16
PERBUATAN MELANGGAR HUKUM : FAKTOR KESENGAJAAN DAN FAKTOR KELALAIAN Oleh: Dyah Ochtorina Susanti, SH., MHum 1 FAKTOR KESENGAJAAN Unsur-unsur pokok dari perbuatan melawan hukum yang terdapat dalam pasal 1365 BW adalah: 1. Adanya suatu perbuatan 2. Perbuatan tersebut melawan hukum 3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku (baik kesengajaan ataupun kelalaian) 4. Adanya kerugian bagi korban 5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. Unsur kesalahan dianggap terpenuhi jika memenuhi salah satu diantara ketiga unsur berikut ini: 1. Ada unsur kesengajaan 2. Ada unsur kelalaian (negligence, culpa) 1 Disampaikan pada mata kuliah Perbuatan Melanggar Hukum, materi: Penyebab Terjadinya Perbuatan Melanggar Hukum pada FH-Univ.Islam Jember. 17 September 2009 1

Materi Perbuatan Melanggar Hukum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi Perbuatan Melanggar Hukum

Citation preview

Page 1: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM :FAKTOR KESENGAJAAN DAN FAKTOR KELALAIAN

Oleh:Dyah Ochtorina Susanti, SH., MHum1

FAKTOR KESENGAJAAN

Unsur-unsur pokok dari perbuatan melawan hukum yang terdapat dalam

pasal 1365 BW adalah:

1. Adanya suatu perbuatan

2. Perbuatan tersebut melawan hukum

3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku (baik kesengajaan ataupun

kelalaian)

4. Adanya kerugian bagi korban

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

Unsur kesalahan dianggap terpenuhi jika memenuhi salah satu diantara

ketiga unsur berikut ini:

1. Ada unsur kesengajaan

2. Ada unsur kelalaian (negligence, culpa)

3. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (misalnya: overmach,

membeladiri, tidak waras dll)

Unsur kesengajaan adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesadaran (state of mind) untuk melakukan

2. Adanya konsekuensi dari perbuatan1 Disampaikan pada mata kuliah Perbuatan Melanggar Hukum, materi: Penyebab Terjadinya Perbuatan Melanggar Hukum pada FH-Univ.Islam Jember. 17 September 2009

1

Page 2: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

3. Kesadaran untuk melakukan, bukan hanya untuk menimbulkan

konsekuensi, melainkan juga adanya kepercayaan bahwa dengan

tindakan tersebut “pasti” dapat menimbulkan konsekuensi tersebut.

Pada hubungan dengan akibat yang ditimbulkan oleh adanya tindakan

kesengajaan tersebut, “rasa keadilan” meminta kepada hukum agar hukum

lebih memihak kepada korban dari tindakan tersebut, sehingga dalam hal

ini, hukum lebih menerima pendekatan yang “OBYEKTIF”.

Penggunaan pendekatan yang “OBYEKTIF” terhadap akibat dari perbuatan

kesengajaan tersebut, membawa konsekuensi-konsekuensi yuridis sebagai

berikut:

1. Maksud sebenarnya untuk melakukan perbuatan melanggar hukum yang

lain dari yang terjadi.

2. Maksud sebenarnya untuk melakukan perbuatan melanggar hukum

terhadap orang lain, bukan terhadap korban.

3. Tidak perlu punya maksud untuk merugikan atau maksud yang

bermusuhan.

4. Tidak punya maksud, tetapi tahu pasti bahwa akibat tertentu akan

terjadi.

FAKTOR KELALAIAN

2

Page 3: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

Perbuatan Melawan Hukum dengan unsur kelalaian

berbeda dengan unsur kesengajaan. Pada unsur

kesengajaan, ada niat dalam hati dari pihak pelaku untuk

menimbulkan kerugian tertentu bagi korban, atau palling

tidak dapat mengetahui secara pasti bahwa akibat dari

perbuatannya tersebut akan terjadi. Pada unsur

kesengajaan tidak ada niat dalam hati pihak pelaku untuk

menimbulkan kerugian tersebut.

Unsur kelalaian adalah sebagai berikut:

1. Adanya suatu perbuatan atau mengabaikan sesuatu yang

semestinya dilakukan.

2. Adanya suatu kewajiban kehati-hatian (duty of care.

3. Tidak dijalankan kewajiban kehati-hatian tersebut.

4. Adanya kerugian bagu orang lain.

5. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan atau

tidak melakukan perbuatan dengan kerugian yang

timbul.

Doktrin-doktrin kelalaian;

3

Page 4: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

1. Kelalaian kontribusi (Contributory Negligence)

Mengajarkan bahwa agar seorang korban dari perbuatan

melanggar hukum dapat menuntut pelakunya, korban

tersebut haruslah dalam keadaan tangan yang bersih

(clean hand). Maksudnya adalah bahwa pihak korban

tidak boleh ikut lalai, yang berarti ikut juga

mengkontribusikan terhadap kerugian yang ada.

Pesan di belakang teori kelalaian kontributor ini adalah

seseorang (dalam hal ini korban) haruslah melindungi

dirinya untuk tidak bertindak ceroboh (lalai) untuk

dirinya sendiri.

2. Kelalaian Komparatif (Comparative Negligence)

Menurut doktrin ini, besarnya kerugian yang harus

dibayarkan kepada korban sebanding dengan kontribusi

kesalahan dari pelaku dan korban sendiri.

3. Kesempatan Terakhir (Last Clear Chance)

Doktrin kesempatan terakhir (last clear chance)

merupakan turunan dari doktrin kelalaian kontribusi.

Doktrin kesempatan terakhir ini mengajarkan bahwa

jika dalam suatu perbuatan melanggar hukum, pihak

4

Page 5: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

korban sebenarnya dapat mengambil tindakan untuk

menghindari terjadinya perbuatan tersebut, sedangkan

kesempatan untuk menghindari tidak dilakukan oleh

korban, maka ganti rugi tidak dapat dimintakan kepada

pelaku perbuatan melanggar hukum, meskipun pelaku

perbuatan melanggar hukum tersebut dalam keadaan

lalai.

Logika dari doktrin ini adalah bahwa pihak korban juga

ikut sebagai penyebab (superseding cause) terhadap

perbuatan melanggar hukum tersebut.

5

Page 6: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

6

Page 7: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

7

Page 8: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

8

Page 9: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

9

Page 10: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

10

Page 11: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

11

Page 12: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

12

Page 13: Materi Perbuatan Melanggar Hukum

13