32
BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus. Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain : pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium. Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila 1

Materi Goiter

Embed Size (px)

DESCRIPTION

by mirnawati

Citation preview

BAB IPEDAHULUAN

A. Latar BelakangIstilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus.Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain:pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium.Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.

B. Rumusan Masalah1. Pengertian dari penyakit goiter.2. Etiologi penyakit goiter.3. Klasifikasi penyakit Goiter.4. Patofisiologi penyakit Goiter.5. Manifestasi Klinis penyakit Goiter.6. Penatalaksanaan penyakit Goiter.7. Pencegahan penyakit Goiter . C.TujuanAdapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini yaitu:1. Mengetahui pengertian dari penyakit goiter.2. Mengetahui etiologi penyakit goiter.3. Mengetahui klasifikasi penyakit Goiter.4. Mengetahui patofisiologi penyakit Goiter.5. Mengetahui Manifestasi Klinis penyakit Goiter.6. Mengetahui Penatalaksanaan penyakit Goiter.7. Mengetahui Pencegahan penyakit Goiter .

BAB IIPEMBAHASAN

A.PengertianTIROID merupakan satu kelenjar kecil berbentuk seakan rama-rama seberat satu ons yang terletak di bawah halkum. Ia menghasilkan sejenis hormon yang berfungsi mengawal hal-hal berkaitan metabolisme - dari kadar degupan jantung ke kelajuan tubuh membakar kalori.Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroiddisebut juga struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.B.EtiologiHipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penyakit Hipotiroidisme yaitu :1.Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoanti .bodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditisHashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.2.Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.3.Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).4.Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.5.Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.C.Klasifikasi Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :a.Struma ToksikStruma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif. Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan mencegah pembentukyna. Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.b.Struma Non ToksikStruma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia. Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul. Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis di sebut hipotiroidisme tersier.a.Primer- Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium- Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaronb.Sekunder : kegagalan hipotalamus (penurunan TRH, TSH yang berubah-ubah, penurunan T4 bebas) atau kegagalan pituitari (penurunan TSH,penurunan T4 bebas)

D.PatofisiologiAktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal inidisebut thyroid stimulating hormone(TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok.Kelenjar tiroid dikendalikan olehthyroid stimulating hormone(TSH) yang juga dikenal sebagaithyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh hormonthyrotropin releasing hormon(TRH) dari hipotalamus.Thyrotropinbekerja pada reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroidlevothyroxinedantriiodothyronineumpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat berkembang.Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens. Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic gonadotropin. Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertrofi).Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri klien.E.Manifestasi klinikGejala utama :1.Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawahAdams apple.2.Perasaan sesak di daerah tenggorokan.3.Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).4.Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).5.Suara serak.6.Distensi vena leher.7.Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala8.Kelainan fisik (asimetris leher)Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :1.Tingkat peningkatan denyut nadi2.Detak jantung cepat3.Diare, mual, muntah4.Berkeringat tanpa latihan5.Goncangan6.AgitasiF.PenatalaksanaanPerawatan akan tergantung pada penyebab gondok.1.Defisiensi YodiumGondok disebabkan kekurangan yodium dalam makanan maka akan diberikan suplementasi yodium melalui mulut. Hal ini akan menyebabkan penurunan ukuran gondok, tapi sering gondok tidak akan benar-benar menyelesaikan.2.Hashimoto TiroiditisJika gondok disebabkan Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid, maka akan diberikan suplemen hormon tiroid sebagai pil setiap hari. Perawatan ini akan mengembalikan tingkat hormon tiroid normal, tetapi biasanya tidak membuat gondok benar-benar hilang. Walaupun gondok juga bisa lebih kecil, kadang-kadang ada terlalu banyak bekas luka di kelenjar yang memungkinkan untuk mendapatkan gondok yang jauh lebih kecil. Namun, pengobatan hormon tiroid biasanya akan mencegah bertambah besar.3.HipertiroidismeJika gondok karena hipertiroidisme, perawatan akan tergantung pada penyebab hipertiroidisme. Untuk beberapa penyebab hipertiroidisme, perawatan dapat menyebabkan hilangnya gondok. Misalnya, pengobatan penyakit Graves dengan yodium radioaktif biasanya menyebabkan penurunan atau hilangnya gondok.Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).1.Obat antitiroidIndikasi :a.Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.b.Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif.c.Persiapan tiroidektomid. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usiae.Pasien dengan krisis tiroidObat antitiroid yang sering digunakan :Karbimazol30-605-20

Metimazol30-605-20

Propiltourasil300-6005-200

2.Pengobatan dengan yodium radioaktifIndikasi :a.Pasien umur 35 tahun atau lebihb.Hipertiroidisme yang kambuhc.Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroidd.Adenoma toksik, goiter multinodular toksik3.Operasi Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.Indikasi :a.Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.b.Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besarc.Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktifd.Adenoma toksik atau struma multinodular toksike.Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodulf.MultinodularBanyak gondok, seperti gondok multinodular, terkait dengan tingkat normal hormon tiroid dalam darah. Gondok ini biasanya tidak memerlukan perawatan khusus setelah dibuat diagnosa yang tepat.G.PencegahanPencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :a.Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.b.Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.c.Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan.d.Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.e.Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN GOITER

A.Pengkajian1.Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.2.Kebiasaan hidup sehari-hari sepertia. Pola makanb. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).c. Pola aktivitas.3.Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.4.Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh :a. Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas.b. Sulit menelanc. Leher bartambah besard. Suara serak / paraue. Merasa malu dengan leher yang besar dan tidak simetris.5.Pemeriksaart fisik mencakupa. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.c. Perbesaran jantungd. Disritmia dan hipotensie. Parastesia dan reflek tendon menurun6. Kaji bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri7.Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).8.Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti:a. Status pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung.b. Warna kulit apakah nampak pucat atau sianosis.c. Suhu kulit khususnya daerah akral.d. KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak berdayae. Berat badan dan tinggi badan.f. Kadar Hbg. Kelembaban kulit dan teksturnyah. Porsi makan yang dihabiskani. Turgorj. Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsik. Kondisi mukosa mulutl. Kualitas suaram. Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya berinteraksi klien dengan orang disekitarnya.n. Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.B.Diagnosa Keperawatan1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrien kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal5. Risti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suaraC.Intervensi1.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasiTujuan:Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.Intervensi:1.Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterialRasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.2.Dorong pasien untuk napas dalam dan batukRasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.3.Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hatiRasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.4.Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasijika diperlukan.Rasional : Penggunaan saluran napas art

2.Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.Tujuan :Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian IntervensiIntervensi:1.Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.2.Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.3.Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.4.Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititasRasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).Tujuan :Nutrisi klien dapat terpenuhi dalam waktu 1-2 mingguIntervensi:1.Beri makan lunak atau cair sesuai kondisi klien.Rasional: makanan lunak dapat mengurangi kontraksi esophafgus dalam mendorong makanan kelambung, sehingga meningkatkan asupan nutrisi.2.Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan.Rasional: memberikan informasi tentang keefektifan program terapi yang telah dilakukan.3.Beri makanan tambahan diantara jam makan.Rasional: meningkatkan frekuensi asupan nutrisi untuk menyediaka nenergi yang cukup bagi pasien.4.Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam makan.Rasional: lingkungan yang menyenangkan dapat menciptakan suasana kenyamanan saat makandan meningkatkan asupan nutrisi.5.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memeberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitaminRasional :Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukanzat-zat makanan yang adekuat, dan megidentifikasimakanan penggantiyang paling sesuai. Meningkatkanaktivitas metabolic dan menurunkan simpanan glikogen.4.Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinalTujuan :Pemulihan fungsi usus yang normal.Intervensi:1.Dorong peningkatan asupan cairanRasional : Meminimalkan kehilangan panas2.Berikan makanan yang kaya akan seratRasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar3.Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung airRasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras4.Pantau fungsi ususRasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.5. Mendorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.Rasional : Meningkatkan evakuasi feses6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.

5.Risti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pitasuaraTujuan :Klien mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.Intervensi:1.kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak bicara terus menerus.Rasional: suara serak dan parau akibat edema jaringanatau pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dapat menyebabkan terganggunya pita suara dan penekanan pada trakea.2.pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak.Rasional : menurunkan kebutuhan berespon, mengurangi bicara.3.Berikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar.Rasional: memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan.4.Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi klien secara teratur.Rasional: menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi.5.Beritahu klien untuk terus membatasi bicara dan jawablah bel panggilan dengan segera.Rasional: mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diketahui atau memerlukan bantuanpertahankan lingkungan yang tenang.

BAB IVPENUTUP

A.KesimpulanGoiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroiddisebut juga struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamusserta kekurangan yodium.

C. SaranSebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun keperawatan adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan berbagai macam kasus. Oleh sebab itu baik sekali bila perawat menumbuhkan minat baca untukmenambah wawasan. Perawat juga harus mampu menemukan masalah yang sungguh-sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan yang memerlukan penanganan segera.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Doenges Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

20