Materi Sudhi Wadhani Baru

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    1/9

    1

    MATERI SUDHI WADANITanggal 7 Juli 2014

    di Kantor Kemenag Kota KupangOleh : Pratama B.A.P Samosir, S.Ag

    TIG KER NGK D S R G M HINDU

    Om Swatyastu,

    Ajaran Agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang dikenal dengan "Tiga Kerangka

    Dasar", di mana bagian yang satu dengan lainnya saling isi mengisi dan merupakan satu

    kesatuan yang bulat untuk dihayati dan diamalkan guna mencapai tujuan agama yang disebut

    Jagadhita dan Moksa. Tiga Kerangka Dasar tersebut adalah:

    TATWA

    Sebenarnya Agama Hindu mempunyai kerangka dasar kebenaran yang sangat kokoh karena

    masuk akal dan konseptual. Konsep pencarian kebenaran yang hakiki di dalam Hindu diuraikan

    dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa dalam agama Hindu dapat diserap

    sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendekatan yang disebut

    Pramana.

    TRI PRAMANA

    Ada 3 (tiga) cara penyerapan pokok yang disebut Tri Pramana. Tri Pramana, "Tri" artinya tiga,

    "Pramana" artinya jalan, cara, atau ukuran. Jadi Tri Pramana adalah tiga jalan/cara untuk

    mengetahui hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata maupun abstrak. Dalam Wrhaspati Tattwa

    sloka 26 disebutkan:

    Pratyaksanumanasca krtan tad wacanagamah pramananitriwidamproktam tat

    samyajnanam uttamam. Ikang sang kahanan dening pramana telu, ngaranya,

    pratyaksanumanagama. Pratyaksa ngaranya katon kagamel. Anumana ngaranya

    kadyangganing anon kukus ring kadohan, yata manganuhingganing apuy, yekaAnumana ngaranya. Agama ngaranya ikang aji inupapattyan desang guru, yeka

    Agama ngaranya. Sang kinahanan dening pramana telu Pratyaksanumanagama, yata

    sinagguh Samyajnana ngaranya.

    Artinya:

    Adapun orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan yang

    disebut Pratyaksa, Anumana, dan Agama. Pratyaksa namanya (karena) terlihat (dan)

    terpegang. Anumana sebutannya sebagai melihat asap di tempat jauh, untuk

    membuktikan kepastian (adanya) api, itulah disebut Anumana. Agama disebut

    pengetahuan yang diberikan oleh para guru (sarjana), itulah dikatakan Agama. Orang

    yang memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan Pratyaksa, Anumana, dan

    Agama, dinamakan Samyajnana (serba tahu).

    Tri Pramana, meliputi:

    1.

    Agama Pramana

    Adalah suatu ukuran atau cara yang dipakai untuk mengetahui dan meyakini sesuatu

    dengan mempercayai ucapan- ucapan kitab suci, karena sering mendengar petuah-

    petuah dan ceritera para guru, Resi atau orang- orang suci lainnya. Ceritera- ceritera itu

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    2/9

    2

    dipercayai dan diyakini karena kesucian batin dan keluhuran budi dari para Maha Resi

    itu. Apa yang diucapkan atau diceriterakannya menjadi pengetahuan bagi

    pendengarnya. Misalnya: Guru ilmu pengetahuan alam berceritera bahwa di angkasa

    luar banyak planet- planet, sebagaimana juga bumi berbentuk bulat dan berputar.

    Setiap murid percaya kepada apa yang diceriterakan gurunya, oleh karena itu tentang

    planet dan bumi bulat serta berputar menjadi pengetahuan yang diyakini kebenarannya,walaupun murid- murid tidak pernah membuktikannya. Demikianlah umat Hindu

    meyakini Sang Hyang Widhi Wasa berdasarkan kepercayaan kepada ajaran Weda,

    melalui penjelasan- penjelasan dari para Maha Resi atau guru- guru agama, karena

    sebagai kitab suci agama Hindu memang mengajarkan tentang Tuhan itu demikian.

    2. Anumana Pramana

    Adalah cara atau ukuran untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan menggunakan

    perhitungan logis berdasarkan tanda- tanda atau gejala- gejala yang dapat diamati. Dari

    tanda- tanda atau gejala- gejala itu ditarik suatu kesimpulan tentang obyek yang diamati

    tadi. Cara menarik kesimpulan adalah dengan dalil sebagai berikut: YATRA YATRA

    DHUMAH, TATRA TATRA WAHNIH artinya Di mana ada asap di sana pasti ada api.

    Contoh: Seorang dokter dalam merawat pasiennya selalu mulai dengan menanyakan

    keluhan- keluhan yang dirasakan si pasien sebagai gejala- gejala dari penyakit yang

    diidapnya. Dengan menganalisa keluhan- keluhan tadi dokter dapat menyimpulkan

    penyakit pasiennya, sehingga mudah melakukan pengobatan. Demikian pula jika

    memperhatikan keadaan dunia ini, maka banyak sekali ada gejala- gejala alam yang

    teratur. Hal itu menurut logika kita hanya mungkin dapat terjadi apabila ada yang

    mengaturnya.

    3.

    Pratyaksa Pramana

    Adalah cara untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan cara mengamati langsungterhadap sesuatu obyek, sehingga tidak ada yang perlu diragukan tentang sesuatu itu

    selain hanya harus meyakini. Misalnya menyaksikan atau melihat dengan mata kepala

    sendiri, kita jadi tahu dan yakin terhadap suatu benda atau kejadian yang kita amati.

    Untuk dapat mengetahui serta merasakan adanya Sang Hyang Widhi Wasa dengan

    pengamatan langsung haruslah didasarkan atas kesucian batin yang tinggi dan kepekaan

    intuisi yang mekar dengan pelaksanaan yoga samadhi yang sempurna. Tri Pramana ini,

    menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat menerima kebenaran hakiki

    dalam tattwa, sehingga berkembang menjadi keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan

    dan keyakinan dalam Hindu disebut dengan sradha. Dalam Hindu, sradha disarikan

    menjadi 5 (lima) esensi, disebut Panca Sradha.

    PANCA SRADHA

    Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Panca sradha.

    Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:

    1. Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.

    2. Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.

    3. Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap

    perbuatan.

    4. Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi).

    5.

    Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.

    Berbekal Panca Sradha yang diserap menggunakan Tri Pramana ini, perjalanan hidup seorang

    Hindu menuju ke satu tujuan yang pasti. Ke arah kesempurnaan lahir dan batin yaitu Jagadhita

    dan Moksa. Ada 4 (empat) jalan yang bisa ditempuh, jalan itu disebut Catur Marga Yoga.

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    3/9

    3

    CATUR MARGA YOGA

    Dalam usaha perjalanan manusia menuju kepada Tuhan, ada empat jalan yang harus ditempuh

    yaitu Catur Marga. Catur artinya empat dan Marga artinya jalan. Jadi Catur Marga artinya:

    empat jalan yang harus ditempuh dalam usaha manusia menuju kepada Tuhan Sang Maha

    Pencipta. Empat jalan itu disebut Catur Marga, yaitu:

    1. Yoga Marga / Raja Yoga :

    Menuju pada kebenaran dengan jalan disiplin tertentu dengan metode-metode Yoga.

    Raja Yoga Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa

    melalui pengabdian diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa yaitu mulai berlangsung dan

    berakhir pada konsentrasi. Dalam arti yang lebih luas yoga ini mengandung pengertian

    tentang pengekangan diri. Dengan pengendalian diri yang ketat, tekun dalam yoga,

    maka persatuan Atman dengan Brahman akan tercapai.

    2. Jnana Marga / Jnana Yoga :

    Menuju persatuan dengan Tuhan dengan cara terus menerus mempelajarinya. Jnana

    Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai jagadhita dan Moksa dengan

    mempergunakan kebijaksanaan filsafat (Jnana). Di dalam usaha untuk mencapai

    kesempurnaan dengan kebijaksanaan itu, para arif bijaksana (Jnanin) melaksanakan

    dengan keinsyafan bahwa manusia adalah bagian dari alam semesta yang bersumber

    pada suatu sumber alam, yang di dalam kitab suci Weda disebut Brahman atau Purusa.

    Di dalam Upanishad dijelaskan bahwa Brahman atau Purusa adalah sebagai sumber

    unsur- unsur rohani maupun jasmani semua makhluk dan sumber segala benda yang

    terdapat di alam ini. Brahman sebagai sumber segala- galanya mempunyai kekuatan

    yang dapat dikatakan hukum kodrat, atau sifatnya yang menyebabkan Brahman

    berubah menjadi serba segala, rohaniah maupun jasmaniah (sekala- niskala).Menginsyafi bahwa segala yang ada, rohani maupun jasmani, benda yang berwujud

    (Sthula) maupun abstrak (suksma) bersumber pada Brahman, maka para bijaksana

    (Jnanin) memandang bahwa semua benda jasmaniah (jasad) dan wujud rohani (alam

    pikiran dan sebagainya) yang timbul dari Brahman adalah benda dan wujud yang

    bersifat sementara (relatif). Hanya sumbernya yaitu Brahman (Siwa) Yang Maha Agung

    yang sungguh- sungguh ada dan mutlak (absolut). Dengan kebijaksanaan (Jnana) mereka

    dapat mencapai dharma yang memberikan kebahagiaan lahir batin dalam hidupnya

    sekarang, di akhirat (Swarga) dan dalam penjelmaan yang akan datang (Swarga Cyuta).

    Andaikata rahmat melimpah akhirnya mereka dapat menginjak alam Moksa yaitu

    kebahagiaan yang kekal, yang menyebabkan roh (Atma) bebas dari penjelmaan.

    3.

    Bhakti Marga / Bhakti Yoga :

    Menyerahkan diri dengan tulus kepada Tuhan sebagai seorang poenyembah yang penuh

    kecintaan. Bhakti Marga adalah usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan

    jalan sujud bakti kepada Tuhan. Dengan sujud dan cinta kepada Tuhan Pelindung dan

    Pemelihara semua makhluk, maka Tuhan akan menuntun seorang Bhakta, yakni orang

    yang cinta, bakti dan sujud kepada- Nya untuk mencapai kesempurnaan. Dengan

    menambah dan berdoa mohon perlindungan dan ampun atas dosa- dosanya yang

    pernah dilaksanakan serta mengucap syukur atas perlindungannya, kian hari cinta

    baktinya kepada Tuhan makin mendalam hingga Tuhan menampakkan diri (manifest) di

    hadapan Bhakta itu. Tuhan memelihara dan melindungi orang yang beriman itu, supaya

    hidupnya tetap tenang dan tenteram. Jalan yang utama untuk memupuk perasaan bakti

    ialah rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas, seperti melaksanakan Tri

    Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari, pagi, siang, dan sore hari dan

    bersembahyang hari suci lainnya.

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    4/9

    4

    4. Karma Marga / Karma Yoga :

    Menuju pembebasan dengan jalan bekerja tanpa mengharapkan hasil. Karma Marga

    berarti jalan atau usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan melakukan

    kebajikan, tiada terikat oleh nafsu hendak mendapat hasilnya berupa kemasyhuran,

    kewibawaan, keuntungan, dan sebagainya, melainkan melakukan kewajiban demi untukmengabdi, berbuat amal kebajikan untuk kesejahteraan umat manusia dan sesama

    makhluk. Selain itu Karma Marga berhampiran inti ajarannya dengan Bhakti Marga,

    yaitu mengarahkan segala usaha, pengabdian kebijaksanaan, amal dan pengorbanan itu

    bukan dari dirinya sendiri melainkan dari Tuhan. Demikianlah tattwa Hindu Dharma.

    Tidak terlalu rumit, namun penuh kepastian. Istilah- istilah yang disebutkan di atas

    janganlah dianggap sebagai dogma, karena dalam Hindu tidak ada dogma. Yang ada

    adalah kata- bantu yang telah disarikan dari sastra dan veda, oleh para pendahulu kita,

    agar lebih banyak lagi umat yang mendapatkan pencerahan, dalam pencarian

    kebenaran yang hakiki.

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    5/9

    5

    SUSILA

    Di dalam filsafat (Tattwa)diuraikan bahwa agama Hindu membimbing manusia untuk mencapai

    kesempurnaan hidup seutuhnya, oleh sebab itu ajaran sucinya cenderung kepada pendidikansila dan budi pekerti yang luhur, membina umatnya menjadi manusia susila demi tercapainya

    kebahagiaan lahir dan batin.

    Kata Susila terdiri dari dua suku kata: "Su" dan "Sila". "Su" berarti baik, indah, harmonis. "Sila"

    berarti perilaku, tata laku. Jadi Susila adalah tingkah laku manusia yang baik terpancar sebagai

    cermin obyektif kalbunya dalam mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Pengertian

    Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang

    selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang

    berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.

    Pola hubungan tersebut adalah berprinsip pada ajaran Tat Twam Asi (Ia adalah engkau)

    mengandung makna bahwa hidup segala makhluk sama, menolong orang lain berarti menolong

    diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosialdemikian diresapi oleh sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih

    kebendaan. Dalam hubungan ajaran susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya

    sehari- hari diuraikan lagi secara lebih terperinci.

    TRI KAYA PARISUDHA

    Untuk bisa menjalankan dharma diperlukan prilaku dasar yang disebut: Tri Kaya Parisuda

    artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan. Tri Kaya Parisudha adalah tiga jenis

    perbuatan yang merupakan landasan ajaran Etika Agama Hindu yang dipedomani oleh setiap

    individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya, meliputi:

    1. Berpikir yang benar (Manacika) - Satya Hrdaya - satunya pikiran.

    2.

    Berkata yang benar (Wacika) - Satya Wacana - satunya tutur.

    3.

    Berbuat yang benar (Kayika) - Satya Laksana - satunya laku.

    Dari tiap arti kata di dalamnya, Triberarti tiga; Kayabararti Karyaatau perbuatanatau kerja

    atau prilaku; sedangkan Parisudhaberarti "upaya penyucian".Jadi "Trikaya-Parisudhaberarti

    "upaya pembersihan/penyucian atas tiga perbuatan atau prilaku kita".

    Tri Kaya Parisudha yang menjadi konsentrasi pembahasan kali ini adalah merupakan salah satu

    aplikasi dan perbuatan baik (subha karma). Secara hirarki bermula dan pikiran yang baik dan

    benarlah akan mengalir ucapan dan perbuatan yang baik dan benar pula. Jadi kuncinya adalah

    pada pikiran, yang dalam pepatah sama dengan "dan telaga yang jernihlah mengalir air yang

    jernih pula". Kalau pikirannya kacau, apalagi memikirkan yang macam-macam dan bukan-bukan

    niscaya perkataan dan perbuatannyapun akan amburadul yang bermuara pada kehancuran dan

    penderitaan.

    CATUR PARAMITA

    Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang

    benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain adalah satunya

    pikiran, perkataan, dan perbuatan dalam Catur Paramita, diantaranya:

    1.

    Maitriyaitu sifat suka menolong orang lain yang dalam kesusahan dengan ikhlas.2. Karunayaitu sifat kasih sayang dan cinta kepada sesama tanpa meminta balasan.

    3. Muditayaitu sifat simpatik dan ramah tamah menghormati oang lain dengan tulus.

    4. Upeksayaitu sifat mawas diri, tepa sarira, bisa menempatkan diri, rendah hati.

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    6/9

    6

    PANCA YAMA BRATA

    Adalah lima jenis pengekangan diri berdasarkan atas upaya menjauhi larangan agama sebagai

    norma kehidupan sebagai berikut:

    1. Ahimsayaitu Kasih kepada makhluk lain, tidak membunuh atau menganiaya.

    2.

    Brahmacari yaitu Berguru dengan sungguh- sungguh, tidak melakukan hubungankelamin (sanggama) selama menuntut ilmu.

    3. Satyayaitu Setia, pantang ingkar kepada janji.

    4. Awyawaharika yaitu Cinta kedamaian, tidak suka bertengkar dan mengumbar bicara

    yang tidak bermanfaat.

    5. Astenyayaitu Jujur, pantang melakukan pencurian.

    PANCA NIYAMA BRATA

    Adalah lima jenis pengekangan diri berdasarkan atau tunduk (mengikuti) peraturan Dharma

    yang telah ditentukan, sebagai berikut:

    1. Akrodhayaitu Tidak dikuasai oleh nafsu kemarahan.

    2. Guru Susrusayaitu Hormat dan taat kepada guru serta patuh pada ajaran- ajarannya.

    3. Saucayaitu Senantiasa menyucikan diri lahir batin.

    4. Aharalagawayaitu Pengaturan makan (makanan bergizi) dan tidak hidup berfoya- foya/

    boros.

    5. Apramadayaitu Tidak menyombongkan diri dan takabur.

    TRI MALA

    Merupakan tiga jenis kekotoran dan kebatilan jiwa manusia akibat pengaruh negatif dan nafsu

    yang sering tidak dapat terkendalikan dan sangat bertentangan dengan etika kesusilaan.Trimala patut diwaspadai dan diredam, karena ia akan menghancurkan hidup, meliputi:

    1.

    Mithya hrdyayaitu berperasaan dan berpikiran buruk.

    2. Mithya wacanayaitu berkata sombong, angkuh, tidak menepati janji.

    3. Mithya laksanayaitu berbuat yang curang / culas / licik (merugikan orang lain).

    Apabila Trimala telah menguasai seluruh hidup manusia timbullah kegelapan (Awidya)

    mengakibatkan ia tidak mampu lagi melakukan pertimbangan budi, kegelapan yang

    mempengaruhi pandangan hidupnya.

    SAD RIPU

    Adalah enam musuh di dalam diri manusia yang selalu menggoda, yang mengakibatkan

    ketidakstabilan emosi. Apabila tidak mampu menguasainya akan membawa bencana dan

    kehancuran total kehidupan manusia. Karena itu Sad Ripu patut dikendalikan dengan budi

    susila.

    Sad Ripu terdiri dari:

    1. Kamayaitu hawa nafsu yang tidak terkendalikan.

    2. Lobhayaitu kelobaan (ketamakan), ingin selalu mendapatkan yang lebih.

    3. Krodhayaitu kemarahan yang melampaui batas (tidak terkendalikan).

    4. Madayaitu kemabukan yang membawa kegelapan pikiran.

    5.

    Moha yaitu kebingungan/ kurang mampu berkonsentrasi sehinggaakibatnya individu

    tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sempurna.

    6. Matsaryayaitu iri hati/ dengki yang menyebabkan permusuhan.

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    7/9

    7

    CATUR ASRAMA

    Menurut agama Hindu pembagian tingkat kehidupan manusia sesuai dengan sistem Catur

    Asrama, ialah sebagai berikut:

    1.

    Brahmacari Asrama Adalah tingkat masa menuntut ilmu/masa mencari ilmu. MasaBrahmacari diawali dengan upacara Upanayana dan diakhiri dengan pengakuan dan

    pemberian Samawartana (Ijazah).

    2. Grhasta AsramaAdalah tingkat kehidupan berumahtangga. Masa Grehasta Asrama ini

    adalah merupakan tingkatan kedua setelah Brahmacari Asrama. Dalam memasuki masa

    Grehasta diawali dengan suatu upacara yang disebut Wiwaha Samskara (Perkawinan)

    yang bermakna sebagai pengesahan secara agama dalam rangka kehidupan

    berumahtangga (melanjutkan keturunan, melaksanakan yadnya dan kehidupan sosial

    lainnya).

    3. Wanaprastha Asrama Merupakan tingkat kehidupan ketiga. Dimana berkewajiban

    untuk menjauhkan diri dari nafsu keduniawian. Pada masa ini hidupnya diabdikan

    kepada pengamalan ajaran Dharma. Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah

    berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi

    untuk memperoleh kelepasan/moksa dipraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari.

    4. Sanyasin Asrama (bhiksuka) Merupakan tingkat terakhir dari catur asrama, di mana

    pengaruh dunia sama sekali lepas. Mengabdikan diri pada nilai-nilai dari keutamaan

    Dharma dan hakekat hidup yang benar. Pada tingkatan ini, ini banyak dilakukan

    kunjungan (Dharma yatra, Tirtha yatra) ke tempat suci, di mana seluruh sisa hidupnya

    hanya diserahkan kepada Sang Pencipta untuk mencapai Moksa.

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    8/9

    8

    UPACARA YADNYA

    PENGERTIAN YADNYA

    Kata Yadnya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari akar kata yaj yang artinya memuja,

    mempersembahkan, atau korban. Kemudian penulisannya diindonesiakan dari Yajna menjadi

    Yadnya.

    Dalam kitab Bhagawadgita dijelaskan Yadnya artinya suatu perbuatan yang dilakukan dengan

    penuh keiklasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan. Yadnya

    berarti upacara persembahan korban suci. Pemujaan yang dilakukan dengan mempergunakan

    korban suci sudah barang tentu memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga.

    TUJUAN YADNYA

    Bila direnungkan tujuan diadakannya sebuah Yadnya yaitu untuk membalas Yadnya yang

    dahulu dilakukan oleh Ida Sang Hyang Widhi ketika menciptakan alam semesta beserta isinya.Hal tersebut dapat kita lihat dari sloka dibawah ini:

    sahayajnah prajah srishtva, paro vacha pajapatih,

    Anema prasavish dhvam, esha yostvisha kamaduk

    Artinya:

    Pada zaman dulu kala Praja Pati (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan manusia dengan

    Yadnya dan bersabda. Dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi

    kamanduk (memenuhi) dari keinginanmu.

    Dari sloka di atas dapat kita lihat secara jelas, bahwa kita melaksanakan Yadnya atas dasar

    Tuhan mengawali menciptakan dunia beserta isinya berdasarkan Yadnuhan itu diteruskan agar

    kehidupan di dunia ini berlanjut terus dengan saling beryadnya.

    Bukankah akibat dari Tuhan berbuat Yadnya itu menimbulkan Rnam (hutang). Kemudian agar

    tercipta hokum keseimbangan, maka rnam itu harus dibayar dengan Yadnya (Tri Rna). Tri Rna

    ini dalam kehidupan sehari-hari dapat dibayar dengan melaksanakan Panca Yadnya. Dimana

    Dewa Rna dibayar dengan Dewa Yadnya dan dibayar dengan Bhuta Yadnya, kemudian Rsi Rna

    dibayar dengan Rsi Yadnya, dan yang terakhir yaitu Pitra Rna dibayar dengan Pitra Yadnya dan

    Manusa Yadnya.

    Memang konsep Agama Hindu adalah mewujudkan keseimbangan. Dengan terwujudnyakeseimbangan berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang didambakan oleh setiap orang

    di dunia ini. Untuk terwujudnya keseimbangan tersebut dalam Umat Hindu diajarkan Tri Hita

    Karana yaitu tiga factor yang menyebabkan terwujudnya suatu kebahagiaan. Berkaitan dengan

    itu, dalam Bhagawadgita III.2, menyebutkan:

    ishtan bhogan hivodeva, donsyante yajna bhavitah,

    tair dattan apradayabho, yobhunkte stena eca sah

    Artinya:

    Dipelihara oleh Yadnya Para Dewa, akan memberikan kamu kesenangan yang kamu

    inginkan. Ia yang menikmati pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepadanyaadalah pencuri.

    Selanjutnya seloka Bhagawadgita III.13 menyebutkan:

    yajna sisyah sinah santo, nucyanta sarwa kilbisaih,

    bhujate tuagham papa, ye pacauty atmakatanat

    Artinya:

  • 8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru

    9/9

    9

    Orang yang baik, maka apa yang tersisa dari Yadnya, mereka itu terlepas dari segala

    dosa, akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan kepentingan sendiri,

    mereka itu adalah makan dosanya sendiri.

    Jadi dengan petikan sloka di atas dapat ditegaskan bahwa Yadnya itu bertujuan untuk

    melangsungkan kehidupan yang berkesinambungan yaitu dengan cara:

    Membayar Rna (hutang) untuk mencapai kesempurnaan hidup.

    Melebur dosa untuk mencapai kebebasan yang sempurna.

    FUNGSI DAN MAKNA YADNYA

    Jika kita lihat dari tujuan pelaksanaan Yadnya yang dijelaskan di atas maka secara umum fungsi

    dari pada Yadnya adalah sebagai sarana untuk mengembangkan serta memelihara kehidupan

    agar terwujud kehidupan yang sejahtra dan bahagia atau kelepasan yakni menyatu dengan

    Sang Pencipta.

    Berdasarkan uraian di atas dapat dijabarkan fungsi dari pelaksanaan Yadnya, yaitu sebagai

    berikut:

    1.

    Sarana untuk mengamalkan Weda.

    Yadnya adalah sarana untuk mengamalkan Weda yang dilukiskan dalam bentuk symbol-

    simbol atau niyasa. Yang kemudian symbol tersebut menjadi realisasi dari ajaran Agama

    Hindu.

    2.

    Sarana untuk meningkatkan kualitas diri.

    Setiap kelahiran manusia selalu disertai oleh karma wasana. Demikian pula setiap

    kelahiran bertujuan untuk meningkatkan kualitas jiwatman sehingga tujuan tertinggi yaitu

    bersatunya atman dengan brahman (brahman atman aikyam) dapat tercapai. Dalam

    upaya meningkatkan kualitas diri, umat Hindu selalu diajarkan untuk buatan baik.

    Perbuatan baik yang paling utama adalah melalui Yadnya. Dengan demikian setiap yadnyayang kita lakukan hasilnya adalah terjadinya peningkatan kualitas jiwatman.

    3.

    Sebagai sarana penyucian.

    Dengan sebuah Yadnya sesuatu hal bisa disucikan seperti diadakannya Dewa Yadnya,

    Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya yaitu pada bagian-bagian

    tertentu mengandung makna dan tujuan untuk penyucian atau pembersihan.

    4. Sarana untuk terhubung Kepada Ida Sang Hyang Widhi.

    Yadnya merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengadakan hubungan dengan

    Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya, seperti yang sering dilakukan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    5.

    Sarana untuk mengungkapkan rasa terima kasih.Dengan sebuah yadnya seseorang mampu mengungkapkan rasa syukur dan ucapan

    terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sesame manusia, maupun kepada alam,

    seperti yang sudah biasa dilakukan dalam penerapan Panca Yadnya.

    Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om.