Author
rnengsih8029
View
2.231
Download
1
Embed Size (px)
BAB V, HASIL DAN PEMBAHASAN, Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil PenelitianSetelah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum di RSU. Mitra Sejati Tahun 2009, berdasarkan hasil observasi terhadap 10 orang sample yang terdiri dari 5 orang pasien sebagai kelompok intervensi dan 5 orang pasien sebagai kelompok control. Maka didapat hasil sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekwensi Kelompok Responden mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati Medan, Menurut Terjadinya Peristaltik UsusNO Kel. Responden Ada peristaltic Tidak ada peristaltic TotalF % F % 12 Kel. KontrolKel. Intervensi 55 100100 00 00 55 100100Total 10 100 0 0 10 100
Dari table diatas dapat kita lihat bahwa pengaruh mobilisasi dini berdasarkan kejadiannya dari 10 orang responden baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi kedua nya terjadi peristaltic yaitu 10 orang (100 %)
Tabel 2. Distribusi Frekwensi Kelompok Responden Mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati Medan Menurut Waktu Terjadinya Peristaltik Usus NO Kel. Responden Waktu Terjadinya Peristaltik TotalLebih dr atau sama dgn 24 jam kurang dr 24 jam F % F % F %12 Kel. KontrolKel. Intervensi 50 1000 05 0100 55 100100
Total 5 50 5 50 10 100
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa Pengaruh Mobilisasi Dini berdasarkan waktu terjadinya yang lebih dari atau sama dengan 24 jam sebanyak 5 orang (100%) pada kelompok kontrol, sedangkan yang kurang dari 24 jam sebanyak 5 orang (100%) pada kelompok intervensi.Tabel 3. Analisis Pengaruh Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Waktu Terjadinya Peristaltik Usus pada Pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati MedanCrosstabsCrosstabs
5.2 PembahasanSetelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS berdasarkan uji Chi-Square didapatkan hasil, bahwa tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltic usus pada pasien post operasi anastesi umum di RSU. Mitra Sejati atau P>ά, dimana ά = 0,05 sedangkan P= 0,08
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KesimpulanSetelah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada pasien Post Operasi Anastesi Umum Di RSU. Mitra Sejati Medan Tahun 2009 maka dapat disimpulkan :1. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Terjadinya Peristaltik Usus Pada pasien Post Operasi Anastesi Umum. berdasarkan kejadiannya dari 10 orang responden baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi kedua nya terjadi peristaltic yaitu 10 orang (100 %)2. Pengaruh Mobilisasi Dini berdasarkan waktu terjadinya, yang lebih dari atau sama dengan 24 jam sebanyak 5 orang (100%) pada kelompok kontrol, sedangkan yang kurang dari 24 jam sebanyak 5 orang (100%) pada kelompok intervensi3. Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS berdasarkan uji Chi-Square didapatkan hasil, bahwa tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltic usus pada pasien post operasi anastesi umum di RSU. Mitra Sejati atau P>ά, dimana ά = 0,05 sedangkan P= 0,08
6.2 Saran Adapun saran-saran yang peneliti ingin sampaikan mengenai penelitian ini antara lain :1. Bagi PasienKepada pasien, setelah 6 jam selesai tindakan operasi anastesi umum dibantu dengan perawat. Pasien mau melakukan tindakan mobilisasi dini dengan mengabaikan rasa malas dan sedikit nyeri juga rumor yang berpendapat bahwa jika banyak bergerak setelah operasi maka jahitan operasi akan lepas. Mobilisasi dilakukan untuk mempercepat terjadinya platus, melancarkan peredaran darah dan menghindari komplikasi lainnya.2. Bagi Perawat
Mobilisasi dini pada pasien post operasi anastesi umum sangat perlu dilakukan dimana keuntungan yang didapat pasien dapat lebih cepat mengakhiri puasanya karena peristaltik nya sudah baik dan mencegah komplikasi yang lain. Kepada perawat diharapkan mampu melakukan mobilisasi secara terstruktur setelah 6 jam pasien selesai dioperasi.3. Bagi Pihak Rumah SakitMengingat efek yang ditimbulkan sangat fatal jika tidak dilakukan mobilisasi dini setelah pasien 6 jam selesai di operasi, hal ini perlu menjadi perhatian yang sangat penting bagi pihak Rumag Sakit yaitu diharapkan mobilisasi secara terstruktur dapat menjadi protap yang harus dilakukan setalah 6 jam pasien selesai di operasi dengan anastesi umum
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUD Solok Tahun 2009
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran,
Kemajuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui terciptanya masyarakat bahagia dan negara indonesia yang ditandai oleh
pendukungnya, Hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang optimal seluruh wilayah Republik Indonesia. Sasaran pembangunan kesehatan menuju
Indonesia yang sehat 2010 adalah perilaku hidup sehat yaitu secara bermakna jumlah Ibu memeriksakan
diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 1999)
Disektor kesehatan sendiri, upaya kesehatan yang dilakukan akan lebih mengutamakan upaya kuratif,
promotif tanpa meninggalkan preventif dan rehabilitatif. Tindakan bedah sectio caesarea merupakan
upaya untuk mengobati (kuratif) suatu penyakit atau meringankannya untuk dapat menyelamatkan
nyawa ibu maupun janin. Bedah caesar kadang menjadi alternatif persalinan yang mudah dan nyaman.
Anggapan ini membuat mereka memilih persalinan cara ini dari pada alami, meskipun tanpa indikasi
medis. (Dini Kasdu, 2003 : 3)
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain (1968),
indikasi sectio caesarea yang terbanyak adalah disproporsi repalo peluik (21%), sedangkan indikasi lain
adalah gawat janin (14%), plasenta pravia (11%), pernah sectio caesarea (11%), Incoordinate Uterine
Action (9%), preeklamsi dan hipertensi (7%). (Hanifa Wiknjosostro, 1994), namum berkat kemajuan
antibiotik, transfusi darah, anastesi dan teknik operasi lebih sempurna kecendrungan untuk melakukan
operasi ini tampa dasar indikasi yang cukup kuat.
Survei sederhana pernah dilakukan oleh Prof. Dr Gulardi dan dr. A. Basalomah terhadap 64 rumah sakit
di Jakarta pada tahun 1993. hasilnya, tercatat 17.665 kelahiran yang dikutip dari majalah Ayah Bunda
No. 3/February 2001. Dari angka kelahiran tersebut, sebanyak 19,5-27,3% diantaranya merupakan
operasi caesar karena adanya komplikasi cephalo pelvic disprortion/CPD (ukuran lingkar pinggul ibu
tidak sesuai lingkar kepala janin). Berikutnya, operasi caesar akibat perdarahan hebat yang terjadi
selama persalinan sebanyak 11,8-21% dan kelahiran caesar kerena janin sungsang berkisar 4,3-8,7%
(Dini Kasdu, 2003 : 4)
Data lain yang didapat dari RSUP N Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tahun 1999-2000, Menyebutkan
bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404 perbulan, 30% diantaranya merupakan persalinan caesar,
52,5% adalah persalinan spontan, sedangkan sisanya dengan bantuan alat seperti vacum dan forsep.
Berdasarkan persentase kelahiran caesar tersebut, 13.7% disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung
janin lemah menjelang persalinan) dan 2,4% karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat
melewati pinggul ibu. Sisanya, sekitar 13,9% opersi caesar dilakukan tampa melakukan pertimbangan
medis. (Dini Kasdu, 2003:6)
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan dinding abdomen atau uterus yang masih utuh
dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Ida Bagus Manuaba,
1999 : 229). Perawatan yang dibutuhkan oleh pasien post op sectio caesarea menurut subiston
(1992:107) membutuhkan perawatan inap sekitar 3–5 hari, penutupan luka insisi sectio caesarea terjadi
pada hari ke-5 pasca bedah, luka pada kulit akan sembuh dengan baik dalam waktu 2–3 minggu
sedangkan luka fasia abdomen akan merapat dalam waktu 6 minggu, tapi tetap terus berkembang
makin erat selama 6 bulan, tendon atau ligomentum membutuhkan waktu sekurang–kurangnya 3 bulan
untuk peyembuhan awal dan terus makin kuat dalam waktu lebih dari 1 tahun (Subiston, 1998 :147)
Faktor–faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari oksigenasi,
hematoma, teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis dan obat–
obatan (Subiston, 1992:148). Faktor lainnya adalah gaya hidup klien dan mobilisasi (Kozler, 1995:1361)
Sesuai dengan paradigma sehat dan tanpa meninggalkan upaya pemulihan kesehatan penderita, perlu
adanya mobilisasi dini secara bertahap bagi pasien post operatif sectio caesarea selama di rumah sakit.
Mobilisasi dini merupakan suatu tindakan rehabilitatif (pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar
dari pengaruh anastesi dan sesudah operasi. Mobilisasi berguna untuk membantu dalam jalannya
penyembuhan luka (Rustam Moctar, 1992:179).Menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik
Kebidanan (2005:370) bahwa penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka
sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan
penurunan aktifitas fibroblas. Disamping itu nutrisi juga merupakan aspek yang paling penting dalam
pencegahan dan pengobatan luka. Oleh karena itu peranan nutrisi dalam perawatan luka adalah kunci
untuk intervensi (Suriadi, 1995:85) dimana abnormal penyembuhan luka dikaitkan dengan protein,
kalori–mainutrisi daripada kekurangan salah satu unsur nutrisi.
Dilihat dari data di ruang kebidanan RSUD Solok pada bulan Juli 2008 sampai Januari 2009 tercatat
jumlah ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea sebanyak 130 orang (32,3%) dari 402 pasien yang
melakukan persalinan. Rata-rata lama hari pasien post sectio caesarea dirawat antara lain 6 pasien lama
rawatannya berkisar antara hari ke-9 sampai hari ke-11, 67 pasien dirawat berkisar antara hari ke-6
sampai hari ke-8, 60 pasien dirawat berkisar antara hari ke-3 sampai hari ke-5. Dari data didapatkan
bahwa rata-rata lama hari rawat pasien post sectio caesarea berkisar antara hari ke-6 sampai hari ke-8.
Sedangkan menurut Dini Kasdu (2003:29) dalam bukunya Operasi Caesar, Masalah dan Solusinya, lama
rawatan untuk pasien post sectio caesarea normal sekitar 3-5 hari
Berdasarkan masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor–
faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka pada Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan
RSUD Solok Tahun 2009” .
Rumusan Masalah
Masih adanya pasien post sektio caesarea yang dirawat lebih dari 5 hari dan belum diketahuinya faktor-
faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan
RSUD Solok Tahun 2009.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara usia dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di
ruang kebidanan RSUD Solok ?
Apakah ada hubungan antara nutrisi dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea
di ruang kebidanan RSUD Solok ?
Apakah ada hubungan antara mobilisasi dini pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post
sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
pada pat post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.
Tujuan Khusus
Diperoleh gambaran tentang proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang
kebidanan RSUD Solok
Diperoleh gambaran tentang usia pesien terhadap proses penyembuhan luka pada pasien post sectio
caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh gambaran tentang pemenuhan nutrisi pesien terhadap proses penyembuhan luka pada pasien
post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh gambaram tentang mobilisasi dini pasien terhadap proses penyembuhan luka pasien post
sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh informasi tentang hubungan antara usia pasien dengan proses penyembuhan luka pada
pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh informasi tentang hubungan antara pemenuhan nutrisi pasien dengan proses penyembuhan
luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Diperoleh informasi tentang hubungan mobilisasi dini pasien dengan proses penyembuhan luka pada
pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan di bangku perkuliahan tentang riset dan
keperawatan medikal bedah serta ilmu lain yang mendukung
Bagi Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah sakit tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea
Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi institusi pendidikan
khususnya bagi mahasiswa Poltekes Jurusan Keperawatan sebagai data pendukung bagi peneliti yang
ingin melanjutkan penelitian dalam bidang yang sama.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang kebidanan RSUD Solok pada bulan Juni 2009 tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea, dimana terdiri dari variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu penyembuhan luka pada pat post sectio
caesarea dan variabel independennya yaitu : usia, nutrisi, dan mobilisasi dini pesien dengan populasinya
seluruh pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Luka
Pengertian
Luka adalah keadaan hilangnya atau terputusnya kontuinitas jaringan (Arif Mansur, dkk. 2000)
Luka adalah kerusakan dalam keutuhan jaringan tubuh yang dapat bersifat internal dan
eksternal, luka juga merupakan cidera yang mendasar (Muriel, 1993).
Macam-macam Luka
Luka Tertutup
Luka tertutup adalah luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak rusak seperti terkilir,
patah tulang dan sebagainya.
Luka Terbuka
Luka terbuka adalah dimana kulit atau jaringan selaput lendir rusak, kerusakan ini dapat terjadi
karena kesenjangan, seperti pada tindakan operasi. Luka yang tidak dibuat dengan sayatan merupakan
sebab dari kecelakaan kita sebut luka traumatis. Bentuk luka yang sering muncul :
Luka Bakar
Luka yang disebabkan oleh api atau benda panas lainnya
Luka Robek
Luka dengan tepi tidak beraturan atau compang-camping biasanya karena goresan benda
tumpul.
Luka Tusuk
Luka akibat tusukan benda runcing biasanya kedalaman luka lebih besar dari pada lebarnya.
Luka Lecet
Cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda permukaan kasar
atau runcing.
Luka sayat
Luka iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.
Luka Gigitan Binatang
Luka yang disebabkan oleh gigitan binatang seperti gigitan anjing atau ular.
Proses Perawatan Luka
Perprimen adalah peyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya
dengan jahitan.
Persekudan yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan perprimen proses penyembuhan terjadi
lebih kompleks dan lebih lama, luka jenis ini biasanya tetap terbuka, biasanya dijumpai pada
luka-luka dengan kehilangan jaringan terkontaminasi atau terinfeksi, penyembuhan dimulai dari
lapisan dalam bentuk jaringan granulasi.
Pertatiam yaitu perpriman tertunda luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan
dengan brideman, setelah diyakini bersih tapi luka dipertautkan 4-7 hari. (Arif Mansyur, dkk,
2000)
Proses Penyembuhan Luka
Pengertian
Penyembuhan luka adalah proses dinamis yang mulai pada saat cedera dan menetap selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah cidera. (Sabiston, 1994 : 102)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Menurut Brunner dan Suddarth (2002:493) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka adalah : usia pasien, penanganan jaringan, hipovolemi, faktor lokal, defisit nutrisi,
benda asing, penumpukan drainase, medikasi, over aktivitas pasien, gangguan sistemik, status
imunosupresi, stresor luka.
Ada lagi faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka menurut Kozler (1995:1361) yaitu gaya
hidup dan mobilisasi.
Sedangkan menurut Ida Bagus Manuaba (1999:227), luka post sektio caesarea harus
mendapatkan perawatan agar dapat mempercepat proses penyembuhan dan juga untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Klasifikasi Penyembuhan Luka
Menurut Syamsuhidayat (1997:73) klasifikasi penyembuhan luka dibagi dua yakni :
Penyembuhan Luka Skunder
Penyembuhan kulit tanpa pertolongan dari luar. Luka akan berisi jaringan granulasi dan
kemudian ditutup oleh jaringan epitel
Penyembuhan Primer
Penyembuhan primer terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan
latihan.
Perbandingan penyembuhan primer dan skunder menurut Sabiston (1994:104)
Penyembuhan Primer Penyembuhan SkunderKehilangan jaringan atau nekrose sedikit
Biasanya steril
Penyembuhan cepat
Arsitektur jaringan normal dipertahankan
Kontraksi luka steril
Kontraksi luka steril
Re-epitelasi sedikit
Terdapat nekrosis jaringan
Sering terinfeksi
Penyembuhan lambat
Penyembuhan dengan pembentukan granulasi dan
parut
Luka menutup dengan kontraksi luka
Re-epitelasi area yang tidak dapat menutup
dengan kontraksi
Fase Penyembuhan Luka
Fase inflamasi atau log fase
Berlangsung sampai hari ke-5 akibat luka terjadi perdarahan.ikut keluar trombosit dari sel-sel
radang trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksam, bahan kimia tertentu dan asamino
tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah mengatur tonus dinding pembuluh darah dan
kemotaksis terhadap leukosit terjadi vasokontriksi dan proses penghentian perdarahan. Sel radang
keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel masuk
mengeluarkan sarotamin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler, limposit dan monosit
menghancurkan dan memakan kotoran dan kuman pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal
(Long Fase).
Fase Proliferasi atau fibroblas
Berlangsung pada hari ke-6 sampai dengan 3 minggu terjadi proses proliferasi dan pembekuan
fibroblas yang berasal dari sel-sel mesankin.
Fibroblas menghasilkan mekopolisakarida dan serat kolagen yang terdiri dari asam-asam amino
glisin, prolin hidroksiprolin. Mokopolisakarida mengatur deposisi serat-serat yang akan mempertautkan
tepi luka.
Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tak diperlukan dihancurkan dengan demikian
luka mengkerut dan mengecil.
Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, seratkolgen, kapiler-kapiler membentuk
jaringan kemerahan dengan permukaan tak rata disebut jaringan granula.
Epitel sel basal tapi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka, tepatnya diisi hasil
mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan ke permukaan yang rata atau lebih rendah tak
dapat naik, pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel
dan mulailah pendewasaan luka pengeluaran kembali, penyerapan yang berlebihan.
Fase remodeling atau fase resopsi dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda
radang sudah hilang (Suriadi, 2007:10).
Fisiologi Penyembuhan Luka
Menurut Suriadi (2007:13) fisiologi penyembuhan luka seperti bagan di bawah ini :
Injuri jaringan..
Hemorogik, aktivasi platelet dan degranulasi, aktivasi komplemen, pembekuan dan haemotasis..
Rekrut sel melalui kemotaksis, fogositosis dan debridement..
Pengeluaran sitoksin, dan mediator bioaktif lain, pertumbuhan sel dan aktivasi, reepitelisasi fogositisis dan
debridement..
Neovaskularisasi, pembentukan jaringan granulasi, komtraksi luka..
Terputusnya jaringan baru, remodeling ekstraseluler matrik dan penutupan luka..
Sectio Ceasarea
2.3.1 Pengertian
Sectio Ceasarea adalah persalinan melalui sayatan dinding abdomen atau uterus yang masih utuh
dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Ida Bagus Manuaba,
1999:229)
Indikasi Sectio Caesarea
Plasenta previa
Disproporsi sefalo pelvic
Fatal disstress
Riwayat sectio caesarea
Preeklamsia dan hipertensi
Ruptur uteri mengancam
Kelainan letak anak
(Rustam Muchtar, 1999:135)
Klasifikasi Sectio Caesarea
Berdasarkan Jenis Pembedahan
Sectio Caesarea Tranparitnonae Profunda
Sectio Caesara Korporal (Klasik)
Sectio Caesarea Akstra Peritongal
Berdasarkan waktu dilakukan sectio ceasarea
Sectio Caesarea Primer
Direncanakan pada waktu antenatal care
Sectio Caesarea Sekunder
Tidak direncanakan terlebih dahulu sewaktu antenatal care
Komplikasi
Terhadap ibu
Perdarahan
Luka pada dinding kencing
Embolis paru
Ruptur uteri
Terhadap bayi
Kematian perinatal
(Arif Mansyur, 1999:345)
Usia
Ukuran keberhasilan pelayanan modern tercermin dari penurunan angka kematian maternal, sampai
pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta waktu.
(Rustam Muchtar,1998:189)
Disamping itu menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik Kebidanan (2005:370) bahwa
penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka sehubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktifitas fibroblas.
Kulit utuh pada orang dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma
mekanis dan infeksi, begitu juga dengan efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler, dan sistem
respirasi, yang memungkinkan penyembuhan luka terjadi lebih cepat. Sistem tubuh yang berbeda
“tumbuh” dengan kecepatan yang berbeda pula, tetapi lebih dari usia 30 tahun mulai terjadi penurunan
yang signifikan dalam beberapa fungsinya, seperti penurunan efisiensi jantung, kapasitas vital, dan juga
penurunan efisiensi sistem imun, yang masing – masing masalah tersebut ikut mendukung terjadinya
kelambatan penyembuhan luka seiring dengan penambahan usia. (http://diaryasa.blog.friendster.com)
Nutrisi
2.5.1 Pengertian
Nutrisi adalah aspek yang paling penting dalam pencegahan dan pengobatan pada luka.
(Suriadi,2007:85)
Fungsi
Adalah untuk penyembuhan dalam seluler, struktur dan proses imun dan pada fase
penyembuhan luka. (Suriadi,2007:85)
Asupan nutrisi yang mempengaruhi penyembuhan luka
Yang mana diperlukan asupan protein, Vitamin A dan C, Tembaga, zinkum, dan zat besi yang
adekuat. Protein mensuplai asam amino,yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan regenerasi,
tubuh harus mempunyai suplai protein sebanyak 100 gr perhari agar dapat menetralisir penyembuhan
luka dengan baik. Vitamin A dan zinkum diperlukan untuk sintesis epitelialisasi, dan vitamin C serta
zinkum diperlikan untuk sintesis kolagen dan integrasi kapiler. Zat besi diperlukan untuk menghantarkan
oksigen ke seluruh tubuh.
Mobilisasi
Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dan
mencapai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, hal ini penting untuk kemandrian klien.
(Kozleir, 1995)
Mobilisasi berasal dari kata ambulasi dini, yang dimaksud dengan mobilisasi dini adalah
pengembangan secara bertahap/berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
komplikasi. (Nancy Raper, 1996:190)
Menurut Nancy Raper (1996) konsep diri mobilisasi mencakup bio mekanisme yang kompleks
dari gerakan, duduk, berdiri, berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. (Nancy Raper, 1996)
Tujuan Mobilisasi Dini
Untuk mencegah beberapa kemungkinan komplikasi akibat tirah baring lama (Kozler, 1995 : 892 )
Agar persendian yang kaku atau pembengkakan yang terjadi pada urat-urat, karena mobilisasi maka
peredaran darah akan bisa menjadi normal kembali (Bahan Ajar KDM I)
Untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli dan juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka
(Rustam Muchtar, 1998:157)
Meningkatkan fungsi paru-paru dengan meningkatkan sirkulasi darah. Hal tersebut memperkecil resiko
penggumpalan darah, meningkatkan fungsi pencernaan dan menolong saluran cerna agar mulai
bekerja (Chrissei G Mundy, 2004 : 2)
Tahap-tahap Mobilisasi Dini
Tahap mobilisasi pada pasien sectio caesarea dengan anastesi umum (RustamMuchtar, 1998:179)
Melakukan nafas dalam segera (5 – 10 menit) setelah sadar dari bius operasi caesarea dengan cara
inspirasi melalui hidung, pada saat ekspirasi pasien membuka mulut selanjutnya nafas
dihembuskan secara perlahan-lahan seperti meniup lilin.
Merubah posisi tidur kekiri dan kekanan, dilakukan 6 – 10 jam setelah operasi sectio caesarea dengan
cara menekukkedua lutut daerah yang luka atau bekas insisi, ditahan dengan telapak tangan kiri
sambil bertumpu pada kaki kanan, dan tangan kanan berpegang pada sisi tempat tidur begitu
juga sebaliknya.
Meregangkan dan mengendorkan tungkai bawah dengan cara menegangkan kedua telapak kaki,
selanjutnya ditahan 1 – 2 menit setelah itu dikendorkan kembali, ini dilakukan sesuai dengan
kemampuan klien.
Tegak dan kuatkan tubuh pada posisi berdiri sampai benar-benar stabil sebelum berjalan
Jika posisi berdiri sudah cukup stabil dan kuat, lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi
sedikit, namun dengan beberapa latihan nyeri itu akan berkurang
Pada hari ketiga klien sudah bisa berjalan sendiri dan meninggalkan ruang rawatan
Berbagai Masalah Fisik yang Dapat terjadi Akibat Mobilisasi Dini
Muskuloskeletal
Dimineralisasi tulang yaitu kehabisan kalsium yang memberikan kekuatan dan kepadatan tulang akibat
dari imobilisasi. Dengan tidak beraktivitas proses pengurasan berlangsung, hal ini karena osteoblas dan
pembentukan matriks tulang memerlukan tekanan dan kolagen dari aktivitas untuk penahan berat
badan, serta penarikan otot oleh tulang berfungsi dimineralisasi terus menerus sehingga menyebabkan
tulang menjadi rapuh dan pada gilirannya dengan mudah terjadi deformitas atau kompresi serta fraktur.
Atropi otot
Tidak menggerakkan otot cendrung terjadi pada ujung terpaut di tempat tidur karena serabut otot yang
tidak berkontraksi selama beberapa waktu akhirnya terjadi pengurangan ukuran, bila otot dilatih maka
ukuran serabut otot bertambah.
Buang air besar
Pasien yang immobilisasi dapat menyebabkan hilangnya reflek defekasi dan kemampuan ekspulsi fekal
disebabkan oleh aktivitas muskulo skeletal. Pada refleks viseral yang digunakan dalam proses defekasi,
kelemahan dan kemunduran refleks defekasi dapat mengakibatkan defekasi dapat mengakibatkan
konstipasi
Masalah pernafasan
Penurunan gerak pernafasan
Akumulasi sekret pada saluran pernafasan
Dada dapat terbatas geraknya karena kehilangan koordinasi otot, barangkali karena otot tidak
digunakan karena agen terminologi tertentu seperti sedativa dan analgesik. Ekspirasi dada
akan lebih terbatas karena posisi atau berbaring. Gerakan dada juga dapat dibatasi oleh
distensi abdomen disebabkan digesti atau penyebab-penyebab lainnya.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep
Suriadi (2007:93) dalam bukunya Manajemen Luka yaitu : penyembuhan luka adalah proses
kompleks yang meliputi berbagai macam faktor interaksi untuk perbaikan normal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari
oksigenisasi, hematoma dan teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid,
sepsis dan obat–obatan (Subiston, 1992:148).
Faktor lainnya adalah gaya hidup klien dan mobilisasi (Kozler, 1995:1361) pasien yang melakukan
kegiatan mobilisasi dini akan membantu dalam jalannya penyembuhan luka dimana sirkulasi darah yang
membawa oksigen dan makanan kedaerah luka berjalan dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya
infeksi kecil (Kozler, 1995:1361). Menurut Ruth Jhonson dalam bukunya Buku Ajar Praktik Kebidanan
(2005:370) bahwa penambahan usia berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka sehubungan
dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan
aktifitas fibroblas. Disamping itu nutrisi juga merupakan aspek yang paling penting dalam pencegahan
dan pengobatan luka. Oleh karena itu peranan nutrisi dalam penyembuhan luka adalah kunci untuk
intervensi (Suriadi, 1995:85) dimana abnormal penyembuhan luka dikaitkan dengan protein, kalori–
mainutrisi daripada kekurangan salah satu unsur nutrisi.
Untuk lebih jelasnya hubungan antara variabel independent dan variabel dependent dapat
dilihat pada skema berikut ini :
Usia
Nutrisi
Mobilisasi Dini
Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea
Variabel independen Variabel dependen
Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur
Hasil Ukur
1
2
3
4
Dependen
Penyembuhan Luka Pada Pasien Post SC
Independen
Usia
Nutrisi
Mobilisasi Dini
Lama waktu penyembuhan luka yang dibutuhkan oleh pasien post SC
Masa yang telah dilewati pasien sampai saat dilakukan operasi SC
Keadaan nutrisi pasien yang diukur dengan kadar protein darah pasien
Suatu kemampuan pasien untuk menggerakkan tubuhnya secara bebas, mudah, teratur dimulai
Observasi
Agket
Studi Dokumentasi
Observasi
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
l
Normal
Sembuh dalam 3-5 hari
Tidak Normal
Semuh > dari 5 hari
Resiko
Usia > 30 tahun
Tidak Resiko
Usia <>
Normal
Jika jumlah protein >100gr
Tidak Normal
Jika jumlah proein <
dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Sesuai dengan tahapan mobilisasi(hari pertama sampai hari kelima post op SC ).Untuk anastesi spinal terdiri dari 3 item,sedangkan untuk anastesi umu terdiri dari 5 item pertanyaan
style="">
Baik
jika mengikuti atau melaksanakan semua tahap – tahap dari mobilisasi dini dan ditandai pada hari ke 3/5 sudah dapat berjalan meninggalkan ruangan
Kurang Baik
apabila tidak mengikuti dari semua tahap mobilisasi
Hipotesis
Ada hubungan antara usia pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di
ruang kebidanan RSUD Solok
Ada hubungan antara nutrisi pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea
di ruang kebidanan RSUD Solok
Ada hubungan antara mobilisasi dini pasien dengan proses penyembuhan luka pada pasien post sectio
caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Disain Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan Cross
Sectional“untuk mengetuhui hubungan antara usia,nutrisi, dan mobilisasi dini pasien terhadap proses
penyembuhan luka post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok. Dimana data yang menyangkut
variabel dependen dan independent akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan, alasan peneliti
menggunakan rancangan ini adalah karena tujuan penelitian untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok
tahun 2009.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis varibel yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen penelitian ini adalah penyembuhan luka post sectio caesarea sedangkan
variabel independent adalah usia, nutrisi, dan mobilisasi dini
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post sectio caesarea yang dirawat di ruang
kebidanan RSUD Solok pada tanggal 16 Juni sampai dengan 02 Juli 2009.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pesien post sectio caesarea di ruang kebidanan
RSUD Solok tahun 2009. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling yaitu seluruh pasien post
sectio caesarea saat penelitian bulan Juni dengan kriteria :
Bersedia menjadi responden
4.3.2.1 Mampu berkomunikasi
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang mana untuk variabel dependent yaitunya
penyembuhan luka pada pasien post SC dilakukan dengan cara observasi. Sedangkan untuk variabel
independent yitunya usia dan nutrisi dilakukan dengan cara studi dokumentasi. Dan untuk mobilisasi
dini dilakukan dengan pedoman observasi yang mana untuk pasien dengan anastesi umum terdiri dari 5
item sedangkan untuk anastesi spinal terdiri dari 3 item pertanyaan.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data selesai baik secara observasi maupun pengisian
kuesioner, dengan maksud agar data yang dikumpulkan jelas, kemudian dimasukkan ke dalam master
tabel. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data menurut Arikunto, (1998:208).
Editing Data
Melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner apakah jawaban yang sudah dibuat sudah lengkap,
jelas dan jawabannya sudah relevan dengan pertanyaan.
Coding Data
Memberikan kode pada setiap informasi yang sudah terkumpul dari setiap pertanyaan dalam
koesioner untuk memudahkan dalam mengelola data.
Entery Data
Dilakukan secara manual dengan menggunakan master tabel yang telah dibuat terdiri dari baris dan
kolom.
Tabulasi Data
Setelah kuesioner diisi dengan benar, maka data ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi.
Cleaning
Data yang telah dimasukkan dicek kembali untuk memastikan data tersebut telah bersih dari
kesalahan.
Analisa Data
Analisa Univariat
Analisa dilakukan pervariabel penelitian. Variabel yang dimaksud adalah variabel dependent
yaitu penyembuhan luka pada pasien post sectio caesarea dan variabel independent meliputi usia,
nutrisi dan mobilisasi dini.
Untuk variabel dependent :
Penyembuhan luka pada pasien post SC
Dilihat dari hasil observasi bagaimana kondisi luka responden apakah luka sembuh yaitu
luka mengering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.Yang mana dikategorikan normal
jika luka sembuh dalam waktu 3-5 hari dan di kategorikan tidak normal jika sembuh
dalam waktu > 5 hari
Untuk variabel independent :
Usia
Dari hasil wawancara dan dengan menggunakan kuesioner usia,yang mana usia
dikategorikan beresiko dalam penyembuhan luka pada pasien post SC adalah responden
yang berusia > 30 tahun sedangkan responden yang dikategorikan tidak beresiko adalah
responden dengan usia <>
Nutrisi
Dari hasil studi dokumentasi yang mana di kategorikan normal jka jumlah kadar protein
darah responden > 100 gr dan dikategorikan tidak normal jika jumlah kadar protein
dalam darah klien <>
Mobilisasi dini
Dari hasil observasi dan pengisian kuesioner terdiri dari 2 point yangmana untuk pasien
post SC dengan anastesi umm terdiri dari 5 item sedangkan untuk anastesi spinal terdiri
dari 3 item pertanyaan .Yang mana dikategorikan baik jika mengikuti atau malaksanakan
semua tahap-tahap mobilisasi dini dan ditandai pada hari 3-5 sudah dapat berjalan
meninggalkan ruangan. Dan dikategorikan kurang baik jika tidak mengikuti dari semua
tahap mobilisasi.s
Analisa Bivariat
Untuk menguji hipotesa apakah ada hubungan antara variabel independent dengan variabel
dependen digunakan uji Chi-square, dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
: Chi-square
: Observasi (yang sebenarnya)
: Nilai yang diharapkan
: Jumlah alternatif
Untuk melihat hasil kemaknaan uji statistik digunakan batas kemaknaan 0,05 sehingga pka nilai
P <> 0.05 maka hasil hubungan tersebut tidak bermakna. Bila terdapat nilai kurang dari lima digunakan
rumus kontigensi dengan koreksi yates:
Untuk melihat hasil hitung statistik digunakan batas kemaknaan 0.05 dengan nilai = 3.841
sehingga nilai P > 0.05 , maka hasil hubungan tersebut tidak bermakna.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah ruang kebidanan RSUD Solok tahun 2009.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2009
Pertimbangan Etik
Sebagai pertimbangan etik maka peneliti perlu meminta persediaan ibu hamil untuk menjadi
responden dalam penelitian ini dengan memberikan informed consent pada responden dan peneliti juga
wajib merahasiakan nama responden dan data yang diberikan oleh responden pada orang lain.
Prosedur penelitian
Tahap Pra Penelitian
Pemilihan lahan penelitian
Melakukan studi pendahuluan
Melakukan studi kepustakaan
Menyusun proposal dan instrumen penelitian
Mengikuti seminar proposal
Tahap Persiapan
Revisi instrumen
Perbanyak instrumen penelitian
Tahap Pelaksaan Penelitian
Penjelasan tujuan penelitian pada responden
Menyampaikan informed consent pada responden
Pengisian kuesioner oleh responden
Pengumpulan kuesioner dan mencek kelengkapannya
Pembahasan
Penyusunan laporan hasil penelitian
Sidang hasil penelitian
Diposkan oleh irvan sagie di 08:27