40
BAB V, HASIL DAN PEMBAHASAN, Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum di RSU. Mitra Sejati Tahun 2009, berdasarkan hasil observasi terhadap 10 orang sample yang terdiri dari 5 orang pasien sebagai kelompok intervensi dan 5 orang pasien sebagai kelompok control. Maka didapat hasil sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekwensi Kelompok Responden mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati Medan, Menurut Terjadinya Peristaltik Usus NO Kel. Responden Ada peristaltic Tidak ada peristaltic Total F % F % 1 2 Kel. Kontrol Kel. Intervensi 5 5 100 100 0 0 0 0 5 5 100 100 Total 10 100 0 0 10 100 Dari table diatas dapat kita lihat bahwa pengaruh mobilisasi dini berdasarkan kejadiannya dari 10 orang responden baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi kedua nya terjadi peristaltic yaitu 10 orang (100 %) Tabel 2. Distribusi Frekwensi Kelompok Responden Mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati Medan

materi mobilisasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: materi mobilisasi

BAB V, HASIL DAN PEMBAHASAN, Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil PenelitianSetelah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum di RSU. Mitra Sejati Tahun 2009, berdasarkan hasil observasi terhadap 10 orang sample yang terdiri dari 5 orang pasien sebagai kelompok intervensi dan 5 orang pasien sebagai kelompok control. Maka didapat hasil sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekwensi Kelompok Responden mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati Medan, Menurut Terjadinya Peristaltik UsusNO Kel. Responden Ada peristaltic Tidak ada peristaltic TotalF % F % 12 Kel. KontrolKel. Intervensi 55 100100 00 00 55 100100Total 10 100 0 0 10 100

Dari table diatas dapat kita lihat bahwa pengaruh mobilisasi dini berdasarkan kejadiannya dari 10 orang responden baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi kedua nya terjadi peristaltic yaitu 10 orang (100 %)

Tabel 2. Distribusi Frekwensi Kelompok Responden Mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati Medan Menurut Waktu Terjadinya Peristaltik Usus NO Kel. Responden Waktu Terjadinya Peristaltik TotalLebih dr atau sama dgn 24 jam kurang dr 24 jam F % F % F %12 Kel. KontrolKel. Intervensi 50 1000 05 0100 55 100100

Page 2: materi mobilisasi

Total 5 50 5 50 10 100

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa Pengaruh Mobilisasi Dini berdasarkan waktu terjadinya yang lebih dari atau sama dengan 24 jam sebanyak 5 orang (100%) pada kelompok kontrol, sedangkan yang kurang dari 24 jam sebanyak 5 orang (100%) pada kelompok intervensi.Tabel 3. Analisis Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Waktu Terjadinya Peristaltik Usus pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati MedanCrosstabsCrosstabs

5.2 PembahasanSetelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS berdasarkan uji Chi-Square didapatkan hasil, bahwa tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltic usus pada pasien post operasi anastesi umum di RSU. Mitra Sejati atau P>ά, dimana ά = 0,05 sedangkan P= 0,08

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KesimpulanSetelah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati Medan Tahun 2009 maka dapat disimpulkan :1. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada pasien Post Operasi Anastesi Umum. berdasarkan kejadiannya dari 10 orang responden baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi kedua nya terjadi peristaltic yaitu 10 orang (100 %)2. Pengaruh Mobilisasi Dini berdasarkan waktu terjadinya, yang lebih dari atau sama dengan 24 jam sebanyak 5 orang (100%) pada kelompok kontrol, sedangkan yang kurang dari 24 jam sebanyak 5 orang (100%) pada kelompok intervensi3. Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS berdasarkan uji Chi-Square didapatkan hasil, bahwa tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltic usus pada pasien post operasi anastesi umum di RSU. Mitra Sejati atau P>ά, dimana ά = 0,05 sedangkan P= 0,08

6.2 Saran Adapun saran-saran yang peneliti ingin sampaikan mengenai penelitian ini antara lain :1. Bagi PasienKepada pasien, setelah 6 jam selesai tindakan operasi anastesi umum dibantu dengan perawat. Pasien mau melakukan tindakan mobilisasi dini dengan mengabaikan rasa malas dan sedikit nyeri juga rumor yang berpendapat bahwa jika banyak bergerak setelah operasi maka jahitan operasi akan lepas. Mobilisasi dilakukan untuk mempercepat terjadinya platus, melancarkan peredaran darah dan menghindari komplikasi lainnya.2. Bagi Perawat

Page 3: materi mobilisasi

Mobilisasi dini pada pasien post operasi anastesi umum sangat perlu dilakukan dimana keuntungan yang didapat pasien dapat lebih cepat mengakhiri puasanya karena peristaltik nya sudah baik dan mencegah komplikasi yang lain. Kepada perawat diharapkan mampu melakukan mobilisasi secara terstruktur setelah 6 jam pasien selesai dioperasi.3. Bagi Pihak Rumah SakitMengingat efek yang ditimbulkan sangat fatal jika tidak dilakukan mobilisasi dini setelah pasien 6 jam selesai di operasi, hal ini perlu menjadi perhatian yang sangat penting bagi pihak Rumag Sakit yaitu diharapkan mobilisasi secara terstruktur dapat menjadi protap yang harus dilakukan setalah 6 jam pasien selesai di operasi dengan anastesi umum

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUD Solok Tahun 2009

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran,

Kemajuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang optimal melalui terciptanya masyarakat bahagia dan negara indonesia yang ditandai oleh

pendukungnya, Hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat

kesehatan yang optimal seluruh wilayah Republik Indonesia. Sasaran pembangunan kesehatan menuju

Indonesia yang sehat 2010 adalah perilaku hidup sehat yaitu secara bermakna jumlah Ibu memeriksakan

diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 1999)

Disektor kesehatan sendiri, upaya kesehatan yang dilakukan akan lebih mengutamakan upaya kuratif,

promotif tanpa meninggalkan preventif dan rehabilitatif. Tindakan bedah sectio caesarea merupakan

upaya untuk mengobati (kuratif) suatu penyakit atau meringankannya untuk dapat menyelamatkan

Page 4: materi mobilisasi

nyawa ibu maupun janin. Bedah caesar kadang menjadi alternatif persalinan yang mudah dan nyaman.

Anggapan ini membuat mereka memilih persalinan cara ini dari pada alami, meskipun tanpa indikasi

medis. (Dini Kasdu, 2003 : 3)

Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain (1968),

indikasi sectio caesarea yang terbanyak adalah disproporsi repalo peluik (21%), sedangkan indikasi lain

adalah gawat janin (14%), plasenta pravia (11%), pernah sectio caesarea (11%), Incoordinate Uterine

Action (9%), preeklamsi dan hipertensi (7%). (Hanifa Wiknjosostro, 1994), namum berkat kemajuan

antibiotik, transfusi darah, anastesi dan teknik operasi lebih sempurna kecendrungan untuk melakukan

operasi ini tampa dasar indikasi yang cukup kuat.

Survei sederhana pernah dilakukan oleh Prof. Dr Gulardi dan dr. A. Basalomah terhadap 64 rumah sakit

di Jakarta pada tahun 1993. hasilnya, tercatat 17.665 kelahiran yang dikutip dari majalah Ayah Bunda

No. 3/February 2001. Dari angka kelahiran tersebut, sebanyak 19,5-27,3% diantaranya merupakan

operasi caesar karena adanya komplikasi cephalo pelvic disprortion/CPD (ukuran lingkar pinggul ibu

tidak sesuai lingkar kepala janin). Berikutnya, operasi caesar akibat perdarahan hebat yang terjadi

selama persalinan sebanyak 11,8-21% dan kelahiran caesar kerena janin sungsang berkisar 4,3-8,7%

(Dini Kasdu, 2003 : 4)

Data lain yang didapat dari RSUP N Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tahun 1999-2000, Menyebutkan

bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404 perbulan, 30% diantaranya merupakan persalinan caesar,

52,5% adalah persalinan spontan, sedangkan sisanya dengan bantuan alat seperti vacum dan forsep.

Berdasarkan persentase kelahiran caesar tersebut, 13.7% disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung

janin lemah menjelang persalinan) dan 2,4% karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat

melewati pinggul ibu. Sisanya, sekitar 13,9% opersi caesar dilakukan tampa melakukan pertimbangan

medis. (Dini Kasdu, 2003:6)

Page 5: materi mobilisasi

Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan dinding abdomen atau uterus yang masih utuh

dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Ida Bagus Manuaba,

1999 : 229). Perawatan yang dibutuhkan oleh pasien post op sectio caesarea menurut subiston

(1992:107) membutuhkan perawatan inap sekitar 3–5 hari, penutupan luka insisi sectio caesarea terjadi

pada hari ke-5 pasca bedah, luka pada kulit akan sembuh dengan baik dalam waktu 2–3 minggu

sedangkan luka fasia abdomen akan merapat dalam waktu 6 minggu, tapi tetap terus berkembang

makin erat selama 6 bulan, tendon atau ligomentum membutuhkan waktu sekurang–kurangnya 3 bulan

untuk peyembuhan awal dan terus makin kuat dalam waktu lebih dari 1 tahun (Subiston, 1998 :147)

Faktor–faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari oksigenasi,

hematoma, teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis dan obat–

obatan (Subiston, 1992:148). Faktor lainnya adalah gaya hidup klien dan mobilisasi (Kozler, 1995:1361)

Sesuai dengan paradigma sehat dan tanpa meninggalkan upaya pemulihan kesehatan penderita, perlu

adanya mobilisasi dini secara bertahap bagi pasien post operatif sectio caesarea selama di rumah sakit.

Mobilisasi dini merupakan suatu tindakan rehabilitatif (pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar

dari pengaruh anastesi dan sesudah operasi. Mobilisasi berguna untuk membantu dalam jalannya

penyembuhan luka (Rustam Moctar, 1992:179).Menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik

Kebidanan (2005:370) bahwa penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka

sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan

penurunan aktifitas fibroblas. Disamping itu nutrisi juga merupakan aspek yang paling penting dalam

pencegahan dan pengobatan luka. Oleh karena itu peranan nutrisi dalam perawatan luka adalah kunci

untuk intervensi (Suriadi, 1995:85) dimana abnormal penyembuhan luka dikaitkan dengan protein,

kalori–mainutrisi daripada kekurangan salah satu unsur nutrisi.

Page 6: materi mobilisasi

Dilihat dari data di ruang kebidanan RSUD Solok pada bulan Juli 2008 sampai Januari 2009 tercatat

jumlah ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea sebanyak 130 orang (32,3%) dari 402 pasien yang

melakukan persalinan. Rata-rata lama hari pasien post sectio caesarea dirawat antara lain 6 pasien lama

rawatannya berkisar antara hari ke-9 sampai hari ke-11, 67 pasien dirawat berkisar antara hari ke-6

sampai hari ke-8, 60 pasien dirawat berkisar antara hari ke-3 sampai hari ke-5. Dari data didapatkan

bahwa rata-rata lama hari rawat pasien post sectio caesarea berkisar antara hari ke-6 sampai hari ke-8.

Sedangkan menurut Dini Kasdu (2003:29) dalam bukunya Operasi Caesar, Masalah dan Solusinya, lama

rawatan untuk pasien post sectio caesarea normal sekitar 3-5 hari

Berdasarkan masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor–

faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan

RSUD Solok Tahun 2009” .

Rumusan Masalah

Masih adanya pasien post sektio caesarea yang dirawat lebih dari 5 hari dan belum diketahuinya faktor-

faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan

RSUD Solok Tahun 2009.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan antara usia dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di

ruang kebidanan RSUD Solok ?

Apakah ada hubungan antara nutrisi dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea

di ruang kebidanan RSUD Solok ?

Page 7: materi mobilisasi

Apakah ada hubungan antara mobilisasi dini pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post

sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

pada pat post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.

Tujuan Khusus

Diperoleh gambaran tentang proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang

kebidanan RSUD Solok

Diperoleh gambaran tentang usia pesien terhadap proses penyembuhan luka pada pasien post sectio

caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok

Diperoleh gambaran tentang pemenuhan nutrisi pesien terhadap proses penyembuhan luka pada pasien

post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok

Diperoleh gambaram tentang mobilisasi dini pasien terhadap proses penyembuhan luka pasien post

sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok

Diperoleh informasi tentang hubungan antara usia pasien dengan proses penyembuhan luka pada

pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok

Diperoleh informasi tentang hubungan antara pemenuhan nutrisi pasien dengan proses penyembuhan

luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok

Page 8: materi mobilisasi

Diperoleh informasi tentang hubungan mobilisasi dini pasien dengan proses penyembuhan luka pada

pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok

Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan di bangku perkuliahan tentang riset dan

keperawatan medikal bedah serta ilmu lain yang mendukung

Bagi Institusi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah sakit tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea

Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi institusi pendidikan

khususnya bagi mahasiswa Poltekes Jurusan Keperawatan sebagai data pendukung bagi peneliti yang

ingin melanjutkan penelitian dalam bidang yang sama.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang kebidanan RSUD Solok pada bulan Juni 2009 tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea, dimana terdiri dari variabel

dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu penyembuhan luka pada pat post sectio

caesarea dan variabel independennya yaitu : usia, nutrisi, dan mobilisasi dini pesien dengan populasinya

seluruh pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.

Page 9: materi mobilisasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Luka

Pengertian

Luka adalah keadaan hilangnya atau terputusnya kontuinitas jaringan (Arif Mansur, dkk. 2000)

Luka adalah kerusakan dalam keutuhan jaringan tubuh yang dapat bersifat internal dan

eksternal, luka juga merupakan cidera yang mendasar (Muriel, 1993).

Macam-macam Luka

Luka Tertutup

Luka tertutup adalah luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak rusak seperti terkilir,

patah tulang dan sebagainya.

Luka Terbuka

Luka terbuka adalah dimana kulit atau jaringan selaput lendir rusak, kerusakan ini dapat terjadi

karena kesenjangan, seperti pada tindakan operasi. Luka yang tidak dibuat dengan sayatan merupakan

sebab dari kecelakaan kita sebut luka traumatis. Bentuk luka yang sering muncul :

Luka Bakar

Luka yang disebabkan oleh api atau benda panas lainnya

Luka Robek

Page 10: materi mobilisasi

Luka dengan tepi tidak beraturan atau compang-camping biasanya karena goresan benda

tumpul.

Luka Tusuk

Luka akibat tusukan benda runcing biasanya kedalaman luka lebih besar dari pada lebarnya.

Luka Lecet

Cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda permukaan kasar

atau runcing.

Luka sayat

Luka iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.

Luka Gigitan Binatang

Luka yang disebabkan oleh gigitan binatang seperti gigitan anjing atau ular.

Proses Perawatan Luka

Perprimen adalah peyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya

dengan jahitan.

Persekudan yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan perprimen proses penyembuhan terjadi

lebih kompleks dan lebih lama, luka jenis ini biasanya tetap terbuka, biasanya dijumpai pada

luka-luka dengan kehilangan jaringan terkontaminasi atau terinfeksi, penyembuhan dimulai dari

lapisan dalam bentuk jaringan granulasi.

Page 11: materi mobilisasi

Pertatiam yaitu perpriman tertunda luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan

dengan brideman, setelah diyakini bersih tapi luka dipertautkan 4-7 hari. (Arif Mansyur, dkk,

2000)

Proses Penyembuhan Luka

Pengertian

Penyembuhan luka adalah proses dinamis yang mulai pada saat cedera dan menetap selama

berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah cidera. (Sabiston, 1994 : 102)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Menurut Brunner dan Suddarth (2002:493) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

penyembuhan luka adalah : usia pasien, penanganan jaringan, hipovolemi, faktor lokal, defisit nutrisi,

benda asing, penumpukan drainase, medikasi, over aktivitas pasien, gangguan sistemik, status

imunosupresi, stresor luka.

Ada lagi faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka menurut Kozler (1995:1361) yaitu gaya

hidup dan mobilisasi.

Sedangkan menurut Ida Bagus Manuaba (1999:227), luka post sektio caesarea harus

mendapatkan perawatan agar dapat mempercepat proses penyembuhan dan juga untuk mencegah

terjadinya infeksi.

Klasifikasi Penyembuhan Luka

Menurut Syamsuhidayat (1997:73) klasifikasi penyembuhan luka dibagi dua yakni :

Penyembuhan Luka Skunder

Page 12: materi mobilisasi

Penyembuhan kulit tanpa pertolongan dari luar. Luka akan berisi jaringan granulasi dan

kemudian ditutup oleh jaringan epitel

Penyembuhan Primer

Penyembuhan primer terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan

latihan.

Perbandingan penyembuhan primer dan skunder menurut Sabiston (1994:104)

Penyembuhan Primer Penyembuhan SkunderKehilangan jaringan atau nekrose sedikit

Biasanya steril

Penyembuhan cepat

Arsitektur jaringan normal dipertahankan

Kontraksi luka steril

Kontraksi luka steril

Re-epitelasi sedikit

Terdapat nekrosis jaringan

Sering terinfeksi

Penyembuhan lambat

Penyembuhan dengan pembentukan granulasi dan

parut

Luka menutup dengan kontraksi luka

Re-epitelasi area yang tidak dapat menutup

dengan kontraksi

Fase Penyembuhan Luka

Fase inflamasi atau log fase

Berlangsung sampai hari ke-5 akibat luka terjadi perdarahan.ikut keluar trombosit dari sel-sel

radang trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksam, bahan kimia tertentu dan asamino

tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah mengatur tonus dinding pembuluh darah dan

kemotaksis terhadap leukosit terjadi vasokontriksi dan proses penghentian perdarahan. Sel radang

Page 13: materi mobilisasi

keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel masuk

mengeluarkan sarotamin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler, limposit dan monosit

menghancurkan dan memakan kotoran dan kuman pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal

(Long Fase).

Fase Proliferasi atau fibroblas

Berlangsung pada hari ke-6 sampai dengan 3 minggu terjadi proses proliferasi dan pembekuan

fibroblas yang berasal dari sel-sel mesankin.

Fibroblas menghasilkan mekopolisakarida dan serat kolagen yang terdiri dari asam-asam amino

glisin, prolin hidroksiprolin. Mokopolisakarida mengatur deposisi serat-serat yang akan mempertautkan

tepi luka.

Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tak diperlukan dihancurkan dengan demikian

luka mengkerut dan mengecil.

Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, seratkolgen, kapiler-kapiler membentuk

jaringan kemerahan dengan permukaan tak rata disebut jaringan granula.

Epitel sel basal tapi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka, tepatnya diisi hasil

mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan ke permukaan yang rata atau lebih rendah tak

dapat naik, pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel

dan mulailah pendewasaan luka pengeluaran kembali, penyerapan yang berlebihan.

Fase remodeling atau fase resopsi dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda

radang sudah hilang (Suriadi, 2007:10).

Fisiologi Penyembuhan Luka

Page 14: materi mobilisasi

Menurut Suriadi (2007:13) fisiologi penyembuhan luka seperti bagan di bawah ini :

Injuri jaringan..

Hemorogik, aktivasi platelet dan degranulasi, aktivasi komplemen, pembekuan dan haemotasis..

Rekrut sel melalui kemotaksis, fogositosis dan debridement..

Pengeluaran sitoksin, dan mediator bioaktif lain, pertumbuhan sel dan aktivasi, reepitelisasi fogositisis dan

debridement..

Neovaskularisasi, pembentukan jaringan granulasi, komtraksi luka..

Terputusnya jaringan baru, remodeling ekstraseluler matrik dan penutupan luka..

Sectio Ceasarea

2.3.1 Pengertian

Sectio Ceasarea adalah persalinan melalui sayatan dinding abdomen atau uterus yang masih utuh

dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Ida Bagus Manuaba,

1999:229)

Indikasi Sectio Caesarea

Plasenta previa

Page 15: materi mobilisasi

Disproporsi sefalo pelvic

Fatal disstress

Riwayat sectio caesarea

Preeklamsia dan hipertensi

Ruptur uteri mengancam

Kelainan letak anak

(Rustam Muchtar, 1999:135)

Klasifikasi Sectio Caesarea

Berdasarkan Jenis Pembedahan

Sectio Caesarea Tranparitnonae Profunda

Sectio Caesara Korporal (Klasik)

Sectio Caesarea Akstra Peritongal

Berdasarkan waktu dilakukan sectio ceasarea

Sectio Caesarea Primer

Direncanakan pada waktu antenatal care

Sectio Caesarea Sekunder

Tidak direncanakan terlebih dahulu sewaktu antenatal care

Komplikasi

Page 16: materi mobilisasi

Terhadap ibu

Perdarahan

Luka pada dinding kencing

Embolis paru

Ruptur uteri

Terhadap bayi

Kematian perinatal

(Arif Mansyur, 1999:345)

Usia

Ukuran keberhasilan pelayanan modern tercermin dari penurunan angka kematian maternal, sampai

pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta waktu.

(Rustam Muchtar,1998:189)

Disamping itu menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik Kebidanan (2005:370) bahwa

penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka sehubungan dengan adanya

gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktifitas fibroblas.

Kulit utuh pada orang dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma

mekanis dan infeksi, begitu juga dengan efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler, dan sistem

respirasi, yang memungkinkan penyembuhan luka terjadi lebih cepat. Sistem tubuh yang berbeda

“tumbuh” dengan kecepatan yang berbeda pula, tetapi lebih dari usia 30 tahun mulai terjadi penurunan

yang signifikan dalam beberapa fungsinya, seperti penurunan efisiensi jantung, kapasitas vital, dan juga

Page 17: materi mobilisasi

penurunan efisiensi sistem imun, yang masing – masing masalah tersebut ikut mendukung terjadinya

kelambatan penyembuhan luka seiring dengan penambahan usia. (http://diaryasa.blog.friendster.com)

Nutrisi

2.5.1 Pengertian

Nutrisi adalah aspek yang paling penting dalam pencegahan dan pengobatan pada luka.

(Suriadi,2007:85)

Fungsi

Adalah untuk penyembuhan dalam seluler, struktur dan proses imun dan pada fase

penyembuhan luka. (Suriadi,2007:85)

Asupan nutrisi yang mempengaruhi penyembuhan luka

Yang mana diperlukan asupan protein, Vitamin A dan C, Tembaga, zinkum, dan zat besi yang

adekuat. Protein mensuplai asam amino,yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan regenerasi,

tubuh harus mempunyai suplai protein sebanyak 100 gr perhari agar dapat menetralisir penyembuhan

luka dengan baik. Vitamin A dan zinkum diperlukan untuk sintesis epitelialisasi, dan vitamin C serta

zinkum diperlikan untuk sintesis kolagen dan integrasi kapiler. Zat besi diperlukan untuk menghantarkan

oksigen ke seluruh tubuh.

Mobilisasi

Pengertian

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dan

mencapai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, hal ini penting untuk kemandrian klien.

(Kozleir, 1995)

Page 18: materi mobilisasi

Mobilisasi berasal dari kata ambulasi dini, yang dimaksud dengan mobilisasi dini adalah

pengembangan secara bertahap/berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah

komplikasi. (Nancy Raper, 1996:190)

Menurut Nancy Raper (1996) konsep diri mobilisasi mencakup bio mekanisme yang kompleks

dari gerakan, duduk, berdiri, berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. (Nancy Raper, 1996)

Tujuan Mobilisasi Dini

Untuk mencegah beberapa kemungkinan komplikasi akibat tirah baring lama (Kozler, 1995 : 892 )

Agar persendian yang kaku atau pembengkakan yang terjadi pada urat-urat, karena mobilisasi maka

peredaran darah akan bisa menjadi normal kembali (Bahan Ajar KDM I)

Untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli dan juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka

(Rustam Muchtar, 1998:157)

Meningkatkan fungsi paru-paru dengan meningkatkan sirkulasi darah. Hal tersebut memperkecil resiko

penggumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan dan menolong saluran cerna agar mulai

bekerja (Chrissei G Mundy, 2004 : 2)

Tahap-tahap Mobilisasi Dini

Tahap mobilisasi pada pasien sectio caesarea dengan anastesi umum (RustamMuchtar, 1998:179)

Melakukan nafas dalam segera (5 – 10 menit) setelah sadar dari bius operasi caesarea dengan cara

inspirasi melalui hidung, pada saat ekspirasi pasien membuka mulut selanjutnya nafas

dihembuskan secara perlahan-lahan seperti meniup lilin.

Page 19: materi mobilisasi

Merubah posisi tidur kekiri dan kekanan, dilakukan 6 – 10 jam setelah operasi sectio caesarea dengan

cara menekukkedua lutut daerah yang luka atau bekas insisi, ditahan dengan telapak tangan kiri

sambil bertumpu pada kaki kanan, dan tangan kanan berpegang pada sisi tempat tidur begitu

juga sebaliknya.

Meregangkan dan mengendorkan tungkai bawah dengan cara menegangkan kedua telapak kaki,

selanjutnya ditahan 1 – 2 menit setelah itu dikendorkan kembali, ini dilakukan sesuai dengan

kemampuan klien.

Tegak dan kuatkan tubuh pada posisi berdiri sampai benar-benar stabil sebelum berjalan

Jika posisi berdiri sudah cukup stabil dan kuat, lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi

sedikit, namun dengan beberapa latihan nyeri itu akan berkurang

Pada hari ketiga klien sudah bisa berjalan sendiri dan meninggalkan ruang rawatan

Berbagai Masalah Fisik yang Dapat terjadi Akibat Mobilisasi Dini

Muskuloskeletal

Dimineralisasi tulang yaitu kehabisan kalsium yang memberikan kekuatan dan kepadatan tulang akibat

dari imobilisasi. Dengan tidak beraktivitas proses pengurasan berlangsung, hal ini karena osteoblas dan

pembentukan matriks tulang memerlukan tekanan dan kolagen dari aktivitas untuk penahan berat

badan, serta penarikan otot oleh tulang berfungsi dimineralisasi terus menerus sehingga menyebabkan

tulang menjadi rapuh dan pada gilirannya dengan mudah terjadi deformitas atau kompresi serta fraktur.

Atropi otot

Page 20: materi mobilisasi

Tidak menggerakkan otot cendrung terjadi pada ujung terpaut di tempat tidur karena serabut otot yang

tidak berkontraksi selama beberapa waktu akhirnya terjadi pengurangan ukuran, bila otot dilatih maka

ukuran serabut otot bertambah.

Buang air besar

Pasien yang immobilisasi dapat menyebabkan hilangnya reflek defekasi dan kemampuan ekspulsi fekal

disebabkan oleh aktivitas muskulo skeletal. Pada refleks viseral yang digunakan dalam proses defekasi,

kelemahan dan kemunduran refleks defekasi dapat mengakibatkan defekasi dapat mengakibatkan

konstipasi

Masalah pernafasan

Penurunan gerak pernafasan

Akumulasi sekret pada saluran pernafasan

Dada dapat terbatas geraknya karena kehilangan koordinasi otot, barangkali karena otot tidak

digunakan karena agen terminologi tertentu seperti sedativa dan analgesik. Ekspirasi dada

akan lebih terbatas karena posisi atau berbaring. Gerakan dada juga dapat dibatasi oleh

distensi abdomen disebabkan digesti atau penyebab-penyebab lainnya.

BAB III

KERANGKA KONSEP

Page 21: materi mobilisasi

Kerangka Konsep

Suriadi (2007:93) dalam bukunya Manajemen Luka yaitu : penyembuhan luka adalah proses

kompleks yang meliputi berbagai macam faktor interaksi untuk perbaikan normal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari

oksigenisasi, hematoma dan teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid,

sepsis dan obat–obatan (Subiston, 1992:148).

Faktor lainnya adalah gaya hidup klien dan mobilisasi (Kozler, 1995:1361) pasien yang melakukan

kegiatan mobilisasi dini akan membantu dalam jalannya penyembuhan luka dimana sirkulasi darah yang

membawa oksigen dan makanan kedaerah luka berjalan dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya

infeksi kecil (Kozler, 1995:1361). Menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik Kebidanan

(2005:370) bahwa penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka sehubungan

dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan

aktifitas fibroblas. Disamping itu nutrisi juga merupakan aspek yang paling penting dalam pencegahan

dan pengobatan luka. Oleh karena itu peranan nutrisi dalam penyembuhan luka adalah kunci untuk

intervensi (Suriadi, 1995:85) dimana abnormal penyembuhan luka dikaitkan dengan protein, kalori–

mainutrisi daripada kekurangan salah satu unsur nutrisi.

Untuk lebih jelasnya hubungan antara variabel independent dan variabel dependent dapat

dilihat pada skema berikut ini :

Usia

Nutrisi

Mobilisasi Dini

Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea

Page 22: materi mobilisasi

Variabel independen Variabel dependen

Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur

1

2

3

4

Dependen

Penyembuhan Luka Pada Pasien Post SC

Independen

Usia

Nutrisi

Mobilisasi Dini

Lama waktu penyembuhan luka yang dibutuhkan oleh pasien post SC

Masa yang telah dilewati pasien sampai saat dilakukan operasi SC

Keadaan nutrisi pasien yang diukur dengan kadar protein darah pasien

Suatu kemampuan pasien untuk menggerakkan tubuhnya secara bebas, mudah, teratur dimulai

Observasi

Agket

Studi Dokumentasi

Observasi

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

l

Normal

Sembuh dalam 3-5 hari

Tidak Normal

Semuh > dari 5 hari

Resiko

Usia > 30 tahun

Tidak Resiko

Usia <>

Normal

Jika jumlah protein >100gr

Tidak Normal

Jika jumlah proein <

Page 23: materi mobilisasi

dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Sesuai dengan tahapan mobilisasi(hari pertama sampai hari kelima post op SC ).Untuk anastesi spinal terdiri dari 3 item,sedangkan untuk anastesi umu terdiri dari 5 item pertanyaan

style="">

Baik

jika mengikuti atau melaksanakan semua tahap – tahap dari mobilisasi dini dan ditandai pada hari ke 3/5 sudah dapat berjalan meninggalkan ruangan

Kurang Baik

apabila tidak mengikuti dari semua tahap mobilisasi

Hipotesis

Ada hubungan antara usia pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di

ruang kebidanan RSUD Solok

Ada hubungan antara nutrisi pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea

di ruang kebidanan RSUD Solok

Ada hubungan antara mobilisasi dini pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio

caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.

BAB IV

Page 24: materi mobilisasi

METODE PENELITIAN

Disain Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan Cross

Sectional“untuk mengetuhui hubungan antara usia,nutrisi, dan mobilisasi dini pasien terhadap proses

penyembuhan luka post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok. Dimana data yang menyangkut

variabel dependen dan independent akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan, alasan peneliti

menggunakan rancangan ini adalah karena tujuan penelitian untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok

tahun 2009.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis varibel yaitu variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen penelitian ini adalah penyembuhan luka post sectio caesarea sedangkan

variabel independent adalah usia, nutrisi, dan mobilisasi dini

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post sectio caesarea yang dirawat di ruang

kebidanan RSUD Solok pada tanggal 16 Juni sampai dengan 02 Juli 2009.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pesien post sectio caesarea di ruang kebidanan

RSUD Solok tahun 2009. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling yaitu seluruh pasien post

sectio caesarea saat penelitian bulan Juni dengan kriteria :

Page 25: materi mobilisasi

Bersedia menjadi responden

4.3.2.1 Mampu berkomunikasi

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang mana untuk variabel dependent yaitunya

penyembuhan luka pada pasien post SC dilakukan dengan cara observasi. Sedangkan untuk variabel

independent yitunya usia dan nutrisi dilakukan dengan cara studi dokumentasi. Dan untuk mobilisasi

dini dilakukan dengan pedoman observasi yang mana untuk pasien dengan anastesi umum terdiri dari 5

item sedangkan untuk anastesi spinal terdiri dari 3 item pertanyaan.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data selesai baik secara observasi maupun pengisian

kuesioner, dengan maksud agar data yang dikumpulkan jelas, kemudian dimasukkan ke dalam master

tabel. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data menurut Arikunto, (1998:208).

Editing Data

Melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner apakah jawaban yang sudah dibuat sudah lengkap,

jelas dan jawabannya sudah relevan dengan pertanyaan.

Coding Data

Memberikan kode pada setiap informasi yang sudah terkumpul dari setiap pertanyaan dalam

koesioner untuk memudahkan dalam mengelola data.

Entery Data

Page 26: materi mobilisasi

Dilakukan secara manual dengan menggunakan master tabel yang telah dibuat terdiri dari baris dan

kolom.

Tabulasi Data

Setelah kuesioner diisi dengan benar, maka data ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi.

Cleaning

Data yang telah dimasukkan dicek kembali untuk memastikan data tersebut telah bersih dari

kesalahan.

Analisa Data

Analisa Univariat

Analisa dilakukan pervariabel penelitian. Variabel yang dimaksud adalah variabel dependent

yaitu penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea dan variabel independent meliputi usia,

nutrisi dan mobilisasi dini.

Untuk variabel dependent :

Penyembuhan luka pada pasien post SC

Dilihat dari hasil observasi bagaimana kondisi luka responden apakah luka sembuh yaitu

luka mengering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.Yang mana dikategorikan normal

jika luka sembuh dalam waktu 3-5 hari dan di kategorikan tidak normal jika sembuh

dalam waktu > 5 hari

Untuk variabel independent :

Usia

Page 27: materi mobilisasi

Dari hasil wawancara dan dengan menggunakan kuesioner usia,yang mana usia

dikategorikan beresiko dalam penyembuhan luka pada pasien post SC adalah responden

yang berusia > 30 tahun sedangkan responden yang dikategorikan tidak beresiko adalah

responden dengan usia <>

Nutrisi

Dari hasil studi dokumentasi yang mana di kategorikan normal jka jumlah kadar protein

darah responden > 100 gr dan dikategorikan tidak normal jika jumlah kadar protein

dalam darah klien <>

Mobilisasi dini

Dari hasil observasi dan pengisian kuesioner terdiri dari 2 point yangmana untuk pasien

post SC dengan anastesi umm terdiri dari 5 item sedangkan untuk anastesi spinal terdiri

dari 3 item pertanyaan .Yang mana dikategorikan baik jika mengikuti atau malaksanakan

semua tahap-tahap mobilisasi dini dan ditandai pada hari 3-5 sudah dapat berjalan

meninggalkan ruangan. Dan dikategorikan kurang baik jika tidak mengikuti dari semua

tahap mobilisasi.s

Analisa Bivariat

Untuk menguji hipotesa apakah ada hubungan antara variabel independent dengan variabel

dependen digunakan uji Chi-square, dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

Page 28: materi mobilisasi

: Chi-square

: Observasi (yang sebenarnya)

: Nilai yang diharapkan

: Jumlah alternatif

Untuk melihat hasil kemaknaan uji statistik digunakan batas kemaknaan 0,05 sehingga pka nilai

P <> 0.05 maka hasil hubungan tersebut tidak bermakna. Bila terdapat nilai kurang dari lima digunakan

rumus kontigensi dengan koreksi yates:

Untuk melihat hasil hitung statistik digunakan batas kemaknaan 0.05 dengan nilai = 3.841

sehingga nilai P > 0.05 , maka hasil hubungan tersebut tidak bermakna.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah ruang kebidanan RSUD Solok tahun 2009.

Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2009

Pertimbangan Etik

Page 29: materi mobilisasi

Sebagai pertimbangan etik maka peneliti perlu meminta persediaan ibu hamil untuk menjadi

responden dalam penelitian ini dengan memberikan informed consent pada responden dan peneliti juga

wajib merahasiakan nama responden dan data yang diberikan oleh responden pada orang lain.

Prosedur penelitian

Tahap Pra Penelitian

Pemilihan lahan penelitian

Melakukan studi pendahuluan

Melakukan studi kepustakaan

Menyusun proposal dan instrumen penelitian

Mengikuti seminar proposal

Tahap Persiapan

Revisi instrumen

Perbanyak instrumen penelitian

Tahap Pelaksaan Penelitian

Penjelasan tujuan penelitian pada responden

Menyampaikan informed consent pada responden

Pengisian kuesioner oleh responden

Pengumpulan kuesioner dan mencek kelengkapannya