi gelembung udara ( pelepasan oksigen). Dapat juga dikerjakan dengan menuangkan hidrogen peroksida pada koloni kuman pada agar miring, dan perhatikan timbulnya gelembung udara.

(Bagian Mikrobiologi Fakultas KG UGM, 1997 )

Genus Staphylococcus memiliki lebih dari 20 spesies. Ada 3 spesies yang banyak berhubungan dengan manusia, yaitu:

1. Staphylococcus aureus : tes koagulosa positif, paling patogen dan banyak menyebabkan penyakit pada manusia.

2. Staphylococcus epidermidis : tes koagulosa negatif, dianggap sebagai flora normal pada manusia tapi dapat juga menyebabkan bakterimia, endokarditis bakterialis dan infeksi pada luka.

3. Staphylococcus saprophyticus : tes koagulosa negatif, dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita muda.

(Bagian Mikrobiologi Fakultas KG UGM, 1997 )

Tes yang paling penting untuk membedakan antara Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis adalah produksi dari koagulase. Ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode slide dan tabung. Metode slide tidak di rekomendasikan karena digunakan untuk mengetahui adanya clumping factor yang dibedakan dari koagulase yang sebenarnya.

( Ichhpujani, 2003 )

Tes koagulosa dapat digunakan untuk mengidentifikasi staphylococcus patogen. Tes koagulasa adalah positif pada staphylococcus patogen. Untuk melakukan tes koagulosa dapat digunakan cara penentuan dengan tabung dan dengan gelas alas.

( Bonang, 1982 )

Tes koagulosa dengan tabung dilakukan dengan mengisi suatu tabung kecil denga plasma kelinci – sitrat, yang telah di encerkan 1:4, sebanyak 0,5 ml. Tanamkanlah suspensi tebal biakan kuman, berumur 24 jam, pada plasma tersebut dan eramkanlah pada 37 0 C selama 1 sampai 4 jam. Bila ada koagulosa (lengkap/ sebagian), maka hal ini berarti bahwa tes tersebut adalah positif.

( Bonang, 1982 )

Cara penentuan koagulosa yang lain ialah dengan menggunakan gelas alas. Untuk itu buatlah suspensi kuman pada satu tetes air diatas gelas , tambahkanlah satu sengkelit plasma manusia segar. Aduklah selama kira – kira 5 detik. Bila reaksi postif, akan terlihat gumpalan – gumpalan putih.

( Bonang, 1982 )

Staphylococcus epidermidis tidak mempunyai protein A pada dinding selnya, bersifat koagulasa negatif, meragi glukosa, dalam keadaan anaerob tidak meragi mannitol.

(Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994 )

Staphylococcus aureus membentuk berbagai macam toksik dan hasil metabolisme yang lain. Staphylococcus aureus pada manusia menghasilkan eksotoksin berikut, lisin alfa dan delta, leukosidin , toksin nekrosa kulit, toksin letal, dan suatu enterotoksin. Enterotoksin ini adalah penyebab keracunan makanan. Sekurang – kurangnya ada tiga tipe enterotoksin, yang semuanya tahan panas dan resisten terhadap pepsin dan tripsin.

( Bonang, 1982 )

Lisin alfa tidak menyebabkan lisis pada sel darah merah manusia, tetapi menyebabkan lisis sel darah merah kelinci dan domba. Lisin beta yang ditemukan pada Staphylococcus aureus ptogen terhadap binatang, hanya menyebabkan lisis pada sel darah merah domba. Lisin delta menyebabkan lisis pada sel darah merah kuda. Lisin alfa dapat digunakan untuk menentukan virulensi kuman, makin virulen kuman tersebut makin banyak lisin alfa yang dibentuk.

( Bonang, 1982 )Hasil – hasil metabolisme yang lain, yang tidak toksik ialah fosfatasa, koagulosa,

hialuronidasa, deoksiribonukleasa, stafilokinasa atau fibrinolisin, lipasa, gelatinasa dan proteasa.

( Bonang, 1982 )Gelatinasa adalah suatu enzim yang dapat mencairkan gelatin.

(Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994 )

Untuk penentuan pembentukan deoksiribonukleasa digunakan perbenihan khusus deoksiribonukleasa. Kuman yang menghasilkan deoksiribonukleasa akan menghabiskan asam deoksiribonukleat yang terdapat disekitarnya. Setelah pertumbuhan kuman tersebut pada perbenihan ini, perbenihan dituangi dengan HCl normal atau biru toluidin 0,1 %, bila ada deoksiribonuklease maka akan terlihat daerah yang bening disekitar koloni ( bila dituangi HCl normal) atau daerah merah muda ( bila dituangi biru toluidin 0,1 %).

( Bonang, 1982 )

(Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994 )

Bakteri streptokokus penyebab penyakit pada manusia dikelompokkan menjadi 4 grup:1. Streptokokus grup A :

Paling mematikan meskipun manusia adalah tuan rumah alaminya. Streptokokus ini bisa menyebabkan infeksi tenggorokan, tonsilitis (infeksi amandel), infeksi kulit, septikemia (infeksi dalam darah), demam Scarlet, pneumonia, demam rematik, korea Sydenham (kelainan saraf yang ditandai oleh kekakuan otot/St. Vitu's dance) dan peradangan ginjal (glomerulonefritis).

Grup A infeksi Streptococcus umumnya didiagnosis dengan Rapid Strep Test (AME) atau dengan kultur. Demam rematik, penyakit yang mempengaruhi sendi, ginjal dan katup jantung, adalah konsekuensi dari radang tidak diobati infeksi tetapi disebabkan bukan semata-mata oleh bakteri itu sendiri. Demam rematik disebabkan oleh antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi silang bereaksi dengan protein lain dalam tubuh. Reaksi ini menyerang tubuh kita sendiri dan menyebabkan kerusakan.

2. Streptokokus grup B :

lebih sering menyebabkan infeksi yang berbahaya pada bayi baru lahir (sepsis neonatorum), infeksi pada sendi (artritis septik) dan pada jantung (endokarditis). S. agalactiae, atau GBS, menyebabkan pneumonia dan meningitis pada neonatus dan orang tua, dengan bakteremia sistemik sesekali. Mereka juga dapat menjajah usus dan saluran reproduksi wanita, meningkatkan risiko ketuban pecah dini dan transmisi untuk bayi. American College of Obstetricians dan Gynecologists, American Academy of Pediatrics dan Pusat Pengendalian Penyakit merekomendasikan semua wanita hamil antara 35 dan 37 minggu kehamilan harus diuji untuk GBS. Wanita yang dites positif harus diberikan antibiotik profilaksis saat persalinan, yang biasanya akan mencegah penularan pada bayi. Di Inggris, dokter telah lambat untuk menerapkan standar yang sama seperti Amerika Serikat, Australia dan Kanada.. Di Inggris, hanya 1% dari uji unit bersalin untuk kehadiran Grup B Streptococcus. Meskipun Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists. Akibatnya, lebih dari 75 bayi di Inggris meninggal setiap tahun GBS penyakit terkait, dan lain 600 atau lebih menderita infeksi serius, yang sebagian besar dapat dicegah.

3. Streptokokus grup C dan G :

Sering terdapat pada binatang, tetapi bisa juga hidup di dalam tubuh manusia, yaitu di tenggorokan, usus, vagina dan kulit. Streptokokus ini bisa menyebabkan infeksi yang berat seperti infeksi tenggorokan, pneumonia, infeksi kulit, sepsis post-partum (setelah melahirkan) dan sepsis neonatorum, endokarditis dan artritis septik. Setelah terinfeksi oleh bakteri ini bisa juga terjadi peradangan ginjal.

4. Streptokokus grup D dan enterokokus :

Dalam keadaan normal hidup di saluran pencernaan bagian bawah, vagina dan kulit. Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada luka dan katup jantung, kandung kemih, perut dan darah.

Streptococcus mutans

Bakteri yang mendapat perhatian lebih dalam bidang kedokteran gigi adalah bakteri Streptococcus mutans. Hal tersebut dikarenakanan kemampuan bakteri tersebut dalam proses pembentukan plak dan karies gigi atau disebut juga kuman kariogenik. Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim yaitu glikosiltransferase dan fruktosiltransferase yang spesifik untuk sbstrat sukrosa yang digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan. Streptococcus mutans mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang diragikan. Kuman tersebut dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.

Media untuk isolasi Streptococcus mutans adalah agar mitis salivarius. Agar ini menghambat pertumbuhan bakteri lain karena kandungan biru trypan. Di samping itu, media ini juga mengandung kristal violet, telurit, dan sukrosa berkadar tinggi. Streptococcus mutans yang tumbuh pada media itu akan membentuk koloni cembung berwarna biru tua.

ISOLASI STREPTOCOCCUS SP.

Untuk identifikasi Streptococcus sp. dilakukan inokulasi pada beberapa media tanam:

1. Plat agar darahDarah dimasukkan ke dalam medium untuk memperkaya unsur dalam penanaman mikroorganisme. Darah yang terdapat dalam media ini akan memperlihatkan sifat hemolisis dari Streptococcus sp.- Gamma hemolisis: tidak terjadi lisis sel darah merah. Ditandai dengan tidak

terjadinya perubahan medium di sekitar koloni. - Alpha hemolisis: terjdai lisis sebagian. Sel darah merah akan tereduksi menjadi

methemoglobin, menghasilkan lingkaran kehijauan di sekitar peertumbuhan bakteri

- Beta hemolisis: terjadi lisis komplit sel darah merah. Sel darah merah rusak, menghasulkan zona bening di sekelining koloni.

2. Air susu litmusKomposisi media air susu litmus adalah litmus, skim milk powder dan sodium sulfite. Penanaman pada media ini bertujuan untuk melihat adanya perubahan metabolisme yang diproduksi dalam medium dengan menggunakan indikator pH yaitu oxidase-reduction indicator litmus. - Fermentasi laktosa

Organisme menggunakan laktosa sebagai sumber karbon untuk produksi energi dengan menggunakan enzim β-galactosidase. Laktosa akan berubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat dapat dengan mudah dideteksi karena litmus

berwarna ungu pada pH netral dan berubah menjadi merah muda ketika medium menjadi asam.

- adanya gasadanya produk gas CO dan H dapat dilihat sebagai pemisahan ‘curd’ atau pembelahan akibat adanya gas yang naik ke permukaan

- reduksi litmusreaksi oksidasi akan memungkinkan terjadinya dehidrogenase. Litmus akan berperan sebagai akseptor hidrogen. Saat berada dalam kondisi oksidasi, litmus berwarna ungu. Ketika lutmus menerima hidrogen, litmus akan tereduksi dan berubah menjadi putih atau putih susu.

- Terbentuk clotAda 2 jenis clot yang mungkin muncul:a. Acid curd. Pengendapan milk protein casein. Bentuk gumpalan tidak larutb. Rennet curd. Organisme yang menghasilkan renin, mengubah casein

menjadi paracasein. Curd berupa gumpalan semisolid yang lembut, terlihat mengalir perlahan saat tabung dimiringkan

- Proteolisis(peptonisasi)Dengan menggunakan enzim proteolitik, organisme menghidrolisisprotein susu, terutama kasein, menjadi bentuk dasarnya yaitu asam amino.

- Reaksi alkalineReaksi alkaline dibuktikan ketika warna pada medium tidak berubah atau berubah menjadi biru.

3. NaCl 6.5%Tujuan uji ini untuk mengetahui apakah bakeri tahan terhadap garam atau tidak. Grup D enterococci dapat diidentifikasi kemampuannya tumbuh pada medium ini jika dibandingkan dengan non enterococci. Contoh enterococci adalah Enterococcus faecalis.

4. Gula-gulaTujuan uji ini untuk mengetahui kemampuan fermentasi dari bakteri Streptococcus sp..Beberapa organisme mampu memfermentasikan gula seperti glukosa secara anaerob ataupun aerob. Pada fermentasi, substrat seperti karbohidrat dan alkohol mengalami disimilasi secara anaerob dan menghasilkan asam organis misalnya laktat, yang disertai adanya gas seperti hidrogen atau CO2. Medium fermentasikarbohidrat mengandung:- Nutrient untuk pertumbuhan

- Karbohidrat spesifik untuk determinasi kemampuan fermentasi organisme

- pH indicator

setelah inkubasi, karbohidrat dengan hasil sampingan asam akan menyebabkan perubahan warna menjadi kuning, yang mengindikasikan reaksi positif. Kultur yang tidak mampu memfermentasikan substrat karbohidrat tidak akan memberikan perubahan warna.

Kekurangan fermentasi karbohidrat tidak dapat diartikan sebagai ketiadaan pertumbuhan.

5. Susu methylene blueUntuk diferensiasi streptococcus group D. Bakteri tersebut menghasilkan enzim dehidrogenase. Bakteri akan menggunakan oksigen dan substrat yang ada pada susu untuk metabolisme. Berkurangnya oksigen dan substrat akan menyebabkan airsusu berubah warna menjadi bening.

6. Kaldu BHI 45o

BHI adalah singkatan dari Brain Heart Infusion. Kaldu BHI adalah media penyubur yang berguna untuk pertumbuhan berbagai macam bakteri dalam bentuk cair. Bahan utama terdiri dari beberapa jaringan hewan ditambah pepton, buffer pospat dan sedikit sukrosa. Tambahan karbohidrat tersebut dapat digunakan langsung oleh bakteri sebagai sumber energi. Dalam uji ini, kaldu BHI diinokulasi pada suhu 45o C, tujuannya untuk mengetahui apakah bakteri dapat tumbuh pada suhu tinggi atau tidak. Hasil positif jika kaldu berubah menjadi keruh dan terdapat endapan di dasar tabung.

Daftar PustakaBagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 1997.

Mikrobiologi Kedokteran. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Bonang, Gerrard, Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta : Gramedia.

Brooks, G. F., Janet S.B., Stephen A. Morse. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.

Ichhpujani, R. L., Rajesh Bhatia . 2003. Microbiology for Nurses, 2nd Edition. New Delhi : Jaypee Brothers.

Feliatra, Irwan E., Edwar Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur Indonesia. Vol 6(2): 75-80

MENANAM JAMUR PADA PERBENIHAN

Untuk pemeriksaan bahan dan kultur jamur dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Pemeriksaan bahan dan kultur jamur secara langsung dapat dilakukan di

laboratorium untuk melihat morfologi jamur yang diperiksa. Untuk meneguhkan hasil

pemeriksaan dengna cara menanam sampel pada perbenihan jamur. Pertumbuhan jamur

dalam media akan membantu identifikasi jamur, yaitu dengan melihat perubahan warna

koloni dan morfologi koloni.

Tujuan praktikum:

-Mempelajari cara mengidentifikasi jamur , yaitu dengan melihat perubahan warna koloni

dan morfologi koloni.

1. Alat dan Bahan :

a. Sabouraud’s Dextrose Agar

b. Cawan petri

c. Batang kaca bengkok

d. Kaca benda dan kaca tutup

e. Biak fungi

f. Preparat awetan fungi

2. Percobaan yang dilakukan:

2.1 Media Sabouraud’s Dextrose Agar

- Buat potongan Sabouraud’s Dextrose Agar berbentuk bujur sangkar dengan

sisi ± 1 cm.

- Tempatakan potongan tersebut pada kaca benda

- Pupuk potongan tersebut dengan biak fungi (pada keempat sisinya)

- Tempatkan kaca tutup diatas potongan Sabouraud’s Dextrose Agar tersebut

- Tempatkan kaca benda tersebut diatas cawan petri yang telah diberi batang

kaca bengkok dan diberi air untuk kelembaban

- Inkubasikan pada suhu kamar dan tunggu sampai terjadi pertumbuhan

- Lepaskan kaca tutup yang mengandung pertumbuhan jamur dan letakakn pada

kaca benda yang telah ditetesi dengan biru laktophenol

- Amati di bawah mikroskop

2.2 Penanaman Yeast

Yeast ditanam pada kaldu alkalis dan pelat agar alkalis dengan usa. Inkubasi pada

suhu kamar selama 3 hari. Amati koloni secara macros dan morfologi sel secara

mikroskopis.

2.3 Penanaman Candida albicans pada perbenihan

Terdapat berbagai cara untuk menanam Candida albicans, yang telah dipelajari

antara lain, yaitu :

1. Teknik Sabouraud’s Dextrose Agar

Dengan menggoreskan usa yang telah terdapat benih Candida albicans pada

media perbenihan (Sabouraud’s Dextrose Agar). Didiamkan pada suhu kamar.

Maka akan terbentuk koloni-koloni pada SDA karena jamur dapat hidup pada

media yang kaya akan nutrisi. Sabouraud’s Dextrose Agar ini mengandung

berbagai macam nutrisi yang membantu pertumbuhan jamur antara lain: pepton

(sebagai sumber nitrogen), glukosa, agar, air dan lain-lain.

2. Teknik EMB (Eosin Methylene Blue)

Cara yang digunakan untuk menanam dalam teknik ini dengan metode Spyder

Coloni, karena penggoresan usa pada agar seperti bentukan jarring laba-laba.

MATERI

Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk dalam domain eukariotik. Mereka

menunjukkan diferensisasi yang lebih rendah dari tumbuhan, tetapi lebih tinggi daripada

bakteri prokariotik.

Morfologi

Dua bentuk morfologi dari jamur yang telah ditemukan :

1. Hifa, ini adalah bagian dasar dari filament jamur dengan tangkai, struktur tubular,

panjang 2-10 µm.

2. Micelium, ini adalah kempulan dari struktur hifa.

3. Talus jamur, ini adalah badan jamur atau koloni

4. Yeast, bagian dasar dari jamur uniseluler. Bulat sampai oval dan diameter 3-10 µm.

Beberapa sel yeast memanjang membentuk rantai dan terlihat seperti hifa, disebut

sebagai pseudohifa.

5. Dimorfis, beberapa spesies jamur dapat berkembang menjadi bentuk yeast atau

mycelium tergantung dari kondisi lingkungan, sifat ini disebut sebagai dimorfis.

Jamur dimorfis patogenik berbentuk sel yeast pada saat tahap pasitik dan muncul

sebagai mycelium pada saat saprofitik stage.

(Kayser, et al, 2005)

Candida albicans

Candida merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian-bagian tubuh meliputi mulut,

vagina, dan kulit. Candida adalah anggota flora normal selaput lender, saluran pernafasan,

saluran pencernaa, kulit, mulut dan genitalia wanita. (Jawetz,2007)

Morfologi:

Pada sediaan mikroskopik, Candida tampak sebagai ragi lonjong. Bertunas, gram positif,

ukurannya 2-3 x 4-6 µm, dan sel-sel bertunas , gram positif yang memanjang menyerupai

hifa (pseudohifa). (Jawetz,2007)

Koloni:

Candida berbentuk bulat lonjong. Tumbuh pada suhu 37oc. Pertumbuhan pada media

Sabaroud Glukosa agar, sesudah tiga hari berbentuk koloni telah dapat dilihat dengan jelas,

tampak koloni yang halus dan licin serta berbau ragi yang khas. (Dumilah, 1982)

Patogenitas:

Pada manusia, Candida sering ditemukan dalam mulut orang sehat, kulit, bawah kuku,

selaput lendir, dan genitalia wanita. Bila terdapat factor-faktor unntuk pertumbuhan jamur

(factor predisposisi), yaitu keadaan yang menguntungkan pertumbuhan jamur tersebut maka

Candida dapat menimbulkan penyakit. (Gandahusada, 1998)

Jawetz (1986) menyatakan, infeksi Candida pada mulut dapat berupa infeksi mulut

(sariawan), terutama pada bayi, terjadi pada selaput lender pipi dan tampak sebagai bercak-

bercak. Pada genitalia wanita dapat menyerupai sariawan, tetapi menimbulkan iritasi dan

gatal yang hebat serta pengeluaran secret. Pada kulit, ditemukan dalam bentuk kelainan disela

jari kaki atau tangan.

Scientific classification

Kingdom: Fungi

Phylum: Ascomycota

Subphylum: Saccharomycotina

Class: Saccharomycetes

Orde: Saccharomycetales

Family: Saccharomycetaceae

Genus: Candida

Species: C. albicans

Binomial name Candida albicans

(C.P. Robin)

morfologi dan karakteristik biokimianya.

(Kayser, et al, 2005)

Media SDA (Saborauds dextrose agar)

Pepton : sebagai sumber nitrogen

Glukosa : sebagai sumber karbon dan energy

Air : sebagai pelarut

Agar : sebagai pemadat media

Pembiakan penanaman Candida albicans

Dimorfik : memiliki 2 bentuk pertumbuhan,

Sel tunas blastospora, dengan bentuk bulat, lonjong, atau bulat-lonjong atau bentuk botol (sedikit) klamidospora (berkembang tebal dan bergaris)

Seperti kecambah menghasilkan hifa semu (pseudohifa)

Warna putih kuning dan berbau asam seperti bau tape, infeksi oportunistik (menyerang ketika system imun tubuh menurun – ketidak seimbangan pertahanan imun terhadap pertumbuhan mikroorganisme)

Daftar Pustaka

Dumilah, S. 1982. Candida Laboratory Methods.FK UI

Jawetz, 2007.Medical Microbiology. Michigan. Mc Graw Hill.

Kayser, F.H, Bienz, K.A, Eckert, J, Zinkernagel, R.M. 2005. Medical Microbiology. New

York. Thieme.

Uji Sensitivitas Bakteri Terhadap Antibiotik dan Disinfektan/Antiseptik

Tujuan Praktikum :

Belajar mengukur kepekaan suatu bakteri terhadap beberapa antibiotik Melihat efektivitas desinfektan/antiseptik dalam menghambat atau membunuh bakteri Mengetahui kadar obat terkecil yang mampu menghambat atau membunuh bakteri

Cara :

1. Uji Sensitivitas terhadap antibiotik

A. Metode Kirby Bauer- Sediakan mueller hinton agar plat- Apuskan bakteri dengan swab steril- Tempatkan sensitivity disc di permukaan agar dengan menekan disc dispenser- Inkubator 370C, 24 jam

- Interpretasikan

B. Metode MIC- Buat pengenceran beberapa jenis antibiotik- Tanami dengan bakteri 1.106 /ml- Amati dan tentukan MIC nya.

C. Metode Sumuran- Agar ditanami dengan swab/kaca bengkok- Buat sumuran, tetesi antibiotik dengan volume 5 µl- Inkubasi, amati zona hambatan

2. Uji pengaruh Desinfektan/Antiseptik terhadap Bakteri

A. Obat Kumur

- Masukkan 5 ml obat kumur kedlm tabung reaksi- Masukkan 3 usa biakan bakteri selama 2,4,6,8,10,12 menit- Pindahkan 3 usa biakan dari obat kumur ke kaldu steril, beri etiket- Inkubasi

B. Alkohol 70%

- Gosokkan kapas steril pada telapak tangan seluas 2 cm- Masukkan kapas k dlm tabung 2 ml aquades steril lalu tabung diputar-putar- Masukkan kedalam cawan petri steril lalu tambahkan 10 ml agar alkalis steril,

kemudian ratakan- Inkubasi- Ulangi dengan menggosok terlebih dahulu telapak tangan dengan

menggunakan alkohol 70 %

MATERI

Antibiotik

Adalah suatu substansi kimia yang diperoleh dari atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

Farmakodinamika Antibiotika

Menurut Corcoran dan Shulman (1994), ada lima mekanisme kerja antibiotika yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain :

1.      Mengganggu metabolisme sel mikroba

Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Sebahagian mikroba dapat mengunakan asam folat yang ada disekelilingnya, sedangkan golongan yang lain harus mensintesisnya sendiri untuk kebutuhannya. Antibiotika seperti sulfonamid aktif mengganggu sintesis asam folat, apabila antibiotika tersebut mampu bersaing dengan PABA (para aminobenzoid acid) yang dihasilkan oleh bakteri untuk disatukan dalam asam folat, maka akan terbentuk asam folat yang analog bersifat non fungsional, akibatnya kehidupan bakteri akan terganggu. Untuk dapat bekerja, asam folat harus dirubah menjadi bentuk akhirnya yaitu asam tetrahidrofat dalam dua tahap. Pada tahap akhir, antibiotika seperti trimetropim dapat menghambat dihidrofolat reduktase sehingga asam dihidrofolat tidak dapat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat yang fungsional (Snow, 1977).

2.      Menghambat sintesis dinding sel mikroba

Dinding sel bakteri, secara kimia mengandung peptidoglikan, yaitu suatu komplek polimer mukopeptida. Antibiotika menghambat reaksi dalam proses sintesis peptidoglikan seperti vankomisin, dimana antibiotika tidak mengikat PBP (Penicillin Binding Protein), tapi langsung mengikat ujung peptida d-alanyl-d-alanin pada prekursor peptidoglikan sehingga menghambat reaksi transpeptidase. Reaksi ini menunjukan terjadinya perubahan tekanan osmotis dalam sel bakteri lebih tinggi dari pada di luar sel. Hal ini menyebabkan kerusakan dinding sel atau terjadi lisis pada sel terutama pada bakteri yang peka (Mutschler, 1991).

3.      Merusak membran sel mikroba

Dinding sel bakteri adalah lapisan membran sel lipoprotein yang mempunyai sifat permeabilitas selektip dan berfungsi mengontrol keluar masuknya substansi dari dan kedalam sel, serta memelihara tekanan osmotik internal dan ekskresi. Selain itu membran sel juga berkaitan dengan replikasi dioksiribonucleic acid (DNA) dan sintesis dinding sel. Beberapa antibiotika yang dikenal mempunyai mekanisme kerja mengganggu membran sel yaitu antibiotika peptida dan antibiotika polyene (Garrod dkk., 1981).

Polimiksin merupakan kelompok antibiotika berspektrum luas, dapat merusak membran sel bakteri. Antibiotika polimiksin dapat mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri setelah bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel, juga perubahan tegangan permukaan yang dapat merusak permeabilitas membran sel bakteri bocor, sehingga berbagai komponen penting dari dalam sel dapat keluar (Garrod dkk., 1981).

4.      Menghambat sintesis protein sel mikroba

Untuk kehidupannya, sel bakteri perlu mensintesis berbagai bentuk protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, yang bekerja sama dengan message ribonucleic acid (mRNA) dan transfer ribonucleic acid (tRNA). Pada bakteri, ribosom terdiri dari dua sub unit, 30 Sved-berg dan 50 Sved-berg, untuk dapat berfungsi pada sintesis protein kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70 Sved-berg (Corcoran dan Shulman, 1994).

Antibiotika mengikat diri pada salah satu komponen ribosom, menyebabkan salahnya pembacaan pada mRNA oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk protein yang abnormal dan tidak berfungsi terhadap sel bakteri (Garrod dkk., 1981).

5.      Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba

Penghambatan sintesis protein dapat berlangsung di dalam ribosom. Berdasarkan koefisien sedimentasinya, ribosom dikelompokkan dalam 3 grup, yakni: 1) Ribosom 80s, terdapat pada sel eukariot. Partikel ini terdiri dari subunit 60s dan 40s; 2) Ribosom 70s, didapatkan pada sel prokariot dan eukariot. Partikel ini terdiri dari subunit 50s dan 30s; dan 3) Ribosom 55s, hanya terdapat pada mitokondria mamalia dan menyerupai ribosom bakteri baik fungsi maupun kepekaannya terhadap antibiotika (Snow, 1977).

Rifamisin termasuk dalam kelompok antibiotika yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, mengikatkan diri pada enzim polimerase-RNA. Antibiotika ini juga dapat bekerja dengan melekatkan diri pada lipida sel, hal ini akan mengakibatkan perpanjangan masa sintesis dioksiribonucleic acid (DNA) (Mutschler, 1991).

Beberapa Antibiotik yang digunakan dalam praktikum :

1. PenisilinSecara kimiawi digolongkan kedalam antibiotik β – Lactam. Semua penisilin

mempunyai inti yang sama yaitu cincin β – Lactam thiazolidin.(Pelczar, 1988)

Antibiotika ini pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming dari jamur Penicillium notatum pada tahun 1928 dan digunakan untuk membunuh bakteri secara langsung atau melemahkan bakteri sehingga kemudian dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh. Penisilin lebih aktif terhadap golongan Gram positif. Toksisitas Penisilin lebih rendah dibandingkan antibiotika lainnya, sebagian besar efek samping yang ditimbulkan adalah reaksi hipersensitivitas (Siswadono dan Soekardjo, 1995).

Mekanisme kerja : Penisilin menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan cara mencegah digabungkannya asam N – asetilmuramat, yang dibentuk didalam sel ke dalam struktur mukopeptida yang biasanya memberi bentuk kaku pada dinding sel bakteri. Mekanisme kerja ini konsisten dengan kenyataan bahwa penisilin hanya bekerja pada bakteri yang sedang tumbuh dengan aktif. (Pelczar, 1988)

2. StreptomisinStreptomisin merupakan sejenis obat antibiotika dari kelas aminoglikosida,

Streptomisin merupakan sejenis antibiotika yang kuat, antibiotika ini biasanya digunakan untuk membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit, tuberkulosis, pneumonia dan disentri. Streptomisin juga digunakan sebagai pestisida oleh petani untuk melawan perkembangan bakteri, fungus dan alga pada tanaman (Anonimus, 2007c).

Streptomisin merupakan antibiotika yang kuat, yang berhasil diisolasi oleh Walkman pada 1943 dari jamur Sterptomyces griseus. Streptomisin efektif terhadap bakteri gram negatif dan mampu memperkuat efek antibiotika lain terhadap gram positif (Subronto, 2001).

Mekanisme Kerja :Streptomisin melancarkan efek antimikrobialnya dengan cara bergabung dengan serta menyebabkan distorsi pada subunit-subunit ribosom , dan dengan demikian mengganggu sintesis protein. (Pelczar, 1988)

3. TetrasiklinTetrasiklin adalah antibiotika yang memiliki spektrum luas yang diperoleh dari

spesies Streptomyces nimosuss. Golongan Tetrasiklin mudah diserap dalam saluran pencernaan dan menyebar luas dalam jaringan, tetapi antibiotika ini sukar menembus kedalam cairan serebrospinal (Santos, 2005).

Tetrasiklin dikeluarkan kedalam empedu dan dikeluarka dari tubuh melalui tinja dan air kemih dengan kecepatan yang berbeda-beda. Golongan Tetrasiklin menyebabkan berbagai tingkat gangguan saluran pencernaan (mual, muntah, diare), ruam kulit, lecet pada selaput lendir, dan demam pada banyak penderita, terutama pada pemberian yang lama dengan dosis tinggi. Tetrasiklin diendapkan pada jaringan tulang dan gigi (Siswadono dan Soekardjo, 1995).

Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yg disebabkan oleh banyak bakteri gram negatif dan beberapa gram positif. (Pelczar, 1988)

Mekanisme Kerja : Tetrasiklin bekerja dengan cara menghalangi terikatnya RNA ( RNA transfer aminoasil ) pada siklus spesifik diribosom, selama pemanjangan rantai peptide. Akibat sintesis protein mengalami hambatan pula. (Pelczar, 1988)

4. EritromisinSecara kimiawi tergolong kedalam antibiotik makrolide. Eritromisin aktif

terhadap sebagian besar bakteri gram positif dan beberapa gram negatif ( Neisseria sp dan Bordetella pertussis) dan spiroket patogenik. Eritromisin menyerupai penisilin, namun antibiotik ini juga aktif terhadap organisme yang menjadi resisten terhadap penisilin dan streptomisin. (Pelczar, 1988)

Mekanisme kerja : Eritromisin dapat berinteraksi dengan subunit-subunit ribosom sehingga mencegah urutan reaksi yang normal dalam sintesis protein. (Pelczar, 1988)

5. KloramfenikolKloramfenikol adalah zat kimia yang mula-mula dihasilkan oleh biakan

Streptomyces venezuelae tetapi sekarang sudah dapat dihasilkan secara sintetik. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik, pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung lagi setelah penghentian obat (Anonimus, 2008).

Kloramfenikol merupakan satu antibiotika yang digunakan sebagai makanan tambahan oleh peternak. Antibiotika tersebut berspektrum luas yang bekerja pada semua mikroorganisme baik gram positif maupun gram negatif. Kloramfenikol merupakan senyawa stabil yang dengan cepat diserap oleh dinding pencernaan dan disebarkan ke seluruh jaringan, serta cairan tubuh yang termasuk susunan saraf pusat dan cairan serebrospinal (Jawetz, 1984).

Mekanisme kerja: Menghambat peptidil transferase pada fase pemanjangan dan dengan demikian mengganggu sintesis dari protein. Efek samping jarang terjadi, apabila pengaturan dosis yang benar dan kontra indikasi diperhatikan pada saat pemakaian. Akan tetapi kalau terjadi kadang-kadang relatif berat, terutama kerusakan pada bagian sumsum tulang (Mutschler, 1991).

Mekanisme Resistensi Antibiotika

Bakteri dapat menjadi resisten terhadap antibiotika karena bakteri dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat menghancurkan antibiotika itu. Beberapa enzim yang dihasilkan adalah β-laktamase dan asetilase. Bakteri mutan yang menghasilkan enzim ini dapat hidup tanpa gangguan. Selain enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang mutasi, dapat juga timbul enzim yang sama akibat kontak sel dengan obat, yang dikenal sebagai adaptif (induksi) (Sartono dan Mubarak, 1984).

Resistensi terhadap antibiotika dapat juga dipindahkan dari organisme yang resisten kepada organisme yang sensitif. Jika organisme yang resisten obat dicampur dengan organisme yang rentan, maka semua organisme akan menjadi resistensi terhadap obat yang sama. Resistensi obat biasanya ditransfer secara bebas dari kromosom bakteri inang. Faktor resistensi obat yang dipindahkan tidak berlokasi pada kromosom, melainkan berupa satuan bebas dalam sitoplasma dari organisme yang resistensi. Faktor ini disebut “faktor pemindah resisten”. Banyak bakteri Gram negatif mengandung faktor resisten ini dan memindahkannya kebakteri Gram negatif lain (Volk dan Wheeler, 1988).

Menurut Gan (1981) mekanisme resistensi timbul terhadap antimikroba dapat terjadi berdasarkan mekanisme sebagai berikut; 1) mikroba mensistensi suatu enzim penghancur antimikroba, misalnya β-laktamase dari Staphylococcus sp.; 2) mikroba meningkatkan sintesis metabolit yang bersifat antagonis-kompetitif terhadap antimikroba, sehingga dapat mempertahankan metabolisme untuk keperluan hidupnya, misalnya pada peningkatkan sintensi PABA (para aminobenzoid acid); 3) mikroba membentuk jalan metabolisme yang baru dengan menghindari reaksi metabolisme yang dihambat oleh antimikroba; 4) permeabilitas dinding atau membran sel mikroba menurun untuk antimikroba. Akibat peristiwa ini, antimikroba sulit untuk menembus masuk kedalam mikroba, karena terjadinya perubahan struktur kimia dinding/membran sel dari mikroba; dan 5) perubahan struktur atau komposisi ribosom sel mikroba dengan akibat ribosom kurang dapat mengikat antimikroba.

Obat kumur

Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi. Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray. Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel dan dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut

Hampir semua obat kumur mengandung lebih dari satu bahan aktif dan hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna. Masing-masing obat kumur merupakan kombinasi unik dari senyawa-senyawa yang dirancang untuk mendukung higiena rongga mulut. Beberapa bahan-bahan aktif beserta fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain:

a) Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol, benzethonium, cetylpyridinium chloride, boric acid, benzoic acid, hexetidine, hypochlorous acid

b) Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat, contoh: hidrogen peroksida, perborate

c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat

d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak eukaliptol, minyak watergreen

e) Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate

f) deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil

g) deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate .

Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain: a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin c. Bahan pewarna d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).

Alcohol

Konsentrasi : 70% - 90%

Kegunaan : desinfeksi permukaan. Bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri/mikroorganisme

Keuntungan : bakterisidal cepat

Kelemahan : tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal kecuali apabila ditambahkan pereduksi (2% Na nitrit, mengeringkan kulit)

Lampiran

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. (2007c). Streptomycin. http://ms.wikipedia.org/wiki/streptomycin. 12 Agustus 2007.

Anonimus. (2008). Antibiotik Kloramfenikol. http://www.mediacastore.com/apo tik_online/antibiotik/kloramfenikol.htm. (16 Juni 2008).

Corcoran, J.W. and S.T. Shulman, (1994). Biologi Molekuler Sensitivitas dan Resistensi Terhadap Agen Antimikroba. Dalam: Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. Edisi keempat. Shuman, Phair dan Sommers. Diterjemahkan oleh Wahab, A.S. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gan, V.H.S. (1981). Antimkroba. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi kedua. Editor Sulistia Gan. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta.

Garrod, L.P., H.P. Lambert and F. O'Grady. (1981). Antibiotics and chemotherapy. 5 th ed. Churchill Livingstone. New York.

Jawetz, E. (1984). Obat-obat Antimikroba. Dalam Terapi Medik. Edisi keempat belas. David Watts. Diterjemahkan oleh Lukmanto, P. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat. Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. Edisi Kelima. Penerbit Institut Tekhnologi Bandung, Bandung.

Pelczar, micael J.1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI press.

Santos, V. (2005), The Microbial World. http://www.nml.gov/medlineplus/ drugsinfo/htm. 20 Oktober 2008.

Sartono, K.R. dan Z. Mubarak. (1984). Mikrobiologi Umum. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.

Siswadono dan B. Soekardjo. (1995). Kimia Medisinal. Airlangga University Press, Surabaya.

Snow, G.A. (1977). Mechanisms of action of antibiotics. In: Pharmaceutical Microbiology. Hugo, W.B and A.D. Russell (eds). Blackwell Scient Publishing. USA.

Subronto. (2001). Ilmu Penyakit Ternak I. Edisi pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Volk, W.A. and M.F. Wheeler. (1988). Mikrobiologi Dasar. Edisi kelima. Diterjemahkan oleh Adisoemarto, S. Universitas Airlangga, Surabaya.

PENANAMAN ANAEROB

Tujuan praktikum:

Mempelajari cara menanam bakteri anerob ke dalam perbenihan yang telah disediakan dengan kondisi tanpa oksigen (suasana anaerob)

I. Bahan yang disediakan:

1. biak murni umur 24 jam dari Clostridium sp.dalam kaldu hati Tarozzi

2. pelat Reinforced Clostridial Agar

3. Glukosa agar tegak

4. Glukosa agar miring

5. Kaldu hati tarozzi

6. Gas Generating Kit

7. anaerob indikator

8.sungkup anaerobic

II. Percobaan yang dilakukan:

1. Pindahkan seusa biak murni Clostridium sp. tersebut ke dalam perbenihan

-kaldu hati tarozzi

-glukosa agar miring

-glukosa agar tegak

-Pelat Reinforced Clostridial Agar

2. Tempatkan glukosa agar miring dan plat Reinforced agar yang telah dipupuk tersebut ke dalam sungkup anaerobic. Masukkan 20 ml aquadestilata ke dalam gas generating kit. Kemudian gas generating kit tersebut bersama-sama dengan anaerobic indicator juga dimasukkan ke dalam sungkup anaerobic. Setelah itu sungkup ditutup rapat.

3. Inkubasikan semua perbenihan yang telah dipupuk tersebut selama 24 jam suhu 37˚ C.

4. Amati hasil pertumbuhan setelah 24 jam.

III. Mengamati morfologi bakteri anaerob dengan pengecatan Gram dan Spora.

Materi

Berdasarkan toleransi terhadap oksigen, bakteri golongan anaerob dapat dibedakan menjadi:

1. Anaerob Mutlak

- hidup optimal pada lingkungan dengan kadar oksigen < 0,1%

- contoh: Clostridium tetani

2. Anaerob Moderat

-masih dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen sampai 3%

-contoh: Bacteroides sp.

3. Anaerob Fakultatif

- dapat memperoleh energy dengan atau tanpa oksigen, yaitu dengan reaksi oksidatif dan fermentatif.

-contoh: E. coli dan beberapa Streptococcus.

(Gibson, 1996)

4. Anaerob Obligat

-tumbuh tanpa oksigen bebas

-oksigen bersifat toksik terhadap kelompok bekteri anaerob, maka untuk menumbuhkannya diperlukan teknik khusus.

(Hadioetomo,1965)

Cara mendapatkan keadaan anaerob-sungkup anaerob

Penggunaan sungkup anaerob merupakan cara terbaik untuk mendapatkan keadaan anaerob. Untuk menghilangkan oksigen dari sungkup tersebut dapat digunakan berbagai macam cara, antara lain dengan menggunakan katalisator. Brewer dan Allgeir menggunakan sungkup anaerob yang dinamakan “Gas Pack Anaerobic Jar”. Bersama sungkup ini dipakai pula suatu “disposable anaerobic indicator” yang dibuat oleh Baltimore biological Laboratory, Cockeysville, Maryland, USA. Katalisator yang digunakan adalah butir-butir alumina yang dibungkus palladium. Untuk menggunakan cara ini, masukkan perbenihan yang telah ditanami bahan ke dalam sungkup bersama satu bungkus “hydrogen generator” dan indikator biru metilen. Masukkanlah 10 ml air ke dalam pembungkus “hydrogen generator” dengan menggunakan pipet. Tutup rapat sungkup, hydrogen dibentuk dalam sungkup tersebut berdasarkan reaksi berikut:

Mg + ZnCl2 + 2H2O → MgCl2 + Zn2(OH)2 + H2

(Bonang, 1982)

Clostridium

Clostridia adalah bakteri batang anaerobic, besar, , gram positif yang bergerak. Banyak yang merusak protein atau membentuk toksin, dan beberapa melakukan keduanya. Mengandung spora dan beberapa hidup normal di dalam usus halus. Hidup sebagai saprofit.

Spesiesnya: 1. Clostridium tetani (menyebabkan tetanus)

2. Clostridium perfringens

3. Clostridium botulinum

(Gibson,1996)

5 cara penanaman Bakteri Anaerob

1. secara mekanik

2. secara biologis

3. penambahan senyawa

4. kaldu hati Tarozzi

5. Gas Pack System

Terdiri dari :

-sungkup anaerobic

-generator H2 (sodium borohidrat)

-generator CO2 (sodium bikarbonat)

-indikator → rezazurin

-katalisator → palladium

A. Kaldu Hati Tarozzi

Media kaldu hati tarozzi terdiri dari:

-kaldu : media pertumbuhan serta sebagai nutrisi sehingga bakteri dapat menghasilkan H2O2

-hati : menghasilkan enzim peroksidase untuk menguraikan H2O2

-kapur : mereduksi O2 (oksigen) menjadi CO2

-parafin : mencegah kontak dengan udara

Semua bakteri aerob dapat menguraikan H2O2 yang terbentuk akibat metabolisme bakteri menjadi H2O dan O2 karena memiliki enzim superoxide dismutase

Semua bakteri anarerob tidak dapat menguraikan H2O2 menjadi H2O dan O2 karena tidak memiliki enzim superoxide dismutase, sehingga ditanam di kaldu hati tarrozi supaya H2O2

dapat diuraikan menjadi H2O dan O2, karena hati dapat menghasilkan enzim peroksidase. Gas O2 yang dihasilkan bersifat toksik bagi bakteri anaerob, sehingga direduksi oleh kapur menjadi CO2.

B. Glukosa Agar Tegak

Penanaman Clostridium sp. pada glukosa agar tegak bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut bersifat motil atau non motil.

C. Glukosa Agar Miring

Pada percobaan yang dilakukan, satu tetes biakan Clostridium sp. diteteskan pada dasar glukosa agar miring, selanjutnya ditarik perlahan-lahan dengan cara membuat pola goresan zig-zag dengan menggunakan usa pada permukaan glukosa agar miring.

D. Plat Reinforced Clostridial Agar (RCA)

Pada percobaan yang dilakukan, membuat pola “T Methods” dengan menggunakan usa. Plat RCA mengandung Sodium tiogliodat sistein.

Ketiga media (glukosa agar tegak, glukosa agar miring, dan plat Reinforced Clostridial Agar) setelah dilakukan pemupukan / penanaman bakteri, dilakukan penginkubasian di dalam sungkup anaerobic untuk membuat suasana / lingkungan media menjadi anaerob. Sungkup anaerobic berupa tabung kedap udara, yang di dalamnya ditaruh “Gas Pack System”. Gas pack system terdiri dari generator H2 (sodium borohidrat), generator CO2 (sodium bikarbonat), indikator anaerob (rezazurin), dan katalisator (palladium). Kemudian gaspack system tersebut ditambah 20 ml aquadestilata, dan sungkup anaerobic tersebut ditutup rapat.

Rezazurin apabila dalam keadaan anaerob akan berwarna putih dan apabila keadaan di dalam sungkup aerob, maka rezazurin akan berwarna merah muda.

Sumber

Bonang, Gerard. 1982. Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta: PT Gramedia.

Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Hadioetomo. 1965. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia.

PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI DALAM AIR KUMUR

Ada bermacam-macam cara perhitungan jumlah bakteri dalam suatu sampel. Pada

praktikum digunakan metode perhitungan bakteri Standard Plate Count (SPC), Standard

Plate Count ini berdasarkan perhitungan koloni mikroskopis dari bakteri yang ada dalam air

kumur.

Tujuan Praktikum :

Mempelajari cara menghitung jumlah bakteri dalam air kumur dengan metode SPC.

Cara kerja :

1. Sediakanlah 3 blangko aquadest steril, satu berukuran 99 cc dan dua berukuran 9 cc. Beri

etiket

2. Masukanlah 1 cc air kumur ke dalam A. Campurkan baik-baik ( 25 goyangan)

3. Pindahkan 1 cc dari A ke B dan campur baik-baik

4. Lakukan hal yang sama pada tabung C. Jadi pengenceran pada tabung A,B dan C menjadi

100, 1000, 10000

5. Tempatkanlah 1 cc dari tiap-tiap pengenceran ke dalam cawan petri steril

6. Masaklah perbenihan agar dalam penangas air panas sampai temperatur 48 – 50 C, lalu

tuang ke dalam telapa petri tersebut kira-kira 10 cc

7. Ratakan perbenihan dalam media tersebut

8. Inkubasi

9. Hitunglah jumlah koloni dalam A, B dan C dan tentukan jumlah bakteri yang terdapat

dalan 1 cc air kumur.

MATERI

Penghitungan bakteri dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri pada air

minum, susu cair, yogurt, air kumur, air sungai, dan lain-lain. Penghitungan bakteri juga

dapat digunakan untuk uji keampuhan antibakteri dalam membunuh bakteri pada suatu

media.

Metode penghitungan bakteri yang paling sering digunakan adalah Standard Plate

Count (viable) dan Spectrophotometric Analysis (turbidimetric). Standard Plate Count

merupakan metode pengukuran indirek untuk mengetahui kepadatan sel dan informasi lain

berdasarkan bakteri yang hidup. Sedangkan analisis spektrofotometri didasarkan pada

kekeruhan dan secara tidak langsung mengukur bakteri (biomassa sel) yang hidup dan mati.

Fase Pertumbuhan

Ketika beberapa bakteri diinokulasi pada media pertumbuhan cair dan dilakukan

perhitungan tiap interval, dapat digambarkan melalui kurva pertumbahan bakteri (bacterial

growth curve), yang menunjukkan fase pertumbuhan bakteri. Terdapat 4 fase dasar dari

pertumbuhan bakteri; Fase Lag, Log, Stasionery/Statis dan Fase Death/Kematian.

Fase Lag: Periode saat bakteri mengalami sedikit (atau tidak sama sekali)

pembelahan sel, dapat terjadi selama 1 jam atau beberapa hari.

Fase Log: Periode saat sel bakteri mulai untuk membelah dan memasuki tahap

pertumbuhan, atau peningkatan logaritma. Selama fase ini, mikroorganisme

menjadi sensitif pada kondisi yang merugikan.

Fase Stasionery/Statis: Periode saat derajat pertumbuhan menurun, jumlah

kematian setara dengan jumlah sel baru, populasi stabil, serta aktifitas

metabolisme melambat/menurun.

Fase Death/Kematian: Periode ini terjadi saat jumlah kematian sel lebih tinggi

dibandingkan jumlah kehadiran sel baru.

Plate Counts

Metode yang sering digunakan untuk menghitug jumlah populasi bakteri adalah plate

counts/perhitungan plat. Manfaat penting dari metode ini adalah dapat menghitung jumlah sel

yang terlihat. Kekurangannya, membutuhkan waktu sedikit lebih lama, biasanya 24 jam, agar

koloni dapat terlihat.

Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa

mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal

tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.

Ketika menggunakan plate count, hanya beberapa koloni yang tumbuh pada plat.

Biasanya, hanya plat dengan 25-250 koloni yang digunakan (sumber lain menyebutkan

koloni hitung adalah yang berjumlah 30 – 300 koloni). Untuk memastikan bahwa perhitungan

koloni berada pada jumlah tersebut, digunakan inokulasi original/asli yang diencerkan

beberapa kali, biasa disebut serial dilution/pengenceran serial.

Penyediaan media untuk penghitungan bakteri :

1. Teknik Pour Plate

Teknik pour plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan

mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang

masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada

uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang

tumbuh dapat tersebar merata pada media agar.

2. Teknik Spread Plate

Teknik spread plate (lempeng sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan

mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri

atau mengapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan pour

plate adalah, pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat

sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat).

Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada

bagian permukaan media agar.

Analisis mikroorganisme digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah

mikroorganisme yang terdapat dalam air kumur. Analisis tersebut dapat menggunakan

standar yang disebut Standar Plate Count (SPC), menjelaskan mengenai cara menghitung

koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni di

dalam suatu bahan pangan yang dianalisis. Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung

adalah sebagai berikut :

- Satu koloni dihitung 1 koloni

- Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni

- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni

- Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.

- Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah dihitung.

- Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Rumus untuk menghitung jumlah koloni per ml adalah sebagai berikut :

Koloni yang dipilih untuk dihitung menggunakan cara SPC memiliki syarat khusus

berdasarkan statistic untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan. Perhitungan mengacu

kepada standar atau peraturan yang telah ditentukan. Syarat-syaratnya sebagai berikut :

Pilih cawan yang ditumbuhi koloni dengan jumlah 30-300 koloni.

> 300 = TNTC (Too Numerous To Count) atau TBUD (Terlalu Banyak Untuk

Dihitung)

< 30 = TFTC (Too Few To Count).

Bila diperoleh perhitungan kurang dari 30 dari semua pengenceran, maka hanya dari

pengenceran terendah yang dilaporkan.

Bila diperoleh perhitungan >300 dari semua pengenceran, maka hanya dari

pengenceran tertinggi yang dilaporkan.

Jika ada 2 pelat yang jumlah koloninya berada pada 30 - 300 koloni, maka dibuat

rasio :

Jika rasio > 2 maka jumlah koloni yang dipakai adalah jumlah koloni dari

pengenceran terendah dikalikan faktor pengencerannya

Jika rasio ≤ 2 maka jumlah koloni dari kedua pelat dirata-rata dan dikali faktor

pengenceran terendah

Bagan untuk mempersingkat syarat SPC

Apabila koloni yang tumbuh pada cawan terlalu banyak, maka cawan dapat dibagi-bagi atau

dibuat transek. Transek dibuat dengan spidol/marker di bagian bawah cawan petri. Pola

transek dapat dibuat bervariasi, tergantung kebutuhan.

Lampiran

DAFTAR PUSTAKA

Tortora, GJ., Berdell R.Funke, dan Christine L.Case. 2001. Microbiology an Introduction.

Benjamin Cummings. USA.

http://www.google.co.id/imgres?q=colony+forming+unit&hl=id&client=firefox-

a&rls=org.mozilla:en-

US:official&channel=s&biw=1229&bih=489&tbm=isch&tbnid=6sZorIM5LcUtlM:&imgref

url=http://xnet.rrc.mb.ca/davidb/applied_microbiology.htm&docid=nP1-

s52Ee4kFQM&imgurl=http://xnet.rrc.mb.ca/davidb/serial

%252520dilution.jpg&w=487&h=402&ei=nkgrT9jABIPyrQfH04nsDA&zoom=1&iact=hc&

vpx=657&vpy=148&dur=188&hovh=204&hovw=247&tx=116&ty=86&sig=114796175880

164290955&page=1&tbnh=141&tbnw=171&start=0&ndsp=13&ved=1t:429,r:4,s:0

http://www.google.co.id/imgres?q=fase+pertumbuhan+bakteri&hl=id&client=firefox-

a&hs=Zt9&sa=X&rls=org.mozilla:en-

US:official&channel=s&biw=1229&bih=489&tbm=isch&prmd=imvns&tbnid=zrpNnHV6X

nGpLM:&imgrefurl=http://rizkikarim.blogspot.com/2010/12/faktor-yang-berpengaruh-

terhadap.html&docid=cbGmbNAFBwkB0M&imgurl=http://4.bp.blogspot.com/_Azn-

znM8_G8/TB-n9x0z9AI/AAAAAAAAADE/ytmxjUwHv_g/s1600/

kurva.jpg&w=448&h=323&ei=AEUrT_HnEo7krAfyouDPDA&zoom=1&iact=hc&vpx=98

&vpy=110&dur=54&hovh=191&hovw=264&tx=90&ty=100&sig=11479617588016429095

5&page=1&tbnh=129&tbnw=179&start=0&ndsp=11&ved=1t:429,r:0,s:0

http://www.biotech.univ.gda.pl/odl/doc/numbers.pdf

Colome dkk.1986.Laboratory Exercise in Microbiology.West Publishing co.USA