114
Selasa, 19 Pebruari 2013 - 11:07 Oleh Moh. Makhfal Nasirudin, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak Seperti yang telah kita ketahui, mulai bulan Januari 2013, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah berubah. Sekarang untuk Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp 24.300.000,00 atau setara dengan Rp 2.025.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tatacara penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. Dalam aturan baru tersebut, yang berkewajiban melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji, upah dan sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium, komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan. Penghitungan PPh Pasal 21 menurut aturan yang baru tersebut, dibedakan menjadi 6 macam, yaitu : PPh Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala; PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas; PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak teratur, dan peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana pensiun. Di kesempatan ini akan dipaparkan tentang contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi 2 (dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan dan Penghitungan kembali yang dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja). Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut. Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar

Materi pajak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kumpulan materi pajak dari berbagai sumber

Citation preview

Page 1: Materi pajak

Selasa, 19 Pebruari 2013 - 11:07

Oleh Moh. Makhfal Nasirudin, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Seperti yang telah kita ketahui, mulai bulan Januari 2013, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah berubah.

Sekarang untuk Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar

Rp 24.300.000,00 atau setara dengan Rp 2.025.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tatacara

penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan

Orang Pribadi.

Dalam aturan baru tersebut, yang berkewajiban melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26

adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji, upah dan sejenisnya

dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; dana pensiun, badan

penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan

tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta

badan yang membayar honorarium, komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara

kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang

pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau

penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

Penghitungan PPh Pasal 21 menurut aturan yang baru tersebut, dibedakan menjadi 6 macam, yaitu : PPh Pasal 21

untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala; PPh pasal 21 untuk pegawai  tidak tetap atau tenaga kerja

lepas; PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai

tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak teratur, dan peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai

pegawai yang menarik dana pensiun.  Di kesempatan ini akan dipaparkan tentang contoh perhitungan PPh pasal 21

untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala.

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi 2 (dua):

Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan dan Penghitungan kembali yang

dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja).

Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut.

Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan

Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi

Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra

Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto

membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga

mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke

dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00,

sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto

hanya menerima pembayaran berupa gaji.  Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut:

Page 2: Materi pajak

Gaji 3.000.000,00

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 15.000,00

Premi Jaminan Kematian 9.000,00

Penghasilan bruto 3.024.000,00

Pengurangan

1. Biaya jabatan

5%x3.024.000,00 151.200,00

2. Iuran Pensiun 50.000,00

3. Iuran Jaminan Hari Tua 60.000,00

261.200,00

Penghasilan neto sebulan 2.762.800,00

Penghasilan neto setahun

12x2.762.800,00 33.153.600,00

PTKP

- untuk WP sendiri 24.300.000,00

- tambahan WP kawin 2.025.000,00

26.325.000,00

Penghasilan Kena Pajak setahun 6.828.600,00

Pembulatan 6.828.000,00

PPh terutang

5%x6.828.000,00 341.400,00

PPh Pasal 21 bulan Juli

341.400,00 : 12 28.452,00

Catatan:

Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari

penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.

Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang

bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Juli adalah

sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp 34.140,00

*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja

Page 3: Materi pajak

Minggu, 1 September 2013 - 12:37

Kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan khususnya Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak yang

memperoleh penghasilan dari usaha dengan omset tertentu, merupakan jawaban atas keluhan Wajib Pajak selama

ini yang sangat sulit menghitung  Pajak Penghasilannya. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 (PP 46), diharapkan agar Wajib Pajak dapat dengan mudah melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Segmentasi Wajib Pajak yang tergolong sebagai Subjek Pajak dalam PP 46 ini sangat besar, sehingga dapat

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara, sekaligus

menumbuhkan kepatuhan sukarela dalam membayar pajak.

“Objek Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh Final) dalam PP 46 yang berlaku

sejak tanggal 1 Juli 2013 ini adalah Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan

peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun. Tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan

dengan pekerjaan bebas seperti dokter, pengacara, notaris dan lain lain. Demikian juga dengan penghasilan yang

telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final seperti jasa konstruksi dan persewaan atau penjualan aktiva

berupa tanah dan bangunan tidak termasuk dalam penghasilan yang diatur dengan PP 46 ini. Sementara yang

menjadi Subjek Pajaknya adalah Orang Pribadi atau Badan tidak termasuk Badan Usaha Tetap (BUT) yang

memperoleh penghasilan yang menjadi objek PPh Final”, ungkap Mustadir, Kepala KP2KP Masamba dalam

kesempatan sosialisasi di Hotel Remaja dan Talkshow di Radio Adira FM Masamba bulan Agustus 2013.

Pengecualian juga pada subjek pajak pengusaha Orang Pribadi yang dalam usaha perdagangan dan/atau jasa

menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan tempat umum sebagai

tempat usaha seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan dan sejenisnya.

Kemudahan dan penyederhanaan dalam menghitung PPh Final ini karena pemberlakuan satu tarif yaitu 1% (satu

persen) dari peredaran usaha setiap bulan. Hanya dengan pencatatan peredaran usaha saja sudah dapat dihitung

besaran pajak yang harus disetorkan ke kas negara, apalagi jika badan usaha yang telah diwajibkan melaksanakan

pembukuan.

“Sederhana dan mudah! Itulah napas utama dari PP 46 Tahun 2013”, tuntas Mustadir dalam dua kesempatan

sosialisasi peraturan tersebut.

Sebagai wujud pelayanan informasi, KP2KP Masamba telah membagikan brosur PP 46 ini secara door to door dan

menjadwalkan kelas pajak untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat setiap hari Selasa dan Kamis sampai

bulan Oktober 2013.

Page 4: Materi pajak

Mendaftarkan Diri Untuk Mendapatkan NPWP

Minggu, 15 April 2012 - 00:07

Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan di bidang perpajakan yaitu antara keseimbangan hak negara dan

hak warga Negara pembayar pajak, maka Undang-Undang Perpajakan yaitu Undang-Undang tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan mengakomodir mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak.

KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI

Sesuai dengan sistem self assessment maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayahnya

meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Disamping

melalui KPP atau KP2KP, pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui e-registration, yaitu suatu cara

pendaftaran NPWP melalui media elektronik on-line melalui situs Pajak (www.pajak.go.id).

Bagi masyarakat baik perseorangan maupun badan (PT, CV, BUMD, firma, kongsi, koperasi, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik) yang memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak,

wajib mendaftarkan sendiri ke KPP atau K2KP untuk memperoleh NPWP. Bagi perseorangan, yang wajib memiliki

NPWP adalah yang telah memenuhi persyarat subjektif dan syarat objektif.

Syarat subjektifnya adalah orang pribadi, sedangkan syarat objektifnya adalah memiliki penghasilan yang akan

dikenakan pajak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Berikut ini tabel PTKP bagi perseorangan mulai

tahun pajak 2013:

Penghasilan Tidak Kena PajakSetahun (Rp)

Sebulan (Rp)

untuk Wajib Pajak orang pribadi tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan (TK)

24.300.000,- 2.025.000,-

untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin dan tidak mempunyai tanggungan (K/0)

26.325.000,- 2.193.750,-

untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 1 tanggungan (K/1) 28.350.000,- 2.362.500,-

untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 2 tanggungan (K/2) 30.375.000,- 2.531.250,-

untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 3 tanggungan (K/3) 32.400.000,- 2.700.000,-

untuk Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung dan tidak ada tanggungan (K/I/0)

50.625.000,- 4.218.750,-

Untuk Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 1 tanggungan (K/I/1)

52.650.000,- 4.387.500,-

Page 5: Materi pajak

Penghasilan Tidak Kena PajakSetahun (Rp)

Sebulan (Rp)

Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 2 tanggungan (K/I/2)

54.675.000,- 4.556.250,-

Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 3 tanggungan (K/I/3)

56.700.000,- 4.725.000,-

Keterangan:

1. Tanggungan adalah anggota keluarga sedarah dan semenda dalam satu garis keturunan lurus, serta anak

angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

2. PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana yang merupakan tanda pengenal atau

identitas bagi setiap Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.

Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada KPP, atau KP2KP dengan mengisi formulir

pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi yang diperlukan, atau dapat pula mendaftarkan diri secara

on-line melalui e-registration.

Data pendukung yang perlu disiapkan oleh Wajib Pajak untuk mengisi formulir permohonan antara lain sebagai

berikut:

1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dokumen yang diperlukan hanya berupa KTP yang masih berlaku.

2. Bagi Wajib Pajak Badan, dokumen yang diperlukan antara lain :

a. Akte Pendirian dan Perubahannya;

b. KTP yang masih berlaku sebagai penanggung jawab;

3. Kepada Wajib Pajak diberikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Kartu NPWP diberikan paling lambat 1

(satu) hari kerja setelah diterimanya permohonan secara lengkap.

Perlu diketahui masyarakat bahwa untuk pengurusan NPWP tersebut di atas TIDAK DIPUNGUT BIAYA APAPUN.

Fungsi NPWP adalah :

1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan;

2. Sebagai identitas Wajib Pajak;

3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasirasi perpajakan;

4. Menjadi persyaratan dalam pelayanan umum, misalnya passpor, kredit bank dan lelang.

Dengan memiliki NPWP, Wajib Pajak memperoleh beberapa manfaat langsung lainnya, seperti :

1. memenuhi salah satu persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

Page 6: Materi pajak

2. salah satu syarat pembuatan Rekening Koran di bank-bank; dan

3. memenuhi persyaratan untuk bisa mengikuti tender-tender yang dilakukan oleh Pemerintah.

PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

Bagi masyarakat yang telah memiliki NPWP, wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh KPP atau

KP2KP apabila telah memenuhi persyaratan tertentu. Syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah pengusaha

orang pribadi atau badan tersebut melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak dengan jumlah

peredaran bruto/penerimaan bruto (omzet) melebihi Rp 600.000.000,- setahun. 

Masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan, dapat juga melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Bagi pengusaha yang telah diukuhkan sebagai PKP, diwajibkan untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

dari setiap pembeli/pemakai jasanya dengan menerbitkan faktur pajak.

PPN yang sudah dipungut, kemudian dilaporkan dalam laporan bulanan (Surat Pemberitahuan-SPT Masa) dan

apabila ternyata ada PPN yang harus disetor ke bank atau kantor pos, maka harus disetor terlebih dahulu sebelum

dilaporkan ke ke KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar. KPP atau KP2KP akan melakukan penelitian mengenai

keberadaan dan kegiatan usaha di tempat usaha Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai PKP tersebut.

Page 7: Materi pajak

Wajib Pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya harus sesuai dengan

sistem self assessment, yaitu wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak terutang.

KEWAJIBAN PEMBAYARAN PAJAK

Mekanisme Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Membayar sendiri pajak yang terutang:

a. Pembayaran angsuran PPh setiap bulan (PPh Pasal 25)

Pembayaran PPh Pasal 25 yaitu pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran. Hal ini dimaksudkan

untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang terutang dalam satu tahun pajak. Wajib

Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri

angsuran pajak tersebut setiap bulan.

Khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang sumber penghasilannya dari usaha dan pekerjaan bebas,

pembayaran angsuran PPh Pasal 25 terbagi atas 2 yaitu:

Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT).

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha penjualan barang baik secara grosir maupun eceran dan usaha penyerahan jasa, yang

mempunyai satu atau lebih tempat usaha termasuk yang memiliki tempat usaha yang berbeda dengan

tempat tinggal.

Angsuran PPh Pasal 25 Wajib Pajak OPPT : 0,75% x jumlah peredaran usaha (omset) setiap bulan dari

masing-masing tempat usaha

Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (OPSPT).

Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (OPSPT) adalah Orang Pribadi yang melakukan

kegiatan usaha tanpa melalui tempat usaha misalnya sebagai pekerja bebas atau sebagai karyawan.

Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak OPSPT : Penghasilan Kena Pajak x Tarif PPh Pasal 17 ayat

(1) huruf a UU PPh : 12 bulan.

Tarif Pasal 17 ayat (1) a UU PPh adalah :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%

di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%

di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%

di atas Rp 500.000.000,- 30%

b. Untuk Wajib Pajak Badan, besarnya pembayaran Angsuran PPh 25 yang terutang diperoleh dari penghasilan

kena pajak dikalikan dengan tarif PPh yang diatur di Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang Undang Pajak

Penghasilan. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) UU PPh adalah 25%.

Khusus untuk Wajib Pajak badan yang peredaran bruto setahun sampai dengan Rp 50.000.000.000,-

mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a)

UU PPh, yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari peredaran bruto sampai dengan Rp

4.800.000.000,-

c. Membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh

Pasal 21, 22, dan 23, serta PPh Pasal 26).

Pihak lain disini adalah:

Page 8: Materi pajak

Pemberi penghasilan;

Pemberi kerja; atau

Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.

Penjelasan lebih lanjut mengenai pemotongan dan pemungutan pajak diuraikan lebih lanjut pada bagian

Pemotongan/Pemungutan (butir 2).

Membayar PPN kepada pihak penjual atau pemberi jasa ataupun oleh pihak yang ditunjuk pemerintah.

Tarif PPN adalah 10% dari harga jual atau penggantian atau nilai ekspor atau nilai lainnya.

Pembayaran Pajak-pajak lainnya:

o Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

Untuk daerah Jakarta dan daerah tertentu lainnya, pembayaran PBB sudah dapat dilakukan dengan

menggunakan ATM di Bank-bank tertentu.

Tarif PBB terdiri dari 2 tarif yaitu:

a. 1/1000 dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) khusus untuk yang NJOP-nya kurang dari

Rp1.000.000.000,-

b. 2/1000, dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) khusus untuk yang NJOP-nya kurang dari

Rp1.000.000.000,-o Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang dapat dilakukan dengan cara

menggunakan benda meterai berupa meterai tempel atau kertas bermeterai atau dengan cara lain

seperti menggunakan mesin teraan.

Meterai tempel yang terutang untuk dokumen yang menyebut jumlah (kuitansi) di atas Rp 250.000,-

sampai dengan Rp1.00.000,- adalah Rp3.000,-.

Untuk dokumen yang menyebut jumlah di atas Rp1.000.000,- dan surat-surat perjanjian terutang

materai tempel sebesar Rp6.000,-.

2. Pemotongan / Pemungutan Pajak

Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, ada pembayaran bulanan yang dilakukan dengan

mekanisme pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan. Pihak pemberi

penghasilan adalah pihak yang ditunjuk berdasarkan ketentuan perpajakan untuk memotong/memungut, antara

lain yang ditunjuk tersebut adalah badan Pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara

kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Untuk subjek pajak badan dalam

negeri, maka diwajibkan juga sebagai pemotong/pemungutan pajak.

Adapun jenis pemotongan/pemungutan adalah: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh

Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15 dan PPN dan PPn BM. Penjelasan lebih lanjut dari masing-masing pajak tersebut

adalah sebagai berikut:

a. PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada oleh Wajib

Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.

Misalnya pembayaran gaji yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan pemberi kerja. Wajib Pajak

berbentuk badan ditunjuk oleh UU Perpajakan sebagai pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang

dibayarkan kepada karyawannya maupun yang bukan karyawannya. Wajib Pajak perseorangan dapat juga

ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 21 sepanjang ada penunjukannya dari KPP tempat Wajib Pajak

terdaftar. Selain diwajibkan memotong PPh Pasal 21, Wajib Pajak perseorangan bisa juga dilakukan

pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterimanya.

b. PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak tertentu yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang (seperti penyerahan barang oleh

rekanan kepada bendaharawan pemerintah), impor barang dan kegiatan usaha di bidang-bidang tertentu

serta penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Pemungutan PPh Pasal 22 ini antara lain adalah:

Page 9: Materi pajak

Pemungutan PPh atas pembelian barang oleh instansi Pemerintah;

Pemungutan PPh atas kegiatan impor barang;

Pemungutan PPh atas produksi barang-barang tertentu misalnya produksi baja, kertas, rokok, dan

otomotif;

Pemungutan atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri

atau eksportir di bidang perhutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan dari pedagang pengumpul;

Pemungutan PPh atas penjualan atas barang yang tergolong mewah

Wajib Pajak dapat ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atau dapat juga sebagai pihak yang dipungut

PPh Pasal 22.

c. PPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan

dengan pembayaran berupa deviden, bunga, royalty, sewa, dan jasa kepada WP badan dalam negeri, dan

BUT.

Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 23, sedangkan Wajib Pajak perseorangan

tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 23. Demikian sebaliknya, apabila Wajib Pajak menerima

penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 dan pemberi penghasilan (pemberi kerja)

juga merupakan pemotong PPh Pasal 23, maka atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak akan dipotong

PPh Pasal 23 oleh si pihak pemotong tersebut.

Contohnya adalah pemotongan dan penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa tertentu (jasa service mesin atau

komputer) yang pemotongannya dilakukan oleh Wajib Pajak berbentuk badan.

d. PPh Pasal 26 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan

dengan pembayaran berupa deviden, bunga, royalty, hadiah dan penghasilan lainnya kepada WP luar

negeri.

Wajib Pajak baik yang berbentuk perseoranan maupun badan ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 26.

Contohnya adalah pemotongan dan penghitungan PPh Pasal 26 atas penghasilan tertentu (royalty) yang

dilakukan oleh Wajib Pajak berbentuk badan.

e. PPh Final (Pasal 4 ayat (2))

Pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk

objek tertentu seperti sewa tanah dan/atau bangunan, jasa konstruksi, pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan dan lainnya.

Yang dimaksud final disini bahwa pajak yang dipotong, dipungut oleh pihak pemberi penghasilan atau

dibayar sendiri oleh pihak penerima penghasilan, penghitungan pajaknya sudah selesai dan tidak dapat

dikreditkan lagi dalam penghitungan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan.

Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4 ayat (2), sedangkan Wajib Pajak

perseorangan tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4 ayat (2). Demikian sebaliknya, apabila Wajib

Pajak meneriman penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dan pemberi

penghasilan (pemberi kerja) juga merupakan pemotong PPh Pasal 4 ayat (2), maka atas penghasilan yang

diterima Wajib Pajak akan dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) oleh si pihak pemotong tersebut. Namun, apabila

Wajib Pajak menerima penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal 4 ayat (2) dan pihak pemberi

penghasilan adalah orang pribadi (bukan pemotong), maka Wajib Pajak tersebut wajib menyetor sendiri PPh

Pasal 4 ayat (2) tersebut.

f. PPh Pasal 15 adalah pemotongan Pajak penghasilan yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan

kepada Wajib Pajak tertentu yang menggunakan norma penghitungan khusus.

Wajib Pajak tertentu tersebut adalah perusahaan pelayaran atau penerbangan international, perusahaan

asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing,

perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun guna serah.

Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 15, sedangkan Wajib Pajak perseorangan

Page 10: Materi pajak

tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 15. Demikian sebaliknya, apabila Wajib Pajak meneriman

penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 15 dan pemberi penghasilan (pemberi kerja)

juga merupakan pemotong PPh Pasal 15, maka atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak akan dipotong

PPh Pasal 15 oleh si pihak pemotong tersebut. Namun, apabila Wajib Pajak menerima penghasilan yang

merupakan objek PPh Pasal 15 dan pihak pemberi penghasilan adalah orang pribadi (bukan pemotong),

maka Wajib Pajak tersebut wajib menyetor sendiri PPh Pasal 15 tersebut.

g. PPN dan PPnBM adalah pemungutan PPN dan PPnBM oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau

Pemungutan yang ditunjuk (misalnya Bendahara Pemerintah) atas pengkonsumsian barang dan/atau jasa

kena pajak.

Pengusaha Kena Pajak yang ditunjuk untuk memungut PPN dan PPnBM adalah pengusaha yang memiliki

peredaran bruto (omzet) melebih Rp 600.000.000,- setahun atau pengusaha yang memilih sendiri untuk

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Wajib Pajak baik berbentuk perseorangan maupun badan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

Pajak, wajib memungut PPN dan juga PPnBM (bila barangnya yang diserahkan tergolong mewah) dari

pembeli atau pemakai jasanya. Wajib Pajak juga wajib membayar PPN dan PPnBM bila mengkonsumsi

barang atau jasa dari Pengusaha Kena Pajak.

Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Undang-Undang Perpajakan untuk melakukan

pemotongan/pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka dapat dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%.

 

PENAGIHAN PAJAK

Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat Jenderal Pajak akan melakukan

penagihan pajak. Tindakan ini dilakukan Apabila Wajib Pajak tidak membayar pajak terutang sesuai dengan jangka

waktu yang telah ditentukan dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat Ketetapan Pajak (skp), Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, maka DJP dapat melakukan tindakan penagihan.

Proses penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan dilanjutkan dengan Surat Paksa. Dalam hal WP tetap tidak

membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan penyitaan dan pelelangan atas harta WP yang disita tersebut

untuk melunasi pajak yang tidak/belum dibayar.

Adapun jangka waktu proses penagihan sebagai berikut:

1. Surat Teguran diterbitkan apabila dalam jangka 7 (tujuh) hari dari jatuh tempo pembayaran Wajib Pajak tidak

membayar hutang pajaknya.

2. Surat Paksa diterbitkan dalam jangka 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran apabila Wajib Pajak tetap

belum melunasi hutang pajaknya.

3. Sita dilakukan dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan.

4. Lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang. Sedangkan pengumuman

lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat melakukan pencegahan dan penyanderaan terhadap Wajib

Pajak/penanggung pajak yang tidak kooperatifdalam membayar hutang pajaknya.

Page 11: Materi pajak

Petunjuk Pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)

Senin, 16 April 2012 - 21:25

NPWP, Nama WP dan Alamat

Diisi sesuai dengan:

1. NPWP diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP yang dimiliki Wajib Pajak.

2. Nama WP diisi dengan Nama Wajib Pajak.

3. Alamat diisi sesuai dengan alamat yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar (SKT).

Catatan : Bagi WP yang belum memiliki NPWP

1. NPWP diisi:

Untuk WP berbentuk Badan Usaha diisi dengan 01.000.000.0-XXX.000

a. Untuk WP Orang Pribadi diisi dengan 04.000.000.0-XXX.000

2. XXX diisi dengan Nomor Kode KPP Domisili pembayar pajak.

3. Nama dan Alamat diisi dengan lengkap sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas lainnya

yang sah.

Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran

1. Kode Akun Pajak diisi dengan angka Kode Akun Pajak yang tertera di atas tabel-tabel berikut untuk setiap

jenis pajak yang akan dibayar atau disetor.

2. Kode Jenis Setoran (KJS) diisi dengan angka dalam kolom “Kode Jenis Setoran” untuk setiap jenis pajak yang

akan dibayar atau disetor pada tabel berikut sesuai dengan penjelasan dalam kolom “Keterangan”.

Catatan : Kedua kode tersebut harus diisi dengan benar dan lengkap agar kewajiban perpajakan yang telah dibayar

dapat diadministrasikan dengan tepat.

Page 12: Materi pajak

Uraian Pembayaran (untuk SSP Standar)

Diisi sesuai dengan uraian dalam kolom “Jenis Setoran” yang berkenaan dengan Kode MAP dan Kode Jenis Setoran

pada tabel berikut.

Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan, dilengkapi dengan

nama pembeli dan lokasi objek pajak.

Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan Bangunan yang disetor oleh yang menyewakan,

dilengkapi dengan nama penyewa dan lokasi objek sewa.

Masa Pajak

Diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa pajak yang dibayar atau disetor.

Pembayaran atau setoran untuk lebih dari satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP untuk setiap

masa pajak.

Tahun Pajak

Diisi tahun terutangnya pajak.

Nomor Ketetapan

Diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat ketetapan pajak (SKPKB, SKPKBT) atau Surat Tagihan Pajak

(STP) hanya apabila SSP digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang kurang dibayar/disetor berdasarkan

surat ketetapan pajak atau STP.

Jumlah Pembayaran

Diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar atau disetor dalam rupiah penuh. Pembayaran pajak dengan

Page 13: Materi pajak

menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat (bagi WP yang diwajibkan melakukan pembayaran pajak dalam

mata uang Dollar Amerika Serikat), diisi secara lengkap sampai dengan sen.

Terbilang (untuk SSP Standar)

Diisi jumlah pajak yang dibayar atau disetor dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.

Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP Standar)

Diisi tanggal penerimaan pembayaran atau setoran oleh Kantor Penerima Pembayaran (Bank Persepsi/Devisa

Persepsi atau PT. Pos Indonesia), tanda tangan, dan nama jelas petugas penerima pembayaran atau setoran, serta

cap/stempel Kantor Penerima Pembayaran.

Wajib Pajak/Penyetor (untuk SSP Standar)

Diisi tempat dan tanggal pembayaran atau penyetoran, tanda tangan, dan nama jelas Wajib Pajak/Penyetor serta

stempel usaha.

Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP Standar)

Diisi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Pos

(NTP) hanya oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama Modul Penerimaan Negara

(MPN) dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Page 14: Materi pajak

Pemberlakuan SSP Baru

SSP dan kode akun pajak sebagaimana terlampir ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2009 sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2009.

Page 15: Materi pajak

Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran Pajak

Senin, 16 April 2012 - 20:31

KODE AKUN PAJAK 411121 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 21

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Masa PPh Pasal 21untuk pembayaran pajak yang mzasih harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 21.

199Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 21

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 21.

200 Tahunan PPh Pasal 21untuk pembayaran pajak yang masih harus disetor yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21.

300 STP PPh Pasal 21untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 21.

310 SKPKB PPh Pasal 21untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 21.

311

SKPKB PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon.

320 SKPKBT PPh Pasal 21untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 21.

321

SKPKBT PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun dan Uang Pesangon.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

Page 16: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

401

PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon

untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon.

402

PPh Final Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan para pensiunnya

untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan para pensiunnya.

KODE AKUN PAJAK 411122 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 22

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Masa PPh Pasal 22untuk pembayaran pajak yang harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 22.

199Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 22

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 22.

200 STP PPh Pasal 22untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 22.

310 SKPKB PPh Pasal 22untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 22.

311 SKPKB PPh Final Pasal 22untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 22.

320 SKPKBT PPh Pasal 22untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 22.

321 SKPKBT PPh Final Pasal 22untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 22.

390 Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

Page 17: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

Putusan Banding Putusan Banding.

401PPh Final Pasal 22 atas Penebusan Migas

untuk pembayaran PPh Final Pasal 22 atas Penebusan Migas.

402PPh Final Pasal 22 atas Penyerahan Rokok Produksi Dalam Negeri

untuk pembayaran PPh Final Pasal 22 atas penyerahan rokok produksi dalam negeri.

900 Pemungut PPh Pasal 22untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pemungut.

KODE AKUN PAJAK 411123 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 22 IMPOR

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Masa PPh Pasal 22 Imporuntuk pembayaran pajak yang harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 22 atas transaksi impor.

199Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 22 Impor

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 22 Impor.

300 STP PPh Pasal 22 Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 22 atas transaksi impor.

310 SKPKB PPh Pasal 22 Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 22 atas transaksi impor.

320 SKPKBT PPh Pasal 22 Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 22 atas transaksi impor.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411124 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 23

Page 18: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Masa PPh Pasal 23untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor (selain PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa) yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.

101 PPh Pasal 23 atas Dividen

untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.

102 PPh Pasal 23 atas Bunga

untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas bunga (termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang) yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.

103 PPh Pasal 23 atas Royalti

untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas royalti yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.

104 PPh Pasal 23 atas Jasa

untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas jasa yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23.

199Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 23

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 23.

300 STP PPh Pasal 23untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 23 (selain STP PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa).

301STP PPh Pasal 23 atas Dividen, Bunga, Royalti, dan Jasa

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa.

310 SKPKB PPh Pasal 23

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 23 (selain SKPKB PPh pasal 23 atas dividen, bunga, royalti dan jasa).

311SKPKB PPh Pasal 23 atas Dividen, Bunga, Royalti, dan Jasa

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa.

312 SKPKB PPh Final Pasal untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar

Page 19: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

23 yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 23.

320 SKPKBT PPh Pasal 23

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 23 (selain SKPKBT PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa).

321SKPKBT PPh Pasal 23 atas Dividen, Bunga, Royalti, dan Jasa

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa.

322SKPKBT PPh Final Pasal 23

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 23.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

401PPh Final Pasal 23 atas Bunga Simpanan Anggota Koperasi

untuk pembayaran PPh Final Pasal 23 atas bunga simpanan anggota koperasi.

KODE AKUN PAJAK 411125 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 25/29 ORANG PRIBADI

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi

untuk pembayaran Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi yang terutang.

101Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

untuk pembayaran Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang terutang.

199Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 25 Orang Pribadi

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 25 Orang Pribadi.

200 Tahunan PPh Orang Pribadiuntuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

300 STP PPh Orang Pribadi untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Orang

Page 20: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

Pribadi.

310 SKPKB PPh Orang Pribadiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Orang Pribadi.

320 SKPKBT PPh Orang Pribadiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Orang Pribadi.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411126 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 25/29 BADAN

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100Masa PPh Pasal 25 Badan

untuk pembayaran Masa PPh Pasal 25 Badan yang terutang.

101

PPh Atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan/ atau Bangunan yang tidak bersifat final Badan

untuk pembayaran PPh Badan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan yang tidak bersifat final atas transaksi pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan yang atas tanah dan/atau bangunan dan merupakan bagian pembayaran pendahuluan (PPh Pasal 25) dilakukan oleh Wajib Pajak Badan yang kegiatan utamanya bukan melakukan pengalihan hak

199Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 25 Badan

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 25 Badan.

200 Tahunan PPh Badanuntuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Badan.

300 STP PPh Badanuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Badan.

310 SKPKB PPh Badanuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Badan.

320 SKPKBT PPh Badan untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar

Page 21: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

yang tercantum dalam SKPKBT PPh Badan.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411127 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 26

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Masa PPh Pasal 26

untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor (selain PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT) yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26.

101PPh Pasal 26 atas Dividen

untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26.

102 PPh Pasal 26 atas Bunga

untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor atas bunga (termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang) yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26.

103 PPh Pasal 26 atas Royaltiuntuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor atas royalti yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26.

104 PPh Pasal 26 atas Jasauntuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor atas jasa yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26.

105PPh Pasal 26 atas Laba setelah Pajak BUT

untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus dibayar atas laba setelah pajak BUT yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh BUT.

199Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 26

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 26.

Page 22: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

300 STP PPh Pasal 26

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 26 (selain STP PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT).

301

STP PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga, Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT.

310 SKPKB PPh Pasal 26

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 26 (selain SKPKB PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT).

311

SKPKB PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga, Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT.

320 SKPKBT PPh Pasal 26

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 26 (selain SKPKBT PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT).

321

SKPKBT PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga, Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411128 UNTUK JENIS PAJAK PPh FINAL DAN FISKAL LUAR NEGERI

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Fiskal Luar Negeri untuk pembayaran Fiskal Luar Negeri.

199 Pembayaran Pendahuluan skp untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan

Page 23: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

PPh Final surat ketetapan pajak PPh Final.

300 STP PPh Finaluntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar/ disetor yang tercantum dalam STP PPh Final.

310SKPKB PPh Final Pasal 4 ayat (2)

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 4 ayat (2).

311 SKPKB PPh Final Pasal 15untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 15.

312 SKPKB PPh Final Pasal 19untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 19.

320SKPKBT PPh Final Pasal 4 ayat (2)

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 4 ayat (2).

322 SKPKBT PPh Final Pasal 19untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 19.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

401PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Diskonto/

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas diskonto/bunga obligasi.

402PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

403PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan/ atau Bangunan

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

404PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga Deposito / Tabungan, Jasa Giro dan Diskonto SBI

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito/tabungan, jasa giro dan diskonto SBI.

Page 24: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

405PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Hadiah Undian

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas hadiah undian.

406PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Transaksi Saham dan Obligasi di Bursa Efek

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi saham dan obligasi di Bursa Efek.

407PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Penjualan Saham Pendiri

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penjualan Saham Pendiri.

408PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Penjualan Saham Milik Perusahaan Modal Ventura

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penjualan saham milik Perusahaan Modal Ventura.

409PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Jasa Konstruksi

untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi.

410PPh Final Pasal 15 atas Jasa Pelayaran Dalam Negeri

untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa pelayaran dalam negeri.

411PPh Final Pasal 15 atas Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri

untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri.

412PPh Final Pasal 15 atas Jasa Penerbangan Dalam Negeri

untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa penerbangan dalam negeri.

413PPh Final Pasal 15 atas Penghasilan Perwakilan Dagang Luar Negeri

untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas penghasilan perwakilan dagang luar negeri.

414PPh Final Pasal 15 atas Pola Bagi Hasil

untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas pola bagi hasil.

415PPh Final Pasal 15 atas Kerjasama Bentuk BOT

untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas kerjasama bentuk BOT.

416PPh Final Pasal 19 atas Revaluasi Aktiva Tetap

untuk pembayaran PPh Final Pasal 19 atas revaluasi aktiva tetap.

KODE AKUN PAJAK 411129 UNTUK JENIS PAJAK PPh NON MIGAS LAINNYA

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 PPh Non Migas Lainnya untuk pembayaran masa PPh Non Migas

Page 25: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

lainnya.

300 STP PPh Non Migas Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Non Migas lainnya.

310SKPKB PPh Non Migas Lainnya

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Non Migas lainnya.

320SKPKBT PPh Non Migas Lainnya

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Non Migas lainnya.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411111 UNTUK JENIS PAJAK PPh MINYAK BUMI

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 PPh Minyak Bumi untuk pembayaran masa PPh Minyak Bumi.

300 STP PPh Minyak Bumiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Minyak Bumi.

310 SKPKB PPh Minyak Bumiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Minyak Bumi.

320 SKPKBT PPh Minyak Bumiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Minyak Bumi.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411112 UNTUK JENIS PAJAK PPh GAS ALAM

Page 26: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 PPh Gas Alam untuk pembayaran masa PPh Gas Alam.

300 STP PPh Gas Alamuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Gas Alam.

310 SKPKB PPh Gas Alamuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Gas Alam.

320 SKPKBT PPh Gas Alamuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Gas Alam.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411113 UNTUK JENIS PAJAK PPh LAINNYA DARI MINYAK BUMI

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100PPh Lainnya Dari Minyak Bumi

untuk pembayaran masa PPh lainnya dari Minyak Bumi.

300STP PPh Lainnya Dari Minyak Bumi

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh lainnya dari Minyak Bumi.

310SKPKB PPh Lainnya Dari Minyak Bumi

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh lainnya dari Minyak Bumi.

320SKPKBT PPh Lainnya Dari Minyak Bumi

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh lainnya dari Minyak Bumi.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411119 UNTUK JENIS PAJAK PPh MIGAS LAINNYA

Page 27: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 PPh Migas Lainnya untuk pembayaran masa PPh Migas Lainnya.

300 STP PPh Migas Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Migas Lainnya.

310 SKPKB PPh Migas Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Migas Lainnya.

320 SKPKBT PPh Migas Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Migas Lainnya.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411211 UNTUK JENIS PAJAK PPN DALAM NEGERI

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100Setoran Masa PPN Dalam Negeri

untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Masa PPN Dalam Negeri.

101Setoran PPN BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean

untuk pembayaran PPN terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.

102Setoran PPN JKP dari luar Daerah Pabean

untuk pembayaran PPN terutang atas Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean.

103Setoran Kegiatan Membangun Sendiri

untuk pembayaran PPN terutang atas Kegiatan Membangun Sendiri.

104Setoran Penyerahan Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan

untuk pembayaran PPN terutang atas penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.

Setoran Atas Pengalihan Aktiva Dalam Rangka Restrukturisasi Perusahaan

untuk pembayaran PPN yang terutang atas pengalihan aktiva dalam rangka restrukturisasi perusahaan.

Page 28: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

199Pembayaran Pendahuluan skp PPN Dalam Negeri

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPN Dalam Negeri.

300 STP PPN Dalam Negeriuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Dalam Negeri.

310 SKPKB PPN Dalam Negeriuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Dalam Negeri.

311SKPKB PPN Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.

312SKPKB PPN Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean.

313SKPKB PPN Kegiatan Membangun Sendiri

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri.

314SKPKB Pemungut PPN Dalam Negeri

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN yang menjadi kewajiban pemungut.

320 SKPKBT PPN Dalam Negeriuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Dalam Negeri.

321SKPKBT PPN Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.

322SKPKBT PPN Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean.

323SKPKBT PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri.

Page 29: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

324SKPKBT Pemungut PPN Dalam Negeri

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Dalam Negeri yang menjadi kewajiban pemungut.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

900 Pemungut PPN Dalam Negeriuntuk penyetoran PPN dalam negeri yang dipungut oleh Pemungut.

KODE AKUN PAJAK 411212 UNTUK JENIS PAJAK PPN IMPOR

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Setoran Masa PPN Imporuntuk pembayaran PPN terutang pada saat impor BKP

199Pembayaran Pendahuluan skp PPN Impor

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPN Impor.

300 STP PPN Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Impor.

310 SKPKB PPN Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Impor.

320 SKPKBT PPN Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Impor.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

900 Pemungut PPN Imporuntuk penyetoran PPN impor yang dipungut oleh pemungut.

KODE AKUN PAJAK 411221 UNTUK JENIS PAJAK PPnBM DALAM NEGERI

Page 30: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100Setoran Masa PPnBM Dalam Negeri

untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Masa PPnBM Dalam Negeri.

199Pembayaran Pendahuluan skp PPnBM Dalam Negeri

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPnBM Dalam Negeri.

300 STP PPnBM Dalam Negeriuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Dalam Negeri.

310SKPKB Masa PPnBM Dalam Negeri

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Dalam Negeri.

311SKPKB Pemungut PPnBM Dalam Negeri

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Dalam Negeri yang menjadi kewajiban pemungut.

320SKPKBT Masa PPnBM Dalam Negeri

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Dalam Negeri.

321SKPKBT Pemungut PPnBM Dalam Negeri

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Dalam Negeri yang menjadi kewajiban pemungut.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

900Pemungut PPnBM Dalam Negeri

untuk penyetoran PPnBM Dalam Negeri yang dipungut oleh pemungut.

KODE AKUN PAJAK 411222 UNTUK JENIS PAJAK PPnBM IMPOR

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Setoran Masa PPnBM Imporuntuk pembayaran PPnBM terutang pada saat impor BKP

Page 31: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

199Pembayaran Pendahuluan skp PPnBM Impor

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPnBM Impor.

300 STP PPnBM Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Impor.

310 SKPKB PPnBM Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Impor.

320 SKPKBT PPnBM Imporuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Impor.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

900 Pemungut PPnBM Imporuntuk penyetoran PPnBM Impor yang dipungut oleh pemungut.

KODE AKUN PAJAK 411219 UNTUK JENIS PAJAK PPN LAINNYA

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Setoran Masa PPN Lainnya untuk pembayaran PPN Lainnya yang terutang.

300 STP PPN Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Lainnya.

310 SKPKB PPN Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Lainnya.

320 SKPKBT PPN Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Lainnya.

390 Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

Page 32: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

Putusan Banding Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411229 UNTUK JENIS PAJAK PPnBM LAINNYA

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Setoran Masa PPnBM Lainnyauntuk pembayaran PPnBM Lainnya yang terutang.

300 STP PPnBM Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Lainnya.

310 SKPKB PPnBM Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Lainnya.

320 SKPKBT PPnBM Lainnyauntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Lainnya.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411611 UNTUK BEA MATERAI

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Bea Meterai untuk pembayaran penggunaan Bea Meterai.

199Pembayaran Pendahuluan skp Bea Meterai

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak Bea Meterai.

300 STP Bea Meteraiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP Bea Meterai.

310 SKPKB Bea Meteraiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Bea Meterai.

Page 33: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

320 SKPKBT Bea Meteraiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Bea Meterai.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411612 UNTUK PENJUALAN BENDA MATERAI

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100 Penjualan Benda Meterai untuk pembayaran penjualan Benda Meterai.

199Pembayaran Pendahuluan skp Benda Meterai

untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak Benda Meterai.

300 STP Benda Meteraiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP Benda Meterai.

310 SKPKB Benda Meteraiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Benda Meterai.

320 SKPKBT Benda Meteraiuntuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Benda Meterai.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411619 UNTUK JENIS PAJAK TIDAK LANGSUNG LAINNYA

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

100Setoran Masa Pajak Tidak Langsung Lainnya

untuk pembayaran Pajak Tidak Langsung Lainnya yang terutang.

Page 34: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

300STP Pajak Tidak Langsung Lainnya

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP Pajak Tidak Langsung Lainnya.

310SKPKB Pajak Tidak Langsung Lainnya

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Pajak Tidak Langsung Lainnya.

320SKPKBT Pajak Tidak Langsung Lainnya

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Pajak Tidak Langsung Lainnya.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

900Pemungut Pajak Tidak Langsung Lainnya

untuk penyetoran Pajak Tidak Langsung Lainnya yang dipungut oleh pemungut.

KODE AKUN PAJAK 411621 UNTUK BUNGA PENAGIHAN PPh

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

300STP atas Bunga Penagihan PPh

untuk pembayaran STP Bunga Penagihan PPh.

KODE AKUN PAJAK 411622 UNTUK BUNGA PENAGIHAN PPN

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

300STP atas Bunga Penagihan PPN

untuk pembayaran STP Bunga Penagihan PPN.

KODE AKUN PAJAK 411623 UNTUK BUNGA PENAGIHAN PPnBM

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

300 STP atas Bunga Penagihan untuk pembayaran STP Bunga Penagihan

Page 35: Materi pajak

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

PPnBM PPnBM.

KODE AKUN PAJAK 411624 UNTUK BUNGA PENAGIHAN PAJAK TIDAK LANGSUNG LAINNYA (PTLL)

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN KETERANGAN

300STP atas Bunga Penagihan PTLL

untuk pembayaran STP Bunga Penagihan PTLL.

Page 36: Materi pajak

Penghitungan Pajak

Selasa, 17 April 2012 - 12:41

CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Si A adalah Pengusaha Warung Makan di Jogjakarta yang memiliki penjualan pada tahun 2010 sebesar

Rp180.000.000,-. Si A statusnya kawin dan mempunyai 2 (dua) orang anak. Si A menyelenggarakan pencatatan

untuk menghitung pajaknya. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar sebagai angsuran dalam

tahun berjalan dihitung sebagai berikut:

Jumlah peredaran setahun Rp180.000.000,-

Presentase penghasilan norma (lihat daftar presentase norma) = 20%

Penghasilan neto setahun = 20% x Rp 180.000.000,- = Rp 3.000.000,-

Penghasilan Kena Pajak = penghasilan neto dikurangi PTKP Rp 36.000.000,- – Rp 19.800.000,- = Rp 6.200.000,-

Pajak Penghasilan yang terutang : 5% x Rp 6.200.000,- = Rp 310.000,-

PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar si A setiap bulan: Rp 310.000,- : 12 = Rp 25.833,-

CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK BADAN

Koperasi Unit Desa A bergerak dibidang simpan pinjam. Pada tahun 2010 memiliki penerimaan bruto dalam setahun

sebesar Rp 500.000.000,- dan seluruh biaya-biaya yang berkaitan dengan usaha (sesuai ketentuan perpajakan)

sebesar Rp 4.250.000.000,-.

Dengan demikian, penghasilan netonya adalah : Rp 500.000.000,- – Rp 425.000.000,- = Rp 75.000.000,-

Pajak Penghasilan yang terutang : Rp75.000.000,- x 25% x 50% = Rp9.375.000,-

Tarif 50% di atas dikarenakan Koperasi Unit Desa A mendapat fasilitas.

PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar KUD A setiap bulan: Rp9.375.000,- : 12 = Rp781.250,-

CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB ORANG PRIBADI

Si A adalah pengusaha restoran (UMKM) di Jakarta yang tergolong sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha

Tertentu dan menggunakan pencatatan dalam penghitungan besarnya PPh.

Jumlah peredaran usaha (omzet) selama setahun adalah Rp 510.500.000,-

PPh Pasal 25 (WP OPPT) yang sudah dilunasi (0,75 x Rp 510.500.000,-) adalah Rp 3.828.750,-

Setelah dihitung PPh yang terutang selama setahun adalah Rp 10.975.750,-

PPh Pasal 29 yang harus dilunasi oleh si A adalah sebesar : Rp 10.975.750,- – Rp 3.828.750,- = Rp 7.147.000,-

Page 37: Materi pajak

CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB PAJAK BADAN

Koperasi Unit Desa A, setelah menghitung PPh terutang tahun pajak 2010 diketahui PPh terutang setahun sebesar

Rp 12.000.000,-.

Angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2010 (12 bulan) sebesar : Rp 781.250,- x 12 = Rp 9.375.000,-

PPh Pasal 29 yang harus dilunasi oleh KUD A adalah sebesar : PPh yang terutang – angsuran PPh Pasal 25

Rp12.000.000, – Rp9.375.000,- = Rp2.625.000,00

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI KARYAWAN

Polan (tidak kawin) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Koperasi, menerima gaji Rp 1.700.000,-/bulan,

tunjangan beras Rp 300.000,-/bulan. Penghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Penghasilan bruto : (1.700.000,- + 300.000,-) = Rp 2.000.000,-

Biaya jabatan : (5% x Rp 2.000.000) = Rp 100.000,-

Iuran pensiun : = Rp 100.000,-

Penghasilan neto sebulan = Rp 1.800.000,-

Penghasilan neto setahun : (12 x Rp 1.800.000,-) = Rp 21.600.000,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak(TK/-) = Rp 15.840.000,-

Penghasilan Kena Pajak = Rp 5.760.000,-

PPh Pasal 21 setahun : 5% x Rp5.760.000,- = Rp 288.000,-

PPh Pasal 21 sebulan : Rp288.000,- : 12 = Rp 24.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI KARYAWAN

Polan (kawin tanpa tanggungan) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Tuan A (UMKM) yang telah ditunjuk

KPP sebagai pemotong PPh Pasal 21 , menerima gaji Rp 2.000.000,-/bulan, Penghitungan PPh pasal 21 adalah

sebagai berikut:

Penghasilan bruto : (2.000.000,- ) = Rp 2.000.000,-

Biaya jabatan : (5% x Rp 2.000.000) = Rp 100.000,-

Iuran pensiun : = Rp 100.000,-

Penghasilan neto sebulan = Rp 1.800.000,-

Penghasilan neto setahun : (12 x Rp 1.800.000,-) = Rp 21.600.000,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak(TK/-) = Rp 17.160.000,-

Penghasilan Kena Pajak = Rp 4.440.000,-

PPh Pasal 21 setahun : 5% x Rp 4.440.000,- = Rp 222.000,-

PPh Pasal 21 sebulan : Rp 222.000,- : 12 = Rp 18.500,-

Page 38: Materi pajak

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 22 ATAS PEMBELIAN BAHAN-BAHAN UNTUK

KEPERLUAN INDUSTRI

Polin adalah UMKM perseorangan (memiliki NPWP) yang telah ditunjuk KPP sebagai pemungut PPh Pasal 22,

membayar Rp10.000.000,- untuk pembelian kayu dari pedagang pengumpul. Besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut

oleh Polin : Rp10.000.000,- x 0,25 = Rp25.000,-

CONTOH PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 22 ATAS IMPOR BARANG

CV Polan (badan memiliki NPWP) melakukan import barang dengan nilai impor Rp50.000.000,-. CV Polan tidak

mempunyai Angka Pengenal Impor (API). Besarnya PPh Pasal 22 yang harus disetor oleh CV Polan :

Rp50.000.000,- x 7,5% = Rp3.750.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 23 ATAS JASA TERTENTU (SERVICE MESIN

ATAU KOMPUTER)

PT Polan (badan memiliki NPWP) membayar ke perusahaan yang bergerak di bidang service komputer dengan nilai

jasa Rp5.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 23 yang harus dipotong PT Polan : Rp5.000.000,- x 2% = Rp100.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 23 ATAS JASA TERTENTU (SERVICE MESIN

ATAU KOMPUTER)

PT Polan (badan memiliki NPWP) menerima penghasilan dari PT Delta karena memberikan jasa cleaning service

dengan nilai kontrak Rp50.000.000,-. Besarnya penghasilan yang diterima PT Polan tersebut yang harus dipotong

PPh Pasal 23 oleh PT Delta adalah sebagai berikut : Rp50.000.000,- x 2% = Rp1.000.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN TERTENTU (ROYALTI)

PT Polan (badan) membayar royalty ke perusahaan yang berada di luar negeri dengan jumlah Rp100.000.000,-.

Besarnya PPh Pasal 26 yang harus dipotong PT Polan : Rp100.000.000,- x 20% = Rp20.000.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI

PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN

CV Polan (badan memiliki NPWP) membayar kepada Tuan A sebesar Rp10.000.000,-. atas sewa toko. Besarnya

PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong CV Polan : Rp10.000.000,- x 10% = Rp1.000.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI USAHA

JASA KONSTRUKSI

CV Polan (badan memiliki NPWP) menerima penghasilan atas jasa kosntruksi yang diserahkannya ke Dinas

Pendidikan kota A sebesar Rp500.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong Dinas Pendidikan

Kota A atas penghasilan yang diterima CV Polan : Rp500.000.000,- x 2% = Rp10.000.000,-

Page 39: Materi pajak

CONTOH PENYETORAN SENDIRI DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI

PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN

Tuan Bonar (perseorangan memiliki NPWP) menerima penghasilan atas penjualahan tanah berikut bangunannya

sebesar Rp1.000.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus disetor sendiri oleh Tuan B atas penghasilan

yang diterimanya : Rp1.000.000.000,- x 5% = Rp50.000.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 15 ATAS PENGHASILAN SEWA KAPAL MILIK

PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI

CV Polan (badan memiliki NPWP) membayar kepada PT C yang merupakan perushaan pelayaran sebesar

Rp50.000.000,-. Atas sewa kapal (charter). Besarnya PPh Pasal 15 yang harus dipotong oleh CV

Polan :Rp50.000.000,- x 1,2% = Rp600.000,-

CONTOH PENYETORAN SENDIRI DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 15 ATAS PENGHASILAN DARI USAHA

PELAYARAN

CV Utama (badan) memiliki usaha perkapalan dan menerima penghasilan atas sewa kapal selama sebulan dari

perseorangan (bukan pemotongan) sebesar Rp10.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 15 yang harus disetor sendiri oleh

CV Utama atas penghasilan yang diterimanya :Rp10.000.000,- x 1,2% = Rp120.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS PENJUALAN BARANG KENA PAJAK

CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) menyerahkan (menjual) Barang Kena Pajak berupa Alatalat tulis kepada

pembelinya seharga Rp2.000.000,-. Besarnya PPN yang harus dipungut oleh CV Polan dari pembeli: Rp2.000.000,-

x 10% = Rp200.000,- Sehingga total yang ditagih CV Polan kepada pembelinya : Rp2.000.000,- + Rp200.000,-

=Rp2.200.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS PENJUALAN BARANG KENA PAJAK KEPADA

KANTOR PEMERINTAHAN (PEMUNGUT PPN)

CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) menyerahkan jasa catering kepada Bendahara Kementerian Keuangan

dengan kontrak harga Rp20.000.000,-. Besarnya PPN yang harus dipungut oleh CV Polan dari pembeli (Kementrian

Keuangan): Rp20.000.000,- x 10% = Rp2.000.000,- Sehingga total yang ditagih CV Polan kepada Bendahara

Kementerian Keuangan: Rp2.000.000,- + Rp200.000, =Rp2.200.000,- Namun karena Bendahara Kementerian

Keuangan ditunjuk sebagai pemungut, maka PPN yang ditagih CV Polan (sebesar Rp200.000), disetor sendiri oleh

Bandahara Kementerian Keuangan tersebut ke bank atau kantor pos 

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS PEMBELIAN BARANG KENA PAJAK ATAU JASA

KENA PAJAK

CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) membeli mesin cetak (Barang Kena Pajak) dari PT Bagus (PKP) seharga

Rp50.000.000,-. Besarnya PPN yang harus dibayar oleh CV Polan dari pembeli: Rp50.000.000,- x 10% =

Page 40: Materi pajak

Rp5.000.000,- Sehingga total yang dibayar CV Polan kepada PT bagus : Rp50.000.000,- + Rp5.000.000,-

=Rp55.000.000,-

Page 41: Materi pajak

Norma Penghitungan

Selasa, 17 April 2012 - 10:49

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

10000PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN, PERBURUAN DAN PERIKANAN

1. 11000 Pertanian tanaman pangan 15 15 15

2. 12111 Kelapa dan kelapa sawit 11.5 11 10

3. 12113 Kopi 11.5 11 10

4. 12131 Tembakau 11.5 11 10

5. 12132 Teh 11.5 11 10

6. 12141 Pertanian tanaman karet 11.5 11 10

7. 12161 Tebu 11.5 11 10

8. 12200 Pertanian tanaman lainnya

- Meliputi usaha pertanian atau perkebunan dalam penyiapan/ pelaksanaan penanaman,pembibitan, persemaian, pemeliharaan dan pemanenan hasil tanaman

11.5 11 10

9. 13000 Peternakan.

- Meliputi usaha peternakan untuk mengambil daging, kulit, tulang, bulu, telur, susu, madu dan kepompong/ sarangnya baik yang dilakukan oleh usaha perorangan ataupun suatu badan usaha.

11 10 9

10. 14000 Jasa pertanian dan Peternakan.

- Meliputi usaha jasa dibidang pertanian dan , baik yang

25 25 24

Page 42: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

dilakukan oleh perorangan, usaha atas dasar balas jasa atau kontrak.

11. 15000 Kehutanan dan penebanganhutan.

- Meliputi usaha penanaman, pemeliharaan maupun pemindahan jenis tanaman/kayu, penebangan/pemotongan kayu pengumpulan hasil hutan lainnya, dan semua usaha yang melayani kebutuhan kehutanan yang dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak.

16 16 16

12. 16000Perburuan/ penangkapan dan pembiakan binatang liar.

- Meliputi usaha perburuan/ penangkapan binatang liar dengan jerat atau perangkap dan pembiakan marga satwa liar kecuali untuk sekedar hoby atau olahraga.

18 17 16

13. 17000 Perikan laut.

- Meliputi usaha penangkapan, pengambilan hasil laut. Pemeliharaan dan pelayanan perikanan laut yang dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak, seperti sortasi, gradasi, persiapan lelang ikan dan lain-lain.

25 23 22

14. 18300 Perikanan darat

- Meliputi usaha budidaya ikan, pemeliharaan, pembibitan, penangkapan dan pengambilan hasil serta pelayanan perikanan darat yang dilakukan atas dasar

25 23 22

Page 43: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

balas jasa/kontrak.

20000PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

15. 21100 Pertambangan batu bara.

- Meliputi usaha penambangan antrasit, batu bara merah lignite, dan penghancuran, penggilingan dan penyaringan batu bara termasuk pengubahan batu bara menjadi briket atau dalam bentuk lain di tempat penambangan

- - -

16. 22000Pertambangan minyak dan gas bumi

- Meliputi pengusaha sumur minyak dan gas bumi, eksplorasi minyak bumi, pengeboran, penyelesaian dan perlengkapan sumur minyak dan gas yang tidak berdasarkan balas jasa/ kontrak, termasuk pengusahaan alat pemisah pemecah emulsi, penyulingan, penambangan minyak dan gas bumi untuk dipasarkan/sampai di tempat pemuaian yang dilaksanakan di daerah produksi.

- - -

17. 23000 Pertambangan bijih logam.

- Meliputi usaha pertambangan yang menyelenggarakan ekstraksi bijih besi, pasir besi, timah, nikel, mangan. Emas, perak dan logam lainnya dan usaha pemanfaatan dari bijih bijih tersebut dengan segala cara.

- - -

Page 44: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

18. 23210 Timah - - -

19. 23220 Bauksit danAlumunium - - -

20. 23230 Tembaga - - -

21. 23240 Nikel - - -

22. 25000Penambangan dan penggalian garam

- Meliputi usaha penggalian, penguapan garam di tambak/ empang termasuk usaha pengumpulan, pembersihan, penggilingan dan pengolahan dengan cara lain terhadap mineral tersebut.

11 11 11

23. 26000Pertambangan mineral bahan kimia dan bahan pupuk.

- Meliputi usaha pertambangan mineral bahan kimia dan pupuk termasuk usaha penghancuran, pembersihan dan pengolahan dengan cara lain terhadap mineral bahan kimia.

- - -

24. 29000Pertambangan dan penggalian lain

16 15 14

30000 INDUSTRI PENGOLAHAN

25. 31110Pemotongan hewan dan pengawetan daging

- Seperti pemotongan hewan, pemotongan kulit, penjemuran tulang,pensortiran bulu, pembuatan sosis, kaldu dan pasta daging.

15 14.5 14

26. 31120 Industri Susu dan Makanan dari

Page 45: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

Susu.

- Seperti pembuatan susu kental/bubuk/asam, pembuatan , mentega, keju dan es krim dari susu

12.5 10 8.5

27. 31130Industri pengolahan, pengawetan buah-buahan dan sayur-sayuran.

- Seperti pengalengan, pengasinan, pemanisan, pelumatan, pengeringan buah-buahan dan sayur-sayuran.

15 14.5 14

28. 31140Industri Pengolahan dan Pengawetan ikan dan sejenisnya.

- Seperti pengalengan, penggaraman, pengasaman, pembekuan ikan dan sejenisnya.

15 14.5 14

29. 31150Industri Minyak Makan dan Lemak dari Nabati dan Hewani.

- Seperti minyak makan dari nabati dan hewani, margarine minyak goreng dari kelapa/kelapa sawit

12.5 10 8.5

30. 31160

Industri pengupasan, pembersihan dan penggilingan Padi-padian. Biji-bijian, Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, termasuk pembuatan kopra.

- Seperti Industri penggilingan padi, penyosohan beras, pemberisihan padi-padian, pengupasan dan pembersihan kopi. Kacang-kacangan, biji-bijian lain, umbi-umbian dan pembuatan kopra, tepung terigu,

12.5 10 8.5

Page 46: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

berbagai tepung dari padi-padian, biji-bjian, kacang-kacangan dan umbi-umbian.

31. 31170Industri Makanan dari Tepung, kecuali Kue Basah.

- Seperti Makaroni, mie, spaghetti, bihun, so'un, roti dan kue kering lainnya.

15 12.5 10

32. 31180Industri Gula dan Pengolahan Gula.

- Seperti pembuatan gula pasir, gula tebu, gula merah, sirop dan pengolahan gula lainnya selain sirop.

15 12.5 10

33. 31190Industri Coklat dan Kembang Gula.

- Seperti pembuatan bubuk coklat dan makanan dari coklat dan kembang gula.

15 12.5 10

34. 31210 Industri makanan lainnya. 17 16.5 15

35. 31230 Industri Es

- Seperti es batu, es balok, es curah, es lilin, es mambo.

17 16.5 15

36. 31240Industri makanan dari kedele dan kacang-kacangan lainnya

- Seperti kecap, tauco, tempe, oncom, tahu dan pengolahan kedele/kacang-kacangan lainnya.

15 12.5 10

37. 31250 Industri kerupuk dan sejenisnya.

- Seperti kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk kulit, kerupuk

15 12.5 10

Page 47: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

terung, emping, ceriping, karak, gendar, opak dan macam-macam keripik kecuali kerupik tempe/tahu/oncom/paru dan peyek.

38. 31260Industri bumbu masak dan penyedap masakan.

- Seperti pembuatan bumbu masak dan penyedap masakan

17 16 15

39. 31270Industri makanan lainnya yang belum terliput

- Seperti industri terasi, petis, kue basah, tape, dodol, keripik, tempe/tahu/oncom/paru dan peyek.

15 12.5 10

40. 31280Industri makanan ternak, unggas, ikan dan hewan lainnya.

- Seperti industri ransum dan konstrate makanan ternak, unggas, ikan dan hewan lainnya.

17 16 15

41. 31310 Industri minuman keras

- Yaitu minuman yang mengandung alkohol lebih dari 20%.

24.5 24 24

42. 31320 Industri Anggur

- Yaitu minuman yang mengandung alkohol 5-20 %.

24.5 24 24

43. 31330Industri Malt dan minuman yang mengandung Malt.

24.5 24 24

44. 31340 Industri minuman ringan. 15 14.5 14

45. 31410 Industri pengeringan dan

Page 48: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

pengolahan tembakau.

- Seperti pengeringan, pengasapan dan perajangan daun tembakau.

19 18 17

46. 31420 Industri rokok kretek

- Yaitu pembuatan rokok yang mengandung cengkeh.

5 4.5 4

47. 31430 Industri rokok putih

- Yaitu rokok yang tidak mengandung cengkeh.

7 6.5 5

48. 31440 Industri rokok lainnya

- Seperti cerutu, rokok kelembak menyan.

5 4.5 4

49. 31490Industri hasil lainnya dari tembakau, bumbu rokok dan klobot/kawung.

- Seperti tembakau bersaus, pembuatan bumbu rokok, pembungkus rokok (klobot kawung) dari pembuatan kelengkapan rokok termasuk pembuatan filter.

6 5.5 5

32000INDUSTRI TEKSTIL, PAKAIAN JADI DAN KULIT

50. 32100 Industri tekstil 13.5 13 12.5

51. 32200Industri pakaian jadi, kecuali untuk keperluan kaki.

13.5 13 12.5

52. 32300Industri kulit dan barang dari kulit, kecuali untuk keperluan kaki.

17.5 16.5 16

Page 49: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

53. 32400 Industri barang keperluan kaki. 17 16 15

33000

INDUSTRI KAYU DAN BARANG DARI KAYU, TERMASUK PERABOT RUMAH TANGGA.

54. 33100Indusri kayu dan barang dari kayu, bambu, rotan dan kayu.

15 13.5 12.5

55. 33200

Industri perabot serta kelengkapan rumah tangga dan alat dapur dari kayu, bumbu dan rotan.

15 13.5 12.5

34000

INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS, PERCETAKAN DAN PENERBITAN.

56. 34100Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya

14.5 13 12

57. 34200Industri percetakan dan penerbitan

- Seperti uaha percetakan secara stensil, offset lithografi untuk segala jenis cetakan termasuk penjilidan buku dan penerbitan hasil/ barang cetakan.

14.5 13 12

35000

INDUSTRI KIMIA DAN BARANG-BARANG DARI BAHAN KIMIA, MINYAK BUMI, BATUBARA, KARET, DAN PLASTIK.

58. 35100 Industri bahan kimia. 13 12.5 11

59. 35200 Industri kimia lain. 13 12.5 11

60. 35220 Industri Farmasi dan Jamu.

Page 50: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

- Seperti pembuatan/fabrikasi dan pengolahan bahan obat, bahan pembantu dan bahan pengemas obat, pembuatan dan pengolahan obat-obatan yang berbentuk jadi, pengolahan bahan jamu (simplisia) dan macam-macam jamu (misalnya berbentuk pil, kapsul, bubuk dan bentuk cairan).

20 19 18

61. 35230Industri sabun, bahan pembersih keperluan rumah tangga, kosmetika dan sejenisnya.

- Yaitu pembuatan sabun dalam berbagai bentuk termasuk industri detergent, bahan pembersih rumah tangga lainnya dan tapal gigi dan pembuatan berbagai macam kosmetika kecuali minyak wangi sintetis dan minyak atsiri.

17 16 15

62. 35300Industri pembersih pengilangan minyak bumi.

- Yaitu pengilangan yang menghasilkan bahan bakar penggerakn motor dan minyak bakar seperti bensin, solar, avtur, bensol, minyak tanah, pelumas, gemuk, LPG dan spritus putih.

- - -

63. 35400Industri barang-barang dari hasil kilang minyak bumi.

- - -

64. 35500Industri karet dan barang dari karet.

17.5 16.5 16

65. 35600 Industri barang dari plastik.

- Seperti industri pipa dan slang dari plastik, industri barang

17.5 16.5 16

Page 51: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

plastik untuk keperluan kaki, industri barang plastik lembaran, industri media rekam dari plastik dan indutri barang-barang plastik lainnya.

36000

INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM KECUALI MINYAK BUMI DAN BATUBARA.

66. 36110 Industri porselin. 10 9 8.5

67. 36300Industri semen, kapur dan barang dari semen dan kapur

16.5 16 15.5

68. 36400 Industri pengolahan tanah liat 16.5 16 15.5

69. 36900Industri barang galian lain bukan logam

17 16 15

37000 INDUSTRI LOGAM DASAR

70. 37100 Industri logam dasar besi dan baja

- Seperti pembuatan besi dan baja dalam bentuk dasar (iron dan slell making), pengenceran besi baja, penggilingan baja (steel rolling) dan penempaan besi baja.

10 9 8.5

71. 37200 Industri logam dasar bukan besi.

- Seperti usaha pemurniaan, peleburan, penuangan, pengecoran, penempaan dan ekstruksi logam bukan besi (misalnya dalam bentuk ingot/ruangan/plate, kuningan, alumina, perak, perunggu, seng, tembaga, dan timah).

10 9 8.5

38000 INDUSTRI BARANG DARI

Page 52: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

LOGAM, MESIN DAN PERALATANYA.

72. 38100Industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatanya.

20 19 18

73. 38200Industri mesin dan perlengkapannya.

20 19 18

74. 38300Industri mesin, perlatan dan perlengkapan listrik serta bahan keperluan listrik.

20 19 18

75. 38400 Industri alat angkutan. 20 19 18

76. 38500Industri peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur dan pengatur.

13.5 12 11

39000INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA.

77. 39010 Industri barang perhiasan.

- Seperti pemotongan, pengasahan, penghalusan batu berharga dan permata, pembuatan perhiasan lainnya dari logam mulia dan bukan logam mulia.

12.5 11.5 10

78. 39020 Industri alat-alat musik.

- Seperti pembuatan alat musik tradisional (kecapi, seruling, angklung, calung, kulintang, gong, rebana, gendang dan sebagainya), alat-alat musik lainnya (gitar, biola musik tiup/trompet, harmonika, piano dan sebagainya).

15 12.5 12.5

79. 39030Industri perlengkapan dan alat-alat keperluan olah raga.

Page 53: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

- Seperti pembuatan alat-alat olah raga, kecuali yang bahan utamanya dari karet (alat tinju, golf, bola bowling, tennis, bulutangkis, dan atletik lainnya).

15 12.5 12.5

80. 39040 Industri mainan anak-anak

- Seperti pembuatan mainan anak-anak kecuali mainan anak-anak yang bahan utamanya dari karet dan plastik.

15 12.5 12.5

81. 39050 Industri alat-alat tulis dan gambar.

- Seperti pembuatan alat tulis menulis dan gambar menggambar

15 12.5 12.5

82. 39090Industri pengolahan lain yang belum terliput.

- Seperti pembuatan papan nama, papan reklame, lapu display, payung, pipa rokok, lencana, stempel, kap lampu dan lain sebagainya yang belum tercakup dalam golongan industri manapun.

15 12.5 12.5

40000 LISTRIK GAS DAN AIR

83. 41000 Listrik

- Termasuk pembangkit tenaga listrik yang dilakukan oleh satu unit perusahaan lain, jika kegiatannya dilaporkan secara terpisah.

- - -

84. 42000 Gas uap dan air panas - - -

85. 43000Penjernihan, penyediaan dan penyaluran air minum.

- - -

Page 54: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

50000 BANGUNAN

86. 52000 Bangunan sipil 20 19 18

87. 53000Bangunan listrik, air dan komunikasi

25 22.5 20

61000 PERDAGANGAN BESAR

88. 61100 Eksportir - - -

89. 61200 Importir - - -

90. 61310Perdagangan besar hasil-hasil pertanian.

- Meliputi usaha perdagangan dalam partai besar hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan yang belum diolah (bukan hasil pengolahan), termasuk rumah pelelangan hasil perikanan.

25 20 20

91. 61312Perdagangan besar hasil-hasil pertanian lainnya.

- Yaitu perdagangan besar hasil -hasilpertanian lainnya yang belum terliput.

25 20 20

92. 61314Perdagangan besar hasil pertanian (pangan non pangan), peternakan dan perikanan.

- Yaitu perdagangan hasil-hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum mudah diolah termasuk ternak bibit, susu segar dan pelelangan hasil-hasil perikanan.

20 15 15

93. 61316Perdagangan besar hasil kehutanan dan penebangan hutan.

Page 55: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

- Seperti perdagangan dalam partai besar kayu gelondongan, getah damar, rotan dan sejenisnya.

25 20 20

94. 61320Perdagangan besar barang-barang hasil pertambangan dan penggalian.

25 20 20

95. 61330Perdagangan besar barang-barang hasil industri pengolahan.

- Meliputi perdagangan dalam partai besar segala macam barang hasil industri pengolahan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta

25 20 20

96. 61331Perdagangan besar hasil industri (bahan) makanan, minuman dan hasil pengolahan tembakau.

- Seperti daging ataupun yang diawetkan, susu dan makanan dari susu, buah-buahan, sayur-sayuran, danhasil perikanan yang diawetkan, macam-macam makanan dan bahan makanan hasil pengolahan, macam-macam minuman keras/ringan dan hasil pengolahan tembakau (rokok tembakau shaag dan bumbu rokok).

25 20 20

97. 61332

Perdagangan besar tekstil, pakaian jadi hasil pemintalan, pertenunan dan hasil pengolahan kulit termasuk bahan keperluan kaki.

- Seperti komoditi, tekstil, pakaian jadi, kain batik, macam-

25 20 20

Page 56: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

macam benang, tali benang, tali temali, karpet/permadani hasil perajutan, kulit dan kulit imitasi, barang untuk keperluan kaki dan tas.

98. 61333Perdagangan besar kertas, barang-barang dari kertas, alat tulis (kantor) dan barang cetakan.

- Seperti komoditi macam-macam kertas untuk keperluan alat tulis,kertas pembungkus, kertas karton, barang-barang dari kertas (dus, kotak dan barang sejenisnya), macam-macam alat tulis, barang-barang cetakan (blanko, faktur, nota, kwitansi, kalender, agenda, majalah, buku tulis/bacaan) dan barang cetakan lainnya.

25 20 20

99. 61334Perdagangan besar hasil-hasil industri kimia, farmasi dan kosmetik.

- Seperti barang-barang hasil industri kimia, berupa gas asam, soda caustic, zat pewarna, glyeerin, alkohol dan sejenisnya, macam-macam pupuk, bahan kimia untuk pemberantas hama (pestisida, insektisida dan lain-lain) macam-macam hasil industri farmasi dan jamu. Macam-macam sabun dan bahan pembersih lainnya. Macam-macam kosmetik, parfum dan bahan perawatan lainnya untuk rambut dan kulit.

25 20 20

Page 57: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

100. 61335Perdagangan besar bahan bakar minyak/gas dan minyak pelumas.

- Seperti premium, solar, minyak tanah, bahan bakar, minyak lainnya termasuk juga bahan bakar gas (elpiji) dan minyak pelumas.

5 5 3

101. 61336Perdagangan besar bahan bangunan, kecuali bahan bangunan dari usaha penggalian.

- Seperti berbagai macam/komoditi bahan untuk keperluan bangunan berupa semen, genteng, seng,cat, macam-macam besi, macam-macam kayu/kayu lapis, fibreboard, hard board, kaca dan barang-barang lainnya untuk keperluan perlengakapan bangunan , kecuali yang berasal dari usaha-usaha penggalian (batu koral, pasir, tanah liat).

25 20 20

102. 61337Perdagangan besar mesin-mesin, alat angkutan dan onderdil/ perlengkapannya.

- Meliputi macam-macam mesin dan perlengkapan baik untuk keperluan industri, pertanian, kantor dan transport seperti mesin pembangkittenaga, turbin, traktor, bulldozer, dan msin berata lainnya yang sejenis, mesin hitung,mesin tik, duplikator, foto copy, mesin pengolah data, mesin cuci, mesin jahit, pompa air, dan mesin alat-alat rumah tangga

25 20 20

Page 58: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

lainnya, berbagai macam mesin alat transportasi darat, laut dan udara, termasuk macam-macam onderdil dan perlengkapannya.

103. 61338

Perdagangan besar barang-barang elektronik, perlengkapan listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik.

- Meliputi macam-macam barang elektronik seperti radio, kaset, taperecorder, televisi, video, amplipier dan perlengkapan sound sytem lainnya, alat perlengkapan listrik seperti dinamo, transformer, kabel listrik, sekring, lampu pijar, TL dan perlengkapan listrik lainnya, alat keperluan rumah tangga lainnya seperti sterika, listrik, kipas angin, alat pengaduk dan alat pembuat kue alat masak lainnya, alat-alat komunikasi dan optik, pesawat telepon, pemancar radio, telex, intercom, macam-macam lensa, kamea, microscope, proyektor dan sejenisnya.

25 20 20

104. 61339Perdagangan besar barang-barang lainnya hasi industri.

- Yaitu barang-barang hasil industri yang belum termasuk dalam golongan tersebut di atas, seperti macam-macam perabot/perlengkapan rumah tangga dari kayu, bambu, rotan, plastik, logam maupun karet, barang-barang perhiasan yang dibuat dari batu permata, logam

25 20 20

Page 59: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

mulia, jam/arloji, alat-alat olahraga, musik dan mainan anak-anak serta alat/perlengkapan laboratorium

105. 61500Perdagangan besar lainnya yang belum terlipat.

25 20 20

62000 PERDAGANGAN ECERAN

106. 62200Perdagangan eceran barang-barang kelontong, supermarket dan warung langsam.

- Yaitu perdagangan eceran macam-macam hasil industri untuk keperluan rumah tangga, kantor, sekolah, maupun keperluan perorangan seperti toko kelontong, toko serba ada,supermarket dan warung langsam

30 25 20

107. 62310Perdagangan eceran hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perburuan.

- Meliputi usaha perdagangan, eceran hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perburuan.

20 15 15

108. 62320Perdagangan eceran hasil industri (bahan) makanan, minuman dan hasil pengolahan tembakau.

- Seperti daging segar ataupun yang diawetkan, susu, buah-buahan, sayur-sayuran dan hasil perikanan yang diawetkan, macam-macam minyak makan hasil penggilingan biji-bjian keras

25 20 20

Page 60: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

(beras, kopi, jagung dan sejenisnya), macam-macam tepung gula, dan hasil pengolahan gula, teh, es batu, makanan dari kedelai, kerupuk, bumbu masak, macam-macam minuman (keras dan ringan) dan hasil pengolahan tembakau (rokok, tembakau shag dan bumbu rokok).

109. 62410

Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi hasil pemintalan , pertenunan, perajutan, hasil pengolahan kulit, termasukbarang keperluan kaki.

- Seperti tekstil, pakain jadi, kain batik, macam-macam benang, tali-temali, karpet/ permadani dari bahan tekstil macam-macam hasil perajutan, kulit/ kulit imitasi, barang-barang dari kulit dan barang-barang keperluan kaki.

30 25 20

110. 62420Perdagangan eceran perabotan rumah tangga dan dapur.

- Seperti furniture (baik dari kayu, rotan, plastik dan logam), alat-alat perlengkapan dapur, barang-barang pecah belah dan lain sejenisnya.

30 25 20

111. 62422

Perdagangan eceran barang-barang elektronik, perlengkapan listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik.

- Yaitu barang-barang elektronik seperti radio, kaset/tape recorder, televisi, video, amplifier dan perlengkapan sound sytem, alat-

30 25 20

Page 61: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

alat perlengkapan listrik seperti dinamo, transformer, macam-macam kabel listrik, lampu pijar TL, sekring, alat-alat rumah tangga seperti setrika listrik, alat pengaduk, kipas angin, alat komunikasi dan optik seperti fotografi, optik pesawat telepon, telegraf/telex. Pemancar radio, telecall, intercome dan sejenisnya. Macam-macam lensa dan kamera, mikroskop, proyektor dan sejenisnya.

112. 62430

Perdagangan eceran barang-barang industri kimia, bahan bakar minyak/gas dan minyak pelumas Pharmasi dan Kosmetika.

- Seperti barang-barang hasil industri kimia (gas asam, soda, causic, zat pewarna glycerin) alkohol dan sejenisnya macam-macam pupuk, bahan kimia pemberantas hama (pestisida, insektisida), macam-macam bahan bakar minyak (premium, minyak tanah, solar), bahan bakar gas (elpiji), minyak pelumas, macam-macam hasil industri pharmasi dan jamu, macam-macam sabun dan bahan pembersih lainnya. Macam-macam kosmetik parfum dan bahan-bahan perawatan kulit dan rambut lainnya.

30 25 20

113. 62440 Perdagangan eceran bahan bangunan kecuali bahan

Page 62: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

bangunan berasal dari usaha penggalian.

- Seperti semen, seng, cat, macam-macam besi, macam-macam kayu/kayu lapis, kaca dan barang-barang lainnya untuk perlengkapan bangunan.

30 25 20

114. 62445Perdagangan eceran barang-barang hasil penggalian.

25 20 20

115. 62450Perdagangan eceran barang-barang hasil industri pengolahan

- Meliputi usaha perdagangan eceran segala macam barang hasil-hasil industri pengolahan.

30 25 20

116. 62461Perdagangan eceran kertas, barang-barang dari kertas, alat tulis (kantor) dan barang cetakan.

- Seperti kertas alat tulis, pembungkus karton, kemasan dari kertas berupa dus, kotak dan sejenisnya, macam-macam alat tulis sekolah/kantor, barang-barang cetakan (faktur/nota, kwitansi, kalender/agenda, majalah, macam-macam buku bacaan/pelajaran dan barang cetakan lainnya).

30 25 20

117. 62470Perdagangan eceran mesin-mesin, alat angkutan dan onderdil/perlengkapannya.

- Yaitu macam-macam mesin dan perlengkapannya baik untuk keperluan pertanian, industri, kantor,alat trasnportasi, mesin

30 25 20

Page 63: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

pembangkit tenaga, turbun, traktor, bulldozer dan mesin-mesin berat lainnya, macam-macam mesin kantor seperti mesin hitung,mesin tik, duplikator, photo copy, mesin pengolah data, mesin keperluan rumah tangga seperti mesin cuci, AC, mesin jahit, mesin pembangkit listrik,mesin pompa air dan sejenisnya, macam-macam alat transportasi darat, laut dan udara termasuk macam-macam onderdil dan perlengkapan kendaraan

63000RUMAH MAKAN DAN MINUM

118. 63100 Rumah makan dan minum

- Seperti restoran/rumah makan, night club, catering, restorasi kereta api, cafetaria, kantin, warung nasi/kopi dan sejenisnya, tidak termasuk night club, restoran dan bar yang merupakan salah satu fasilitas hotel dan penginapan.

25 20 20

64000 HOTEL DAN PENGINAPAN

119. 64100 Hotel dan penginapan

- Seperti hotel, hostel, motel, losmen, dan sejenisnya termasuk fasilitas restoran, bar dan night clubnya.

25 20 20

70000ANGKUTAN PENGGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

Page 64: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

120. 71100 Angkutan kereta api - - -

121. 71200 Angkutan jalan raya 20 15 15

122. 71300 Angkutan dengan saluran pipa

- Seperti pengangkutan air, minyak dan gas melalui saluran air atas dasar balas jasa kontrak

- - -

123. 71400 Jasa angkutan darat

- Seperti jalan tol, parkir kendaraan, terminal, penyewaan mobil/truk tanpa pengemudi.

25 20 20

124. 72100Angkutan samudera dan perairan pantai

- Seperti pelayaran samudera, pelayaran antar pulau dan peleyanan pantai.

13.5 13 12.5

125. 72200Angkutan sungai, danau dan kanal

- Seperti pengangkutan melalui sungai, kanal dan danau, termasuk ferry penyeberangan.

13.5 13 12.5

126. 72300 Jasa penunjang angkutan air

- Seperti pemeliharaan dan pelayanan dermaga, dok kapal atau perahu, pandu kapal, peralatan navigasi dan usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal.

25 20 20

127. 73000 Angkutan udara 15 12.5 12

128. 73200 Jasa penunjang angkutan udara

- Seperti pelayanan pelabuhan 25 20 20

Page 65: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

udara, pelayanan navigasi dan dengan fasilitasnya (trafic control) termasuk usaha penyewaan pesawat terbang tanpa operatornya dan usaha bongkar muat dari dan ke kapal terbang.

129. 74100 Pengepakan dan pengiriman

- Seperti usaha pengiriman dan pengepakan, keagenan/biro perjalanan dan sejenisnya.

30 30 25

130. 74200 Penggudangan

- Seperti cold storage, bonded warehousing dan fasilitas-fasilitas penggudangan lainnya.

30 30 25

131. 75000 Komunikasi

- Seperti pelayanan komunikasi melalui pos dan telepon, telegraph/telex atau hubungan radio.

15 13 12

80000

KEUANGAN ASURANSI, USAHA PERSEWAAB BANGUNAN, TANAH DAN JASA PERUSAHAAN.

132. 81000 Lembaga keuangan - - -

133. 81100 Lembaga keuangan Bank - - -

134. 81120 Lembaga kuangan non Bank - - -

135. 81200Usaha persewaan/jual-beli tanah, gedung dan tanah.

- Meliputi usaha persewaan/jual-beli barang-barang tidak bergerak (bangunan dan tanah yang disiapkan untuk bangunan), real

20 17.5 17

Page 66: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

estate (yang tidak melakukan konstruksi) yangmenjual tanah, broker dan manager yang mengurus persewaan pembelian, penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas balas jasa/kontrak.

136. 81410 Asuransi - - -

137. 82220Jasa persewaan mesin dan peralatan.

- Meliputi usaha persewaan mesin dan peralatannya (tanpa operator) untuk keperluan pertanian, pertambangan dan ladang minyak industri pengolahan, konstruksi dan penjualan mesin-mesin kantor termasuk usaha leasing.

49 49 48

138. 82300 Jasa pengolahan data dan tabulasi.

- Meliputi usaha jasa tabulasi data yang bersifat umum baik secara elektronik maupun manual, seperti lembaga-lembaga pengolahan data dan sistem informasi, lembaga komputer dan lain sejenisnya.

55 53 51

139. 82900Jasa perusahaan, kecuali jasa persewaan mesin dan peralatannya.

27.5 25 20

140. 82910 Jasa hukum

- Meliputi usaha jasa pengacara/ advoka seperti lembaga bantuan hukum Peradin, Pusbadhi dan lain sejenisnya.

51 48.5 48.5

141. 82910 Notaris 55 50 50

Page 67: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

142. 82910 Pembuatan akte tanah 55 50 50

143. 82910 Penasehat hukum (advokat) 51 48.5 48.5

144. 82920 Jasa akuntansi dan pembukuan.

- Meliputi usaha jasa pengurusan Tata Buku dan pemeriksaan, pembukuan seperti kantor-kantor akuntan dan lembaga konsultan audit lainnya.

36 35 35

145. 82930Jasa Periklanan dan riset Pemasaran.

- Meliputi usaha jasa periklanan dan reklame dengan berbagai macam media masa seperti pembuatan poster/gambar dan tulisan yang menyolok selebaran/riset pemasaran yang dilakukan atas dasar balas jasa

20 17.5 15

146. 82940Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik.

- Meliputi usaha jasa konsultasi bangunan/arsitek, perancang bangunan, survai geologi dan penyelidik tambang dan sebagainya, seperti usaha biro/konsultasi bangunan dan lain-lain.

47 46 45

147. 82940 Pekerjaan bebas bidang teknik 25 22.5 20

148. 82950Pekerjaan bebas bidang konsultan.

55 53 51

149. 82950 Penasehat Ahli/Hukum lainnya. 51 48.5 48.5

150. 82990 Jasa perusahaan lainnya, kecuali jasa persewaan mesin dan

Page 68: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

peralatan.

- Meliputi usaha jasa perusahaan yang belum tercakup yang dilakukan atas dasar balasjasa atau kontrak seperti jasa perencanaan, pelayanan foto copy, stenografi, jasa konsultan management perusahaan, jasa pemberitaan/pers dan sebagainya.

32 31 29

90000JASA KEMASYARAKATAN DAN SOSIAL

151. 92000 Jasa pendidikan

- Yaitu pendidikan formal mulai dari pra sekolah (TK), SD, SLTP, SLTA dan Akademi/Perguruan Tinggi .

30 27.5 25

152. 93210 Jasa Kesehatan 30 27.5 25

153. 93213 Dokter 45 42.5 40

154. 93214 Pekerjaan bebas bidang medis 29 28 27

155. 93215Pekerjan bebas bidang farmasi dan kimia

25 22.5 20

156. 93220 Dokter hewan 25 22.5 20

157. 93230 Jasa kebersihan dan sejenisnya

- Seperti usaha jasa kebersihan/cleaning service, pembuangan/pemusnahan sampah, pemusnahan sampah, pemusnahan rayap/kuman dan lain-lain.

40 37 35

158. 94000 Jasa sosial dan kemasyarakatan 30 30 29

159. 96000 Jasa hiburan dan kebudayaan 35 32.5 31.5

Page 69: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

160. 96214 Pekerjaan bebas bidang seni 35 32.5 30

161. 97000Jasa perorangan dan rumah tangga

32 31 29

162. 97110 Reparasi kendaraan bermotor 20 18.5 17.5

163. 97120Reparasi kendaraatn tidak bermotor

20 18.5 17.5

164. 97130Reparasi macam-macam jam dan barang perhiasan.

20 18.5 17.5

165. 97130Reparasi barang keperluan kaki dan barang dari kulit.

20 18.5 17.5

166. 97140Reparasi alat dan pesawat elektronik/listrik

20 18.5 17.5

167. 97140 Reparasi mesin-mesin kantor 20 18.5 17.5

168. 97190Reparasi macam-macam atau fotografi.

20 18.5 17.5

169. 97190Reparasi lainnya yang belum tercakup

- a.l reparasi alat-alat musik, alat-alat olahraga dan mainan anak-anak

20 18.5 17.5

170. 97200Jasa binatu pencelupan dn pembersihan barang-barang tekstil/pakaian jadi

40 38 36

171. 97400Pemangkas rambut dan salon kecantikan.

- Yaitu jasa pemeliharaan rambut dan kecantikan termasuk kursus menata rambut/rias dan kecantikan.

30 28 27

172. 97910 Foto studio termasuk fotografi

Page 70: Materi pajak

NO.URUTKODE

JENIS USAHA

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN

10 IBU KOTA PROP

KOTA PROP LAINNYA

DAERAH LAINNYA

komersil.

- Yaitu foto studio dan fotografi yang melayani agen-agen periklanan,penerbit dan lain-lain.

38 37 35

173. 97920 Jasa Penjahit 34 31 28

174. 97990Jasa perseorangan lainnya yang belum tercakup.

35 35 35

175. 98000 Jasa pemerintahan - - -

00000

KEGIATAN YANG TIDAK JELAS BATASANNYA DAN KEGIATAN LAIN YANG BELUM TERLIPUT.

176. 00000 Badan non subyek - - -

177. 00000 Karyawan/pegawai - - -

178. 00000Karyawan/pegawai Badan Usaha Milik Negara

- - -

179. 00000 Karyawan/ pegawai swasta - - -

180. 00000Pekerjaan bebas bidang profesi lainnya.

50 47.5 45

181. 00000Pemborong bukan bangunan/ konstruksi, termasuk levereansir dan lain-lain.

20 19 18

182. 00000Pedagangan perantara/ komisioner.

40 35 35

183. 00000

Kegiatan lain yang tidak jeals batasannya dankegiatan yang belum terliput dalam salah satu golongan tersebut diatas.

40 35 35

Norma penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut:

Page 71: Materi pajak

1. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar,

Manado, Makassar, dan Pontianak;

2. ibukota propinsi lainnya;

3. daerah lainnya.

CONTOH PEMAKAIAN NORMA PENGHITUNGAN

1. Wajib Pajak A kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak. Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta yang

juga memiliki industri rotan di Cirebon.

Peredaran Usaha dari Industri Rotan (setahun) di Cirebon Rp. 40.000.000,-

Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) di Jakarta Rp. 72.000.000,-

Penghasilan neto dihitung sebagai berikut:

Dari industri rotan :12,5% X Rp. 40.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

Sebagai dokter :45% X Rp. 72.000.000,- = Rp. 32.400.000,-

Jumlah penghasilan Neto = Rp. 37.400.000,-

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak= Rp. 37.400.000,- - Rp.

21.120.000,- = Rp. 16.280.000,-

Pajak penghasilan yang terutang = 5% X Rp. 16.280.000,- = Rp. 814.000,-

Catatan:

f. Angka 12,5% untuk industri rotan, lihat kode 33100

g. Angka 45% sebagai dokter, lihat kode 93213

h. Istri tidak punya penghasilan

2. Seorang Wajib Pajak baru memiliki usaha sebagai pedagang eceran bahan makanan di Jakarta. Penjualan

dalam satu bulan diperkirakan sebesar Rp.15.000.000,00. Ia kawin dan mempunyai 2 (dua) orang anak.

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar sebagai angsuran dalam tahun berjalan dihitung

sebagai berikut:

Jumlah peredaran setahun = 12 X Rp. 15.000.000,- = Rp. 180.000.000,-

Persentase penghasilan menurut norma Kode 62320 = 25%

Penghasilan neto setahun = 25% X Rp. 180.000.000,- = Rp. 45.000.000,-

Penghasilan Kena Pajak = penghasilan neto dikurangi Penghasilan TidakKena Pajak = Rp. 45.000.000,- -

Rp. 19.360.000,- = Rp. 25.640.000,-

Pajak Penghasilan yang terutang = 5% X Rp. 25.640.000,00 = Rp. 1.282.000,-

Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar = 1/12 X Rp. 1.282.000,- = Rp. 106.833,-

Page 72: Materi pajak

Pelaporan Pajak

Minggu, 15 April 2012 - 02:30

Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai

suatu sarana bagi Wajib Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak

yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan

Pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang

dilakukan oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau

pemungut tentang pemotongan dan pemungutan Pajak yang telah dilakukan.

Sehingga Surat Pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur

Pajak. Pelaporan Pajak disampaikan ke KPP atau KP2KP dimana Wajib Pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan

sebagai berikut:

1. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukanPelaporan atas pembayaran Pajak bulanan.

Ada beberapa SPT Masa yaitu: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh

Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN dan PPnBM, serta Pemungut PPN

2. SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untukPelaporan tahunan.

Ada beberapa jenis SPT Tahunan: Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi

Saat ini khusus untuk SPT Masa PPN sudah dapat disampaikan secara elektronik melalui aplikasi e-Filing.

Penyampaian SPT Tahunan PPh juga dapat dilakukan secara online melalui aplikasi e-SPT.

KeterlambatanPelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), dan

untuk SPT Masa lainnya dikenakan denda sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah). Sedangkan untuk

keterlambatan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi khususnya mulai Tahun Pajak 2008 dikenakan denda sebesar Rp

100.000,- (seratus ribu rupiah), dan SPT Tahunan PPh Badan dikenakan denda sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta

rupiah).

Berikut batas waktu pembayaran danPelaporan untuk kewajiban perpajakan bulanan:

No Jenis SPTBatas Waktu Pembayaran

Batas WaktuPelaporan

Masa

1 PPh Pasal 4 ayat (2) Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

2 PPh Pasal 15 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

3 PPh Pasal 21/26 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

Page 73: Materi pajak

No Jenis SPTBatas Waktu Pembayaran

Batas WaktuPelaporan

Masa

4 PPh Pasal 23/26 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

5PPh Pasal 25 (angsuran Pajak) untuk Wajib Pajak orang pribadi dan badan

Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

6

PPh Pasal 25 (angsuran Pajak) untuk Wajib Pajak kriteria tertentu yang diperbolehkan melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa

Akhir masa Pajak terakhirTgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir

7PPh Pasal 22, PPN & PPn BM oleh Bea Cukai

1 hari setelah dipungut

Hari kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara mingguan)

8PPh Pasal 22 - Bendahara Pemerintah

Pada hari yang sama saat penyerahan barang

Tgl. 14 bulan berikut

9 PPh Pasal 22 - PertaminaSebelum Delivery Order dibayar

10 PPh Pasal 22 - Pemungut tertentu Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

11 PPN dan PPn BM - PKP

Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan

Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak

12PPN dan PPn BM - Bendaharawan

Tgl. 7 bulan berikut Tgl. 14 bulan berikut

13PPN & PPn BM - Pemungut Non Bendahara

Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

14PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal 15,21,23, PPN dan PPnBM Untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu

Sesuai batas waktu per SPT Masa

Tgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir

Page 74: Materi pajak

Berikut batas waktu pembayaran danPelaporan untuk kewajiban perpajakan tahunan:

No Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas WaktuPelaporan

Tahunan

1PPh - Orang Pribadi

Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan

akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak

2 PPh - BadanSebelum SPT Tahunan PPh disampaikan

akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak

3 PBB6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT

----

Bahasa Indonesia

Page 75: Materi pajak

Seri PPN - Tata Cara Restitusi PPN

Rabu, 25 Juli 2012 - 11:02

DASAR HUKUM

1. Undang-undang PPN Nomor 42 Tahun 2009

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan

PPN/PPnBM

PKP HANYA DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTITUSI) PADA AKHIR TAHUN

BUKU

1. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak

Keluaran,selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

2. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan Pajak (restitusi) pada akhir tahun

buku.Bagi PKP Orang Pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, pengertian

tahun buku adalah tahun kalender.

PKP YANG DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTITUSI) PADA SETIAP MASA

PAJAK

1. PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud;

2. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN

3. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut;

4. PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud;

5. PKP yang melakukan ekspor JKP; dan/atau

6. PKP dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-Undang PPN.

(Isi Pasal 9 ayat (2a) UU PPN : Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum

melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal

dapat dikreditkan)

CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTIRUSI)

1. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan Pajak dengan menggunakan :

a. SPT Masa PPN, dengan cara mengisi (memberi tanda silang) pada kolom "Dikembalikan (restitusi)"; atau

b. Surat permohonan tersendiri, apabila kolom "Dikembalikan (restitusi)" dalam SPT Masa PPN tidak diisi atau

tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan Pajak.

2. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak diajukan kepada KPP di tempat PKP dikukuhkan.

3. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak.

PENELITIAN DAN SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK (SKPPKP)

Page 76: Materi pajak

1. Penelitian dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan oleh:

a. PKP kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C UU KUP;

Pasal 17C UU KUP berisi tentang WP dengan Kriteria tertentu (WP Patuh).

b. PKP yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D UU KUP; atau

Pasal 17 D UU KUP berisi tentang WP yang memenuhi persyaratan tertentu.

c. PKP berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c) UU PPN. Penelitian oleh DJP

dilakukan terhadap:

kebenaran pemenuhan ketentuan Pasal 9 ayat (4b) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e

Undang-Undang PPN;

kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya;

kebenaran penulisan dan penghitungan pajak; dan

kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.

2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang

diajukan oleh PKP, harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak

(SKPPKP) paling lama 1 bulan sejak saat diterimanya permohonan pengembalian kelebihan Pajak.

3. Apabila jangka waktu 1 bulan tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan SKPPKP,

permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan dianggap dikabulkan dan SKPPKP harus

diterbitkan paling lama 7 hari setelah jangka waktu 1 bulan tersebut berakhir.

TIDAK DITERBITKANNYA SKPPKP TERHADAP PKP BERESIKO RENDAH

1. Terhadap PKP beresiko rendah, SKPPKP tidak diterbitkan apabila :

a. hasil penelitian menyatakan Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (4b) huruf a,

huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e Undang- Undang PPN;

b. hasil penelitian menyatakan tidak lebih bayar;

c. lampiran Surat Pemberitahuan tidak lengkap; dan/atau

d. pembayaran Pajak tidak benar.

2. Dalam hal SKPPKP tidak diterbitkan, terhadap PKP beresiko rendah tersebut harus diberikan pemberitahuan

secara tertulis dengan menggunakan formulir lampiran PMK-72/PMK.03/2010 dan permohonan pengembalian

kelebihan Pajak; dari PKP ini akan diproses berdasarkan ketentuan Pasal 17B UU KUP.

Page 77: Materi pajak

PEMERIKSAAN DAN SKP

1. Pemeriksaan dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan oleh

PKP selain:

a. PKP Kriteria tertentu (Pasal 17 C UU KUP),

b. PKP yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 17 D UU KUP),

c. PKP Resiko rendah (Pasal 9 ayat 4C UU PPN).

2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan Pajak

harus menerbitkan SKP paling lama 12 bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan Pajak

diterima.Jangka waktu 12 bulan ini tidak berlaku dalam hal terhadap PKP sedang dilakukanpemeriksaan bukti

permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.

3. Apabila setelah melampaui jangka waktu 12 bulan tersebut Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu

keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus

diterbitkan paling lama 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.;

PEMERIKSAAN TERHADAP PKP PASAL 17 C UU KUP, PASAL 17D UU KUP, PKP RESIKO RENDAH

1. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan Pajak dapat melakukan

pemeriksaan kepada PKP berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c) UU PPN, PKP

kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C UU KUP, atau PKP yang memenuhi persyaratan

tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D UU KUP

2. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan; diterbitkan SKPKB, PKP kriteria tertentu atau PKP yang

memenuhi persyaratan tertentu wajib membayar jumlah kekurangan Pajak ditambah dengan sanksi

administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pembayaran Pajak

3. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan SKPKB, PKP berisiko rendah wajib membayar jumlah

kekurangan Pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan, paling lama 24

bulan, dari jumlah kekurangan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) UU KUP.

Page 78: Materi pajak

Withholding Tax di Indonesia

Jumat, 5 Oktober 2012 - 22:42

Salah satu sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Withholding Tax

system(pemotongan/pemungutan pajak). Dalam sistem Withholding Tax, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk

melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima

penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara. Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut

dan telah disetorkan ke kas negara itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong

dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan.

Sistem Withholding Tax di Indonesia diterapkan pada mekanisme pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan

(PPh). Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah pajak yang dipotong oleh pemberi penghasilan

atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah

penghasilan yang diterimanya (misal: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23). Sedangkan yang dimaksud dengan

pemungutan adalah jumlah pajak yang dipungut atas sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan

penghasilan kepada penerima pembayaran (misal: PPh Pasal 22).

Pemotongan PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 adalah Pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Dalam Negeri, yaitu penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,

tunjangan, serta pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pemungutan PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut oleh:

1. bendahara pemerintah terkait dengan pembayaran atas penyerahan barang yang berasal dari dana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

2. badan-badan tertentu terkait dengan penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang

lain; dan

3. WP Badan tertentu terkait pembayaran dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Pemotongan PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang

berasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga, dan royalti), pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau

penyelenggaraan kegiatan (hadiah, penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong PPh Pasal 21.

Pemotongan PPh Pasal 26

PPh Pasal 26 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Luar Negeri atas penghasilan yang tidak berasal dari

menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang bersumber dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat

final (tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan lain.

Page 79: Materi pajak

Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur melalui

peraturan pemerintah dan bersifat final. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 (2) antara lain: penghasilan

berupa bunga deposito dan tabungan/jasa giro, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia, penghasilan dari

transaksi penjualan saham di bursa efek, penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasiyang dijual di pasar

modal, penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan kepada anggota koperasi (WP Orang Pribadi),

penghasilan modal ventura dari transaksi penjualan saham/pengalihan penyertaan modal perusahaan pasangan

usahanya, persewaan tanah dan/atau bangunan, pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, penghasilan

usaha jasa konstruksi, serta penghasilan atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara.

Pemotongan PPh Pasal 15

PPh Pasal 15 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan yang menggunakan norma penghitungan khusus untuk

golongan WP tertentu, agar memudahkan WP tersebut dalam melakukan kewajiban perpajakannya, seperti:

perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional; perusahaan asuransi luar negeri; perusahaan pengeboran

minyak, gas dan panas bumi; perusahaan dagang asing; serta perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk

bangun-guna-serah (build, operate, and transfer). Untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi

golongan WP tertentu tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus

guna menghitung besarnya penghasilan netto dari WP tertentu tersebut.

Penerimaan Withholding Tax pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 587,65 triliun, meningkat menjadi Rp.730,418

triliun pada tahun 2011, dan ditargetkan menjadi Rp. 849,706 triliun untuk tahun 2012 atau 83,61% dari total target

penerimaan pajak tahun 2012 sebesar Rp. 1.016,237 triliun. Mengingat pentingnya peranan Withholding Tax dalam

dalam mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan, maka Ditjen Pajak mewajibkan seluruh pemotong

dan pemungut pajak untuk menyetorkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan yang berlaku.

Bangga bayar pajak!