Upload
pratamasamosir
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
1/9
1
MATERI SUDHI WADANITanggal 7 Juli 2014
di Kantor Kemenag Kota KupangOleh : Pratama B.A.P Samosir, S.Ag
TIG KER NGK D S R G M HINDU
Om Swatyastu,
Ajaran Agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang dikenal dengan "Tiga Kerangka
Dasar", di mana bagian yang satu dengan lainnya saling isi mengisi dan merupakan satu
kesatuan yang bulat untuk dihayati dan diamalkan guna mencapai tujuan agama yang disebut
Jagadhita dan Moksa. Tiga Kerangka Dasar tersebut adalah:
TATWA
Sebenarnya Agama Hindu mempunyai kerangka dasar kebenaran yang sangat kokoh karena
masuk akal dan konseptual. Konsep pencarian kebenaran yang hakiki di dalam Hindu diuraikan
dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa dalam agama Hindu dapat diserap
sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendekatan yang disebut
Pramana.
TRI PRAMANA
Ada 3 (tiga) cara penyerapan pokok yang disebut Tri Pramana. Tri Pramana, "Tri" artinya tiga,
"Pramana" artinya jalan, cara, atau ukuran. Jadi Tri Pramana adalah tiga jalan/cara untuk
mengetahui hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata maupun abstrak. Dalam Wrhaspati Tattwa
sloka 26 disebutkan:
Pratyaksanumanasca krtan tad wacanagamah pramananitriwidamproktam tat
samyajnanam uttamam. Ikang sang kahanan dening pramana telu, ngaranya,
pratyaksanumanagama. Pratyaksa ngaranya katon kagamel. Anumana ngaranya
kadyangganing anon kukus ring kadohan, yata manganuhingganing apuy, yekaAnumana ngaranya. Agama ngaranya ikang aji inupapattyan desang guru, yeka
Agama ngaranya. Sang kinahanan dening pramana telu Pratyaksanumanagama, yata
sinagguh Samyajnana ngaranya.
Artinya:
Adapun orang yang dikatakan memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan yang
disebut Pratyaksa, Anumana, dan Agama. Pratyaksa namanya (karena) terlihat (dan)
terpegang. Anumana sebutannya sebagai melihat asap di tempat jauh, untuk
membuktikan kepastian (adanya) api, itulah disebut Anumana. Agama disebut
pengetahuan yang diberikan oleh para guru (sarjana), itulah dikatakan Agama. Orang
yang memiliki tiga cara untuk mendapat pengetahuan Pratyaksa, Anumana, dan
Agama, dinamakan Samyajnana (serba tahu).
Tri Pramana, meliputi:
1.
Agama Pramana
Adalah suatu ukuran atau cara yang dipakai untuk mengetahui dan meyakini sesuatu
dengan mempercayai ucapan- ucapan kitab suci, karena sering mendengar petuah-
petuah dan ceritera para guru, Resi atau orang- orang suci lainnya. Ceritera- ceritera itu
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
2/9
2
dipercayai dan diyakini karena kesucian batin dan keluhuran budi dari para Maha Resi
itu. Apa yang diucapkan atau diceriterakannya menjadi pengetahuan bagi
pendengarnya. Misalnya: Guru ilmu pengetahuan alam berceritera bahwa di angkasa
luar banyak planet- planet, sebagaimana juga bumi berbentuk bulat dan berputar.
Setiap murid percaya kepada apa yang diceriterakan gurunya, oleh karena itu tentang
planet dan bumi bulat serta berputar menjadi pengetahuan yang diyakini kebenarannya,walaupun murid- murid tidak pernah membuktikannya. Demikianlah umat Hindu
meyakini Sang Hyang Widhi Wasa berdasarkan kepercayaan kepada ajaran Weda,
melalui penjelasan- penjelasan dari para Maha Resi atau guru- guru agama, karena
sebagai kitab suci agama Hindu memang mengajarkan tentang Tuhan itu demikian.
2. Anumana Pramana
Adalah cara atau ukuran untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan menggunakan
perhitungan logis berdasarkan tanda- tanda atau gejala- gejala yang dapat diamati. Dari
tanda- tanda atau gejala- gejala itu ditarik suatu kesimpulan tentang obyek yang diamati
tadi. Cara menarik kesimpulan adalah dengan dalil sebagai berikut: YATRA YATRA
DHUMAH, TATRA TATRA WAHNIH artinya Di mana ada asap di sana pasti ada api.
Contoh: Seorang dokter dalam merawat pasiennya selalu mulai dengan menanyakan
keluhan- keluhan yang dirasakan si pasien sebagai gejala- gejala dari penyakit yang
diidapnya. Dengan menganalisa keluhan- keluhan tadi dokter dapat menyimpulkan
penyakit pasiennya, sehingga mudah melakukan pengobatan. Demikian pula jika
memperhatikan keadaan dunia ini, maka banyak sekali ada gejala- gejala alam yang
teratur. Hal itu menurut logika kita hanya mungkin dapat terjadi apabila ada yang
mengaturnya.
3.
Pratyaksa Pramana
Adalah cara untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan cara mengamati langsungterhadap sesuatu obyek, sehingga tidak ada yang perlu diragukan tentang sesuatu itu
selain hanya harus meyakini. Misalnya menyaksikan atau melihat dengan mata kepala
sendiri, kita jadi tahu dan yakin terhadap suatu benda atau kejadian yang kita amati.
Untuk dapat mengetahui serta merasakan adanya Sang Hyang Widhi Wasa dengan
pengamatan langsung haruslah didasarkan atas kesucian batin yang tinggi dan kepekaan
intuisi yang mekar dengan pelaksanaan yoga samadhi yang sempurna. Tri Pramana ini,
menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat menerima kebenaran hakiki
dalam tattwa, sehingga berkembang menjadi keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan
dan keyakinan dalam Hindu disebut dengan sradha. Dalam Hindu, sradha disarikan
menjadi 5 (lima) esensi, disebut Panca Sradha.
PANCA SRADHA
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Panca sradha.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1. Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya.
2. Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.
3. Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap
perbuatan.
4. Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi).
5.
Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.
Berbekal Panca Sradha yang diserap menggunakan Tri Pramana ini, perjalanan hidup seorang
Hindu menuju ke satu tujuan yang pasti. Ke arah kesempurnaan lahir dan batin yaitu Jagadhita
dan Moksa. Ada 4 (empat) jalan yang bisa ditempuh, jalan itu disebut Catur Marga Yoga.
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
3/9
3
CATUR MARGA YOGA
Dalam usaha perjalanan manusia menuju kepada Tuhan, ada empat jalan yang harus ditempuh
yaitu Catur Marga. Catur artinya empat dan Marga artinya jalan. Jadi Catur Marga artinya:
empat jalan yang harus ditempuh dalam usaha manusia menuju kepada Tuhan Sang Maha
Pencipta. Empat jalan itu disebut Catur Marga, yaitu:
1. Yoga Marga / Raja Yoga :
Menuju pada kebenaran dengan jalan disiplin tertentu dengan metode-metode Yoga.
Raja Yoga Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa
melalui pengabdian diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa yaitu mulai berlangsung dan
berakhir pada konsentrasi. Dalam arti yang lebih luas yoga ini mengandung pengertian
tentang pengekangan diri. Dengan pengendalian diri yang ketat, tekun dalam yoga,
maka persatuan Atman dengan Brahman akan tercapai.
2. Jnana Marga / Jnana Yoga :
Menuju persatuan dengan Tuhan dengan cara terus menerus mempelajarinya. Jnana
Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai jagadhita dan Moksa dengan
mempergunakan kebijaksanaan filsafat (Jnana). Di dalam usaha untuk mencapai
kesempurnaan dengan kebijaksanaan itu, para arif bijaksana (Jnanin) melaksanakan
dengan keinsyafan bahwa manusia adalah bagian dari alam semesta yang bersumber
pada suatu sumber alam, yang di dalam kitab suci Weda disebut Brahman atau Purusa.
Di dalam Upanishad dijelaskan bahwa Brahman atau Purusa adalah sebagai sumber
unsur- unsur rohani maupun jasmani semua makhluk dan sumber segala benda yang
terdapat di alam ini. Brahman sebagai sumber segala- galanya mempunyai kekuatan
yang dapat dikatakan hukum kodrat, atau sifatnya yang menyebabkan Brahman
berubah menjadi serba segala, rohaniah maupun jasmaniah (sekala- niskala).Menginsyafi bahwa segala yang ada, rohani maupun jasmani, benda yang berwujud
(Sthula) maupun abstrak (suksma) bersumber pada Brahman, maka para bijaksana
(Jnanin) memandang bahwa semua benda jasmaniah (jasad) dan wujud rohani (alam
pikiran dan sebagainya) yang timbul dari Brahman adalah benda dan wujud yang
bersifat sementara (relatif). Hanya sumbernya yaitu Brahman (Siwa) Yang Maha Agung
yang sungguh- sungguh ada dan mutlak (absolut). Dengan kebijaksanaan (Jnana) mereka
dapat mencapai dharma yang memberikan kebahagiaan lahir batin dalam hidupnya
sekarang, di akhirat (Swarga) dan dalam penjelmaan yang akan datang (Swarga Cyuta).
Andaikata rahmat melimpah akhirnya mereka dapat menginjak alam Moksa yaitu
kebahagiaan yang kekal, yang menyebabkan roh (Atma) bebas dari penjelmaan.
3.
Bhakti Marga / Bhakti Yoga :
Menyerahkan diri dengan tulus kepada Tuhan sebagai seorang poenyembah yang penuh
kecintaan. Bhakti Marga adalah usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan
jalan sujud bakti kepada Tuhan. Dengan sujud dan cinta kepada Tuhan Pelindung dan
Pemelihara semua makhluk, maka Tuhan akan menuntun seorang Bhakta, yakni orang
yang cinta, bakti dan sujud kepada- Nya untuk mencapai kesempurnaan. Dengan
menambah dan berdoa mohon perlindungan dan ampun atas dosa- dosanya yang
pernah dilaksanakan serta mengucap syukur atas perlindungannya, kian hari cinta
baktinya kepada Tuhan makin mendalam hingga Tuhan menampakkan diri (manifest) di
hadapan Bhakta itu. Tuhan memelihara dan melindungi orang yang beriman itu, supaya
hidupnya tetap tenang dan tenteram. Jalan yang utama untuk memupuk perasaan bakti
ialah rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas, seperti melaksanakan Tri
Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari, pagi, siang, dan sore hari dan
bersembahyang hari suci lainnya.
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
4/9
4
4. Karma Marga / Karma Yoga :
Menuju pembebasan dengan jalan bekerja tanpa mengharapkan hasil. Karma Marga
berarti jalan atau usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan melakukan
kebajikan, tiada terikat oleh nafsu hendak mendapat hasilnya berupa kemasyhuran,
kewibawaan, keuntungan, dan sebagainya, melainkan melakukan kewajiban demi untukmengabdi, berbuat amal kebajikan untuk kesejahteraan umat manusia dan sesama
makhluk. Selain itu Karma Marga berhampiran inti ajarannya dengan Bhakti Marga,
yaitu mengarahkan segala usaha, pengabdian kebijaksanaan, amal dan pengorbanan itu
bukan dari dirinya sendiri melainkan dari Tuhan. Demikianlah tattwa Hindu Dharma.
Tidak terlalu rumit, namun penuh kepastian. Istilah- istilah yang disebutkan di atas
janganlah dianggap sebagai dogma, karena dalam Hindu tidak ada dogma. Yang ada
adalah kata- bantu yang telah disarikan dari sastra dan veda, oleh para pendahulu kita,
agar lebih banyak lagi umat yang mendapatkan pencerahan, dalam pencarian
kebenaran yang hakiki.
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
5/9
5
SUSILA
Di dalam filsafat (Tattwa)diuraikan bahwa agama Hindu membimbing manusia untuk mencapai
kesempurnaan hidup seutuhnya, oleh sebab itu ajaran sucinya cenderung kepada pendidikansila dan budi pekerti yang luhur, membina umatnya menjadi manusia susila demi tercapainya
kebahagiaan lahir dan batin.
Kata Susila terdiri dari dua suku kata: "Su" dan "Sila". "Su" berarti baik, indah, harmonis. "Sila"
berarti perilaku, tata laku. Jadi Susila adalah tingkah laku manusia yang baik terpancar sebagai
cermin obyektif kalbunya dalam mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Pengertian
Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang
selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang
berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.
Pola hubungan tersebut adalah berprinsip pada ajaran Tat Twam Asi (Ia adalah engkau)
mengandung makna bahwa hidup segala makhluk sama, menolong orang lain berarti menolong
diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Jiwa sosialdemikian diresapi oleh sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama sekali bukan atas dasar pamrih
kebendaan. Dalam hubungan ajaran susila beberapa aspek ajaran sebagai upaya penerapannya
sehari- hari diuraikan lagi secara lebih terperinci.
TRI KAYA PARISUDHA
Untuk bisa menjalankan dharma diperlukan prilaku dasar yang disebut: Tri Kaya Parisuda
artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan. Tri Kaya Parisudha adalah tiga jenis
perbuatan yang merupakan landasan ajaran Etika Agama Hindu yang dipedomani oleh setiap
individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya, meliputi:
1. Berpikir yang benar (Manacika) - Satya Hrdaya - satunya pikiran.
2.
Berkata yang benar (Wacika) - Satya Wacana - satunya tutur.
3.
Berbuat yang benar (Kayika) - Satya Laksana - satunya laku.
Dari tiap arti kata di dalamnya, Triberarti tiga; Kayabararti Karyaatau perbuatanatau kerja
atau prilaku; sedangkan Parisudhaberarti "upaya penyucian".Jadi "Trikaya-Parisudhaberarti
"upaya pembersihan/penyucian atas tiga perbuatan atau prilaku kita".
Tri Kaya Parisudha yang menjadi konsentrasi pembahasan kali ini adalah merupakan salah satu
aplikasi dan perbuatan baik (subha karma). Secara hirarki bermula dan pikiran yang baik dan
benarlah akan mengalir ucapan dan perbuatan yang baik dan benar pula. Jadi kuncinya adalah
pada pikiran, yang dalam pepatah sama dengan "dan telaga yang jernihlah mengalir air yang
jernih pula". Kalau pikirannya kacau, apalagi memikirkan yang macam-macam dan bukan-bukan
niscaya perkataan dan perbuatannyapun akan amburadul yang bermuara pada kehancuran dan
penderitaan.
CATUR PARAMITA
Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang
benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain adalah satunya
pikiran, perkataan, dan perbuatan dalam Catur Paramita, diantaranya:
1.
Maitriyaitu sifat suka menolong orang lain yang dalam kesusahan dengan ikhlas.2. Karunayaitu sifat kasih sayang dan cinta kepada sesama tanpa meminta balasan.
3. Muditayaitu sifat simpatik dan ramah tamah menghormati oang lain dengan tulus.
4. Upeksayaitu sifat mawas diri, tepa sarira, bisa menempatkan diri, rendah hati.
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
6/9
6
PANCA YAMA BRATA
Adalah lima jenis pengekangan diri berdasarkan atas upaya menjauhi larangan agama sebagai
norma kehidupan sebagai berikut:
1. Ahimsayaitu Kasih kepada makhluk lain, tidak membunuh atau menganiaya.
2.
Brahmacari yaitu Berguru dengan sungguh- sungguh, tidak melakukan hubungankelamin (sanggama) selama menuntut ilmu.
3. Satyayaitu Setia, pantang ingkar kepada janji.
4. Awyawaharika yaitu Cinta kedamaian, tidak suka bertengkar dan mengumbar bicara
yang tidak bermanfaat.
5. Astenyayaitu Jujur, pantang melakukan pencurian.
PANCA NIYAMA BRATA
Adalah lima jenis pengekangan diri berdasarkan atau tunduk (mengikuti) peraturan Dharma
yang telah ditentukan, sebagai berikut:
1. Akrodhayaitu Tidak dikuasai oleh nafsu kemarahan.
2. Guru Susrusayaitu Hormat dan taat kepada guru serta patuh pada ajaran- ajarannya.
3. Saucayaitu Senantiasa menyucikan diri lahir batin.
4. Aharalagawayaitu Pengaturan makan (makanan bergizi) dan tidak hidup berfoya- foya/
boros.
5. Apramadayaitu Tidak menyombongkan diri dan takabur.
TRI MALA
Merupakan tiga jenis kekotoran dan kebatilan jiwa manusia akibat pengaruh negatif dan nafsu
yang sering tidak dapat terkendalikan dan sangat bertentangan dengan etika kesusilaan.Trimala patut diwaspadai dan diredam, karena ia akan menghancurkan hidup, meliputi:
1.
Mithya hrdyayaitu berperasaan dan berpikiran buruk.
2. Mithya wacanayaitu berkata sombong, angkuh, tidak menepati janji.
3. Mithya laksanayaitu berbuat yang curang / culas / licik (merugikan orang lain).
Apabila Trimala telah menguasai seluruh hidup manusia timbullah kegelapan (Awidya)
mengakibatkan ia tidak mampu lagi melakukan pertimbangan budi, kegelapan yang
mempengaruhi pandangan hidupnya.
SAD RIPU
Adalah enam musuh di dalam diri manusia yang selalu menggoda, yang mengakibatkan
ketidakstabilan emosi. Apabila tidak mampu menguasainya akan membawa bencana dan
kehancuran total kehidupan manusia. Karena itu Sad Ripu patut dikendalikan dengan budi
susila.
Sad Ripu terdiri dari:
1. Kamayaitu hawa nafsu yang tidak terkendalikan.
2. Lobhayaitu kelobaan (ketamakan), ingin selalu mendapatkan yang lebih.
3. Krodhayaitu kemarahan yang melampaui batas (tidak terkendalikan).
4. Madayaitu kemabukan yang membawa kegelapan pikiran.
5.
Moha yaitu kebingungan/ kurang mampu berkonsentrasi sehinggaakibatnya individu
tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sempurna.
6. Matsaryayaitu iri hati/ dengki yang menyebabkan permusuhan.
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
7/9
7
CATUR ASRAMA
Menurut agama Hindu pembagian tingkat kehidupan manusia sesuai dengan sistem Catur
Asrama, ialah sebagai berikut:
1.
Brahmacari Asrama Adalah tingkat masa menuntut ilmu/masa mencari ilmu. MasaBrahmacari diawali dengan upacara Upanayana dan diakhiri dengan pengakuan dan
pemberian Samawartana (Ijazah).
2. Grhasta AsramaAdalah tingkat kehidupan berumahtangga. Masa Grehasta Asrama ini
adalah merupakan tingkatan kedua setelah Brahmacari Asrama. Dalam memasuki masa
Grehasta diawali dengan suatu upacara yang disebut Wiwaha Samskara (Perkawinan)
yang bermakna sebagai pengesahan secara agama dalam rangka kehidupan
berumahtangga (melanjutkan keturunan, melaksanakan yadnya dan kehidupan sosial
lainnya).
3. Wanaprastha Asrama Merupakan tingkat kehidupan ketiga. Dimana berkewajiban
untuk menjauhkan diri dari nafsu keduniawian. Pada masa ini hidupnya diabdikan
kepada pengamalan ajaran Dharma. Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah
berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi
untuk memperoleh kelepasan/moksa dipraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari.
4. Sanyasin Asrama (bhiksuka) Merupakan tingkat terakhir dari catur asrama, di mana
pengaruh dunia sama sekali lepas. Mengabdikan diri pada nilai-nilai dari keutamaan
Dharma dan hakekat hidup yang benar. Pada tingkatan ini, ini banyak dilakukan
kunjungan (Dharma yatra, Tirtha yatra) ke tempat suci, di mana seluruh sisa hidupnya
hanya diserahkan kepada Sang Pencipta untuk mencapai Moksa.
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
8/9
8
UPACARA YADNYA
PENGERTIAN YADNYA
Kata Yadnya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari akar kata yaj yang artinya memuja,
mempersembahkan, atau korban. Kemudian penulisannya diindonesiakan dari Yajna menjadi
Yadnya.
Dalam kitab Bhagawadgita dijelaskan Yadnya artinya suatu perbuatan yang dilakukan dengan
penuh keiklasan dan kesadaran untuk melaksanakan persembahan kepada Tuhan. Yadnya
berarti upacara persembahan korban suci. Pemujaan yang dilakukan dengan mempergunakan
korban suci sudah barang tentu memerlukan dukungan sikap dan mental yang suci juga.
TUJUAN YADNYA
Bila direnungkan tujuan diadakannya sebuah Yadnya yaitu untuk membalas Yadnya yang
dahulu dilakukan oleh Ida Sang Hyang Widhi ketika menciptakan alam semesta beserta isinya.Hal tersebut dapat kita lihat dari sloka dibawah ini:
sahayajnah prajah srishtva, paro vacha pajapatih,
Anema prasavish dhvam, esha yostvisha kamaduk
Artinya:
Pada zaman dulu kala Praja Pati (Tuhan Yang Maha Esa) menciptakan manusia dengan
Yadnya dan bersabda. Dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi
kamanduk (memenuhi) dari keinginanmu.
Dari sloka di atas dapat kita lihat secara jelas, bahwa kita melaksanakan Yadnya atas dasar
Tuhan mengawali menciptakan dunia beserta isinya berdasarkan Yadnuhan itu diteruskan agar
kehidupan di dunia ini berlanjut terus dengan saling beryadnya.
Bukankah akibat dari Tuhan berbuat Yadnya itu menimbulkan Rnam (hutang). Kemudian agar
tercipta hokum keseimbangan, maka rnam itu harus dibayar dengan Yadnya (Tri Rna). Tri Rna
ini dalam kehidupan sehari-hari dapat dibayar dengan melaksanakan Panca Yadnya. Dimana
Dewa Rna dibayar dengan Dewa Yadnya dan dibayar dengan Bhuta Yadnya, kemudian Rsi Rna
dibayar dengan Rsi Yadnya, dan yang terakhir yaitu Pitra Rna dibayar dengan Pitra Yadnya dan
Manusa Yadnya.
Memang konsep Agama Hindu adalah mewujudkan keseimbangan. Dengan terwujudnyakeseimbangan berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang didambakan oleh setiap orang
di dunia ini. Untuk terwujudnya keseimbangan tersebut dalam Umat Hindu diajarkan Tri Hita
Karana yaitu tiga factor yang menyebabkan terwujudnya suatu kebahagiaan. Berkaitan dengan
itu, dalam Bhagawadgita III.2, menyebutkan:
ishtan bhogan hivodeva, donsyante yajna bhavitah,
tair dattan apradayabho, yobhunkte stena eca sah
Artinya:
Dipelihara oleh Yadnya Para Dewa, akan memberikan kamu kesenangan yang kamu
inginkan. Ia yang menikmati pemberian ini, tanpa memberikan balasan kepadanyaadalah pencuri.
Selanjutnya seloka Bhagawadgita III.13 menyebutkan:
yajna sisyah sinah santo, nucyanta sarwa kilbisaih,
bhujate tuagham papa, ye pacauty atmakatanat
Artinya:
8/11/2019 Materi Sudhi Wadhani Baru
9/9
9
Orang yang baik, maka apa yang tersisa dari Yadnya, mereka itu terlepas dari segala
dosa, akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan kepentingan sendiri,
mereka itu adalah makan dosanya sendiri.
Jadi dengan petikan sloka di atas dapat ditegaskan bahwa Yadnya itu bertujuan untuk
melangsungkan kehidupan yang berkesinambungan yaitu dengan cara:
Membayar Rna (hutang) untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Melebur dosa untuk mencapai kebebasan yang sempurna.
FUNGSI DAN MAKNA YADNYA
Jika kita lihat dari tujuan pelaksanaan Yadnya yang dijelaskan di atas maka secara umum fungsi
dari pada Yadnya adalah sebagai sarana untuk mengembangkan serta memelihara kehidupan
agar terwujud kehidupan yang sejahtra dan bahagia atau kelepasan yakni menyatu dengan
Sang Pencipta.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijabarkan fungsi dari pelaksanaan Yadnya, yaitu sebagai
berikut:
1.
Sarana untuk mengamalkan Weda.
Yadnya adalah sarana untuk mengamalkan Weda yang dilukiskan dalam bentuk symbol-
simbol atau niyasa. Yang kemudian symbol tersebut menjadi realisasi dari ajaran Agama
Hindu.
2.
Sarana untuk meningkatkan kualitas diri.
Setiap kelahiran manusia selalu disertai oleh karma wasana. Demikian pula setiap
kelahiran bertujuan untuk meningkatkan kualitas jiwatman sehingga tujuan tertinggi yaitu
bersatunya atman dengan brahman (brahman atman aikyam) dapat tercapai. Dalam
upaya meningkatkan kualitas diri, umat Hindu selalu diajarkan untuk buatan baik.
Perbuatan baik yang paling utama adalah melalui Yadnya. Dengan demikian setiap yadnyayang kita lakukan hasilnya adalah terjadinya peningkatan kualitas jiwatman.
3.
Sebagai sarana penyucian.
Dengan sebuah Yadnya sesuatu hal bisa disucikan seperti diadakannya Dewa Yadnya,
Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya yaitu pada bagian-bagian
tertentu mengandung makna dan tujuan untuk penyucian atau pembersihan.
4. Sarana untuk terhubung Kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Yadnya merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengadakan hubungan dengan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya, seperti yang sering dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
5.
Sarana untuk mengungkapkan rasa terima kasih.Dengan sebuah yadnya seseorang mampu mengungkapkan rasa syukur dan ucapan
terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sesame manusia, maupun kepada alam,
seperti yang sudah biasa dilakukan dalam penerapan Panca Yadnya.
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om.