Upload
mohammed-athoillah-sba-xv
View
90
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS BERSTRUKTUR DOSEN PENGAJARHADITS AHMAD ZAKKI MUBARAK, M. Ag
MEMILIH CALON ISTERI
OLEH:M. ATHO’ILLAHNIM. 0701248218
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARIFAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRISBANJARMASIN
2008DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI 1
BAB
I. PENDAHULUAN 2
II. HADITS, TERJEMAH DAN SYARAH 3
III. KETERANGAN MENURUT ULAMA TENTANG ISI HADITS 9
IV. ANALISA HADITS 13
V. PENUTUP 15
DAFTAR REFERENSI 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
� م �س� ح�م�ان� الله� ب � الر� �م ي ح� الر�
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah yang telah mengutus Rasul-Nya untuk
memberikan pedoman kepada kaum laki-laki dalam memilih pasangan. Shalawat dan salam
semoga selalu dilimpahkan kepeda Nabi kita, Muhammad saw., keluarganya, para
shahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang berpegang teguh pada Sunnahnya.
Terbentuknya keluarga sakinah merupakan dambaan setiap pasangan suami-isteri.
Untuk mewujudkannya hal penting yang perlu diperhatikan adalah memilih pasangan.
Bagi muslimin pemilihan isteri yang baik merupakan hal yang sangat mutlak, karena
kelak dia akan mendidik anak dan memelihara hartanya. Oleh karena itu, para muslimin harus
memiliki tolok ukur yang benar. Apabila dia berpegang pada tolok ukur yang salah bukan
ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan yang dia dapatkan, melainkan keributan dan
pertengkaran dengan pasangannya.1
Makalah ‘Memilih Calon Isteri’ ini saya susun dari beberapa referensi yang saya
kumpulkan sebagai tugas mata kuliah Hadits yang diasuh oleh Bapak Ahmad Zakki Mubarak,
M. Ag dan disajikan pada diskusi mata kuliah Hadits tersebut.
Pepatah mengatakan ‘Tidak ada gading yang tak retak’. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan dari Bapak Dosen dan juga teman-teman untuk
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya, mari kita semua berdo’a semoga kita sebagai orang islam dapat berpegang
teguh pada kriteria yang baik dan benar sesuai dengan Al-Qur’an dan as-sunnah dalam
memilih calon pendamping hidup kelak di kemudian hari. Amin. Wa Shallallahu ‘ala
sayyidina wa maulana Muhammadin wa alihi wa ashhabihi wa sallam walhamdulillahi Rabbil
‘alamin.
1 Muhammad Thalib, 20 Petunjuk Memilih Isteri, Penerbit Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2002. h. 5.
2
BAB II
HADITS, TERJEMAH DAN SYARAH
د�ث�ن�ا د�د� ح� د�ث�ن�ا م�س� ي�ى ح� ال� الل��ه� ع�ب�ي�د� ع�ن� ي�ح� د�ث�ن�ى ق��� ح���ع�ي�د� ب�ى ب�ن� س�
ع�ي�د" أ� ه� ع�ن� س� ب�ي���� ب�ى ع�ن� أ
ة� أ� ر� ي��� ر� ي� ه� ض��� الل��ه� ر�ل�ى الن�ب�ي( ع�ن� ع�ن�ه� ه� الله� ص� ل�م� و� ع�ل�ي��� ال� س��� �ة� ت�ن�ك�ح� ق��� أ ر� ال�م���
ب�ع" ر�� ا أل� ال�ه� ا و� ل�م� ب�ه� س� ا و� ل�ح� ال�ه��� م� ا و� ج� د�ي�ن�ه� ر� ل��� اظ�ف� ذ�ات� ف��� ب���
ب��اب النك��اح كتاب فى البخاري )أخرجه ي�د�اك� ت�ر�ب�ت� الد(ي�ن�اه�2ال��دين( فى األكفاء و� ة�( )ر� م�س��� إالK الجماع��ة )رواه3ال�خ�
)Kمتفق4الترمذي( ة مع عليهKبقي )5السبعة
Artinya :...Abdurrahman Ibn Shakhar (Abu Hurairah) Ra. Rasulullah SAW bersabda :
“Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya karena jika tidak binasalah kedua tanganmu” (HR. Al-Bukhary pada kitab Nikah bab Orang-orang yang mampu beragama)6 ...maka pilihlah wanita yang beragama, niscaya engkau berbahagia” (Riwayat Khamsah)7 ...Maka pilihlah yang beragama, mudah-mudahan engkau memperoleh keberuntungan.”8 ...Maka pilihlah wanita yang beragama (jika tidak), maka binasalah engkau” (H.R. Jama’ah ahli hadits kecuali Turmudzi)9 ...Lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaq ‘Alaih beserta sisa As Sab’ah (perawi yang tujuh, selain Al Bukhari dan Muslim, yaitu Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah. Pent.)), yaitu mereka yang sudah disebutkan dalam pendahuluan kitab Subulus Salam I.10
2 H. Abidin Ja’far dan M. Noor Fuady, Hadits Nabawi Memuat 50 hadits-hadits Nabi SAW Sesuai dengan Silabus Fakultas Tarbiyah, Penerbit Antasari Press, Banjarmasin, 2006. h. 50.
3 Bahrun Abu Bakar, Terjemahan Attaajul jaami’ lil ushull fii ahaadiitsir Rasuul – 2, Penerbit Sinar Baru Aggesindo, Bandung, 1993. h. 850.
4 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Penerbit PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1993. h. 29.
Mu’ammal Hamidy, Imron A. M. dan Umar Fanany, Terjemahan Nailul Authar Himpunan Hadits-hadits Hukum Jilid 5, Penerbit P.T. Bina Ilmu, Surabaya, 1993. h. 2135.
5 Abu Bakar Muhammad, Terjemahan Subulus Salam III, Penerbit Al-Ikhlas, Surabaya, 1995. h. 401.
6 H. Abidin Ja’far dan M. Noor Fuady, loc. cit
7 Bahrun Abu Bakar, loc. cit.
8 Kamal Muchtar, loc. cit.
9 Mu’ammal Hamidy, Imron A. M. dan Umar Fanany, loc. cit.
10 Abu Bakar Muhammad, loc. cit.
3
Hadits tersebut, memberikan gambaran mengenai kriteria-kriteria yang
menjadi bahan pertimbangan seorang lelaki dalam memilih seorang perempuan sebagai
isterinya. Kriteria-kriteria tersebut adalah kecantikan, keturunan, kekayaan, dan agamanya.
Orang yang mengutamakan kriteria agama, dijamin oleh Allah akan memperoleh kebahagiaan
dalam berkeluarga.11
Ada empat kepentingan yang disebutkan dalam hadits di atas, sebagai motivasi
pemilihan istri. Pertama, kepentingan ekonomi, yang diungkapkan dengan li maaliha, karena
hartanya. Bahwa seorang laki-laki memilih calon istri yang memiliki harta sehingga bisa
memberikan berbagai fasilitas kemudahan dalam kehidupan setelah berkeluarga nanti.
Kedua, kepentingan sosial, yang diungkapkan dengan li hasabiha, karena
keturunannya. Seorang laki-laki memilih perempuan dari keturunan yang baik-baik, dan
memperhatika kemampuan reproduksi agar kelak bisa memiliki keturunan yang baik pula.
Ketiga, kepentingan fitrah kemanusiaan, yang diungkapkan dengan li jamaliha,
karena kecantikannya. Seorang laki-laki menikahi perempuan karena faktor kecantikan,
sebagai bahan dari pemenuhan kepentingan fitrah dan penguat kecenderungan dan
ketertarikan kepada pasangannya.
Keempat, kepentingan agama, yang diungkapkan dengan li diniha karena agamanya.
Perempuan dinikahi karena kebaikan agamanya, yang akan emnjadi jaminan kebaikan
kepribadian dan urusan keluarga nanti. Dengan kepentingan agama ini, seorang laki-laki
meletakkan pondasi yang kokoh bagi kehidupan keluarga. Itulah sebabnya Rasul Saw.
Menjlaskan dengan “Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu”12
Kriteria utama yang harus ditetapkan oleh para lelaki dalam memilih calon istri
adalah agama, yaitu seorang perempuan yang salehah, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta
berakhlak mulia. Tentu saja kepentingan yang lain tidak diabaikan, hanya haruslah
berlandaskan kebaikan agama, bukan yang lain.13
11 Muhammad Thalib, op. cit., h. 13.
12 http://www.baituna.info/?p=19 yang direkam pada 29 Feb 2008 14:55:15 GMT.
13 Ibid.
4
Rasulullah Saw. bersabda :
Empar hal yang apabila dianugerahkan kepada seseorang berarti telah mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat; hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, tubuh yang sabar menerima musibah dan istri yang bisa menjaga diri dan harta suami (HT. Rhabarani dari Ibnu Abbas)14
Empat hal yang apabila dianugerahkan kepada seseorang berarti telah mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat; hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, tubuh yang sabar menerima musibah dan istri yang bisa menjaga diri dan harta suami (HT. Thabarani dari Ibnu Abbas)15
Bagi seorang lelaki yang ingin menikah, hendaklah dalam memilih pendamping
memperhatikan satu hal: Agama. Sebab menikah yang dilatar belakangi pilihan agama, akan
selalu mendatangkan kebahagiaan. Kecantikan dan harta benda bukanlah tujuan, sebab
semuanya bisa musnah bersama perjalanan waktu. Kecantikan dan harta benda tidak akan
kekal dalam perjalanan mengarungi hidup berumah tangga. Harta dan kecantikan hanyalah
bersifat penunjang bagi terbinanya tatanan rumah tangga yang baik, sementara pilar yang
sebenarnya adalah agama.16
Agama atau diin ialah keyakinan yang disertai peribadatan yang sesuai dengan
ketentuan syariat Islam. Bila keyakinan dan peribadatan yang dilakukan seseorang
menyimpang dari ketentuan syari’at Islam, orang yang melakukannya telah sesat. Untuk
mengetahui ketaatan seseorang dalam beragama, kita harus berpedoman pada ketentuan Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw..17
Bila dalam diri seorang wanita terdapat kemuliaan agama, keturunan, harta benda,
dan kecantikan, maka islam tidak menghalangi untuk menikahinya, bahkan menganjurkan.
Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda (Tunkahu-l-mar’atu... Sampai akhir hadits
sebagaimana hadits pokok dalam makalah ini).18
14 Ibid.
15 Ibid.
16 Abu Iqbal Al-Mahalli, Muslim Modern dalam Bingkai Al-Qur’an dan Al-Hadits, Penerbit LeKPIM Brajan, Yogyakarta, 2000. h. 177.
17 Muhammad Thalib, loc. cit.
18 Abu Iqbal Al-Mahalli, loc. cit.
5
Persoalan agama, selalu ditegaskan oleh islam. Sebab hanya dengan kekuatan agama
saja rumah tangga akan tetap berjaya. Dan hanya wanita yang kuat agamanya saja yang siap
diajak mengarungi suka dan duka dalam berumah tangga. Dalam hal ini Rasulullah telah
bersabda:
“Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, boleh jadi kecantikannya itu akan membinasakan mereka. Jangan kalian menikahi wanita karena hartanya, boleh jadi hartanya itu akan membuat mereka durhaka. Tapi nikahilah mereka atas dasar agamanya. Budak wanita yang cacat telinga lagi hitam kelam yamg memiliki agama, adalah lebih utama untuk dinikahi. “(HR. Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).19
Secara umumnya, mereka yang baik agamanya dan lebih taqwanya adalah mulia dan
dipandang tinggi di sisi Allah s.w.t.
�ن� �م� ...إ م�ك �ر� ك� �د� أ ن ... الله� ع� �م� �ق�اك �ت 20أ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu…” (al-Hujuraat 49: 13)21
Orang yang menikah hanya karena dilatar belakangi harta atau kecantikan,
tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan. Harta, boleh jadi
membuat wanita itu congkak dan sombong terhadap suami. Kecantikan, boleh jadi
membuat dirinya lupa daratan, berselingkuh dan macam-macam tingkah yang
dilakukan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda:
“Barangsiapa menikahi wanita karena kemuliaannya, maka Allah tidak menambah
kecuali kehinaan. Barangsiapa menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak menambah
kecuali kemiskinan. Barangsiapa menikahi wanita karena kemuliaan keturunannya, maka
Allah tidak menambah kecuali kehinaan. Dan barangsiapa menikahi wanita tanpa tujuan lain
kecuali untuk menjaga pandangan mata dan kemaluannya, atau menyambung tali
19 Ibid., h. 177-178.
20 Q. S. Al-Hujuroot (49) : 13.
21 http://nursyirah.wordpress.com/2008/02/16/kriteria-memilih-calon-isteri/ yang direkam pada 4 Mar 2008 22:49:53 GMT.
6
kekerabatan, maka senantiasa Allah akan memberkahi pasangan ini.” (H.R. Thabrani dari
Anas dalam Al-Ausath).22
Menurut pandangan islam, wanita shalihah adalah perhiasan dunia yang paling mahal
nilainya. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda:
“Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (H.R. Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr bin Ash).23
Islam telah menggariskan, bahwa kunci kebahagiaan dan kesengsaraan manusia ada
tiga. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda:
“Kunci kebahagiaan anak Adam ada tiga, demikian pula kunci kesengsaraanya. Kunci kebahagiaannya adalah wanita (isteri) shalihah, rumah yang baik dan kendaraan yang layak. Kunci kesengsaraannya adalah: wanita (isteri) yang jahat, rumah yang jelek, dan kendaraan yang tidak layak.” (H.R. Ahmad Thabrani dan Hakim dari Ismail bin Muhammad bin Sa’ad bin Abi Waqash dari ayahnya dari kakeknya. Dan termasuk hadits shahih).24
Orang yang beriman kepada Allah hanya meyakini ketentuan-Nya. Ia tidak akan
mempercayai ramalan ahli nujum atau peramal misalnya, sebab orang yang mempercayai
ramalannya berarti tidak sepenuhnya beriman kepada Allah. Perbuatan seperti ini disebut
syirik karena berlawanan dengan keyakinan bahwa hanya Allah yang tahu segala yang ghaib.
Orang yang berbuat syirik telah sesat.
Tanda lain seseorang dikatakan taat beragama adalah bila ia menjalankan ibadah yang
diperintahkan oleh Islam dengan tekun dan benar. Ibadah pokok dalam Islam dan tidak dapat
ditinggalkan adalah shalat. Siapa pun yang telah memeluk Islam harus melaksanakannya.
Rasulullah saw. telah menyatakan telah menyatakan bahwa shalat adalah hal pokok dalam
Islam. Hal ini disebutkan dalam hadits berikut.
�ى ع�ن� ب� ة� أ �ر� ي ض�ي� ه�ر� �ه� الله� ر� ال� ع�ن : ق((� ال� و�ل� ق((� س((� ل�ى الل((ه� ر� ص((�
�ه� الله� �ي �ن� و� ع�ل : إ �م� ل و�ل� س�� �ح�اس�ب� م�ا أ �ه� ي �د� ب �ع�ب �و�م� ال �ام�ة� ي �ق�ي �ه� م�ن� ال ع�م�ل
�ه�، ت �ن� ص�ال� إ �ح�ت� ف((� ل د� ص((� �ح� ف�ق((� �ف�ل ، و� أ �ج�ح� �ن �ن� و� أ د�ت� إ د� ف�س((� اب� ف�ق((� و� خ((�22 Abu Iqbal Al-Mahalli, op. cit., h. 178-179.
23 Ibid., h. 179.
24 Ibid., h. 179-180.
7
، ر� �ن� خ�س� �ق�ص� ف�إ �ت �ه� م�ن� ان �ض�ت Eا ف�ر�ي �ئ ي �ل� ش� بH قا ز� الر� و�ا و� ع((� ر� �ظ((� �ن : ا ل� ج((��د�ى ه�ل� �ع�ب �ط�وHعN م�ن� ل �م�ل� ت �ك �ه�ا ف�ي � ب �ق�ص�ت� ما �ت ة� م�ن� ان �ض((� �ف�ر�ي �م� ال و�ن� ث �ك((� ي
�ر� ائ �ه� س� �ع�م�ال �ك� ع�ل�ى أ ذ�لDari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perbuatan manusia
yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya tidak benar, dia akan gagal dan merugi. Jika ada yang kurang sedikit dari kewajiban yang dilakukannya, kelak Tuhan Yang Mahagagah dan Mahamulia akan berfirman: ‘(Wahai malaikat), perhatikanlah apakah hamba-Ku ini melakukan shalat sunnah sehingga dapat dapat menyempurnakan kekurangannya dalam melakukan shalat wajib, kemudian semua amalnya akan dihisab dengan cara seperti ini).’”(HR. Tirmidzi no. 378 CD, Hadits hasan)25
Maksud Hadits ini ialah seseorang dinilai taat beragama bila menunaikan kewajiban
shalat dengan benar. Seseorang yang mengaku muslim tetapi terkadang menjalankan shalat,
terkadang tidak, berarti tidak taat beragama. Bila ia melakukan shalat tetapi tidak mengikuti
tuntunan Rasulullah saw., shalatnya tidak benar. Orang seperti ini termasuk orang yang tidak
taat beragama.
Seorang laki-laki yang hendak menilai calon isterinya haruslah lebih dulu mengerti
ajaran Islam tentang keyakinan dan peribadatan secara benar sebagaimana diajarkan dalam
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.. Bila dia sendiri tidak tahu hal-hal yang menjadi
ketetapan dan hal-hal yang bukan menjadi ketetapan islam, tentu dia tidak akan dapat memilih
calon isteri yang taat beragama dengan benar menurut ketentuan syari’at islam.26
BAB III
KETERANGAN MENURUT ULAMA TENTANG ISI HADITS
25 Muhammad Thalib, op. cit. h. 14-15.
26 Ibid., h. 15-16.
8
As Shan’ani telah menulis di dalam kitabnya Subulus Salam yang diterjemahkan oleh
Drs. Abu Bakar Muhammad, menjelaskan bahwa: Hadits tersebut memberitakan: bahwa yang
mendorong orang-orang lelaki adalah salah satu dari empat perkara itu dan yang terakhir
menurut mereka adalah perempuan yang beragama. Lalu menyuruh mereka, bilamana mereka
sudah mendapat perempuan yang beragama itu, maka jangan hendaknya meninggalkannya.
Sudah terdapat larangan menikahi perempuan, karena bukan agamanya itu. Ibnu majah , Al
Bazzar dari Abdullah bin Umar yang disambung sanadnya hingga Rasulullah saw. (bahwa
beliau bersabda):
�ك�ح�وا ال� �ن اء� ت Zس� �ه�ن� الن ن �ح�س((� ه� ل �ع�ل((� �ه�ن� ف�ل د�ي ر� �ه�ن� ال� و� ي((� ال �م((� ه� ل �ع�ل((� ف�ل�ه�ن� �ط�غ�ي �ك�ح�و�اه�ن� و� ي �ن� ان �لدZي �م�ة[ و� ل و�د�اء[ أل� ق�اء[ س� . ذ�ات� خ�ر� Nن� د�ي
Artinya: Janganlah kamu sekalian menikahi kaum wanita itu karena kecantikannya, karena mungkin kecantikannya itu akan membinasakan mereka, dan janganlah kamu sekalian menikahi mereka karena hartanya, karena mungkin hartanya itu akan menganiaya mereka. Kawinilah mereka karena agamanya. Sungguh hamba sahaya yang hitam pekat lagi beragama adalah paling utama/lebih baik.27
Terdapat penjelasan tentang sifat-sifat kaum wanita yang terbaik dari hadits-hadits
yang diriwayatkan oleh An Nasa’i dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata:
�ل� �ا ق�ي و�ل� ي س� يH الله� ر�� اء� أ Zس� ؟ الن �ر[ ي �ت�ى ق�ال� خ� ه� ال Hر �س� �ن� ت ر� إ �ظ((� و� ن
�ع�ه� �ط�ي �ن� ت م�ر� إ�� �ف�ه� ال� و� أ ال �خ� ه�ا ف�ى ت �ف�س� �ه�ا و� ن �م�ا م�ال ه�. ب �ر� �ك ي
Artinya: Pernah ditanya: Ya, Rasulullah, Manakah/siapakah kaum wanita yang terbaik? Beliau menjawab: (Wanita yang terbaik) itu ialah wanita yang menyenangkan hati suaminya apabila ia memandang kepadanya, dia mematuhi suaminya bilamana suaminya menyuruhnya, dia tidak menentang suaminya dalam dirinya dan hartanya dengan sesuatu yang dia benci/tidak ia senangi.28
Kata “Al-Hasabu” ialah perbuatan yang baik bagi lelaki dan orang dan keturunannya.
Kata “hasabu” juga ditafsirkan dengan harta dalam hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi
dan yang beliau nilai hasan, dari Samurah yang disambung sanadnya hingga Rasulullah saw.:
27 Abu Bakar Muhammad, op. cit., h. 402-403.
28 Ibid., h. 403.
9
Hasab itu adalah harta dan kemuliaan dan kemuliaan itu adalah ketaqwaan. Hanya
saja kata itu tidak dimaksudkan dengan harta dalam hadits ini, karena harta itu disebutkan di
sampingnya. Jadi yang dimaksudkan di sini adalah menurut pengertian yang pertama.29
Hadits tersebut menunjukkan bahwa persahabatan dengan orang-orang yang
beragama dalam segala adalah yang paling baik, karena persahabatan dengan mereka
memberikan faedah kepada kita sebagian dari akhlaknya, kebaikan mereka dan cara-cara
hidup mereka, lebih-lebih isteri, paling utama untuk diperhatikan segi keagamaannya, karena
dia adalah teman setidur, ibu anak-anaknya dan orang kepercayaannya yang memelihara
hartanya, mengurus rumah tangganya dan memelihara dirinya.
Sabdanya “Taribat Yada-ka” itu maksudnya kedua tangannya berlumuran tanah
karena faqir miskin. Kata ini menyimpang dari kebiasaan ungkapan orang dalam percakapan,
bukan karena Nabi saw. maksudkan doa dengan ucapan itu.30
Menurut syarah/keterangan yang di kutip dari Syekh Manshur Ali Nashif di dalam
kitab beliau Attaajul jaami’ lil ushuul fii ahaadiitsir Rasuul yang diterjemahkan oleh Bahrun
Abu Bakar, L. c., beliau menulis: Hadits ini menerangkan tentang wanita-wanita yang disukai
oleh kaum lelaki dan terpuji menurut syariat.
Al-Hasab, kehormatan yang dimiliki oleh bapak-bapak dan kaum kerabatnya, seperti
terkenal dengan kedermawanannya, atau keberaniannya, atau gemar menolong dan
berwibawa. Tetapi kata Al-Hasab ini terkadang bermakna harta, beralasan pada hadits yang
mengatakan, “Al-Hasab adalah harta, sifat dermawan dan bertaqwa.”31
Wanita yamg yang biasanya disukai untuk dikawin, ialah karena faktor memiliki
harta yang banyak, atau karena kecantikannya, atau karena keturunannya. Tetapi syara’
menganjurkan, “Pilihlah yang beragama (kuat dalam agamanya), jadikanlah ia isterimu,
niscaya engkau akan bahagia.”32
29 Ibid., h. 403.
30 Ibid., h. 404.
31Bahrun Abu Bakar, op. cit., h. 851.
32 Ibid., h. 851.
10
Taribat yadaaka, niscaya engkau akan merugi jika tidak memilih wanita yang kuat
agamanya, karena wanita yang beragama itu dapat membawa kepada kebahagiaan.33
Menurut riwayat yang diketengahkan oleh Imam Nasai dan Imam Muslim
mengatakan:
�ن� �ا إ �ي �ه�ا الدHن �ل �اع[ ك �ر� و� م�ت ي �اع� خ� �ا م�ت �ي �ة� الدHن أ �م�ر� �ح�ة�. ال الص�الSesungguhnya duniawi ini seluruhnya merupakan kesenangan, dan kesenangan
duniawi yang paling baik ialah wanita yang saleh.34
Begitu juga Syekh Fayshol bin Abdul Aziz, beliau berkata tentang penjelasan hadits
tersebut di dalam kitab Nailul Authar yang diterjemahkan oleh Mu’ammal Hamidy dan yang
lainnya, bahwa: dianjurkan memilih perempuan yang beragama.35
Akan tetapi, Drs. Kamal Mukhtar menjelaskan hadits tersebut di dalam buku yang
ditulisnya: Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, dipahami di sana bahwa hadits ter
sebut menjadi dasar salah satu syarat mustahsinah, yang syarat mustahsinah itu menjadi salah
satu dari dua macam syarat meminang. Yaitu: yang dimaksud dengan syarat mustahsinah
ialah: Wanita yang dipinang itu hendaklah sejodoh dengan laki-laki yang meminangnya,
seperti satu kedudukannya dalam masyarakat, sama-sama baik bentuknya, sama dalam tingkat
kekayaannya, sama-sama berilmu dan sebagainya. Adanya keharmonian dan keserasian
dalam kehidupan suami isteri diduga perkawinan akan mencapai tujuannya.36
Dalam hal ini, Sheikh al-‘Azim Abad di dalam kitab ‘Annul Ma’buud Syarh Sunan
Abi Daud, ada menyatakan bahawa yang sewajarnya dipilih adalah wanita yang baik
agamanya dan memiliki adab yang baik agar kelak berupaya menjadi pertimbangan
kepadanya dalam pelbagai urusan kehidupan, terutamanya dalam urusan rumahtangga. Oleh
kerana itu, Nabi s.a.w. memerintahkan supaya mencari wanita beragama yang merupakan
puncak kepada pencarian (keutamaan pilihan).37
33 Ibid., h. 851.
34 Ibid., h. 851.
35 Mu’ammal Hamidy, Imron A. M. dan Umar Fanany, op. cit., h. 2136.
36 Kamal Mukhtar, op. cit., h. 28-29.
11
BAB IV
ANALISA HADITS
Perawi awal hadits ini adalah Abdurrahman Ibn Shakhar (Abu Hurairah) Ra sedangkan
perawi akhirnya adalah al-Bukhary.38
37 http://nursyirah.wordpress.com/2008/02/16/kriteria-memilih-calon-isteri/ yang direkam pada 4 Mar 2008 22:49:53 GMT.
38 H. Abidin Ja’far dan M. Noor Fuady, loc. cit.
12
Sanad dan cara penyampaian Hadits tersusun sebagai berikut:
Abu Hurairah (Abdurrahman Ibn Shakhar)(‘An’anah)
Abu Said Kisan(‘An’anah)
Said Ibn Abu Said Kisan(Tahdits)
Ubaidillah Ibn Umar(‘An’anah)
Yahya Ibn Said(Tahdits)
Musaddad Ibn Masrahad(‘An’anah)39
Takhrij Hadits yaitu tabel di bawah ini:40
No NAMA KITAB KITAB/BAGIAN NO. HADITS1. Shahih Muslim Al-Radha’ 26612. Sunan al-Nasa’i Nikah 31783. Sunan Abu Daud Nikah 17514. Sunan Ibnu Majah Nikah 18485. Musnad Ahmad Baqi Musnad al-
Mukatsirin9156
6. Sunan al-Darimi Nikah 2076
Sedangkan Skema sanad hadits bisa dilihat di bawah ini:41
39 Ibid, h. 51.
40 Ibid, h. 51.
41 Ibid., h. 51.
13
ABU HURAIRAH(ABDURRAHMAN IBN SAKHAR)
ABU SAID KISAN
Nilai hadits Shahih riwayat al-Bukhary pada kitab al-Nikah bab al-Akfa’ fi al-Din.42
BAB V
PENUTUP
Dalam makalah ‘memilih calon isteri ini, kami berupaya menghimpun bahan-bahan
referensi dari buku-buku maupun dari artikel-artikel yang terdapat melalui internet.
Tujuannya, agar makalah ini dapat dipergunakan secara mestinya melalui sajian diskusi pada
mata kuliah hadits yang diasuh oleh Bapak Ahmad Zakki Mubarak, M. Ag. Dan agar semoga
kiranya kita semua dapat terbantu mendapatkan pasangan hidup yang baik.
42 Ibid., h. 51.
14
SAID IBN ABU SAID KISAN
UBAIDULLAH IBN UMAR
YAHYA IBN SAID
SHADAQAH IBN AL-FADHL
YAHYA IBN AHKIM
AHMAD MUSADDAD IBN
MASRAHAD
ZUHAIR IBN HARB MUHAMMAD IBN AL-
MUTSANNA ABDULLAH IBN SAID
AL-DARIMY IBNU MAJAH
ABU DAUD
AL-BUKHARI
AL-NASA’I
MUSLIM
Dalam makalah ini pasti masih banyak yang kurang. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dapat menjelaskan di mana letak
kekurangan makalah kami, agar wawasan kita dapat bertambah dan luas. Dan semoga kami
dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepada kami. Karena kami memang belum
banyak mempunyai ilmu pengetahuan.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
terlaksananya penerbitan makalah ini. Semoga Allah menjadikan bagi kita semua, terutama
bagi para pemuda muslim yang mendambakan isteri muslimah yang shalihah, dan para
pemudi muslimah yang mendambakan suami muslim yang shaleh. Kami juga berharap
semoga Allah menjadikan makalah ini sebagai amal shalih bagi penyusunnya, kedua orang
tuanya, pihak-pihak yang membantu penerbitannya, dan semua yang pernah mengajarkan
ilmunya kepada penyusun.
Banjarmasin, 03 April 2008
Dosen Pengajar Pemakalah
(Bapak Ahmad Zakki Mubarak, M. Ag) (M. Atho’illah)
DAFTAR REFERENSI
Ja’far, H. Abidin, dan Fuady, M. Noor, Hadits Nabawi Memuat 50 Hadits-hadits Nabi SAW Sesuai dengan Silabus Fakultas Tarbiyah, Antasari Press, Banjarmasin, 2006
Thalib, Muhammad, 20 Petunjuk Memilih Isteri, Penerbit Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2002.
Al-Mahalli, Abu Iqbal, Muslim Modern Dalam Bingkai Al-Qur’an dan Al-Hadits, Penerbit LeKPIM Brajan, Yogyakarta, 2000.
15
Mukhtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Penerbit PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1993.
Hamidy, Mu’ammal, A. M., Imron, dan Fanany, Umar, Terjemahan Nailul Authar Himpunan Hadis-hadis Hukum, Penerbit PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1993.
Abu Bakar, Bahrun, Terjemahan Attaajul jaami’ lil ushuul fii ahaadiitsir Rasuul-2, Penerbit Sinar Baru Aggesindo, Bandung, 1993.
Muhammad, Abu Bakar, Terjemahan Subulus Salam III, Penerbit Al-Ikhlas, Surabaya, 1995.
http://www.baituna.info/?p=19 yang direkam pada 29 Feb 2008 14:55:15 GMT.
http://nursyirah.wordpress.com/2008/02/16/kriteria-memilih-calon-isteri/ yang direkam pada 4 Mar 2008 22:49:53 GMT.
16