Maulid Info

Embed Size (px)

DESCRIPTION

AGS

Citation preview

Minggu, 08 Maret 2009 pukul 21:34:00

Keagungan Nabi dalam BarzanjiSASTRA ISLAMYaa Nabi salam 'alaika (Wahai Nabi, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu) Yaa Rasul salam 'alaika (Wahai Rasul, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu) Yaa habib salam 'alaika (Wahai sang kekasih, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu) Shalawatullah 'alaika (Semoga kemulyaan dari Allah selalu dilimpahkan kepadamu).Syair itu begitu akrab di telinga masyarakat Muslim Indonesia. Setiap saat, baik di rumah, surau, majelis taklim, maupun masjid, syair tersebut dikumandangkan untuk memuji Nabi Muhammad SAW. Apalagi pada bulan Rabiul Awal, yang merupakan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, pembacaan syair-syair pujian kepada Rasulullah, baik Diba' Barzanji, Burdah, Simthuddurar (Maulid Habsyi), bergema dalam berbagai kegiatan keagamaan. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga sering dibaca umat Islam di Asia Tenggara dalam berbagai upacara keagamaan. Dan syair maulid Diba' Barzanji, Burdah, Simthuddurar dan lainnya, kini dibukukan dalam satu buku yang diberi nama Syaraf al-Anam.Umat Muslim Indonesia punya cara tersendiri dalam mengekspresikan rasa cintanya terhadap Rasulullah SAW. Pujian dan shalawat disuarakan bersama-sama secara khusyuk dan terkadang diiringi alunan musik tradisional, kompang, gambus, hadrah, rebana, dan lainnya. Kegiatan pembacaan syair maulid ini begitu semarak dalam semangat kebersamaan. Bagi umat Islam, pembacaan syair-syair maulid ini merupakan penghormatan dan pujian atas keteladanan penghulu umat, Muhammad SAW.Syair di

atas adalah bait kedua dan ketiga dari nazhom Al-Barzanji. Namun demikian, saat pembacaan syair Burdah, Diba' atau al-Habsyi, syair ini juga sering dibaca, terutama ketika memasuki mahallu al-qiyam (tempat berdiri).Kitab Barzanji adalah buah karya Syekh Jafar Al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (1690-1766 M), seorang qadli (hakim) dari Mazhab Maliki yang bermukim di Madinah. Judul asli kitab tersebut, 'Iqd al-Jawahir (untaian permata). Namun, nama Barzanji (sang penulis--Red) lebih dikenal masyarakat Muslim ketimbang nama judul kitabnya. Dan pengucapan kata 'barzanji' secara fasih agaknya cukup menyulitkan lidah lokal Indonesia, sehingga kata tersebut teradaptasi menjadi berjanji.Karya sastra al-Barzanji ini begitu masyhur di Tanah Air. Syekh Nawawi al-Bantani telah mensyarahi (menjabarkan) isi kitab tersebut dan diberi judul Madarijus Shu`ud ila Iktisa` al-Burud. Beberapa ahli bahasa Arab menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Sastrawan WS Rendra pernah mementaskannya dalam Pagelaran Seni Teater Shalawat Barzanji beberapa tahun silam.Syair Barzanji yang dikenal juga dengan Maulid Barzanji mengisahkan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dalam untaian syair yang menakjubkan. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua, yaitu natsar dan nazhom. Pada bagian natsar terdapat 19 subbagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya merunutkan riwayat Nabi Muhammad SAW, mulai dari saat-saat menjelang baginda Nabi dilahirkan hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian nazhom terdiri atas 16 subbagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir nun.Di dalam kitab ini tidak terdapat informasi tentang tanggal, bulan, dan tahun suatu peristiwa sejarah secara detail. Kitab ini ditulis tidak dimaksudkan sebagai buku sejarah, namun data historis yang disajikan merujuk kepada Alquran, hadis, dan sirah nabawiyah. Syair ini merupakan karya sastra tentang riwayat hidup Rasulullah SAW dengan kekuatan bahasa, pemilihan

kata yang apik dan serasi, serta metafor yang indah. Sebagai contoh, keluhuran sosok Rasulullah dianalogikan dengan benda-benda langit sebagai penghias alam semesta, bahkan lebih indah dari benda-benda itu.Cahaya di atas cahayaBahkan, Syekh Ja'far menggambarkan kehadiran sang Rasul di tengah umat Muslim dalam nazhom-nya pada baris keempat yang berbunyi :Asyraqa al-badru 'alaina fa...

Minggu, 08 Maret 2009 pukul 21:26:00

Felix Yanwar Siauw Dengan Islam Hidup Jadi TerarahMUALAFMasa SMP merupakan momentum titik balik bagi kehidupan seorang Felix Yanwar Siauw. Pada masa remaja itulah dalam diri Felix timbul keraguan atas agama yang telah dianutnya sejak ia kecil. Berbagai pertanyaan mengenai konsep Tuhan, pengampunan dosa, dan hakikat penciptaan manusia dalam agama Katolik muncul dalam benaknya. ''Di agama saya yang lama memang banyak hal yang tidak terjawab pada waktu itu,'' ujarnya.Sebagai contoh, ketika ia menanyakan soal trinitas dan keberadaan Yesus sebagai Tuhan kepada pastor, jawaban dari semua pertanyaaannya tersebut berakhir pada kata dogma, yakni ajaran yang sudah ada sejak dahulu dan tidak boleh dipertanyakan oleh orangorang yang beriman kepada Yesus.Ketika mendengar jawaban seperti itu dari sang pastor, akhirnya Felix lebih memilih untuk mundur dari agama Katolik. Keputusan untuk keluar dari agama Katolik, menurut ayah satu orang putri ini, juga dilandasi oleh kenyataan mengenai praktik-praktik keagamaan yang dilihatnya hanya sebagai sebuah ritual

kosong.''Saya melihat selama ini teman-teman saya datang ke gereja hanya untuk sebuah proklamasi kalau dia sudah punya pacar, kemudian dibawa ke gereja atau sekadar hanya untuk pamer pakaian bagus,'' ungkapnya.Ketika ia memutuskan meninggalkan agama Katolik, sejak saat itu pulalah ia tidak percaya adanya Tuhan Sang Mahapencipta. Masa-masa seperti itu ia alami hingga menjelang akhir duduk di SMP.Begitu memasuki kelas tiga SMP, berbagai pertanyaan yang pernah ada dahulu, muncul kembali dalam benaknya. Kemudian, dia mencari jawaban dari berbagai pertanyaan tersebut ke mana-mana. Hingga kemudian, dirinya sampai pada satu kesimpulan bahwa Tuhan itu memang benar ada.Keyakinannya bahwa Tuhan itu ada muncul setelah ia mempelajari ilmu biologi bahwa penciptaan manusia...

http://koran.republika.co.id/koran/0/35954/Felix_Yanwar_Siauw_Dengan_Islam_Hid up_Jadi_Terarah

STUDI KRITIS : Syair-syair Barzanji & BurdahApril 1, 2007 oleh abu salma

STUDI KRITIS! Syair-syair Barzanji & BurdahBerikut adalah beberapa kalimat kufur dan syirik yang terdapat dalam kitab Barzanji sekaligus komentar dari sebagian ulama. Hambamu yang miskin mengharapkan Karuniamu (wahai Rasul) yang sangat banyak Padamu aku telah berbaik sangka

Wahai pemberi kabar gembira dan Pemberi Peringatan Maka tolonglah Aku, selamatkan Aku Wahai Penyelamat dari Saiir (Neraka) Wahai penolongku dan tempat berlindungku Dalam perkara-perkara besar dan berat yang menimpaku Penjelasan : Misi dan tujuan kedatangan Rasulullah yang utama adalah untuk membebaskan manusia dari penghambaan diri kepada selain Allah. Sementara penyair dalam petikan syair Barzanji di atas menyatakan penghambaan dirinya kepada Rasulullah (bukan kepada Allah) dan mengharapkan pemberian yang banyak dari beliau. Pada bait yang ke-2 dia telah berbaik sangka kepada Rasulullah (untuk menyelamatkan dirinya). Padahal Nabi sendiri menyuruh untuk berbaik sangka hanya kepada Allah bilamana akan menghadap Allah (akan mati) Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahabat Jabir bin Abdillah bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah bersabda (3 hari sebelum wafatnya) : Janganlah mati salah seorang dari kamu melainkan ia berbaik sangka kepada Allah Azza wa Jalla berbaik sangka dalam hadits tersebut maksudnya adalah mengharap rahmat dan ampunan Pada bait yang ke-3 penyair minta pertolongan kepada Rasulullah dan minta perlindungan dari beliau supaya diselamatkan dari api neraka, padahal Nabi sendiri melarang umatnya memohon untuk menghilangkan kesusahan dan kesulitan yang menimpa (beristigotsah) kecuali hanya kepada Allah. Bahkan beliau sendiri meminta perlindungan hanya kepada Allah dan memerintahkan ummatnya untuk berlindung serta memohon perlindungan hanya kepada Allah semata. Rasulullah bersabda : Tidaklah boleh memohon untuk menghilangkan kesusahan dan kesulitan yang menimpa (beristigotsah) kepadaku (karena Nabi tidak mampu melakukannya), dan beristigotsah itu hanya boleh kepada Allah semata. [HR. Thabrani, semua periwayatnya shahih kecuali Ibnu luhaiah, dia hasan]. Pada bait yang ke-4 penyair menjadikan Nabi sebagai penolong dan tempat berlindung dalam perkara-perkara besar dan berat yang menimpanya dengan

melupakan Allah Azza wa Jalla sebagai penolong dan tempat berlindung yang Nabi sendiri meminta pertolongan dan perlindungan hanya kepada-Nya. Keempat bait syair ini di dalamnya terdapat kalimat-kalimat yang mengandung kesesatan dan kesyirikan yang sangat berat. Hal ini tidak diketahui oleh orang-orang yang berdiri mendendangkan syair-syair Barzanji tersebut. Berdirinya mereka (pembaca Barazanji) pada acara Maulid dan Cukuran (potong rambut bayi) dan acara ziarahan di rumah calon jamaah hajji. dikatakan oleh Ulama bahwa hal itu didasarkan kepada Itiqad (keyakinan) sesat bahwasanya Nabi menghadiri majelis yang di dalamnya di baca kisah maulid tersebut. Setelah mendapat kritikan Ulama mereka pindah kepada Itiqad (keyakinan) lain yang sama juga sesatnya yaitu anggapan bahwa Ruh Nabi hadir menyertai mereka. Sehingga terdengar dari mereka ungkapan Jasadnya tidak menyertai kita akan tetapi rohaniatnya selalu bersama kita. Kemudian di dalam Qashidah Burdah yang dicetak bersama kitab Barzanji, ada bait-bait yang dikritik oleh Ulama karena mengandung pujian melampaui batas yang ditujukan kepada Rasulullah (Ithra) sehingga menempatkan Nabi pada posisi dan tingkatan Allah Azza wa Jalla. Diantara bait yang dikritik itu adalah: Wahai makhluk yang mulia tiadalah bagiku tempat berlindung selain engkau, di kala bencana besar menimpaku Maka sesungguhnya termasuk sebagian dari pemberianmu (adalah) dunia dan akhirat dan termasuk sebagian dari ilmumu adalah ilmu tentang apa yang tercatat dalam Al-Lauh Al-Mahfudzh dan apa yang tertulis oleh Pena Allah Inilah sebagian dari syair Qashidah yang mengandung Pujian kepada Rasululah saw yang melampai batas.

[Al-Hujjah Risalah No: 50 / Thn IV / Rabiul Awal / 1423H ]

Berbagi lebih bermanfaat:

Share

Like this:Suka

Be the first to like this post. from Agama Syiah MAULID : Tinjauan Sejarah dan Analisa Dampak HADITS KHULAFA`UR RASYIDIN ANTARA AHLUS SUNNAH DAN SYIAH 17 Komentar leave one

1. ridho permalink April 2, 2007 8:29 am maaf al akh, anda harus ingat yg anda teliti adalah syair,bukan tulisan biasa. Maka perlakukanlah sebagai syair,kl anda perlakukan sebagai tulisan biasa sangat berbahaya, karena syair penuh dgn bahasa ungkapan dan metafora..,dan apa yg anda kutip diatas adalah keadaan di padang mahsyar yg di mana tidak ada satu manusiapun dapat membantu bahkan para nabi, kecuali rasullullah sesuai hadist yg diriwayatkan muslim, afwan Dahulu konon Syaikh Siti Jenar juga menjadi ilhad gara-2 syair-2 atau ucapan-2 konotatif yg bernuansa wahdatul wujud dan hulul. Demikian pula para pembesar hulul dan wahdatul wujud semisal al-Hallaj dan Ibnu Arobi. Apabila menggunakan kaidah anda, maka kapankah suatu syair yang berisi kekufuran dapat menjadi kafir??? Jika demikian syair-2 Kahlil Gibran, Anand Krishna atau orang-2 zindiq lainnya bisa dibenarkan karena ucapan-2 mereka adl ucapan syair yang penuh dg ungkapan metafora Masuk log untuk membalas

2. ridho permalink April 3, 2007 11:59 am

maaf al akh, bukankah bahasa arab penuh dengan metafora dan permisalan.???? bukankah di alquran sendiri penuh dengan metafora dan permisalan??? bukankah akhirnya wa tilkal amtsalu nadribuha linnasi la allahum yatafakarrun???? setau saya dalam syair ada ilmunya sendiri,dalam bahasa arab di sebut arudh (timbangan2 dalam bersyair) anda dapat membaca buku madaih an nabawiyah karya sayyid muhammad al maliki untuk mengerti dasarnya saja,apakh anda pernah mendengar kisah ibn taimiyah yg mengkafirkan aforisma2 ibn arabi, sehingga memfatwakan bahwa ibn arabi kafir.???, tp akhirnya setelah beliau mendengarkan penjelasan dari seorang syeikh( klo ga salah abu nur al kalabadzi)di sebuah mesjid di kairo beliau menarik kembali fatwanya..!!! gampangnya gini akh, klo anda membuat skripsi mungkin anda menggunaka rujukan buku komposisi karya goris keraf bukan??? tapi klo anda menilai syair rendra??? bisakah anda tetap menggunakan rujukan buku tersebut.????? beda kan, acuannya??? Begini akhy apabila antum katakan di al-Quran ada metafora dan majaz, bagaimana dhabith dan syuruthnya? karena setau ana al-Quran tdk memiliki majaz. Al-Quran adalah Kalamullah yang bisa difahami dari zhahirnya, bukan makhluk atau ciptaan Goris, Gibran, Rendra atau siapapun itu yang fleksibel bisa ditakwil ke sana kemari. Majaz dapat terjadi apabila ada qorinahnya. Di dalam bahasa Arab -juga masuk ke dalam pembahasan ushul fiqh- dikatakan asal suatu kalimat adalah haqiqi sampai ada qorinah yang kuat memalingkannya. Misal dikatakan : Jaa Saad, di sini Saad bisa bermakna nama orang bisa juga singa bisa juga manusia yang pemberani seperti singa. Namun hakikinya adalah Saad/singa datang, dan tidak dipalingkan ke makna orang yang bersifat pemberani kecuali ada syarat-2 yang memalingkannya dari zhahir atau hakikinya. Al-Quran tidak memiliki majaz, dan ini pendapat terkuat diantara dua pendapat. Karena banyak sekali ahli bidah yang mentahrif ataupun mentawil al-Quran dengan atas dasar majaz. Misalnya, Alloh berfirman : Ar-Rohmanu alal Arsy Istawa. Asyariyah, Maturidiyah dan Mutazilah mentawil kata istiwa dengan istaula (menguasai) dengan tujuan tanzih (mensucikan) Alloh dari Dzat makhluq. Permasalahannya adalah atas dasar apa mereka mentawil istiwa menjadi istaula Padahal tawil ini berimplikasi pada : 1) Meniadakan makna istiwa bagi Alloh padahal Alloh sendiri dan rasulullah sebagai makhluk Alloh yang paling tahu tentang-Nya menetapkan kata ini. 2) Memalingkan makna istiwa kepada istaula yang artinya menetapkan makna istaula padahal Alloh dan rasul-Nya tidak menetapkannya

3) Jatuh kepada tasybih (penyerupaan Alloh dengan makhluk) dan tamtsil karena menurut mereka apabila tdk ditawil maka Alloh sama dengan makhluk-Nya, ini berarti mereka bermaksud lari dari tasybih namun berangkat dari tasybih sehingga pada hakikatnya mereka telah melakukan tasybih. 4) Istaula menurut bahasa maknanya adalah menguasai setelah sebelumnya melakukan perebutan, maka sungguh Alloh jauh dari sifat yang demikian ini. Oleh karena itu, ahlus sunnah menetapkan bahwa apa yang dilafazhkan oleh Al-Qur;an adalah hakiki sebagaimana zhahirnya kecuali apabila ada qorinah kuat yang memalingkannya yang mana qorinah tsb dari Alloh dan Rasul-Nya. Saya juga heran, apabila mereka mentakwil sifat Alloh semisal Alloh beristiwa, memiliki tangan, memiliki betis dan selainnya dari sifat yang Alloh dan rasul-Nya sendiri yang tetapkan, namun mereka tidak mentakwil sifat melihat, mendengar, mengetahui dan semisalnya Padahal Alloh melihat dan manusia juga melihat, namun pengelihatan Alloh dan manusia tentu saja berbeda. Alloh mendengar dan manusia mendengar maka tentu saja pendengaran Alloh dan manusia berbeda. Maka bisa juga saya katakan bahwa Alloh menetapkan untuk dirinya bahwa dia memiliki tangan dan manusia juga memiliki tangan, namun tangan Alloh berbeda dengan tangan manusia. Kita fahami makna tangan namun kita tidak mentakyif (membayangkan) bagaimana tangan Alloh. Wong, kaki ayam, kelinci, kambing dan kaki kursi aja beda padahal sama-sama kaki dan sama-sama dimiliki makhluk, maka tentu saja bagi Alloh permisalan yang lebih tinggi Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Imam Malik rahimahullahu, Imam Darul Hijrah dan Ahlus Sunnah ketika ditanya kaif istawa? (bagaimana Alloh beristiwa)? Maka beliau menjawabnya dengan : Al-Istiwa`u malumun wa kaifiyatuhu majhul (wa fi riwayah : ghoiru maqul), wal-Imanu bihi wajibun was Su`alu anhu bidah!!! (Bersemayamnya Alloh itu maknanya telah diketahui, menanyakan bagaimana (kaifiyat)-nya adalah tidak diketahui (dalam riwayat lain : tidak bisa dicerna akal), mengimaninya adalah wajib dan menanyakan bagaimananya adalah bidah. Oleh karena itu saya tanya kepada anda, apa dhobit dan syuruth di dalam majaz atau metafora ini? BUkankah Bahasa Arab sendiri menyatakan bahwa al-kalamu huwal lafzhul murokkabu yufiidu ala mana dimana maknanya jelas dan ada pada dzatnya. Saya teringat sebuah kejadian, seorang ikhwan pernah berdiskusi dengan seorang guru bahasa Arab shufi (shufinya sedikit moderat), yang pada saat itu membawa sebuah buku syair shufi terkenal yang saya lupa namanya, teman saya bertanya : Ustadz bolehkah manusia bersumpah dengan makhluq?, ustadz itu menjawab : menurut pendapat yang rajih tdk boleh, itu tmsk syirik mensekutukan Alloh, lalu ikhwan ini mengatakan : kalo begitu ustadz, buku yang antum pegang ada kesyirikan di dalamnya. Karena penulisnya bersumpah dengan nama makhluq. Di sana ada kata : wasy Syamsi (demi matahari)wal Ardhi (demi bumi) wan Nabiyy (demi Nabi) dst..: lalu

ustadz itu dengan tenangnya mengatakan : Ya Ali, antum harus fahami dulu Bahasa Arab, tidakkah antum ketahui bahwa Bahasa Arab penyair itu tinggi. Di dalam ucapannya itu ada khobar mahdzuf (berita yang dihilangkan dari kalimat), taqdir (penentuan dari berita yang hilang)-nya adalah Robb, jadi maksudnya adalah : wa Robbi Syamsi (demi tuhannya matahari) dst Lantas si ikhwan ini mengatakan : Jika demikian ya ustadz, maka kalo begitu benar pendapat Ibnu Arobi dan kaum shufi ghulat, bahwa Firaun itu adalah muslim dan hamba Alloh yang paling bertauhid. Loh koq bisa tukas sang ustadz. Si ikhwan ini menjawab : Naam ustadz, karena hujjah mereka sama dengan hujjah antum, yaitu ada khobar mahdzuf dan taqdirnya Abdun, ketika Firaun berkata lantang kepada Musa Wa Ana Robbukumul Ala, taqdirnya adalah Wa Ana Abdu Robbikumul Ala (Aku adalah hamba tuhanmu yang paling tinggi). Maka ustadz ini terdiam seribu bahasa Allohul Muwafiq Masuk log untuk membalas

3. ridho permalink April 4, 2007 11:43 am maaf al akh, saya kira saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar, karena permasalahan ini cukup kompleks, tp atas pertanyaan anda :aya juga heran, apabila mereka mentakwil sifat Alloh semisal Alloh beristiwa, memiliki tangan, memiliki betis dan selainnya dari sifat yang Alloh dan rasul-Nya sendiri yang tetapkan, namun mereka tidak mentakwil sifat melihat, mendengar, mengetahui dan semisalnya Padahal Alloh melihat dan manusia juga melihat, namun pengelihatan Alloh dan manusia tentu saja berbeda. Alloh mendengar dan manusia mendengar maka tentu saja pendengaran Alloh dan manusia berbeda. Maka bisa juga saya katakan bahwa Alloh menetapkan untuk dirinya bahwa dia memiliki tangan dan manusia juga memiliki tangan, namun tangan Alloh berbeda dengan tangan manusia. Kita fahami makna tangan namun kita tidak mentakyif (membayangkan) bagaimana tangan Alloh. Wong, kaki ayam, kelinci, kambing dan kaki kursi aja beda padahal sama-sama kaki dan samasama dimiliki makhluk, maka tentu saja bagi Alloh permisalan yang lebih tinggi.

masa sih anda ga tau beda tangan, betis dengan melihat, mendengar..,masa sih anda ga tau bedanya kata2 ini????!!! saya jadi bingung.., tangan kan kata benda, melihat kan kata sifat..,coba anda terjemahkan kalimat hatimu berada di tanganku....??? apa maksud kalimat ini??? gini aja, sejauh yg saya tau ini perdebatan kuno antara mazhab hambali dengan mazhab al asyari, untuk lebih komplitnya silahkan anda baca buku imam al ghazali fash al tafriqah di situ diuraikan lengkap dan tuntas tentang masalah ini,klau anda menganngap al ghazali sering membawakan hadist2 dhaif, buang saja seluruh hadis dhoif yg anda lihat,tp buang juga taasshub yg ada di hati anda., biasakan berpikirn terbuka dan berlapang dada., maaf atas keterbatasan waktu, saya menulis ini dgn cepat sekali, mohon maaf klo ada kesalahan.. Masuk log untuk membalas

4. Abu Aqil Al-Atsy permalink April 5, 2007 6:26 pm Ridho said : Alloh mendengar dan manusia mendengar maka tentu saja pendengaran Alloh dan manusia berbeda. Maka bisa juga saya katakan bahwa Alloh menetapkan untuk dirinya bahwa dia memiliki tangan dan manusia juga memiliki tangan, namun tangan Alloh berbeda dengan tangan manusia. Kita fahami makna tangan namun kita tidak mentakyif (membayangkan) bagaimana tangan Alloh. Ini Jawaban dari pertanyaan antum sendiri ridho. Kok susah. Masuk log untuk membalas

5. Abu Azzam permalink

April 7, 2007 8:20 pm Kalo ada seseorang yang menyodorkan kaki ayam kepada seorang buta, pasti dia akan mengingat bentuk kaki ayam tersebut yaitu bersisik, punya 4 jari, berkuku, dan kadang-kadang bertaji. Kemudian disodorkan lagi kaki kelinci, pasti dia akan mengingat kaki kelinci itu begini-begitu. Demikian juga ketika dia memegang kaki kursi, pasti dia mengingat bahwa kaki kursi itu begini dan begitu. Nah, sekarang coba antum suruh si buta tersebut untuk menebak kaki gajah. Sebelumnya antum kasih tau bahwa semua binatang yang di darat seperti gajah punya kaki. Coba antum minta agar dia menebak kaki gajah, kemudian antum suruh menebak kaki kura-kurahe..he..antum mungkin sependapat dengan saya bahwa dia mengatakan tidak tau karena belum dikasih tau atau disuruh pegang sendiri sehingga dia akan mengingat-ingat bahwa kaki binatang gajah itu begini dan begitu. Kalopun si buta mau menjawabnya maka dia akan mengira-ngira bahwa kaki gajah itu sama seperti kaki ayam, atau kaki kelinci, atau apa yang penah dirasakannya. Akankah kita membenarkannya?? Nahkalo kita diberitahu oleh Alloh lewat Al-Qur`an dan lisan Nabi-Nya bahwa Alloh itu punya tangan, Alloh itu punya wajah, Alloh itu punya betis, lantas apakah kita ingin mengatakan bahwa tangan Alloh sama dengan kita? Apakah wajah Alloh sama dengan kita? Apakah betis Alloh sama dengan betis kita? Kalo antum mengatakan masa sih anda ga tau beda tangan, betis dengan melihat, mendengarmasa sih anda ga tau bedanya kata2 ini????!!!! saya jadi bingungIya karena antum sama saja dengan si buta tadi yang disuruh menebak padahal dia sendiri belum pernah tau, hanya saja diberitahu bahwa Alloh itu punya tangan, betis, dan wajah, tidak lebih. Apakah kita akan menebak bahwa tangan Alloh sama seperti tangan manusia dengan permisalan lebih tinggi? Lha antum dapat wahyu darimana untuk memisalkan itu? Nabi saja tidak memisalkan tangan Alloh itu begini dan begitu, antum malah ingin memisalkan. Wallahu musta`an. Afwanhilangkan prasangka bahwa akh abusalma ta`ashub kepada salah satu madzhab, karena setau saya seorang salafi, ahlus sunnah wal jama`ah tidak ta`ashub kepada imam tertentu karena imam-imam tidaklah ma`shum. Mereka berdalil kepada Al-Qur`an dan Assunnah dengan pemahaman para sahabat. Mereka lebih terbuka dan berlapang dada menerima dalil kalau dalil itu datang dari keduanya. Wallahu a`lam. Masuk log untuk membalas

6.

ridho permalink April 7, 2007 10:49 pm assalamualaikum. maaf itu bukan perkataan saya makanya saya beri tanda kutip ====== itu say copy dari pernyaataan abu salma sendiri.., yg saya ingin komentari..!! maksud saya gini,kata mendengar dan kata betis atau tangan jelas jauh berbeda, yg satu kata benda yg satu lagi kata kerja(maaf saya koreksi pernyataan saya)..,klo anda mengatakan allah punya tangan,maka anda jatuh pd faham mujasimah yaitu menjisimkan tuhan..?!apakah anda mentakyif atau tidak.sebab laisa kamistlihi syaiun fil ardhi wala fisamawaati.ini sudah jelas kan,tp kl anda mengatakan allah mendengar itu tentu dalam artian berbeda(masuk kepada sifat, tentunya allah tidak mempunyai telinga), ini adalah persoalan bahasa yg serius yg para ahli ahli sendiri masih terjadi perselisihan, oleh karena itu saya sarankan anda membaca buku2 imam ghazali (fasl al tafriqah dan iljam al awwam min ilmil kalam) disitu beliau menerangkan dengan jelas sekali perbedaan antar mazhab hanabilah, asyariyah dan mutazilah intinya apa yg ingin saya katakan adalah bahwa saya menolak apa yg abu salam lakukan yaitu menilai syair dengan menggunakan standar bhs biasa, sebab ukurannya pasti berbeda..,wong imam sekelas ibn taimiyah bisa tergelincir dalam menilai aforisma ibn arabi, apalagi kita yg hanya bisa bhs arab pas2an.. wassalam Waalaikumus Salam Apabila Alloh menetapkan bagi-Nya tangan, betis, wajah dan semisalnya, atas dasar apa anda menyatakan bahwa saya telah menjismkan Alloh dan menuduh saya berfaham tajsim, sebagaimana ahli bidah menuduh ahlus sunnah seperti syaikhul islam ibnu taimiyah dan selain beliau sebagai mujassamah. Kita menetapkan makna yang Alloh dan Rasul-Nya sendiri menetapkan tanpa mentawil, mentahrif, mentathil, mentakyif, mentasybih dan mentamtsilnya. Adapun klaim anda kepada Syaikhul Islam bahwa beliau tergelincir, maka sejauh pengetahuan ana beliau tdk tergelincir dan beliau benar akan takfirnya kepada Ibnu Arobi yang sesat dan menyesatkan. Bawakan bukti keterelinciran Syaikhul Islam jangan hanya mengklaim sebagaimana kebiasaan anda wahai saudara? Betapa sering anda mengklaim ini dan itu, namun realita tdk menunjukkan demikian. Ana blm menjawab pertanyaan saya, tahun berapa anda pernah bertemu asSaqqof di Madinah, sebab penentuan tahun ini utk mencari tahu kebenaran suatu klaim, apakah anda bertemu dgnya ataukah hanya klaim belaka. Apabila

anda pernah bertemu, sebutkan ciri as-Saqqof, apakah berjenggot? berkulit warna apa? tingginya seberapa? Sesungguhnya keterlibatan seseorang dalam hal yang bukan urusannya dan ia lari dari kebenaran adalah salah satu sebab kefrustrasiannya Masuk log untuk membalas

7. ridho permalink April 10, 2007 9:33 am assalamualaikum tenang ya akh saya akan jawab satu2, tp mohon maaf klo ada kekeurangan karena saya bekerja di tengah laut yg jauh dari referensi kitab2 saya, maka saya mencoba menjawab sepengetahuan saya, dan apa yg pernah saya baca,begini 1.soal penetapan allah memmpunyai jisim ini adalah masalah yg kompleks, apa yg saya ketahui para ulama ahlussunnah menolak menjisimkan allah berdasarkan ayat laisa kamistlihi syaiun fil ardhi wala fisamawatti., Sedangkan mendengan,melihat(kata kerja)..dsb lingkupnya adalah innallaha ala kulli syaiin qadir. berikut keterangan Imam Abu Hasan Al Asary soal Tajsim ini. Beliau menyebut dalam Kitab Maqoolaat AlIslamiyyin juz: 2 Ms: 281 cetakan Al Maktabah Al Ashariyah. : Sesungguhnya Tuhan Al- Baary , Maha tinggi pujian terhadapNya ,TIDAKLAH BERJISIM ,TIDAK MEMPUNYAI PADANAN DAN TIADA KESERUPAAN DAN TIADA KESUDAHAN. Imam Abu Hasan Al Asary seterusnya berkata lagi : Berkata Ahlus Sunnah dan Ahli Hadis (Tuhan Tidak berjisim dan tidak meyerupai sesuatu) untuk lebih jelasnya setelah saya tiba di rumah saya akan menjawab lebih lengkap insya allah Alhamdulillah, ini adalah pendapat Ahlus Sunnah, karena apa yang dipaparkan oleh Imam Abul Hasan al-Asyari dalam Maqolat Islamiyyin dan al-Ibanah an Ushulid Diyanah adl pendapat salaf dan tdk kontradiktif. Salaf tdk mentajsim Alloh karena Alloh bebas dari sifat makhluq. Namun salaf

menetapkan sifat sebagaimana yang Alloh tetapkan tanpa takyif, tasybih dan tajsim. Istilah jism, tahayyuz, ghoyah dan semisalnya, adalah istilah muhdats yang tdk ditetapkan oleh al-Quran dan as-Sunnah, juga tdk dinafikan. Dalam masalah istilah-2 ini, salaf mengharuskan tahrirul ishtilah, apa yg dimaksud dg jism, tahayyuz, ghoyah atau semisalnya. Ala kulli haal, dalam masalah ini salaf lebih aslam, karena mereka tdk tafwidhul mana, namun mereka tafwidhul haqiqoh atau tafwidhul kaifiyah. Salaf menetapkan apa yang Alloh tetapkan bagi diri-Nya dan apa yang telah tsabat dari penetepan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam. Insya Alloh akan saya turunkan pembahasan khusus tentangnya. 2. Adapun Soal ibn Taimiyyah yg tergelincir dalam mengkafirkan ibn arobi saya dapati dari desertasi program doktor saudara Khalid ibrahim jindan,seorang mahasiswa mesir yg meneliti pemikiran ibn taimiyah dalam bidang tata negara,setelah saya sampai dirumah insya allah akan saya sebutkan referensi beliau insya allah Alhamdulillah, saya tunggu. 3.soal habib hasan bin ali assagaf saya bertemu beliau di rumah paman kawan saya habib muchsin bin salim alatas pada pertengahan 96 sewaktu saya umroh bersama kawan2 saya, saya juga bertemu dengan ayahanda habib alwi bin abdul qadir sasggaf, yaitu habib abdul qadir assagaf di riyadh beliau seorang yg berilmu luar biasa dan seorang mutassawufin tulen..,saya sering berkunjung ke rumah beliau(habib adul qadir assagaf, disini pula saya bertemu sayyid muhammad bin alwi al maliki yg merupakan murid beliau)klo saya kebetulan di tugaskan di wilayah timteng, pasti saya sempatkan untuk umroh dan bertemu beliau,untuk ciri2 fisik untuk apa..????? dia bertubuh sedang tidak gemuk dan tidak kurus, agak hitam tapi wajahnya bersih,pakainnya biasa aja khas kaum sarungan hadrami..,trus apa lagi???tingginya mirip saya sekitar 180an.apanya lagi??jenggot aga lebat namun rambut kepalanya lagi di cukur habis,apa lagi??matanya dark brown..,apa lagi??klo dalemannya saya ga tau akh.mohon maaf. Saya menanyakan hal ini utk mengkonfirmasi, apakah pertemuan anda dg-nya benar atau tdk. Karena saya pernah berdiskusi dg seseorang yg modalnya suka mengaku-2, pernah bertemu Albani, Bin Baz, al-Buthi, ash-Shobuni dll lalu ia membawakan berita-2 yg ghoro`ib utk mendiskreditkan para masyaikh, terutama masyaikh salafiyin Saya hanya ingin mengkonfirmasi karena diantara penelitian atau tahqiq suatu kebenaran salah satunya adl pengecekan thd ketemu tdknya seseorang dg org yang dimaksud, disebabkan Hasan Ali as-Seggaf ini telah meninggal

Ada lagi yang rancu dan tercampur-baur, dikarenakan kesamaan dan kemiripan nama-2 Alul Bait, semisal seseorang yg rancu antara Hasan Ali as-Seggaf dengan Muhammad Ali Hasan as-Seggaf. Bahkan ada yg menyamakan antara Syaikh Alwi bin Abdul Qadir as-Seggaf, salah seorang ulama salafiy penulis at-Tawassuth fil Kufri wal Iman dengan Hasan Ali asSeggaf yang dibantah oleh sejumlah ulama ahlus sunnah. Lihat lebih lengkapnya di E-Books, ttg Membongkar Kedok Kedustaan as-Seggaf di blog ini. 4. anda juga belum menjawab pertanyaan sayaapakah ukuran ahlussunnah hanya dari ibn baaz,ibn utsaimin,al albani,apa hanya mereka yg yg berhak di sebut ahlussunnah?? yg lain tidak..?? Alhamdulillah, apabila anda lebih teliti, kami tdk pernah menyatakan demikian. Ukuran ahlus sunnah bukan ditentukan dari individu-2 tertentu secara mutlak, namun dilihat dari alamat sunnah yg ada padanya. Apakah lebih banyak sunnah ataukah amalan bidah pd dirinya. Kita lihat aqidah, manhaj dan amalnya, kesesuaiannya dengan al-Firqoh an-Najiyah. Apabila ia selaras dengannya, maka alhamdulillah ia seorang ahlus sunnah, dan alQuran dan as-Sunnah-lah yg menjadi saksi atas dirinya, tdk perlu persaksian manusia atasnya afwan Masuk log untuk membalas

8. rifai permalink April 16, 2007 1:31 am ahlu sunnah memang pasti jaya sampai kiamat . ahlu sunnah yang mana ??? semua ngakunya ahlu sunnah. ahlu sunnah baca maulid ahlu sunnah baca ratib ahlu sunnah baca burdah ahlu sunnah cinta keluarga rasul yang gak baca namanya wahabi.bukan ahlu sunnah mendingan judulnya di ganti wahabi jaya sampai kiamat

Rifai Rifai semoga Alloh memberi anda hidayah Saya teringat sebuah syair : Kullun yaddai washlan bi Layla wa Layla la tuqirru lahum bidzaaka Semua mengaku-2 punya hubungan dengan Laila namun Laila memungkiri pengaku-2an mereka itu. Aduhai betapa banyak pengaku-2 ahlus sunnah namun hanyalah pengakuan belaka Orang yang baca maulid ahlus sunnah Orang yang baca ratib ahlus sunnah Orang yang bertabaruk di kuburan ahlus sunnah de el el Aduhai, ahlus sunnah dirimu terzhalimi oleh pengaku-2an ahli bidah ini Yang bidah dibilang sunnah dan yang sunnah dibilang bidah Ahlus sunnah cinta Rasul, namun ahlus sunnah membidahkan sikap ghuluw di dalamnya Terus, syair lagi yang teringat In kaana tabiu Muhammad Mutawahhiban fasyhadu bianna wahaabi Sekiranya pengikut Muhammad itu dikatakan Wahabi, maka persaksikanlah bahwa saya seorang Wahhabi! Sekiranya melawan bidah dan menghidupkan sunnah itu dikatakan Wahhabi, maka sebutlah saya dengan Wahhabi Dengan itu, maka tidaklah mengapa kau katakan : Wahhaabiyyun Zhoohiruuna ila Yaumis Saaah Masuk log untuk membalas

9. arman permalink April 27, 2007 5:30 pm jgn komentar jika tdk memahami dgn baik konsep wahdatul wujud sadarilah diri anda dan saya sgt bodoh dlm memahami zat Allah. contoh sederhana, Tuhan tidak terbatas, apakah anda tuhan? jika bukan, anda adalah batasan Tuhan. jika Tuhan, apakah terbatas seperti anda? pikirlah dg baik. Percikan air dilaut, apakah bisa di bilang laut? bgm dg sifatnya? tp jk kembali ke laut bgm? seperti itulah saya memahami makna Rosullah dgn Kholiknya. Semoga Allah membuka hati kita utk lbh memahaminya tdk dg hiasan-hiasan ini

Alloh maha suci dari sifat-2 makhluk yang tiada yang serupa dengan-Nya. Kita menetapkan apa yang Alloh dan Rasul-Nya tetapkan utk diri-Nya. Berfaham wahdatul (ada yg membaca wihdatul) wujud adalah kafir murtad dari Islam. Masuk log untuk membalas

10. nedi permalink Agustus 27, 2007 7:30 am barzanzi memang menyesatkan. Masuk log untuk membalas

11. alhurr permalink Oktober 23, 2007 11:13 pm nedi Berkata: Agustus 27th, 2007 pada 7:30 am barzanzi memang menyesatkan. apakah memang sudah anda yakini bahwa anda paling benar dan tidak sesat ? apakah anda menjamin diri anda sendiri sebagai ahli surga sedangkan yang lain ahli neraka ? ================================== Berfaham wahdatul (ada yg membaca wihdatul) wujud adalah kafir murtad dari Islam. kenapa anda berani memvonis begitu ? apakah anda juga merasa paling Islam dan PASTI masuk surga ?

saudaraku. Rasulullah diutus kedunia ini sebagai PENYEMPURNA AKHLAK dan RAHMATAN LIL ALAMIN, beliau SANGAT SANTUN kepada MUSUHMUSUHNYA, apalagi kepada umatnya, mengapa kita yang hanya umat ini begitu SADIS menyatakan saudara kita sesama muslim lain yang tidak sepaham dengan kita lalu kita VONIS KAFIR dan MURTAD ? apakah memang demikian ajaran Rasulullah SAW kepada kita. mari kita melihat perbedaan dengan bijak, dan mari kita berdakwah dengan SANTUN sehingga orang yang kita dakwahi menjadi sangat respek kepada kita, DEMIKIANLAH APA YANG DIAJARKAN RASULULLAH SAW KEPADA KITAsatu contoh : silahkan anda simak kembali cerita DAKWAH Rasulullah SAW sewaktu di kota Thaibbagaimana beliau sampai BERDARAH-DARAH, tetapi beliau malah mendoakan kepada Allah SWT agar orang-orang kota Thaib mendapat taufik dan hidayah Allah SWT. wassalam Waalaikumus Salam warohmatullahi Wabarokatuh Tidak dipungkiri bahwa dakwah secara asal adalah dengan santun dan lemah lembut. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam sendiri adalah orang yang paling santun dan lemah lembut. Namun, agama Islam tidaklah datang semuanya dengan kelemahlembutan, karena sikap tegas dan keras dibutuhkan pada waktu dan kondisi tertentu. Dan inilah hikmah tersebut. Hikmah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sungguh bukanlah suatu hikmah apabila kita bersikap kasar dimana kelemahlembutan diperlukan pada saat itu, dan bukanlah suatu hikmah pula apabila kita bersikap lembut di saat ketegasan diperlukan. Maka pelajarilah dulu wahai saudara tentang hal ini. Bacalah Adab Dakwah dalam blog ini, dan juga 2 ebook berjudul Dakwah dan Akhlak Dai karya Imam Ibnu Baz dan Bekal-Bekal Dai karya Imam Ibnu Utsaimin. Rasulullah sendiri pernah bersikap tegas dan keras kepada beberapa sahabat dan musuh-musuh beliau, dimana hal ini beliau lakukan pada saat kondisi tsb diperlukan. Beliau pernah menyatakan bahwa akan datang pada keturunan Dzuilkhuwaisirah (nenek moyang khowarij) kaum yang melesat keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari busurnya. Beliau juga menyebut khowarij sebagai Kilabun Naar (anjing-2 neraka). Lihatlah pula ucapan beliau ketika ada seorang sahabat yang kepalanya terluka, lalu sahabat ini bertanya kepada para sahabat lainnya ttg bolehkah ia bertayamum, lalu sebagian sahabat menjawab ia tetap wajib berwudhu sehingga menghantarkannya kepada kematian. Mendengar hal ini Rasulullah bersabda: Qootalahumullahu (semoga Alloh membunuh/membinasakan mereka),

lihatlah, apakah dengan hal ini bisa dikatakan Rasulullah tidak hikmah??? Dan sangat banyak sekali hadits-2 serupa, silakan anda baca buku ar-Rifq wal Liyn fid Dawah karya DR Fadhl Ilahi, yg telah diterjemahkan dengan judul lemah lembut di dalam dakwah, di dalamnya ada penjelasan kapan harus lemah lembut dan kapan harus keras Kemudian, ketahuilah wahai saudara -semoga Alloh memberi hidayah-Nya kepada anda, saya dan kaum muslimin seluruhnya-. Rasulullah sendiri pernah bersabda : Setiap bidah itu sesat dan setiap kesesatan itu nerakalah tempatnya, dalam banyak hadits. Sabda Nabi ini adalah hujjah bagi ummat islam utk menjauhi bidah dan para ulama ahlus sunnah pun bersepakat ttg wajibhnya menjauhi dan memperingatkan dari bidah. Demikian pula dengan kesyirikan, dimana Alloh mengampuni semua dosa selain dosa syirik. Lantas bagaimana lagi dengan mereka yang mensekutukan Alloh lalu berkeyakinan akan wahdatul wujud dan semisalnya Bukankah ini kezhaliman yg paling besar, dimana Alloh yang menciptakan manusia dan menganugerahkan segala kenikmataannya dengan begitu saja disekutukan atau disifati dengan sifat yg tidak layak bagi-Nya Saya teringat hadits Rasulullah, ketika itu dalam keadaan perang dengan kaum musyrik. Para sahabat melihat kaum kafir Quraisy menggantungkan pedangnya di pohon yg dikeramatkan yang disebut Dzatu Anwat, kemudian mereka meminta Nabi yang mulia utk membuatkan pohon seperti itu. Menjawab hal ini nabi menjawab : Allohu akbar!!! apa yang kalian utarakan ini sama dengan kaum nabi Musa yg berkata kepada beliau : buatkan untuk kami sesembahan-sesembahan selain Alloh (aw kamaa qoola). Demikianlah, tauhid itu adalah asas utama, dan tanpa tauhid tidak akan jaya agama ini dan tidak ada bedanya agama ini dengan agama paganis dan politeistik lainnya Alhamdulillah, Islam adalah agama yang mulia dan tinggi, tidak ada yg lebih mulia dan tinggi darinya Islam adalah agama yang rahmatan lil Alamien, yang membebaskan manusia dari perbudakan thd sesama makhluk, dan mengikatkan peribadatan hanya kepada Alloh Islam adalah agama yg tegas, jika bathil maka harus dikatakan bathil walaupun pahit rasanya dan seluruh makhluk memusuhi Alhamdulillah, kita berani menyatakan bahwa yang sesat adalah sesat dan yang bidah adalah bidah dan yang kafir adalah kafir, selama itu ada hujjah dan dalil yang nyata Kita tidak ragu mengatakan orang yang menyembah bebatuan, pepohonan, makam dan selainnya adalah musyrik murtad dari Islam orang yang berkeyakinan wahdatul wujud (pantheisme) atau hulul (inkarnasi) Alloh adalah murtad kafir dari Islam Tidak mengkafirkan apa yang dikafirkan Alloh dan rasulNya adalah kekafiran Alhamdulillah, ketika kita menyatakan bahwa wahdatul wujud adalah sesat murtad dari islam, bukan artinya kami menyatakan bahwa kami pasti masuk surga atau masuk neraka itu adalah tazkiyatu lin nafsi (mensucikan diri

sendiri), yang ahlus sunnah berlepas darinya. Kami juga tidak berani memastikan seseorang itu masuk surga atau neraka, kecuali apabila ia orang yg jelas-2 kekafirannya. Kita menilai dari zhahir amal dan keyakinan, apabila sesat maka dikatakan sesat, adapun hisabnya adalah di tangan Alloh. Maka, nasehat saya kepada anda wahai saudara, belajarlah agama ini secara mendalam, fahami aqidah yang benar. Insya Alloh, Allloh akan memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada anda. Sungguh, logika berfikir anda ini, apabila diterapkan, akan membenarkan semua aliran sesat dan menyimpang. Apabila kita mengatakan, Lia Aminudin atau Jaringan Islam Liberal adalah aliran kufur sesat dan menyesatkan, maka dengan serta merta dapat dijawab, apakah anda yakin bahwa anda masuk Islam? koq beran-2nya menyesat-2kan dan mengkufur-2kan aduhai, lantas dimana aqidah kita apabila aqidah kita tidak dilandasi keyakinan, bahwa yang haq adalah haq dan yang bathil adalah bathil?!! Allohumma, Laa ilaaha illa Allohu!!! Masuk log untuk membalas

12. abuamincepu permalink Oktober 24, 2007 1:33 pm Ana ingin bersyair Akal itu adalah pemilih yang baik jika disandarkan kepada kebenaran dari Alloh Mari kita berfikir sejenak dengan hati yang bersih, hilangkan siapa dan bagaimanapun dia berkata, tumpukan semua hati dan akal hanya kepada Alloh, dan tanyakan pada diri, dari dasar hati yang terdalam, yang harus antum fikirkan adalah : MAUKAH ALLLOH DISAMAKAN DENGAN SELAIN-NYA? seperti perkataan dibawah ini? : Hambamu yang miskin mengharapkan Karuniamu (wahai Rasul) yang sangat banyak Padamu aku telah berbaik sangka Wahai pemberi kabar gembira dan Pemberi Peringatan Maka tolonglah Aku, selamatkan Aku

Wahai Penyelamat dari Saiir (Neraka) Wahai penolongku dan tempat berlindungku Dalam perkara-perkara besar dan berat yang menimpaku jika jawabanya mau berarti antum telah mendukung kesyirikan Jika Jawabnya Ana meninggalkan kebiasaan berkata ini berarti antum terlepas dari kesyirikan Jika jawabanya kadang kadang mau dan kadang kadang nggak berarti antum dalam syuhbat pilihan. Sekarang mari kita renungkan lagi tiga JAWABAN DIATAS dengan cara pertama diatas berulang-ulang sampai antum mempunyai hati yang hanya memihak kepada Alloh , jika sudah didapati hasil renungan yaitu antum berkata SAYA HANYA MEMIHAK ALLOH DAN DAKWAH DIJALAN ALLOH MAKA ANTUM AKAN MEMAHAMI BETAPA BAHAYANYA PERKATAAN INI BAGI ANAK CUCU KITA DAN PERADABAN ISLAM SESUDAH KITA SAMPAI HARI KIAMAT, maka sekarang ketahuan siapa yang menjaga sunnah dan siapa yang berdiri diatas sunnah bukan hanya pengakuan belaka. Kemudian ana ingin bersyair lagi Dukungan tak akan dibutuhkan jika yang didukung tak memerlukannya SEKARANG KITA RENUNGKAN APAKAH RASULMU MEMINTA DUKUNGAN UNTUK DIKATA KATAI SEPERTI SYAIR INI? SEKARANG KITA RENUNGKAN KEMBALI APAKAH BELIAU S.BARZANJY MINTA DUKUNGAN DARI ANTUM DIKUBURNYA SANA? Maka ana ingin bersyair sebagai penutup : Sifulan mengira mendukung Alloh padahal tidak lain sifulan itu telah mendukung syaitan yang menyesatkan Mari kita merenung bersama saudaraku, Alfaqir ilm wa amal Akhuk Abu Amin http://abuamincepu.wordpress.com/

Masuk log untuk membalas

13. abuamincepu permalink Oktober 24, 2007 1:47 pm Ahki Abu salma, Mohon sebelum ditampilkan dikoreksi dulu jika ada perkataan yang tak sesuai dengan kebenaran. Mohon ditambahkan kata agama -pada syair Sifulan mengira mendukung Alloh padahal tidak lain sifulan itu telah mendukung syaitan yang menyesatkan menjadi: -Sifulan mengira mendukung Agama Alloh padahal tidak lain sifulan itu telah mendukung syaitan yang menyesatkan Jazakalloh atas info kitabnya kemarin secepatnya ana kirim balasan. Abu Amin Masuk log untuk membalas

14. bayumariachi permalink Juli 17, 2008 11:01 pm salam alaikum menurut saya syair burdah yang berarti dbawah ini (yg kemudian

dipermasalhkan syirik) : Wahai makhluk yang mulia tiadalah bagiku tempat berlindung selain engkau, di kala bencana besar menimpaku Maka sesungguhnya termasuk sebagian dari pemberianmu (adalah) dunia dan akhirat dan termasuk sebagian dari ilmumu adalah ilmu tentang apa yang tercatat dalam Al-Lauh Al-Mahfudzh dan apa yang tertulis oleh Pena Allah haruslah dimengerti dan difahami dengan membaca bait selanjutnya: wahai jiwa janganlah putus asa karena dosa besar yang telah dilakukan dalam ampunan Allah, dosa besar seperti kecil dan ringan dalam hal ini menurut saya dalam bait pertama Penulis Syair ingin memanjatkan permohonan kepada Rasulullah SAW agar memberikan syafaatnya di hari kiamat, karena dia begitu takutnya akan Allah karena banyaknya dosa2nya. Karena merasa tak bisa mengandalkan amalan2 solehnya dan saking takutnya kepada Allah Sehingga sang penulis syair hanya menggantungkan dirinya kepada syafaat Rasulullah SAW. Hal ini terlihat pada bait berikutnya bahwa sang penulis berharap Allah memaafkan dosa2nya walaupun sebesar apapun dosanya. Bagi saya ini adalah sungguh suatu pernyataan yang rendah hati dan memandang diri tak berarti dihadapan Allah. intinya sang penulis merasa takut akan hukuman Allah SWT di dunia dan akhirat dan beliau tak mampu dan tak bisa mengandalkan amalan2nya mengatasi hal ini (bisa dibaca di bait bait sebelumnya) sehingga beliau mengandalkan syafaat Rasulllah SAW, agar Allah mengamuni dan menyelamatkan penulis.Kalau syair Burdah dibaca hingga akhir akan terbaca jelas maksud sang penulis dalam hal ini. Kalau dibaca sepotong2 ya tentu saja bermakna syirk. Dalam hal ini (mengharap syafaat kepada Rasulullah SAW) tak pernah ada larangannya dalam syariah. Sang penulis tetap memohon ampunan kepada ALlah, beliau hanya meminta syafaat Rasulullah agar Allah mengampuni dosa2nya. Ya Allah ihdinashirotol mustaqim wasalamualaikum warahmatullahi wabarakutuhu Waalaikumus Salam warohmatullahi wabarokatuh Semoga Alloh memberi saya, anda dan seluruh kaum muslimin hidayah. AlBushiri rahimahullahu adl seorang pernyair shufi yang terkenal. Dan apa yg ia lakukan sebagai manusia biasa bisa salah dan benar. Yang benar maka kita ambil dan yg salah wajib kita jauhi dan jelaskan kepada ummat. Namun sayang, ada sebagian kaum muslimin yg begitu fanatik dan kultusnya

kpd al-Bushiri, shg menggunakan syairnya sebagai bacaan-2 pujian yg seakan2 dianggap bagian dari ibadah, padahal tdk ada tuntunannya sama sekali dr Rasulullah dan para sahabatnya. Di dalam syair al-Bushiri tdk menafikan adanya pujian-2 yg berlebihan kpd Rasulullah saw. Bushiri memuji Rasulullah memiliki ilmu lauh mahfuzh dan layak utk dipinta dg doa. Padahal hanya Alloh semata yg layak dipinta dan milik Alloh-lah ilmu Lauh mahfuzh. Kita tdk mengingkari syafaat al-Uzhma yg dimiliki Rasulullah, dan semoga kita semua memperoleh syafaat tsb. Yang kita ingkari adl doa yg ditujukan kpd Rasulullah bukan kpd Alloh dan penisbatan sifat-2 Rububiyah kpd Rasulullah yg jatuh kpd kultus dan syirik. Syafaat Rasulullah berlangsung dg izin Alloh, maka selayaknya kpd Alloh-lah kita memohon supaya kita masuk ke dalam syafaat Rasulullah, bkn meminta kpd Rasulullah saw, sebagai seorang manusia dan makhluk Alloh yg tidak mampu memberikan madharat da maslhat kepada manusia. Masuk log untuk membalas

15. sejarahsma15jakut permalink Februari 19, 2009 2:51 pm Bagaimana kalo penulis memberikan tulisan tentang zikir-zikir yang diajarkan oleh Rasululllah sehingga dapat menganti Barzanji, saya sering dengar karena tiap hari diputar Radio FAJRI FM 91,4 MHz ketika sehabis subuh sampai menjelang terbit matahari atau sehabis asar sampai terbenam matahari. Bagaimana karena terus terang saya belum begitu hafal dan tau artinya. Saudara mungkin bisa membaca buku Hishnul Muslim atau Kumpulan Doa Sesuai dengan Sunnah Shahih karya DR Said Wahf al-Qahthani. Bisa juga di download di http://www.ziddu.com/download/3172359/HISHNULMUSLIMEBOOK.pdf.h tml. Masuk log untuk membalas

16. imuslimovic permalink Mei 10, 2009 4:38 pm Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Saya ucapkan Alhamdulillah bila akhi pernah membaca kisah nabi Musa Alaihissalam dan Penggembala. Namun kalau belum, saya harap akhi berkenan membacanya. Yang saya tanyakan bagaimana tanggapan akhi tentang Si Penggembala, padahal dia sudah jelas2 menyekutukan Allah SWT, tapi bukannya murka Allah SWT yang ia dapat, malah Nabi Musa Alaihissalam yang mendapatkan teguran dari Allah SWT. Untuk lebih jelasnya akhi dapat mengakses link di bawah ini : http://sufimuda.wordpress.com/2008/08/03/nabi-musa-dan-penggembala/ Waalaikumus Salam Warohmatullahi Wabarokatuh Di mana sanad kisah di atas, adakah bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah islamiyyah? Masuk log untuk membalas

17. salamdion permalink Agustus 10, 2009 9:16 pm Assalamualaikum Saya hanya berharap semoga anda yang ngaku sunni dan wahabi dijauhkan dari sifat2 tidak terpuji, tinggi hati, sok tahu, sok ilmiah, sok mujtahid, de el el

Terus terang Saya seorang Sunni maka, saya jg suka barzanji/burdah biarlah itu tanggung jawab saya dihadapan Allah terima kasih telah mengingatkan, semoga menjadi amal shalih amien Hentikan perdebatan karena tidak ada manfaat sama sekali selama masing2 melibatkan hati yg dengki dan kotor alangkah terpuji bila kita mengkritisi misalkan bagaimana agar orang2 yg kaya mau bayar zakat supaya kemiskinan bisa diatasi Wallahul muwafiq ilaa aqwamith tharieq Wassalamualaikum wr wb.

http://abusalma.wordpress.com/2007/04/01/studi-kritis-syair-syair-barzanji-burdah/

Ucapan YM Timbalan Menteri

Ucapan Di Majlis Pertandingan Peringkat Akhir Dikir Dibaie Antara SekolahSekolah Menengah Dan Maktab-Maktab Senegara Sempena Sambutan Hari Guru Ke19 Tahun 1430H/2009M, Pada Hari Isnin, 06 Zulhijjah 1430H/23 November 2009M, Bertempat Di Sek. Men. SAB. Terlebih dahulu saya sukacita mengucapkan terima kasih kepada Pengetua Sekolah Menengah Sayyidina Abu Bakar dan kepada setiap yang berkenaan kerana mengundang saya ke acara pertandingan ini. Syukurlah bahawa pertandingan ini telah terus menerus diadakan sebanyak sembilan belas kali. Itu artinya, Dikir Dibaie yang diperkenalkan di Brunei pada sekitar awal 80-an dahulu itu telah mendapat tempat yang wajar dalam pendidikan. Sepertimana juga Dikir Brunei yang berasal dari Maulid Syarafil Anam, Dikir Dibaie adalah berasal dari Maulid Dibaie, iaitu suatu karya sastera dalam bentuk ungkapan madah yang disusun indah berupa selawat dan puji-pujian ke atas junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Ia adalah antara kitab-kitab mawalid yang

dikarang berhubung dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam: kelahiran baginda yang membawa kesan positif kepada keluarga dan kaumnya, keluhuran akhlak baginda yang menjadi contoh tauladan kepada kita umat Islam pengikutpengikut baginda, kenabian dan kerasulan baginda yang mendatangkan rahmat kepada seluruh alam. Ringkasnya: Kitab Maulid Dibaie yang kita sebut Dikir Dibaie itu adalah mendapat namanya sempena nama pengarangnya, seorang ulama di negeri Yaman kurun ke-10 Hijrah iaitu Imam Wajihuddin Abdur Rahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Dibaie asy-Syaibani al-Yamani az-Zabidi asy-Syafiie. Beliau dilahirkan pada tahun 866 Hijrah, 4hb Muharram dan wafat pada tahun 944 Hijrah, hari Jumaat 12hb Rejab dalam usia 78 tahun. Kita bersyukur kerana Allah Subhanahu wa Taala telah mentakdirkan karya Imam Ad-Dibaie itu telah sampai ke Brunei. Di sini ia mendapat nama baru dengan sebutan Dikir Dibaie. Ia telah diperkenalkan sekitar awal tahun 80-an oleh beberapa orang yang sebelumnya telah menyertai jamaah atau kumpulan membaca kitab Maulid Dibaie di Singapura. Tradisi membaca kitab Maulid Dibaie telah menjadi amalan sejak lama dahulu di Singapura dan sebahagian wilayah Semenanjung Malaysia. Ia telah menarik ramai peminat yang boleh dikatakan sebagai pengamal Maulid Dibaie. Mereka berhimpun beramai-ramai membaca kitab Maulid Dibaie itu. Sementara di ibu negara Republik Indonesia, di kawasan bernama Cipayung di luar Jakarta ada satu pusat atau boleh disebuat sebagai markas Ad-Dibaie berupa kompleks masjid dan tempat tinggal yang menjadi kediaman pengembang Maulid Dibaie dan pemimpinnya iaitu seorang ulama yang dikenal dengan panggilan Habib Umar. Pada suatu peringkat permulaan bacaan kitab Maulid Dibaie itu diperkenalkan di Brunei, Habib Umar itu telah didatangkan ke negara ini. Untuk beberapa hari beliau telah memimpin majlis-majlis membaca kitab Maulid Dibaie yang dianjurkan dari rumah ke rumah. Ada beberapa orang tertentu telah bersukarela menjadi tuan rumah bagi majlis-majlis membaca kitab Dibaie itu yang kemudian digelar majlis Dikir Dibaie. Selepas kedatangan Habib Umar itu Dikir Dibaie telah semakin menarik minat sesetengah orang. Maka majlis-majlis membaca Maulid Dibaie yang juga difahami sebagai Dikir Dibaie terus menerus diadakan khasnya dalam bulan Rabiul Awwal, bulan maulud. Dalam banyak kesempatan ia dipimpin oleh Sayyid Ibrahim At-Tahir, seorang guru Sekolah Arab. Beliau adalah seorang pendidik yang banyak berjasa kepada pendidikan agama khasnya Sekolah Arab di Brunei. Lebih dari itu beliau juga telah berjasa mendidik serta mengasuh orang-orang seperti saya semasa kami belajar di Singapura dalam tahun 50-an. Maka kitab Maulid Dibaie yang dibaca di Brunei sebagai Dikir Dibaie itu pada masa ini tidak lagi asing kepada Brunei. Ia telah diperkenalkan di sekolah-sekolah yang kemudian menjadikannya sebahagian kegiatan tambahan sepertimana halnya ianya dipertandingkan di peringkat sekolah-sekolah menengah dan maktab-maktab ini.

Pada suatu ketika dalam tahun 90-an, terdapat tanggapan disesetengah kalangan untuk menjadikan kitab Maulid Dibaie menggantikan kitab Maulid Syaraf al-Anam. Itu bermakna sekaligus bermaksud menukar Dikir Brunei yang sudah turun temurun memakai kitab Syaraf al-Anam itu dengan Dikir Dibaie. Ia ternyata suatu tanggapan yang salah dan maksud yang tidak mempunyai alasan yang kuat. Kerana itu ia tidak berkepanjangan. Sebenarnya, kita wajar menerima baik kedua-dua kitab Maulid Syaraf al-Anam dan kitab Maulid ad-Dibaie. Kedua-duanya adalah hasil karya sastera yang mendasari amalan dikir yang berpaksikan selawat dan salam ke atas junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam itu. Pujian dan sanjungan kepada baginda disampaikan oleh masing-masing pengarangnya dalam ungkapan kata-kata yang indah sama ada dalam bentuk syair atau pun nathar. Selaras dengan itulah maka saya berharap Pertandingan Dikir Dibaie Antara SekolahSekolah Menengah Dan Maktab-Maktab ini akan berterusan diadakan. Ia layak dijadikan wadah untuk memahami lebih dekat dan mendalami kefahaman tentang Dikir Dibaie itu sebagai karya sastera yang indah. Pertandingan ini seterusnya diharapkan akan meningkatkan gaya bacaan yang elok lagi menepati hajat pengarangnya Al-Imam Ad-Dibaie, iaitu untuk menyebarkan pujian dan sanjungan serta selawat dan salam ke atas baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Kerana itu ia hendaklah dibaca selayaknya. Tidak dengan cara dan gaya yang kononnya khusyu yang mendalam tetapi dilakukan berlebih-lebihan. Cara dan gaya penyampaian sedemikian boleh merosakkan maksud sanjungan dan pujian kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang wajib dilakukan dengan tertib dan hormat. Selanjutnya, saya dengan ikhlas menyerukan hendaknya pertandingan ini tidak menjadi isyarat untuk menyebarkan tanggapan salah terhadap Dikir Brunei, terutama sekali di kalangan penuntut-penuntut dan guru-guru. Sebab Dikir Brunei adalah juga didasarkan kepada karangan syair dan nathar dari sebuah lagi karya sastera oleh pengarang kitab Syaraf al-Anam yang juga seorang ulama. Ia sama berpaksikan sanjungan dan pujian serta selawat dan salam ke atas Rasul Junjungan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Dan yang terpenting sekali ialah Dikir Brunei adalah sudah merupakan warisan yang berharga dalam kehidupan beragama orang-orang Brunei. Kita sangat wajar memelihara dan menghargakan warisan sedemikian itu. Adapun Dikir Dibaie yang baru datang dan baru berkembang sekitar tiga puluh tahun ini juga, insya Allah, akan terus berkembang dengan baik, sekiranya masyarakat ramai menerimanya bukan sebagai suatu yang didatangkan untuk menggantikan Dikir Brunei. Demikianlah harapan saya. Selaras dengan harapan itu saya mendoakan semoga usaha menganjurkan pertandingan ini diterima oleh Allah Subhanahu wa Taala sebagai amal soleh dalam rangka memuliakan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, memupuk kasih sayang kepada baginda dan kepada sesama saudara seagama dan juga kepada sesama

manusia seluruhnya sesuai dengan misi kerasulan baginda itu sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala, ayat 107 surah al-Anbiyaa, tafsirnya: Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. http://www.religious-affairs.gov.bn/index.php? ch=bm_bersama_timbmenteri&pg=bm_timbmenteri_ucapan&ac=341

END